19
/
19
Halaman 1 dari 19
TIDAK UNTUK DIPERJUALBELIKAN
CHAPTER EMPAT
Beatrice
Tanpa bertemu dengan temanku lagi, pada akhir dari liburan, aku melakukan
perjalanan ke St_. Kedua orang tuaku ikut bersamaku dan dengan penuh kehati-hatian
mempercayakanku ke dalam perlindungan dari asrama laki-laki yang dijalankan oleh seorang
guru di sekolah menengah. Mereka akan terbujur ketakutan jika saja mereka tahu kehidupan
Pertanyaan itu masih saja berkisar mengenai apakah aku dapat menjadi anak laki-laki
yang baik dan anggota masyarakat yang berguna, atau apakah kodratku akan mendorongku
ke
jalan yang lain. Usaha terakhirku adalah berbahagia di bawah bayangan rumah ayahku dan
jiwa
tersebut bertahan cukup lama, telah sering kali nyaris berhasil, namun kemudian pada
akhirnya
kembal gagal.
Kekosongan yang asing dan kesendirian yang kurasakan pertama kali datang sepanjang
liburan setelah upacara Penguatanku (betapa aku menjadi tidak asing dengannya setelah itu,
pada kekosongan itu, suasana penjernihan itu!) tidak berlalu dengan cepat. Mengucapkan
selamat tinggal pada rumahku terasa sangat mudah untukku hingga terasa janggal,
sesungguhnya aku merasa malu tidak menjadi lebih sedih, saudari-saudariku menangis tanpa
alasan tapi aku tidak bisa melakukannya. Aku terkejut mengenai diriku sendiri. Aku selalu
merupakan anak yang penuh perasaan dan lebih kepada anak yang baik. Sekarang aku
berubah
total. Aku bersikap tak acuh pada dunia luar dan selama berhari-hari hanya berpikir untuk
yang bergema di atas permukaan di dalamku. Aku telah tumbuh lebih tinggi dengan cepat
sepanjang setengah tahun belakangan dan aku terlihat seperti seorang pemuda setengah
matang yang kurus kering yang memandang ke dunia. Pesona kekanakan telah menghilang
dariku, aku sendiri merasa bahwa tidak ada yang dapat mencintaiku seperti bagaimana diriku,
dan aku pun tidak menyukai diriku sedikit pun. Aku sering sangat merindukan Max Demian;
tapi tidak jarang pula aku membencinya pula, menyalahkannya karena telah memiskinkan
Halaman 2 dari 19
TIDAK UNTUK DIPERJUALBELIKAN
Di dalam asrama sekolah khusus laki-laki, pertama kali aku tidaklah disukai maupun
dihormati; pertama kali aku dikerjai kemudian mereka meninggalkanku sendiri dan merasa
aku
adalah seseorang yang munafik dan orang asing yang tidak menyenangkan. Aku menikmati
peran tersebut dan bahkan melebih-lebihkannya, menjadi penyendiri hanya karena kesal; di
luar dari kesendirianku yang terus-terus menyerupai sindiran terjantan terhadap dunia, diam-
diam sering menjadikanku subjek dari serangan melankoli dan keterpurukan yang
Hal-hal berlanjut seperti itu untuk setahun dan lebih; bahkan dalam perjalanan
pulangku pertama selama liburan tidak menambahkan hal baru lainnya; aku merasa senang
Itu adalah awal November ketika aku menjadi terbiasa untuk berjalan-jalan singkat
untuk memikirkan hal-hal, tidak peduli seperti apa pun cuaca; dalam perjalanan-perjalanan
ini
aku sering menikmati sebuah gairah, gairah yang dipenuhi melankoli dan sindiran untuk
dunia
dan untuk diriku sendiri. Jadi aku berjalan santai di suatu sore di dalam senja yang basah dan
berkabut menyusuri perbatasan kota; jalan besar yang luas dan dijajari oleh pepohonan di
taman kota terlihat sangat sepi dan mengundangku untuk berjalan di sana; jalanannya ditutupi
oleh setumpuk tinggi daun gugur, di sana aku memendam ujung kakiku dengan hasrat yang
kabur; ada aroma basah yang pahit; pepohonan di kejauhan muncul di antara kabut yang
Di ujung dari jalan aku berhenti ragu, menatap pada dedaunan hitam dan menghirup
rakus pada aroma basah dari kebusukan dan kematian yang mana sesuatu di dalam diriku
merespons terhadapnya dan menerimanya dengan tangan terbuka. Oh, betapa hambar hidup
terasa!
Di jalan samping ada seseorang dengan mantel berkerah yang berkibar mendekat; aku
“Halo, Sinclair!”
Dia mendatangiku; itu adalah Alfons Beck; anak tertua di asrama kami. Aku selalu
senang melihatnya dan tidak punya masalah dengannya, selain bahwa dia sering kali sarkastis
dan merendahkanku sebagaimana yang dia lakukan kepada semua anak laki-laki yang lebih
muda darinya. Dia dikatakan sekuat beruang dan memiliki pemilik dari asrama kami di dalam
Halaman 3 dari 19
TIDAK UNTUK DIPERJUALBELIKAN
genggaman jemarinya, dan dia adalah pahlawan dari banyak kisah di dalam gosip sekolah
menengah kami.
“Apa yang kau lakukan di sini?” dia memanggil dalam nada ramah yang sering anak- anak
lebih tua tunjukkan ketika mereka hendak berlagak di depan salah satu dari kami. “Ya,
Dia tertawa, berjalan di sampingku, dan berbicara dengan cara yang aku tidak lagi
kusukai
“Kau tidak perlu takut bahwa aku tidak dapat memahamimu, Sinclair. Aku tahu seorang
terpengaruh ketika dia berjalan di sekitar kabut seperti ini di sore hari, dengan pemikiran
musim gugur; kemudian dia akan cenderung menulis puisi, aku tahu. Tentang alam yang
sekarat, secara natural, dan mengenai masa muda yang menghilang yang merupainya.
“Baiklah, kita hentikan itu. Tapi di cuaca seperti ini kupikir itu ide bagus untuk mencari
tempat tenang di mana kau bisa mendapatkan segelas wine atau sesuatu. Kau ingin bergabung
denganku? Aku selalu saja sendiri. Atau kau tidak ingin? Aku tidak mau menjadi
penghasutmu,
Tak lama setelah itu kami duduk di dalam sebuah kedai minuman kecil di pinggiran,
minum wine yang kualitasnya meragukan dan membenturkan gelas tebal kami bersama.
Pertama kali aku tidak terlalu menyukainya, tapi di tahap apa pun ini terasa baru. Tapi segera,
karena tidak terbiasa dengan wine, aku menjadi lebih banyak berbicara. Itu seakan seperti
sebuah jendela telah terbuka di dalamku, membiarkan dunia menyinar ke dalam –betapa
lamanya, betapa luar biasa lamanya itu sudah semenjak aku terakhir kali melepaskan sesuatu
dari dalam dadaku! Tanpa kusadari aku mulai mengoceh, dan di dalam ocehan itu aku
berbicara! Dia menepuk bahuku, dia memanggilku laki-laki jahanam, dan hatiku
membengkak
oleh kebahagiaan karena dapat mengutarakan begitu banyak kata-kata dan melakukan
komunikasi yang kuperlukan tapi telah tertahan; kenikmatan karena diterima sebagai seorang
rekan dan menerimaku hingga suatu batas sebagai seseorang yang lebih tua. Ketika dia
memanggilku anjing pintar, kalimat tersebut menjalariku seperti wine manis yang kuat.
Dunia
Halaman 4 dari 19
TIDAK UNTUK DIPERJUALBELIKAN
bersinar dalam spektrum warna yang baru, ide-ide mengalir ke dalam benakku dari ratusan
mata air yang bergejolak, api pengetahuan berkobar di dalamku. Kami berbicara mengenai
guru-guru dan teman-teman sekolah kami, dan aku pikir kami bergaul dengan sangat baik.
Kami berbicara mengenai orang Yunani, budaya pagan, dan Beck berusaha keras untuk
membuatku menceritakan pengalaman erotis. Itu adalah hal yang tak dapat kuikuti. Aku tidak
pernah pengalaman dalam hal tersebut, tidak ada yang dapat kuceritakan. Apa yang
kurasakan,
rancang, atau bayangkan dalam benak menyala di dalamku dengan pasti, bahkan meskipun
wine belum membebaskannya untuk didiskusikan. Beck tahu banyak mengenai perempuan,
dan aku mendengarkan kisah-kisah itu dengan sungguh-sungguh. Aku mempelajari hal-hal
luar
biasa dalam kesempatan itu; hal-hal yang tidak pernah kupikirkan mungkin memasuki
keberadaanku yang membosankan dan terlihat sudah jelas. Alfons Beck, yang mungkin
berusia
delapan belas tahun, telah mengumpulkan pengetahuan. Antara lain, dia telah mempelajari
bahwa masalah dengan para perempuan adalah bahwa mereka tidak menginginkan apa pun
selain pujian dan perhatian yang cukup baik namun bukan hal yang mendasar. Kesuksesan
lebih besar dapat diharapkan dari wanita dewasa. Para wanita jauh lebih pintar. Contohnya,
Nyonya Jaggelt, yang memiliki toko peralatan kantor, adalah wanita yang dapat kau ajak
bicara
dan hal-hal yang terjadi di belakang konternya tidak dapat dituliskan di sini.
Aku duduk di sana seakan di bawah pengaruh sihir, terpaku. Sudah pasti, aku tidak akan
pernah mencintai Nyonya Jaggelt –tapi itu tetap terdengar luar biasa. Kesempatan terlihat
ada,
setidaknya untuk anak-anak yang lebih tua, yang tidak pernah kubayangkan. Ya, ada yang
salah
dalam hal ini, dan itu semua terasa murahan dan lebih umum daripada bagaimana cinta
seharusnya terasa dalam opiniku—tapi, itulah kenyataan, itulah hidup dan petualangan;
seseorang yang duduk di sampingku terlihat pernah mengalaminya, sudah sangat jelas.
Percakapan kami telah menurun, entah bagaimana dia telah kehilangan kualitasnya.
Dan aku bukan lagi si kecil yang pintar; sekarang aku hanya seorang pemuda yang
selama berbulan-bulan, ini tak ternilai, ini adalah amat menyenangkan. Di samping, aku baru
saja perlahan merasakannya, ini merupakan hal terlarang, sangat terlarang untuk duduk di
dalam kedai minuman dengan topik pembicaraan kami. Dalam tahap ini aku menemukannya
sebagai rasa dari kecerdasan, sebuah rasa dari revolusi.
Aku mengingat malam itu dengan sangat jelas. Ketika kami berdua mulai berjalan
pulang di tengah malam yang basah dan dingin, melewati lampu jalanan gas yang menyala
Halaman 5 dari 19
TIDAK UNTUK DIPERJUALBELIKAN
remang-remang, aku mabuk untuk pertama kalinya. Itu tidak menyenangkan, itu sangat
menyedihkan tapi juga itu memiliki atraksi tersendiri, rasa manis; itu adalah pemberontakan
dan pesta pora liar, itu adalah kehidupan dan kecerdasan. Beck bertanggung jawab atasku
meskipun dia memakiku pahit sebagai orang baru yang tidak berpengalaman, dan setengah
Tapi ketika aku tersadar dan bangun setelah tidur mati yang sangat singkat, sebuah rasa
penyesalan tak tertahankan menguasaiku. Aku duduk di tempat tidur, masih mengenakan
kaos
semalam; pakaian dan sepatuku berserakan di atas lantai dan beraroma tembakau dan
muntahan dan di antara sakit kepala, mual, dan rasa haus yang teramat sangat sebuah
gambaran muncul di benakku yang sudah lama tidak pernah kuhadapi. Aku melihat kampung
halaman dan rumah orang tuaku, ayah dan ibuku, saudari-saudari dan taman; aku melihat
ruang tidurku yang tenang dan nyaman, aku melihat sekolah dan pasar, aku melihat Demian
dan kelas Penguatan kami –dan semua itu terlihat terang, itu dilingkupi oleh cahaya, itu
semua
luar biasa, Ilahi, dan murni; dan semua, semua itu—aku tahu sekarang—pernah menjadi
milikku dan sudah sedang menantiku kemarin, beberapa jam lalu; dan sekarang, baru saja
pada
saat itu, itu telah menghilang dari pandanganku dan terkutuk; itu tidak lagi menjadi milikku;
itu
telah menyingkirkanku, itu melihatku dengan jijik! Semua cinta dan kehangatan yang telah
orang tuaku tunjukkan semenjak masa keemasan kanak-kanakku yang terlama, semua
kecupan
dari ibuku, semua natal, semua iman, Minggu pagi yang terang di rumah, seluruh bunga di
taman—semua itu telah dibinasakan, aku telah menginjak-injak semua itu! Jika petugas
pengadilan datang pada saat itu, mengikat kedua tanganku, dan membawaku ke tiang
gantungan sebagai seorang terasing dan seorang pencemar kuil, aku akan menyetujuinya, aku
akan pergi dengan senang hati, aku akan menganggapnya hal yang sepatutnya dan
sewajarnya.
Kemudian itu adalah bagaimana aku melihat dari dalam! Aku, yang berkeliaran
membenci dunia! Aku, yang memiliki kesombongan di dalam benak dan berbagai ide dengan
Demian! Itulah bagaimana aku terlihat, seorang terasing, babi kotor, pemabuk dan tidak
berharga, menjijikkan dan awam, monster keji yang tertangkap tidak siap oleh impulsku yang
mengerikan! Itu bagaimana aku terlihat, aku yang datang dari taman-taman di mana semua
terlihat suci, bercahaya, dan lembut penuh kasih itu, aku yang pernah menyukai musik Bach
dan puisi-puisi indah! Dengan perasaan jijik dan amarah aku masih mendengar suara tawaku
sendiri, tawa mabuk yang tak terkontrol yang terdengar bodoh. Itulah siapa diriku!
Halaman 6 dari 19
TIDAK UNTUK DIPERJUALBELIKAN
Tapi di luar semua hal, itu nyaris menyenangkan untuk merasakan penderitaan atas
siksaan-siksaan itu. Aku harus merangkak melalui hidup dalam kebutaan dan kejemuan untuk
waktu yang sangat lama, hatiku terus berdiam diri, semakin miskin, di suatu sudut sekian
lama,
dan tuduhan atas diri sendiri ini, kengerian ini, dan seluruh emosi yang mengerikan di dalam
jiwaku ini kuterima dengan tangan terbuka. Bagaimanapun juga itu adalah sebuah emosi,
kobaran yang masih muncul, itu menunjukkan bahwa hatiku masih hidup. Di dalam
kebingungan, di tengah kesedihanku, aku merasakan sesuatu seperti kebebasan dan musim
semi.
Sementara itu, jika dilihat dari luar, semua hal memutuskan untuk menuruni jurang
bersamaku. Acara minum-minum hingga mabuk pertamaku segera tidak lagi menjadi yang
satu-satunya. Di sekolah kami ada banyak orang yang suka pergi ke kedai minuman dan
bertingkah laku dungu; aku adalah salah satu yang termuda di antara mereka yang bergabung,
dan segera aku tidak lagi menjadi anak muda yang hanya ditoleransi melainkan pemimpin
dan
ketua, seorang yang suka pergi kedai minuman yang badung dan nekat. Sekali lagi aku
sepenuhnya menjadi bagian dari dunia gelap, kepada sang Iblis, dan di dalam dunia itu aku
Tapi selagi aku melakukannya, aku merasa sangat buruk. Kehidupanku berbelok ke
dalam pesta liar penghancuran diri, dan selagi aku dipandang oleh teman-teman sekolahku
sebagai ketua dan laki-laki jahanam, si berani yang terkutuk dan anak yang cerdik, jauh di
dalam
jiwaku yang ditunggangi oleh kecemasan bergetar penuh peringatan. Aku masih mengingat
air
mata yang hinggap di mataku ketika aku berjalan keluar dari kedai minuman di suatu Minggu
pagi dan melihat anak-anak bermain di jalanan, ceria dan bahagia, dengan rambut tersisir dan
pakaian Minggu terbaik mereka. Dan sementara aku duduk di antara genangan bir di meja
yang
kotor di dalam kedai minuman murahan, menghibur dan sering kali menakuti temanku
dengan
ucapan sinis yang tidak biasa, jauh di dalam hatiku aku menghormati semua yang kuejek, dan
di dalam benakku aku sedang menangis sambil berlutut kepada jiwaku, kepada masa laluku,
kepada ibuku, dan Tuhan.
Jika aku tidak pernah bergabung bersama rekan-rekanku, jika aku bertahan untuk
menyendiri di tengah kehadiran mereka dan demikian aku dapat menderita dengan cara
begitu, ada alasan yang baik untuk hal itu. Aku adalah pengunjung bar tetap dan orang sinis
yang cocok dengan orang-orang tervulgar, aku menunjukkan akal dan keberanian dalam hal
yang kupikirkan dan kukatakan mengenai guru-guru, sekolah, orang tua, dan gereja kami –
aku
Halaman 7 dari 19
TIDAK UNTUK DIPERJUALBELIKAN
bahkan mentoleransi candaan-candaan cabul dan sering kali berani untuk mengatakannya
sendiri –tapi aku tidak pernah bergabung dengan teman-temanku mengunjungi para
perempuan; aku sendiri, dipenuhi dengan kerinduan khusyuk akan cinta, kerinduan yang tak
ada harapannya, sementara jika menilai dari apa yang kuucapkan aku seharusnya sudah
menjadi seorang playboy yang berpengalaman. Tidak ada seorang pun yang lebih lemah atau
pemalu daripada diriku. Dan ketika aku sesekali melihat perempuan dari kalangan menengah
berjalan di depanku, cantik dan bersih, ceria dan penuh syukur, mereka sangat luar biasa,
mimpi-mimpi suci di depan mataku, ribuan kali terlalu baik dan murni untukku. Untuk sesaat
aku bahkan tidak dapat mengunjungi toko peralatan tulis milik Nyonya Jaggelt karena aku
selalu merona setiap kali melihatnya dan memikirkan apa yang Alfons Beck pernah katakan
padaku mengenainya.
Semakin kurasakan semakin sering aku sendiri dan berbeda, bahkan di dalam lingkaran
pertemananku yang baru, semakin aku tidak dapat melepaskan diri. Aku benar-benar tidak
lagi
mengingat apakah minum-minum dan membual pernah memberiku kesenangan; selain itu,
aku tidak pernah terbiasa terhadap alkohol yang tidak pernah lepas membuatku menderita
akan konsekuensi yang menyakitkannya setiap kali aku minum. Itu semua seperti keharusan.
Aku melakukan apa yang harus kulakukan, karena jika tidak aku tidak tahu apa yang harus
kulakukan dengan diriku. Aku merasa takut berada sendirian untuk waktu yang lama; aku
berdiri dalam ketakutan akan pemikiran halus akan cinta yang sangat sering datang padaku.
Satu hal yang kurindukan di antara semua itu –seorang teman. Ada dua atau tiga siswa
yang keberadaannya membuatku cukup nyaman. Tapi mereka berada di antara siswa-siswa
teladan dan beberapa saat kejahatanku bukan lagi rahasia untuk siapa pun. Mereka
menghindariku. Mereka menandaiku sebagai pejudi yang terpuruk yang kehilangan pijakan
kakinya. Guru-guru tahu banyak mengenaiku, aku pernah dihukum keras beberapa kali,
pemecatanku dari sekolah adalah hal yang sudah dapat dipastikan. Aku sendiri tahu; bersama
waktu itu aku telah lama berhenti menjadi siswa baik, melainkan dengan penuh rasa sakit
memaksa dan mencurangi jalanku melewatinya, dengan perasan bahwa hal-hal tidak dapat
Ada banyak cara yang mana tuhan dapat membuat kita kesepian dan membawa kita
kepada diri kita. Dia membawaku ke jalan itu pada hari-hari itu. Itu seperti sebuah mimpi
buruk.
Aku melihat diriku, tersihir dalam sebuah mimpi, tak henti dan dalam penyiksaan, merangkak
melewati kotoran berlendir, kaca-kaca botol bir yang pecah, dan malam-malam percakapan
Halaman 8 dari 19
TIDAK UNTUK DIPERJUALBELIKAN
sinis, sebuah jalan yang buruk rupa dan tidak bersih. Ada mimpi-mimpi di mana kau sedang
dalam perjalanan menuju seorang putri tapi di tengah jalan tertahan oleh genangan tinja, di
ujung lorong beraroma sampah. Seperti itulah mengenai jalanku. Itu adalah takdirku, di
dalam
jalanan kasar, untuk menjadi kesepian, dan berdiri tegak di antara aku dan masa kanak-
kanakku, sebuah pintu terkunci menuju Taman Eden dengan penjaga berapi yang tak kenal
ampun. Itu adalah sebuah permulaan, sebuah kebangkitan dari rasa rindu akan rumah di
dalam
diriku.
Aku masih ketakutan dan merasakan jantung berdenyut ketika ayahku, diperingatkan
lewat surat dari guruku yang menjalankan asrama, pertama kali muncul di St_ dan tanpa
kuharapkan berjalan ke arahku. Ketika, menuju akhir dari musim dingin saat itu, dia datang
untuk kedua kalinya, aku telah menjadi tak acuh; aku membiarkannya memarahiku,
Akhirnya dia menjadi kesal dan berkata, jika aku tidak berubah dia akan membiarkanku
dikeluarkan dari sekolah dengan tidak hormat dan akan menaruhku di sekolah rehabilitasi.
Baiklah, biarkan saja dia! Ketika dia pergi saat itu, aku merasa bersalah untuknya, tapi dia
tidak
menyelesaikan satu masalah pun, dia tidak mampu meraihku lagi, dan untuk sesaat aku
merasa
Aku tidak peduli akan jadi seperti apa diriku. Dalam jalanku yang janggal dan tidak
menarik, aku berada dalam perang dengan dunia ketika aku duduk di dalam kedai minuman
dan menyombongkan diri; itu adalah cara protesku. Dengan melakukan itu aku
menghancurkan diriku sendiri, dan pada saat harapan-harapanku kurang lebih akan
mengikuti:
jika dunia tidak dapat mendayagunakan orang sepertiku, jika tidak ada tempat yang lebih baik
atau tujuan yang lebih tinggi untuk mereka, maka orang-orang sepertiku hanya akan tersiksa
melihatku. Aku telah tumbuh lebih tinggi, dan wajah kurusku terlihat kusam dan terlihat
buruk
dengan penampakan yang sayu dan mata memerah. Penampakan kumis pertama kali dan
kacamata yang akhir-akhir ini mulai kukenakan membuatku terlihat semakin asing baginya.
Saudari-saudariku menjauhkan diri dan terkikik. Semua hal tidak menyenangkan. Tidak
menyenangkan dan pahit adalah percakapanku dengan ayah di ruang bacanya, tidak
menyenangkan adalah salam dari sekumpulan saudara, di atas semua itu yang paling tidak
menyenangkan adalah malam Natal. Seluruh kehidupanku yang telah menjadi hari besar di
Halaman 9 dari 19
TIDAK UNTUK DIPERJUALBELIKAN
dalam rumah kami, malam perayaan dan cinta, rasa syukur dan perbaikan hubungan antara
aku dan orang tuaku. Kali ini semua itu hanya terasa menekan dan memalukan. Seperti
biasanya ayahku membaca keras dari Injil pada bagian tentang penggembala di lapangan
berseri-seri di depan meja hadiah mereka, tapi suara ayahku terdengar tidak bahagia, dan
wajahnya terlihat tua dan kusut, dan ibuku terlihat sedih, dan untukku semua terasa sama-
sama menyakitkan dan tidak diinginkan, hadiah dan harapan baik, Injil dan pohon menyala.
Kue jahe beraroma manis dan menguarkan awan kenangan manis yang pekat. Pohon natal
beraroma harum dan menceritakan hal-hal yang tak lagi ada. Aku merindukan akhir dari
malam
dan liburan.
Hal-hal berlanjut seperti itu sepanjang Natal. Hanya beberapa saat sebelum liburan
berakhir, aku mendapatkan peringatan keras dari persekutuan guru dan telah diancam dengan
pemecatan. Itu tidak akan berlangsung lebih lama. Ya, apa yang kupedulikan?
Aku memiliki dendam khusus pada Max Demian. Aku belum melihatnya lagi sepanjang
saat itu. Di awal hari-hari sekolahku di St_ aku menulis kepadanya dua kali, tapi tidak pernah
mendapat jawaban, untuk alasan itulah aku juga tidak mengunjunginya sepanjang liburanku.
**
Di taman yang sama dengan tempat aku bertemu Alfons Beck di musim gugur, di
permulaan musim semi, tepat ketika semak lindung mulai menghijau, seorang gadis menarik
perhatianku. Aku keluar untuk berjalan sendiri, dipenuhi pemikiran yang menjijikkan dan
kecemasan, karena kesehatanku semakin memburuk dan ditambah, aku terus-terusan berada
dalam kesulitan keuangan; aku berhutang sejumlah uang pada teman sekolah, aku harus
mengarang alasan mendesak untuk membeli peralatan sekolah supaya dapat meminta
tambahan uang dari rumah, dan aku harus menyediakan uang untuk rokok dan aku telah
membiarkan banyak tagihan untuk rokok dan itu menumpuk di beberapa toko. Tidak hanya
itu, kecemasan-kecemasan ini menjadi semakin dalam –kapan pun, di masa yang akan
datang,
masa tinggalku di sini sudah tinggal sebentar lagi dan pilihanku hanya menenggelamkan
diriku
atau dikirim ke sekolah rehabilitasi, Sedikit dari hal-hal sepele ini tidak lagi menjadi penting.
Tapi, di saat yang sama, aku hidup dalam pemandangan tetap akan ketidakbahagiaan dan aku
menderita karenanya.
Di hari musim semi itu di taman, aku bertemu dengan seorang perempuan muda yang
sangat menarik perhatianku. Dia tinggi, langsing, berpakaian elegan, dan memiliki wajah
cerdas
Halaman 10 dari 19
TIDAK UNTUK DIPERJUALBELIKAN
Diterjemahkan oleh December Daisy
yang menyerupai laki-laki. Aku sekejap menyukainya, dia adalah tipe yang kukagumi, dan
dia
mulai menghiasi lamunanku. Dia mungkin hampir tidak lebih tua dariku, tapi lebih dewasa,
elegan dan dengan lekukan yang jelas, nyaris sepenuhnya wanita, tapi dengan semangat
tinggi
dan kesan laki-laki di wajahnya adalah hal yang secara khusus kusukai.
Aku tidak pernah berhasil dalam mendekati seorang perempuan yang menarik
perhatianku, dan aku pun tidak berhasil mengenainya. Tapi kesan yang dia buat lebih kuat
daripada peristiwa sebelumnya dan pengaruh yang dimiliki perasaan tergila-gila ini dalam
Mendadak aku sekali lagi mendapat sebuah gambaran, sebuah gambaran yang mulia
dan terhormat—dan oh! Tidak ada kebutuhan, dorongan di dalamku yang sekuat dan
Beatrice, karena, tanpa pernah menafsirkan Dante, aku mengetahuinya dari sebuah lukisan
Inggris 1
, sebuah replika yang kusimpan. Itu adalah figur Pra-Raphaelite 2 Inggris mengenai
seorang perempuan, langsing dengan kaki yang jenjang, wajah yang kecil dan panjang, dan
tangan dan wajah yang spiritual. Perempuan muda cantikku tidak menyerupainya dengan
tepat, meskipun dia juga menunjukkan kelangsingan dan kesan kelaki-lakian yang kukagumi,
Aku tidak pernah berkata sepatah kata pun pada Beatrice. Dan dia telah menarik
pengaruh yang paling kuat terhadapku di hari-hari itu. Dia menampakkan citranya di
depanku,
dia membuka sebuah kuil penyembahan untukku, dia membuatku pengikut setia di dalam
kuil
tersebut. Dari hari pertama hingga selanjutnya, aku mulai menghindari pergi ke kedai
minuman
dan berjalan-jalan di jalanan di malam hari di sebuah gang. Aku dapat menjadi sendirian lagi.
Tapi sekarang, aku memiliki sesuatu untuk kucintai dan kukagumi, sekali lagi aku memiliki
sesuatu yang ideal; hidup sekali lagi dipenuhi pergerakan batin dan beraneka ragam sinar
senja.
1 Beata Beatrix dilukis oleh Dante Gabriel Rosseti pada tahun 1863. 2 Pra-Raphaelite
mengacu pada term yang digunakan oleh sekelompok oposisi dari promosi Akademi Royal
atas master
Renaissance, Raphael. Mereka juga menolak hal sepele dari tema-tema lukisan yang sedang
popular saat itu. Dibentuk oleh
tujuh orang seniman yang merupakan pelukis, penyair, dan kritikus Inggris, pada tahun 1848.
Terinspirasi oleh teori John
Ruskin, yang mendesak para seniman untuk “kembali ke kodrat”, mereka percaya bahwa seni
dari dari subjek yang serius
harus diperlakukan dengan realisme yang maksimum. Tema utama mereka pada awalnya
berhubungan dengan agama, tapi
mereka juga menggunakan mata pelajaran dalam literatur dan puisi, terutama yang
berhubungan dengan cinta dan
Halaman 11 dari 19
TIDAK UNTUK DIPERJUALBELIKAN
Dan itu membuatku tak acuh pada cemoohan. Sekali lagi aku merasa berada di rumah dengan
diriku, meskipun hanya sebagai seorang budak dan pelayan dari sebuah gambaran terhormat.
Aku tidak dapat mengenang masa itu tanpa emosi penuh kasih, aku mencoba lagi
dengan usaha penuh kekhusyukan untuk membangun sebuah “dunia terang” untuk diriku
sendiri dari reruntuhan periode hidupku yang telah tumbang: sekali lagi aku menjalani hidup
di dalam sebuah hasrat satu-satunya untuk menyingkirkan apa yang suram dan jahat di
dalamku, dan untuk beradu di dalam cahaya, berlutut di hadapan para dewa. “Dunia terang”
yang hadir kali ini adalah ciptaanku; itu tidak lagi berarti pencarian perlindungan dan
merangkak kembali kepada ibuku dan kehidupan aman tanpa tanggung jawab; tapi sebuah
kebaktian yang aku sendiri buat dan inginkan, dengan tanggung jawab dan kedisiplinan diri.
Seksualitasku yang mana selalu kuderita dan selalu coba kabur darinya, kini menjelma ke
dalam
jiwa dan penyembahan pada api suci ini. Tidak boleh ada lagi kegelapan, keburukan, malam-
malam yang dihabiskan dengan rintihan, debaran jantung ketika melihat lukisan jorok,
menguping di pintu-pintu terlarang, nafsu apa pun. Di atas semua itu, aku membangun
altarku,
dengan lukisan dari Beatrice, dan selagi aku menyucikan diriku padanya, aku menyucikan
diriku
pada jiwa dan dewa-dewa. Porsi kehidupanku yang telah kurebut kembali dari kekuatan
kemarin menjadi seorang sinis yang dewasa sebelum waktunya, aku sekarang menjadi
seorang
pelayan kuil yang memiliki tujuan untuk menjadi orang suci. Aku tidak hanya menyingkirkan
jalan kejahatan aku juga telah terbiasa dengan hal itu, aku mencoba mengubah segalanya;
mencoba untuk meletakkan kesucian, keluhuran, dan martabat ke dalam semua hal, terus
mengingatnya setiap aku makan, minum, berbicara, dan berpakaian. Aku memulai hari
dengan
pencucian diri yang dingin, aku memastikan diriku berdiri tegak dan berjalan dengan langkah
yang lebih pelan dan lebih bermartabat. Itu terlihat lucu untuk siapa pun yang melihat—di
Dalam semua praktik baru yang menjadi pencarianku atas kondisi mental baruku itu,
seseorang menjadi penting untukku Aku mulai melukis. Itu dimulai ketika aku menemukan
bahwa lukisan Inggris Beatrice yang kumiliki tidak benar-benar mirip dengan gadis yang
pernah
kulihat. Aku ingin mencoba melukisnya untuk diriku sendiri. Dengan kesenangan dan
harapan
baru, aku menata kamarku –akhir-akhir ini aku pindah ke kamar untukku seorang – dengan
Halaman 12 dari 19
TIDAK UNTUK DIPERJUALBELIKAN
kertas-kertas berkualitas tinggi, cat-cat, dan kuas-kuas, dan aku mempersiapkan sebuah palet,
gelas, piring-piring porselen, dan pensil-pensil. Cat-cat tempera di dalam botol kecil yang
kubeli
membuatku senang. Di antara cat-cat itu ada sebuah warna hijau krom menyala yang masih
sama seperti pertama kali kulihat dia berkilau di atas sebuah piring putih kecil.
Aku memulai dengan hati-hati. Untuk menggambar sebuah wajah sangatlah sulit; aku
ingin mencoba sesuatu yang lain lebih dahulu. Aku melukis pajangan, bunga, dan sedikit
pemandangan imajiner, pohon di kapel, jembatan Roman dengan pepohonan cemara. Saat itu
aku menjadi tersedot sepenuhnya dalam aktivitas menyenangkan itu; aku sebahagia seorang
anak kecil dengan sekotak cat. Dan akhirnya aku mulai melukis Beatrice.
Beberapa kertas merupakan kegagalan dan harus kubuang. Semakin keras aku
berusaha membayangkan di dalam diriku wajah dari perempuan yang kutemui di jalan dari
waktu ke waktu semakin aku tidak berhasil. Akhirnya aku menyerah dan hanya sekadar mulai
menggambar sebuah wajah, mengikuti imajinasiku dan arahan itu secara spontan terbentuk
oleh goresan pertamaku, oleh cat dan kuas. Yang terbentuk adalah sebuah wajah impian, dan
aku tidak merasa kecewa dengan itu. Aku melanjutkan percobaan itu sekali lagi, dan setiap
lembaran baru membuatnya yang semakin jelas, semakin mendekati sebuah tipikal meskipun
Aku semakin terbiasa untuk menggores garis dan memenuhi latar dengan goresan yang
surreal; garis-garis dan latar-latar ini tidak memiliki contoh tapi diproduksi oleh goresan
meraba-raba yang bebas, dari alam bawah sadarku. Akhirnya, suatu hari, nyaris tanpa
kusadari
aku menyelesaikan sebuah wajah yang berbicara padaku lebih mendesak dari yang
sebelumnya lakukan. Itu bukan sebuah lukisan wajah perempuan itu; untuk beberapa waktu
itu bukanlah tujuanku. Itu adalah sesuatu yang berbeda, sesuatu yang tidak nyata, tapi tidak
kurang berharga. Itu terlihat lebih mirip wajah seorang pria muda daripada seorang gadis;
rambutnya tidak pirang seperti gadis cantikku melainkan cokelat sedikit kemerahan; dagunya
kokoh dan keras tapi bibirnya terlihat seperti sebuah bunga merah; seluruh hal terlihat sedikit
kaku dan seperti topeng namun mengesankan dan penuh rahasia kehidupan.
Ketika aku duduk di depan lukisan yang telah selesai, dia membuat impresi janggal
padaku. Untukku dia terlihat semacam gambaran Ilahi atau topeng keramat, setengah laki-
laki,
setengah perempuan, tak lekang oleh waktu, sama-sama memiliki kemauan kuat dan kabur,
kaku namun juga diam-diam hidup. Wajah itu memiliki sesuatu untuk dikatakan padaku. Dan
Halaman 13 dari 19
TIDAK UNTUK DIPERJUALBELIKAN
Untuk beberapa saat setelah itu lukisan wajah itu menemani seluruh pemikiran dan
berbagi kehidupan denganku. Aku menyimpannya di dalam sebuah lemari; aku tidak ingin
siapa
pun menyentuhnya dan menggunakannya untuk mengejekku. Tapi segera setelah aku berada
sendiri di kamar kecilku, aku menarik lukisan itu keluar dan dia menemaniku. Di sore hari
aku
akan menempelkannya pada kertas dinding di atas tempat tidurku, menghadapku, aku akan
memandanginya hingga tertidur, dan itu menjadi hal pertama yang kulihat di pagi hari.
Di periode yang sama aku mulai banyak bermimpi lagi, seperti yang sering kudapat di
masa kanak-kanakku. Rasanya aku telah lama tidak bermimpi. Sekarang mimpi-mimpi telah
kembali, sekelompok gambaran baru yang sepenuhnya berbeda; sering kali lukisan yang
kulukis muncul di dalam mereka, hidup dan berbicara, ramah atau bermusuhan denganku,
sesekali menyeringai dan sesekali sangat indah, penuh harmoni, dan martabat.
Dan suatu pagi, ketika aku bangun dari mimpi semacam itu, mendadak aku
mengenalinya. Untukku itu terlihat seperti sebuah wajah yang sangat kukenali, dia terlihat
memanggil namaku. Dia terlihat mengetahuiku seperti seorang ibu, dia terlihat seperti telah
lama tertarik pada hal yang kulakukan sepanjang waktu. Jantungku berdebar, aku menatap
kertas itu, pada rambut cokelat tebal, bibir setengah feminin, dahi kokoh yang bersinar
janggal
(dia telah mengering dengan sendirinya), dan aku merasakan pengenalan, penemuan kembali,
Aku meloncat turun dari tempat tidur, berdiri di depan wajah itu, dan menatapnya
sedekat mungkin, tepat ke dalam mata kehijauan yang terbuka lebar, yang mana sebelah
kanan
lebih tinggi daripada yang sebelah kiri. Dan sekejap mata kanan berkedut, kedutan ringan dan
halus, tapi cukup jelas, dan ketika dia berkedut aku mengenali lukisan itu....
Mengapa baru sangat lama kusadari hal itu? Itu adalah wajah Demian.
Kemudian aku sering kali membandingkan wajah itu dengan wajah Demian
sesungguhnya yang kutemukan dalam ingatanku. Mereka tidak sama tapi serupa. Tapi itu
adalah Demian.
Di suatu sore di awal musim panas, matahari bersinar kemerahan menyeruak masuk ke
dalam jendelaku yang menghadap barat. Senja berkumpul di dalam kamar. Kemudian aku
mendapat ide untuk menempelkan lukisan Beatrice, atau Demian, pada garis menyilang yang
dibentuk oleh kusen jendela, dan menatapnya selagi matahari sore bersinar menembusnya.
Wajah itu terlihat kabur dan tanpa lekukan, tapi mata kemerahan, dan bibir merah menyala
bersinar terang dan liar dari permukaan. Aku duduk menghadapnya sesekali, bahkan ketika
Halaman 14 dari 19
TIDAK UNTUK DIPERJUALBELIKAN
hari telah gelap. Dan perlahan aku mendapat firasat bahwa itu bukan Beatrice atau Demian,
tapi—diriku sendiri. Lukisan itu tidak mirip denganku—tidak dibuat dengan maksud seperti
itu
pula, kupikir—tapi itu menggambarkan apa yang merupakan hidupku, itu adalah batinku,
satu lagi. Itu adalah bagaimana kekasihku terlihat jika aku pernah memenangkannya. Itu
adalah
bagaimana kehidupan dan kematianku akan menjadi, ini adalah bebunyian dan ritme dari
takdirku.
Di minggu-minggu itu aku mulai membaca sebuah buku yang membuat kesan yang
lebih kuat padaku daripada apa pun yang pernah kubaca sebelumnya. Bahkan di kemudian
hari, aku jarang memiliki pengalaman serupa dengan buku, kecuali mungkin dengan
Nietzche,
itu adalah serial dari Novalis, dengan surat-surat dan peribahasa, banyak darinya yang tidak
kupahami, meskipun begitu mereka memiliki atraksi yang mengagumkan dan menyihir
untukku. Aku menuliskannya dengan tinta di bawah lukisan: “Takdir seorang manusia dan
karakternya adalah dua nama untuk konsep yang sama.” Sekarang aku telah memahaminya.
Aku masih sering berpapasan dengan gadis yang kupanggil Beatrice. Aku tidak lagi
merasakan pergolakan apa pun ketika bertemu, tapi sering kali itu berupa harmoni lembut
dari
pikiran, sebuah firasat yang emosional: kau terhubung padaku, tapi bukan dirimu sendiri,
**
Kerinduanku pada Max Demian semakin kuat lagi. Aku tidak tahu apa pun mengenai
kabarnya, dan sudah bertahun-tahun. Hanya sekali aku pernah bertemu dengannya sewaktu
liburan. Sekarang aku ingat bahwa aku telah menghilangkan pertemuan singkat ini dari dalam
kenangan-kenangan ini, dan aku melihat bahwa aku melakukannya karena malu dan
Baiklah kalau begitu, sekali sewaktu liburan, dengan mengenakan ekspresi bosan dan
seakan telah terlalu lelah dengan dunia yang kubuat-buat semasa hari-hari minum-minumku,
aku sedang berjalan santai di sekitar kampung halamanku, mengayunkan tongkat berjalanku
3 Dalam kepercayaan Yunani Kuno, itu merupakan keilahian atau makhluk gaib yang bersifat
antara dewa dan manusia.
4 Seseorang yang memusuhi atau tak acuh terhadap kebudayaan dan karya seni, atau
seseorang yang tidak memiliki
Halaman 15 dari 19
TIDAK UNTUK DIPERJUALBELIKAN
Diterjemahkan oleh December Daisy
berpapasan dengan teman lamaku. Dan, dalam sekejap, aku dipaksa untuk mengingat Franz
Kromer. Jika saja Demian sudah benar-benar melupakan kisah itu! Itu sangat tidak
menyenangkan untuk berada di sebuah keharusan seperti itu dengannya; itu sesungguhnya
hanya kisah bodoh dari tingkah laku anak-anak tapi meskipun demikian, itu adalah sebuah
keharusan....
Dia terlihat menanti dan melihat apakah aku akan menyapanya, dan ketika aku
melakukannya sesantai mungkin, dia mengulurkan tangannya. Itu adalah jabatan tangannya
lagi! Sangat kokoh dan hangat, juga tanpa perasaan dan jantan!
Dia menatap wajahku penuh perhatian dan berkata: ‘Kau semakin tinggi, Sinclair.” Dia
sendiri terlihat tidak terlalu banyak berubah, hanya setua dan hanya semuda biasanya.
Dia bergabung denganku, kami berjalan bersama dan hanya membicarakan tentang hal
yang tidak penting, tidak ada mengenai hari-hari yang telah lalu. Aku ingat itu pada suatu
waktu
aku telah menulis padanya lebih dari sekali tanpa menerima sebuah balasan. Oh, jika saja dia
juga telah melupakan itu, surat-surat bodoh itu! Dia tidak mengungkit mengenai mereka!
Ketika ini terjadi, tidak ada Beatrice dan tidak ada lukisan, aku masih berada di tengah
periode bertingkah laku tidak senonoh. Di perbatasan kota aku mengundangnya untuk pergi
ke sebuah kedai minuman bersamaku. Dia mengikuti. Dengan menyombongkan diri aku
bahwa aku cukup familier dengan kebiasaan minum para siswa; kenyataannya, aku
“Oh, ya,” aku berkata malas, “Apa lagi yang orang-orang lakukan? Ketika kau datang ke
“Kau berpikir seperti itu? Mungkin iya. Ada sesuatu mengenai itu yang meracunimu
dengan halus, aspek memabukkan dari itu! Tapi aku merasa bahwa untuk kebanyakan orang
yang sering menghabiskan waktu di kedai minuman sama-sama tersesat. Menurutku, seolah-
orang sering mengunjungi kedai minuman, terutama, adalah sesuatu yang benar-benar
Filistin.
Bolehlah, untuk satu malam, dengan obor berkobar, menghidupkan hiruk pikuk dan igauan
yang nyata dan indah! Tapi, untuk pergi lagi dan lagi dengan cara yang sama, satu gelas
disusul
dengan gelas yang lain, itu tidak mungkin kenyataan, kan? Dalam sekejap, apa kau bisa
membayangkan Faust duduk malam demi malam di sebuah meja yang direservasi untuk
pelanggan?”
Halaman 16 dari 19
TIDAK UNTUK DIPERJUALBELIKAN
“Ya, tapi tidak semua orang adalah Faust,” aku mengatakannya dengan ketus.
“Baiklah, untuk apa berdebat mengenai itu? Dalam tahap apa pun, hidup dari seorang
pemabuk atau pemikir bebas agaknya lebih hidup daripada masyarakat yang tidak bersalah.
persiapan terbaik untuk menjadi penganut ilmu kebatinan. Selalu saja orang-orang seperti
Santo Augustine yang menjadi peramal. Di awal kehidupannya, dia pun adalah seorang
Aku curiga dan tidak ingin dia berkuasa atasku. Jadi aku berkata dengan sikap bosanku:
“Ya, setiap orang punya selera masing-masing! Sejujurnya ya, aku sama sekali tidak tertarik
untuk menjadi seorang peramal atau apa pun yang seperti itu.”
“Temanku, Sinclair,” dia berkata pelan, “Bukan maksudku untuk mengatakan hal apa
pun yang tidak menyenangkan padamu. Selain itu, baik aku maupun kau tidak tahu untuk
tujuan apa kau meminum gelas berisi winemu sekarang. Hal yang ada di dalammu yang
merupakan hidupmu telah mengetahui alasannya. Itu sangat bagus untuk mengetahui ini:
bahwa di dalam kita ada diri yang mengetahui segalanya, mengharapkan segalanya,
melakukan
semua hal lebih baik daripada yang kita sendiri lakukan. –tapi maafkan aku, aku harus
pulang.”
Perpisahan kami sangat singkat. Aku terus duduk di sana, sangat merasa tidak pada
tempatnya, menyelesaikan botol minumanku, dan menemukan ketika aku hendak pergi,
Pemikiranku sekali lagi terpusat pada insiden kecil itu. Mereka dipenuhi oleh Demian.
Dan perkataan yang dia ucapkan di kedai minuman pinggiran kota kembali menyeruak di
dalam
kenanganku, dengan aneh terasa segar dan tak terlupakan. –“Sangat baik untuk mengetahui
Aku menatap lukisan yang tergantung dinding dan sekarang langit sudah benar-benar
gelap. Tapi aku melihat matanya masih bersinar. Itu adalah sorot mata Demian. Atau sosok di
Halaman 17 dari 19
TIDAK UNTUK DIPERJUALBELIKAN
Betapa aku merindukan Demian! Aku tidak tahu satu hal pun mengenainya, dia tidak
terjangkau olehku. Aku hanya tahu bahwa agaknya dia adalah mahasiswa di sebuah
universitas
dan bahwa setelah dia menyelesaikan sekolah menengahnya, ibunya pindah dari kota kami.
Kembali pada hubunganku dengan Kromer, aku mencari setiap kenangan tentang Max
Demian. Betapa banyak hal yang dia pernah katakan padaku dan sekarang aku mendengarnya
sekali lagi! Dan semuanya masih terasa bermakna, tak lekang oleh waktu, dan kepedulian
terhadapku! Bahkan apa yang dia katakan di pertemuan terakhir kami yang tidak
menyenangkan, tentang pemikir bebas dan santo, yang tiba-tiba dengan jelas hadir dalam
jiwaku. Tidakkah semua hal sejalan bersamaku seperti itu? Tidakkah aku hidup dalam
kemabukan dan kekotoran, kehampaan dan ketersesatan, hingga dengan impuls baru dalam
hidupku, sesuatu yang bertolak belakang memasuki kehidupan di dalamku, kerinduan akan
Kemudian aku kembali mengorek ingatanku; malam telah semakin larut, di luar sedang
hujan. Di dalam ingatanku pun, aku mendengarnya turun hujan, itu adalah waktu di bawah
pohon kastanya ketika dia menanyaiku mengenai Franz Kromer dan telah menebak rahasia-
rahasia pertamaku. Satu hal diikuti oleh hal lain memasuki benak, percakapan sewaktu
perjalanan ke sekolah, kelas Penguatan. Dan akhirnya aku mengingat pertemuan paling
pertamaku dengan Max Demian. Sekarang, apa yang itu tadi? Aku tidak langsung
menyambarnya, tapi aku memberi diriku waktu, aku sepenuhnya tenggelam dalam persoalan
itu. Dan sekarang aku mengingatnya pula. Kami telah berdiri di depan rumahku, setelah dia
memberitahuku opininya mengenai Kain. Kemudian dia berbicara mengenai lambang tua
yang
telah musnah yang terletak di atas pintu masuk rumahku, di atas batu penutup yang melebar
dari bawah ke atas. Dia bilang dia tertarik padanya, dan orang-orang harus memperhatikan
hal
seperti itu.
Malam itu aku bermimpi mengenai Demian dan lambang. Itu terus-terus berubah
bentuk, Demian memegangnya di dalam tangan, sering kali itu terlihat kecil dan abu-abu,
sering juga luar biasa besar dan beragam warna, tapi dia menjelaskan padaku bahwa
meskipun
demikian itu adalah satu dan sama. Tapi akhirnya dia membujukku untuk menelan lambang
itu. Setelah aku menelannya, aku merasakan ketakutan yang sangat buruk bahwa burung dari
lambang yang kutelan hidup di dalamku, memenuhi ruang di dalamnya, dan mulai
menghabisiku dari dalam. Dipenuhi oleh ketakutan yang mematikan aku terbangun dengan
kaget.
Halaman 18 dari 19
TIDAK UNTUK DIPERJUALBELIKAN
Benakku menjadi jelas; itu adalah di tengah malam, dan aku mendengar hujan
memasuki ruangan. Aku bangkit untuk menutup pintu dan selagi aku melakukannya, aku
menginjak benda berwarna cerah yang tergeletak di lantai. Di pagi hari aku menemukan
bahwa
itu adalah lukisan yang kulukis. Lukisan itu tergeletak di atas lantai basah dan telah
mengeriting.
Aku memaparkannya di antara dua lembar kertas pengering dan menekannya di dalam buku
yang berat untuk mengering. Ketika aku menengoknya esok hari, lukisan itu mengering. Tapi
lukisan itu telah berubah. Bibir merahnya menjadi semakin pucat dan sedikit lebih kecil.
Aku sekarang hendak menggambar lukisan baru, burung pada lambang. Aku tidak lagi
ingat jelas seperti apa dia terlihat, dan, setahuku, beberapa detailnya bahkan tidak dapat
diketahui meskipun dilihat dari dekat, karena benda itu sudah tua dan sering dicat ulang.
Burung itu sedang berdiri atau duduk di atas sesuatu, mungkin di atas sebuah bunga, atau
sebuah keranjang, atau sarang, atau di atas pohon. Aku tidak mengkhawatirkan hal itu, tapi
memulai dengan sebuah elemen yang idenya cukup jelas untukku. Dikuasai oleh kebutuhan
yang kabur, aku memulainya dalam warna yang kuat; kepala burung di dalam lukisanku
berwarna kuning keemasan. Selagi suasana hati menguasaiku, aku lanjut mengerjakannya dan
Sekarang itu terlihat seperti burung pemangsa dengan kepala yang tebal dan tajam dari
seekor Elang Alap Eurasia. Di bagian bawah tubuhnya dilingkupi oleh bola duniawi yang
gelap,
darinya dia mencoba membebaskan diri, seakan itu berasal dari sebuah telur raksasa; latar
belakangnya merupakan biru langit. Selagi aku mempelajari lukisan lebih lama, semakin dia
terlihat untukku seakan dia adalah lambang berwarna cerah yang muncul di dalam mimpiku.
Aku tidak akan dapat menulis sebuah surat pada Demian bahkan meski aku tahu harus
mengirimnya ke mana. Tapi dengan firasat surreal yang sama dengan yang membimbing
semua aksiku saat itu, aku memutuskan untuk mengiriminya lukisan Elang Alap Eurasia itu,
entah apakah itu akan mencapainya atau tidak. Aku tidak menuliskan pesan padanya, bahkan
tidak namaku; aku merapikan ujungnya dengan hati-hati, membeli sebuah amplop besar dan
Sebuah ujian sedang menjelang, dan aku menghabiskan waktu lebih banyak pada
pekerjaan sekolah lebih dari biasanya. Aku telah kembali pada sisi baik para guru semenjak
aku
tiba-tiba mengubah sikapku yang kurang sopan. Bahkan meskipun aku mungkin bukan siswa
yang baik, tapi baik aku maupun siapa pun tidak ada yang masih memikirkan mengenai fakta
Halaman 19 dari 19
TIDAK UNTUK DIPERJUALBELIKAN
Diterjemahkan oleh December Daisy
bahwa enam bulan sebelumnya hukuman pengeluaranku dari sekolah telah dipastikan oleh
semua orang.
Ayahku kini kembali menulis kepadaku lebih dalam nadanya yang sebelumnya lagi,
tanpa celaan atau ancaman. Tapi aku tidak lagi memiliki dorongan untuk menjelaskan
padanya
atau siapa pun mengenai apa yang berubah dariku. Itu hanya sebuah kebetulan bahwa
perubahan ini bertepatan dengan harapan dari orang tua dan para guruku. Perubahan ini tidak
membawaku lebih dekat pada yang lainnya atau membuatku lebih intim dengan siapa pun, itu
hanya membuatku semakin kesepian. Itu tertuju pada tujuan yang sama, pada Demian, pada
takdir yang jauh. Aku sendiri tidak tahu apa itu, untuk apa aku berdiri di tengah hal tersebut.
Itu dimulai dengan Beatrice, tapi untuk beberapa waktu aku telah hidup dengan lukisan-
lukisan
dan pemikiran-pemikiranku mengenai Demian di dunia yang sepenuhnya tidak nyata yang
bahkan perempuan itu telah hilang dari pandangan dan pemikiranku. Aku tidak dapat
mengatakan apa pun pada siapa pun mengenai mimpi-mimpiku, ekspektasiku, perubahan
CHAPTER EMPAT.pdf
Halaman 16 dari 19 Halaman 17 dari 19 Halaman 18 dari 19 Halaman 19 dari 19