A. Definisi
Gagal ginjal kronis disebut juga sebagai Chronic Kidney Disease (CKD)
yaitu merupakan kehilangan atau penurunan fungsi ginjal yang sudah lanjut
dan bertahap serta bersifat menahun sehingga ginjal tidak dapat berfungsi
dengan baik dan perlu dilakukan perawatan dan pengobatan yang serius.
Perbedaan kata kronis disini dibanding dengan akut adalah kronologis waktu
dan tingkat fisiologis flitrasi. Berdasarkan Mc Clellan (2006) dijelaskan
bahwa gagal ginjal kronis merupakan kondisi penyakit pada ginjal yang
persisten (keberlangsungan ≥ 3 bulan) dengan:
1. Kerusakan ginjal; dan
2. Kerusakan Glomerulus Filtration Rae (GFR) dengan angka GFR ≤ 60
ml/menit/1,73 m2.
CKD
A. Pengkajian
1. Anamnesa
Pengkajian pada klien gagal ginjal kronis sebenarnya hamper sama
dengan klien gagal ginjal akut , namun disini pengkajian lebih penekanan
pada support system untuk mempertahankan kondisi keseimbangan dalam
tubuh (hemodynamically process). Dengan tidak optimalnya/gagalnya
fungsi ginjal, maka tubuh akan melakukan upaya kompensasi selagi dalam
batas ambang kewajaran. Tetapi, jika kondisi ini berlanjut (kronis), maka
akan meimbulkan berbagai manifestasi klinis yang menandakan gangguan
sisem tersebut. Berikut ini adalah pengkajian keperawatan pada klien
dengan gagal ginjal kronis:
a. Biodata
Tidak ada spesifikasi khusus untuk kejadian gagal ginjal, namun laki-
laki sering memiliki resiko lebih tinggi terkait dengan pekerjaan dan
pola hidup sehat. Gagal ginjal kronis merupakan periode lanjut dari
insidensi gagal ginjal akut, sehingga tidak berdiri sendiri.
b. Keluhan Utama
Keluhan sangat bervariasi, terlebih jika terdapat penyakit sekunder yang
menyertai. Keluhan bisa berupa urine output yang menurun (oliguria)
sampai pada anuria, penurunan kesadaran karena komplikasi pada
sistem sirkulasi-ventilasi, anoreksia, mual dan muntah,diaforesis,
fatingue, napas berbau urea, dan pruritus. Kondisi ini dipicu oleh karena
penumpukan (akumulasi) zat sisa metaboliisme/toksin dalam tubuh
karena ginjal mengalami kegagalan filtrasi.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada klien degan gagal ginjal kronis biasanya terjadi penurunan urine
output, penrunan kesadaran, perubahan pola napas karena komplikasi
dari gangguan sistem ventilasi, fatigue, perubahan fisiologis kulit, bau
urea pada napas. Selain itu, karena berampak pada proses metabolisme
(sekuder karena intoksikasi), maka akan terjadi anoreksi, nausea dan
vomit sehingga beresiko untuk terjadinya gangguan nutrisi.
d. Riwayat penyakit Dahulu
Gagal ginjal kronik dimulai dengan periode gagal ginjal akut dengan
berbagai penyebab (mutikausa). Oleh karena itu, informasi penyakit
terdahulu akan menegaskan untuk penegakan masalah. Kaji riwayat
penyakit ISK. Payah jantung, pengunaan obat berlebihan (overdosis)
khususnya oba yang bersifat nefrotoksik, BPH dan lain sebagai yang
mampu mempegaruhi kerja ginja. Selain itu, ada bebearapa penyakit
yang langsung mempengaruhi/menyebabkan gagal ginjal yaitu diabetes
mellitus, hipertensi, batu saluran kemih (urolithiasis).
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Gagal ginjal kronis bukan penyakit menular. Namun, Pencetus secunder
seperti DM dan hipertensi memiliki pengaruh terhadap kejadian
penyakit gagal ginjal kronis, karena penyakit tersebut bersifat herediter.
Kaji pola kesehatan keluarga yang diterapkan jika ada anggota
keluarrga yang sakit, misalya minum jamu saa sakit.
f. Riwayat Psikososial
Kondisi ini tidak selalu ada gangguan jika klien mengalami koping
adapitf yang baik. Pada klien gagal ginjal kronis, biasanya perubahan
psikososial terjadi pada waktu klien mengalami peubahan struktur
fungsi tubuh dan menjalani proses dialisa. Klien akan mengurung diri
dan lebih banyak berdiam diri (murung). Selain itu, kondisi inii juga
dipicu oleh biaya yang dikelurkan selama proses pengobatan, sehingga
klien mengalami kecemasan.
2. Pengkajian Sistem
a. Sistem Pernapasan
Adanya bau urea pada bau napas. Jika terjadi komplikasi
asidosis/alkalosis respiratorik maka kondisi penapasan akan mengalami
patologis gangguan. Pola napas akan semakin cepat dalam sebagai
bentuk kompensasi tubuh mempertahankan venntilasi (kussmaull).
b. Sistem Hematologi
Ditemukan adanya fiction rub pada kondisi uremia berat. Selain itu,
biasanya terjadi TD meningkat, akral dingin, CRT > 3 detik, palpitasi
jantung, chest pain, dispneu, gangguan irama jantung dan gangguan
sirkulasi lainnya. Kondisi ini akan semakin parah jika zat sisa
metabolisme semakin tinggi dalam tubuh karena tidak efektif dalam
eksresinya, selain itu, pada fisiologis darah sendiri sering ada gangguan
anemia karena peurunan eritropoetin.
c. Sistem Neuromuskular
Penurunan kesadaran menurun setelah mengalami hiperkabic dan
sirkulasi celebral terganggu.oleh karena itu, penurunan kognitif dan
terjadinya disorientasi akan dialami klien gagal ginjal kronis.
d. Sistem Kardiovaskuler
Penyakit yang berhubunngan langsung dengan kejadian gagal ginjal
kronis salah satunya adalah hipertensi. Tekanan darah yang tinggi di
atas ambang kewajaran akan mempengaruhi volume vaskuler. Stagasi
ini akan memicu retensi natrium dan air sehingga akan meningkatkan
bebang jantung.
e. Sistem Endokrin
Berhubung dengan pola seksualitas, klien dengan gagal ginjal kronis
akan mengalami disfungsi sesksualitas karena penurunan hormone
reproduksi. Selain itu, jika kondisi gagal ginjal kronis berhubung
dengan penyakit DM, maka aka nada gangguan dalam sekresi insulin
yang berdampak pada proses metabolisme.
f. Sistem perkemihan
Dengan gangguan/kegagalan fungsi ginjal secara kompleks
(filtrsi,sekresi,reabsorsi dan ekskresi), maka manifestasi yang paling
menonjol adalah penurunan urine output < 400 ml/hari bahkan sampai
pada anuria (tidak adanya urine output).
g. Sistem Pencernaan
Gangguan sistem pencernaan lebih dikarenakan efek dari penyakit
(stress effect). Sering ditemukan anoreksia, nausea,, vomit, dan diare.
h. Sistem Maskulokletal
Dengan penurunan/kegagalan fungsi sekresi pada ginjal maka
berdampak pada proses demineralisasi tulang. Sehingga terjadinya
resiko osteoporosis tinggi.
3. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan darah lengkap: ureum meningkat, kreatinin serum
meningkat. Dari kadar kreatinin serum dapat dilakukan perhitungan
estimasi LFG dengan rumus Cockrof-Gaulf atau studi MDRD;
b. Pemeriksaan elektrolit: hiperkelemia, hipokalsemia, hiperfosfatemia,
hipermagnesemia;
c. Pemeriksaan kadar glukosa darah, profil lipid (hiperkolesterolemia),
hipertrigliseridemia, LDL.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b/d hambatan upaya nafas ditandai dengan penggunaan
otot bantu nafas
2. Penurunan curah jantung b/d perubahan irama jantung ditandai dengan takikardi
3. Perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan konsentrasi haemoglobin ditandai
dengan edema
4. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan ditandai dengan merasa lemah
C. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Standar Luaran Intervensi Keperawatan
1 Pola nafas tidak efektif b/d Setelah dilakukan tindakan Observasi
hambatan upaya nafas ditandai keperawatan selama …..x24 jam 1. Monitor pola napas (frekuensi dan usaha napas)
dengan penggunaan otot bantu diharapkan pola nnafas membaik 2. Monitor bunyi napas tambahan ( mis. Gardline,
nafas ditandai dengan kriteria hasil : mengi, whezing, ronchki kering)
Pengunaan otot bantu nafas 3. Monitor secret (jumlah, warna dan aroma)
menurun Terapeutik
Ventilasi semenit menurun 4. Posisikan semi fowler atau fowler
frekuensi nafas membaik 5. Berikan minum hangat
6. Keluarkan sumbatan benda padat dengan torsep
mcgiil
7. Berikan oksigen, jika perlu.
Edukasi
8. Anjurkan asupan cairan 2000 ml /hari, jika tidak
kontraindikasi
9. Anjarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
10. Kolaborasi pemberian bronkodilator, espektoran,
mukolitik, jika perlu
2 Penurunan curah jantung b/d Setelah dilakukan tindakan Observasi
perubahan irama jantung keperawatan selama …..x24 jam 1. Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah
ditandai dengan takikardi diharapkan curah jantung membaik jantung (kelelahan, edema)
ditandai dengan kriteria hasil : 2. Monitor intake dan output cairan
Edema menurun 3. Monitor saturasi oksigen
Takikardi menurun 4. Monitor EKG 12 ssadapan
Kekuatan nadi perifer 5. Monitor aritmea (kelainan irma dan frekuensi)
menurun
Terapeutik
6. Posisikan pasien semi fowler atau fowler
7. Berikan diet jantung yang sesuai (mis. Batasi
asupan kafein, natrium, koletrol, dan makanan
tinggi lemak)
8. Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi
hidup sehat
9. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi
stress, jika perlu
Edukasi
10. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai teloransi
11. Anjurkan beraktivitas secara bertahap
12. Anjurkan berhenti merokok
Kolaborasi
13. Kolaborasi pemberian anti aritmea, jika perlu
14. Rujuk keprogram rehabilitas jantung
3 Perfusi perifer tidak efektif b/d Setelah dilakukan tindakan Observasi
penurunan konsentrasi keperawatan selama …..x24 jam 1. Periksa serkulasi perifer (mis, nadi pwrifer,
haemoglobin ditandai dengan diharapkan keadekuatan aliran edema dan pengisian kapiler)
edema darah membaik ditandai dengan 2. Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi
kriteria hasil : (mis. Hipertensi dan kadar kolestrol tinggi).
Warna kulit pucat menurun 3. Monitor panas, kemerahan, nyeri atau bengkak
Edema perifer menurun pada ekstremita
Denyut nadi perifer menurun Terapeutik
4. Hindari pemasangan infus atau pengambilan
darah di area keterbatasan perfusi
5. Hindari pengukuran TD pada ekstremitas pada
keterbatasan perfusi
6. Lakukan pencegahan infeksi
Edukasi
7. Anjurkan berolahraga rutin
8. Ajarkan program diet untuk memperbaiki
serkulasi (mis. Rendah lemak jenuh, minyak
ikan omega tiga).
9. Informasikan tanda dan gejala darurat yang
harus dilaporkan (mis. Rasa sakit tidak hilang
pada saat istirahat)
4 Intoleransi aktivitas b/d Setelah dilakukan tindakan Observasi
kelemahan ditandai dengan keperawatan selama …..x24 jam 1. Identifikasi gangguan tubuh yang megakibatkan
merasa lemah diharapkan respon fisiologis kelelahan
terhadap aktifitas membaik 2. Monitor pola jam tidur
ditandai dengan kriteria hasil : 3. Monitor lokasi dan ketidak nyamanan selama
Kemudahan dalam melakukan melakukan aktivitas
aktivitas sehari-hari Terapeutik
menungkat 4. Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah
Frekuensi nafas membaik stimulus
Perasaan lemah menurun (mis. Cahaya, suara, dan kunjungan)
5. Berikan aktivitas distraksi menenangkan
6. Fasilitasi duduk di samping tempat tidur, jika
tidak dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
7. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
8. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan
9. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
10. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat