Anda di halaman 1dari 8

TUGAS KELOMPOK

KERANGKA ACUAN ANDAL

PROYEK HILIR PENGEMBANGAN GAS MATINDOK,

KABUPATEN BANGGAI, SULAWESI TENGAH

Dosen :
Talent Nia Pramestyawati., ST., MT

Disusun oleh :
1. Elya Maula
2. Sri Indah Permata Sari
3. Nurtasyia Ningsih
4. Mahendra Purwanto

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA
2021
I. INFORMASI UMUM
a. Nama Usaha dan/atau Kegiatan : Proyek hilir pengembangan gas Matindok, Kabupaten
Banggai, Sulawesi Tengah
b. Penangung Jawab Usaha dan/atau Kegiatan : Presiden Direktur PPGM – Sucipto
c. Penyusun AMDAL : Identitas Pemrakarsa dan Penyusun AMDAL
- Pemrakarsa
Nama Perusahaan : Proyek Pengembangan Gas Matindok
Alamat Kantor : Jl. Merdeka Timur No. 1A, Jakarta
Telepon : (021) 3817658
- Nama dan Alamat Penanggung Jawab Kegiatan
Nama : Sucipto
Jabatan : Presiden Direktur PPGM
Alamat Kantor : Jl. Merdeka Timur No. 1A, Jakarta
Telepon : (021) 3817658
- Identitas Penyusun AMDAL
Nama dan Alamat Instansi
Nama : Pusat Studi Institut Teknologi Adhi Tama Suraba
Alamat : Jl. Arief Rahman Hakim No.100, Klampis Ngasem, Kec.
Sukolilo, Kota SBY, Jawa Timur 60117
Telepon : 031-5997244
Email : lingkungan.dept@itats.ac.id

Penangung Jawab Studi :


Nama : Talent Nia P., ST, MT
Jabatan : Kepala Pusat Studi Lingkungan Hidup ITATS
Alamat : Jl. Arief Rahman Hakim No.100, Klampis Ngasem,
Kec.Sukolilo, Kota SBY, Jawa Timur 60117
Telepon : 031-5997244
Email : lingkungan.dept@itats.ac.id
Tim Pelaksana Studi :
- Ketua Tim
- Koordinator Bidang Geofisika-Kimia dan Anggota
- Koordinator Bidang Biologi dan Anggota
- Koordinator Bidang Sosial, Ekonomi, Budaya dan Anggota
- Koordinator Bidang Kesehatan Masyarakat dan Anggota
- Pemetaan
d. Deskripsi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan : Proyek pengembangan gas Matindok
meliputi memproduksi gas bumi, menyalurkan gas ke kilang LNG, memproses gas
menjadi LNG, mengangkut LNG dan hidrokarbon cair
e. Lokasi Rencana Usaha dan/ atau Kegiatan : Rencana lokasi kegiatan PPGM di
Kecamatan Batui, Kabupaten Banggai, Sulawesi Selatan dengan luas lahan + 300 hektar
untuk kilang LNG, Pelabuhan khusus beserta fasilitas pendukungnya.
f. Hasil Pelibatan Masyarakat.
Sosialisasi dan konsultasi publik : Secara langsung melalui pertemuan, diskusi dan
wawancara. Secara tidak langsung melalui pengumuman melalui media cetak, poster,
radio siaran swasta setempat dan spanduk.

II. PELINGKUPAN
a. Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang berpotensi menimbulkan Dampak
Lingkungan.
- Tahap Prakonstruksi :
1. Pembebasan Lahan dan Tanam Tumbuhan
2. Penerimaan Tenaga Kerja
- Tahap Konstruksi :
1. Mobilisasi dan demobilisasi
2. Pembukaan dan Pematangan Lahan
3. Konstruksi kilang dan dermaga LNG
4. Pelepasan tenaga kerja
- Tahap Operasi :
1. Penerimaan Tenaga Kerja
2. Operasional Kilang LNG, Dermaga dan Fasilitas Pendukung
- Tahap Pasca Operasi :
1. Pembongkaran dan Demobilisasi Peralatan
2. Revegetasi
3. Pelepasan Tenaga Kerja
b. Pengelolaan lingkungan yang sudah direncanakan
Alternatif lokasi kilang LNG, dermaga serta fasilitas pendukungnya.
c. Komponen rona lingkungan terkena dampak
- GEO-FISIK-KIMIA
1. Kualitas udara ambien
2. Kebisingan
3. Erosi tanah
4. Sistem drainase dan irigasi
5. Kualitas air permukaan
6. Kualitas air laut
7. Transportasi darat
- BIOLOGI
1. Vegetasi
2. Satwa liar
3. Biota air tawar
4. Biota air laut
- SOSIAL-EKONOMI-BUDAYA
1. Kependudukan
2. Pola kepemilikan lahan
3. Pendapatan masyarakat
4. Kesempatan berusaha
5. Proses sosial
6. Sikap dan persepsi masyarakat
- KESEHATAN MASYARAKAT
1. Sanitasi Lingkungan
2. Tingkat kesehatan masyarakat
d. Dampak potensial.
- Prakonstruksi:
1. Perubahan pola kepemilikan lahan
2. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat
- Konstruksi:
1. Terjadi kebisingan
2. Terjadi erosi tanah
3. Gangguan sistem drainase dan irigasi
4. Gangguan transportasi darat
5. Peningkatan kuantitas aliran permukaan
6. Penurunan kualitas air permukaan
7. Penurunan kualitas air laut
8. Penurunan debit air sungai
9. Gangguan vegetasi
10. Gangguan satwa liar
11. Gangguan biota air tawar
12. Gangguan biota air laut.
13. Peningkatan pendapatan masyarakat.
14. Adanya kesempatan berusaha.
15. Gangguan proses sosial .
16. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat .
17. Penurunan sanitasi lingkungan
- Operasi:
1. Perubahan kualitas udara ambien (debu dan gas).
2. Terjadi kebisingan.
3. Penurunan kualitas air permukaan.
4. Penurunan kualitas air laut.
5. Gangguan transportasi darat.
6. Gangguan biota air tawar
7. Gangguan biota air laut
8. Perubahan kependudukan
9. Peningkatan pendapatan masyarakat
10. Adanya kesempatan berusaha
11. Gangguan proses sosial
12. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat
13. Penurunan sanitasi lingkungan
14. Penurunan tingkat kesehatan masyarakat
- Pasca Operasi:
1. Peningkatan kualitas udara ambien (debu dan gas)
2. Terjadi kebisingan
3. Peningkatan kualitas air permukaan
4. Peningkatan kualitas air laut
5. Gangguan transportasi darat
6. Penurunan pendapatan masyarakat
7. Hilangnya kesempatan berusaha
8. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat
e. Evaluasi dampak potensial
Evaluasi dampak penting yang dikelola (PK) atau tidak dikelola (TPK) ditetapkan
berdasarkan tiga kriteria sederhana berikut :
1. Pada parameter lingkungan yang memiliki Baku Mutu Lingkungan tertentu: apabila
tingkat kepentingan dampaknya (ΣP) ≥ 3 dan dampak negatif yang diprakirakan akan
menyebabkan perubahan nilai pada parameter tertentu sehingga nilai itu akan melebihi
baku mutu yang berlaku, maka kesimpulan dampaknya termasuk kategori dampak
penting yang dikelola (PK).
2. Pada parameter lingkungan yang tidak memiliki Baku Mutu Lingkungan: apabila (ΣP)
> 3 dan besaran angka prakiraan dampak ≥ (+/-) 2, maka kesimpulan dampaknya
masuk kategori dampak penting yang dikelola (PK).
3. Diluar kedua kriteria tersebut di atas masuk dalam kategori dampak tidak penting dan
tidak dikelola (TPK).
f. Dampak Penting hipotetik
- Tahap Prakonstruksi
SOSIAL :
1. Perubahan pola kepemilikan lahan
2. Proses sosial
3. Sikap dan persepsi masyarakat
- Tahap Konstruksi
SOSIAL
1. Peningkatan pendapatan masyarakat
2. Gangguan sosial
3. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat
4. Penurunan sanitasi lingkungan
GEOFISIKA-KIMIA
1. Kualitas udara ambien
2. Kebisingan
3. Erosi tanah
4. Gangguan system drainase dan irigasi
5. Kualitas air permukaan
6. Transportasi darat (gangguan kelancaran dan keselamatan lalu lintas)
7. Kerusakan jalan
BIOLOGI
1. Penurunan kelimpahan dan keanekaragaman vegetasi
2. Gangguan satwa
3. Gangguan biota air tawar
4. Gangguan biota air laut
- Tahap Operasi
SOSIAL
1. Adanya kesempatan berusaha
2. Gangguan sosial
3. Pelapisan sosial
4. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat
GEOFISIK KIMIA
1. Kualitas udara ambien
2. Gangguan Keselamatan berlalu lintas
3. Kerusakan jalan dan jembatan
BIOLOGI
1. Gangguan biota air tawar
KESEHATAN MASYARAKAT
1. Tingkat Kesehatan masyarakat
- Tahap Pasca Operasi
SOSIAL
1. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat
GEOFISIK KIMIA
1. Gangguan Keselamatan berlalu lintas
2. Kerusakan jalan dan jembatan
BIOLOGI
2. Peningkatan keanekaragaman dan kelimpahan fauna
3. Peningkatan keanekaragaman dan kerapatan vegetasi
4. Gangguan biota air tawar
g. Batas wilayah studi
- Batas proyek : Batas tapak proyek adalah ruang di mana suatu rencana usaha dan/atau
kegiatan akan melakukan kegiatan prakonstruksi, konstruksi, operasi dan pasca
operasi. Penentuan batas proyek didasarkan pada rencana pengembangan gas
Matindok di Kecamatan Batui dengan luas sekitar 300 hektar
- Batas ekologis: Dalam studi ini batas ekologis meliputi Kilang LNG serta fasilitas
pendukungnya dimana wilayah di luarnya yang diperkirakan merupakan daerah
sebaran dampak. Daerah-daerah tersebut terdiri dari area lahan basah berupa
persawahan, daerah perkebunan, hutan dan aliran air tawar dan air laut serta
permukiman penduduk.
- Batas sosial : Batas sosial adalah ruang di sekitar rencana kegiatan yang merupakan
berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai tertentu
yang sudah mapan (struktur sosial), sesuai dengan dinamika kelompok masyarakat
yang diprakirakan terpengaruh akibat kegiatan Pengembangan Gas Matindok.
- Batas administrative : Batas administrasi adalah wilayah administrasi pemerintahan
mulai tingkat desa/kelurahan dimana kegiatan proyek berlangsung dan berinteraksi
secara kelembagaan atau institusional yang sangat berpengaruh terhadap tingkat
keberhasilan pelaksanaan proyek.
- Batas waktu kajian : Dalam proses pelingkupan ini batas waktu kajian yang dirancang
untuk kurun waktu 5 tahun

III. METODE STUDI


a. Metode pengumpulan dan analisis data.
- Komponen lingkungan geo-fisik-kimia yang ditelaah dalam studi ini meliputi :
1. Iklim (suhu udara, kelembaban, arah dan kecepatan angin, curah hujan dan
intensitas penyinaran matahari) kualitas udara ambien, kebisingan, kebauan dan
getaran
2. Fisiografi dan geologi
3. Hidrologi, kualitas dan kuantitas air
4. Hidrooceanografi
5. Ruang, lahan dan tanah
- Komponen biologi yang diamati meliputi:
1. Biota air tawar
2. Biota air laut
3. Vegetasi alami dan budidaya
4. Satwa liar
- Komponen social yang diamati meliputi :
4. Demografi
5. Sosial ekonomi
6. Sosial budaya
- Komponen Kesehatan masyarakat yang diamati meliputi :
1. Sanitasi Lingkungan
2. Tingkat Kesehatan masyarakat
b. Metode prakiraan dampak Penting yang akan digunakan.
Metode prakiraan dampak pada prinsipnya adalah untuk memprakirakan besaran dampak
(magnitude) dan tingkat kepentingan (important) dampak.
Besaran dampak setiap parameter yang dikaji diperoleh dengan menghitung selisih
kualitas Lingkungan hidup setiap kegiatan (proyek) berlangsung (KLp) dengan kualitas
lingkungan hidup saat rona lingkungan hidup awal (mula-mula sebelum adanya proyek
(KLRLA) atau Besar prakiraan dampak = KLp – KLRLA
Tingkat kepentingan dampak meliputi kriteria :
1. Jumlah manusia yang terkena dampak
2. Luas wilayah persebaran dampak
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
4. Banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak
5. Sifat kumulatif dampak
6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
c. Metode evaluasi secara holistik terhadap Dampak Lingkungan
Tujuan dilakukan evaluasi dampak besar dan penting lingkungan akibat dari komponen
kegiatan yang direncanakan adalah memutuskan/menentukan jenis dampak hipotetik
yang akan dikelola, jenis dampak tersebut ditelaah secara holistik, dan memberikan
arahan atau alternatif pengelolaannya.
Jenis dampak hipotetik yang akan dikelola adalah jenis dampak yang termasuk kategori
dampak penting yang dikelola (PK) yang ditetapkan berdasarkan dua kriteria sederhana
berikut:
1. Pada prameter linkungan yang memiliki Baku Mutu Lingkungan tertentu: apabila
tingkat kepentingannya (ΣP) > 3 dan dampak negatif yang diprakirakan akan terjadi
menyebabkan perubahan nilai pada parameter tertentu sehingga nilai itu akan
melebihi baku mutu yang berlaku, maka kesimpulan dampaknya termasuk kategori
dampak penting yang dikelola (PK).
2. Pada prameter linkungan yang tidak memiliki Baku Mutu Lingkungan: Apabila (ΣP)
> 3 dan besaran angka prakiraan dampak ≥ (+/-) 2, maka kesimpulan dampaknya
masuk kategori dampak penting yang dikelola (PK).
3. Diluar kedua kriteria tersebut di atas masuk dalam kategori dampak tidak penting dan
tidak dikelola (TPK).

Anda mungkin juga menyukai