A. Latar belakang
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65-75tahun
(potter,2005). proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari
suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sesak permulaan kehidupan. menjadi tua merupakan
proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui 3 tahap kehidupannya, yaitu anak,
dewasa, dan tua. (nugroho 2008)
Keperawatan gerontik berkisar pada pengkajian kesehatan dan status fungsional
lansia, diagnosa, perencanaan dan implementasi. perawatan dan pelayanan kesehatan untuk
memenuhi kebutuhan yang terindetifikasi dan mengevaluasi keefektifan perawatan tersebut.
(harrypotter2005).
Tujuan dari pengkajian adalah menetapkan dasar data tentang kebutuhan, masalah
kesehatan, pengalaman yang berkaitan, praktek kesehatan, tujuan, nilai dan gaya hidup yang
dilakukan klien. pengumpulan data harus berhubungan dengan masalah kesehatan terutama
dengan masalah kesehatan utama yang dimiliki kllien, sehingga data yang didapatkan relevan
dengan asuhan keperawatan yang akan dijalankan pada klien tersebut. penggunaan format
pengkajian standarisasi dianjurkan, karena dapat memberikan tanggung gugat minimal dari
profesi keperawatan. penggunaan format memastikan pengkajian pada tingkat yang
komprehesif (perrypotter2005).
D. Proses Keperawatan
1. Diagnosis Keperawatan Gerontik
Belum dapat dirumuskan karena pengkajian belum selesai dilakukan
2. Tujuan Umum
Dalam waktu 40 menit, terkumpul data yang dapat menunjang timbulnya masalah
kesehatan pada Gerontik.
3. Tujuan Khusus
Terkumpulnya data umum, lingkungan, pemeriksaan fisik (khususnya bagi anggota
gerontik yang beresiko tinggi) teridentifikasi masalah kesehatan.
7. Kriteria Evaluasi :
a. Struktur
1) LP disiapkan
2) Alat bantu/format pengkajian tersedia
3) Kontrak dengan gerontik tepat dan sesuai dengan rencana
b. Proses
1) Pelaksanaan sesuai waktu dan strategi pelaksanaan
2) lansia aktif dalam kegiatan
3) lansia dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
c. Hasil
Didapatkan : Data identitas lansia, lingkungan rumah, riwayat dan tahap
perkembangan, dan pemeriksaan fisik pada lansia
LAPORAN KUNJUNGAN RUMAH KE 2
A. Latar belakang
Pada hari senin, 11 April 2022 (kunjungan pertama) pada keluarga Tn.R didapatkan
data-data umum, data lingkungan, riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik. Tn. R selaku
kepala keluarga berusia 79 tahun, beragama islam, pekerjaan petani dan pendidikan terahir
SD. Istrinya bernama Ny.M, beragama Islam, pekerjaan sehari-hari sebagai ibu rumah
tangga. Memiliki 7 orang anak dan 15 cucu dari anak-anak nya
. Rumah yang di tinggalin klien adalah rumah milik sendiri, rumah berlantaikan
kramik dan bersih, klien tinggal bersama istri dan 1orang anak, menantu dan 3 orang cucu
nya. Dari hasil pengakajian didapatkan hasil Tn. R sudah kurang lebih 8 tahun menderita
penyakit stroke, dan rutin mendapatkan obat dari puskesmas. Hasil pemeriksaan fisik pada
Tn.R diperoleh data sebagai berikut : TTV yang meliputi TD : 170/96 mmHg, nadi 84
x/menit, suhu 37,2C dan pernafasan 22 x/menit. Keadaan umum Tn.R baik, kesadaran
composmentis.
Selanjutnya pada kunjungan kedua akan dilakukan pengkajian lanjutan untuk
melengkapi data yang menunjang dalam menentukan prioritas masalah dan diagnosa
keperawatan keluarga pada Tn.R.
C. Proses Keperawatan
1). Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
2). Ketidakberdayaan berhubungan dengan program perawatan/pengobatan yang
kompleks atau jangka panjang
3). Resiko jatuh berhubungan dengan stroke
2. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan kesehatan pada Tn.R selama 30 menit, diharapkan Tn.R
dapat memahami dan dapat menerapkan pola hidup sehat bagi lansia yang menderita
stroke.
3. Tujuan Khusus
Setelah 1x30 menit kunjungan, klien dapat:
a. Mengetahui pengertian dan manfaat tehnik relaksasi otot progresip.
b. Mengetahui cara melaksanakan tehnik relaksasi otot progresif sesuai SOP.
c. Mempraktekkan kembali cara/langkah-langkah tehnik relaksasi otot progresif
sesuai SOP.
3. Terminasi
a. Membuat kontrak untuk pertemuan selanjutnya 5 menit
b. Mengucapkan salam.
7. Kriteria Evaluasi :
a. Struktur
1) LP disiapkan
2) Alat bantu/media disiapkan
3) Kontrak dengan klien tepat dan sesuai dengan rencana
b. Proses
1) Pelaksanaan sesuai dengan waktu dan strategi pelaksanaan.
2) Lansia aktif dalam kegiatan.
3) Lansia mampu mendemonstrasikan kembali tehnik relaksasi otot progresif
c. Hasil
1) Lansia mengetahui pengertian dan manfaat tehnik relaksasi otot progresip.
2) Lansia mengetahui cara melaksanakan tehnik relaksasi otot progresif sesuai
SOP
3) Lansia mampu mempraktekkan kembali cara/langkah-langkah tehnik relaksasi
otot progresif sesuai SOP
A. Pengertian
Menurut Purwanto (2013), Teknik relaksasi otot progresif adalah memusatkan
perhatian pada suatu aktivitas otot, dengan mengidentifikasikan otot yang tegang
kemudian menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik relaksasi untuk
mendapatkan perasaan relaks. Teknik relaksasi otot progresif dilakukan dengan
cara mengendorkan atau mengistirahatkan otot-otot, pikiran dan mental dan
bertujuan untuk mengurangi kecemasan (Ulya & Faidah, 2017)
B. Tujuan
Tujuan Terapi Relaksasi otot progresif menurut Setyoadi & Kushariyadi (2011)
1) Menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan punggung,
tekanan darah, frekuensi jantung, laju metabolik.
2) Mengurangi distritmia jantung, dan kebutuhan oksigen.
3) Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar dan
tidak memfokuskan perhatian relaks.
4) Meningkatkan rasa kebugaran konsentrasi.
5) Memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stress.
6) Mengatasi insomnia, depresi, kelelahan, iritabilitas, spasme otot, dan
fobia ringan.
7) Membangun emosi positif dari emosi negatif.
Teknik relaksasi progresif dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan
karena dapat menekan saraf simpatis sehingga mengurangi rasa tegang yang
dialami oleh individu secara timbal balik, sehingga timbul counter conditioning
(penghilangan). Relaksasi diciptakan setelah mempelajari sistem kerja saraf
manusia, yang terdiri dari sistem saraf pusat dan sistem saraf otonom. Sistem
saraf otonom ini terdiri dari dua subsistem yaitu sistem saraf simpatis dan sistem
saraf parasimpatis yang kerjanya saling berlawanan. Sistem saraf simpatis lebih
banyak aktif ketika tubuh membutuhkan energi misalnya pada saat terkejut, takut,
cemas atau berada dalam keadaan tegang. Pada jantung, kadar gula dan
ketegangan menyebabkan serabut-serabut otot kontraksi, mengecil dan menciut.
Sebaliknya, relaksasi otot berjalan bersamaan dengan respon otonom dari saraf
parasimpatis. Sistem saraf parasimpatis mengontrol aktivitas yang berlangsung
selama penenangan tubuh, misalnya penurunan denyut jantung setelah fase
ketegangan dan menaikkan aliran darah ke sistem gastrointestinal sehingga
kecemasan akan berkurang dengan dilakukannya relaksasi progresif (Handayani
& Rahmayanti, 2018).
D. Manfaat
Latihan terapi relaksasi progresif merupakan salah satu teknik relaksasi
otot yang telah terbukti dalam program untuk mengatasi keluhan insomnia,
ansietas, kelelahan, kram otot, nyeri pinggang dan leher, tekanan darah
meningkat, fobia ringan, dan gagap (Eyet, Zaitun, & Ati 2017).