Anda di halaman 1dari 4

HUKUM PIDANA

Hukum Pidana adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan yang menentukan


perbuatan apa yang dilarang dan termasuk ke dalam tindak pidana, serta
menentukan hukuman apa yang dapat dijatuhkan terhadap yang melakukannya.

Menurut Prof. Moeljatno, S.H. Hukum Pidana adalah bagian daripada


keseluruhan hukum yang berlaku di suatu negara, yang mengadakan dasar-dasar
dan aturan-aturan untuk:

1. Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan dan


yang dilarang, dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana
tertentu bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut.
2. Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah
melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana
sebagaimana yang telah diancamkan.
3. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat
dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah melanggar larangan
tersebut.

Dalam hukum pidana dikenal macam-macam pembagian delik ke dalam:

1. Delik yang dilakukan dengan sengaja, misalnya, sengaja merampas jiwa


orang lain (Pasal 338 KUHP) dan delik yang disebabkan karena kurang
hati-hati, misalnya, karena kesalahannya telah menimbulkan matinya
orang lain dalam lalu lintas di jalan. (Pasal 359 KUHP).
2. Menjalankan hal-hal yang dilarang oleh Undang-undang, misalnya,
melakukan pencurian atau penipuan (Pasal 362 dan378 KUHP) dan tidak
menjalankan hal-hal yang seharusnya dilakukan menurut Undang-undang,
misalnya tidak melapor adanya komplotan yang merencanakan makar.
3. Kejahatan (Buku II KUHP), merupakan perbuatan yang sangat tercela,
terlepas dari ada atau tidaknya larangan dalam Undang-undang. Karena itu
disebut juga sebagai delik hukum.
4. pelanggaran (Buku III KUHP), merupakan perbuatan yang dianggap salah
satu justru karena adanya larangan dalam Undang-undang. Karena itu juga
disebut delik Undang-undang.

Mengenai hukuman apa yang dapat dijatuhkan terhadap seseorang yang telah
bersalah melanggar ketentuan-ketentuan dalam undang-undang hukum pidana,
dalam Pasal 10 KUHP ditentukan macam-macam hukuman yang dapat
dijatuhkan, yaitu sebagai berikut:

Hukuman-Hukuman Pokok

1. Hukuman penjara, hukuman penjara sendiri dibedakan ke dalam hukuman


penjara seumur hidup dan penjara sementara. Hukuman penjara sementara
minimal 1 tahun dan maksimal 20 tahun. Terpidana wajib tinggal dalam
penjara selama masa hukuman dan wajib melakukan pekerjaan yang ada di
dalam maupun di luar penjara dan terpidana tidak mempunyai Hak Vistol.
2. Hukuman kurungan, hukuman ini kondisinya tidak seberat hukuman
penjara dan dijatuhkan karena kejahatan-kejahatan ringan atau
pelanggaran. Biasanya terhukum dapat memilih antara hukuman kurungan
atau hukuman denda. Bedanya hukuman kurungan dengan hukuman
penjara adalah pada hukuman kurungan terpidana tidak dapat ditahan di
luar tempat daerah tinggalnya kalau ia tidak mau sedangkan pada
hukuman penjara dapat dipenjarakan di mana saja, pekerjaan paksa yang
dibebankan kepada terpidana penjara lebih berat dibandingkan dengan
pekerjaan yang harus dilakukan oleh terpidana kurungan dan terpidana
kurungan mempunyai Hak Vistol (hak untuk memperbaiki nasib)
sedangkan pada hukuman penjara tidak demikian.
3. Hukuman denda, Dalam hal ini terpidana boleh memilih sendiri antara
denda dengan kurungan. Maksimum kurungan pengganti denda adalah 6
Bulan.
4. Hukuman tutupan, hukuman ini dijatuhkan berdasarkan alasan-alasan
politik terhadap orang-orang yang telah melakukan kejahatan yang
diancam dengan hukuman penjara oleh KUHP.[5] Hukuman tutupan ini
merupakan penambahan pidana ke dalam KUHP berdasarkan ketentuan
pasal 1 Undang-Undang Nomor 20 tahun 1946 tentang Hukuman Tutupan.

Hukuman tambahan tidak dapat dijatuhkan secara tersendiri melainkan harus


disertakan pada hukuman pokok, hukuman tambahan tersebut antara lain:

1. Pencabutan hak-hak tertentu.


2. Penyitaan barang-barang tertentu.
3. Pengumuman keputusan hakim.

PERMASALAHAN

Dewasa ini kita bisa melihat berbagai kasus pelanggaran hukum yang ada di
Indonesia, salah satunya yang lagi booming adalah kasus judi online. Indra
Kesuma alias Indra Kenz terjerat dalam kasus dugaan penipuan serta judi online
lewat aplikasi Binomo. Bareskrim Polri yang menangani kasus Indra Kenz
menemukan adanya unsur pidana dalam praktik afiliator aplikasi Binomo.
Sangkaan pertama terhadap Indra Kenz adalah terkait dengan perjudian. Polisi
menjeratnya dengan Pasal 45 ayat 2 jo Pasal 27 ayat 2 dan atau Pasal 45 ayat 1 jo
Pasal 28 ayat 1 UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE, yang telah diubah
menjadi UU No 19 tahun 2016.

Sangkaan kedua terhadap Indra Kenz terkait dengan dugaan pencucian uang. Ia
dijerat melanggar Pasal 3 dan/atau Pasal 5 dan/atau Pasal 10 UU Nomor 8 Tahun
2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang
(TPPU). Aset yang nantinya bakal disita yakni rumah seharga miliaran, mobil
bermerek, hingga rekening milik Indra Kenz.

MENGAPA ?

Menurut saya factor pendorong yang paling penting dalam mendorong tindak
pidana tersebut adalah belum efektifnya pengawasan pelaksanaan aturan yang
dilakukan oleh pemerintah dan penegakan hukum setelahnya. Setiap pelanggaran
hukum harus diusut hingga akarnya agar factor penyebab terjadinya pelanggaran
dapat diatasi dan dicegah. Dan penegakan hukumnya diberlakukan dengan tegas
sesuai aturan yang berlaku agar dapat menimbulkan efek jera pada pelaku. Terkait
kasus di atas perlu diusut aliran dananya hingga pemilik aplikasi tersebut.
Penyitaan harta kekayaan dan pembekuan rekening juga dilakukan agar tidak
terjadi hal yang tidak diinginkan seperti penggelapan aset.

Sumber:
1. Pengantar Hukum Indonesia, Fully Handayani, S.H., M.Kn, Hal. 59-61
2. Pengantar Ilmu hukum, Subandi AL Marsudi, S.H., M.H., Hal. 146-154
3. "Mengenai Hukuman Tutupan". hukumonline.com
4. www.cnbcindonesia.com/market/20220308150616-17-321014/tok-indra-
kenz-dijerat-pasal-pidana-pencucian-uang-ite
5. nasional.kompas.com/read/2022/03/07/20330641/pasal-pasal-yang-
menjerat-indra-kenz-terkait-binomo-dari-soal-judi-online?page=all

Anda mungkin juga menyukai