EKSTERNALITAS
Oleh :
KELAS F
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas makalah ini, dengan judul “Eksternalitas” dengan tepat waktu
guna memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Publik. Sholawat serta salam tak lupa kami
junjungkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW. beserta sahabat dan keluarganya.
Ibu Dr. Hj. Shinta Dewi Rismawati, S. H., M.H., sebagai dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam.
Bapak Muhammad Aris Syafi’i, M.E.I., sebagai ketua jurusan Ekonomi Syariah.
Ibu Indah Purwanti, M. T., sebagai dosen pengampu mata kuliah Ayat Ekonomi
Publik.
Makalah ini jauh dari kata sempurna, dan mungkin memiliki pembahasan yang
diluar konsep yang telah kami buat, maka dari itu kritik dan saran yang membangun kami
harapkan agar kami bisa lebih baik ke depannya. Akhir kata, kami berharap agar apa yang
kami paparkan dan jelaskan di makalah ini dapat berguna dan dapat diambil manfaatnya
bagi orang yang membacanya. Terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I.............................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4
BAB II ............................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN............................................................................................................. 6
PENUTUP .................................................................................................................... 17
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 17
B. Saran....................................................................................................................18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
orang lain tidaklah berarti adanya kegagalan pasar selama pengaruh tersebut tercermin
dalam harga-harga sehingga tidak terjadi ketidak efisienan dalam perekonomian.
Jadi yang dimaksud dengan eksternalitas hanyalah apabila tindakan seseorang
mempunyai dampak terhadap orang lain (atau segolongan orang lain) tanpa adanya
kompensasi apapun juga sehingga timbul inefisiensi dalam alokasi faktor produksi.
Penyusunan makalah ini, bertujuan untuk memberikan manfaat bagi para
pembaca tentang pengetahuan dunia perbankan khususnya mata kuliah ekonomi
publik tentang bagaimana eksternalitas itu terjadi dan bagaimana cara mengatasinya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian eksternalitas?
2. Bagaimana dampak eksternalitas?
3. Bagaimana cara memperbaiki alokasi sumber-sumber ekonomi?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian eksternalitas.
2. Mengetahui dampak eksternalitas.
3. Mengetahui cara memperbaiki alokasi sumber-sumber ekonomi.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Eksternalitas
Eksternalitas digambarkan sebagai efek yang dirasakan oleh seseorang yang
ditimbulkan oleh tindakan orang lain. Dalam berbagai literatur ada beberapa
definisi eksternalitas dan klasifikasi dari berbagai jenis eksternalitas. Definisi
eksternalitas secara implisit membedakan antara dua kategori yaitu eksternalitas
dalam hal hubungan laba dan eksternalitas konsumsi setiap kali tingkat utilitas
terpengaruh.
Eksternalitas hadir setiap kali kesejahteraan (utilitas atau keuntungan)
beberapa agen ekonomi yang secara langsung dipengaruhi oleh tindakan agen lain
baik konsumen ataupun produsen di dalam perekonomian. Contohnya saja
eksternalitas ada jika produktivitas perikanan dipengaruhi oleh kilang minyak
yang berada di hulu sungai yang mencemari air sungai sehingga produktivitas
perikanan menjadi turun.
Eksternalitas juga menyatakan hubungan antara agen ekonomi yang terletak
diluar sistem harga ekonomi. Tingkat eksternalitas yang dihasilkan tidak dikontrol
secara langsung oleh harga, sehingga standar efisiensi pada keseimbangan pasar
tidak dapat diterapkan. Contoh sehari-hari termasuk polusi pabrik yang merugikan
perikanan lokal dan iri hati yang dirasakan saat tetangga bangga menampilkan
mobil barunya. Eksternalitas tersebut tidak dikendalikan secara langsung oleh
harga. Namun konsumen atau suatu perusahaanlah yang dapat secara langsung
dipengaruhi oleh tindakan dari agen lain dalam perekonomian, yaitu, mungkin ada
efek eksternal dari tindakan konsumen lain atau perusahaan.
Eksternalitas juga dapat didefinisikan sebagai biaya ekonomi atau manfaat
yang merupakan produk sampingan dari kegiatan ekonomi tetapi yang
dialokasikan di luar sistem pasar. Ini berarti bahwa pembuat eksternalitas tidak
memiliki insentif untuk mempertimbangkan biaya eksternal atau manfaat yang
dihasilkan. Hal ini sama persis dengan definisi yang diberikan sebelumnya, bahwa
eksternalitas adalah biaya ekonomi atau manfaat yang merupakan produk
sampingan dari kegiatan ekonomi tetapi yang dialokasikan di luar sistem pasar.
6
Contoh lain dari eksternalitas adalah orang yang membakar daun ketika
tetangganya berusaha piknik di halaman belakang yang menghasilkan
eksternalitas, dan seperti pabrik yang memproduksi polusi udara dan yang harus
dihirup oleh mereka yang tinggal di dekatnya. Dari contoh tersebut jelas bahwa
ada hubungan erat antara hak kekayaan buruk didefinisikan dengan eksternalitas.
Jika hak milik jelas maka pertukaran dapat terjadi dan tidak akan ada
eksternalitas.
Selain itu da dua kategori utama dari definisi eksternalitas, yang pertama
mendefinisikan eksternalitas berdasarkan efek yang timbulkan dan yang kedua
mendefinisikan eksternalitas berdasarkan faktor penyebab dan konsekuensinya.
Definisi eksternalitas berdasarkan efek yang di timbulkan yaitu eksternalitas akan
timbul setiap kali kesejahteraan beberapa agen ekonomi yang utilitas atau laba
meliputi variabel riil dengan nilai yang dipilih oleh orang lain tanpa
memperhatikan efek kesejahteraan orang lain yang mempengaruhi mereka.
Jika ditinjau dari segi efek yang ditimbulkan, definisi eksternalitas
menunjukkan umumnya pasar gagal untuk mencapai eksternalitas. Penekanannya
pada hilangnya peran pasar dan inefisiensi dalam tawar- menawar informasi yang
tidak lengkap.
Efek rumah kaca adalah salah satu contoh konsekuensi dari eksternalitas
tetapi masih banyak contoh eksternalitas yang lainnya. Pada awalnya,
eksternalitas tidak dipandang sebagai masalah ekonomi, tetapi lama- kelamaan
keberadaan eksternalitas dipandang menjadi sebuah teori ekonomi.1
B. Dampak Eksternalitas
Eksternalitas merupakan dampak yang tidak dapat dipilih atau ditolak oleh
pihak ketiga karena kejadiannya diluar kontrol pihak tersebut, oleh karena itu,
banyak anggapan bahwa ekstemalitas bersifat merugikan. Merugikan disini bukan
hanya merugikan pihak ketiga yang dipengaruhi oleh eksternalitas, namun
ternyata juga dapat merugikan perusahaan yang menyebabkan eksternalitas
tersebut. Eksternalitas memiliki dampak yang bersifat negatif ataupun positif
Ekstemalitas negatif adalah aktivitas ekonomi yang menyebabkan dampak
negatif pada pihak ketiga. Dampak ini dapat muncul saat tahap produksi,
1
Hindriks-intermediate Public Economics.
7
distribusi, atau konsumsi dari suatu produk Polusi, salah satu contoh dampak
kegiatan produksi dan distribusi dianggap sebagai eksternalitas karena dampak
yang diberikan bukan terhadap pelaku polusi, tetapi kepada masyarakat
sekitarnya. Rata-rata eksternalitas negatif berhubungan dengan dampak
lingkungan dari kegiatan ekonomi. Eksternalitas negatif umumnya dibagi menjadi
dua sisi, yaitu dari segi produksi dan dari segi konsumsi. Sedangkan Eksternalitas
positif adalah aktivitas ekonomi yang menyebabkan dampak positif pada pihak
ketiga. Sama seperti eksternalitas negatif, dampak yang terjadi saat tahap
produksi, distribusi, atau konsumsi dari suatu produk/jasa. Eksternalitas positif
dapat dilihat pula dari dua sisi, produksi dan konsumsi. Secara umum, terdapat 5
jenis eksternalitas, yaitu negatif, positif, inframarginal, teknologi, dan posisional.
1) Eksternalitas Negatif
a) Eksternalitas Negatif Produksi
Pada grafik diatas, dapat dilihat bahwa private cost (MPC) yang ada
lebih kecil dibandingkan dengan dampaknya (MSC). Oleh karena itu,
perusahaan dapat memproduksi barang lebih banyak (Q2) dibandingkan
nilai optimalnya (Q1) jika sudah memperhitungkan eksternalitas Inefisiensi
pasar ini menyebabkan terjadinya deadweight loss welfare yang disebabkan
oleh overproduksi barang jasa ber eksternalitas negatif Untuk
menyelesaikan masalah ini, sebaiknya dinaikkan private cost nya agar
setara dengan marginal social air yang disebabkan oleh produksi dan
distribusi barang lewat laut juga dapat menyebabkan kerusakan cost (MSC).
8
bangunan (hujan asam) serta menimbulkan penyakit pernafasan dan
penyakit kulit bagi penduduk sekitar Polusi pada ekosistem perairan
Pencemaran air yang parah juga dapat mengurangi jumlah air yang dapat
diminum dan dimanfaatkan oleh manusia. Polasi tanah yang disebabkan
pembuangan sampah dan aktivitas produksi seperti pertambangan dan
pengeboran dapat merusak daur air, ekosistem daratan, serta mengurangi
luas daerah yang dapat dimanfaatkan untuk membangun, Polusi suara yang
terjadi saat proses produksi dan distribusi dapat mengganggu secara fisik
maupun mental.
9
2) Eksternalitas Positif
a) Eksternalitas Positif Produksi
Dapat dilihat pada grafik diatas bahwa social cost yang dirasakan oleh
masyarakat sekitar lebih besar dibandingkan dengan private cost yang
dimasakan oleh perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan memproduksi
lebih sedikit burung (market quantity) dibandingkan dengan nilai idealnya
(socially optimal quantity). Contohnya antara lain peternakan lebah yang
menyebabkan penyerbukan pada tumbuhan-tumbuhan disekitarnya atau
pembangunan jaringan transportasi seperti jalan tol, pelabuhan, atau
handara akan meningkatkan aktivitas ekonomi disekitarnya karena
meningkatkan aksesbilitas.
Dapat dilihat pada grafik diatas bahwa private marginal benefits lebih
rendah dibandingkan dengan social marginal benefit Oleh karena itu, orang-
orang mengkonsumsi barang lebih sedikit (market quantity) dibandingkan
10
dengan nilai idealnya (socially optimal quantity). Hal ini dapat
menyebabkan inefisiensi dimana barang ber eksternalitas negatif tidak
cukup banyak dikonsumsi oleh masyarakat Contoh dari eksternalitas segi
konsumsi antara lain.
3) Eksternalitas Inframarginal
Eksternalitas inframarginal adalah kondisi dimana tidak ada manfaat
atau kerugian yang diderita oleh konsumen yang berada pada zona
inframarginal. Namun, kerugian tetap dirasa oleh pengguna atau masyarakat
yang berada pada kelompok inframarginal. Contoh eksternalitas inframarginal
adalah pendidikan tinggi. Misalnya pendidikan hanya bermanfaat kepada
masyarakat hingga level S1 dan S2. Pada kasus ini, peningkatan pendidikan
seseorang menuju level S3 tidak memiliki pengaruh apa-apa dari segi sosial.
Oleh karena itu, ketika orang tersebut mengambil S3, keuntungannya hanya
dirasakan oleh dia sendiri, yaitu kelompok inframarginal. Masyarakat umum
tidak merasakan penambahan manfaat jika dia mengambil S3 dibandingkan
dengan gelarnya yang sekarang, yaitu S2.
4) Eksternalitas Teknologi
Eksternalitas teknologi disebabkan oleh munculnya teknologi baru yang
mengubah tren produksi. Oleh karena itu, secara tidak langsung eksternalitas
teknologi dapat mempengaruhi karakteristik konsumsi masyarakat umum.
Contoh eksternalitas teknologi adalah ketika Henry Ford menemukan
assembly line yang dapat memproduksi mobil secara massal, atau ketika
perusahaan migas menemukan metode fracking sehingga meningkatkan
produksi migas.
11
5) Eksternalitas Posisional
Eksternalitas posisional terjadi ketika pembelian barang baru dapat
mengubah perspektif penilaian suatu barang posisional, Barang posisional
pada kasus ini adalah barang status seperti mobil, jam tangan, baju rapih, dan
lainnya. Contoh dari eksternalitas posisional adalah ketika kita sedang ingin
melamar pekerjaan, semua orang yang ada disitu menggunakan baju polo
sedangkan ada satu orang yang menggunakan jas. Semua orang di ruangan itu
akan terkesan tidak profesional dibandingkan dengan orang yang
menggunakan jas, padahal kalau tidak ada orang yang menggunakan jas,
mereka akan terlihat biasa-biasa saja.
12
Apabila hak milik sungai diberikan pada pihak penderita polusi (pabrik
es) maka pabrik semen akan membayar hak untuk membang limbah ke sungai.
Pihak pabrik es bersedia memberikan hak tersebut apabila jumlah yang
dibayar oleh pabrik semen lebih besar daripada MD (harga > MD). Pabrik
semen bersedia membayar apabila jumlah yang dibayar lebih kecil daripada
MB-PMC (harga < MB-PMC). Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam
mengatasi masalah eksternalitas yang penting adalah ketegasan mengenai hak
pemilikan, sebab dengan diketahuinya hak pemilikan secara tegas maka
mekanisme pasar akan dapat membuat alokasi sumber-sumber ekonomi yang
efisien siapapun yang mempunyai hak milik, pihak penyebab polusi atau pihak
penderita.
Teori coase mengenai eksternalitas diatas dapat dilaksanakan hanya
untuk masalah-masalah dimana pihak-pihak yang terlibat jumlahnya sedikit
sehingga dapat dilakukan negosiasi antara kedua belah pihak. Pada umumnya
pihak yang tersangkut dalam eksternalitas jumlahnya besar. Misalnya pada
masalah pencemaran air sungai, kenyataannya yang mencemarkan air sungai
jumlahnya banyak sekali selain pabrik-pabrik juga rumah-rumah penduduk
yang membuang sampah ke dalam sungai. Untuk melaksanakan negosiasi,
pemilik sungai harus mampu menghitung jumlah polusi yang dilakukan dan
mengenakan denda polusi kepada setiap orang / pabrik. Selain itu pihak yang
terkena akibat polusi juga banyak sekali baik pabrik maupun orang, sehingga
biaya untuk mengadakn negosiasi menjadi sangat mahal. Teori coase yang
sangat baik ini pada kenyataannya tidak dapat dilaksanakan dalam kenyataan
sehari-hari, sehingga untuk mengatasi masalah polusi diperlukan campur
tangan pemerintah.2
2) Pajak Pigovian
Pemerintah dapat memecahkan alokasi sumber yang lebih efisien dengan
mengenakan pajak kepada pihak penyebab polusi dimana pajak tersebut
merupakan pajak perunit. Pajak yang khusus diterapkan untuk mengoreksi
dampak dan suatu eksternalitas negatif lazim disebut sebagai Pajak Pigovian
2
Frank, Robert H. 1989. Microeconomics and Behavior, Forth Edition. Irwin Mc. Graw Hills, New York.
13
(Pigowan tax), mengambil nama ekonom pertama yang merumuskan dan
menganjurkannya, yakni Arthur Pigou (1877-1959).
Penerapan pajak ini diberlakukan untuk setiap ton limbah yang dibuang
oleh pabrik. Misalnya antara pabrik kertas dengan pabrik baja, pemerintah
menerapkan pajak untuk setiap ton limbah yang mereka buang. Besar
kemungkinan salah satu pabrik (misalkan pabrik kertas), lebih mampu
(biayanya lebih murah) untuk menurunkan polusi dibanding pabrik lain
(pabrik baja). Jika keduanya dipaksa menurunkan polusi sama rata, maka
operasi pabrik baja akan terganggu. Namun melalui penerapan pajak, maka
pabrik kertas akan segera mengurangi polusinya, karena hal itu lebih murah
dan lebih mudah dilakukan dari pada membayar pajak, sedangkan pabrik baja,
yang biaya penurunan polusinya lebih mahal, akan memilih membayar pajak
saja sehingga tidak akan menimbulkan inefisiensi bagi pabrik baja. Pada
dasarnya, pajak Pigovian secara langsung menetapkan harga atas hak
berpolusi.
Pajak Pigovian tidaklah sama dengan pajak-pajak lain, dimana kita
mengetahui bahwa pajak pada umumnya akan mendistorsikan insentif dan
mendorong alokasi sumber daya menjauhi titik optimum sosialnya. Pajak
umumnya juga menimbulkan beban baku berupa penurunan kesejahteraan
ekonomis (turunnya surplus produsen dan surplus konsumen), yang nilainya
lebih besar dari pada pendapatan yang diperoleh pemerintah dan pajak
tersebut. Pajak Pigovian tidak seperti itu karena pajak ini memang khusus
diterapkan untuk mengatasi masalah ekstemalitas. Akibat adanya eksternalitas,
masyarakat harus memperhitungkan kesejahteraan pihak lain. Pajak Pigovian
diterapkan untuk mengoreksi insentif ditengah adanya eksternalitas,
sehingga tidak seperti pajak-pajak lainnya, pajak Pigovian itu justru
mendorong alokasi sumber daya mendekati titik optimum sosial. Jadi, selain
memberi pendapatan tambahan pada pemerintah, pajak Pigovian ini juga
meningkatkan efisiensi ekonomi.3
3
Guritno M. 1991. Ekonomi Publik, Edis Ketiga. BPFE Yogyakarta.
14
3) Pemberian Subsidi
Cara lain untuk meningkatkan efisiensi penggunaan faktor-faktor
produksi karena adanya eksternalitas adalah dengan pemberian subsidi kepada
pabrik. Pada parik yang menimbulkan eksternalitas negatif subsidi diberikan
atas setiap unit barang produksi yang dikurangi produksinya. Apabila pabrik
tidak mau mengurangi produksi, maka untuk setiap unit barang produksi berati
pabrik akan kehilangan subsidi dari pemerintah, sehinggan biaya oportunitas
perusahaan adalah biaya marginal ditambah subsidi yang hilang. Biaya
oportunitas tersebut lebih besar dari penerimaannya, sehingga perusahaan akan
mengurangi produksinya.
Pada pabrik yang menimbulkan eksternalitas positif, pemerintah dapat
memberikan subsidi agar pengusaha terdorong untuk untuk memproduksi
barangnya lebih banyak. Pada tingkat produksi yang lebih kecil (OQ1) dari
tingkat produksi optimum (OQ0), MC (marginal cost) > PMC+subsidi
sehingga pabrik tidak bersedia mengurangi produksinya tetapi akan menambah
produksi. Sedangkan pada tingkat produksi optimum (OQ0) keuntungan
marginal sama dengan biaya marginal ditambah subsidi, atau
MB=PMC+subsidi, sehingga akan timbul keseimbangan dimana sumber-
sumber ekonomi dialokasikan secara efisien.4
4
www.GrameenFoundation.orgwww.GrameenFoundation.org
5
Mangkoesoebroto, Guritno. 2010. Ekonomi Publik. Edisi Ketiga, Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
15
5) Peraturan Untuk Mengatasi Eksternalitas
Pemerintah juga dapat mengeluarkan peraturan bagi pabrik untuk
mengurangi polusi dalam jumlah tertentu, atau akan dihukum apabila
melakukan pelanggaran. Kelemahan cara ini untuk meningkatkan efisiensi
pengguna sumber-sumber ekonomi adalah justru timbulnya inefisiensi apabila
terdapat dua pabrik yang menimbulkan polusi. Misalnya antara pabrik baja dan
kertas, jika pemerintah mewajibkan masing-masing pabrik untuk mengurangi
polusi pada tingkat tertentu. Jika setiap pabrik diwajibkan untuk mengurangi
polusinya dalam jumlah yang sama, padahal penurunan sama rata, bukan
merupakan cara termurah menurunkan polusi. Ini dikarenakan kapasitas dan
keperluan setiap pabrik untuk berpolusi berbeda-beda. Mungkin pabrik kertas
mampu untuk menurunkan polusi karena biaya penurunan polusinya lebih
murah. Namun bagi pabrik baja penurunan polusi membutuhkan biaya yang
lebih mahal sehingga akan mengganggu jalannya proses produksi. Yang
berarti justru malah akan timbul adanya inefisiensi produksi.6
Jadi peraturan pemerintah yang menetapkan jumlah polusi yang
diperkenankan dalam jumlah yang sama untuk semua pabrik akan
menyebabkan ada pabrik yang tidak optimal. Karena adanya perbedaan
struktur dan biaya, tingkat polusi yang ditimbulkan dan juga struktur
keuntungan antara pabrik yang satu dengan pabrik lainnya, maka jumlah
polusi yang diperkenankan juga harus berbeda-beda antara pabrik-pabrik
tersebut.
6
N.Gregory Mankiw, Pengantar Teori Ekonomi, Jakarta: Salemba Empat, 2004, hal 252.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ketika suatu transaksi antara pembeli dan penjual secara langsung
memengaruhi pihak ketiga, efek ini disebut suatu eksternalitas Eksternalitas
negatif seperti polusi, menyebabkan jumlah optimal secara sosial dalam pasar
kurang dari jumlah keseimbangannya. Eksternalitas positif, seperti imbas
teknologi, menyebabkan jumlah optimal secara sosial lebih dari jumlah
keseimbanganya Pihak-pihak yang terkena efek dari eksternalitas dapat
menyelesaikan masalah mereka sendiri. Sebagai contoh ketika suatu bisnis
menghasilkan eksternalitas bagi bisnis lain keduanya dapat menginternalisasikan
eksternalitas itu dengan cara merger Alternatifnya pihak pihak yang
berkepentingan dapat mengatasi masalah itu dengan mengalokasikan kontrak.
Menurut teori macoase, jika orang-orang dapat melakukan tawar menawar tanpa
memakan biaya, maka mereka selau dapat mencapai kesepakatan yang dapat
mengalokasikan sumber daya dengan efisien. Akan tetapi pada banyak kasus,
mencapai sesuatu kesempatan antara banyak pihak berkepentingan sulit
terjadi,sehingga trotema coase tidak berlaku. Ketika pihak-pihak swasta tidak
mampu menangani efek-efek eksternal, seperti polasi, pemerintahan membantu
dengan ikut campur. Kadang-kadang pemerintah menghindari dilakukannya
kegiatan-kegiatan yang tidak efisien dari segi sosial dengan melarang perilaku-
perilaku tertentu. Pada kesempatan yang lain, pemerintah menginternalisasikan
eksternalitas dengan menerapkan pajak Pigovian suatu kebijakan Publik yang lain
adalah mengeluarkan izin. Sebagai contoh, pemerintah dapat melindungi
lingkungan dengan mengeluarkan sejumlah terbatas inin berpolusi. Hasil akhir
dari kebijakan ini hampir sama dengan penerapan pajak Pigovian terhdap para
polusi.
17
B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini tentunya jauh dari kata sempurna dan
masih banyak kekurangan lainnya. Maka dari itu kami mohon kritik serta saran
yang membangun untuk perbaikan makalah selanjutnya. Kami berharap semoga
makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.
18
DAFTAR PUSTAKA
Frank, Robert H. 1989. Microeconomics and Behavior, Forth Edition. Irwin Mc. Graw Hills,
New York.
Yogyakarta.
19