Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PKN

Bhinneka Tunggal Ika Sebagai Salah Satu Pilar Tegaknya NKRI


Dosen pengampu: Drs. Syamsul Alam, M.Si.

Nama : Sri Evi


Nim. : C1C121005

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami panjatkan puja
dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kewarganegaraan tentang Bhinneka Tunggal Ika
Sebagai Salah Satu Pilar Tegaknya NKRI.

Makalah kewarganegaraan ini kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Makalah ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi pembacanya dan diharapkan mampu
menambah wawasan dan pengetahuan dari pembacanya. Dan semoga makalah ini dapat dimanfaatkan
sebaik mungkin. Kami mohon maaf apabila dalam makalah ini masih terdapat kesalahan dalam
penulisan, ataupun isi. Oleh karena itu kami menerima kritik dan saran yang membangun demi
mencapai kesempurnaan dalam penulisan makalah ini.

Makassar,02 Januari 2022


DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR ......................................................................................................................................
DAFTAR
ISI ..............................................................................................................................................
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................
........
Latar
Belakang ..............................................................................................................................................
Rumusan
Masalah ........................................................................................................................................
Tujuan .......................................................................................................................................................
.....
BAB II
PEMBAHASAN ...................................................................................................................................
Pengertian Bhinneka Tunggal
Ika ...............................................................................................................
Bhinneka Tunggal Ika sebagai Semboyan
Negara ....................................................................................
Bhinneka Tunggal Ika dalam Konteks
Indonesia .......................................................................................
Bhinneka Tunggal Ika sebagai salah satu Pilar Tegaknya
NKRI ..............................................................
BAB III
PENUTUP ..........................................................................................................................................
Kesimpulan ...............................................................................................................................................
....
Saran ..........................................................................................................................................................
...
DAFTAR
PUSTAKA .......................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara yaitu Pancasila, UUD 1945,
NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Empat pilar tersebut harus diperkokoh untuk membangun bangsa
dalam tatangan kehidupan bernegara, berbangsa dan bermasyarakat. Jika diibaratkan pilar merupakan
tiang penyangga suatu bangunan agar bisa berdiri secara kokoh. Bila tiang ini rapuh maka bangunan
akan mudah roboh. Empat tiang penyangga ditengah ini disebut soko guru yang kualitasnya terjamin
sehingga pilar ini akan memberikan rasa aman tenteram. Dengan demikian pilar pada Pancasila, UUD
1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika merupakan tiang penyangga bagi berdirinya negara
Indonesia.

Bhinneka Tunggal Ika adalah motto atau semboyan Indonesia. Frasa ini berasal dari bahasa Jawa
Kuna dan seringkali diterjemahkan dengan kalimat “Berbeda-beda tetapi tetap satu” yang berarti
walapun bangsa Indonesia mempunyai latar belakang yang berbeda baik dari suku, agama, dan bangsa
tetapi adalah bangsa Indonesia (Ferdiansyah dan Irton, 2011: 43).

Keempat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara semestinya harus dijaga, dipahami, dihayati dan
dilaksanakan dalam pranata kehidupan sehari-hari, dimana Pancasila yang menjadi sumber nilai
menjadi idealogi, UUD 45 sebagai aturan yang semestinya ditaati, dan NKRI adalah harga mati, serta
Bhinike Tunggal Ika adalah perekat semua rakyat. Maka dalam bingkai 4 pilar tersebut maka tujuan
yang dicita-citakan bangsa ini akan terwujud.

1.2 Rumusan Masalah

1. Mengapa Bhinneka Tunggal Ika menjadi salah satu pilar tegaknya NKRI
2. Bagaimana Implementasi Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui Bhinneka Tunggal Ika menjadi salah satu pilar tegaknya NKRI
2. Untuk menegtahui Implementasi Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bhinneka Tunggal Ika

Istilah “Bhinneka Tunggal Ika” diambil dari kitab Sutasoma karya Mpu Tantular semasa kerajaan
Mojopahit sekitar abad 14. Istilah tersebut tercantum dalam bait 5 pupuh 139. Bait ini secara lengkap
seperti di bawah ini: Rwāneka dhātu winuwus Buddha Wiswa. Bhinnêki rakwa ring apan kena
parwanosen. Mangkang Jinatwa kalawan Śiwatatwa tunggal. Bhinnêka Tunggal Ika Tan Hana
Dharma Mangrwa. Terjemahan: Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda. Mereka
memang berbeda, tetapi bagaimanakah bisa dikenali? Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa
adalah tunggal. Bhinneka Tunggal Ika berasal dari bahasa Jawa kuno, yang mana kata bhinneka
merupakan gabungan dua kata: bhinna dan ika, sedangkan tunggal ika merupakan gabungan dua kata
tunggal dan ika. Bhina diartikan berbeda-beda dan ika diartikan itu sedangkan tunggal diartikan satu.
Berdasarkan arti kata tersebut Bhinneka Tunggal Ika berarti “berbeda-beda itu satu itu” yang sering
kita artikan berbeda tetapi tetap satu jua. Bhinneka Tunggal Ika dijadikan sebagai semboyan untuk
menyatukan seluruh aspek yang terkait dengan kehidupan bangsa Indonesia, yang mana diantara
pusparagam bangsa Indonesia adalah satu kesatuan dan tentu saja tidak hanya berkait dengan
semangat toleransi kehidupan antar umat beragama. Bhinneka Tunggal Ika sangat tepat bagi bangsa
Indonesia yang sangat beragam. Tentang pentingnya pemahaman kebera-gaman berbagai aspek
kehidupan bangsa Indonesia ini, Bung Karno dalam pidatonya antara lain mengingatkan bahwa aspek
kehidupan yang menjadi ciri bangsa Indonesia adalah sebagai berikut: “……ingat kita ini bukan dari
satu adat istiadat, ingat, kita ini bukan dari satu agama. Bhinneka Tunggal Ika, berbeda tapi satu,
demikian tertulis di lambang negara kita, dan tekanan kataku sekarang ini kuletakkan kepada kata
bhinna, yaitu berbeda-beda. Ingat kita ini bhinna, kita ini berbedabeda…..”. Prinsip Indonesia sebagai
negara “Bhinneka Tunggal Ika” mencerminkan bahwa meskipun bangsa Indonesia dalam realitanya
memiliki sifat yang sangat hiterogen, baik dari aspek suku bangsa, etnik, kebudayaan, adat istiadat,
bahasa serta agama yang dipeluk oleh masyarakat dan hidup dalam negara yang terdiri dari beribu-
ribu pulau, tetapi tetap terintegrasi dalam kemanunggalan, kesatuan. Indonesia merupakan Negara
Kesatuan yang pada tanggal 28 Oktober 1928 jauh sebelum Indonesia merdeka, pemudanya telah
bersumpah menyatakan satu nusa, satu bangsa dan menjunjung satu bahasa persatuan, Indonesia.
Lambang Negara tersebut dimuat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 1951 yang ditetapkan
tanggal 17 Oktober 1951 dan diundangkan pada tanggal 28 Nopember 1951 (Lembaran Negara II
Tahun 1951). 4

Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 1951 mulai berlaku pada tanggal 17 Agustus 1950. Peraturan
Pemerintah ini dikukuhkan dengan Pasal 36A UUD 1945 perubahan yang menyatakan: “Lambang
Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika”. Kemudian Peraturan
Pemerintah Nomor 66 Tahun 1951 diganti dengan UU RI No. 24 Tahun 2009 tentang Bendera,
Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan yang diundangkan tanggal 9 Juli 2009
(Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 109). Dalam Pasal 72 Undang-Undang RI Nomor 24
Tahun 2009 tersebut dinyatakan pada saat undang-undang ini berlaku, semua peraturan perundang-
undangan yang mengatur bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan masih tetap
berlaku sepanjang tidak bertentangan dan/atau belum diganti dengan peraturan baru berdasarkan
undang-undang ini. Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia berbentuk Garuda Pancasila,
kepalanya menoleh lurus ke sebelah kanan, perisai berupa jantung yang digantung dengan rantai pada
leher Garuda, dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda.
Garuda Pancasila memiliki paruh, sayap, ekor, dan cakar yang mewujudkan lambang tenaga
pembangunan. Garuda Pancasila memiliki sayap yang masingmasing berbulu 17, ekor berbulu 8,
pangkal ekor berbulu 19, dan leher berbulu 45. Di tengah-tengah perisai terdapat sebuah garis hitam
tebal yang melukiskan katulistiwa.

Pada perisai terdapat lima buah ruang yang mewujudkan dasar Pancasila sebagai berikut:
dasar Ketuhanan Yang Maha Esa dilambangkan dengan cahaya di bagian tengah perisai berbentuk
bintang yang bersudut lima;
dasar Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dilambangkan dengan tali rantai bermata bulatan dan
persegi di bagian kiri bawah perisai;
dasar Persatuan Indonesia dilambangkan dengan pohon beringin di bagian kiri atas perisai;
dasar Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan
dilambangkan dengan kepala banteng di bagian kanan atas perisai; dan
dasar Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia dilambangkan dengan kapas dan padi di bagian
kanan bawah perisai.
Para pendiri NKRI sejak awal menyadari bahwa keberadaan masyarakat yang berbhinneka adalah
merupakan realita yang harus diakui, diterima dan dihormati oleh bangsa Indonesia. Para pendiri
negarapun sadar, bahwa apabila bangsa Indonesia mampu mengelola dengan baik kebhinnekaan
bangsa Indonesia, maka bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang besar dan dapat segera mencapai
cita-cita Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945 seperti yang dituangkan dalam
Pembukaan UUD 1945. Namun apabila bangsa Indonesia tidak mampu mengelola kebhinnekaan
tersebut, maka akan terjadi gejolak yang berkepanjangan dan berakibat munculnya berbagai masalah,
keterpurukan, penderitaan dan perpecahan, yang pada gilirannya dapat menghancurkan NKRI yang
berdasarkan Pancasila.

2.2 Bhinneka Tunggal Ika sebagai Semboyan Negara Dalam proses perumusan konstitusi Indonesia,

jasa Muh.Yamin harus dicatat sebagai tokoh yang pertama kali mengusulkan kepada Bung Karno agar
Bhinneka Tunggal Ika dijadikan semboyan sesanti negara. Muh. Yamin sebagai tokoh kebudayaan
dan bahasa memang dikenal sudah lama bersentuhan dengan segala hal yang berkenaan
dengankebesaran Majapahit x Konon, disela-sela Sidang BPUPKI antara Mei-Juni 1945, Muh. Yamin
menyebut-nyebut ungkapan Bhinneka Tunggal Ika itusendirian. Namun I Gusti Bagus Sugriwa
(temannya dari Buleleng) yang duduk di sampingnya sontak menyambut sambungan ungkapan itu
dengan “tan hana dharma mangrwa.” Sambungan spontan ini di samping menyenangkanYamin,
sekaligus menunjukkanbahwa di Bali ungkapan Bhinneka Tunggal Ika itu masih hidup dan dipelajari
orang(Prabaswara, I Made, 2003). Meksipun Kitab Sutasoma ditulisoleh seorang sastrawan Buddha,
pengaruhnya cukup besar dilingkungan masyarakat intelektual Hindu Bali.

Para pendiri bangsa Indonesia yang sebagian besar beragama Islam tampaknya cukup toleran untuk
menerimawarisan Mpu Tantular tersebut. Sikap toleran ini merupakanwatak dasar suku-suku bangsa
di Indonesia yang telahmengenal beragam agama, berlapis-lapis kepercayaan dantradisi, jauh sebelum
Islam datang ke Nusantara. Sekalipundengan runtuhnya Kerajaan Majapahit abad XV,
pengaruhHindu-Budha secara politik sudah sangat melemah, secarakultural pengaruh tersebut tetap
lestari sampai hari ini(Ma’arif A. Syafii, 2011).

2.3 Bhinneka Tunggal Ika dalam Konteks Indonesia Dalam mengelola kemajemukan masyarakat

Indonesia memiliki pengalaman sejarah yang cukup panjang bila dibandingkan dengan bangsa-bangsa
lain. Negara Barat relatif masih baru mewacanakan hal ini, sebelum dikenal apa yang disebut dengan
multikulturalisme di Barat, jauh berabad-abad yang lalu bangsa Indonesia sudah memiliki
falsafah“Bhinneka Tunggal Ika”. Sejarah juga membuktikan bahwa semakin banyak suatu bangsa
menerima warisan kemajemukan, maka semakin toleran bangsa tersebut terhadap kehadiran “yang
lain”.

Sebagai contoh, negara-negara Islam di wilayah Asiadan Timur Tengah, seperti Mesir, Palestina, dan
Lebanonyang sejak awal menerima warisan kemajemukan masyarakatnya yang lebih heterogen, jauh
lebih toleran dan ramah sikap keagamaannya 6

bila dibandingkan dengan ArabSaudi, Yaman, dan Pakistan yang masyarakatnya sangathomogen
dalam bidang agama (Noorsena, Bambang, 2011). Negara Indonesia yang terbentang dari Sabang
sampai Merauke dan dari Miangas sampai pulau Rote tampak berjajar pulaupulau dengan komposisi
dan kontruksi yang beragam. Di pulau-pulau tersebut berdiam penduduk dengan ragam suku bangsa,
bahasa, budaya, agama, adat istiadat, dan keberagaman lainnya ditinjau dari berbagai aspek. Secara
keseluruhan, pulau-pulau di Indonesia berjumlah 17.508 buah pulau besar dan kecil.Di balik
keindahan pulau-pulau yang dihiasi oleh flora dan fauna yang beraneka ragam, Indonesia juga
memiliki kebhinnekaan dalam suku yang berjumlah lebih dari 1.128 (seribu seratus dua puluh
delapan) suku bangsa dan lebih dari 700 bahasa daerah. Namun keberagaman suku bangsa dan bahasa
tersebut, dapat disatukan dalam satu bangsa, bangsa Indonesia dan satu bahasa persatuan, bahasa
Indonesia. Merupakan suatu kebanggaan bagi bangsa Indonesia memiliki bahasa persatuan, karena
bila melihat negara-negara lain adayang tidak berhasil merumuskan bahasa nasional yang berasaldari
bahasa aslinya sendiri, selain mengambil dari bahasanegara penjajahnya. Keberagaman yang menjadi
ciri bangsa Indonesia ditambah dengan letak posisi geografis yang sangat strategis. Kepulauan
Indonesia berada di antara dua benua yaitu benua Asia dan benua Australia, diapit dua samudera yaitu
samudera Pasifik dan samudera Hindia, dan terletak ditengah garis khatulistiwa, sehingga pergantian
siang dan malam berjalan sesuai dengan siklus yang seimbang.Budaya luhur bangsa Indonesia tidak
terlepas dari kebudayaan yang tumbuh dan berkembang yang menjadi warisan dari jaman kerajaan
Nusantara seperti Sriwijaya, Majapahit, Mataram Islam dan kerajaan-kerajaan lain yang juga
melahirkan budaya tradisional yang telah berurat dan berakar sampai saat ini. Hal ini juga didukung
antara lain dengan ditemukannya prasasti-prasasti bersejarah yang menggambarkan dinamika
kehidupan bangsa Indonesia. Sejak Indonesia merdeka, para pendiri bangsa dengan dukungan penuh
seluruh rakyat Indonesia bersepakat mencantumkan kalimat Bhinneka Tunggal Ika pada lambang
negara Garuda Pancasila yang ditulis dengan huruf latin pada pita putih yang dicengkeram burung
garuda. Semboyan tersebut berasal dari bahasa Jawa Kuno yang berarti “berbedabeda tetapi tetap satu
jua”. Kalimat itu sendiri diambil dari falsafah Nusantara yang sejak jaman Kerajaan Majapahit sudah
dipakai sebagai semboyan pemersatu wilayah Nusantara. Dengan demikian, kesadaran akan hidup
bersama di dalam keberagaman sudah tumbuh dan menjadi jiwa serta semangat anak-anak bangsa,
jauh sebelum zaman moderen. Realitas kehidupan berbangsa dan bernegara tidak terlepas dari sejarah
masa lalu. Realita yang terjadi saat ini merupakan kelanjutan dari sejarah masa lalu dan yang akan
datang.

2.4 Bhinneka Tunggal Ika sebagai salah satu Pilar Tegaknya NKRI

Pilar Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika sudah terkandung dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945, tetapi dipandang perlu untuk
dieksplisitkan sebagai pilar-pilar tersendiri sebagai upaya preventif mengingat besarnya potensi
ancaman dan gangguan terh adap Negara KesatuanRepublik Indonesia dan wawasan kebangsaan.
Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan negara sebagai modal untuk bersatu. Kemajemukan bangsa
merupakan kekayaan kita, kekuatan kita, yang sekaligus juga menjadi tantangan bagi kita bangsa
Indonesia, baik kini maupun yang akan datang. Oleh karena itu kemajemukan itu harus kita hargai,
kita junjung tinggi,kita terima dan kita hormati serta kita wujudkan dalam semboyan Bhinneka
Tunggal Ika. Empat pilar dari konsepsi kenegaraan Indonesia tersebut. merupakan prasyarat minimal,
di samping pilar-pilar lain, bagi bangsa ini untuk bisa berdiri kukuh dan meraih kemajuan
berlandaskan karakter kepribadian bangsa Indonesia sendiri. Setiap penyelenggara negara dan
segenap warga negara Indonesia harus memiliki keyakinan, bahwa itulah prinsip-prinsip moral
keindonesian yang memandu tercapainya perikehidupan bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil
dan makmur. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan bentuknegara yang dipilih sebagai
komitmen bersama. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah pilihan yang tepat untuk mewadahi
kemajemukan bangsa. Oleh karena itu komitmen kebangsaan akan keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia menjadi suatu “keniscayaan” yang harus dipahami oleh seluruh komponen
bangsa. Dalam Pasal 37 ayat (5) sec ara tegas menyatakan bahwa khusus mengenai bentuk Negara
Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan perubahan karena merupakan landasan hukum
yang kuat bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat diganggu gugat.
Pada saat ini bangsa Indonesia sedang menghadapi berbagai masalah yang telah menyebabkan
terjadinya krisis yang sangatluas. Nilai-nilai agama dan nilai-nilai budaya bangsa belum sepenuhnya
dijadikan sumber etika dalam berbangsa dan bernegara oleh sebagian masyarakat. Hal itu kemudian
melahirkan krisis akhlak dan moral yang berupa ketidakadilan, pelanggaran hukum, dan pelanggaran
hak asasi manusia. Dalam kerangka itu, diperlukan upaya mewujudkan nilai-nilai agama dan nilai-
nilai budaya bangsa sebagai sumber etika dan moral untuk berbuat baik dan menghindari perbuatan
tercela, serta perbuatan yang bertentangan dengan hukum dan hak asasi manusia. Nilai-nilai agama
dan nilai-nilai budaya bangsa selalu berpihak kepadakebenaran dan menganjurkan untuk memberi
maaf kepada orangyang telah bertobat dari kesalahannya. Konflik sosial budaya terjadi karena
kemajemukan suku, budaya, dan agama tidak teratasi dengan baik dan adil oleh penyelenggara negara
maupun masyarakat. Dalam kerangka itu, diperlukan penyelenggaraan negara yang mampu
memahami dan mengelola kemajemukan bangsa secara baik dan adil sehingga dapat terwujud
toleransi, kerukunan sosial, kebersamaan, dan kesetaraan berbangsa. Globalisasi dalam kehidupan
politik, ekonomi, sosial, dan budaya dapat memberikan keuntungan bagi bangsa Indonesia, tetapi jika
tidak diwaspadai, dapat memberi dampak negatif terhadap kehidupan berbangsa. Dalam kerangka itu,
diperlukan adanya sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas dan mampu bekerja sama serta
berdaya saing untuk memperoleh manfaat positif dari globalisasi dengan tetap berwawasan pada
persatuan dan kesatuan nasional. Saat ini, semangat Bhinneka Tunggal Ika terasa luntur, banyak
generasi muda yang tidak mengenal semboyan ini, bahkan banyak kalangan melu pakan kata-kata ini,
sehingga ikrar yang ditanamkan jauh sebelum Indonesia merdeka memudar, seperti pelita kehabisan
minyak. Selain karena lunturnya semangat tersebut, adanya disparitas sosial ekonomi sebagai dampak
dari pengaruh demokrasi. Akibat dari keadaan ini dikhawatirkan akan menimbulkan fanatisme asal
daerah. Dengan kembali menggelorakan semangat kebhinneka-an, perbedaan dipandang sebagai suatu
kekuatan yang bisa mempersatukan bangsa dan negara dalam upaya mewujudkan cita-cita negara.
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika menunjukan bahwa bangsa Indonesia sangat heterogen, dan
karenanya toleransi menjadi kebutuhan mutlak.

Di era modern ini, di ruang-ruang publik yang manakah homogenitas absolut dapat kita temukan?
Tidak ada. Sebab, heterogenitas sudah merupakan keniscayaan hidup modern. Karena itulah, tak bisa
tidak, kita harus belajar menerima dan menghargai berbagai perbedaan.Dewasa ini banyak faktor
yang menyebabkan toleransikian memudar dari kehidupan masyarakat. Di era globalisasiini, banyak
kecenderungan antar individu bersikap salingcuriga yang apabila hal ini dibiarkan akan memecah
persatuandan kesatuan bangsa.Itulah artinya toleransi, yang berasal dari kata “tollere”(bahasa Latin)
yang berarti mengangkat, sikap yang memperlihatkan kesediaan tulus untuk mengangkat, memikul,
menopang bersama perbedaan yang ada. Dengan demikian,toleransi meniscayakan sikap menghargai
harus aktif dan dimulai dari diri sendiri. Jadi, dengan toleransi bukan orang lain yang terlebih dulu
harus menghargai kita, melainkan kita sendirilah yang harus memulai untuk menghargai orang lain.
Akan tetapi tidak berhenti di situ saja, sebab toleransi akan menjadi bermakna jika ia diikuti juga oleh
pihak lain,sehingga sifatnya menjadi dua arah dan timbal-balik.
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pilar adalah sebuah tiang penyangga untuk bangunan. Sama dengan halnya bangunan sebuah Negara
wajib memiliki pilar yang kokoh supaya Negara tersebut tidak mudah roboh atau hancur dan
tergoyahkan dengan mudah. Setiap Negara pasti mempunyai pilar dan setiap Negara tersebut pasti
pilarnya berbeda satu dengan yang lainnya. Contohnya adalah Negara Indonesia, Indonesia memiliki
empat pilar yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI. Pilar ini bertujuan supaya
Negara Indonesia tidak mudah pecah dan runtuh saat menghadapi sebuah masalah. Latar Belakang
munculnya ke empat pilar tersebut dikarenakan bangsa Indonesia sudah luntur jiwa kebangsaan atas
cinta tanah air-nya sendiri. Mulai dari yang muda hingga yang tua, dan juga setiap tahun kondisi anak
bangsa, para penerus bangsa semakin terpuruk. Jiwa rasa nasionalisme dan rasa cinta terhadap tanah
air terkikis. Oleh karena itu, bapak kebangsaan kita sangat cemas melihat kondisi bangsa Indonesia
dan pak taufiq kiemas berharap dengan pilarpilar ini bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang
maju dan tidak mudah untuk tergoyangkan. Pilar yang ketiga adalah Bhineka Tunggal Ika. Bhineka
Tunggal Ika mempunyai arti yang sangat penting yaitu berbeda-beda tetapi tetap satu. Yaapp Bhineka
Tunggal Ika mempersatu berbagai keanekaragaman suku, budaya, agam, golongan dan ras. Sekarang
ini Indonesia sudah memasuki era globalisasi, berbagai budaya dan suku di Indoneisa tergeser oleh
budaya barat yang masuk ke Indonesia. Oleh karena itu di sini lah Bhineka Tunggal Ika memiliki
peran yang sangat penting untuk mempersatu dan memperkokoh bangsa Indonesia. Bhineka Tunggal
Ika dapat mempersatu perbedaan dan juga dapat memperkokoh bangsa Indonesia melalui prinsip-
prinsipnya.

3.2 Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan
details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang
tentunya dapat di pertanggung jawabkan. Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam
penyusunan makalah ini tetapi kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki.
Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan untuk perbaikan ke depannya.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.uny.ac.id/23973/10/10.%20BAB%201.pdf
https://www.academia.edu/37948606/MAKALAH_BHINEKA_TUNGGAL_IKA
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/mk/2013/100%20PUU-XI-2013.pdf
https://www.kompasiana.com/dimaseka/5528e225f17e61d0178b45ca/empat-pilar-yangsangat-
penting-untuk-indonesia Asshiddiqie. Jimly, 2002, Konsolidasi Naskah UUD 1945 Setelah Perubahan
Ke empat, Pusat Studi Hukum Tata Negara, Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia
Asshiddiqie Yudo Husodo, Siswono, 2005, Upaya Meningkatkan Jati Diri Bangsa Dalam
Menghadapi Dinamika Global: dalam Memelihara dan Menjaga Kemajemukan Dalam NKRI.

Anda mungkin juga menyukai