Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Tasawuf, Tarekat dan Perkembangannya di Indonesia


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah: Akhlak Tasawuf
Dosen Pengampu: Syahmidi, S.Th.I., M.Pd.I

Disusun Oleh:

Nikmah ( 2111130058 )

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKARAYA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
PROGAM STUDI TADRIS FISIKA
TAHUN 2022

1
Kata Pengantar

Puji syukur saya sampaikan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, hidayah, taufiq, serta inayah-

Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan ke hadirat Rasulullah

saw. yang membimbing kita menuju jalan yang diridhoi oleh-Nya. Terima kasih kepada dosen pengampu yaitu

Bapak Syahmidi, S.Th.I., M.Pd.I , selaku pembimbing Mata Kuliah Akhlak/Tasawuf yang telah membimbing

saya dalam menyelesaikan makalah yang berjudul “Tarekat dalam Ilmu Tasawuf” ini. Dalam pembuatan

makalah ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin agar dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita, dan penulis mengharapkan masukan, kritik dan saran dari para

pembaca. Karena penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.

Palangkaraya 11 April 2022

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................4
2
BAB I PENDAHULUAN.........................................................4
A. Latar Belakang...................................................................4
B. Rumusan Masalah..............................................................4
C. Tujuan Masalah..................................................................4
BAB II PEMBAHASAAN.......................................................5
A. Pengertian Tasawuf...........................................................5
B. Pengertian Tarekat.............................................................7
C. Perkembangan Tarekat di Indonesia..................................13
BAB III PENUTUP...................................................................17
A. Kesimpulan.........................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.................................................................20

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Islam adalah agama yang dianut kurang lebih dua ratus juta orang di Asia tenggara, yang berpusat di sebuah

kepulauan muslim yang tersebar mulai dari Thailand Selatan melalui Malaysia dan Indonesia dan sampai bagian

utara Brunai Darussalam dan Filipina Selatan. Ada banyak teori yang ditawarkan mengenai awal datangnya

Islam ke Indonesia. Dan begitu juga tarekat (sufisme) di kepulauan ini dengan sebagian besar perdebatan

terpusat perihal daerah terjadinya islamisasi yang pertama.

Beranjak dari penjelasan tadi penulis persembahkan sebuah makalah (karya tulis) yang berjudul “sejarah

perkembangan tasawuf dan tarekat di Indonesia”. Penulis mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi

pembaca semua, terutama bagi penulis sendiri.. Dengan demikian, tak lupa penulis ucapkan terimakasih, kepada

para pembaca. Semoga Allah memberkahi makalah ini sehingga benar-benar bermanfaat.

RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian Tasawwuf dan Tarekat

2. Unsur-unsur apa saja dari tarekat?

3. Bagaimanakah perkembangan Tarekat di Indonesia?

TUJUAN MASALAH

1. Pengertian dari Tasawuf dan Tarekat.


2. Mengetahui Unsur-unsur dari Tarekat.
3. Mengetahui perkembangan Tarekat di Indonesia.

4
A. Pengertian Tasawuf.

Imam al-Qusyairi dalam al-Risalah-Nya mengutip 50 definisi dari ulama Salafi;

sementara Imam Abu Nu’aim al-Ishbahani dalam “Ensiklopedia Orang-Orang Suci”-nya

Hikayat al-awliya’ mengutip sekitar 141 definisi, antara lain:

“Tasawuf adalah bersungguh-sungguh melakukan suluk yaitu `perjalanan’ menuju malik

al muluk `Raja semua raja’ (Allah `assa wa jalla).”

“Tasawuf adalah mencari wasilah `alat yang menyampaikan’ ke puncak fadhilah

‘keutamaan’.”

Definisi paling panjang yang dikutip Abu Nu’aim berasal dari perkataan Imam al-Junaid

RA. ketika ditanya orang mengenai makna tasawuf:

“Tasawuf adalah sebuah istilah yang menghimpun sepuluh makna:

a. Tidak terikat dengan semua yang ada di dunia sehingga tidak berlomba- lomba

mengejarnya.

b. Selalu bersandar kepada Allah `azza wa jalla,.

c. Gemar melakukan ibadah ketika sehat.

d. Sabar kehilangan dunia (harta).

5
e. Cermat dan berhati-hati membedakan yang hak dan yang batil.

f. Sibuk dengan Allah dan tidak sibuk dengan yang lain.

g. Melazimkan dzikir khafi (dzikir hati).

h. Merealisasikan rasa ikhlas ketika muncul godaan.

i. Tetap yakin ketika muncul keraguan dan

j. Teguh kepada Allah dalam semua keadaan. Jika semua ini berhimpun dalam diri

seseorang, maka ia layak menyandang istilah ini; dan jika tidak, maka ia adalah pendusta.

[Hilayat al-Awliya]

Beberapa fuqaha `ahli fikih’ juga mengemukakan definisi tasawuf dan mengakui

keabsahan tasawuf sebagai ilmu kerohanian Islam. Di antara mereka adalah: Imam

Muhammad ibn Ahmad ibn Jazi al-Kalabi al-Gharnathi (w. 741 H.) dalam kitabnya al

Qawanin al Fiqhiyyah li Ibn Jazi hal. 277 menegaskan:

“Tasawuf masuk dalam jalur fiqih, karena ia pada hakikatnya adalah fiqih batin (rohani),

sebagaimana fiqih itu sendiri adalah hukum-hukum yang berkenaan dengan perilaku

lahir.”

6
Imam `Abd al-Hamid al-Syarwani, dalam kitabnya Hawasyi al-Syarwani VII,

menyatakan: “Ilmu batin (kerohanian), yaitu ilmu yang mengkaji hal ihwal batin

(rohani), yakni yang mengkaji perilaku jiwa yang buruk dan yang baik (terpuji),itulah

ilmu tasawuf.”

Imam Muhammad `Amim al-Ihsan dalam kitabnya Qawa’id al-Fiqih, dengan mengutip

pendapat Imam al-Ghazali, menyatakan:

“Tasawuf terdiri atas dua hal: Bergaul dengan Allah secara benar dan bergaul dengan

manusia secara baik. Setiap orang yang benar bergaul dengan Allah dan baik bergaul

dengan mahluk, maka ia adalah sufi.”

Definisi-definisi tersebut pada dasarnya saling melengkapi satu sama lain, membentuk

satu kesatuan yang tersimpul dalam satu buhul: “Tasawuf adalah perjalanan menuju

Tuhan melalui penyucian jiwa yang dilakukan dengan intensifikasi dzikrullah”.

B. Pengertian Tarekat

7
Istilah tarekat diambil dari bahasa Arab thariqah yang berarti jalan atau metode.

Dalam terminologi sufistik, tarekat adalah jalan atau metode khusus untuk mencapai

tujuan spiritual.[1]

Secara terminologis, menurut Mircea Aliade, kata thariqah digunakan dalam dunia

tasawuf sebagai jalan yang harus ditempuh seorang sufi untuk mendekatkan diri

kepada Allah. Atau, metode psikologis-moral dalam membimbing seseorang untuk

mengenali Tuhannya. Sedangkan J.S. Trimingham menyatakan bahwa tarekat adalah

“a practical method (other terms were madhhab, ri’ayah and suluk) to guide a seeker

by tracing a way of thought, feeling and action, leading a succession of stages

(maqamat, an integral association with psycological experience called ‘states,’ ahwal)

to experience of Divine Reality (haqiqa)” – “metode praktis (bentuk-bentuk lainnya,

mazhab, ri’ayah dan suluk) untuk membimbing murid dengan menggunakan pikiran,

perasaan dan tindakan melalui tingkatan-tingkatan (maqamat, kesatuan yang utuh dari

pengalaman jiwa yang disebut ‘states,’ ahwal) secara beruntun untuk merasakan

hakikat Tuhan.”[2]

Adapun “tarekat” menurut istilah ulama Tasawuf:

8
1. Jalan kepada Allah dengan mengamalkan ilmu Tauhid, Fikih dan Tasawuf.

2. Cara atau kaifiat mengerjakan sesuatu amalan untuk mencapai suatu tujuan.[3]

Berdasarkan beberapa definisi yang tersebut di atas, jelaslah bahwa tarekat adalah

suatu jalan atau cara untuk mendekatkan diri kepada Allah, dengan mengamalkan

ilmu Tauhid, Fikih dan Tasawuf.[4]

Tarekat juga berarti organisasi yang tumbuh seputar metode sufi yang khas. Pada

masa permulaan, setiap guru sufi dikelilingi oleh lingkaran murid mereka dan

beberapa murid ini kelak akan menjadi guru pula. Boleh dikatakan bahwa tarekat itu

menyistematiskan ajaran dan metode-metode tasawuf. Guru tarekat yang sama

mengajarkan metode yang sama, zikir yang sama, muraqabah yang sama. Seorang

pengikut tarekat akan memperoleh kemajuan melalui sederet amalan-amalan

berdasarkan tingkat yang dilalui oleh semua pengikut tarekat yang sama. Dari

pengikut biasa (mansub) menjadi murid selanjutnya pembantu Syaikh (Khalifah-Nya)

dan akhirnya menjadi guru yang mandiri (mursyid).[5]

9
Menurut Syekh Muhammad Amin Al-Kurdiy, tarekat adalah pengalaman syari’at,

melaksanakan beban ibadah (dengan tekun) dan menjauhkan (diri) dari (sikap)

mempermudah (ibadah), yang sebenarnya memang tidak boleh dipermudah.[6]

Namun, dalam perkembangannya pengertian tarekat mengalami perluasan, tarekat

bukan hanya suatu jalan yang dilalui oleh para sufi untuk mendekatkan diri kepada

Allah tetapi tarekat menjadi suatu organisasi yang melembaga di kalangan para

pengikut tarekat tersebut. Tarekat yang sudah menjadi sesuatu yang lembaga dipimpin

oleh seorang syekh yang mengajarkan tentang tata cara melakukan ibadah yang

terdapat dalam tarekat tersebut. Pada intinya tarekat itu lebih terstruktur daripada

tasawuf.

Apabila dihubungkan antara tasawuf dan tarekat, hubungan yang ada di dalamnya

adalah tasawuf merupakan usaha mendekatkan diri kepada Allah SWT dan tarekat

merupakan jalan yang ditempuh seseorang dalam usahanya mendekatkan diri kepada

Allah SWT.

C. Unsur-Unsur Terbentuknya Tarekat.

10
Dalam tarekat, setidaknya ada lima unsur penting yang menjadi dasar

terbentuknya sebuah tarekat. Kelima hal tersebut adalah:

1. Mursyid

Mursyid adalah dianggap telah mencapai tahap mukasyafah, telah terbuka tabir antara

dirinya dan Tuhan. Mursyid atau guru atau master atau pir bertugas menemani dan

membimbing para penempuh jalan spiritual untuk mendekati Allah, seperti yang

terjadi pada diri sang guru. Guru spiritual itu kadang disebut dengan istilah thayr al-

quds (burung suci) atau Khidir. Dalam tarekat, bimbingan guru yang telah mengalami

perjalanan rohani secara pribadi dan mengetahui prosedur-prosedur setiap mikraj

rohani adalah sangat penting.[7]

2. Baiat

Baiat atau talqin adalah janji setia seorang murid kepada gurunya, bahwa

ia akan mengikuti apa pun yang diperintahkan oleh sang guru, tanpa “reserve”.

[8]

11
3. Silsilah

Silsilah tarekat adalah “nisbah”, hubungan guru terdahulu sambung-

menyambung antara satu sama lain sampai kepada Nabi. Hal ini harus ada sebab

bimbingan keruhanian yang diambil dari guru-guru itu harus benar-benar berasal

dari Nabi. Kalau tidak demikian halnya berarti tarekat itu terputus dan palsu,

bukan warisan dari Nabi.[9]

4. Murid

Murid atau kadang disebut salik adalah orang yang sedang mencari

bimbingan perjalanannya menuju Allah. Dalam pandangan pengikut tarekat,

seorang yang melakukan perjalanan rohani menuju Tuhan tanpa bimbingan guru

yang berpengalaman melewati berbagai tahap (maqamat) dan mampu mengatasi

keadaan jiwa (hal) dalam perjalanan spiritualnya, maka orang tersebut mudah

tersesat.[10]

5. Ajaran

Ajaran adalah praktik-praktik dan ilmu-ilmu tertentu yang diajarkan dalam

sebuah tarekat. Biasanya, masing-masing tarekat memiliki kekhasan ajaran dan

12
metode khusus dalam mendekati Tuhan. Guru-guru tarekat yang sama mengajarkan

metode yang sama kepada murid-muridnya.[11]

D. Sejarah dan Perkembangan Tarekat di Indonesia

Pada abad ke-5 Hijriyah atau 13 Masehi barulah muncul tarekat sebagai

kelanjutan kegiatan kaum sufi sebelumnya. Hal ini ditandai dengan setiap silsilah

tarekat selalu dihubungkan dengan nama pendiri atau tokoh-tokoh sufi yang lahir pada

abad itu. Setiap tarekat mempunyai syaikh, kaifiyah zikir dan upacara ritual masing-

masing. Biasanya syaikh atau mursyid mengajar murid-muridnya di asrama latihan

rohani yang dinamakan suluk atau ribath.[14]

Pada perkembangannya, kata tarekat mengalami pergeseran makna. Jika pada

awalnya tarekat berarti jalan yang ditempuh oleh seorang sufi dalam mendekatkan diri

kepada Allah maka pada tahap selanjutnya istilah tarekat digunakan untuk menunjuk

pada suatu metode psikologi yang dilakukan oleh guru tasawuf (mursyid) kepada

muridnya untuk mengenal Tuhan secara mendalam. Dari sinilah terbentuk suatu

13
tarekat, dalam pengertian “jalan menuju tuhan di bawah bimbingan seorang guru”.

Setelah suatu tarekat memiliki anggota yang cukup banyak maka tarekat tersebut

kemudian dilembagakan dan menjadi sebuah organisasi tarekat. Pada tahap ini, tarekat

dimaknai sebagai “organisasi sejumlah orang yang berusaha mengikuti kehidupan

tasawuf”.

Dengan demikian, di dunia islam dikenal beberapa tarekat besar, seperti Tarekat

Qadiriyah, Naqsabandiyah, Syathariyah, Sammaniyah, Khalwatiyah, Tijaniyah,

Idrisiyah, dan Rifaiyah.[15]

Dilihat dari ajaran ortodoks Islam, ada tarekat yang dipandang sah (mu’tabarah)

dan ada pula tarekat yang dianggap tidak sah (ghair mu’tabarah). Penjelasan dari

keduanya yaitu: “Suatu tarekat dianggap sah (mu’tabarah) jika memiliki mata rantai

(silsilah) yang mutawatir sehingga amalan dalam tarekat tersebut dapat

dipertanggungjawabkan secara syari’at. Sebaliknya, jika suatu tarekat tidak memiliki

mata rantai (silsilah) yang mutawatir sehingga ajaran tarekat tersebut tidak dapat

dipertanggungjawabkan secara syari’at maka ia dianggap tidak memiliki dasar

14
keabsahan dan oleh karenanya disebut tarekat yang tidak sah (ghair al-

mu’tabarah).”[16]

Kehadiran tasawuf berikut lembaga-lembaga tarekatnya di Indonesia, sama

tuanya dengan kehadiran Islam itu sendiri sebagai agama yang masuk di kawasan ini.

Namun, tampaknya, dari sekian banyak tarekat yang ada di seluruh dunia, hanya ada

beberapa tarekat yang bisa masuk dan berkembang di Indonesia. Hal itu

dimungkinkan di antaranya karena faktor kemudahan sistem komunikasi dalam

kegiatan transmisinya. Tarekat yang masuk ke Indonesia adalah tarekat yang populer

di Makkah dan Madinah, dua kota yang saat itu menjadi pusat kegiatan dunia Islam.

Faktor lain adalah karena tarekat-tarekat itu dibawa langsung oleh tokoh-tokoh

pengembangnya yang umumnya berasal dari Persia dan India. Kedua negara ini

dikenal memiliki hubungan yang khas dengan komunitas Muslim pertama di

Indonesia.

Adapun murid-murid yang mengajarkan tarekat setelah berguru di mekkah

mereka adalah:

1. Fansuri, adalah syaikh tarekat Qadiriyah.

15
2. Al-Raniri adalah syaikh tarekat Riffaiyah.

3. Abdul Al-Rouf Sinkel adalah syaikh tarekat Syattariyah

4. Al-Palimbani adalah syaikh tarekat Sammaniyah.

Bahkan yang disebut terakhir mengarang buku khusus yang menjelaskan kaidah

dan syarat-syarat untuk menjadi pengikut Sammaniyah. Mereka merupakan syaikh

yang memperkenalkan tarekat-tarekat tersebut di Indonesia.[17]

Di antara tarekat-tarekat yang umumnya memperoleh simpati dan banyak

pendukungnya di Indonesia adalah tarekat Khalwatiyah, Syatariyah, Qadiriyah, dan

‘Alawiyah. Khalwatiyah kebanyakan pengikutnya berasal dari Sulawesi Selatan,

tarekat Syatariyah kebanyakan muridnya dari Sumatera Selatan, kemudian tarekat

Qadiriyah banyak tersebar di berbagai wilayah Indonesia, sementara itu tarekat

‘Alawiyah tersebar di Indonesia melalui keturunan ‘Alawiyyin dan murid-muridnya.

Di samping itu, terdapat pula tarekat Naqsabandiyah yang merupakan tarekat

terbesar di Indonesia, Syadziliyah, Rifa’iyah, Idrisiyah, Sanusiyah, Tijaniyah, dan

Aidrusiyah.

16
Petunjuk tentang penyebaran dan diterimanya tarekat-tarekat ini oleh

masyarakat Indonesia adalah bahwa kebanyakan ulama yang kembali dari Hijaz

menganut tarekat tersebut dan berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Oleh

sebab itu, bentuk tarekat di Indonesia, seperti halnya di negeri muslim, tidak lain

merupakan kesinambungan dari tasawuf suni Al-Ghazali.

Selanjutnya, ada pula tarekat-tarekat yang bersifat lokal dalam arti tidak berafeliasi

kepada salah satu tarekat populer di negeri lain, seperti tarekat Wahiddiyah dan Shiddiqiyah

di Jawa Timur, tarekat Syahadatain di Jawa Tengah, dan sebagainya.

BAB III

PENUTUP

a. kesimpulan

Tasawuf adalah perjalanan menuju Tuhan melalui penyucian jiwa yang

dilakukan dengan intensifikasi dzikrullah”.

Istilah tarekat diambil dari bahasa Arab thariqah yang berarti jalan atau

metode. Sedangkan pengertian tarekat secara istilah adalah suatu jalan atau cara

17
untuk mendekatkan diri kepada Allah, dengan mengamalkan ilmu Tauhid, Fikih

dan Tasawuf. Ia bisa juga berarti sebuah pengorganisasian dari tasawuf.

Unsur-unsur terpenting dalam tarekat ada lima: 1. Mursyid (guru), 2. Baiat

(janji setia), 3. Silsilah (hubungan antar guru), 4. Murid, dan 5. Ajaran.

Pada awalnya, tarekat itu merupakan bentuk praktik ibadah yang diajarkan

secara khusus kepada orang tertentu. Misalnya, Rasulullah mengajarkan wirid atau

zikir yang perlu diamalkan oleh Ali bin Abi Thalib. Kemudian kemunculan tarekat

sendiri diawali dengan pengklasifikasian antara syariat, tahriqat, haqiqat, dan

makrifat oleh para sufi. Barulah pada abad ke-5 Hijriyah atau 13 Masehi muncul

tarekat sebagai kelanjutan dari pemikiran kaum sufi tersebut. Sedangkan kehadiran

tarekat di Indonesia sama tuanya dengan kehadiran Islam. Namun hanya ada

beberapa tarekat yang bisa masuk dan berkembang di Indonesia. Dalam

perkembangannya, tarekat-tarekat terpecah menjadi banyak sesuai guru dan

keadaan lingkungan masing-masing. Ada 41 macam tarekat-tarekat yang dianggap

sah, adapun yang berkembang di Indonesia antara lain:

1. Tarekat Qadiriyah.

18
2. Tarekat Syadziliyah.

3. Tarekat Naqsyabandiyah.

4. Tarekat Khalwatiyah.

5. Tarekat Syattariyah.

6. Tarekat Sammaniyah.

7. Tarekat Tijaniyah.

[1]. Ajid Thohir, Gerakan Politik Kaum Tarekat: Telaah Historis Gerakan Politik Antikolonialisme Tarekat
Qadiriyah-Naqsabandiyah di Pulau Jawa, hlm. 47.
[2]. Ibid, hlm. 48.
[3]. H.A. Fuad Said, Hakikat Tarekat Naqsyabandiyah, hlm. 6.
[4]. Ibid.
[5]. Sri Mulyati, dkk, Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia, hlm. 8.
[6]. Dalam bukunya Mustafa (2010: 280)
[7]. Ahmad Najib Burhani, Tarekat tanpa Tarekat, hlm. 36.
[8]. Ibid, hal 37.
[9]. Sri Mulyati, dkk, Op.Cit., hlm. 9-10.
[10]. Ahmad Najib Burhani, Op.Cit., hlm. 37.
[11]. Ibid.
[12]. Ahmad Najib Burhani, Op.Cit., hlm. 101.
[13]. Sri Mulyati, dkk, Op.Cit., hlm. 6.
[14]. Ibid, hlm. 6-7.
[15]. Menurut Huda (2008: 63)
[16]. Ibid.
[17]. Menurut Shihab (2009: 186)

19
Daftar Pustaka

Abuddin Nata. 2008. akhlak tasawuf. PT.raja grafindo persada. Jakarta


Anwar, Rosihan dan M. Solihin. 2008. Ilmu Tasawuf. Bandung: CV. Pustaka Setia
Atjeh, Aboebakar, 1985. Pengantar Ilmu Tarekat (Uraian Tentang Mistik). Solo: Ramadhani.
Huda, Sokhi. 2008. Tasawuf Kultural Fenomena Shalawat Wahidiyah. Yogyakarta: LKis
Yogyakarta.
Mulyati, Sri, dkk, 2005. Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di
Indonesia. Jakarta: Kencana.
Said, H.A. Fuad, 2005. Hakikat Tarikat Naqsyabandiyah. Jakarta: Pustaka Al Husna Baru.
Thohir, Ajid, 2002. Gerakan Politik Kaum Tarekat: Telaah Historis Gerakan Politik
Antikolonialisme Tarekat Qodiriyah-Naqsabandiyah di Pulau Jawa. Bandung: Pustaka
Hidayah.

20

Anda mungkin juga menyukai