Anda di halaman 1dari 17

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021

KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT

Bab ini berisikan penjelasan mengenai Profil APBD Kota Bima dalam
pembangunan Bidang Cipta Karya, serta strategi peningkatan investasi bidang
Cipta Karya.

ASPEK PEMBIAYAAN| 9 - 1
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT

Sesuai PP No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, diamanatkan bahwa
kewenangan pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab Pemerintah
Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten/Kota terus didorong untuk meningkatkan
belanja pembangunan prasarana Cipta Karya agar kualitas lingkungan permukiman di daerah
meningkat. Di samping membangun prasarana baru, pemerintah daerah perlu juga perlu
mengalokasikan anggaran belanja untuk pengoperasian, pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana
yang telah terbangun. Namun,seringkali pemerintah daerah memiliki keterbatasan fiskal dalam
mendanai pembangunan infrastruktur permukiman. Pemerintah daerah cenderung meminta
dukungan pendanaan pemerintah pusat, namun perlu dipahami bahwa pembangunan yang
dilaksanakan Ditjen Cipta Karya dilakukan sebagai stimulan dan pemenuhan standar pelayanan
minimal. Oleh karena itu, alternatif pembiayaan dari masyarakat dan sektor swasta perlu
dikembangkan. Dengan adanya pemahaman mengenai keuangan daerah, diharapkan dapat disusun
langkah-langkah peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya di daerah. Pembahasan
aspek pembiayaan dalam RPI2-JM bidang Cipta Karya pada dasarnya bertujuan untuk:
a. Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan
bidang Cipta Karya,
b. Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari masyarakat dan sektor swasta
untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya,
c. Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi bidang Cipta Karya.

9.1 Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya


Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam
peraturan dan perundangan terkait, antara lain:
1. Undang-Undang No. 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang
Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah: Pemerintah daerah diberikan
hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini, Pemerintah
Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali
urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri,
pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama.
2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah,
pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli
Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan lain yang sah, serta Penerimaan Pembiayaan.
Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang

ASPEK PEMBIAYAAN| 9 - 2
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT

dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan
melalui Peraturan Daerah.
3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan: Dana
Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi
Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan
Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus
yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan
besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.
4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan
daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi
kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang
berskala kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang pekerjaan umum.
Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada
standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh
Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan
kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana,
serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.
5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber
pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan
Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan
pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat.
Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan:
a. total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD
tahun sebelumnya;
b. memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan
pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5;
c. persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;
d. tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari
pemerintah;
e. pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan
DPRD.
6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan
Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres
56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam
penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan
dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman
dan prasarana persampahan.

ASPEK PEMBIAYAAN| 9 - 3
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri
21/2011): Struktur APBD terdiri dari:
a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan,
dan Pendapatan Lain yang Sah.
b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.
c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan
Pengeluaran.
8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana
Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk
pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria
teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:
a. Bidang Infrastruktur Air Minum DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses
pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah
di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan
permukiman nelayan. Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program
percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/ target Millenium
Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan:
- Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah;
- Tingkat kerawanan air minum.
b. Bidang Infrastruktur Sanitasi DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses
pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala
kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang
diselenggara-kan melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi
diutamakan untuk program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan
memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan kriteria teknis:
- kerawanan sanitasi;
- cakupan pelayanan sanitasi.
9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan
Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan
Dilaksanakan Sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana
APBN,Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker
Unit Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan
usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPI2-JM
bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati. Gubernur sebagai wakil Pemerintah
mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah
dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor.
Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber

ASPEK PEMBIAYAAN| 9 - 4
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT

dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karyayang dibahas dalam RPI2-JM bidan
Cipta Karya meliputi:
a. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan
Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang
Air Minum dan Sanitasi.
b. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan
dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan
infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional.
c. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB)
dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan
infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.
d. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan
swasta (KPS), maupun skema Corporate SocialResponsibility (CSR).
e. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.
f. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.

Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan


pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana
yang telah ada.Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara
terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan
pelayanan bidang Cipta Karya. Pembahasan mengenai aspek keuangan dalam penyusunan
RPI2JM pada dasarnya adalah dalam rangka membuat taksiran dana yang tersedia untuk
memenuhi kebutuhan pembelanjaan prasarana kota yang meliputi :
1. Pembelanjaan untuk pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun;
2. Pembelanjaan untuk rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada
3. Pembelanjaan untuk pembangunan prasarana baru

Pembahasan aspek ekonomi dalam penyusunan RPI2JM perlu memperhatikan hasil total
atau produktifitas dan keuntungan yang diperoleh dari penggunaan sumberdaya bagi
masyarakat dan keuntungan ekonomis secara menyeluruh tanpa melihat siapa yang
menyediakan sumber dana tersebut dan siapa dalam masyarakat yang menerima hasil
adanya kegiatan.

ASPEK PEMBIAYAAN| 9 - 5
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT

9.2 Kompenen Keuangan


9.2.1 Komponen Penerimaan Pendapatan Kota Bima

Komponen Penerimaan Pendapatan merupakan penerimaan yang merupakan hak


pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah kekayaan bersih. Penerimaan
Pendapatan Daerah terdiri atas : (1) Pendapatan Asli Daerah (PAD); (2) Dana Perimbangan;
dan (3) Pendapatan lainnya yang sah. Berikut akan dijelaskan satu persatu subkomponen
Pendapatan dan gambaran umum tentang subkomponen Pendapatan di daerah pada
umumnya.

A. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan daerah yang dipungut berdasarkan
peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundangan. PAD bersumber dari :

1. Pajak daerah, antaran lain : Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak Kendaraan diatas air,
Pajak Balik Nama, Pajak Bahan Bakar, Pajak Pengambilan Air Tanah, Pajak Hotel,
Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak
Golongan C, Pajak Parkir, dan Pajak lain-lain. Pajak Pajak daerah ini diatur oleh UU No.
34/2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi daerah, Peraturan Pemerintah No. 65/2001
tentang Pajak Daerah.

2. Retribusi Daerah, antara lain : Retribusi Pelayanan Kesehatan, Retribusi Pelayanan


Persampahan, Retribusi Biaya Cetak Kartu, Retribusi pemakaman, Retribusi Parkir di
Pinggir Jalan, Retribusi Pasar, Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor, Retribusi
Pemadam Kebakaran, dan lain-lain. Retribusi ini diatur oleh UU No.34/2000 tentang
pajak daerah dan retribusi daerah, dan Peraturan Pemerintah No.66/2001 tentang
Retribusi Daerah.

3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang di pisahkan, antara lain hasil deviden BUMD.

4. Lain – lain pendapatan yang sah, antara lain : hasil penjualan kekayaan daerah yang
tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, keuntungan selisih nilai tukar komisi,
potongan dan lain-lain yang sah.

B. Dana Perimbangan

Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada
daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana
perimbangan terdiri atas ;

1. Dana Bagi Hasil terdiri atas Bagi Hasil Pajak (BHP) dan Bagi Hasil Bukan Pajak (BHBP)
atau yang berasal dari hasil pengelolaan sumber daya alam. BHP antara lain : Pajak
Bumi Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), dan
Pajak Penghasilan Badan maupun Pribadi; sedangkan BHBP antara lain : Kehutanan,

ASPEK PEMBIAYAAN| 9 - 6
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT

pertambangan umum, perikanan, pertambangan minyak bumi, pertambangan gas bumi,


dan pertambangan panas bumi.

2. Dana Alokasi Umum (DAU) dibagikan berdasarkan ”Celah Fiskal” yaitu selisih antara
kebutuhan Fiskal dan Kapasitas Fiskal ditambah Alokasi Dasar.

3. Dana Alokasi Khusus (DAK) yang diberikan untuk kegiatan khusus, misalnya: reboisasi,
penambahan sarana pendidikan dan kesehatan dan bencana alam.

9.2.2 Komponen Pengeluaran Belanja

Komponen Pengeluaran Belanja terdiri atas :

1. Belanja Operasi

2. Belanja Modal

3. Transfer ke Desa/ Kelurahan

4. Belanja Tak Terduga

9.2.3 Komponen Pembiayaan

Komponen Pembiayaan (Financial) merupakan komponen yang baru dalam sistem


Keuangan Daerah. Istilah Pembiayaan berbeda dengan Pendanaan (Funding). Pendanaan
diartikan sebagai dana atau uang dan digunakan sebagai kata umum, sedangkan
Pembiayaan diartikan sebagai penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran
yang akan diterima kembali. Contoh Konkritnya, didalam SAP-D yang lama, apabila daerah
memperoleh pinjaman, Pinjaman tersebut diakui sebagai Pendapatan, selanjutnya
Penerimaan Pendapatan dari Pinjaman ini tidak mempunyai konsekuensi atau dicatat
pembayaran kembali; sedangkan di dalam SAP-D yang baru, apabila daerah memperoleh
pinjaman, maka diterima sebagai penerimaan pembayaran yang perlu dibayar kembali.
Demikian pula bila daerah memberi pinjaman, maka dikeluarkan sebagai Pengeluaran
Pinjaman karena akan diterima kembali.

9.3 Profil Keuangan Daerah


9.3.1 Profil APBD Kota Bima

Bagian ini menggambarkan struktur APBD Kota Bima selama 3-5 tahun terakhir dengan sumber data
berasal dari dokumen Realisasi APBD dalam 5 tahun terakhir. Komponen yang dianalisis
berdasarkan format Permendagri No. 13 Tahun 2006 adalah sebagai berikut:

a. Belanja Daerah yang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung.
b. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, DanaPerimbangan, dan
Pendapatan Lain yang Sah.
c. Pembiayaan Daerahmeliputi: Pembiayaan Penerimaan dan PembiayaanPengeluaran.
ASPEK PEMBIAYAAN| 9 - 7
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT

Tabel 9.1 Ringkasan APBD 5 Tahun Terakhir Kota Bima


NO URAIAN 2012 2013 2014 2015 2016

1 PENDAPATAN 486.073.110.975,00 543.531.178.682,00 610.918.440.574,00 726.226.424.153,03 776.841.005.773,38


PENDAPATAN
1.1. 14.699.424.170,00 19.845.586.582,00 24.719.595.000,00 35.067.874.922,00 35.175.416.593,30
ASLI DAERAH
Pendapatan Pajak
4.772.740.000,00 5.676.301.000,00 7.727.500.000,00 11.658.800.000,00 12.429.601.400,00
Daerah
Hasil Retribusi
6.652.797.300,00 8.904.065.582,00 11.594.875.000,00 7.406.715.712,00 7.708.872.868,00
Daerah
Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah 500.000.000,00 800.000.000,00 800.000.000,00 1.921.710.430,00 847.752.281,00
yang dipisahkan
Lain-lain
Pendapatan Asli 2.773.886.870,00 4.465.220.000,00 4.597.220.000,00 14.080.648.780,00 14.189.190.044,30
Daerah yang Sah
DANA
1.2. 406.905.121.882,00 445.015.447.103,00 468.830.635.241,00 558.144.005.546,00 689.454.007.432,00
PERIMBANGAN
Bagi Hasil
Pajak/Bagi Hasil 36.893.464.882,00 26.758.175.103,00 24.355.235.241,00 23.989.746.546,00 31.464.012.282,00
Bukan Pajak
Dana Alokasi Umum 329.098.457.000,00 377.377.812.000,00 410.483.310.000,00 435.279.239.000,00 464.125.442.000,00
Dana Alokasi
40.913.200.000,00 40.879.460.000,00 33.992.090.000,00 98.403.157.000,00 193.864.553.150,00
Khusus
LAIN-LAIN
PENDAPATAN
1.3. 64.468.564.923,00 78.670.144.997,00 117.368.210.333,00 133.014.543.685,03 52.211.581.748,08
DAERAH YANG
SAH
Pendapatan Hibah 0 0 0 0 0

Dana Darurat 0 0 0 0 0
Dana Bagi Hasil
Pajak dari Provinsi
11.667.540.923,00 16.028.133.997,00 39.273.992.333,00 34.611.386.685,03 43.872.682.173,08
dan Pemerintah
Daerah Lainnya
Dana Penyesuaian
dan Otonomi 47.049.024.000,00 62.642.011.000,00 78.094.218.000,00 98.403.157.000,00 5.000.000.000,00
Khusus
Bantuan Keuangan
dari Provinsi atau
5.752.000.000,00 0 0 0 3.338.899.575,00
Pemerintah Daerah
Lainnya

2 BELANJA 507.852.252.662,00 572.008.452.552,14 643.491.654.111,01 754.815.387.101,63 808.503.574.275,08


BELANJA TIDAK
2.1. 305.279.639.162,00 345.530.520.504,14 384.267.560.868,01 428.922.786.202,63 413.763.475.973,08
LANGSUNG
Belanja Pegawai 288.467.401.162,00 321.294.025.804,14 358.632.460.868,01 406.812.974.546,63 391.461.779.317,08

Belanja Hibah 4.739.800.000,00 11.538.494.700,00 9.572.600.000,00 16.304.400.000,00 14.663.400.000,00


Belanja Bantuan
11.072.438.000,00 10.710.500.000,00 9.575.000.000,00 3.983.000.000,00 5.270.885.000,00
Sosial
Belanja Bagi Hasil
kepada
Provinsi/Kabupaten/ 0 0 0 0 0
Kota dan
Pemerintah Desa
Belanja Bantuan
Keuangan kepada
Provinsi/
0 487.500.000,00 5.487.500.000,00 822.411.656,00 822.411.656,00
Kabupaten/Kota,
Pemerintah Desa
dan Partai Politik
Belanja Tidak
1.000.000.000,00 1.500.000.000,00 1.000.000.000,00 1.000.000.000,00 1.545.000.000,00
Terduga
BELANJA
2.2. 202.572.613.499,60 226.477.932.048,00 259.224.093.243,00 325.892.600.899,00 394.740.098.302,00
LANGSUNG

ASPEK PEMBIAYAAN| 9 - 8
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT

Belanja Pegawai 18.636.615.564,00 23.754.821.100,00 28.797.126.452,50 33.913.928.800,00 36.772.629.000,00


Belanja Barang dan
86.031.167.483,60 88.804.129.398,60 100.037.103.398,50 113.894.435.987,00 136.573.653.680,00
Jasa
Belanja Modal 97.904.830.452,00 113.918.981.549,40 130.389.863.392,00 178.084.236.111,50 221.393.815.622,00

SURPLUS / (DEFISIT) (21.779.141.687,00) (28.477.273.870,14) (32.573.213.537,01) (28.588.962.948,60) (31.662.568.501,70)

3 PEMBIAYAAN DAERAH
PENERIMAAN
3.1. PEMBIAYAAN 24.279.141.687,00 30.177.273.870,14 33.673.213.537,01 36.610.673.378,60 35.012.568.501,70
DAERAH
Sisa Lebih
Perhitungan
Anggaran Tahun 24.179.137.466,00 30.177.273.870,14 33.173.213.537,01 36.610.673.378,60 35.012.568.501,70
Anggaran
Sebelumnya
Penerimaan
Kembali Pemberian 100.004.221,00 0 500.000.000,00 0 0
Pinjaman
Pencairan Dana
0 0 0 0 0
Cadangan
Penerimaan Piutang 0 0 0 0 0

PENGELUARAN
3.1. PEMBIAYAAN 2.500.000.000,00 1.700.000.000,00 1.100.000.000,00 4.021.710.430,00 3.350.000.000,00
DAERAH
Penyertaan Modal
(Investasi) 2.500.000.000,00 1.700.000.000,00 1.100.000.000,00 4.021.710.430,00 3.350.000.000,00
Pemerintah Daerah
Pembayaran pokok
0 0 0 0 0
hutang

4 PEMBIAYAAN NETTO 21.779.141.687,00 28.477.273.870,14 32.573.213.537,01 28.588.962.948,60 31.662.568.501,70

SISA LEBIH
PEMBIAYAAN
5 0 0 0 0 0
ANGGARAN TAHUN
BERKENAAN

Sumber: Bappeda Kota Bima, 2016

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada kurun waktu 5 tahun terakhir, setiap tahunnya Kota Bima
memiliki jumlah pendapatan yang cenderung meningkat, namun demikian pengeluaran atau
anggaran belanja juga mengalami peningkatan bahkan melebihi pendapatan yang diperoleh oleh
Kota Bima. Berikut ini adalah grafik profil keuangan daerah 5 tahun terakhir:

ASPEK PEMBIAYAAN| 9 - 9
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT

900,000.00
800,000.00
700,000.00
600,000.00
Rp. Milyaran

500,000.00
400,000.00
300,000.00
200,000.00
100,000.00
0.00
2012 2013 2014 2015 2016
PENDAPATAN 486,073.11 543,531.18 610,918.44 762,226.42 776,841.00
PENGELUARAN 507,852.25 572,852.25 643,491.65 754,815.39 808,503.57

Gambar 9.1. Grafik Profil Pendapatan & Pengeluaran Kota Bima (dalam juta rupiah)

Dilihat dari grafik diatas, dapat dilihat adanya ketimpangan antara jumlah pengeluaran Kota Bima
pada tahun 2012-2016, oleh karena itu trend perkembangan 5 tahun ke depan kota harus
mempertimbangkan aspek ini agar dapat merumuskan strategi untuk mendapatkan pendapatan
daerah yang lebih tinggi atau bahkan dapat mengeliminir jumlah pengeluaran Kota Bima setiap
tahunnya. Berikut ini adalah hasil proyeksi keuangan daerah pada tahun 2017-2020 berdasarkan
analisis keuangan 4 tahun terakhir:

Tabel 9.2 Proyeksi Keuangan Daerah 2015-2018

2017 2018 2019 2020

Pendapatan 868.042.139.851,18 969.950.287.069,70 1.083.822.450.771,28 1.211.063.206.492,28

Pengeluaran 919.106.863.235,91 1.044.840.682.126,58 1.187.774.887.441,50 1.350.262.492.043,50

Surplus/(Defisit) (51.064.723.384,74) (74.890.395.056,88) (103.952.436.669,81) (139.199.285.551,22)

Sumber: Analisis, 2016

Dilihat dari proyeksi diatas, perkembangan keuangan Kota Bima pada 4 tahun mendatang masih
mengalami defisit, dimana pengeluaran belanja Kota Bima lebih besar dari pendapatan yang diterima
oleh daerah.

Pengeluaran daerah sektor keciptakaryaan dalam kurun waktu 4 tahun terakhir untuk daerah Kota
Bima disajikan pada tabel-tabel berikut :

ASPEK PEMBIAYAAN| 9 - 10
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT

Tabel 9.3 Belanja Tidak Langsung Kota Bima

URUSAN/ BELANJA TIDAK LANGSUNG


SKPD/PROGRAM/KEGIATAN
2012 2013 2014 2015 2016

DINAS PEKERJAAN UMUM 2.165.905.832,00 2.473.953.440,00 2.636.834.181,00 3.798.918.550,73 4.467.868.566,68


Urusan Wajib Pekerjaan
2.165.905.832,00 2.473.953.440,00 2.636.834.181,00 3.798.918.550,73 4.467.868.566,68
Umum

Sumber: Bappeda Kota Bima, 2016

Tabel 9.4 Belanja Langsung Kota Bima

URUSAN/ BELANJA LANGSUNG


SKPD/PROGRAM/KEGIATAN 2012 2013 2014 2015 2016

DINAS PEKERJAAN UMUM 25.470.135.000,00 52.721.740.910,00 61.508.221.601,00 128.405.536.400,00 141.450.506.550


Urusan Wajib Pekerjaan
25.470.135.000,00 52.721.740.910,00 61.508.221.601,00 128.405.536.400,00 141.450.506.550
Umum

Sumber: Bappeda Kota Bima 2016

Tabel 9.5 Total APBD Kota Bima

URUSAN/ TOTAL APBD


SKPD/PROGRAM/KEGIATAN 2012 2013 2014 2015 2016

DINAS PEKERJAAN UMUM 27.636.040.832,00 55.195.694.350,00 64.145.055.782,00 132.204.454.950,73 145.918.375.116,68


Urusan Wajib Pekerjaan
27.636.040.832,00 55.195.694.350,00 64.145.055.782,00 132.204.454.950,73 145.918.375.116,68
Umum

Sumber: Bappeda Kota Bima 2016

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa kontribusi pengeluaran daerah sektor
keciptakaryaan Kota Bima terhadap total pengeluaran APBD Kota Bima adalah sebagai berikut:

Tabel 9.6 Peningkatan Anggaran Belanja Kota Bima (%)


BELANJA TIDAK LANGSUNG BELANJA LANGSUNG

2012 2013 2014 2015 2016 2012 2013 2014 2015 2016

0,0783725 0,0448215 0,0411074 0,028735 0,0306189 0,9216275 0,9551785 0,9588926 0,9712648 0,969381

Sumber: Bappeda Kota Bima 2016

Dilihat dari profil pengeluaran daerah tersebut, peningkatan pengeluaran belanja tidak langsung untuk
Dinas Pekerjaan Umum terjadi pada tahun 2012 yakni sebesar 0,078%, dan pengeluaran belanja
langsung terjadi pada tahun 2015, yaitu sebesar 0,97% dari Total APBD Dinas Pekerjaan Umum Kota
Bima Tahun 2015.

ASPEK PEMBIAYAAN| 9 - 11
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT

9.4 Permasalahan dan Analisa Keuangan


9.4.1 Kondisi Keuangan Pemerintah Kota Bima
Pendapatan Daerah Kota Bima TA. 2016 mengalami peningkatan sebesar Rp. 50.614.581.620,35
cukup relevan dengan trend pendapatan daerah yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, yaitu
pada tahun 2015, 2014, 2013 dan 2012. Sementara jumlah pengeluarannya masih cukup besar
daripada jumlah pendapatannya. Hal demikian disebabkan oleh beberapa hal antara lain :
a. Lemahnya manajemen/pengelolaan pendapatan daerah di unit-unit pengelola PAD, khususnya
dari segi dukungan teknologi sistem informasi dan SDM baik dari sisi kuantitas maupun kualitas.
b. Lemahnya penegakan peraturan-peraturan yang ada.
c. Belum akuratnya data dan sistem yang ada sehingga kurang mendukung perhitungan
penerimaan pendapatan daerah
d. Lemahnya koordinasi dalam rangka optimalisasi Pendapatan Daerah khususnya PAD.
e. Proses transisi di pemerintah pusat juga turut menjadi penyebab turun drastisnya
pendapatan/penerimaan dari kelompok Dana Perimbangan, khususnya pada pos DAK.

9.4.2 Proyeksi Kemampuan Keuangan Kota Bima

Proyeksi kemampuan keuangan disesuaikan dengan kondisi keuangan Pemerintah Kota Bima :
1. Dihitung untuk kurun waktu 4 tahun
2. Menggunakan asumsi dasar sebagai berikut :
 Melihat kecendrungan trend ( past trend )
 Estimasi pertumbuhan akibat action plan
 Kebijaksanaan khusus pemerintah Kota Bima
3. Proyeksi ketersediaan dana untuk pelaksanaan RPI2JM
4. Perhitungan kemampuan meminjam Pemerintah Kota Bima

1. Proyeksi Penerimaan dan Belanja


Ditinjau dari kontribusi terhadap total Belanja Daerah, pos Belanja Pegawai merupakan pos yang
paling tinggi menyerap Belanja Daerah yaitu sekitar 53,89 % dari total Belanja Daerah, diikuti
kemudian oleh pos Belanja Barang dan Jasa sebesar 15,45 %.
Penambahan Belanja Pegawai pada tahun anggaran 2015 terjadi peningkatan yaitu sebesar 13,43 %
sedangkan pada tahun 2016 mengalami penurunan sebesar 3,92%, diasumsikan pos ini untuk empat
tahun mendatang kenaikannya tidak terlalu signifikan dibandingkan tahun sebelumnya, sehingga pos
belanja lainnya seperti Belanja Barang dan Jasa serta Belanja Modal penyerapannya dapat
ditingkatkan khususnya untuk membiayai prasarana kota.

ASPEK PEMBIAYAAN| 9 - 12
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT

Tabel 9.7. Proyeksi APBD Kota Bima 2017-2020


Rata-rata
NO URAIAN 2012 2013 2014 2015 2016 Pertumbuhan 2017 2018 2019 2020
APBD/thn
1 PENDAPATAN 486.073,11 543.531,18 610.918,44 726.226,42 776.841,01 12,52 874.101,50 983.539,01 1.106.678,1 1.245.234,2

PENDAPATAN
1.1. 14.699,42 19.845,59 24.719,60 35.067,87 35.175,42
ASLI DAERAH
DANA
1.2. 406.905,12 445.015,45 468.830,64 558.144,06 689.454,01
PERIMBANGAN
LAIN-LAIN
PENDAPATAN
1.3. 64.468,56 78.670,14 117.368,21 133.014,54 52.211,58
DAERAH YANG
SAH

2 BELANJA 507.852,25 572.008,45 643.491,65 754.815,38 808.503,57 12,38 908.596,31 1.021.080,5 1.147.490,3 1.289.549,6
BELANJA
2.1. TIDAK 305.279,64 345.530,52 384.267,56 428.922,78 413.763,48
LANGSUNG
BELANJA
2.2. 202.572,61 226.477,93 259.224,09 325.892,60 394.740,01
LANGSUNG
SURPLUS / (DEFISIT) (21.779,14) (28.477,27) (32.573,21) (28.588,96) (31.662,57) (34.494,81) (37.541,52) (40.812,21) (44.315,41)

Sumber: Analisis 2016

ASPEK PEMBIAYAAN| 9 - 13
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT

2. Proyeksi PAD dan Dana Perimbangan

Perhitungan proyeksi PAD dan Dana Perimbangan didasarkan pada :


1. Dihitung untuk kurun waktu 4 tahun
2. Menggunakan asumsi atas dasar trend historis, yang disesuaikan dengan inflasi yang berlaku
serta kesepakatan antara Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kota Bima
3. Analisis selama kurun waktu proyeksi tersebut unsur PAD dan penerimaan yang memberikan
kontribusi terbesar.

Dilihat dari pertumbuhan per tahun maka dapat dilihat bahwa pertumbuhan pendapatan setiap
tahunnya terus meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 12,52%. Peningkatan pendapatan
terbesar terjadi pada peningkatan Dana Alokasi Khusus (DAK) pada tahun 2015 yaitu sebesar
189,49% sedangkan pertumbuhan terendah pada Dana Alokasi Khusus (DAK) pada tahun 2013 yaitu
-0,08%.

Prosentase untuk proyeksi pertumbuhan digunakan asumsi atas dasar trend historis serta
kesepakatan antara Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kota Bima.

Prosentase dana perimbangan proyeksi pertumbuhan terbesar ada pada pendapatan dari Dana
Alokasi Khusus yaitu rata-rata sebesar 67,39% sedangkan untuk Pendapatan Asli Daerah proyeksi
pertumbuhan terbesar ada pada Pendapatan Asli Daerah lain-lain yang Sah yaitu sebesar 67,74%.
Untuk lebih rinci Proyeksi PAD dan Dana Perimbangan Pemerintah Kota Bima dapat dilihat pada
tabelberikut.

ASPEK PEMBIAYAAN| 9 - 14
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT

Tabel 9.8. Proyeksi PAD dan Dana Perimbangan Kota Bima

Rata-rata
NO URAIAN 2012 2013 2014 2015 2016 Pertumbuhan 2017 2018 2019 2020
per tahun

PENDAPATAN ASLI
1
DAERAH

1.1. PAJAK DAERAH 4.772.740.000 5.676.301.000 7.727.500.000 11.658.800.000 12.429.601.400 28,14 15.927.369,040 20.409.430,000 26.152.771.870 35.512.325.590

RETRIBUSI
1.2. 6.652.797.300 8.904.065.582 11.594.875.000 7.406.715.712 7.708.872.868 8,00 8.325.582.700 8.991.629.316 9.710.959.661 10.487.836.430
DAERAH

HASIL
PENGELOLAAN
1.3. KEKAYAAN 500.000.000 800.000.000 800.000.000 1.921.710.430 847.752.281 36,08 11.536.383.230 15.698.947.100 21.363.449.450 29.071.820.530
DAERAH YANG
DIPISAHKAN

LAIN-LAIN
PENDAPATAN
1.4. 2.773.886.870 4.465.220.000 4.597.220.000 14.080.648.780 14.189.190.044 67,74 23.801.890.920 39.926.874.590 66.975.994.480 112.349.986.900
ASLI DAERAH
YANG SAH

2 DANA PERIMBANGAN

DANA BAGI
HASIL
2.1. PAJAK/BAGI 36.893.464.882 26.758.175.103 24.355.235.241 23.989.746.546 31.464.012.282 1,70 31.998.900.200 32.542.881.510 33.096.110.490 33.658.744.370
HASIL BUKAN
PAJAK
DANA ALOKASI
2.2. 329.098.457.000 377.377.812.000 410.483.310.000 435.279.239.000 464.125.442.000 9,03 506.024.850.600 551.706.774.300 601.512.681.600 655.814.869.400
UMUM
DANA ALOKASI
2.3. 40.913.200.000 40.879.460.000 33.992.090.000 98.403.157.000 193.864.553.150 67,39 324.513.954.300 543.210.744.500 909.291.908.700 1.522.082.882.000
KHUSUS

Sumber : Analisa, 2016

ASPEK PEMBIAYAAN| 9 - 15
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT

9.4.3 Rencana Pembiayaan Program

Berdasarkan kondisi keuangan yang ada di Pemerintah Kota Bima yang masih mengandalkan
Dana Alokasi Khusus (DAK) maka untuk pembangunan prasarana kota Pemerintah Kota Bima
masih sangat mengharapkan bantuan Pemerintah Pusat khususnya untuk sektor air
bersih,drainase dan persampahan.

Dengan adanya program peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) diharapkan lambat laun
pembangunan prasarana kota akan dilaksanakan dengan kekuatan sendiri (APBD dan
Masyarakat) dan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Propinsi hanya bersifat stimulan dan
pelengkap.

9.4.4 Pelaksanaan Pembiayaan RPIJM

Sumber – sumber pembiayaan untuk pembiayan RPI2JM Kota Bima bersumber dari Pemerintah
Pusat, Pemerintah Provinsi dan Swasta .
Nilai dan besarnya biaya untuk masing masing sektor serta sumber pembiayaannya dirumuskan
dalam dokumen Project Memorandum ( Kesepakatan Pelaksanaan Program ).

ASPEK PEMBIAYAAN| 10 - 16
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021
KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT

Tabel 9.9. Rencana Alokasi Pendanaan Program Prasarana Kota Bima

Kuat Potensial Lemah


No. Pembiayaan
APBN Kota Prop. Masy Swasta APBN Kota Prop. Masy Swasta APBN Kota Prop. Masy Swasta

1. Air Minum √ √ √ √ √

2. Drainase √ √ √ √ √ √

3. Sampah √ √ √ √ √

4. Air Limbah √ √ √ √ √

5. Pengembangan
√ √ √ √ √
Permukiman

6. Tata Bangunan
√ √ √ √ √
Lingkungan

Sumber: Analisis 2016

ASPEK PEMBIAYAAN| 10 - 17

Anda mungkin juga menyukai