MODUL 5
kelompok 5
OPERASIONAL RISET
5.1 PENDAHULUAN
Penggunaan operasional riset berawal pada perang dunia ke ІІ. Pada saat itu angkatan
perang Ingris membentuk sebuah tim untuk mempelajari persoalan-persoalan strategik dan
taktik sehubungan dengan serangan-serangan pada saat perang dunia II. Tujuannya adalah
umtuk mengekfektifkan sumber-sumber terbatas terbatas kemiliterannya, yang pada akhirnya
penelitian tentang kemiliteran disebut dengan “Penelitian Operasional Masalah
Kemiliteran”keberh
asilan angkatan perang Inggris kemudian di ikuti oleh angkatan perang Amerika untuk
aktifitas yang sama. Setelah berakhirnya perang dunia II, keberhasilan angkatan perang
Inggris dan Amerika, ilmu operasional riset kemudian berkembang ke orang-orangindustri di
Amerika. Dan sampai sekarang telah digunakan hampir di seluruh dunia.
Salah satu metode analisis dalam teknik operasional riset untuk menyelesaikan
persoalan pengalokasian sumber-sumber terbatas adlah menggunakan metode progam linier.
Pokok pikiran dalam menggunakan progam linier adalah merumuskan masalah dengan
menggunakan sejumlah informasi yang tersedia, kemudian menterjemahkan masalah tersebut
dalam bentuk model matematika. Sifat linier mempunyai arti bahwa, seluruh fungsi dalam
model ini merupakan fungsi yang linier, karakteristik yang biasa digunakan persoalan progam
linier adalah sebagai berikut.
3. Pembatas: merupakan kendala yang dihadapi sehingga kita tidak bisa menentukan harga
harga variabel keputusan negatif atau berharga negatif.
Secara umum formulasi masalah progam linier dapat di tulis sebagai berikut.
FUNGSI TUJUAN
Minimum ( atau maksimum ) f(x) = C1 X1 + C2 X2 + .... +Cn Xn
Kendala
Produk
1 3 0 12
2 8 6 48
3 4 5 30
Sumbangan keuntungan
perunit 120 100
Kendala
1). 3 X1 ≤ 12
2). 8X1 + 6 X2 ≤ 48
3). 4X1 + 5X2 ≤ 30
X1 + X2 ≥ 0
X2
8 ─ 4X1 + 5X2 =30
A 3 X1 = 12
6 ─
B
4 ─
C 8 X1 + 6 X2 = 48
2 ─ Daerah
Fisibel
2 4 6 8 X1
Untuk menyelesaikan persoalan di atas kita cari solusi optimal dengan menghitung fungsi
tujuan pada tiap – tiap titik daerah fisibel sebagai berikut,
● Titik 0 : X1 = 0 ; X2 = 0
● Titik A : X 1 = 0 ; X2 = 6
Z = 120 (0) + 100 (6) = 600
● Titik B : Perpotongan antara persamaan 2 dan 3
8X1 + 6X2 = 48 1 8X1 + 6X2 = 48
4X1 + 5X2 = 30 2 8X1 + 10X2 = 60
-4X2 = -12
X2 = 3
Subtitusikan nilai ini pada persamaan 2 atau 3
8X1 + 6(3) = 48 → X1 = 3,75
Z = 120 (3,75) + 100 (3) =750
● Titik C : Perpotongan antara persamaan 1 dan 2
3X1 = 12 → X1 = 4
Subtitusikan nilai pada persamaan 2
8 (4) + 6 X2 = 48 → X2 = 2,2/3
Z = 120 (4) + 100 (2,2/3) = 746,6
●Titik D : X1 = 4 ; X2 =0
Z =120 (4) + 100(0) =480
Dari perhitungan diatas Z terbesar pada titik B, perusahaan sebaiknya memproduksi 3,75 unit
produk A dan 3 unit produk B dengan menghsilkan keuntungan Rp 750
5.3 TRANSPORTASI
Persoalan transportasi mempunyai ciri ciri khusus antara lain sebagai berikut
1. Terdapat sejumlah sumber sebagai pusat distribusi dan sejumah tujuan tertentu.
2.jumlah komoditas atau barang yang di distribusikan dari setiap simber dan yang diminta
oleh tiap tujuan, besar nya tertentu.
3. Produk yang dikirim atau di angkut dari suatu sumber ke suatu tujuan, besarnya sesuai
permintaan atau kapasitas sumber.
4. Ongkos pengangkutan komoditas dari suatu sumber kesuatu tujuan besarnya tertentu
5. Kapasitas sumber harus sama dengan kapasitas tujuan, jika tidak sama maka harus
disamakan dengan jalan menambah dummy pada kapasitas sumber atau tujuan.
Metode ini didasarkan aturan pengalokasian normatif dari persediaan dan kebutuhan
Dalam suatu matriks biaya transportasi ,tanpa perhiyungkan besaran besaran ekonomis.
Berbeda dengan metode pokok kiri atas yang tidak mempertimbangkan faktor ongkos,
metode ongkos terkecil memberikan prioritas pengalokasian pada sel yang mempunyai
ongkos terkecil
Metode ini merupakan metode terbaik dari kedua metode di atas. Langkah mengerjakan
mode vam adalah dengan menentukan pinalti yaitu selisih dua ongkos terkecil dari tiap
kolom baris. Pilih pinalty terbesar alokasikan sebanyak mungkin.Tentukan pinalty lagi untuk
setiap baris dan kolom sedangkan untuk baris dan kolom dengan kebutuhan dan kapasitas
sumber yang mempunyai nilai nol tidak dilakukan perhitungan pinalty.
Tahap tahap yang sudah dilalui diatas bukanlah solusi akhir yang dicari tetapi hanya
kondisi yang relatip optimal, sehingga kita cari solusi akhir relatip sangat mudah dan
mengurangi perhitungan perhitungan iteratif. Adapun langkah langkah dalam optimalisasi
adalah sebagai berikut.
b) Tentukan nilai U1 dan Vi Untuk baris dan kolom dengan mengawali U1 = 0. Tentukan nilai
c) Tentukan nilai Ti j untuk sel-sel yang tidak teralokasikan kapasitas sumber atau kebutuhan
dengan mengunakan nilai Ui dan Vj dengan formula;
tij = Ui + Vj – Ci j
d) Jika semua nilai tij adalah nol atau negatif,solusi optimal telah dicapai,jika nilai tij
posotif,pilih nilai tij yang mempunyai nilai positif terbesar kemudian solusi dilakukan seperti
pada langkah e.
e) Identifikasi suatu putaran tertutup yang diawali dari sel t ij terbesar, altenatif gerakan bisa ke
atas , bawah, ke kiri atau kekanan menuju ke sel terisi kapasitas sumber atau kebutuhan dan
kembali pada sel tij awal.
f) Tandai putaran tertutup dari sel tij dengan tanda positip kemudian berturut- turut bergantian
pada sel-sel yang kena rute perpindahan. Pilih sel yang bertanda negatif dan pilih kapasitas
sumber atau kebutuhan yang terkecil. Kemudian kurangkan atau tambahkan sel yang kena
rute perpindahan. Sel yang bertanda negatif dilakukan pengurangan dan sel yang bertanda
positif dilakukan penambahan terhadap kapasitas sumber atau kebutuhan yang terpilih.
e) Ulangi lagi pada langkah b, sampai nilai tij sama dengan nol atau negatif.
Metode ini di mulai dari pojok kiri atas sampai pada pojok kanan bawah, alokasi
kapasitas atau kebutuhan dimulai dari pojok kiri atas (X1A) sebesar kapasitas atau kebutuhan
minimal, langkah selanjutnya adalah sebagai berikut.
1. jika KebA < Kep1 maka X1A = KebA ; jika KebA > Kap1 maka X1A = Kap1
2. X1A = KebA, yang dialokasikan berikutnya adalah X1B ( karena kolom A sudah digunakan
penuh ) sebesar minimum ( Kap1 – X1A, KebB ).
3. Jika X1A = Kap1, yang mendapat giliran untuk dialokasikan adalah X2A sebesar minimum
( KebA – X1A , Kap2 ) dan seterusnya
A B C D
1 30 2 1 7 40
20 20
2 1 5 7 3 40
40
3 6 3 4 9 75
5 60 10
Sesuai dengan prosedur diatas
dapat dijelaskan sebagai
20 65 60 10 155
berikut;
1. kebutuhan pabrik pada kolom A ( KebA ) lebih kecil daripada kapasitas 1 (kap1) maka di
alokasikan pada X1A sebesar 20.
2. Kolom A tidak da sisa, sedangkan pada baris 1 ada sisa sebesar 45 selanjutnya alokasikan
pada X2B sebesar 40 [ minimum (KebB - X1B ,Kap2)]
3. Baris 1 tidak ada sisa pada kolom B ada sisa sebesar 45 selanjutnya alokasikan pada X2B
sebesar 40 [ minimun (KebB – X1B, Kap2)]
4. Baris 2 tidak ada sisa, kolom B ada sisa 5 dan alokasikan pada X3B sebesar 5[minimm
(KebB – X2B – X !B , Kap3)] Dan seterusnya.
5. Total biaya transprtasi = 20 (3) + 20 (2) + 40 (5) + 5 (3) + 60 (4) +10 (9)
= Rp 645.000
Prinsip dari metode ini adalah pemberian prioritas pengalokasian kapasitas atau
kebutuhan pada tempat yang mempunyai onkos terkecil ( Cij terkecil ).
A B C D
1 3 2 1
40 7 40
2 1 5 7 3
20 10 10 40
3 6 3 4 9
65 10 75
20 65 60 10 155
= Rp 395.000
Metode ini adalah metode terbaik dari dua metode di atas dan umumnya metode ini
mendekati optomal behkan bisa langsung optimal, prinsip kerja dari metode ini adalah
menentukan penalty. Yaitu nilai pengurangan dari dua ongkos terkecil pada tiap tiap bris dan
kolom untuk contoh di atas penalty baris 1= C 1B – C1C = 2 – 1 = 1 baris 2 = C 2C C2B = 7 – 5 =
2 baris 3 = C3C – C3B = 4 – 3 = 1 kolom B = C3B - C1B = 3 – 2 = 1 kolom C = C3C – C1C = 4 – 1
= 3 penalty terbesar adalah 3 dri kolom C dengan ongkos terkecil di X 1C alokasikan pada X1C
= min ( Kap1, KebC ) = min (40 , 60 ) = 40 karena pada baris 1 sudah terpenuhi maka diberi
tanda, dengan cara yang sama maka tabel akhir sebagai berikut.
A B C D
1 3 2 1 7
40 40
2 1 5 7 3
20 10 40
3 6 3 4 9
75
20 60 60 10 155
Total biaya transportasi = 20 (1) + 40 (1) 10 (3) + 55 (3) + 20 (4) + 10 (5)
= Rp 385. 000
Tes optimalisasi dilakukan seperti pada langkah II solusi awal yang akan digunakan untuk tes
optimalisasi, pada kasus ini adlah metode pojok kiri atas pada kasus ini nilai U 1 dianggap
bernilai 0 dan perhitungan U1 dan Vj pada setiap variabel basis adalah sebagai berikut.
U1 + VA = C1A VA = 3 – 0 = 3
U1 + VB = C1B VB = 2 – 0 = 2
U2 + VB = C2B U2 = 5 – 2 = 3
U3 + VB = C3B U3 = 3 – 2 = 1
U3 + VC = C3C VC = 4 – 1 = 3
U3 + VD = C3D VD = 9 – 1 = 8
Selanjutnya menentukan tij untuk variabel non basis, yaitu sel sel yang tidak terisi
kapasitas sumber atau kebutuhan. Perhitungannya sebagai berikut.
sebagai titik awal perputaran tertutup berawal dan berakhir dari variabel non basis terpilih,
dimana tiap sudut perputaran merupakan titik titik yang di tempati oleh varibel variabel basis,
perputaran tertutup yang terbentuk adalah X2D → X3D → X3B →X2B seperti pada gambar
berikut
40
- +
40 40
+ 5 10 - 75
20 65 60 10
Langkah selanjutmya adalah memberi tanda pada setiap titik titik perputaran. Titik awal
variabel non basis ( X2D ) di beri tanda positif (+) kemudian berturut turut berubah tanda pada
setiap rute, pilih sel yang bertanda negatif dengan nilai terkecil (nilai 10) yang akan
digunakan sebagai penambah dan pengurang. Sel yang bertanda negatif di kurangi dengan 10
sehingga alokasi baru adalah sebgai berikut.
40
30 10 40
75
15
20 65 60 10
Pada masalah penugasan diasumsikan bahwa m=n, jika terjadi keseimbangan, yaitu m > n
atau m < n perlu menambah pekerjaan atau mesin semu. Langkah langkah pengerjaan
penugasan adalah sebagai berikut
1. Lakukan pengurangan baris dengan elemen terkecil untuk masing masing baris sehingga
akan didapat elemen elemen nol
2. lakukan pengurangan kolom dengan elemen terkecil untuk masing masing kolom sehingga
akan didpat elemen elemen nol
3. matriks hasil 1 dan 2, lakukan penugasan dari sumber ketujuan dengan mengeplot tugas
pada matrik yang bernilai nol, jika satu pekerjaan menangani satu mesin dikatakan bahwa
penugasan optimal
4. jika penyelesaian belum optimal maka perlu dilakukan refisi matriks dengan cara sebagai
berikut;
a) Tariklah garis pada semua baris dan kolom yang mengandung elemen nol dengan jumlah
garis minimum tidak terdapat sedemikian sehingga tidak terdapat lagi nol pada matriks
yang bersangkutan.
b) Tentukan elemen elemen yang tida terkena garis pilih elemen dengan nilai terkecil
kurangkan semua elemen yang tida terkena garis dengan elemen yang bernilai terkecil
c) Tambah kan elemen yang terkena potongan garis dengan elemen yang bernilai kecil
d) Elemen elemen yang kena lintasan garis tetapi tidak kena perpotongan garis bernilai tetap
f) jika penyelesain optimal belum didapat ulangi lagi langkah a sampai dengan d.
Misalkan kepala departemen ingin menugaskan pekerjaan nya ke empat mesin. Estimasi
jumlah hari yang digunakan tiap pekerja untuk tiap pekerjaan adalah sebagai berikut.
Mesin
I II III IV
A 7 8 12 11
Pekerja
B 3 10 9 10
C 10 11 6 14
D 9 13 14 4
A II 8
B I 3
C III 6
D IV 4
Berikut adalah kasus penugasan yang belum optimal dan dilakukan revisi matrik
I II II IV V
A 9 5 14 14 15
B 3 8 19 3 5
C 4 9 9 5 10
D 9 6 4 2 2
E 8 10 13 6 14
5.5 Teori Antrian
Suatu antrean merupakan formasi baris baris penungguan dari pelanggan (satuan) yang
memerlukan pelayanan dari satu atau lebih pelayanan (fasilitas layanan). Peristiwa antrean
merupakan fenomena yang biasa terjadi bila kebutuhan akan pelayanan melebehi kemampuan
(kapasitas) pelayanan,sehingga pelnggan yang tiba tidak dapat segera mendapat pelayanan
dan memebentuk suatu formasi baris baris penungguan. Untuk mengurangi antrean dan
mencegah timbulnya antrean, maka sering sekali dilakukan penambahan fasilitas pelayanan,
yang menjadi persoalan adalah dengan melakukan penambahan fasilitas pelayanan maka
dibutuhkan biaya yang lebih besar.dan hal itu akan mengurangi keuntungan. Proses yang
terjadi pada model antrean dapat digambarkan sebagai berikut.
Dari gambar di atas, unit unit (langganan)dari sumber input membutuhkan pelayanan dan
terlibat dalam suatu antrean. Dalam waktu tertentu antrean ini dipilih untuk medapatkan
pelayanan. Pemilihan didasrkan pada aturan yang disebut dengan disiplin pelayanan untuk
melakukan pelayanan ini diperlukan suatu mekanisme pelayanan tertentu setelah
mendapatkan pelayanan, unit unit langganan meninggalkan sistem antrean.
Disiplin pelayanan berkaitan dengan cara memilih anggota antrean yang akan dilayani,
bentuk bentuk disiplin pelayanan yang biasa digunakan dalam praktik antara lain sebagai
berikut:
1. First-come first served (FCFS) atau first-in first-out (FIFO) artinya lebih dulu datang
lebih dulu dilayani
2. Last come First served (LCFS) atau last in first out artinya yang tiba terakhir lebih dulu
keluar, contoh sistem antrean dalam elevator untuk lantai yang sama.
3. Service in random order (SIRO) artinya panggilan didasrkan pada peluang secara
random.
4. Priority service artinya prioritas pelayanan diberikan karna mereka yang mempunyai
prioritas tertentu yang lebih tinggi, contoh seseorang yang menderita sakit lebih berat
dibanding yang lain, maka akan lebih dulu dilayani. Mungkin juga karena seseorang
menggunakan waktu pelayanan yang lebih pendek.
Bentuk sistem antrean merupakan kombinasi dari sifat sifat sistem antrean, Sumber
input adalah jumlah total yang akan melakukan pelayanan, dimana sumber ini bersifat
terbatas atau tidak terbatas, proses masukan adalah proses pembentukan suatu antrean sebagai
akibat kedatangan jumlah unit. Secara teori waktu kedatangan unit bersifat acak dan bebas.
Dalam mekanisme pelayanan ada tiga aspek yang harus diperhatikan yaitu:
1. Tersedianya pelayanan
2. Kapasitas pelayanan
3. Waktu pelayanan
Fasilitas yang mempunyai satu saluran disebut disebut dengan pelayanan tunggal dan
mempunyai lebih dari satu saluran disebut pelayanan ganda. Lamanya pelayanan adalah
lamanya waktu yang dibutuhkan untuk melayani unit. Srtuktur antrean telihat pada gambar
berikut:
Antrean
Fasilitas
pelayanan
Antrean
Fasilitas Fasilitas
pelayanan pelayanan
Fasilitas
pelayanan
Notasi notasi yang digunakan dalam teori antrean adalah sebagai berikut
m : Panjang antrean
W : Waktu rata rata dalam antrean / waktu tunggu dari sebuah kedatangan