Anda di halaman 1dari 10

VIBRAN

A. Konsep, Karakteristik dan Antisipasi Masyarakat Masa Depan

1. Konsep Masyarakat masa depan


Masyarakat masa depan terbentuk dari dua kata yaitu masyarakat dan masa depan.
Masyarakat masa depan ialah masyarakat yang memiliki ciri globalisasi, kemajuan
IPTEK dan kesempatan menerima arus informasi yang padat dan cepat. Masyarakat
dengan cara demikian, tentu memerlukan warga yang mau dan mampu menghadapi
segala permasalahan, serta siap menyesuaikan diri dengan situasi baru tersebut.
Disinilah peran Pendidikan sangat diperlukan untuk mempersiapkan generasi baru
yang sanggup menghadapi tantangan zaman baru.  

a. Definisi Masyarakat
Secara etimologis, kata ‘masyarakat’ berasal dari Bahasa Arab, yaitu
‘musyarak’ yang artinya hubungan (interaksi), sehingga definisi masyarakat yaitu
suatu kelompok manusia yang hidup bersama-sama di suatu tempat dan saling
berinteraksi dalam komunitas yang teratur. Jika didalam Bahasa inggris dan
Bahasa latin masyarakat berasal dari kata ‘society’ dan ‘societas’ yang berati
‘kawan’ artinya masyarakat didefinisikan sebagai sekumpulan individu yang
hidup Bersama dan bekerja sama untuk memperoleh kepentingan bersama yang
telah memiliki tatanan kehidupan, norma, dan adat istiadat yang ditaati dalam
lingkungannya. Berdasarkan ruang lingkupnya, definisi masyarakat dikelompokan
menjadi definisi masyarakat dalam arti luas dan sempit. Dalam arti luas,
masyarakat ialah keseluruhan hubungan hidup bersama tanpa dibatasi oleh
lingkungan, bangsa dan sebagainya. Sedangkan dalam arti sempit, masyarakat
ialah sekelompok individu yang dibatasi oleh golongan, bangsa, teritorial, dan lain
sebagainya.

b. Makna Masa lalu, Masa Kini dan Masa Depan


Masa lalu ialah masa dimana kita telah melewati hal tersebut, atau masa yang
telah lampau. Di masa lalu ini kita banyak mendapatkan pelangalan dan pelajaran,
sehingga kita belajar dari masa lalu. Masa kini ialah masa yang “paling penting”,
karena masa kini menentukan mau menjadi seperti apa kita di masa depan nanti.
Sedangkan masa depan ialah masa yang kita antisipasi untuk meraih kesuksesan.

c. Pengertian Masyarakat Masa Depan


Masyarakat masa depan adalah masyarakat yang sebagian besar warganya
mempunyai orientasi hidup ke masa yang akan datang, yang memiliki ciri dan
diprediksi lebih maju dan lebih modern dari pada masyarakat masa lalu dan
masyarakat masa kini, terutama dalam aspek perkembangan teknologi dan
pertumbuhan ekonomi. yang dimaksud masyarakat masa depan adalah kehidupan
masyarakat yang sedang dihadapi saat ini, menuju pada masyarakat yang akan
dihadapi pada masa yang akan datang, yang tidak lain adalah masyarakat yang
hidup di abad 21. Karena masyarakat abad 21 ini memiliki kecenderungan
globalisasi, digitalisasi, dan sedang berada pada era revolusi industri keempat
menuju ke masyarakat 5.0, maka makna masyarakat masa depan ini sering juga
disebut masyarakat milenium ketiga, masyarakat era global, masyarakat era
digital, masyarakat di era revolusi industri 4.0 menuju pada masyarakat 5.0.
2. Karakteristik dan Antisipasi Masyarakat Masa Depan
a. Globalisasi dan Abad 21
Globalisasi berasal dari kata ‘global’ yang berati ‘umumnya’, yang bermakna
bumi sebagai satu kesatuan yang utuh tanpa batas adminitrasi negara, dunia
menjadi transparan, serta saling ketergantungan antarbangsa di dunia semakin
besar.
Terdapat dua karakteristik masyarakat abad 21, yaitu terbukanya mobilitas
yang lebih luas antar bangsa dan keterpaduan antara perkembangan IPTEK
dengan ilmu social dan humaniora. IPTEK mengalami perkembangan pesat di
abad 21, terlihat dari penggunaan berbagai teknologi canggih, seperti komputer
dan satelit. Selain perkembangan IPTEK, bidang ekonomi juga menjadi kekuatan
yang menonjol di abad 21, yaitu perkembangan ekonomi regional dan lokal tanpa
mengenal batas negara. Kini berkembang kelompok-kelompok ekonomi regional,
seperti Masyarakat Ekonomi Eropa dan Perdagangan Bebas ASEAN.Pendidikan
juga merupakan bidang lainnya dalam kehidupan yang penting di abad 21.
Pendidikan yang dimaksud mencakup pendidikan tentang identitas bangsa,
termasuk budaya nasional dan budaya nusantara. Selain bidang IPTEK, ekonomi,
lingkungan hidup, dan pendidikan, globalisasi juga tampak pada bidang politik,
hukum, hak-hak asasi manusia, dan bidang lain dalam kehidupan.
Abad 21 juga dikenal sebagai Era Pengetahuan (Knowledge Age), dibutuhkan
bukan hanya satu keahlian saja. Walaupun peluang meningkat di era ini, tantangan
pun turut hadir beriringan dengan meningkatnya peluang tersebut. Misalnya, hadir
finasial global yang juga berdampak pada krisis dana pinjaman perumahan,
kesenjangan antara ‘kaya’ dan ‘miskin’ yang berdampak pada konfliks.
Menurut Linda Darling-Hammond, di era 21 kita membutuhkan keahlian yang
relevan untuk hidup di era 21 ini yang disebut sebagai keahlian abad 21 ( 21st
Century Skills), yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk menghadapi isu-isu di
abad 21 dan masa mendatang, yang berkaitan dengan Pendidikan, mendorong
berbagai negara diseluruh dunia melakukan perubahan pada kurikulum,
pengajaran, dan penilaian pendidikan, yang bertujuan memperisapkan semua anak
untuk kebutuhan Pendidikan yang lebih tingga bagi kehidupan dan pekerjaan di
abad ke-21.

b. Revolusi Industri 4.0


Pada era revolusi industry 4.0 ini memberikan perubahan sangat cepat membawa
dampak signifikan pada berbagai aspek kehidupan. Perubahan ini meliputi bidang
ekonomi, transportasi, teknologi, komunikasi, informasi, dan lain sebagainya.
Menurut Yahya, 2018; Prasetyo&Sutopo, 2017; Suwardana, 2017 revolusi
industry ini dibagi kebeberapa fase, diantaranya:
 Fase Pertama (1.0)
Terjadi di Inggris pada tahun 1784, yaitu pada saat penemuan mesin uap
dan mekanisasi mulai menggantikan pekerjaan yang dilakukan oleh
manusia. Fase ini menitikberatkan pada mekanisasi produksi untuk
menunjang aktivitas manusia.
 Fase Kedua (2.0)
Terjadi sekitar abad ke-19, yaitu kemunculan mesin-mesin produksi
bertenaga listrik dan metode assembly line mulai dikembangkan dalam
produksi masal. Assembly line merupakan proses manufaktur dimana
setiap komponennya disusun satu per satu dalam suatu rangkaian oleh
sejumlah pekerja untuk menciptakan produk dengan kualitas baik.
(Thomopoulos, 2014, hal. 7). Keunggulan proses ini adalah lebih cepat
dalam menghasilkan produk. Fase ini menekankan pada produksi masal
yang bercirikan interchangeable parts, quality control, dan standardisasi
mutu.
 Fase Ketiga (3.0)
Dimulai sekitar tahun 1970, dimana teknologi komputer untuk otomasi
pada kegiatan manufaktur, menandai hadirnya revolusi industri ketiga.
Fase ini merupakan era customize mass yang bercirikan pada manufaktur
fleksibel yang terintegrasi dengan komputer, serta otomasi dan robotic.
Fase ketiga ini merupakan awal penegenalan dan pengintegrasian antara
manusia dan teknologi computer.
 Fase keempat (4.0)
Dikenal sebagai era disrupsi. Fase kempat ini juga merupakan era
digitalisasi dan otomoatisasi yang memadukan internet dan manufaktur,
atau disebut cyber-physical internet of things.

GUSASI
Definisi dan Karakteristik Revolusi Industri 4.0
Revolusi Industri 4.0 juga dikenal sebagai era disrupsi teknologi atau
revolusi digital (Yahya, 2018), pertama kali diperkenalkan di Jerman pada
tahun 2011 dalam rangka mempromosikan komputerisasi manufaktur.
Dikatakan sebagai era disrupsi teknologi karena otomatisasi dan konektivitas
pada sebuah bidang akan membuat pergerakan dunia industri dan persaingan
kerja menjadi tidak linear. Selain itu, disebut juga sebagai revolusi digital
karena terjadinya proliferasi komputer dan otomatisasi pencatatan di semua
bidang. Dicantumkan dalam World Economic Forum (WEF), revolusi industri
4.0 adalah revolusi berbasis Cyber Physical System yang secara garis besar
merupakan gabungan tiga domain yaitu digital, fisik, dan biologi (Sukartono,
2018).
Faktor utama yang mempengaruhi peningkatan digitalisasi di era
revolusi 4.0 yaitu, 1) peningkatan volume data, kekuatan komputasi, dan
konektivitas; 2) munculnya analisis, kemampuan, dan kecerdasan bisnis; 3)
terjadinya bentuk interaksi baru antara manusia dengan mesin; dan 4)
perbaikan instruksi transfer digital ke dunia fisik, seperti robotika dan 3D
printing.
Desain Prinsip Industri 4.0
Menurut Herman & Otto, revolusi industry memiliki empat desain
prinsip, yaitu interkoneksi (sambungan), transparansi informasi, bantuan
Teknik, dan keputusan tersdesentralisasi. Pertama, Interkoneksi (sambungan),
yaitu adanya kolaborasi, standar, dan keamanan, dimana mesin, perangkat,
sensor, dan manusia terhubung dan berkomunikasi satu sama lain. Kedua,
transparansi informasi, yaitu mencakup transparansi pada analisis data dan
penyediaan informasi, merupakan kemampuan sistem informasi dalam
membangun salinan virtual dunia fisik melalui peningkatan model digital dan
data sensor. Ketiga, bantuan teknis yang meliputi; (a) kemampuan sistem
bantuan untuk mendukung manusia dengan menggabungkan dan
mengevaluasi informasi secara sadar untuk membuat keputusan yang tepat dan
memecahkan masalah mendesak dalam waktu singkat; (b) kemampuan sistem
untuk mendukung manusia dengan melakukan berbagai tugas yang tidak
menyenangkan, terlalu melelahkan, atau tidak aman; (c) meliputi bantuan
visual dan fisik. Keempat, keputusan terdesentralisasi, yaitu kemampuan
sistem fisik maya yang mampu membuat keputusan sendiri dan menjalankan
tugasnya dengan efektif.
Masyarakat 4.0 dan Masyarakat 5.0
Menurut Fukuyama, setiap era revolusi industry memiliki karakteristik
masyarakat yang berbeda, yakni 1) masyarakat 1.0 dimana manusia 'berburu'
dan berkumpul secara harmonis dengan alam, 2) masyarakat 2.0 membentuk
kelompok berdasarkan budidaya pertanian, peningkatan organisasi, dan
pembangunan nasional, 3) masyarakat 3.0 mempromosikan industrialisasi
melalui produksi masal, 4) masyarakat 4.0 merupakan masyarakat informasi,
dimana mereka mengemukakan jaringan informasi merupakan suatu aset, 5)
masyarakat 5.0, dimana kita sedang menuju kesana, yaitu masyarakat yang
dibangun dari masyarakat 4.0, bertujuan untuk mencapai sua kesejahteraan
masyarakat berbasis manusia (human-centered society).
Jepang telah mengenalkan konsep masyarakat 5.0 sebagai antisipasi
karakteristik dan kebutuhan masyarakat di masa deoan. Masyarakat
diasumsikan mampu menyadari dan memberikan pendekatan dalam menekan
dampak negative yang muncul pada era revolusi industry 4.0. Masyarakat 5.0
juga disebut sebagai Super Smart Society.

B. Dampak Masyarakat Masa Depan Terhadap Pendidikan Nasional

1. Visi Pendidikan Abad 21


Dalam menghadapi perubahan yang terjadi di era global abad pengetahuan,
Komisi Internasional tentang pendidikan untuk abad XXI UNESCO (Badan
Standar Nasional Pendidikan, 2010) menetapkan tiga visi utama sebagai berikut.
a. Dari masyarakat local menuju kepada sebuah masyarakat dunia
1) Saling ketergantungan di dunia dan globalisasi merupakan kekuatan-
kekuatan dalam kehidupan dewasa ini. Kekuatan itu mengharuskan
bahwa pertimbangan yang menyeluruh, meluas dengan baik ke luar
bidang-bidang Pendidikan dan kebudayaan, sampai sekarnag
dimasukan pada peranan-peranan dan struktur-struktur organisasi
Internasional.
2) Bahaya utama adlaah bahwa sebuah jurang terbuka timbul antara
sekelompok minoritas orang yang dapat menemukan cara yang
berhasil tentang dunia baru yang akan datang dengan mayoritas orang
yang merasa bahwa mereka berada dalam kekuasaan peristiwa-
peristiwa yang terjadi sekarang, tidak berbicara tentang masa depan
masyarakat, yang berkenaan dengan bahaya-bahaya yang
menyebabkan suatu kemunduran demokrasi dan pemberotakan yang
tersebar luas.
3) Kita harus terbimbing oleh tujuan yang bercita-cita mengendalikan
dunia yang terarah pada saling pengertian yang lebih besar, suatu rasa
tanggung jawab yang lebih besar dan solidaritas yang lebih besar,
melalui penerimaan perbedaan-perbedaan spiritual dan kultural kita.
Pendidikan, dengan cara memberikan jalan masuk pada pengetahuan
untuk semua, mempunyai kejelasan dalam tugas universalnya
membantu orang untuk memahami dunia dan memahami orang lain.
b. Dari Kohesi social menuju partisipasi demokrasi
1) Kebijakan pendidikan harus cukup beraneka ragam dan harus
dirancang bukan untuk mendorong eksklusi sosial atau pengasingan
sosial.
2) Sosialisasi individu-individu haruslah tidak bertentangan dengan
perkembangan pribadi. Oleh karena itu, perlu bekerja yang tertuju pada
sebuah sistem yang mendorong pada memadukan kebajikan-kebajikan
tentang integrasi atau persatuan dengan penghormatan atas hak-hak
individual.
3) Pendidikan tidak dapat dengan sendirinya memecahkan masalah-
masalah yang timbul karena pemutusan (apabila terjadi) hubungan-
hubungan sosial. Bagaimanapaun pendidikan diharapkan membantu
memperkuat keinginan ntuk hidup bersama, yang merupaan suatu
komponen dasar dari kohesi sosial dan identitas atau kepribadian
nasional.
4) Sekolah tidak dapat berhasil dalam tugas tersebut apabila tidak
berusaha memberikan sumbangan untuk kemajuan dan persatuan
kelompok kelompok minoritas, dengan jalan menggunakan
kepentingan sosial mereka yang memperhatikan juga sifat-sifat
kepribadian individu individu mereka.
5) Demokrasi muncul secara progresif, menunjukkan bentuk-bentuk dan
berkembang melalui tahap-tahap yang sesuai dengan situasi dari setiap
Negara. Vitalitasnya tidak pernah sepi dari ancaman. Pendidikan
kesadaran dari kewarganegaraan yang aktif harus mulai di sekolah.
6) Partisipasi demokrasi merupakan suatu yang berkenaan dengan
kewarganegaraan yang baik, tetapi hal tersebut dapat diperkuat atau
didorong melalui pengajaran dan praktek-praktek yang disesuaikan
dengan suatu media dan informasi masyarakat.
7) Peranan pendidikan menyediakan latar belakang kultur bagi anak-anak
dan orang-orang dewasa, yang akan memungkinkan mereka sejauh
mungkin mempunyai pengertian tentang perubahan-perubahan yang
terjadi.
c. Dari pertumbuhan ekonomi menuju perkembangan manusia
1) Penerimaan lebih lanjut terhadap tema suatu model baru tentang
perkembangan, mengandung arti lebih memberikan penghargaan pada
karakteristik dan penstrukturan hidup manusia daripada pertumbuhan
ekonomi.
2) Sebuah studi yang berorientasi masa depan tentang kedudukan kerja
dalam masyarakat, memperlihatkan adanya pengaruh-pengaruh
kemauan dan perubahan teknis terhadap kehidupan pribadi masyarakat.
3) Suatu penilaian yang lebih lengkap tentang perkembangan, yang
melibatkan semua aspeknya, telah dilakukan oleh UNDP (Program
Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa).
4) Perkembangan jalur-jalur baru antara kebijaksanaan pendidikan
dengan kebijaksanaan pembangunan dengan bertitik tolak pada
menguatkan pada dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan dinegara-
negara berkenaan dengan: peningkatan inisiatif, kerja tim, sinergi
sinergi realistic dengan memperhitungkan sumber-sumber setempat,
pengerjaan secara mandiri, dan semangat berusaha.
5) Perlunya peningkatan dan ketersediaan secara umum terlaksananya
pendidikan dasar (pentingnya melaksanakan Deklarasi Jomtien:
Pendidikan Untuk Semua).

DITA
2. Tujuan Pendidikan Nasional di Era Global Abad 21
Kesejahteraan dan kebahagiaan rakyat secara merata merupakan harapan dan
cita-cita setiap bangsa, termasuk bangsa Indonesia. Dicantumkan dalam Dokumen
Paradigma Nasional Abad XXI (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2010),
tujuan pendidikan nasional abad 21 adalah "untuk mewujudkan cita-cita bangsa,
yaitu masyarakat bangsa Indonesia yang sejahtera dan bahagia, dengan kedudukan
yang terhormat dan setara dengan bangsa lain dalam dunia global, melalui
pembentukan masyarakat yang terdiri dari sumber daya manusia yang berkualitas,
yaitu pribadi yang mandiri, berkemauan dan berkemampuan untuk mewujudkan
cita-cita bangsanya. Dengan kata kesejahteraan tercakup kesejahteraan spiritual
yang mungkin lebih tepat dikatakan sebagai kebahagiaaan dalam kehidupan, dan
kesejahteraan fisik yang dapat pula dikatakan sebagai hidup yang berkecukupan".

HAYDER
3. Paradigma Pendidikan dan Pembelajaran Era Global Abad 21

a. Paradigma Pendidikan abad 21


Paradigma Pendidikan (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2010)
dapat dirumuskan sebagai, "suatu cara memandang dan memahami
pendidikan, dan dari sudut pandang ini kita mengamati dan memahami
masalah-masalah pendidikan yang dihadapi dan mencari cara mengatasi
permasalahan tersebut", sedangkan paradigma pendidikan nasional adalah
"suatu cara memandang dan memahami pendidikan nasional, dan dari sudut
pandang ini kita mengamati dan memahami masalah dan permasalahan yang
dihadapi dalam pendidikan nasional, dan mencari cara mengatasi
permasalahan tersebut".
Dalam kaitan dengan paradigma Pendidikan Nasional ini, tujuan
kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia telah dicantumkan dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu melindungi segenap wilayah
Indonesia dan seluruh wilayah tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
Di abad 21 menuntut masyarakat untuk memiliki kualitas yang baik,
dimana lembaga-lembaga pendidikan secara profesional dikelola untuk
menghasilkan sumber daya manusia yang unggul. Banyak hal baru yang
terjadi menuntut hadirnya paradigma baru dalam pendidikan yang diharapkan
mampu mengatasi tantangan-tanganan yang hadir atau akan hadir di masa
depan.
Terdapat delapan paradigma Pendidikan nasional abad 21 yang
dikemukakan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (2010).
1) Untuk menghadapi Abad-XXI yang makin syarat dengan teknologi dan
sains dalam masyarakat global di dunia ini. Maka Pendidikan kita
haruslah beroientasi pada matematika dan sains disertai dengan sains
social dan kemanusiaan (humaniora) dengan keseimbangan yang
wajar.
2) Pendidikan bukan hanya membuat seorang oeserta didik
berpengetahuan, melainkan juga menganut sikap keilmuan dan
terhadap ilmu dan teknologi, yaitu kritis, logis, inventif dan inovatif.
3) Untuk mencapai ini mulai dari Pendidikan anak usia dini, Pendidikan
dasar, menengah dan Pendidikan tinggi haruslah merupakan suatu
system yang berikutnya, menuju ke frontier ilmu.
4) Setiap jenjang Pendidikan perlu ditamankan jiwa kemandirian, karena
kemandirian pribadi mendasari kemandirian bangsa, kemandirian
dalam melakukan kerjasama yang saling menghargai dan
menghormati, untuk kepentingan bangsa.
5) Khusus di perguruan tinggi, dalam menghadapi konvergensi berbagai
bidang ilmu dan teknologi, maka perlu dihindarkan spesialisasi yang
terlalu awal dan terlalu tajam.
6) Dalam pelaksanaan pendidikan perlu diperhatikan kebhinnekaan etnis,
budaya, agama dan sosial, terutama di jenjang pendidikan awal.
Namun demikian, pelaksanaan pendidikan yang berbeda ini diarahkan
menuju ke satu pola pendidikan nasional yang bermutu.
7) Untuk memungkinkan seluruh warganegara mengenyam pendidikan
sampai ke jenjang pendidikan yang sesuai dengan kemampuannya,
pada dasarnya pendidikan harus dilaksanakan oleh pemerintah dan
masyarakat dengan mengikuti kebijakan yang ditetapkan oleh
pemerintah (pusat dan daerah).
8) Untuk menjamin terlaksananya pendidikan yang berkualitas, sistem
monitoring yang benar dan evaluasi yang berkesinambungan perlu
dikembangkan dan dilaksanakan dengan konsisten. Lembaga
pendidikan yang tidak menunjukkan kinerja yang baik harus
dihentikan.

b. Pembelajaran Abad 21
Menurut Trilling & Fadel (2009), setidaknya terdapat empat kekuatan
yang akan membinmbing kita mengahdapi era pengetahuan ini, yaitu
knowledge work (pekerja pengetahuan), thinking tools (alat berpikir), digital
lifestyles (gaya hidup digital), dan learning research (penelitian tentang
belajar). Adapun rangkaian keterampilan abad 21 (Trilling & Fadel, 2009)
adalah 1) Learning and Innovation Skills, 2) Information, Media, and
Technology Skills, dan 3) Life and Career Skills.
Learning Skills and Innovation Skills (Keterampilan Belajar dan Inovasi)
Terdapat tiga fokus pada keterampilan belajar dan inovasi, yaitu expert
thinking (keterampilan berpikir tingkat mahir), complex communicating
(keterampilan berkomunikasi kompleks), dan applied imagination and
invention (keterampilan penerapan imajinasi dan invensi). Keterampilan
berpikir tingkat mahir mencakup berpikir secara kritis dan pemecahan masalah
(critical thinking and problem solving). Keterampilan berkomunikasi
kompleks meliputi komunikasi dan kolaborasi (communication and
collaboration). Sedangkan keterampilan penerapan imajinasi dan invensi,
mencakup kreativitas dan inovasi (creativity and innovation).
Information, Media, and Technology Skills (Keterampilan Informasi, Media,
dan Teknologi)
Keterampilan informasi, media, dan teknologi mencakup literasi
informasi, literasi media, dan literasi ICT. Literasi informasi yaitu kemampuan
untuk mengakses informasi dengan efisien dan efektif, mengevaluasi
informasi secara kritis dan kompeten, serta menggunakan informasi dengan
akurat dan kreatif. Literasi media yaitu pemahaman bagaimana cara terbaik
dalam menggunakan sumber media belajar yang tersedia, serta menggunakan
media untuk menciptakan suatu produk komunikasi efektif, misalnya
membuat video, audio pada podcast, dan website. Sedangkan literasi ICT yaitu
kemampuan menggunakan alat ICT dengan efektif dalam meningkatkan
pembelajaran untuk diri sendiri dan juga mengkomunikasikan produk yang
dibuat dari kemampuan literasi media untuk memberikan pengetahuan kepada
orang lain.
Life and Career Skills (Keterampilan Hidup dan Karir)
Keterampilan hidup dan karir mencakup fleksibilitas dan adaptabilitas,
inisiatif dan mandiri, keterampilan sosial dan lintas budaya, produktivitas dan
akuntabilitas, serta kepemimpinan dan tanggung jawab.
4. Karakteristik Kualitas Sumber Daya Manusia di Era Global Abad 21
Pembelajaran abad 21 dan keterampilan yang diharapkan untuk dimiliki
masyarakat abad 21 membimbing kita kepada pemahaman karakteristik kualitas
sumber daya manusia di abad 21. Sesuai dengan keterampilan abad 21 yang telah
dikemukakan, maka kualitas sumber daya manusia di abad 21 (Trilling & Fadel,
2009) adalah sebagai berikut.

a. Kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah (Critical-Thinking and


Problem Solving Skills) - mampu memberikan alasan secara efektif,
berpikir sistematis, mampu membuat penilaian dan keputusan, serta
mampu menyelesaikan masalah dengan cara konvensional maupun dengan
cara-cara inovatif.
b. Kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama (Communication and
Collaboration Skills) - mampu berkomunikasi dengan baik, seperti
berkomuniaksi dengan artikulasi yang jelas, mendengarkan dengan efektif
untuk menemukan konten dalam komunikasi yang dilakukan,
menggunakan komunikasi untuk berbagai tujuan, menggunakan media dan
teknologi komunikasi yang beragam, serta berkomunikasi dengan efektif
di berbagai lingkungan. Selain itu juga mampu berkolaborasi dengan baik,
seperti bekerja sama dengan tim yang memiliki latar belakang berbeda,
keinginan dan kemampuan dalam berkompromi dan mencapai tujuan
bersama, serta mampu berbagi tanggung jawab dalam kerja tim dengan
menghargai tiap individu yang berkontribusi dalam tim;
c. Kemampuan mencipta dan membaharui (Creativity and Innovation Skills),
mampu berpikir kreatif, seperti menggunakan dan menyatakan ide, serta
mampu menjelaskan, menganalisis dan mengevaluasi ide tersebut. Lalu
mampu mengembangkan ide bersama orang lain, terbuka, responsif, dan
mendemonstrasikan originalitas dalam pekerjaannya, termasuk
memandang suatu kegagalan sebagai kesempatan untuk belajar. Selain itu
mampu bertindak atas ide kreatifnya dan membuat ide tersebut dapat
diterapkan dan memberikan kontribusi yang berguna;
d. Kemampuan dalam literasi informasi (Information Literacy Skills)-
mampu mengakses dan mengevaluasi informasi, yaitu mengakses
informasi secara efisien (waktu) dan efektif (sumber), serta mengevaluasi
informasi yang diperoleh secara kritis dan kompeten. Selain itu, juga
mampu menggunakan dan mengelola informasi, yaitu menggunakan
informasi dengan akurat dan kreatif dalam menyelesaikan masalah,
mengelola sejumlah informasi dari berbagai sumber, serta memahami dan
menerapkan isu etis/legal dalam mengakses dan menggunakan informasi.
e. Kemampuan literasi media (Media Literacy Skills) - mampu menganalisis
media, seperti memahami mengapa dan bagaimana pesan dari media
dibangun dan untuk tujuan apa, menganalisis bagaimana setiap individu
menginterpretasikan pesan secara berbeda, serta memahami dan
menerapkan isu etis/legal dalam mengakses dan menggunakan media.
Selain itu memahami dan menggunakan alat pembuatan media yang layak,
serta secara efektif menggunakan media untuk mengekspresikan dan
menginterpretasikan hal tersebut dalam lingkungan yang beragam atau
multikultural.
f. Kemampuan literasi ICT (ICT Literacy Skills), mampu menggunakan
teknologi secara efektif, seperti menggunakan teknologi sebagai alat untuk
meneliti, mengorganisir, mengevaluasi dan mengkomunikasikan
informasi. Lalu menggunakan teknologi digital dan teknologi
komunikasi/networking untuk mengakses, mengelola, mengintegrasikan,
mengevaluasi, dan menciptakan informasi Selain itu, juga memahami dan
menerapkan isu etis/legal dalam mengakses dan menggunakan teknologi
informasi.

DITA
KESIMPULAN
Masyarakat masa depan adalah masyarakat yang sebagian besar warganya
mempunyai orientasi hidup ke masa yang akan datang, yang memiliki ciri dan diprediksi
lebih maju dan lebih modern dari pada masyarakat masa lalu dan masyarakat masa kini,
terutama dalam aspek perkembangan teknologi dan pertumbuhan ekonomi. yang dimaksud
masyarakat masa depan adalah kehidupan masyarakat yang sedang dihadapi saat ini, menuju
pada masyarakat yang akan dihadapi pada masa yang akan datang, yang tidak lain adalah
masyarakat yang hidup di abad 21.

Anda mungkin juga menyukai