Anda di halaman 1dari 21

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL

BADAN GEOLOGI
PUSAT VULKANOLOGI DAN MITIGASI BENCANA GEOLOGI

GERAKAN TANAH DIPICU GEMPA BUMI 28 SEPTEMBER 2018


DI PALU, SIGI, DONGGALA, SULAWESI TENGAH
Imam Santosa
 PENDAHULUAN
 PERMASALAHAN MITIGASI GERAKAN TANAH
 FAKTOR PENGONTROL DAN PEMICU GERAKAN
TANAH
 GERAKAN TANAH DI PASIGALA
 TANTANGAN MITIGASI BENCANA GERAKAN TANAH
DI INDONESIA
 PEMBELAJARAN-KESIMPULAN
1. PENDAHULUAN

PASIGALA; RAWAN GEMPA BUMI, KELERENGAN


TERJAL, BANYAK MATERIAL LONGSOR DI HULU,
BANYAK LOKASI KIPAS ALUVIAL  SELAIN
POTENSI GEMPABUMI, TSUNAMI DAN LIKUIFAKSI
JUGA BERPOTENSI LONGSOR, DEBRIS FLOW/
ALIRAN BAHAN ROMBAKAN/BANJIR BANDANG
2. Permasalahan Mitigasi Gerakan Tanah di Indonesia
1. Banyaknya masyarakat yang tinggal didaerah rawan longsor (+ 40 juta orang), dan alih
fungsi lahan di Kawasan Rawan Bencana  Mitigasi dan Adaptasi Terhadap Bencana
Geologi Perlu Dioptimalkan
2, Pasca Gempa bumi besar sering terjadi longsor atau retakan dibagian hulu sehingga harus
senantiasa di pantau karena berpotensi terjadi banjir bandang atau aliran bahan
rombakan
3. Curah hujan ekstrim meningkatkan potensi longsor (Bawakaraeng, Pacitan, Lebak,
Jayapura dan Sukabumi), sudah dapat diprediksi dan diketahui namun informasi masih
regional (Peringatan Dini Skalanya masih Regional)
3 Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah (ZKGT) belum menjadi dasar bagi penataan ruang
yang merupakan bagian integral dari peringatan dini, karena :
• Peta Dasar (1: 50.000) baru atau one map policy baru diluncurkan tahun 2016
• Skala Peta Belum Skala Operasional ( 1 : 10.000 s/d 1 : 1 :25:000), Skala ini diperlukan
untuk tingkat Kabupaten dan Kawasan Ekonomi Khusus mengingat longsor bersifat lokal
4. Kejadian Gerakan Tanah umumnya bersifat lokal dan potensinya dapat terjadi dimana
saja di seluruh Wilayah Indonesia
5. Pemberdayaan masyarakat di daerah rawan bencana dan penggalian kearifan local dalam
mitigasi bencana belum optimal
3. FAKTOR YANG PENGONTROL DAN PEMICU GERAKAN TANAH DI PALU

HUJAN AKTIVITAS MANUSIA

VEGETASI TATAGUNA LAHAN

MORFOLOGI

GERAKAN TANAH

STRUKTUR DAN TEKSTUR


LITOLOGI
TANAH BATUAN

TEKTONISME DAN
GEMPABUMI/ERUPSI
VULKANISME
GUNUNG API
4. GERAKAN TANAH DI PASIGALA

ALIRAN BAHAN
LONGSORAN ROMBAKAN/ DEBRIS FLOW KOMBINASI LONGSORAN
RUNTUHAN BATU DAN LIKUIFAKSI
Longsor pada Jalur Jalan Palu – Toli-Toli

Longsoran akibat gempa di sepanjang jalan di Desa Sambo dan


Wisolo, kec. Dolo Selatan, Sigi.

Longsoran di hulu Sungai Salua. Material Banjir Bandang di Desa Bangga,


longsoran yang masuk ke sungai berkembang Kecamatan Dolo Selatan
menjadi aliran bahan rombakan.

Longsoran yang memutus


akses jalan objek wisata
Danau Lindu
INVENTARISASI
KEJADIAN GERAKAN
TANAH
• Kejadian gerakan
tanah merupakan
data utama yang
diperlukan dalam
analisis peta
kerentanan gerakan
tanah.
• Terdapat 1273
kejadian gerakan
tanah, 891 kejadian
(70%) digunakan
untuk penyusunan
model dan
sebanyak 382
kejadian (30%)
untuk pengujian
model.
DATA BASE GERAKAN TANAH UNTUK UPDATING PETA ZONA KERENTANAN
GERAKAN TANAH UNTUK PENATAAN RUANG PALU DAN SEKITARNYA

kejadian longsor Slope Elevasi


• Kejadian gerakan tanah
merupakan data utama
yang diperlukan dalam
analisis peta kerentanan
gerakan tanah.
• Terdapat 1273 kejadian
gerakan tanah, 891
kejadian (70%) digunakan
untuk penyusunan model
dan sebanyak 382
kejadian (30%) untuk
pengujian model. Landuse/TGL
Geologi PGA

Probabilitas kejadian
Tinggi; 70 %
Menengah; 15 %
Rendah 10 %
Sangat Rendah 5 %
PETA ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH PALU DAN SEKITARNYA

PGA 0,668
Litologi 0,677
Tata guna lahan 0,645
Elevasi 0,734
Arah lereng 0,681
Kemiringan lereng 0,768

AUC = 0,820 AUC = 0,881

Nilai AUC Keterangan


0.9 Model Sangat Baik
0.8 – 0.9 Model Baik
0.7 – 0.8 Model Sedang/Cukup Baik
< 0.6 Model Jelek
REKOMENDASI UMUM
SOLUSI PERMANEN : IMPLEMENTASI PRODUK MITIGASI DALAM RENCANA TATA RUANG DAN DAN
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA

PETA ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH REKOMENDASI UMUM : REKOMENDASI UMUM :


(ZKGT) RENCANA TATA RUANG TATA RUANG
(Ancaman : terdampak material longsoran) (Wilayah Belum Terbangun) (Wilayah Terbangun)

Tidak membangun pemukiman atau


bangunan lainnya yang mengundang
Tinggi konsentrasi banyak manusia Membatasi
pengembangan
pemukiman dan atau
bangunan lainnya yang
Dapat membangun pemukiman atau
rawan mengundang
bangunan lainnya yang mengundang
konsentrasi banyak
konsentrasi banyak manusia dengan
manusia
memperhatikan syarat teknis stabilitas
Menengah lereng serta tidak mengganggu
kemiringan lereng.
Senantiasa memelihara vegetasi
berakar kuat dan dalam.

Rendah Tidak membangun bangunan di


bantaran sungai dan lereng dengan SUSUN RENCANA
– Sangat kemiringan sedang hingga terjal PENANGGULANGAN
Rendah BENCANA
POTENSI DEBRIS FLOW/ BANJIR BANDANG PASIGALA
Nettleton et al (2005)

Selimut colluvial

Material dasar alur

Profil dasar batuan


Dimodelingkan kemudian disosialisasikan

Hasil pengambilan gambar dengan drone di lokasi longsor dan potensi banjir bandang desa Poi,
Kecamatan Dolo Selatan (Jarak 2 km).
Hasil simulasi
Disosialisaikan Ke
Masayarakat Desa
Poi, Kec Dolo
Selatan, Kab Sigi
sebagai antisipasi
dalam menghadapi
banjir bandang
KEJADIAN BANJIR BANDANG/ ALIRAN BAHAN ROMBAKAN PASCA GEMPABUMI
TERJADI DI KULAWI, KAB SIGI PADA SAAT MUSIM HUJAN

Aliran bahan rombakan yang melanda Desa Salua, Kec. Kulawi, Gawir-gawir gerakan tanah di lereng perbukitan pada bagian
hulu Sungai Salua. Material gerakan tanah yang masuk ke
Kab. Sigi, terjadi setelah hujan deras turun di daerah
sungai berkembang menjadi aliran bahan rombakan/ Banjir
perbukitan (longsor akibat gempa bumi Palu-Donggala 2018) Bandang
Mitigasi Banjir Bandang

REKAYASA TEKNIK
5. MITIGASI GERAKAN TANAH DAN TANTANGAN

JICA, 2019
AHLI
KEBUMIAN

Melihat Aspek Geologi


Untuk pengembangan wilayah dan infrastruktur,
Penataan Ruang tahan bencana,
Pemetaan Kebencanaan
Inovasi kebencanaan

Infrastruktur
Penataan Ruang
Aspek Geologi
6. PEMBELAJARAN DAN REKOMENDASI
Penanggulangan Bencana Gerakan Tanah dan Banjir Bandang Berpotensi Berulang

• PEMBELAJARAN • REKOMENDASI
1) Wilayah terjadinya bencana tersebar di seluruh Indonesia bisa 1. Meningkatkan sinergi dan koordinasi antara K/L
bersifat lokal maupun regional dalam satu koordinasi di bawah BNPB
2. Peran Daerah/Peran kunci: Memperkuat peran dan
2) Walaupun potensi curah hujan dapat diprediksi namun waktu tanggungjawab BPBD
kejadian gerakan tanah masih sulit ditentukan waktunya
3. Ancaman permanen : Menjadikan Dokumen
3) Ancaman permanen : kondisi ancaman gerakan tanah bisa kontinjensi sebagai dokumen wajib
tetap namun pemukiman serta aktivitas masyarakat terus 4. Strategi sosialisasi berkelanjutan melalui kebijakan
berkembang di kawasan rawan gerakan tanah Kemendikbud : Peningkatan peran dunia pendidikan
dalam mencetak kader guru yang mengenal bencana
4) Belum optimalnya pemanfaatan Peta Zona Kerentanan alam sebagai kunci pembelanjaran mitigasi
Gerakan Tanah dan Peta Prakiraan Wilayah Terjadinya
5. Penggalian kearifan lokal dalam mitigasi gerakan
Gerakan Tanah dalam penyusunan rencana tata ruang serta tanah
untuk Membangun Kesiapsiagaan
6. Implementasikan peta bahaya yang relatif tetap dan
5) Meningkatnya tuntutan masyarakat tentang informasi dan Peta Risiko yang dinamis sebagai arahan kebijakan
penanggulangan bencana gerakan tanah Pembangunan dan penangulangan bencana
6) Banyak permukiman terlanjur dibangun di daerah rawan 7. Tata Ruang : Akselerasi pengadaan peta dasar data
longsor, jangan mengulang lagi kesalahan penentuan lokasi DEM lebih detil untuk percepatan pembuatan peta
permukiman seperti di Balaroa dan Petobo. bahaya skala detil

7) Karena rentang waktu bencana geologi lama, maka program 8. Pengarusutamaan : menjadikan regulasi sebagai
arahan kebijakan peringan dini bencana
diseminasi informasi/sosialisasi harus terus dilakukan ke
Pemda/BPBD dan Sekolah-sekolah. 9. Perkuat manfaat kebijakan satu peta untuk
penanggulangan bencana
8) Jangan mengulang lagi kesalahan seperti di Palu, mengingat
rencana pemindahan lokasi Ibu Kota Negara ke Kabupaten 10. Disseminasi Informasi : Manfaatkan teknologi informasi
Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. terkini yang mudah dan cepat diakses (magma
indonesia)
KESIMPULAN
• Mitigasi Gerakan tanah harus dilakukan dari hulu ke hilir; penelitian, pemetaan,
LEWS dan sosialisasi serta penataan ruang dengan memperhatikan aspek bahaya
gerakan tanah
• Inovasi mitigasi gerakan tanah saat ini harus melibatkan peran serta masyarakat,
mengingat daerah rawan gerakan tanah yang sangat luas dan masyarakat sudah
terlanjur tinggal di daerah rawan gerakan tanah
• PASIGALA merupakan daerah rawan gerakan tanah dan banjir bandang sehingga
perlu peringatan dini, pemberdayaan masyarakat serta pada lokasi tertentu
diperlukan mitigasi structural.
• Hidup Harmoni dengan alam namun tetap siaga terhadap ancaman yang ada
mengingat lokasi PASIGALA merupakan daerah risiko bencana tinggi dan merupakan
paket lengkap bencana geologi kecuali erupsi Gunungapi
Indonesia Indonesia
Rawan Kaya
Bencana Sumber Daya
Alam

Kunci: “Hidup Harmoni dengan Alam”


• Memanfaatkan kekayaan alam dengan bijak
• Beradaptasi dan menghormati kehendak alam dengan memberikan waktu
dan ruang ketika alam sedang berdinamika (menimbulkan gempa bumi,
tsunami, erupsi gunungapi, dan gerakan tanah)

Q.S. ar Rum: 42 "Telah tampak kerusakan di darat


dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia sehingga akibatnya Allah mencicipkan
kepada mereka sebagian dari perbuatan mereka agar
mereka kembali."

Anda mungkin juga menyukai