DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................. 2
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL...............................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 7
6.1. Latar Belakang .................................................................................................... 7
6.2. Maksud dan Tujuan............................................................................................. 9
6.3. Batasan Masalah ............................................................................................... 10
6.4. Metode Penyusunan .......................................................................................... 10
BAB II GEODIVERSITY DAN GEOEHRITAGE ........................................................... 11
2.1. Konsep Geodiversity ......................................................................................... 11
2.2. Konsep Geoheritage ......................................................................................... 16
2.3. Aspek Geologi dalam Geodiversity .................................................................. 18
BAB III GEOKONSERVASI DAN GEOWISATA......................................................... 20
3.1. Konsep Geokonservasi...................................................................................... 20
3.2. Pemanfaatan Geologi sebagai Geowisata ......................................................... 21
3.3. Geowisata bagi Pembangunan Berkelanjutan ................................................... 22
BAB IV GEOWISATA KAWASAN GUNUNGAPI ..................................................... 25
4.1. Bentang Alam Gunungapi ................................................................................. 25
4.2. Pemanfaatan Fenomena Geologi Kegunungapian untuk Wisata ...................... 29
BAB V STUDI KASUS.................................................................................................... 33
BAB VI PENUTUP .......................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 47
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1. Unsur - unsur keragaman geologi (geodiversity) di Bumi (Serrano, E., 2007)
.......................................................................................................................................... 18
Tabel 4. 1. Klasifikasi unit geomorfologi bentuklahan asal Gunungapi (van Zuidam,1983
dalam Soetoto, 2017) ........................................................................................................ 25
Tabel 4. 2. Klasifikasi bentuk muka bumi untuk peta geomorfologi skala 1:25.000
(Brahmantyo dan Bandono, 2006) .................................................................................... 28
Tabel 5. 1. Unit satuan morfologi Kawasan lereng Gunung Merapi bagian Selatan,
Sleman, DIY (Hendratno, 2002) ....................................................................................... 35
Tabel 5. 2. Skenario kegiatan dan produk perjalanan geowisata pada kawasan Hutan
Lindung Kaliadem (Hendratno, 2002) .............................................................................. 39
Tabel 5. 3. Skenario kegiatan dan produk perjalanan geowisata pada aliran Sungai
Boyong, Kaliurang barat, lereng Merapi selatan (Hendratno, 2002) ................................ 39
Tabel 5. 4. Skenario kegiatan dan produk perjalanan geowisata pada aliran Sungai
Kuning bagian hulu - Kinahrejo, lereng Merapi selatan (Hendratno, 2002)..................... 40
Tabel 5. 5. Skenario kegiatan dan produk perjalanan geowisata pada mata air Umbul
Lanang bagian hulu Sungai Kuning, Kinahrejo, lereng Merapi selatan (Hendratno, 2002)
.......................................................................................................................................... 40
Tabel 5. 6. Skenario kegiatan dan produk perjalanan geowisata pada Upacara Labuhan
(Hendratno, 2002) ............................................................................................................. 41
Tabel 5. 7. Skenario kegiatan dan produk perjalanan geowisata pada dasar aliran Sungai
Gendol bagian hulu dan bangunan Sabo Dam, Dusun Kaliadem, lereng Merapi selatan
(Hendratno, 2002) ............................................................................................................. 42
Tabel 5. 8. Skenario kegiatan dan produk perjalanan geowisata pada objek geowisata
Watugajah, Watutumpeng, dan Ringin Putih, di Dusun Kaliadem, Desa Kapuhrejo, lereng
Merapi selatan (Hendratno, 2002) .................................................................................... 43
v
DAFTAR GAMBAR
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat, hikmat dan penyertaan-Nya, penulis mampu menyelesaikan. Karya Referat
ini dengan baik. Karya Referat ditulis sebagai salah satu syarat kurikulum
Program Studi Strata-1 Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada. Dalam
penulisan Karya Referat ini terdapat banyak masukan, kritik, dan saran dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Orang tua dan keluarga yang senantiasa memberikan doa dan dukungan
kepada penulis selama penulisan Karya Referat.
2. Bapak Agus Hendratno, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing karya referat
yang telah memberi bimbingan, pengarahan, dan motivasi sehingga
penulis dapat selesai Karya Referatnya.
3. Teman - teman Mahasiswa Departemen Teknik Geologi Universitas
Gadjah Mada angkatan 2018 yang telah mendukung dan membantu selama
penyusunan Karya Referat berlangsung.
4. Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu atas sumbangan ide
dan bantuannya.
Penyusun menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan
Karya Referat ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran sebagai
evaluasi dalam penyusunan karya – karya lain kedepannya. Akhir kata, penyusun
mengucapkan terima kasih atas perhatian dan dukungannya. Besar harapan
penyusun agar laporan ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca.
Yogyakarta, Mei 2021
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Gambar 1. 2. Idenberg, Danau Glasial di Atap Indonesia dalam GEOMAGZ Majalah Geologi
Populer (Badan Geologi, 2015)
BAB II
GEODIVERSITY DAN GEOEHRITAGE
Gambar 2. 1. Rumah Bolon merupakan rumah adat suku batak (Ichlasiah, 2017)
3. Nilai Estetika
Nilai estetika adalah konsep yang lebih nyata secara sederhana
ditunjukkan pada daya tarik visual yang telah tersedia di alam. Keindahan ini bisa
berasal dari bentang alam seperti seperti pegunungan, kolam lokal, garis pantai,
tepi sungai, keragaman topografi, dan kenampakan alam lainnya. Keindahan bisa
dilihat dari bentang alam. Beberapa bentang alam yang menguntungkan bagi
masyarakat lokal antara lain bentang alam pegunungan, pantai, gletser, tebing,
danau, dan air terjun. Bentang alam ini dalam dikembangkan menjadi kawasan
wisata. Bentuklahan tidak diragukan lagi nilai keindahannya. Nilai estetika ini
dapat memberikan nilai ekonomi dan status sosial karena masyarakat setempat
yang maju mampu membayar untuk membeli properti yang dapat memperindah
bentuklahan tersebut (Jarman, 1994).
Nilai estetika menjadikan suatu daerah menjadi kawasan wisata dan
berkaitan dengan ekowisata. Peningkatan minat liburan dan wisata meningkat.
Geomorfologi pada suatu daerah menunjukkan bahwa fitur abiotik mampu
menarik wisatawan dan dari nilai estetika suatu morfologi membuat konsep
geowisata dan ekowisata perlu dipahami lagi. Nilai estetika ini memicu kegiatan
lokal yang menguntungkan. Contohnya keindahan morfologi Danau Toba yang
terbentuk akibat erupsi dahsyat Gunung Toba sebagai produk geologi berupa
kaldera. Saat ini Danau Toba banyak dikunjungi wisatawan luar negeri.
15
4. Nilai Ekonomi
Nilai ekonomi pada keragaman geologi lebih dari sekedar finansial
teoritis. Artinya, aspek – aspek geologi didalamnya dapat meningkatkan
perekonomian yang lebih. Keragaman geologi mengandung batuan, mineral, fosil,
sedimen, dan tanah yang memiliki nilai komersil. Contohnya, sumber daya
geologi bisa dimanfaatkan sebagai kawasan geowisata berdasarkan morfologinya
yang memiliki nilai ekonomi atau komersil yang didukung oleh nilai estetika.
Sumber daya geologi tersebut diantaranya yaitu geowisata gunungapi, danau /
telaga, kawasan sumber panas bumi, air terjun, situs geologi, dan bekas tambang
sebagai sumber daya ekonomi. sumberdaya mineral ekonomi dapat dijadikan
sebagai bahan bahar mineral seperti minyak bumi dan batubara, bahan indsutri,
bijih logam dan permata, mineral konstruksi seperti pasir dan batu bangunan.
Keragaman sumberdaya ekonomi ini dieksplorasi dan dieksploitasi sudah sejak
lama.
5. Nilai Edukasi
Lingkungan alam merupakan laboratorium untuk penelitian masa depan.
Artinya, saat berada di lapangan, teori – teori ilmu geologi dapat diuji dan tersedia
di alam. Untuk itu, geodiversity perlu dikonservasi geologi dan geomorfologinya
untuk kebutuhan penelitian bagi generasi berikutnya. Penelitian – penelitian saat
ini berguna untuk edukasi yang akan mendatang. Contohnya, untuk memahami
dampak dari kenaikan muka air laut, perlu pemahaman terhadap proses geologi di
pesisir. Keragaman geologi memiliki nilai edukasi yang dapat memberikan
pnejelasan mengenai sejarah geologi Bumi yang terekam pada singkapan batuan
16
sejak lama. Rekaman geologi memiliki nilai edukasi dan penelitian yang besar
dan mempunyai peran penting bagi penerus berikutnya.
Topografi Energi
Kekasaran / tekstur
Material Bumi Mineral
Litologi
Deposit Dangkal
Fosil
Geomorfologi Tektonik
Struktur
Morfostruktur
Sistem Morfogenetik
Proses
Bentuklahan Erosi
Bentuklahan Akumulasi
Mikro-bentuklahan
Hidrologi Status air Air
19
Salju
Es
Gletser
Unsur – unsur hidrologi Samudera
Laut
Sungai
Mata air
Lahan basah
Danau
Tanah Orders
Suborders
BAB III
GEOKONSERVASI DAN GEOWISATA
Gambar 3. 1. Konsep alami dan cakupan geowisata (Newsome, D. dan Dowling, 2006)
22
Rewarding, yaitu penghargaan atas sesuatu objek dan daya tarik wisata yang
dikunjungi, yang diwujudkan pada keinginan wisatawan untuk dapat belajar
memahami atau bahkan mengambil bagian dalam aktivitas yang terkait
dengan proyek tersebut.
Enriching, yaitu mengandung aspek pengkayaan atau penambahan
pengetahuan dan kemampuan terhadapsesuatu jenis atau bentuk kegiatan
yang diikuti wisatawan.
Adventurism, yaitu mengandung aspek pelibatan wisatawan dalam kegiatan
yang memiliki sesuatu risiko secara fisik dalam bentuk kegiatan petualangan.
Learning, yaitu mengadung aspek pendidikan melalui proses belajar yang
diikuti wisatawan terhadap sesuatu kegiatan edukatif tertentu yang diikuti
wisatawan.
integrasi antara alam, manusia dan tempat tinggal manusia itu sendiri (kota)
inklusif, aman dan berkelanjutan. Selain geowisata, Perpres no. 9 th 2019 pada
Webminar BDTBT (Badan Geologi, 2020) memaparkan bahwa arah
pengembangan dan pemanfaatan situs warisan geologi bagi pembangunan
berkelanjutan yaitu sebagai kawasan berkelanjutan yang disebut geopark berdasar
pada edukasi, konservasi, serta geowisata dan geoproduk.
24
Gambar 3. 2. Geologi dan Tujuan Pembangunan Keberlanjutan : Matriks yang menunjukkan peran ahli geologi dalam membantu untuk mencapai Tujuan
Pembangunan Keberlanjutan yang disetujui secara internasional (adaptasi dari Gill, 2006).
25
BAB IV
GEOWISATA KAWASAN GUNUNGAPI
Pebukitan Denudasional
Bukit – bukit berlereng sedang
V14 Gunungapi (Gunungapi
hingga curam.
Kererosi & Sisa Kaldera)
Tabel 4. 2. Klasifikasi bentuk muka bumi untuk peta geomorfologi skala 1:25.000
(Brahmantyo dan Bandono, 2006)
Gambar 4. 1. Klasifikasi bentuk muka bumi gunungapi Brahmantyo dan Bandono, 2006
gunung api antara lain yaitu variasi morfologi, litologi, struktur, maupun produk
dari fenomena geologi gunung api. Pada studi ini, fenomena geologi
kegunungapian lebih ditonjolkan pada keindahan geomorfologi / bentang alamnya
dan produk erupsinya yang banyak dimanfaatkan tidak hanya pada bidang
pariwisata, bidang lain seperti pertanian dan perkebunan juga diuntungkan melalui
produk letusan gunungapi yang dapat menghasilkan tanah subur.
Sebagai contoh, setelah erupsi Merapi 2006 dan juga 2010, produk erupsi
Merapi berupa aliran lahar yang membekas di sekitar Gunung dimanfaatkan
sebagai jalur wisata berupa Lava Tour Merapi yang meningkatkan ekonomi
setempat dalam beberapa tahun kemudian setelah erupsi (gambar 4.3). Morfologi
31
Gambar 4. 5. Gardu pandang di sisi Sungai Boyong, Kaliurang dengan latar belakang Gunung
Merapi (koleksi Talinibe, 2005 dalam Adirahmanta, 2005)
32
Gambar 4. 6. Puncak Garuda yang merupakan puncak tertinggi Gunung Merapi (koleksi Talinibe,
2004 dalam Adirahmanta, 2005)
33
BAB V
STUDI KASUS
GEOWISATA PADA KAWASAN GUNUNG MERAPI
Gambar 5. 2. Perubahan morfologi puncak Gunungapi Merapi sebelum dan sesudah letusan 2010 dengan
kedalaman kawah baru sedalam 200 m (Surono, drr., 2012 dalam Munir, 2019)
antara lain bentang alam aliran sungai, tebing sungai, lembah curam lereng
gunungapi, dan puncank bukit di lereng gunungapi. Vegetasi pada
morfologi tinggian menjadi daya tarik alamiah pada kawasan lereng
Gunung Merapi bagian selatan.
Tipe Gunungapi Merapi adalah tipe strato / andesitik dengan kubah lava
dan dua lapangan solvatara Gendol dan Woro. Erupsi gunungapi ini
hampir terjadi setiap tahunnya dengan ciri khas letusan gunungapi, yaitu
adanya guguran lava pijar dan kubah lava yang dapat menyebabkan erupsi
awan panas dengan jarak luncur mencapai 6-7 km dari puncak Merapi.
Tipe erupsi Gunung Merapi dijadikan model tipe erupsi dengan nama Tipe
Merapi (Bronto, 1996 dalam Hendratno, 2002). Awan panas hasil erupsi
selanjutnya disebut “wedhus gembel” memiliki ciri fisik bergumpal –
gumpal seperti awan / bulu domba, berwarna putih – putih keabu-abuan
gelap kemerahan, tersusun oleh campuran padat berbagai ukuran dan gas,
bersuhu tinggi, bergerak sangat cepat menuruni lereng gunungapi.
3. Litologi, Litologi pada daerah penelitian mencakup 3 unit satuan litologi
yaitu Endapan Merapi Tua dan Endapan Merapi Muda (Rahardjo, dkk.,
1995 dalam Hendratno, 2002). Endapan Merapi tua terdiri dari aliran lava
andesit yang sebagian tersingkap sebagai dasar aliran sungai yang berhulu
di puncak Gunung Merapi (Sungai Kuning dan Sungai Gendol) dan
basaltik dengan sifat keras dan kompak. Endapan Merapi muda tersingkap
sebagian besar pada kawasan lereng Gunung Merapi bagian selatan
dengan litologi berupa bongkah andsit lepas, kerakal – kerikil andesit,
endapan awan panas, serta endapan lahar yang bersifat lepas, sedikit
kompak dan porous. Sebagian Endapan Merapi Muda hadir dan tersingkap
secara vertikal di tebing terjal Sungai Kuning maupun Gendol yang
membentuk volcanic scenic range. Litologi berupa produk awan panas
masa lalu hadir di Dusun Kinahrejo sebagai landasan bangunan rumah
tinggal komunitas masyarakat lereng Gunung Merapi.
1. Budaya, lebih dari 50% masyarakat sekitar lereng Gunung Merapi, seperti
daerah Kinahrejo dan Kaliadem, tidak merasa khawatir dengan bahaya
awan panas. Sebaliknya, erupsi yang sering terjadi melahirkan komunitas
budaya volkanik yang tercermin dalam apresiasi dan persepsinya terhadap
unsur alam sekitar seperti unsur gunung dan sungai sebagai sesuatu yang
hidup; unsur hutan sebagai sumber mata-pencaharian dengan berladang
dan pemanfaatan ranting kayu sebagai bahan bakar); unsur batuan /
litologi seperti bongkah – bongkah andesit dan fragmen aliran piroklastik
sebagai sumber pendapatan sekunder; serta unsur mata air sebagai sumber
keberlangsungan hidup masyarakat dalam menjalankan aktivitasnya.
37
Makna yang dapat diambil dari aspek – aspek yang terdapat dalam model
Real Travel dan objek geowisata Merapi berdasarkan kondisi lingkungan dan
budaya kegunungapian Merapi, yaitu :
Tabel 5. 3. Skenario kegiatan dan produk perjalanan geowisata pada aliran Sungai
Boyong, Kaliurang barat, lereng Merapi selatan (Hendratno, 2002)
Tabel 5. 4. Skenario kegiatan dan produk perjalanan geowisata pada aliran Sungai
Kuning bagian hulu - Kinahrejo, lereng Merapi selatan (Hendratno,
2002)
Tabel 5. 5. Skenario kegiatan dan produk perjalanan geowisata pada mata air
Umbul Lanang bagian hulu Sungai Kuning, Kinahrejo, lereng Merapi
selatan (Hendratno, 2002)
Lokasi Sumber mata air Umbul Lanang (laki – laki) dan Umbul
Wadon (perempuan), hulu Sungai Kuning (kemudian
berjalan ke arah hilir aliran sungai hingga di Dam Pluyon
Kegiatan Wisata Melihat dan menikmati pemandangan hutan lindung
(hujan tropis) di sekitar aliran sungai bagian hulu, yang
lembah sungainya terjal.
Menikmati udara yang sejuk segar, bersih, dan nyaman.
Rekreasi alam terbuka dengan petualangan (adventure)
ringan, berjalan setapak menysusuri sungai hingga Dam
Pluyon.
Produk Geowisata Kegiatan dilakukan dengan berjalan kaki dan melihat
pemandangan morfologi dengan kemiringan lereng
curam.
Memberikan rewardin, enriching,serta learning tentang
pengaruh pecah lereng vulkanik (break of slope) maupun
struktur geologi bawah permukaan yang memotong
muka air tanah dangkal, sehingga muncul sebagai mata
air.
41
Tabel 5. 7. Skenario kegiatan dan produk perjalanan geowisata pada dasar aliran
Sungai Gendol bagian hulu dan bangunan Sabo Dam, Dusun
Kaliadem, lereng Merapi selatan (Hendratno, 2002)
Lokasi Sabo Dam (gambar 4.2), penahan aliran lahar hujan di dasar
Sungai Gendol (ditempuh melalui Dusun Batur – Kaliadem
turun ke dasar sungai melalui jalan setapak)
Kegiatan Wisata Rekreasi alam di dasar sungai yang kering sebagai
bentuk adventure ringan.
Tipologi dasar sungai yang penuh dengan material pasir –
atu sebagai produk Merapi masa lalu maupun sekarang
Produk Geowisata Perjalanan wisata dilakukan dengan berjalan kaki
menuruni tebing sungai yang terjal.
Memberikan rewarding, enrivhing, dan learning tentang
mekanisme aliran rombakan gunungapi di dasar sungai,
pemandangan morfologi lembah gunungapi yang
tertoreh / tererosi sangat kuat oleh aliran lahar di masa
lalu.
Memberikan rewarding, enrivhing, dan learning tentang
eisata teknologi bangunan penahan aliran lahar hujab di
Sungai Gendol; pengetahuan tentang dampak positif
maupun negatif keberadaan Sabo Dam di daerah hulu
Sungai; serta stratifikasi produk aliran rombakan
volkanik di masa lalu pada tebing sungai sebelah barat
maupun timur.
43
Gambar 5. 3. Bangunan Sabo di Gunung Merapi (Kementerian PUPR, 2012 dalam Munir, 2019)
Lokasi Watugajah
Ringin Putih
Watutumpeng
Kegiatan Wisata Menimati udara yang sejuk, segar, bersih, dan nyaman.
Lokasi Watugajah terletak di tepi jalan Kaliadem –
Kinahrejo.
Watugajah merupakan sebuah situs yang dikeramatkan
berkaitan dengan keberadaan “Eyang Merapi” sebagai
„pagar pengamaan dan ketenangan masyarakat setemat
oleh jiwa yang hidup dari Gunung Merapi‟.
Lokasi Watutumpeng berada di pintu masuk pelataran
camping ground Kaliadem (Mbebeng).
Watutumpeng merupakan sebuah situs yang
dikeramatkan. Batuan tersebut tidak mau dipindahkan
ke tempat lain (ke Sungai Gendol). Menurut juru kunci
Merapi sebagai suatu bentuk persepsi budaya “bahwa
ketika batuan tersebut dipindah / dibuang ke sungai,
44
BAB VI
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Brahmantyo, B., and Salim, B., 2006, Klasifikasi Bentuk Muka Bumi (Landform)
untuk Pemetaan Geomorfologi pada Skala 1:25.000 dan Aplikasinya untuk
Penataan Ruang: Jurnal Geoaplika, v. 1, p. 71–79,
doi:10.31227/osf.io/8ah6v.
Gray, M., 2004, Geodiversity : Valuing and Conserving Abiotic Nature : West
Sussex, John Wiley & Sons Ltd, 450p.
Munir, M.D., 2019, Bangunan Sabodam, Fungsi dan Potensinya sebagai Bagian
dari Geowisata Gunung Api Merapi: Jurnal Lingkungan dan Bencana
Geologi, v. 10, p. 15–26, doi:10.34126/jlbg.v10i2.202.
Ichlasiah, N., 201, Rumah Bolon. Diakses pada 3 Juni 2021 melalui
https://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_Bolon.