Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KONSEP DASAR TIMBULNYA PENYAKIT

DOSEN PEMBIMBING
Yulia Ratna Sari M.Pd
DISUSUN OLEH
ULFA ANGELIA ( 191012115201008)
MIRNA APRIANI(191012115201003)

FALKULTAS KEBIDANAN
INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanallahu Wa


Ta’ala,Rabb Penguasa alam, Rabb yang tiada henti-hentinya memberikan
kenikmatan dan karunia kepada semua makhluk-Nya sehingga kami bisa
menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah
kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, para
sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti risalahnya hingga akhir zaman.
Alhamdulillah, dengan izin Allah kami telah menyelesaikan tugas
makalah ini Penyusun menyadari dalam makalah ini masih banyak kekurangan,
karena keterbatasan kemampuan maupun pengalaman kami.Maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi memperbaiki kekurangan
ataupun kekeliruan yang ada.Harapan kami semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para mahasiswa kebidanan untuk menambah wawasan dalam
bidang kesehatan.
Penulis mohon ma’af apabila dalam pembuatan makalah ini masih
terdapat kesalahan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan penulis dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.Penulis
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

BUKITTINGGI ,22 Maret 2022


Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................2
C. Tujuan Penulisan................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep sehat sakit........................................................................3
B. Segitiga epidemiologi ..................................................................3
C. Proses terjadinya penyakit infeksi................................................5
D. Factor lingkungan.........................................................................7
E. Masa tunas....................................................................................8
F. Perjalanan penyakit alamiah.........................................................9
G. Pencegahan penyakit..................................................................11
H. Mekanisme tranmisi....................................................................12
I. Contoh kasus...............................................................................14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................18
B. Saran.....................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit tidak pernah dating tanpa sebab. Penyakit bukanlah
nasib dan bukan merupakan keseluruhan yang berada dalam tubuh kita
dan mengendalikan kita. Kebanyakan dari penyakit-penyakit disebabkan
oleh kesalahan sederhana terhadap hukum-hukum dari sebab dan akibat.
Terjadinya penyakit terutama adalah akibat dari pelanggaran terhadap
hukum-hukum kesehatan yaitu hukum-hukum aktivitas dan
istirahat,hukum-hukum nutrisi, dan hukum-hukum pikiran dan jiwa.
Kemiskinan dan kurangnya makanan menurunkan daya tahan
tubuh masyarakat, dan terbatasnya pengertian akan hal medis, sehingga
perawatan-perawatan sangat kurang efektif. Semua dari faktor-faktor ini
menghasilkan akibat dari penyakit-penyakit infeksi dan kematian dini,
sebagaimana yang masih sering terjadi di Negara-negara berkembang.
Sekarang gambarannya berbeda di Negara-negara berkembang, tetapi
tidak selalu menjadi lebih baik. Diet dan gaya hidup ala Barat menjadi
semakin dan semakin populer bagi setiap orang yang membayar.
Pekerjaan kantor yang dilakukan sambil duduk dan memiliki kenderaan-
kenderaan menjadi tuntutan, para penjual makanan siap saji gaya Barat
yang menjual makanan-makanan dengan kadar lemak tinggi semakin
menjamur, penggunaan tembakau dan alkohol juga meningkat, dan
dengan adanya perubahan-perubahan semacam ini, demikianlah terjadi
penyakit-penyakit yang disebabkan oleh infeksi, juga penyakit-penyakit
yang disebabkan oleh gaya hidup yang semakin buruk.

1
B. Rumusan Masalah
a.    Bagaimana Konsep Sehat Saktit?
b.    Bagaimana Alur konsep Segitiga Epidemologi?
c.    Bagaimana Proses terjadinya penyakit Infeksi?
d.   Apa saja factor yang menyebabkan timbulnya penyakit?
e.    Apa itu Masa Tunas?
f.     Bagaimana Perjalanan Penyakit alamiah?
g.    Bagaimana cara Pencegahan Penyakit tersebut?
h.    Bagaimana Alur/Mekanisme Transmisi Penyakit?
C. Tujuan Penilitian
a) Mengetahui bagaimana konsep sehat sakit?
b) Mengetahui bagaimana alur konsep segitiga epidemiologi?
c) Mengetahui bagaimana proses terjadinya penyakit infeksi?
d) Mengetahui apa saja factor yang menyebabkan timbulnya
penyakit?
e) Mengetahui apa itu masa tunas?
f) Mengetahui bagaimana perjalanan penyakit ulamra?
g) Mengetahui cara pencegahan penyakit tersebut?
h) Mengetahui bagaimana alur atau mekanisme tranmisi penyakit?

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Sehat Sakit
Prosesnya diawali dari keadaan keterpaparan dan penjamu harus dalam keadaan
kerentanan sehingga dapat memproses sakit.
a.              Keterpaparan dan Kerentanan
Sehat à sakit mempunyai batas tidak jelas. Melalui proses yang didahului oleh
keterpaparan terhadap suatu unsur tertentu serta host dalam kondisi kerentanan
tertentu untuk menjadi sakit.
b.             Keterpaparan
Suatu keadaan dimana host berada pada pengaruh atau berinteraksi dengan unsur
penyebab primer maupun sekunder atau dengan unsur lingkungan yang dapat
mendorong proses terjadinya penyakit.
c.              Kerentanan
Suatu keadaan dimana host  mempunyai kondisi yang mudah dipengaruhi atau
berinteraksi dengan unsur penyebab sehingga memungkinkan timbulnya penyakit.

B. Segitiga Epidemologi
Segitiga epidemiologi merupakan konsep dasar epidemiologi yang memberi
gambaran tentang hubungan antara tiga faktor yg berperan dalam terjadinya penyakit
dan masalah kesehatan lainnya
Segitiga epidemiologi merupakan interaksi antara Host (penjamu), Agent
(penyebab) dan Environment (lingkungan)

3
Interaksi Host, Agent, dan Lingkungan
1.    Interaksi antara agen penyakit dan lingkungan
-            Keadaan dimana agen penyakit langsung dipengaruhi oleh lingkungan dan terjadi
pada saat pre-patogenesis dari suatu penyakit.
-            Misalnya: Viabilitas bakteri terhadap sinar matahari, stabilitas vitamin sayuran di
ruang pendingin, penguapan bahan kimia beracun oleh proses pemanasan.
2.    Interaksi antara Host dan Lingkungan
-            Keadaan dimana manusia langsung dipengaruhi oleh lingkungannya pada fase pre-
patogenesis.
-            Misalnya: Udara dingin, hujan, dan kebiasaan membuat dan menyediakan makanan.
3.    Interaksi antara Host dan Agen penyakit
·            Keadaan dimana agen penyakit menetap, berkembang biak dan dapat merangsang
manusia untuk menimbulkan respon berupa gejala penyakit.
·            Misalnya: Demam, perubahan fisiologis dari tubuh, pembentukan kekebalan, atau
mekanisme pertahanan tubuh lainnya.
·            Interaksi yang terjadi dapat berupa sembuh sempurna, cacat, ketidakmampuan, atau
kematian.
4.    Interaksi Agen penyakit, Host dan Lingkungan
-            Keadaan dimana agen penyakit, manusia, dan lingkungan bersama-sama saling
mempengaruhi dan memperberat satu sama lain, sehingga memudahkan agen
penyakit baik secara langsung atau tidak langsungmasuk ke dalam tubuh manusia.
Misalnya: Pencemaran air sumur oleh kotoran manusia, dapat menimbulkan Water
Borne Disease

4
C. Proses Terjadinya Penyakit
Gejala penyakit yang timbul merupakan suatu tanda bahwa ada sesuatu yang
tidak beres pada badan kita. Gejala itu ada yang dapat dilihat, dirasa, dicium, atau
diukur. Ada gejala yang dapat dirasakan oleh pasien, ada pula gejala yang baru dapat
diketahui oleh seorang dokter/perawat sewaktu diadakan pemeriksaan. Apabila
tingkat kesakitan dalam suatu populasi penduduk diketahui, maka kita perlu
membedakan antara populasi yang mempunyai dan tidak mempunyai penyakit yang
spesifik. Pada prakteknya cara membedakannya sangat sulit. Umumnya penyakit-
penyakit menahun mempunyai sejarah alamiah penyakit (Natural history of disease)
yang menarik. Adanya sejarah alamiah dari suatu penyakit dapat dipakai sebagai cara
dalam usaha pencegahan attaupun pengontrolan dari penyakit tersebut.
Tingkatan dari sejarah alamiah suatu penyakit (Natural history of disease)
adalah sebagai berikut.
1.    Tingkat kepekaan (stage of susceptibility)
Pada tingkat ini penyakit belum nampak, tetapi telah ada suatu hubungan antara
host (induk semang), agent (penyebab penyakit), dan environment(lingkungan).
Adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara ketiga faktor tersebut di atas,
akan menimbulkan suatu hal yang disebut faktor risiko (risk factor).
Sebagai contoh ialah sebagai berikut.
a.    Seseorang (host) yang sangat capai disertai dengan konsumsi alkohol yang berlebihan
(agent), maka akan memudahkan menderita (risk factor) penyakit infeksi saluran
nafas (pneumonia).
b.    Seseorang yang berbadan gemuk dengan kadar kolesterol dan tekanan darah yang
tinggi disertai perokok berat, maka orang tersebut akan mempunyai resiko mendapat
serangan jantung koroner.
Faktor risiko pada tingkat kepekaan ini dapat dipengaruhi oleh berbagai hal,
yaitu sebagai berikut.

5
a. Umur seseorang
b. Jenis kelamin
c. Gaya hidup seseorang (life style)
d. Keadaan budaya
e. Dan lain-lain

2. Tingkat sebelum sakit (stage of presymtomatic disease)


Pada tingkat ini penyakit belum tampak. Adanya faktor kepekaan dan interaksi
antara Host, Agent, dan Environment, akan timbul dan mulai tampak adanya
perubahan-perubahan secara patologis. Walaupun demikian, perubahan-perubahan ini
masih tetap berada di bawah garis yang disebut linical horizon, yaitu garis perbatasan
antara keadaan penyakit yang sudah jelas tanda-tandanya (secara klinis) dan terjadiya
perubahan secara patologis. Perubahan atherosklerotik pada pembuluh darah koroner,
sebelum ada tanda-tanda stroke (mati mendadak).

3.Tingkat sakit secara klinis (stage of clinical disease)


Pada tingkat ini terjadi perubahan secara anatomis dan fungsional. Adanya
perubahan tersebut akan menimbulkan gejala dan tanda-tanda dari suatu penyakit.
Pada tingkat sakit secara klinis ini suatu penyakit dapat diklasifikasikan,
misalnya berdasarkan lokasi, gambaran histologis serta fungsionalnya (psychososial).
4. Tingkat kecacatan (stage of disability)
Ada penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya tanpa diberikan suatu
pengobatan. Ada pula penyakit yang tetap berlangsung sampai lama walaupun sudah
mengalami pengobatan dan dalam hal ini dapat menimbulkan kerusakan pada bagian
tubuh dan akan memberikan kecacatan. Risiko dari keadaan tersebut adalah makin
lamanya proses penyakit tersebut yang bisa menimbulkan cacat pada bagian tubuh
tertentu.

6
Sebagai contoh adalah:Penykit virus tertentu (campak) dapat sembuh dengan
sendirinya.akan tetapi jika kondisi penderita amat jelek dan tanpa pengobatan, dapat
menimbulkan komplikasi radang otak. Tingkat kecacatan sebenarnya dapat diartikan
dalam beberapa pengertian. Pengertian cacat dalam masyarakat dapat berarti
terbatasnya aktivitas seseorang, misalnya terbatasnya komunikasi seseorang karena ia
tuli.
D. Faktor Lingkungan
Unsur lingkungan memegang peranan yang cukup penting dalam
menentukan terjadinya sifat karakteristik individu sebagai pejamu dan ikut
memegang peranan dalam proses kejadian penyakit.
1. Lingkungan Biologis
Segala flora dan fauna yang berada di sekitar manusia yang antara lain meliputi :
·      Beberapa mikroorganisme patogen dan tidak patogen;
·      Vektor pembawa infeksi
·      Berbagai binatang dan tumbuhan yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia, baik
sebagai sumber kehidupan (bahan makanan dan obat-obatan),maupun sebagai
reservoir/sumber penyakit atau pejamu antara (host intermedia) ;
·      Fauna sekitar manusia yang berfungsi sebagai vektor penyakit tertentu terutama
penyakit menular.
Lingkungan biologis tersebut sangat berpengaruh dan memegang peranan yang
penting dalam interaksi antara manusia sebagai pejamu dengan unsur penyebab, baik
sebagai unsur lingkungan yang menguntungkan manusia (sebagai sumber kehidupan)
maupun yang mengancam kehidupan / kesehatan manusia.

2. Lingkungan fisik
Keadaan fisik sekitar manusia yang berpengaruh terhadap manusia baik secara
langsung, maupun terhadap lingkungan biologis dan lingkungan sosial manusia.
Lingkungan fisik (termasuk unsur kimiawi serta radiasi) meliputi :

7
·      Udara keadaan cuaca, geografis, dan golongan
·      Air, baik sebagai sumber kehidupan maupun sebagai bentuk pemencaran pada air,
dan
·      Unsur kimiawi lainnya pencemaran udara, tanah dan air, radiasi dan lain sebagainya.
·      Lingkungan fisik ini ada yang termasuk secara alamiah tetapi banyak pula yang
timbul akibat manusia sendiri.

2.    Lingkungan sosial
Semua bentuk kehidupan sosial budaya, ekonomi, politik, sistem organisasi.
Serta instusi/peraturan yang berlaku bagi setiap individu yang membentuk
masyarakattersebut. Lingkungan sosial ini meliputi :
§  Sistem hukum, administrasi dan lingkungan sosial politik, serta sistem ekonomi yang
berlaku;
§  Bentuk organisasi masyarakat yang berlaku setempat
§  Sistem pelayanan kesehatanserta kebiasaan hidup sehatmasyarakat setempat, dan
§  Kebiasaan hidup masyarakat
·      Kepadatan penduduk. Kepadatan rumah tangga, serta berbagai sistem kehidupan
sosial lainnya.

E. Masa Tunas
Untuk menjadi sakit, seseorang harus terpajan pathogen yang sifatnya
infeksius. Dengan kata lain seseorang harus diinokulasikan denan penyakit. Hal ini
menyebabkaan kita membayangkan seekor nyamuk anopheles yang menggigit
( inokulai melalui gigitan) korban tidak menyangka dirinya rentan disore hari yang
hagat, yang kemudian menulari orang tersebut dengan penyakit, seperti malaria. Masa
inkubasi/ masa tunas adalah rentang waktu yang berlalu diantara waktu inokulasi dan
waktu  penampakan tanda atau gejala pertama penyakit itu.

8
  Ada kasus dengan korban yang terkena gigitan nyamuk, masa inkubasi
penyakit malaria adalah sekitar 15 hari (10-35 hari) , dari saat digigit sampai korban
menggigil, demam, berkeringt, malaise, dan sakit kepala sela kurang lebih 1 hari,
yang hilang mmuncul selama 48 jam . interval diantara ajanan malaria dan
penampakan tanda atau gejala pertama yang dapat terdeteksi dari penyakit itu
merupakan masa inkubasi malaria. Kesulitan yang dihadapi daklam menentukan 
pajanan terhadap inokulasi atau pajanan suatu penyakit membuat titik awal masa
inkubasi sulit dipastikan . tanda prodomal yang sama dari penyakit ini membuat titik
akhir sulit dipastikan . disamping itu tanda-tanda gejala penyakit lain serig kali
terlihat sama misal malaria disangka flu
F. Riwayat Alamiah
Riwayat Alamiah adalah Proses Perjalanan suatu penyakit yang alami (tanpa
adanya intervensi yang dilakukan oleh manusia dengan sengaja dan terencana) sejak
dari keadaan yang sehat hingga timbulnya akibat penyakit.
Patogenik
-       Pada keadaan ini seseorang yang pada mulanya sehat menjadi sakit yang disebabkan
intervensi yang dilakukan oleh alam atau oleh orang yang bersangkutan baik secara
sengaja maupun tidak sengaja.
-       Intervensi Alam: Bencana alam, banjir, gempa bumi, letusan gunung berapi.
-       Intervensi orang yang bersangkutan,
1.    Disengajakan: Kebiasaan merokok, minum alcohol
2.    Tidak disengajakan: Termakan atau terminum makananan atau minuman yang sudah
terkontaminasi oleh bakteri patogen yang dapat menimbulkan penyakit.
Patogresif
-       Eksperiment alamiah yang bersifat patogresif merupakan perjalanan klinis suatu
penyakit.
-       Keadaan awal pada patogresif adalah orang itu sakit dan menunjukkan gejala klinis
yang diikuti perkembangannya.

9
-       Leavell dan Clark menggambarkan riwayat perjalan penyakit seperti berikut:
Prapatogenesis: Periode saat orang mulai terinfeksi tanpa gejala klinis (masa
tunas) dan ini berbeda pada tiap penyakit tergantung pada sifat bakteri (patogenitas,
virulensi, juml.bakteri, dan lain-lain)
Patogenesis : periode pada awalnya seseorang telah sakit dan timbul gejala
yang mengikuti.
Perjalanan penyakit dikembangkan menjadi 4 fase/tahap, yaitu:
1.    Tahap Rentan/peka
Tahap berlangsungnya proses etiologik, dimana faktor penyebab pertama
untuk pertama kalinya bertemu penjamu. Disini faktor penyebab pertama belum
menimbulkan penyakit, tetapi telah mulai meletakkan dasar-dasar bagi penyakit
nantinya. Faktor penyebab pertama termasuk juga faktor resiko, yaitu faktor yang
kehadirannya meningkatkan probabilitas kejadian penyakit.
Contoh:
- Kebiasaan merokok → Ca Paru
- Kolesterol LDL yang tinggi → Penyakit Jantung Korener
- Gizi yang buruk → TBC
- Radiasi sinar–X → Leukemia
2.         Tahap Presimptomatik/Pra gejala
·      Tahap berlangsungnya proses perubahan patologik yang diakhiri dengan keadaan
ireversibel (manifestasi penyakit tidak dapat dihindari lagi). Disini belum terjadi
manifestasi penyakit, tetapi telah terjadi tingkat perubahan patologik yang siap untuk
dideteksi tanda dan gejalanya pada tahap berikutnya.
·      Contoh: Perubahan aterosklerosisi arteri coronaria sebelum seseorang memperihatkan
tanda dan gejala Penyakit Jantung Koroner.
3.         Tahap Klinis
Tahap dimana perubahan patologik pada organ telah cukup banyak, sehingga tanda
dan gejala penyakit mulai dapat dideteksi. Disini telah terjadi manifestasi klinik
penyakit.
4.         Tahap Ketidakmampuan/terminal
10
Tahap dimana mulai terlihat akibat dari penyakit akibat penyakit mungkin sembuh
spontan, sembuh dengan terapi, remisi (kambuh), perubahan beratnya penyakit,
kecacatan atau kematian.
G.  Konsep Tingkat Pencegahan
Beaglehole membagi upaya pencegahan menjadi 3 bagian : primordial
prevention (pencegahan awal) yaitu pada pre patogenesis, primary prevention
(pencegahan pertama) yaitu health promotion dan general and specific protection ,
secondary prevention (pencegahan tingkat kedua) yaitu early diagnosis and prompt
treatment dan tertiary prevention (pencegahan tingkat ketiga) yaitu dissability
limitation. Untuk lebih lanjut, akam diuraikan sebagai berikut:
1.         Pencegahan Premordial
            Jenis pencegahan yang paling akhir diperkenalkan, adanya
perkembangan pengetahuan dalam epidemiologi penyakit kardiovaskular dalam
hubungannya dengan diet, dll. Pencegahan ini sering terlambat dilakukan terutama di
negara-negara berkembang karena sering harus ada keputusan secara nasional.
Tujuan premordial prevention ini adalah untuk menghindari terbentuknya pola
hidup sosia-ekonomi dan kultural yang mendorong peningkatan resiko penyakit.
Upaya ini terutama sesuai untuk ditujukan kepada masalah penyakit tidak menular
yan dewasa ini cenderung menunjukkan peningkatannya.

engan demikian, dapat dikatakan bahwa penegahan awal ini diarahkan kepada
mempertahankan kondisi dasar atau status kesehatan masyarakat yang bersifat positif
yang dapat mengurangi kemungkinan suatu penyakit atau faktor resiko dapat
berkembang atau memberikan efek patologis. Faktor-faktor itu tampaknya bersifat sosial
atau berhubungan dengan gaya hidup danpola makan. Upaya awal terhadap tingkat
pencegahan primordial ini merupakan upaya mempertahankan kondisi kesehatan yang
posotif yang dapat melindingi masyarakat dari gangguan kondisi kesehatannya yang
sudah baik.

11
2.         Pencegahan Primer
Pencegahan primer ini bertujuan untuk mengurangi incidence dengan
mengontrol penyebab dan faktor-faktor risiko. Misal : penggunaan kondom dan jarum
suntik disposable pada pencegahan infeksi HIV, imunisasi, dll. Biasanya merupakan
Population Strategy sehingga secara individual gunanya sangat sedikit : penggunaan
seat-belt, program berhenti merokok, dll.

3.         Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan untuk menyembuhkan dan mengurangi akibat
yang lebih  serius lewat diagnosis & pengobatan yang dini. Tertuju pada periode
diantara timbulnya penyakit dan waktu didiagnosis & usaha ↓ prevalensi.
Dilaksanakan pada penyakit dengan periode awal mudah diindentifikasi dan diobati
sehingga perkembangan kearah buruk dapat di stop, Perlu metode yang aman & tepat
untuk mendeteksi adanya penyakit pada stadium preklinik. Misal : Screening pada
kanker cervik, pengukuran tekanan darah secara rutin, dll
4.         Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier bertujuan untuk mengurangi komplikasi penting pada
pengobatan & rehabilitasi, membuat penderita cocok dengan situasi yang tak dapat
disembuhkan. Misal pada rehabilitasi pasien Poliomyelitis, Stroke, kecelakaan dll.
H. Mekanisme Transmisi
Penularan penyakit infeksi adalah mekanisme dimana penyakit infeksi
ditularkan dari suatu sumber atau reservoir kepada seseorang. Penularan ini dapat
terjadi melalui tiga cara sebagai berikut :
1. Penularan Langsung
Mekanisme ini menularkan bibit penyakit langsung dari sumbernya kepada
orang atau binatang lain melalui “Port d’entre”. Hal ini bisa melalui kontak langsung
seperti melalui sentuhan, gigitan, ciuman, hubungan seksual, percikan yang mengenai
conjunctiva, selaput lendir dari mata, hidung atau mulut pada waktu orang lain bersin,
batuk, meludah, bernyanyi atau bercakap (biasanya pada jarak yang kurang dari 1
meter).

12
2. Penularan Tidak Langsung
a. Penularan Melalui Alat
Alat yang terkontaminasi seperti mainan anak-anak, saputangan, kain kotor,
tempat tidur, alat masak atau alat makan, instrumen bedah atau duk; air, makanan,
susu, produk biologis seperti darah, serum, plasma, jaringan organ tubuh, atau segala
sesuatu yang berperan sebagai perantara dimana bibit penyakit di “angkut” dibawa
kepada orang / binatang yang rentan dan masuk melalui “Port d’entre” yang sesuai.
Bibit penyakit tersebut bisa saja berkembang biak atau tidak pada alat tersebut
sebelum ditularkan kepada orang / binatang yang rentan.
b. Penularan Melalui Vektor
(i) Mekanis : Cara mekanis ini meliputi hal-hal yang sederhana seperti terbawanya bibit
penyakit pada saat serangga merayap ditanah baik terbawa pada kakinya atau pada
belalainya, begitu pula bibit penyakit terbawa dalam saluran pencernaan serangga.
Bibit penyakit tidak mengalami perkembangbiakan.
(ii) Biologis : cara ini meliputi terjadinya perkembangbiakan (propagasi / multiplikasi),
maupun melalui siklus perkembangbiakan atau kombinasi kedua-duanya. 
(“cyclopropagative”) sebelum bibit penyakit ditularkan oleh serangga kepada orang /
binatang lain.
Masa inkubsi ekstrinsik diperlukansebelum serangga menjadi infektif. Bibit
penyakit bisa ditularkan secara vertikal dari induk serangga kepada anaknya melalui
telur (“transovarium transmission”); atau melalui transmis transtadial yaitu Pasasi
dari satu stadium ke stadium berikutnya dari siklus hidup parasit didalam tubuh
serangga dari bentuk nimfe ke serangga dewasa.
Penularan dapat juga terjadi pada saat serangga menyuntikkan air liurnya
waktu menggigit atau dengan cara regurgitasi atau dengan cara deposisi kotoran
serangga pada kulit sehingga bibit penyakit dapat masuk kedalam tubuh manusia
melalui luka gigitan serangga, luka garukan. Cara penularan seperti ini bukanlah cara
penularan mekanis yang sederhana sehingga serangga yang menularkan penyakit
dengan cara ini masih bisa disebut sebagai vektor penyakit.

13
3. Penularan Melalui Udara
Penyebaran bibit penyakit melalui “Port d’entre” yang sesuai, biasanya
saluran pernafasan. Aerosol berupa berupa partikel ini sebagian atau keseluruhannya
mengandung mikro organisme. Partikel ini bisa tetap melayang-layang diudara dalam
waktu yang lama sebagian tetap infektif dan sebagian lagi ada yang kehilangan
virulensinya. Partikel yang berukuran 1 – 5 micron dengan mudah masuk kedalam
alveoli dan tertahan disana.
Percikan (droplet) dan partikel besar lainnya tidak dianggap sebagai
penularan melalu udara (airborne); (lihat Penularan Langsung)
a.       Droplet Nuclei
Biasanya berupa residu ukuran kecil sebagai hasil penguapan dari cairan percikan
yang dikeluarkan oleh inang yang terinfeksi.
“Droplet Nuclei” ini bisa secara sengaja dibuat dengan semacam alat, atau
secara tidak sengaja terjadi di labortorium mikrobiologi dan tempat pemotongan
hewan, di tempat perawatan tanaman atau di kamar otopsi. Biasanya “Droplet
Nuclei” ini bertahan cukup lama di udara.
b.      Debu
Partikel dengan ukuran yang berbeda yang muncul dari tanah (misalnya spora
jamur yang dipisahkan dari tanah oleh udara atau secara mekanisme), dari pakaian,
dari tempat tidur atau kutu yang tercemar.
I.  Contoh Kasus
DISENTRI BASILER
1.Triad Epidemiologi
1.1 Agent
Disentri basiler disebabkan oleh Shigella spp .Shigella adalah binatang tidak
bergerak, gram negatif, bersifat fakultatif anaerobik yang dengan beberapa
kekecualian tidak meragikan laktosa tetapi meragikan karbohidrat yang lainnya,
menghasilkan asam tetapi tidak menghasilkan gas. Ada empat spesies Shigella, yaitu
Shigella flexneri, Shigella dysentriae, Shigella boydii dan Shigella sonnei.

14
Pada umumnya S. flexneri, S.Boydii dan S. dysentriae paling banyak
ditemukan di negara berkembang seperti Indonesia6. Sebaliknya S. sonnei paling
sering ditemukan dan S. dysentriae paling sedikit ditemukan di negara maju
.2 Host
Shigelloides terdapat di mana-rnana tapi yang terbanyak terdapat di negara
dengan tingkat kesehatan perorangan yang sangat buruk.Manusia sendiri
merupakan surnber penularan dan hospes alami dari penyakit ini, yang cara
penularannya adalah secara oro- faecal.
1.3 Environment
Disentri basiler ini umumnya terjadi ditempat-tempat dimana sanitasi lingkungan
dan kebersihan perorangan rendah seperti di penjara, tempat penitipan anak, panti
asuhan, rumah sakit jiwa dan pada tempat pengungsi yang padat. Shigellosis endemis
pada daerah iklim tropis maupun iklim sedang, kasus-kasus yang dilaporkan hanyalah
sebagian kecil saja dari kasus, yang sebenarnya terjadi.
2.Transmisi
Disentri basiler Penyebarannya dapat terjadi melalui kontaminasi makanan
atau minuman dengan kontak langsung atau melalui vector, misalnya lalat. Namun
factor utama dari disentri basiler ini adalah melalui tangan yang tidak dicuci sehabis
buang air besar. Cara Penyebaran Penyakit
3. Riwayat Alamiah Disentri Basiler
1. Masa Inkubasi dan Klinis
Setelah masa inkubasi yang pendek (1-3 hari) secara mendadak timbul nyeri
perut, demam, dan tinja encer. Tinja yang encer tersebut berhubungan dengan kerja
eksotoksin dalam usus halus. Secara klasik, Shigellosis timbul dengan gejala adanya
nyeri abdomen, demam, BAB berdarah, dan feses berlendir. Gejala awal terdiri dari
demam, nyeri abdomen, dan diare cair tanpa darah, kemudian feses berdarah setelah 3
– 5 hari kemudian. Lamanya gejala rata-rata pada orang dewasa adalah  hari, pada
kasus yang lebih parah menetap selama 3 – 4 minggu. Shigellosis kronis dapat
menyerupai kolitis ulseratif, dan status karier kronis dapat terjadi.

15
2. Masa Laten dan Periode Infeksi
Setelah timbul gejala,sehari atau beberapa hari kemudian, karena infeksi
meliputi ileum dan kolon, maka jumlah tinja meningkat, tinja kurang encer tapi sering
mengandung lendir dan darah. Tiap gerakan usus disertai dengan “mengedan” dan
tenesmus (spasmus rektum), yang menyebabkan nyeri perut bagian bawah. Demam
dan diare sembuh secara spontan dalam 2-5 hari pada lebih dari setengah kasus
dewasa.
Namun, pada anak-anak dan orang tua, kehilangan air dan elektrolit dapat
menyebabkan dehidrasi, asidosis, dan bahkan kematian. Kebanyakan orang pada
penyembuhan mengeluarkan kuman disentri untuk waktu yang singkat, tetapi
beberapa diantaranya tetap menjadi pembawa kuman usus menahun dan dapat
mengalami serangan penyakit berulang-ulang. Pada penyembuhan infeksi,
kebanyakan orang membentuk antibodi terhadap Shigella dalam darahnya, tetapi
antibodi ini tidak melindungi terhadap reinfeksi.
4. Pencegahan Penyakit
disentri basiler ini dapat dicegah dengan cara :
1.    Selalu menjaga kebersihan dengan cara mencuci tangan dengan sabun secara teratur
dan teliti.
2.    Mencuci sayur dan buah yang dimakan mentah.
3.    Orang yang sakit disentri basiler sebaiknya tidak menyiapkan makanan.
4.    Memasak makanan sampai matang.
5.    Selalu menjaga sanitasi air, makanan, maupun udara.
6.    Mengatur pembuangan sampah dengan baik.
7.    Mengendalikan vector dan binatang pengerat. 
5. Pengobatan
Pada infeksi ringan umumnya dapat sembuh sendiri, penyakit akan sembuh
pada 4-7 hari. Minum lebih banyak cairan untuk menghindarkan kehabisan cairan,
jika pasien sudah pada tahap dehidrasi maka dapat diatasi dengan Rehidrasi Oral .
Pada pasien dengan diare berat disertai dehidrasi dan pasien yang muntah berlebihan
sehingga tidak dapat dilakukan Rehidrasi Oral maka harus dilakukan Rehidrasi
Intravena .
16
umumnya pada anak kecil terutama bayi lebih rentan kehabisan cairan jika
diare. Untuk infeksi berat Shigella dapat diobati dengan menggunakan antibiotika
termasuk ampicilin, trimethoprim-sulfamethoxazole, dan ciprofloxacin. Namun,
beberapa Shigella telah menjadi kebal terhadap antibiotika, ini terjadi karena
penggunaan antibiotika yang sedikit-sedikit untuk melawan shigellosis ringan
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dalam epidemiologi, penyakit dipandang sebagai keadaan yang disebabkan
oleh banyak faktor, tidak hanya oleh karena adanya mikroorganisme yang
menganggu fungsi biologis tubuh, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti
lingkungan fisik dan sosial. dengan memandang keberadaan penyakit secara lengkap
maka penanganan akan akan dapat dilakukan dengan lebih komprehensif.
     Terjadinya penyakit digambarkan dalam tiga konsep yaitu konsep segitiga,
jaring-jaring sebab akibat dan model roda. Dalam konsep segitiga penanganan
penyakit dapat dilakukan dengan menyeimbangkan interaksi antara host, agent dan
lingkungan. Dalam konsep jaring-jaring, penyakit dapat ditangani dengan
memutuskan salah satu rantai jaring-jaring. Dalam konsep roda, penyakit dapat
ditangani dengan adaptasi yang tepat sesuai pergeseran roda kondisi lingkungan dan
internal.
B.Saran
Jika dalam penulisan makalah ini terdapat kekuarangn dan kesalahan, saya
mohon maaf. Untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun agar saya dapat membuat makalah yang lebih baik di kemudian
hari

18
DAFTAR PUSTAKA
Noor, 1997, Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular, Jakarta, PT.
Rineka Cipta
Bustan, 2000, Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Jakarta, PT. Rineka
Cipta
Bustan, 2002, Pengantar Epidemiologi, Jakarta, PT. Rineka Cipta
Notoatmojo, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip Prinsip Dasar,
Jakarta, PT. Rineka Cipta
Vaughan, Morrow, 1993, Panduan Epidemiologi Bagi Pengelolaan
Kesehatan Kabupaten, Bandung, ITB

19

Anda mungkin juga menyukai