Askep Terminal Celsi
Askep Terminal Celsi
MAKALAH
Oleh :
Chelsi Indah. K
1810120201479
DOSEN PEMBIMBING
Ns. Helman Pelani, M.Kep
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL ” ini dapat terselesaikan.
Pembahasan ini bertujuan untuk mengetahui segala sesuatu tentang ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata
sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan ataupun penulisannya. Mungkin dalam
laporan penelitian ini terdapat banyak kata yang kurang tepat, untuk itu penulis
mohon maaf. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi penulis untuk lebih
baik di masa yang akan datang.
Semoga laporan penelitian ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat
dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan
bagi kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan
WHO yang menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu
unsur dari pengertian kesehataan seutuhnya (WHO, 1984). Oleh karena itu
dibutuhkan dokter dan terutama perawat untuk memenuhi kebutuhan spritual
pasien. Karena peran perawat yang konfrehensif tersebut pasien senantiasa
mendudukan perawat dalam tugas mulia mengantarkan pasien diakhir hayatnya
dan perawat juga dapat bertindak sebagai fasilisator (memfasilitasi) agar pasien
tetap melakukan yang terbaik seoptimal mungkin sesuai dengan kondisinya.
Namun peran spiritual ini sering kali diabaikan oleh perawat. Padahal aspek
spiritual ini sangat penting terutama untuk pasien terminal yang didiagnose
harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak
dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995).
Penyakit pada stadium lanjut, penyakit utama tidak dapat diobati, bersifat
progresif, pengobatan hanya bersifat paliatif ( mengurangi gejala dan keluhan,
memperbaiki kualitas hidup. (Tim medis RS Kanker Darmais, 1996)
2
E. Menjelaskan Kematian Pada Anak
1. Kebanyakan seorang psikolog percaya bahwa dengan berkata jujur merupakan
strategi yang terbaik dalam mendiskusikan kematian dengan anak
2. Respon anak terhadap pertanyaan mengenai kematian merupakan dasar tingkat
kematangan anak dalam mengartikan kematian
3. Pada anak pra sekolah, anak mengartikan kematian sebagai : kematian adalah
sudah tidak ada nafas, dada dan perut datar, tidak bergerak lagi,dan tidak bisa
berjalan seperti layaknya orang yang dapat berjalan seperti orang sebelum mati /
meninggal
4. Kebanyakan anak-anak (anak yang menderita penyakit terminal) membutuhkan
keberanaian, bahwa ia di cintai dan tidak akan merasa di tinggalkan
5. Tanpa memandang umur, sebagai orang tua seharusnya sensitife dan simpati,
mendukunng apa yang anak rasakan
2. Masalah psikologi
- Ketergantungan tinggi
- Kehilangan kontrol
- Kehilangan produktifitas
- Hambatan dalam berkomunikasi
3. Masalah sosial
- Menarik Diri
- Isolasi sosial
4. Masalah spiritual
- Kehilangan harapan
- Perencanaan saat ajal tiba
3
Ex. Kehilangan anggota tubuh, anak, peran, hubungan.
b. Kehilangan yang dirasakan (Perceived loss)
- kehilangan yang sifatnya unuk menurut orang yang mengalami kedukaan.
Ex. Kehilangan harga diri, percaya diri
2. Jenis kehilangan
a. Kehilangan objek eksternal
b. Kehilangan lingkungan yang dikenal
c. Kehilangan sesuatu atau seseorang yang berarti
d. Kehilangan suatu aspek diri
e. Kehilangan hidup
3. Dampak kehilangan
a. Anak – anak
Kehilangan dapat mengancam untuk berkembang regresi takut ditinggal dan
sepi
b. Remaja atau dewasa muda
Kehilangan dapat menyebabkan desintegrasi dalam keluarga
c. Dewasa tua
Kehilangan khususnya kematian pasangan hidup pukulan berat dan
menghilangkan semangat
4. Berduka
a. Berduka (grieving) merupakan reaksi emosional terhadap kehilangan.
b. Berduka diwujudkan dalam berbagai cara yang unik pada masing-masing orang
dan didasarkan pengalaman pribadi, ekspektasi budaya, dan keyakinan spiritual yang
dianutnya.
c. Berkabung adalah periode penerimaan terhadap kehilangan dan berduka.
d. Berkabung terjadi dalam masa kehilangan dan sering dipengaruhi oleh
kebudayaan atau kebiasaan .
5. Jenis berduka
a. Berduka normal
Perasaan, perilaku, dan reaksi yang normal
b. Berduka antisipatif
Proses melepaskan diri yang muncul sebelum kehilangan sesungguhnya terjadi.
c. Berduka yang rumit
Seseorang sulit maju ke tahap berikutnya. Berkabung tidak kunjung berakhir.
d. Berduka tertutup
Kedukaan akibat kehilangan yang tidak dapat diakui secara terbuka.
6. Respon Berduka
Tahap respon berduka menurut Kubler - Ross :
a. Denial (Penolakan)
Reaksi pertama
Syok, tidak percaya, mengerti, atau mengingkari kenyataan.
4
Reaksi fisik :
Letih
mual
gangguan pernafasan
detak jantung cepat
tidak tahu berbuat apa
Berlangsung beberapa menit hingga beberapa tahun
b. Anger (Marah)
Individu menolak kehilangan.
Kemarahan timbul sering diproyeksikan kepada orang lain atau dirinya sendiri.
Perilaku :
- agresif
- menyerang orang lain
- menuduh dokter atau perawat tidak kompeten
Respon fisk :
- muka merah
- gelisah
- tangan mengepal
c. Bargainning (Tawar – menawar)
Penundaan kesadaran atas kenyataan terjadinya kehilangan.
Berupaya melakukan tawar – menawar dengan memohon kemurahan Tuhan.
d. Depression (Depresi)
Menunjukan sikap menarik diri
Kadang bersikap sangat penurut
Tidak mau bicara
Menyatakan keputusasaan
Rasa tidak berharga
Bisa muncul keinginan bunuh diri
Gejala fisik :
- menolak makan
- libido turun
e. Acceptance ( Penerimaan)
Reorganisasi perasaan kehilangan
Pikiran tentang objek yang hilang akan mulai berkurang atau hilang beralih ke
objek baru.
Menerima kenyataan kehilangan
Mulai memandang ke depan.
Apabila dapat memulai tahap ini dan menerima dengan perasaan
damai tuntas
Apabila kegagalan masuk ketahap penerimaan mempengaruhi dalam
mengatasi perasaan kehilangan selanjutnya
5
7. Askep kehilangan dan berduka
a. Pengkajian
- Faktor genetik
- Kesehatan fisik
- Kesehatan mental
- Pengalaman kehilangan dimasa lalu
- Struktur kepribadian
- Adanya stresor perasaan kehilangan
b. Diagnosa keperawatan
- Berduka b.d kehilangan aktual atau kehilangan yang dirasakan
- Berduka antisipatif b.d perpisahan atau kehilangan
- Berduka disfungsional b.d kehilangan orang/benda yang dicintai atau memiliki
arti besar
c. Perencanaan Tindakan keperawatan
Secara umum :
- Membina dan meningkatkan hubungan saling percaya dengan cara:
Mendengarkan pasien berbicara
Memberi dorongan agar agar pasien mau mengungkapkan perasaannya.
Menjawab pertanyaan pasien secara langsung
Menunjukkan sikap menerima dan empati
- Mengenali faktor-faktor yang mungkin menghambat.
- Mengurangi atau menghilangkan faktor penghambat.
- Memberi dukungan terhadap respons kehilangan pasien.
- Meningkatkan rasa kebersamaan antar anggota keluarga.
- Menentukan tahap keberadaan pasien.
Secara khusus :
- Tahap Denial
Memberikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaan
Menunjukan sikap menerima dengan ikhlas dan mendorong pasien untuk
berbagi rasa
Memberi jawaban yang jujur terhadap pertanyaan pasien tentang sakit,
pengobatan
- Tahap Anger
Mengijinkan dan mendorong pasien mengungkapkan rasa marah sacara verbal
tanpa melawan kemarahan :
Menjelaskan kepada keluarga bahwa kemarahan pasien sebenarnya tidak
ditujukan kepada mereka.
Membiarkan pasien menangis
Mendorong pasien untuk membicarakan kemarahannya
- Tahap Bargainning
Membantu pasien mengungkapkan rasa bersalah dan takut :
Mendengarkan ungkapan dengan penuh perhatian
6
Mendorong pasien untuk membicarakan rasa takut atau rasa bersalahnya
Bila psien selalu mengungkapkan “kalau” atau “seandainya ….” beritahu
pasien bahwa perawat hanya dapat melakukan sesuatu yang nyata.
Membahas bersama pasien mengenai penyebab rasa bersalah dan rasa takunya.
- Tahap Depression
Membantu pasien mengidentifikasi rasa bersalah dan takut :
Mengamati perilaku pasien dan bersama dengannya membahas perasaannya
Mencegah tindakan bunuh diri atau merusak diri sesuai derajat risikonya
Membantu pasien mengurangi rasa bersalah :
Menghargai perasaan pasien
Membantu pasien menemukan dukungan yang positif dengan mengaitkan dengan
kenyataan
Memberi kesempatan menangis dan mengungkapkan perasaan
Bersama pasien membahas pikiran negatif yang selalu timbul
- Tahap Acceptance
Membantu pasien menerima kehilangan yang tidak bisa dielakan :
Membantu keluarga mengunjungi pasien secara teratur
Membantu keluarga berbagi rasa
Membahas rencana setelah masa berkabung terlewati
Memberi informasi akurat tentang kebutuhan pasien dan keluarga.
7
J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan penyakit terminal, menggunakan pendekatan
holistik yaitu suatu pendekatan yang menyeluruh terhadap klien bukan hanya
pada penyakit dan aspek pengobatan dan penyembuhan saja akan tetapi juga
aspek psikososial lainnya.Salah satu metode untuk membantu perawat dalam
mengkaji data psikososial pada klien terminal yaitu dengan menggunakan
metode “PERSON”.
a. MetodePerson.
P: Personal Strenghat
Yaitu: kekuatan seseorang ditunjukkan melalui gaya hidup,
kegiatannya atau pekerjaan.
Contoh yang positif:
Bekerja ditempat yang menyenangkan bertanggung jawab penuh dan
nyaman, Bekerja dengan siapa saja dalam kegiatan sehari-hari.
Contoh yang negatif:
Kecewa dalam pengalaman hidup.
E: Emotional Reaction
Yaitu reaksi emosional yang ditunjukkan dengan klien.
Contoh yang positif:
Bingung tetapi mampu memfokuskan keadaan.
Contoh yang negatif:
Tidak berespon (menarik diri)
R: Respon to Stres
Yaitu respon klien terhadap situasi saat ini atau dimasa lalu.
Contoh yang positif:
Memahami masalah secara langsung dan mencari informasi.
8
Menggunakan perasaannya dengan sehat misalnya: latihan dan
olah raga.
Contoh yang negatif:
Menyangkal masalah.
Pemakaian alkohol.
S: Support System
Yaitu: keluarga atau orang lain yang berarti.
Contoh yang positif:
Keluarga
Lembaga di masyarakat
Contoh yang negatif:
Tidak mempunyai keluarga
O: Optimum Health Goal
Yaitu: alasan untuk menjadi lebih baik (motivasi)
Contoh yang positif:
Menjadi orang tua
Melihat hidup sebagai pengalaman positif
Contoh yang negatif:
Pandangan hidup sebagai masalah yang terkuat
Tidak mungkin mendapatkan yang terbaik
N: Nexsus
Yaitu: bagian dari bahasa tubuh mengontrol seseorang mempunyai
penyakit atau mempunyai gejala yang serius.
Contoh yang positif:
Melibatkan diri dalam perawatan dan pengobatan.
Contoh yang negatif:
Tidak berusaha melibatkan diri dalam perawatan.
Menunda keputusan.
9
b. Tanda vital
Perubahan fungsi tubuh sering kali tercermin pada suhu badan,denyut
nadi,pernapasan,dan tekanan darah. Mekanisme fisiologi yang
mengaturnya berkaitan satu sama lain. Setiap perubahan fungsi yang
berlainan dengan keadaan yang norml dianggap sebagai indikasi yang
penting untuk mengenali keadaan kesehatan seseorang.
c. Tingkat kesadaran
1. Komposmentis : sadar sempurna
2. Apatis : tidak ada perasaan/ kesadaran menurun (masa
bodoh)
3. Somnolen : kelelahan ( mengantuk berat)
4. Soporus : tidur lelap patologis(tidur pulas)
5. Subkoma : keadaan tidak sadar/hampir koma
6. Koma : keadaan pingsan lama disertai dengan penurunan
daya reaksi ( keadaan tidak sadar walaupun di rangsang dengan apa
pun/ tidak dapat disadarkan).
2. Diagnosa Keperawatan
1) Ansietas/ ketakutan individu , keluarga yang berhubungan diperkirakan
dengan situasi yang tidak dikenal, sifat dan kondisi yang tidak dapat
diperkirakan takut akan kematian dan efek negatif pada pada gaya hidup.
2) Berduka yang behubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang
dihadapi, penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari
orang lain.
3) Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan
kehidupan keluarga,takut akan hasil ( kematian ) dengan lingkungnnya
penuh dengan stres ( tempat perawatan ).
10
4) Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan
dari system pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidak mampuan
diri dalam menghadapi ancaman kematian
11
memperbaiki konsep
yang tidak benar.
4. Berika klien dan 4. Menghargai klien
keluarga untuk koping efektif
kesempatan dan dapat menguatkan
penguatan koping renson koping positif
positif yang akan datang
Berduka yang Setelah dilakukan 1. Berikan 1. Diskusi terbuka dan
berhubungan tindakan kesempatan pada jujur dapat membantu
penyakit terminal keperawatan klien da keluarga klien dan anggota
dan kematian yang berduka klien untuk keluarga menerima
akan dihadapi dapat teratasi mengungkapkan dan mengatasi situasi
penurunan fungsi, dengan kriteria perasaan, dan respon mereka
perubahan konsep hasil: didiskusikan terhdap situasi
diri dan menarik Klien penyakit kehilangan secara tersebut.
diri dari orang lain terminal merasa terbuka , dan gali
tenang makna pribadi dari
menghadapi kehilangan.jelaskan
sakaratul maut. bahwa berduka
adalah reaksi yang
umum dan sehat.
2. Berikan dorongan 2. Stategi koping fositif
penggunaan strategi membantu
koping positif yang penerimaan dan
terbukti yang pemecahan masalah.
memberikan
keberhasilan pada
masa lalu.
12
3. Berikan dorongan
pada klien untuk 3. Memfokuskan pada
mengekpresikan atribut yang positif
atribut diri yang meningkatkan
positif penerimaan diri dan
penerimaan kematian
4. Bantu klien yang terjadi.
mengatakan dan 4. Proses berduka,
menerima kematian proses berkabung
yang akan terjadi, adaptif tidak dapat
jawab semua dimulai sampai
pertanyaan dengan kematian yang akan
jujur. terjadi di terima.
5. Tingkatkan harapan
dengan perawatan 5. klien sakit terminal
penuh perhatian, paling menghargai
menghilangkan tindakan keperawatan
ketidak nyamanan missal: Membantu
dan dukungan berdandan,
Mendukung fungsi
kemandirian
Perubahan proses Setelah dilakukan 1. Luangkan waktu 1. Kontak yang sering
keluarga yang tindakan bersama keluarga dan
berhubunga keperawatan atau orang terdekat mengkomuikasikan
dengan gangguan perubahan proses klien dan tunjukkan sikap perhatian dan
kehidupan takut keluarga dapat pengertian yang peduli dapat
akan hasil tertasi dengan empati. membantu
( kematian ) dan kriteria hasil: mengurangi
13
lingkungannya Stress keluarga kecemasan dan
penuh stres terhadap meningkatkan
( tempat perawatan gangguan pembelajaran.
) kehidupan klien 2. Izinkan keluarga 2. Saling berbagi
berkurang. klien atau orang memungkinkan
terdekat untuk perawat untuk
mengekspresikan mengintifikasi
perasaan, ketakutan ketakutan dan
dan kekawatiran. kekhawatiran
kemudian
merencanakan
intervensi untuk
mengatasinya.
3. Anjurkan untuk 3. Kunjungan dan
sering berkunjung partisipasi yang
dan berpartisipasi sering dapat
dalam tindakan meningakatkan
perawan. interaksi keluarga
berkelanjutan.
4. Konsul dengan atau 4. Keluarga denagan
berikan rujukan masalah-masalh
kesumber seperti kebutuhan
komunitas dan financial , koping
sumber lainnya yang tidak berhasil
atau konflik yang
tidak selesai
memerlukan sumber-
sumber tambahan
14
untuk membantu
mempertahankankan
fungsi keluarga
Resiko terhadap Setelah dilakukan 1. Gali apakah klien 1. Bagi klien yang
distres spiritual tindakan menginginkan mendapatkan nilai
yang berhubungan keperawatan untuk tinggi pada do,a atau
dengan perpisahan resiko distress melaksanakan ritual praktek spiritual
dari system spiritual dapat keagamaan atau lainnya , praktek ini
pendukung teratasi dengan spiritual yang dapat memberikan
keagamaan, kriteria hasil: diinginkan bila arti dan tujuan dan
kurang prifasi atau Tidak terjadi yang memberi dapat menjadi sumber
ketidak mampuan distres spiritual. kesemptan pada kenyamanan dan
diri dalam klien untuk kekuatan.
menghadapi melakukannya. 2. Menunjukkan sikap
ancaman kematian 2. Ekspesikan tak menilai dapat
pengertrian dan membantu
penerimaan anda mengurangi kesulitan
tentang pentingnya klien dalam
keyakinan dan mengekspresikan
praktik religius atau keyakinan dan
spiritual klien. prakteknya.
3. Berikan prifasi dan 3. Privasi dan
ketenangan untuk ketenangan
ritual spiritual memberikan
sesuai kebutuhan lingkungan yang
klien dapat memudahkan refresi
dilaksanakan. dan perenungan.
4. Bila anda 4. Perawat meskipun
15
menginginkan yang tidak menganut
tawarkan untuk agama atau
berdo’a bersama keyakinan yang sama
klien lainnya atau dengan klien dapat
membaca buku ke membantu klien
agamaan memenuhi kebutuhan
spritualnya
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi
ketetapan WHO yang menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan
salah satu unsur dari pengertian kesehataan seutuhnya (WHO, 1984). Oleh
karena itu dibutuhkan dokter dan terutama perawat untuk memenuhi
kebutuhan spritual pasien. Karena peran perawat yang konfrehensif tersebut
pasien senantiasa mendudukan perawat dalam tugas mulia mengantarkan
pasien diakhir hayatnya dan perawat juga dapat bertindak sebagai fasilisator
(memfasilitasi) agar pasien tetap melakukan yang terbaik seoptimal mungkin
sesuai dengan kondisinya. Namun peran spiritual ini sering kali diabaikan
oleh perawat. Padahal aspek spiritual ini sangat penting terutama untuk pasien
terminal yang didiagnose harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati
sakaratul maut.
3.2 Saran
Semoga dengan membaca makalah ini pembaca dapat memahami
tentang asuhan keperawatan pasien terminal.
17
DAFTAR PUSTAKA
menjelang-ajal/ .
18