Anda di halaman 1dari 21

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI

PADA KASUS DIABETIC POLINEUROPATI


STASE NEUROMUSKULAR
RSD MANGUSADA

Kade Ari Widyakusuma Putra


2102631016

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI FISIOTERAPI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

A. Definisi
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kondisi kronis yang terjadi ketika tubuh
tidak dapat menghasilkan cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin, yang ditandai
dengan meningkatnya kadar glukosa dalam darah (International Diabetes Federation, 2015).
Rata-rata penderita diabetes melitus tidak menyadari dengan adanya gejala penyakit yang
diderita pada awal perjalanan penyakitnya sampai individu tersebut mengalami komplikasi
dari diabetes melitus. Komplikasi penyakit DM ini dapat bersifat akut atau kronis,
makrovaskuler atau mikrovaskuler. Salah satu komplikasi mikrovaskuler dari DM yang
paling sering terjadi dan dapat memperburuk kualitas hidup padalah neuropati perifer.
Neuropati adalah gangguan saraf perifer yang meliputi kelemahan motorik, gangguan
sensorik, otonom dan melemahnya refleks tendon yang dapat bersifat akut atau kronik.
Beberapa saraf perifer yang terkena meliputi semua akar saraf spinalis, sel ganglion radiks
dorsalis, semua saraf perifer dengan semua cabang terminalnya, susunan saraf autonom, dan
saraf otak kecuali saraf optikus dan olfaktorius. Neuropati diabetik adalah adanya gejala dan
atau tanda dari disfungsi saraf penderita diabetes tanpa ada penyebab lain selain Diabetes
Melitus (DM) (setelah dilakukan eksklusi penyebab lainnya) (Sjahrir, 2006). Apabila dalam
jangka yang lama glukosa darah tidak berhasil diturunkan menjadi normal maka akan
melemahkan dan merusak dinding pembuluh darah kapiler yang memberi makan ke saraf
sehingga terjadi kerusakan saraf yang disebut neuropati diabetik (Tandra, 2007).
B. Etiologi
Adapun etiologi dari neuropati adalah sebagai berikut:
1. Metabolik: Diabetes, penyakit ginjal, porfiria
2. Nutrisional: Defisiensi B1, B6, B12 dan asam folat Defisiensi tiamin, asam nikotinat
dan asam pentotenat mempengaruhi metabolisme neuronal dengan menghalangi
oksidasi glukosa. Defisiensi ini dapat terjadi pada kasus malnutrisi, muntah - muntah,
kebutuhan meningkat seperti pada masa kehamilan, atau pada alkoholisme.
3. Toksik (bahan metal dan obat-obatan): arsenik, merkuri, kloramfenikol dan
metronidazol, karbamazepin, phenytoin. Timah dan logam berat akan menghambat
aktivasi enzim dalam proses aktifitas oksidasi glukosa sehingga mengakibatkan
neuropati yang sulit dibedakan dengan defisiensi vitamin B.5
4. Keganasan
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

5. Trauma: neuropati jebakan


6. Infeksi-inflamasi: Lepra, Difteri
7. Autoimun: immune - mediated demyelinating disorders
8. Genetik
C. Patofisiologi
Patofisiologi neuropati diabetika mempunyai dua aspek utama: akumulasi
interneuronal dari produk metabolisme gula dan lemak yang abnormal dan iskemia pada
pembuluh darah yang mengsuplai saraf perifer. Pada keadaan normal glukosa masuk ke
dalam sel akan mengalami glikolisis, tetapi pada keadaan hipoglikemia, glukosa intraseluler
meningkat dan glukosa akan diubah oleh enzim aldose reduktase menjadi sorbitol. Akumulasi
sorbitol akan diikuti dengan penurunan myoinoaitol dan selanjutnya akan terjadi gangguan
aktivitas Na/K ATPase serta terbentuk pula oksigen bebas, kedaan ini akan menyebabkan
disfungsi aksoglial serta terjadi penurunan hantar saraf Na/K ATPase merupakan enzim yang
bertanggung jawab pada impuls sepanjang akson saraf dan berperan pada kecepatan hantar
saraf. Myoinositol penting dalam pengatularn ion channel, oleh sebab itu hiperglikemia
kronik meningkatkan kadar aldose reduktase melalui metabolik polyol pathway (Richard A C
Hughes, 2002).
Peningkatan kadar gula darah pada pembuluh darah akan mengurangi aliran darah ke
jaringab saraf, terjadinya endoneural hipoksia menyebabkan kerusakan kapiler, yang pada
gilirannya menyebabkan hipoksia lebih lanjut, sehingga merusak jalannya hantaran saraf.
Peningkatan kadar gula darah mengakibatkan pembuluh darah menjadi resisten dan
mengakibatkan berkurangnya aliran darah ke jaringan saraf. Endoneural hipoksia
menyebabkan kerusakab vanyak pembuluh darah kapiler, sehingga terjadiganggua terhadap
transport impuls dari akson disertai rendahnya kadar Na/K ATPase pada jaringan saraf.
Penebalan endoneural dari dinding pembuluh darah banyak didapatkan pada penderita
neuropati. Akibat terjadinya cedera pada mikrovaskuler dapat mengakibatkan fokal
mononeuropatik dan opthalmoplegi pada pasien DM. Adanya proses tersebut menyebabkan
akumulasi dari subtansi vasoaktif dalan jaringan saraf metabolisme abnormal sel lemak, serta
gangguan fungsi saraf yang semuanya menyebabkan tergangguanya hantaran saraf (Jeremiah
John Duby, 2004).
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

D. Tanda dan Gejala


Gejala bergantung pada tipe neuropati dan saraf yang terlibat. Gejala bisa tidak
dijumpai pada beberapa orang. Kesemutan, tingling atau nyeri pada kaki sering merupakan
gejala pertama. Gejala bisa melibatkan sistem saraf sensoris, motorik atau otonom (Dyck &
Windebank, 2002).
E. Tipe
National Diabetes Information Clearinghouse tahun 2013 mengelompokkan neuropati
diabetik berdasar letak serabut saraf yang terkena lesi menjadi:
1. Neuropati Perifer
Neuropati Perifer merupakan kerusakan saraf pada lengan dan tungkai. Biasanya
terjadi terlebih dahulu pada kaki dan tungkai dibandingkan pada tangan dan lengan.
Gejala neuropati perifer meliputi:
a. Mati rasa atau tidak sensitif terhadap nyeri atau suhu
b. Perasaan kesemutan, terbakar, atau tertusuk-tusuk
c. Nyeri yang tajam atau kram
d. Terlalu sensitif terhadap tekanan bahkan tekanan ringan
e. Kehilangan keseimbangan serta koordinasi
Gejala-gejala tersebut sering bertambah parah pada malam hari. Neuropati perifer
dapat menyebabkan kelemahan otot dan hilangnya refleks, terutama pada pergelangan
kaki. Hal itu mengakibatkan perubahan cara berjalan dan perubahan bentuk kaki,
seperti hammertoes. Akibat adanya penekanan atau luka pada daerah yang mengalami
mati rasa, sering timbul ulkus pada kaki penderita neuropati diabetik perifer. Jika
tidak ditangani secara tepat, maka dapat terjadi infeksi yang menyebar hingga ke
tulang sehingga harus diamputasi.
2. Neuropati Autonom
Neuropati autonom adalah kerusakan pada saraf yang mengendalikan fungsi jantung,
mengatur tekanan darah dan kadar gula darah. Selain itu, neuropati autonom juga
terjadi pada organ dalam lain sehingga menyebabkan masalah pencernaan, fungsi
pernapasan, berkemih, respon seksual, dan penglihatan.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

3. Neuropati Proksimal
Neuropati proksimal dapat menyebabkan rasa nyeri di paha, pinggul, pantat dan dapat
menimbulkan kelemahan pada tungkai.
4. Neuropati Fokal
Neuropati fokal dapat menyebabkan kelemahan mendadak pada satu atau sekelompok
saraf, sehingga akan terjadi kelemahan pada otot atau dapat pula menyebabkan rasa
nyeri. Saraf manapun pada bagian tubuh dapat terkena, contohnya pada mata, otot-
otot wajah, telinga, panggul dan pinggang bawah, paha, tungkai, dan kaki.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

Tanggal Pembuatan Laporan : 10 April 2022


Stase : Neuromuskular
Kasus : Diabetic Polineuropati
Tanggal Pemeriksaan : 4 April 2022

ASSESSMENT
I. Identitas Pasien
a. Nama : Bpk. I. M. S
b. Umur : 72 tahun
c. Alamat : Badung
d. Pekerjaan : Pensiunan
e. Jenis kelamin : Laki-laki
f. Ruangan : Poli Fisioterapi
g. No. RM : 059460
II. Pemeriksaan Subjektif
a. Keluhan Utama (KU)

Kesemutan pada kedua kaki

b. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)

Pasien mengeluh sering kesemutan pada kedua kaki sejak 3 bulan lalu.
Selain itu, pasien juga merasakan nyeri serta otot paha belakang dan betis
terasa seperti tertarik. Pasien sempat periksa ke RS dan hasil pemeriksaan
dinyatakan bahwa pasien memiliki penyakit Diabetes Melitus.

c. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD) & Penyakit Penyerta

Diabetes Melitus

d. Riwayat Kesehatan Keluarga


Disangkal

e. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien tinggal bersama keluarga


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

III. Pemeriksaan Objektif


a. Vital Sign
Absolut Tambahan*
HR : 88 x/Min Saturasi Oksigen : 99%
RR : 18 x/Min Kesadaran : E4V5M6 (Composmentis)
BP : 120/80 mmHg
Suhu : 36 0Celcius

b. Pemeriksaan Per-Kompetensi
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Hasil
Inspeksi Statis Keadaan umum pasien baik
Warna kulit normal
Tidak ada perubahan postur
Inspeksi Dinamis Pola jalan pasien abnormal
Palpasi Suhu akral hangat
Spasme otot hamstring dan gastrocnemius kanan dan kiri
Auskultasi NT
Perkusi NT

Pengukuran
Pengukuran Hasil
Pengukuran 5. PFGD aktif
fungsi gerak Sinistra
Dextra
dasar Regio Gerakan
ROM Nyeri ROM Nyeri
Hip Fleksi Full - Full -
Ekstensi Full + Full +
Abduksi Full - Full -
Adduksi Full - Full -
Knee Fleksi Full - Full -
Ekstensi Full - Full -
Ankle Dorso Fleksi Full - Full -
Plantar Fleksi Full + Full +
Inversi Full - Full -
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

Eversi Full - Full -

6. PFGD pasif
Dextra Sinistra
Regio Gerakan
ROM Nyeri Endfeel ROM Nyeri Endfeel
Hip Fleksi Full - Firm Full - Firm
Ekstensi Full - Firm Full - Firm
Abduksi Full - Firm Full - Firm
Adduksi Full - Soft Full - Soft
Knee Fleksi Full - Soft Full - Soft
Ekstensi Full - Hard Full - Hard
Ankle Dorso Fleksi Full - Firm Full - Firm
Plantar Fleksi Full - Firm Full - Firm
Inversi Full - Firm Full - Firm
Eversi Full - Firm Full - Firm

7. PFGD isometrik
Dextra Sinistra
Regio Gerakan Melawan Melawan Nyeri
Nyeri
Tahanan Tahanan
Hip Fleksi Maksimal - Maksimal -
Ekstensi Maksimal + Maksimal +
Abduksi Maksimal - Maksimal -
Adduksi Maksimal - Maksimal -
Knee Fleksi Maksimal - Maksimal -
Ekstensi Maksimal - Maksimal -
Ankle Dorso Fleksi Maksimal - Maksimal -
Plantar Fleksi Maksimal + Maksimal +
Inversi Maksimal - Maksimal -
Eversi Maksimal - Maksimal -
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

Nyeri Nyeri Diam : 0


(VAS) Nyeri Gerak : 3
Nyeri Tekan : 1
Kekuatan
Otot (MMT) Regio Gerakan Dextra Sinistra

Hip Fleksi 5 5
Ekstensi 5 5
Abduksi 5 5
Adduksi 5 5
Knee Fleksi 5 5
Ekstensi 5 5
Ankle Dorso Fleksi 5 5
Plantar Fleksi 5 5
Inversi 5 5
Eversi 5 5

Sensoris Kasar : Normal


Halus : Normal
Tajam : Normal
Tumpul : Normal
Panas : Normal
Dingin : Normal

Pemeriksaan Spesifik
Homans Sign Test Positif (+)
Tes Patrick Negatif (-)
Tes Anti Patrick Negatif (-)
Tes PACVP Negatif (-)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

c. Algoritma Pemeriksaan
Diabetes Polineuropati
Melitus

Anamnesis KU: Kesemutan pada kedua kaki


RPS: Pasien mengeluh sering kesemutan pada kedua
kaki sejak 3 bulan lalu. Selain itu, pasien juga
merasakan nyeri serta otot paha belakang dan betis
terasa seperti tertarik.
RPD: DM
RPK: Disangkal
Vital Sign
 HR : 88 x/Min RSE: Pasien tinggal bersama keluarga
 RR : 18 x/Min
 BP : 120/80 mmHg
 Suhu : 360 Celcius
 SpO2 dengan Oksigen : 98%
 Kesadaran E4V5M6
(Composmentis)
Pemeriksaan Hasil

Inspeksi Keadaan umum baik


Statis Warna kulit normal
Tidak ada perubahan postur
Pemeriksaan Fisik Inspeksi Pola jalan abnormal
Dinamis
Palpasi Suhu akral hangat
Spasme otot hamstring dan
gastrocnemius kanan dan kiri
Auskultasi NT
Perkusi NT

Pasien mampu menggerakkan AGA dan AGB secara


full ROM baik aktif maupun pasif. Pemeriksaan
isometric pasien dapat melawan tahanan maksimal
(MMT: 5) pada ekstremitas bawah sinistra dan
Pemeriksaan Fungsi
Gerak Dasar dextra namun terdapat nyeri saat ke arah ekstensi
hip dan plantar fleksi.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

Nyeri:
Nyeri diam 0/10
Nyeri tekan 1/10
Nyeri gerak 3/10
Pengukuran
Kekuatan Otot:
AGB : 5
Sensoris: Normal

Diagnosa Gangguan aktivitas fungsional e.c. Diabetic


Polineuropati

DIAGNOSIS
ICF Coding
I. Impairment (Body Structure & Body Function Impairment)

Body Structures:
- s550 Structure of pancreas
- s75002 Muscle of thigh
- s75012 Muscle of lower leg
Body Functions:
- b280 Sensation of pain
- b770 Gait pattern function
- b7801 Sensation of muscle spasm
-
II. Activity Limitation

- d4501 Walking long distance


III. Participation of Restriction

- d910 Community life


- d9205 Socializing
IV. Contextual Factor
a. Personal Factor

- Kognitif: pasien dapat memahami instruksi fisioterapis


- Intrapersonal: pasien memiliki semangat untuk kembali sembuh
- Interpersonal: pasien semangat mengikuti arahan fisioterapis
b. Environmental Factor
Fasilitator :
- e310 Immediate family
- e355 Helth professionals
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

Diagnosis Fisioterapi

Adanya gangguan aktivitas fungsional oleh karena kesemutan pada kedua kaki, nyeri
dan spasme otot pada hamstring dan gastrocnemius kanan dan kiri et causa Diabetic
Polineuropati

PROGNOSIS
I. Quo ad Vitam

Bonam

II. Quo ad Sanam

Dubia ad Bonam

III. Quo ad Functionam

Dubia ad Bonam

IV. Quo ad Cosmeticam

Dubia ad Bonam

PLANNING
I. Jangka Pendek
- Mengurangi nyeri dan kesemutan
- Mengurangi spasme otot

II. Jangka Panjang

Meningkatkan aktivitas fisik dan kemampuan fungsional


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

III. Clinical Reasoning

Diabetic Diabetes
Polyneuropathy Melitus

Body Structure Body Function Activity Participation


Impairment Impairment Limitation of Restriction

Hiperglikemia Rusaknya Walking - Community


jalan long Life
hantaran distance - Socializing
Retensi pembuluh saraf
darah

Kesemutan
Penurunan aliran
darah ke endoneurium

Kompensasi Infrared (IR)


TENS
Penebalan pembuluh Otot
Neural Mobilization
darah, agregasi Stretching
platelet, hyperplasia
sel endotelia dan Spasme
pembuluh darah pada Otot
nervus suralis

Nyeri
Iskemia

Terganggunya
transport aksonal

Gangguan
aktivitas Na+/K+
ATPase

Degenerasi Akson
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

INTERVENSI

I. Tabel Intervensi

Intervensi Metode Pelaksanaan Dosis Evidence Based


Infrared (IR) Tujuan : pemberian infrared Durasi: 10 menit Shin J Oh, et al. (2020).
menghasilkan efek hangat Jarak: 45cm Chronic Inflammatory
sehingga terjadi denaturasi Axonal Polyneuropathy.
Journal Neurol Neurosurg
protein pada intrasel menjadi
Psychiatry, vol: 91, hal:
turun dan tekanan pada 1175-1180.
intrasel menurun lalu terjadi
difusi yang dapat
menyebabkan sirkulasi
menjadi meningkat.
Sehingga infrared dapat
meningkatkan proses
metabolisme yang dapat
meningkatkan aliran oksigen
dan nutrisi kejaringan. Hal
tersebut dapat mempercepat
perbaikan dari jaringan yang
telah mengalami kerusakan.
Pembuluh darah yang
mengalami vasodilatasi dan
sirkulasi darah menjadi
lancer sehingga “zat-zat P”
(histamine, prostaglandin,
serta bradikinin) yang
merupakan stimulus nyeri
akan terbawa aliran darah
dan nyeri pun berkurang
dengan demikian spasme
otot pun berkurang.
Transcutaneus Tujuan : Arus listrik Frekuensi : 100- Watson, T., & Nussbaum, E.
Electrical yang dapat diberikan TENS 150 MHz L. (2021). Electrophysical
Nerve dapat merangsang sel neuron Intensitas : agents: Evidence-based
Stimulation sesuai toleransi practice. Elsevier.
sensoris yang berdiameter
(TENS) pasien
besar untuk masuk lebih Durasi : 15 Tim Watson. 2016.
dahulu ke gate di substansia menit Trancutaneus Electrical
gelatinosa dan menghambat Nerve Stimulation (TENS)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

sel nosiceptor yang


berdiameter kecil untuk
memberikan informasi ke
otak, sehingga rangsang
nyeri tidak sampai ke otak
dan membuat nyeri
berkurang.
TENS akan menghasilkan
efek analgesia dengan cara
mengaktivasi serabut A beta
yang akan menginhibisi
neuron nosiseptif di cornu
dorsalis medula spinalis.
Teori ini mengacu pada teori
gerbang control (Gate
Control Theory) bahwa
gerbang terdiri dari sel
internunsia yang bersifat
inhibisi yang dikenal sebagai
substansia gelatinosa dan
yang terletak di cornu
posterior. Impuls dari serabut
aferen berdiameter
besar akan menutup gerbang
dan membloking transmisi
impuls dari serabut aferen
nosiseptor sehingga nyeri
berkurang.
Neural Tujuan : untuk Teknik Ainun, Yuli Hasri. 2020.
Mobilization mengembalikan Pelaksanaan: Penatalaksanaan Fisioterapi
keseimbangan dinamis antara Posisikan Pada Gangguan Fungsional
gerakan jaringan saraf dan pasien dengan Tungkai Bawah Akibat
jaringan di sekitarnya, posisi tidur Neuropati Diabetik. Thesis.
sehingga mengurangi terlentang, Makassar: Politeknik
Kesehatan Makassar.
tekanan intrinsik pada kemudian
jaringan saraf. Selain itu lakukan gerakan
neural mobilization juga fleksi hip,
dapat memfasilitasi gliding adduksi hip, dan
saraf, meningkatkan dorso ankle
vaskularisasi saraf, serta selama 3 detik
meningkatkan aliran secara berulang-
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

axoplasmic atau transport ulang.


axonal. Dilakukan 8-10
kali repetisi.
Stretching Tujuan : untuk Dosis: ditahan Ainun, Yuli Hasri. 2020.
Exercise meningkatkan panjang otot dalam 15-30 Penatalaksanaan Fisioterapi
melalui releksasi, detik, dilakukan Pada Gangguan Fungsional
pemanjangan komponen 8-10 kali Tungkai Bawah Akibat
kontraktil otot serta repetisi. Neuropati Diabetik. Thesis.
meningkatkan fleksibilitas Makassar: Politeknik
Kesehatan Makassar.
jaringan lunak sehingga
mengurangi spasme.

II. Edukasi dan Home Program


Edukasi dan Home Program Evidence Based
- Edukasi pasien agar selalu menggunakan Ainun, Yuli Hasri. 2020. Penatalaksanaan
pelindung pada kaki dan menggunakan Fisioterapi Pada Gangguan Fungsional
alas kaki yang nyaman dan tidak Tungkai Bawah Akibat Neuropati Diabetik.
menyebabkan penekanan guna mencegah Thesis. Makassar: Politeknik Kesehatan
terjadinya luka. Makassar.
- Edukasi untuk melakukan kompres air
hangat pada kedua tungkai menggunakan
handuk atau kain yang dibasahi dengan air
hangat, sarankan pasien agar melakukan
stretching atau peregangan pada otot
hamstring dan gastrocnemius kanan dan
kiri, serta melakukan latihan berjalan.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

EVALUASI (04/04/2022)
Pengukuran Hasil
Pengukuran a. PFGD aktif
fungsi gerak Sinistra
Dextra
dasar Regio Gerakan
ROM Nyeri ROM Nyeri
Hip Fleksi Full - Full -
Ekstensi Full + Full +
Abduksi Full - Full -
Adduksi Full - Full -
Knee Fleksi Full - Full -
Ekstensi Full - Full -
Ankle Dorso Fleksi Full - Full -
Plantar Fleksi Full + Full +
Inversi Full - Full -
Eversi Full - Full -

b. PFGD pasif
Dextra Sinistra
Regio Gerakan
ROM Nyeri Endfeel ROM Nyeri Endfeel
Hip Fleksi Full - Firm Full - Firm
Ekstensi Full - Firm Full - Firm
Abduksi Full - Firm Full - Firm
Adduksi Full - Soft Full - Soft
Knee Fleksi Full - Soft Full - Soft
Ekstensi Full - Hard Full - Hard
Ankle Dorso Fleksi Full - Firm Full - Firm
Plantar Fleksi Full - Firm Full - Firm
Inversi Full - Firm Full - Firm
Eversi Full - Firm Full - Firm
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

c. PFGD isometrik
Dextra Sinistra
Regio Gerakan Melawan Melawan Nyeri
Nyeri
Tahanan Tahanan
Hip Fleksi Maksimal - Maksimal -
Ekstensi Maksimal + Maksimal +
Abduksi Maksimal - Maksimal -
Adduksi Maksimal - Maksimal -
Knee Fleksi Maksimal - Maksimal -
Ekstensi Maksimal - Maksimal -
Ankle Dorso Fleksi Maksimal - Maksimal -
Plantar Fleksi Maksimal + Maksimal +
Inversi Maksimal - Maksimal -
Eversi Maksimal - Maksimal -

Nyeri Nyeri Diam : 0


(VAS) Nyeri Gerak : 3
Nyeri Tekan : 1
Kekuatan
Otot (MMT) Regio Gerakan Dextra Sinistra

Hip Fleksi 5 5
Ekstensi 5 5
Abduksi 5 5
Adduksi 5 5
Knee Fleksi 5 5
Ekstensi 5 5
Ankle Dorso Fleksi 5 5
Plantar Fleksi 5 5
Inversi 5 5
Eversi 5 5
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

Sensoris Kasar : Normal


Halus : Normal
Tajam : Normal
Tumpul : Normal
Panas : Normal
Dingin : Normal
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Ainun, Yuli Hasri. 2020. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Gangguan Fungsional Tungkai
Bawah Akibat Neuropati Diabetik. Thesis. Makassar: Politeknik Kesehatan Makassar.

Arezzo JC, New development in the diagnosis of diabetic neuropathy. Am J Med


1999;107:9SD16S

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar
[Internet]. 2013. Available from: http://www.litbang.depkes.go.id/indrup SH, Jensen
TS. Efficacy of pharmacological treatment of neuropathic pain : an update and effect
related to mechanism of drug action. Pain 1999;83:389-400

Deli G, Bosnyak E, Pusch G, Komoly S, Feher G. Diabetic neuropathies : diagnosis and


management. Neuroendoocrinology [Internet]. 2014;98(4):267–80. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24458095

Izn - pdpersi. Neuropati diabetik menyerang lebih dari 50% penderita diabetes [Internet].
2011. Available from:
http://www.pdpersi.co.id/content/news.php?catid=23&mid=5&nid=612

Janahi N. Diabetic peripheral neuropathy: a common complication in diabetic patients.


Bahrain Med Bull [Internet]. 2015;37(1). Available from:
http://www.bahrainmedicalbulletin.com/March_2015/DPN.pdf

Jeremiah John Duby. Keith Campbell., Stephen M. Satter., John Raymond White., Kristin A.
Rasmussen. 2004. Diabetic Neuropathy : An Intensive Review. American Journal of
Health-System Pharmacy. 2004.

McQuay HJ, Tramer M, Nye BA, et al. A systematic review antidepressants in neuropathic
pain. Pain 1996;68:217-227

Parjoto, Slamet. 2006. Terapi Listrik Untuk Modalitas Nyeri. Semarang: Ikatan Fisioterapi
Indonesia Cabang Semarang.

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes


melitus tipe 2 di Indonesia 2011. hlm.4-10, 15-29

Richard A C Hughes, 2002. Pheripheral neuropathy. BMJ-volume 324)

Shin J Oh, et al. (2020). Chronic Inflammatory Axonal Polyneuropathy. Journal Neurol
Neurosurg Psychiatry, vol: 91, hal: 1175-1180.

Singh J. 2005. Textbook of Elektrotherapy. New Delhi : Jaypee Brothers medical publiser.

Standards of medical care in Diabetes 2014. Diabetes Care Volume 37, Supplement 1, Januari
2014
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

Tim Watson. 2016. Trancutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS)

Watson, T., & Nussbaum, E. L. (2021). Electrophysical agents: Evidence-based practice.


Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai