Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH HUKUM PAJAK

PEMBAGIAN BEBAN PAJAK

Nama Kelompok :

Nastiti Retno Pembayu 072010078

Siska Ayu Pradipta 072010086

Azka salsabillah Romadloni 072010099

Eka Nur Nikmah Ajrul Amilin 072010098

UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul PEMBAGIAN BEBAN
PAJAK. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
materi hokum pajak. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
hokum pajak bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami menyadari, makalah yang kami
tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... i


.DAFTAR ISI................................................................................................................................................. i
BAB 1 ........................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................................................. 2
BAB II........................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Konsultan Pajak ................................................................................................................ 3
2.2 Manfaat Konsultan Pajak .................................................................................................................... 3
2.3 Larangan Konsultan Pajak .................................................................................................................. 4
2.4 Perencanaan Pajak .............................................................................................................................. 5
2.6 Pengertian Sistem Pemungutan Pajak ................................................................................................. 7
2.7 Pembagian Beban Pajak ...................................................................................................................... 9
2.8 Pembagian Pajak ............................................................................................................................... 14
BAB III ....................................................................................................................................................... 17
PENUTUP .................................................................................................................................................. 17
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 19

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak merupakan alat yang digunakan pemerintah untuk mencapai tujuan dalam
mendapatkan penerimaan, baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung dari orang
pribadi maupun badan untuk membiayai pengeluaran rutin, pembangunan nasional, dan ekonomi
masyarakat yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang. Pajak penghasilan adalah pajak
yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan dikenakan atas penghasilan kena pajak
perusahaan. Pajak merupakan salah satu faktor pengurang laba, maka untuk mencapai harapkan
salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan yaitu meminimalkan beban pajak dalam
batas yang tidak melanggar aturan. Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang sangat
penting selain pendapatan Sumber Daya Alam dan pendapatan non pajak lainnya. Hal ini
merupakan hal yang wajar, karena pemerintah saat ini tidak bisa hanya mengandalkan
penerimaan dari Sumber Daya Alam dimana jumlahnya selalu fluktiatif dan cenderung stagnan
dari tahun ketahun. Hal ini berbanding terbalik dengan penerimaan negara melalui pajak yang
selalu meningkat tiap tahunnya (swingly, sukartha 2015). Pajak adalah kontribusi wajib kepada
negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
Undang, dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
28 Tahun 2007 tentang Perubahan ketiga atas Undang-Undang etentuan Umum Dan Tata Cara
Perpajakan).

Beban pajak merupakan hal yang dianggap krusial bagi perusahaan, karena apabila beban
pajak suatu perusahaan itu tinggi maka laba bersih yang nantinya akan diterima oleh perusahaan
pun juga akan berkurang. Dewasa ini, banyak perusahaan menginginkan beban pajak seminim
mungkin, sehingga mereka melakukan banyak cara untuk menekan beban pajaknya seminim
mungkin, bahkan beberapa perusahaan menggunakan beberapa cara yang seharusnya tidak
diperbolehkan menurut peraturan perpajakan. Sementara salah satu cara untuk menekan beban
pajak dengan mengelola deductible expenses dapat dilakukan dengan pilihan sumbersumber
pembiayaan perusahaan.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksut dengan kosultan pajak?


2. Apa saja larangan bagi konsultan pajak?
3. Menjelaskan perencanaan dan sistem pengenaan pajak?
4. Menjelaskan pembagian beban pajak?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui tentang konsultan pajak.


2. Untuk mengetahui larangan bagi konsultan pajak.
3. Untuk mengetahui perencanaan dan sistem pengenaan pajak.
4. Untuk mengetahui pembagian beban pajak.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Konsultan Pajak

Konsultan Pajak adalah orang yang memberikan jasa konsultasi perpajakan kepada wajib
pajak dalam rangka melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan perpajakan.

Artinya, konsultan pajak adalah orang yang bertugas membantu wajib pajak mengurus
segala hal yang berhubungan dengan pajak. Dengan begitu, pihak yang menggunakan jasa
tersebut dapat melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan baik.

2.2 Manfaat Konsultan Pajak

1. Lebih Efisien

Perhitungan pajak bukanlah hal yang mudah dilakukan terutama bagi masyarakat awam.
Banyak komponen yang harus dimasukkan dalam perhitungan pajak dan tentu saja harus sesuai
dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Kesulitan dalam menghitung pajak tentu saja akan
menyita waktu Anda cukup banyak sehingga pekerjaan lainnya menjadi terbengkalai. Berbeda
kalau Anda menggunakan jasa konsultan pajak maka merekalah yang akan mengurus semua hal
terkait pajak. Dengan begitu Anda bisa melakukan hal dan pekerjaan lainnya.

2. Mengurangi Beban Wajib Pajak

Tidak bisa dipungkiri nominal pajak yang cukup besar pastinya sudah membuat pusing
dan menjadi beban bagi wajib pajak. Jangan tambah beban pikiran Anda dengan mengurus dan
menghitung sendiri pajak yang harus dibayarkan. Sebaiknya serahkan saja semua urusan
administrasi pajak kepada konsultan pajak. Anda cukup menyediakan dana sebesar nominal
besaran pajak saja tidak perlu ikut pusing memikirkan hal-hal yang sifatnya teknis dan
administratif.

3. Lebih Aman

Disadari atau tidak dengan menggunakan jasa konsultan pajak maka wajib pajak bisa
mendapatkan rasa aman. Mengapa? Karena dengan pendampingan oleh konsultan pajak semua
prosedur perhitungan dan pembayaran pajak bisa berjalan lebih cepat dan lancar. Sebagai orang
yang sangat memahami aturan perpajakan tentu saja konsultan pajak tahu betul apa yang harus
dilakukan.

3
4. Masalah Lebih Cepat Diatasi

Bayangkan kalau Anda mengurus sendiri pajak tanpa memahami apa saja yang menjadi
hak dan kewajiban maka ketika muncul permasalahan bisa dipastikan Anda akan sangat
kebingungan. Nah, kalau bersama konsultan pajak maka semua masalah terkait dengan pajak
Anda bisa segera diselesaikan dengan cara yang tepat.

5. Wajib Pajak Bisa Fokus pada Bisnis

Para pelaku bisnis atau pengusaha bisa dikatakan hampir tidak mempunyai waktu
senggang dan sangat sibuk setiap harinya. Padahal proses perhitungan, pelaporan hingga
pembayaran pajak tidak bisa diselesaikan hanya dalam waktu satu hari saja. Ditambah lagi
dengan adanya peraturan yang sangat kompleks dan banyak maka pengusaha sudah jelas tidak
akan punya waktu untuk mengurusnya

2.3 Larangan Konsultan Pajak

Kode etik IKPI pasal 8, Konsultan Pajak Indonesia dilarang :

1. Memberikan petunjuk atau keterangan yang dapat menyesatkan Wajib Pajak mengenai
pekerjaan yang sedang dilakukan;

2. Memberikan jaminan kepada Wajib Pajak bahwa pekerjaan yang berhubungan dengan
instansi perpajakan pasti dapat diselesaikan;

3. Menetapkan syarat-syarat yang membatasi kebebasan Wajib Pajak untuk pindah atau
memilih Konsultan Pajak lain;

4. Menerima setiap ajakan dari pihak manapun untuk melakukan tindakan yang diketahui
atau patut diketahui melanggar peraturan perundang-undangan perpajakan;

5. Menerima permintaan Wajib Pajak atau pihak lain untuk melakukan rekayasa atau
perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perpajakan.

Keberadaan kode etik IKPI menyatakan secara eksplisit beberapa kriteria tingkah laku
yang khusus terdapat pada profesi, sehingga dengan cara ini kode etik profesi memberikan
beberapa solusi langsung yang mungkin tidak tersedia dalam teori-teori etika yang umum. Di
samping itu, dengan adanya kode etik, para anggota profesi akan lebih memahami apa yang
diharapkam profesi terhadap para anggotanya. Kode Etik Ikatan Konsultan Pajak Indonesia
(IKPI) adalah kaidah moral yang menjadi pedoman dalam berfikir, bersikap dan bertindak oleh
setiap anggota IKPI. Setiap anggota IKPI wajib menjaga citra martabat profesi dengan senantiasa
berpegang pada Kode Etik IKPI. Kode Etik IKPI juga mengatur sanksi terhadap tidak
dipenuhinya kewajiban atau dilanggarnya larangan oleh anggota IKPI (Kode Etik IKPI, 2009).

4
2.4 Perencanaan Pajak

perencanaan pajak (tax planning) merujuk kepada proses merekayasa usaha dan transaksi
Wajib Pajak agar utang pajak berada dalam jumlah yang minimal, tetapi masih dalam bingkai
peraturan perpajakan. Namun demikian, perencanaan pajak juga dapat diartikan sebagai
perencanaan pemenuhan kewajiban perpajakan secara lengkap, benar, dan tepat waktu sehingga
dapat secara optimal menghindari pemborosan sumber daya.

Perencanaan Pajak merupakan langkah awal dalam manajemen pajak. Manajemen pajak
itu sendiri merupakan sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar, tetapi jumlah
pajak yang dibayarkan dapat ditekan seminimal mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas
yang diharapkan. Langkah selanjutnya adalah pelaksanaan kewajiban perpajakan (tax
implementation) dan pengendalian pajak (tax control). Pada tahap perencanaan pajak ini,
dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan. Tujuannya adalah agar
dapat dipilih jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya, penekanan
perencanaan pajak (tax planning) adalah untuk meminimimalisasi kewajiban pajak.Manajemen
Perpajakan yang Ekonomis, Efisien, dan Efektif.

Untuk dapat meminimalisasi kewajiban pajak, dapat dilakukan berbagai cara, baik yang
masih memenuhi ketentuan perpajakan (lawful) maupun yang melanggar peraturan perpajakan
(unlawful), seperti tax avoidance dan tax evasion.

Perencanaan pajak umumnya selalu dimulai dengan meyakinkan apakah suatu transaksi
atau kejadian mempunyai dampak perpajakan. Apabila kejadian tersebut mempunyai dampak
pajak, apakah dampak tersebut dapat diupayakan untuk dikecualikan atau dikurangi jumlah
pajaknya. Selanjutnya, apakah pembayaran pajak tersebut dapat ditunda.

Pada dasarnya, perencanaan pajak harus memenuhi syarat-syarat berikut: (1) tidak
melanggar ketentuan perpajakan, (2) secara bisnis dapat diterima, dan (3) bukti-bukti
pendukungnya memadai.

 Aspek-aspek dalam Perencanaan Pajak

Aspek Formal dan Administratif

– Kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
dan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP);
– Menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan;
– Memotong dan/atau memungut pajak;
– Membayar pajak;
– Menyampaikan Surat Pemberitahuan.

5
Aspek Material

Basis penghitungan pajak adalah objek pajak. Dalam rangka optimalisasi alokasi
sumber dana, manajemen akan merencanakan pembayaran pajak yang tidak lebih dan
tidak kurang. Untuk itu, objek pajak harus dilaporkan secara benar dan lengkap.

 Tahapan Perencanaan Pajak


a. Menganalisis informasi yang ada (analyzing the existing data base)
b. Membuat satu atau lebih model kemungkinan jumlah pajak (designing one or
more possible tax plans)
c. Mengevaluasi pelaksanaan perencanaan pajak (evaluating a tax plan)
d. Mencari kelemahan dan memperbaiki kembali rencana pajak (debugging the tax
plans)
e. Memutakhirkan rencana pajak (updating the tax plan)

 Strategi Umum Perencanaan Pajak

a. Tax Saving

Tax saving merupakan upaya efisiensi beban pajak melalui pemilihan alternatif
pengenaan pajak dengan tarif yang lebih rendah. Misalnya, perusahaan dapat melakukan
perubahan pemberian natura kepada karyawan menjadi tunjangan dalam bentuk uang.

b. Tax Avoidance

Tax avoidance merupakan upaya efisiensi beban pajak dengan menghindari


pengenaan pajak melalui transaksi yang bukan merupakan objek pajak. Misalnya,
perusahaan yang masih mengalami kerugian, perlu mengubah tunjangan karyawan dalam
bentuk uang menjadi pemberian natura karena natura bukan merupakan objek pajak PPh
Pasal 21.

c. Menghindari Pelanggaran atas Peraturan Perpajakan

Dengan menguasai peraturan pajak yang berlaku, perusahaan dapat menghindari


timbulnya sanksi perpajakan berupa:

– Sanksi administrasi: denda, bunga, atau kenaikan.

– Sanksi pidana: pidana atau kurungan.

d. Menunda Pembayaran Kewajiban Pajak

6
Menunda pembayaran kewajiban pajak tanpa melanggar peraturan yang berlaku
dapat dilakukan melalui penundaan pembayaran PPN. Penundaan ini dilakukan dengan
menunda penerbitan faktur pajak keluaran hingga batas waktu yang diperkenankan,
khususnya untuk penjualan kredit. Dalam hal ini, penjual dapat menerbitkan faktur pajak
pada akhir bulan berikutnya setelah bulan penyerahan barang.

e. Mengoptimalkan Kredit Pajak yang Diperkenankan

Wajib Pajak sering kurang memperoleh informasi mengenai pembayaran pajak


yang dapat dikreditkan yang merupakan pajak dibayar dimuka. Misalnya, PPh Pasal 22
atas impor, PPh Pasal 23 atas penghasilan jasa atau sewa dll.

A. Perencanaan Pajak Terbagi Atas 2 Jenis Yaitu :


a. National Tax Planning yang dalam pemberlakuannya sangat berpedoman pada Undang-
Undang domestik. dalam national tax planning ini biasanya dilakukan oleh wajib pajak
badan yang hanya memiliki usahanya di Indonesia saja atau dengan kata lain perusahaan
yang melakukan transaksi dengan wajib pajak dalam negeri saja.
b. International Tax Planning yang dalam pemberlakuannya biasanya sering dilakukan oleh
wajib pajak badan yang memiliki kegiatan atau usahanya baik di dalam negeri maupun di
luar negeri. dalam international tax planning umumnya dilakukan jika wajib pajak
melakukan transaksi tak hanya dengan wajib pajak dalam negeri namun juga melakukan
transaksi tersebut dengan wajib pajak dari luar negeri dan harus mendasar pada Undang-
Undang atau perjanjian pajak atau tax treaty yang berlaku.

2.6 Pengertian Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak merupakan sebuah mekanisme yang digunakan untuk


menghitung besarnya pajak yang harus dibayar wajib pajak ke negara.

Di Indonesia, berlaku 3 jenis sistem pemungutan pajak, yakni:

1. Self Assessment System.


2. Official Assessment System.
3. Withholding Assessment System.
Agar dapat membedakan ketiga sistem tersebut, mari kita ulas satu per satu pengertian
masing-masing sistem pemungutan pajak tersebut.

1. Self Assessment System

Self Assessment System merupakan sistem pemungutan pajak yang membebankan


penentuan besaran pajak yang perlu dibayarkan oleh wajib pajak yang bersangkutan. Dengan
kata lain, wajib pajak merupakan pihak yang berperan aktif dalam menghitung, membayar, dan

7
melaporkan besaran pajaknya ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau melalui sistem administrasi
online yang sudah dibuat oleh pemerintah.

Peran pemerintah dalam sistem pemungutan pajak ini adalah sebagai pengawas dari para
wajib pajak. Self assessment system diterapkan pada jenis pajak pusat.

Contohnya adalah jenis pajak PPN dan PPh. Sistem pemungutan pajak yang satu ini mulai
diberlakukan di Indonesia setelah masa reformasi pajak pada 1983 dan masih berlaku hingga
saat ini.

Namun, terdapat konskuensi dalam sistem pemungutan pajak ini. Karena wajib pajak
memiliki wewenang menghitung sendiri besaran pajak terutang yang perlu dibayarkan, maka
wajib pajak biasanya akan mengusahakan untuk menyetorkan pajak sekecil mungkin.

Ciri-ciri sistem pemungutan pajak Self Assessment:

 Penentuan besaran pajak terutang dilakukan oleh wajib pajak itu sendiri.
 Wajib pajak berperan aktif dalam menuntaskan kewajiban pajaknya mulai dari
menghitung, membayar, hingga melaporkan pajak.
 Pemerintah tidak perlu mengeluarkan surat ketetapan pajak, kecuali jika wajib pajak telat
lapor, telat bayar pajak terutang, atau terdapat pajak yang seharusnya wajib pajak
bayarkan namun tidak dibayarkan.

2.Official Assessment System

Official Assessment System merupakan sistem pemungutan pajak yang membebankan


wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang pada fiskus atau aparat perpajakan sebagai
pemungut pajak. Dalam sistem pemungutan pajak Official Assessment, wajib pajak bersifat pasif
dan pajak terutang baru ada setelah dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus.

Sistem pemungutan pajak ini bisa diterapkan dalam pelunasan Pajak Bumi Bangunan
(PBB) atau jenis pajak daerah lainnya. Dalam pembayaran PBB, KPP merupakan pihak yang
mengeluarkan surat ketetapan pajak berisi besaran PBB terutang setiap tahunnya.

Jadi, wajib pajak tidak perlu lagi menghitung pajak terutang melainkan cukup membayar
PBB berdasarkan Surat Pembayaran Pajak Terutang (SPPT) yang dikeluarkan oleh KPP tempat
objek pajak terdaftar.

8
Ciri-ciri sistem perpajakan Official Assessment:

 Besarnya pajak terutang dihitung oleh petugas pajak.


 Wajib pajak sifatnya pasif dalam perhitungan pajak mereka.
 Pajak terutang ada setelah petugas pajak menghitung pajak yang terutang dan
menerbitkan surat ketetapan pajak.
 Pemerintah memiliki hak penuh dalam menentukan besarnya pajak yang wajib
dibayarkan.

3. Withholding System
Pada Withholding System, besarnya pajak dihitung oleh pihak ketiga yang bukan wajib
pajak dan bukan juga aparat pajak/fiskus.

Contoh Witholding System adalah pemotongan penghasilan karyawan yang dilakukan


oleh bendahara instansi terkait. Jadi, karyawan tidak perlu lagi pergi ke KPP untuk
membayarkan pajak tersebut.

Jenis pajak yang menggunakan withholding system di Indonesia adalah PPh Pasal 21,
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Final Pasal 4 ayat (2) dan PPN.

sebagai bukti atas pelunasan pajak dengan menggunakan sistem pemungutan pajak ini
biasanya berupa bukti potong atau bukti pungut. Dalam beberapa kasus tertentu, bisa juga
menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP). Bukti potongan tersebut nantinya akan dilampirkan
bersama SPT Tahunan PPh/SPT Masa PPN dari wajib pajak yang bersangkutan.

2.7 Pembagian Beban Pajak

Membicarakan masalah pembagian beban pajak tidak akan terlepas dari falsafah
keadilan, sebab bagaimanapun juga pemungutan pajak merupakan realisasi dari pengorbanan
penduduk pembayar pajak guna kepentingan umum. Oleh karena itu, disamping falsafah dasar
keadilan pemungutan pajak diperlukan pembagian pajak yang seadil-adilnya.

Menurut Aristoteles keadilan di samping dinilai sebagai keutamaan umum (yaitu ketaatan
kepada hukum alam dan hukum positif), juga sebagai keutamaan moral khusus, yang
menentukan sikap manusia pada bidang tertentu. Sebagai keutamaan khusus keadilan itu ditandai
oleh sifat-sifat sebagai berikut (Theo Huijbers, 1988 : 29):

1) Keadilan menentukan bagaimanakah hubungan yang baik antara orang yang satu
dengan yang lain.
2) Keadilan berada di tengah ekstrem, yaitu diusahakan supaya dalam mengejar
keuntungan terciptalah keseimbangan antara kedua pihak : jangan orang
mengutamakan pihaknya sendiri dan jangan juga mengutamakan pihak lain.

9
3) Untukmenentukan di manakah terletak keseimbangan yang tepat antara orang-
orang digunakan ukuran kesamaan.

Dengan terciptanya keadilan berarti akan terdapat keseimbangan, sebagaimana


dikemukakan oleh Sri Redjeki Hartono, bahwa hukum harus mampu menjaga dan mengatur
harkat dan martabat manusia dan kehidupan kemanusiaan dengan mengatur keseimbangan
kepentingan semua pihak demi kesejahteraan nilai-nilai kemanusiaan (Sri Redjeki Hartono, 2004
: 34-35). Oleh karena itu, agar terjadi keseimbangan antara negara dengan masyarakat dalam hal
pemungutan pajak perlu perangkat. hukum yang mengatur agar kepentingan kedua belah pihak
menjadi seimbang.

Selanjutnya teori keadilan dikembangkan oleh paham tradisional yang dipengaruhi oleh
pemikiran Aristoteles. Teori keadilan atas pengaruh Aristoteles ini dibagi menjadi tiga keadilan,
yaitu keadilan legal, keadilan komutatif dan keadilan distributif.

Keadilan legal menyangkut hubungan antara individu atau kelompok masyarakat dengan
negara. Pada prinsipnya keadilan legal menyatakan bahwa semua orang atau kelompok
masyarakat harus diperlakukan secara sama oleh negara di hadapan dan berdasarkan hukum yang
berlaku.

Keadilan komutatif mengatur hubungan yang adil antara warga negara yang satu dengan
warga negara yang lainnya. Keadilan ini menuntut agar dalam interaksi sosial antara warga yang
satu dengan warga yang lain tidak terdapat pihak yang dirugikan hak dan kepentingannya.
Keadilan ini menuntut agar semua orang memberikan, menghargai dan menjamin apa yang
menjadi hak orang lain.

Keadilan distributif pada prinsipnya menyangkut pembagian / distribusi ekonomi yang


merata atau yang dianggap adil bagi semua warga negara.

Dalam kaitannya dengan pemungutan pajak maka keadilan legallah yang tepat untuk
digunakan mengetahui dan menerapkan apakah suatu peraturan hukum telah memenuhi unsur
keadilan atau belum.

Teori – teori pembagian pajak tersebut adalah teori-teori kepentingan, teori prestasi
negara , teori gaya pikul.

A. Teori Kepentingan

Teori ini hanya memperhatikan pembagian beban pajak yang harus dipungut dari
penduduk seluruhnya. Pembagian beban ini harus didasarkan atas kepentingan orang masing-
masing dalam tugas-tugas Pemerintah, termasuk juga perlindungan atas jiwa orang-orang itu

10
beserta harta bendanya. Oleh karena itu, sudah selayaknya bahwa biaya-biaya yang dikeluarkan
oleh negara untuk menunaikan kewajibannya dibebankan kepada mereka itu.

Jadi, di dalam membagi beban pajak diantara penduduk hendaknya disesuaikan dengan
kepentingan masing-masing terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh negara. Makin
besar kepentingannya terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh negara, makin besar
kepentingannya terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh negara berarti makin besar pula
pajaknya.

Menurut teori ini agar pembagian beban pajak dirasa adil, maka tarip pajaknya
menggunakan tarip proporsional/sebanding, tarip yang persentasenya tetap, terhadap berapapun
jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak terutang proporsional terhadap besarnya nilai
yang dikenai pajak.

Terhadap teori ini banyak yang menyampaikan sanggahan karena ternyata mengandung
kelemahan-kelemahan.

Kelemahan-kelemahan tersebut adalah :

1) Hanya dapat diterapkan pada pajak tidak langsung, sedang untuk pajak langsung
tidak dapat diterapkan.Pajak langsung adalah suatu jenis pajak yang
pemungutannya langsung kepada wajib pajak, tidak memerlukan bantuan pihak
ketiga, misalnya : Pajak Bumi dan Bangunan, Pajak Penghasilan dan lain-
lain.Pajak tidak langsung adalah suatu jenis pajak yang pemungutannya lewat
pihak ketiga, misal : pajak tontonan, pajak penjualan, pajak pertambahan nilai dan
lain-lain.
2) Hanya dapat dicapai keadilan dari segi hukum perdata saja, karena hakekat
pembayaran pajak disamakan dengan pembayaran retribusi, padahal antara pajak
dan retribusi berlainan.
3) Apabila dihadapkan pada pertanyaan, mana yang lebih besar kepentingannya
terhadap kegiatan negara antara penduduk yang kaya dan miskin, teori ini menjadi
tidak tepat jika diterapkan untuk menghitung besarnya pajak yang terutang.
Penduduk yang kaya tidak banyak begitu bergantung pada kegiatan negara,
sedangkan penduduk miskin

kepentingannya terhadap kegiatan negara lebih banyak/besar (misalnya kepentingan


rakyat miskin terhadap kegiatan negara atau pemerintah di bidang kesehatan, seperti adanya
Puskesmas, Rumah Sakit Umum, dan lain-lain) sehingga teori ini dapat dikatakan salah karena
pangkal letaknya adalah kepentingan.Penduduk miskin justru lebih banyak kepentingannya
terhadap kegiatan negara, apakah penduduk miskin harus membayar pajak lebih besar ?Oleh

11
karena terdapatnya kelemahan-kelemahan tersebut, maka berkuranglah sarjana yang
mempertahankan teori yang tidak sesuai dengan kenyataan ini.

12
B. Teori Prestasi Negara

Teori ini berpangkal pada prestasi yang oleh penduduk diharapkan negara akan
melakukannya. Teori ini juga disebut dengan teori prestasi modern yang berpangkal pada
kemampuan ekonomi subjektif.

Untuk mengetahui kemampuan ekonomi subjektif, negara membuat suatu daftar yang
berisi daftar prestasi negara. Makin banyak yang diisi atau diminta berarti bersedia memikul
biaya, sehingga bersedia dipajaki lebih banyak dan makin sedikit yang diisi berarti makin sedikit
kesediaannya untuk dipajaki.

Hipotesa teori prestasi negara ini diletakkan pada kejujuran seseorang penduduk atau
wajib pajak. Hal ini juga merupakan suatu hipotesa kemampuan ekonomi yang sulit dibuktikan
kebenarannya.

C. Teori Daya Pikul

Teori ini menyatakan bahwa agar pemungutan pajak dirasa adil maka dalam membagi
beban pajak hendaknya disesuaikan dengan daya pikul Wajib Pajak yang bersangkutan. De
Langen mengatakan bahwa daya pikul adalah kekuatan seseorang untuk memikul suatu beban
dari apa yang tersisa, setelah seluruh penghasilannya dikurangi dengan pengeluaran-pengeluaran
yang mutlak untuk kehidupan primer diri sendiri beserta keluarganya.

Cohan Stuart menyamakan gaya/daya pikul sama dengan sebuah jembatan, yang
pertama-tama harus dapat memikul bobotnya sendiri sebelum dicoba untuk dibebaninya dari
luar. Hal ini berarti bahwa daya pikul adalah sama dengan kekuatan memikul beban yang
melewati jembatan itu tanpa jembatan itu amblas, yang berarti bahwa kekuatan pikul jembatan
dikurangi dengan bobot sendiri.

Misalnya, kekuatan pikul jembatan 25 ton sedangkan bobot jembatan itu sendiri adalah
15 ton, maka daya pikul jembatan itu adalah 25 ton dikurangi 15 ton sama dengan 10 ton.
Kendaraan yang berbobot lebih dari 10 ton tidak boleh melewati jembatan itu.

Kaitannya dengan beban pajak dapat disimpulkan bahwa kekuatan untuk menyerahkan
uang kepada negara (dalam bentuk pajak ) baru ada jika kebutuhan-kebutuhan primer untuk
hidup telah tersedia atau tercukupi.

De Langen berkesimpulan bahwa kekuatan untuk membayar pajak kepada negara baru
ada setelah kekuatan orang yang bersangkutan dikurangi dengan minimum kehidupan.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya minimum kehidupan (Santoso


Brotodihardjo, 1982 : 69) adalah :

13
a) keadaan keuangan suatu negara : apabila keadaan baik, maka negara dapat lebih leluasa
memperhatikan lapisan-lapisan bawah dari pada penduduk dan memberikan pembebasan
pajak bagi suatu minimum kehidupan yang direncanakan lebih luas.
b) pembagian pendapatan : apabila terbanyak di antara rakyat hanya memiliki pendapatan
yang sama dengan minimum kehidupan, atau hanya melebihi sedikit maka adalah sukar
untuk tidak membebaninya dengan pajak yang tersebut terakhir ini.
c) gaya beli uang : apabila gaya beli ini di berbagai daerah dari suatu negara berbeda-beda
maka perlu kiranya ditentukan suatu minimum yang berbeda-beda.

D. Fiscal Policy

Hasil pemungutan pajak tidak hanya digunakan untuk memasukkan ke dalam kas negara
(fungsi budgeter) saja, tetapi juga dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan politik
atau tujuan yang ada di luar bidang keuangan (fungsi mengatur = regulerend). Fungsi pajak yang
budgeter dan fungsi yang mengatur sejak diadakan tax reform dikombinasikan yang lazimnya
ditentukan dalam kebijaksanaan fiskal (fiscal policy).

Kebijaksanaan fiskal adalah segala sesuatu yang bertalian dengan usaha Pemerintah
untuk menstabilisasikan atau mendorong tingkat aktivitas ekonomi. Kebijaksanaan fiskal
tersebut dilakukan oleh pemerintah dalam bentuk pemberian insentif / perangsang misalnya
untuk menarik investor dari luar negeri, untuk megembangkan pasar modal,dan lain-lain
(Rochmat Soemitro, 2004 : 46).

Soemitro Djojohadikusumo dalam karangannya yang berjudul “Fiscal Policy, Foreign


Exchange Control and Economic Development” menjelaskan (terjemahan bebas) bahwa Fiscal
Policy sebagai alat pembangunan harus mempunyai satu tujuan bersamaan, yaitu secara langsung
menemukan dana-dana yang akan digunakan untuk public investment dan secara tidak langsung
digunakan untuk menyalurkan private saving ke arah sektor-sektor yang produktif, maupun
digunakan untuk mencegah pengeluaran-pengeluaran yang menghambat pembangunan.

Untuk dapat mencapai tujuan tersebut maka fiscal policysebagai satu alat pembangunan
harus didasarkan atas kombinasi tarip-tarip pajak yang tinggi, baik pajak–pajak langsung
maupun pajak–pajak tidak langsung dengan satu fleksibilitas yang berada dalam sistem
pengenaan pajak-pajak berupa pembebasan pajak–pajak dan pemberian insentif atau dorongan-
dorongan untuk merangsang private investment sebagaimana diharapkan.

2.8 Pembagian Pajak

Pembagian atau penjenisan pajak tergatung pada dari sudut mana pajak itu dipandang
atau didekati.

14
1. Menurut Golongannya :

Jika dilihat dari sudut penggolongannya maka pajak dapat dibedakan ke dalam jenis
pajak sebagai berikut :

a. Pajak langsung adalah pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak
dapat dibebankan atau dialihkan kepada pihak lain, misalnya : Pajak Penghasilan.
Ciri-ciri dari pajak langsung tersebut adalah sebagai berikut :
(1) Dipungut secara periodik;
(2) Mempunyai kohir / Surat Ketetapan Pajak;
(3) Merupakan pajak yang dipungut langsung kepada Wajib Pajak , sehingga ada 2
pihak yaitu Fiscus dan Wajib Pajak.

b. Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau
dialihkan kepada pihak lain, misalnya : Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
(1) Ciri-ciri yang melekat pada jenis pajak tidak langsung ini adalah sebagai berikut
:Dipungut tidak secara periodik;
(2) Tidak berkohir;
(3) Pemungutan melalui Pihak ketiga, sehingga ada tiga pihak yaitu Fiscus, Wajib
Pungut (Wapu) dan Wajib Pajak.
2. Menurut Kewenangan Memungut :
Jika dilihat dari sudut kewenangan memungutnya, maka pajak dapat dibedakan ke
dalam:

a. Pajak Pusat adalah pajak yang kewenangan memungutnya ada pada pemerintah pusat,
misalnya : Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB), dan lain-lain.

b. Pajak Daerah adalah pajak yang kewenangan memungutnya ada pada pemerintah
daerah (Pajak Propinsi & Pajak Kab/Kota), misalnya untuk Pajak Propinsi adalah
Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor,dan lain-lain,
sedang untuk Pajak Daerah Kabupaten / Kota adalah Pajak Reklame, Pajak Hotel dan
Restoran, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Parkir, dan lain-lain.

3. Menurut Sifatnya :
Jika dilihat dari sifatnya, pajak dapat dibedakan ke dalam jenis pajak sebagai berikut:

a. Pajak Pribadi (pajak subjektif) yaitu pajak yang pemungutannya memperhatikan


keadaan pribadi Wajib Pajak (subjek pajak), misalnya Pajak Penghasilan dalam
menentukan besar kecilnya utang pajak akan dilihat kondisi atau jumlah tanggungan
Wajib Pajak.

15
b. Pajak Kebendaan (pajak objektif) yaitu pajak yang pemungutannya tanpa
memperhatikan keadaan Wajib Pajak, yang dilihat hanya objek pajaknya saja,
misalnya Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Meterai, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah, dan lain-lain.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Konsultan Pajak adalah orang yang memberikan jasa konsultasi perpajakan kepada wajib
pajak dalam rangka melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan perpajakan.Artinya, konsultan pajak adalah orang yang bertugas
membantu wajib pajak mengurus segala hal yang berhubungan dengan pajak.Mengurangi Beban
Wajib Pajak Tidak bisa dipungkiri nominal pajak yang cukup besar pastinya sudah membuat
pusing dan menjadi beban bagi wajib pajak. perencanaan pajak (tax planning) merujuk kepada
proses merekayasa usaha dan transaksi Wajib Pajak agar utang pajak berada dalam jumlah yang
minimal, tetapi masih dalam bingkai peraturan perpajakan. Manajemen pajak itu sendiri
merupakan sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar, tetapi jumlah pajak
yang dibayarkan dapat ditekan seminimal mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang
diharapkan.

Tax avoidance merupakan upaya efisiensi beban pajak dengan menghindari pengenaan
pajak melalui transaksi yang bukan merupakan objek pajak. Wajib Pajak sering kurang
memperoleh informasi mengenai pembayaran pajak yang dapat dikreditkan yang merupakan
pajak dibayar dimuka. dalam national tax planning ini biasanya dilakukan oleh wajib pajak
badan yang hanya memiliki usahanya di Indonesia saja atau dengan kata lain perusahaan yang
melakukan transaksi dengan wajib pajak dalam negeri saja. dalam international tax planning
umumnya dilakukan jika wajib pajak melakukan transaksi tak hanya dengan wajib pajak dalam
negeri namun juga melakukan transaksi tersebut dengan wajib pajak dari luar negeri dan harus
mendasar pada Undang-Undang atau perjanjian pajak atau tax treaty yang berlaku. Sistem
pemungutan pajak merupakan sebuah mekanisme yang digunakan untuk menghitung besarnya
pajak yang harus dibayar wajib pajak ke negara. Self Assessment System Self Assessment
System merupakan sistem pemungutan pajak yang membebankan penentuan besaran pajak yang
perlu dibayarkan oleh wajib pajak yang bersangkutan. Dengan kata lain, wajib pajak merupakan
pihak yang berperan aktif dalam menghitung, membayar, dan melaporkan besaran pajaknya ke
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau melalui sistem administrasi online yang sudah dibuat oleh
pemerintah. Karena wajib pajak memiliki wewenang menghitung sendiri besaran pajak terutang
yang perlu dibayarkan, maka wajib pajak biasanya akan mengusahakan untuk menyetorkan pajak
sekecil mungkin.Ciri-ciri sistem pemungutan pajak Self Assessment: • Penentuan besaran pajak
terutang dilakukan oleh wajib pajak itu sendiri.

• Pemerintah tidak perlu mengeluarkan surat ketetapan pajak, kecuali jika wajib pajak telat
lapor, telat bayar pajak terutang, atau terdapat pajak yang seharusnya wajib pajak bayarkan
namun tidak dibayarkan.
17
Official Assessment System merupakan sistem pemungutan pajak yang membebankan
wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang pada fiskus atau aparat perpajakan sebagai
pemungut pajak. Dalam sistem pemungutan pajak Official Assessment, wajib pajak bersifat pasif
dan pajak terutang baru ada setelah dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus. Sistem
pemungutan pajak ini bisa diterapkan dalam pelunasan Pajak Bumi Bangunan (PBB) atau jenis
pajak daerah lainnya. Jadi, wajib pajak tidak perlu lagi menghitung pajak terutang melainkan
cukup membayar PBB berdasarkan Surat Pembayaran Pajak Terutang (SPPT) yang dikeluarkan
oleh KPP tempat objek pajak terdaftar. Menurut teori ini agar pembagian beban pajak dirasa adil,
maka tarip pajaknya menggunakan tarip proporsional/sebanding, tarip yang persentasenya tetap,
terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak terutang proporsional
terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak.

18
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.umk.ac.id/277/10/BUKU_HUKUM_PAJAK_SUATU_SKETSA_ASAS_-
_INDEKS.pdf

http://www.konsultanpajak-aaa.com/tax-planning-highlight/

https://www.online-pajak.com/tentang-pajak-pribadi/sistem-pemungutan-pajak

https://www.online-pajak.com/tentang-pajak/konsultan-pajak-pengertian-layanan-dan-
manfaatnya

19

Anda mungkin juga menyukai