Anda di halaman 1dari 5

Nama : Aldi Hari Nugroho

Nim : B200190069

Kelas : B

TUGAS 07

“AKUNTANSI KEUANGAN SYARIAH”

1. Transaksi Musyarakah dan mudarabah adalah aktivitas yang disyaratkan dalam Al

quran, terutama adalah aktivitas yang keuntungannya dibagikan dengan cara bagi

hasil bukan riba/bunga. Namun aktivitas ini tidak berjalan dengan baik di Indonesia,

Mengapa aktivitas ini sudah berkembang di Indonesia sementara kaum muslimin

menghendaki bisnisnya jauh dari riba ? Apa yang perlu diperbaiki dari perilaku kaum

muslimin di Indonesia ?

Jawaban :

 Musyarakah adalah kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu
dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan keuntungan dan
risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
 Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di mana pemilik
modal (shahibul amal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib)
dengan suatu perjanjian di awal. Bentuk ini menegaskan kerja sama dengan kontribusi
seratus persen modal dari pemilik modal dan keahlian dari pengelola.

Dan yang perlu diperbaiki dari perilaku kaum muslimin di Indonesia adalah pemikiran
masyarakat muslimin tentang pemahamannya dalam tataran praktik jual beli. Serta beralih
pada transaksi syariah yang halal dan bebas riba Akan tetapi, caranya bukan dengan
memberikan pinjaman tanpa bunga (qardh), karena pinjaman tanpa bunga adalah tolong-
menolong (tabarru), sehingga tidak dapat mendatangkan keuntungan.
 Mengapa aktivitas ini sudah berkembang di Indonesia sementara kaum
muslimin menghendaki bisnisnya jauh dari riba ?

Jawab :

Sistem syariah atau Islam ini sebenarnya lebih mudah diterima masyarakat, tetapi memang
sosialisasi yang kurang. Masyarakat hanya tahu sistem konvensional saja. Dari segi
pertumbuhan aset, lembaga keuangan syariah di Indonesia mengalami pertumbuhan 49,2% di
2011, sedangkan konvensional tumbuh 21,4%. Namun nominal aset syariah masih jauh di
bawah konvensional.

Adapun faktor yang mempengaruhi mengapa Musayakah dan Mudarabah tidak

berjalan baik di Indonesia, dapat dilihat dari segi Pembiayaan :

a. Sumber dana di lembaga keuangan syariah yang sebagian besar berjangka pendek tidak

dapat digunakan untuk pembiayaan bagi hasil yang biasanya berjangka panjang.

b. Adanya moral hazard dari pelaku usaha.

Moral hazard adalah tidak diindahkannya masalah moral dan etika dalam berbisnis,
baik dilakukan oleh pengusaha maupun mungkin juga dilakukan oleh Lembaga Keuangan
Syariah itu sendiri. Pengusaha sering membuat proposal yang tidak sesuai dengan kenyataan
di lapangan, proyeknya akan memberikan keuntungan tinggi dan mendorong pengusaha
untuk membuat proyeksi bisnis. Manajemen Bank Syariah KPN 29 terlalu optimis.
Sedangkan dari Lembaga Keuangan Syariah misalnya menuntut bagi hasil yang sangat tinggi
tanpa mempertimbangkan sisi keadilan bagi pengusaha.

c. Adanya Asymetric Information atau ketidakseimbangan informasi yang dilakukan oleh


salah satu pihak, yang menyebabkan pihak lain tidak mengetahui kondisi yang sebenarnya
terhadap suatu usaha. banyak pengusaha yang mempunyai dua pembukuan, pembukuan yang
diberikan kepada bank adalah yang tingkat keuntungannya kecil sehingga porsi keuntungan
yang harus diberikan kepada bank juga kecil padahal pada pembukuan sebenarnya pengusaha
membukukan keuntungan besar, Sehingga pilihan yang ditetapkan hanya menguntungkan
satu pihak saja, dan dapat merugikan pihak yang lain.

d. Faktor risikonya yang tinggi dan alasan kehati-hatian (Prudential).


Adanya ketidakpastian hasil yang diperoleh (karena natural uncertainty contract)
tersebut membuat para praktisi lembaga keuangan syariah terlalu ekstra hati-hati (prudent)
sehingga takut untuk menyalurkan pembiayaan bagi hasil.

e. Kontrak mudharabah membutuhkan jaminan agar dapat berfungsi secara efisien,


sedangkan menurut Ulama madzhab Malik dan Syafi’i, jika shahibul maal mempersyaratkan
pemberian jaminan dari mudharib dan menyatakan hal ini dalam syarat kontrak, maka
kontrak mudharabah 30 mereka tidak sah. Hubungan antara shahibul maal dengan mudharib
merupakan hubungan yang mengutamakan kepercayaan (trust). Karena disyaratkan mudharib
adalah orang yang dipercaya, maka shahibul maal tidak boleh meminta jaminan. Shahibul
maal tidak dapat menuntut jaminan apapun dari mudharib untuk mengembalikan modal
dengan keuntungan.

f. Rendahnya pemahaman sumber daya insani (SDI) terhadap pembiayaan bagi hasil akan
menyebabkan lembaga keuangan syariah kurang memberi informasi tentang pembiayaan bagi
hasil. Paradigma konvensional yang masih melekat pada para praktisi lembaga keuangan
syariah bisa membuat penyaluran pembiayaan bagi hasil tidak maksimal.

g. Sebab lainnya adalah kinerja dari lembaga keuangan syariah sendiri. Kurang seriusnya
lembaga keuangan syariah dalam menggarap mudharabah, sehingga pembiayaan mudharabah
menjadi kurang berkembang.

 Apa yang perlu diperbaiki dari perilaku kaum muslimin di Indonesia ?

Jawab :

Dalam QS. Al Imron dijelaskan bahwa larangan untuk memakan riba dan bertaqwa kepada
Allah SWT untuk memperoleh keberuntungan. Maka sebagai seorang muslim harus terhindar
dari riba dengan cara :

a. Kenali bahaya riba

Sudah jelas jika di dalam Islam riba merupakan hal yang haram. Riba membuat seseorang
banyak dililit hutang akibat tingkat bunga yang tinggi. Keberadaan riba membuat hidup
kurang nyaman dan tidak tentram akibat banyaknya hutang yang menumpuk dan harus di
bayar.

b. Cara yang halal bertransaksi


Dalam hal ini tentu anda diharuskan mengerti betul bagaimana transaksi jual beli yang
haram ataupun yang halal dalam Islam. Jual beli yang diperbolehkan dalam Islam yaitu, Jual
Beli dengan Dasar Sukarela adalah kedua belah pihak menyetujui aturan yang ditetapkan oleh
kedua belah pihak. Dalam hal ini tentu tidak boleh ada paksaan sehingga salah satu pihak
merasa dirugikan dan tertekan. Kedua, berkompeten. Kecakapan atau kompetensi tentu
diperlukan dalam jual beli. Hal ini diperlukan agar tidak ada pihak yang dirugikan akibat
kurang kompeten sehingga pihak lain akan mengambil keuntungan darinya. Dalam hal ini
tentu kejujuran kedua belah pihak merupakan hal yang penting. Ketiga, Barang yang Dijual
Telah Memiliki Ijin. Dalam hal ini adalah kondisi barang yang diperjualbelikan merupakan
barang pribadi dan bukannya milik orang lain. Adapun ketika barang tersebut merupakan
milik orang lain, hendaknya orang yang akan menjualnya telah mendapatkan ijin dari si
pemilik. Asal usul keberadaan barang harus jelas dan bukanlah barang hasil curian. Terakhir,
Barang Halal. Anda tidak boleh menjual barang haram yang memberi dampak buruk bagi si
penjual maupun pembeli. Beragam barang haram yang tidak boleh diperjualbelikan adalah
barang hasil curian, babi, patung, minuman keras, anjing dan barang-barang haram lainnya.

c. Lakukan transaksi yang diperbolehkan

Transaksi yang diperbolehkan dalam Islam ada beberapa jenis transaksi, dimana salah
satunya adalah transaksi mudharabah. Transaksi yang satu ini diperbolehkan untuk
menghindari datangnya riba. Jenis transaksi lain yang dapat dilakukan untuk menghindari
riba yaitu dengan cara salam dan muajjal. Transaksi salam adalah ketika jual beli dilakukan
dengan cara melakukan pembayaran terlebih dahulu sementara barang yang diinginkan akan
diberikan belakangan. Untuk transaksi muajjal, transaksi jenis ini dapat dilakukan dengan
cara menaikan harga saat berlangsungnya transaksi.

d. Berhutang pada lembaga khusus

Sekarang telah ada beberapa lembaga khusus yang menangani utang piutang tanpa riba. Hal
ini dilakukan dalam rangka mewujudkan solidaritas antar umat. Selain masalah hutang
piutang, maka bagi anda yang ingin menyimpan uang sebaiknya tidak menggunakan bank
yang memberi bunga di dalamnya. Carilah bank syariah yang dijalankan dengan cara islami.
e. Saling membantu

Saling bantu merupakan hal baik yang dapat dilakukan untuk menghindari riba.
Perbanyak sedekah dan membantu orang fakir merupakan hal baik yang tidak menyebabkan
uang atau harta kita berkurang dan malah kebalikannya.

f. Menanamkan sifat qonaah pada diri sendiri

Sifat qonaah dapat dilakukan dengan senantiasa bersyukur atas apapun yang diberikan
kepada anda. Berhenti menatap keatas dan mulailah melihat kebawah. Hal ini menghindarkan
anda dari rasa kurang dan akan mulai bersyukur anda tidak berada pada kondisi yang sangat
kekurangan.

 Imam ar-Razi memaparkan sebab-sebab mengapa Islam melarang transaksi


riba. Di antaranya ada 4 alasan yang menjadikan transaksi riba dilarang dalam
Islam.

1. Merampas kekayaan orang lain .

Dengan melakukan riba, tentunya kita telah melakukan penambahan dalam proses
pembayarannya.

2. Merusak moralitas

Kita telah banyak menyaksikan kehancuran dan kebobrokan yang disebabkan oleh uang. Dari
mulai perebutan kekuasaan sampai kasus suap-menyuap.

3. Melahirkan kebencian dan permusuhan

Bila egoisme akan harta telah merasuk di jiwa seseoang, maka tidak mustahil akan terjadi
permusuhan dan kebencian, terutama antara si kaya dan si miskin.

4. Yang kaya semakin kaya dan yang miskin akan semakin miskin

Keadaan seperti ini dapat kita pahami terutama saat kebijakan uang semakin ketat atau dapat
disebut tight money policy. Dalam keadaan seperti ini, si kaya akan memeroleh suku bunga
yang sangat tinggi, sementara dikarenakan mahal, maka si miskin pun bertambah miskin
karena kesulitan untuk meminjam dan membuka usaha.

Anda mungkin juga menyukai