Anda di halaman 1dari 5

ABSTRAK

Pengajaran sejarah merupakan salah satu proses persiapan pendewasaan generasi muda dalam
menghadapi tantangan di masa yang akan datang. Persoalan yang kian kompleks diakibatkan oleh
kemajuan zaman yang sangat pesat. Tantangan pembelajaran sejarah di era teknologi informasi
menuntut kita untuk selalu bergerak maju menjawab dan mengikuti segala perkembangannya. Arah
dan tujuan dari pembelajaran sejarah harus jelas dan berbasis pada masa lalu yang diorientasikan pada
perbaikan dan kemajuan dimasa kini hingga masa-masa selanjutnya. Pembelajaran sejarah tidak boleh
berhenti pada romantisme-nya saja. Pembelajaran seperti ini yang dibutuhkan untuk menyonsong
kemajuan peradaban. Maka, dalam rangka menyiapkan pembelajaran sejarah yang proporsional
diperlukan adanya berbagai media pembelajaran yang dapat mendukung dalam proses belajar
mengajar. Media pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai alternatif sumber literasi siswa sangat
diperlukan. Diantara media pembelajaran yang dapat diterapkan, salah satunya adalah media
Infografis. Media infografis adalah representasi visual yang menyajikan informasi berbentuk data atau
pengetahuan tertentu secara singkat dan jelas. Media ini sangat cocok digunakan sebagai alternatif
literasi siswa yang kadangkala malas untuk membaca buku yang relative tebal. Selain dari
penyajiannya yang menarik, media infografis juga mudah untuk dibuat. Dalam penulisan ini, metode
penelitian yang digunakan yaitu Literature Review atau tinjauan pustaka. Penelitian kepustakaan atau
Literature review merupakan penelitian yang dilakukan dengan mengkaji atau meninjau secara kritis
pengetahuan, gagasan ataupun temuan yang terdapat didalam tubuh literatur yang berorientasi
akademik dan merumuskan kontribusi secara teoritis serta metodologisnya untuk topik tertentu.
Pemanfaatan infografis ini bisa digunakan dalam kegiatan pembelajaran sejarah dari mulai pemberian
materi,penjelasan materi dan pemberian tugas kepada siswa dengan guru pertama harus menyiapkan
dulu infografisnya.

PENDAHULUAN
Pengajaran sejarah merupakan salah satu proses persiapan pendewasaan generasi muda dalam
menghadapi tantangan di masa yang akan datang. Persoalan yang kian kompleks diakibatkan oleh
kemajuan zaman yang sangat pesat. Tantangan pembelajaran sejarah di era teknologi informasi
menuntut kita untuk selalu bergerak maju menjawab dan mengikuti segala perkembangannya (Aldila
et al., 2019:142). Pengajaran sejarah berbasis digital menjadi tren baru dalam pembelajaran sejarah,
pengajaran ini juga dianggap lebih baik karena materi yang diajarkan dapat diakses kapanpun dan
dimanapun. Meskipun dianggap lebih baik, pengajaran sejarah berbasis digital masih belum begitu
efektif dalam penerapannya karena banyak faktor seperti: permasalahan jaringan internet, tidak semua
siswa memiliki gadget, dan lain-lain, pembelajaran sejarah berbasis digital adalah hal yang perlu,
mengingat hal ini merupakan tantangan dari kemajuan zaman yang perlu di jawab dan dituntaskan.

Pembelajaran sejarah semestinya bersifat timbal balik, ibarat sebuah petualangan yang dilakukan
secara bersama oleh pengajar maupun yang diajar (Agustin et al., 2017:41). Arah dan tujuan dari
pembelajaran sejarah harus jelas dan berbasis pada masa lalu yang diorientasikan pada perbaikan dan
kemajuan dimasa kini hingga masa-masa selanjutnya. Pembelajaran sejarah tidak boleh berhenti pada
romantisme-nya saja. Pembelajaran seperti ini yang dibutuhkan untuk menyonsong kemajuan
peradaban. Maka, dalam rangka menyiapkan pembelajaran sejarah yang proporsional diperlukan
adanya berbagai media pembelajaran yang dapat mendukung dalam proses belajar mengajar.

Media pembelajaran sejarah diperlukan untuk menunjang proses belajar mengajar. Digitalisasi
media pembelajaran menjadi sebuah alternatif pembelajaran sejarah disamping untuk mengikuti
perkembangan zaman, media pembelajaran berbasis digital ini dianggap mampu memberikan sebuah
pengajaran yang lebih interaktif. Penerapan media pembelajaran ini dianggap perlu untuk
memberikan angin segar terhadap paradigma pembelajaran sejarah yang didominasi oleh hafalan
(Agustin et al., 2017:41). Tentu bukan berarti hafalan itu tidak penting, namun sebuah penyajian yang
berkesan diperlukan untuk pembelajaran yang lebih baik.
Media pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai alternatif sumber literasi siswa sangat
diperlukan. Diantara media pembelajaran yang dapat diterapkan, salah satunya adalah media
Infografis. Media infografis adalah representasi visual yang menyajikan informasi berbentuk data atau
pengetahuan tertentu secara singkat dan jelas (Mansur & Rafiudin, 2020:40). Media ini sangat cocok
digunakan sebagai alternatif literasi siswa yang kadangkala malas untuk membaca buku yang relative
tebal. Selain dari penyajiannya yang menarik, media infografis juga mudah untuk dibuat.
Menurut Lankow dalam jurnal (Aldila, 2016:57) jika tujuan dari infografis adalah untuk memberikan
pemahaman dari sebuah informasi dengan cara yang tidak ambigu dan meringkas sebuah pembahasan
yang panjang, maka hal yang mesti dilakukan pertama kali oleh perancang adalah komprehensi,
selanjutnya adalah retensi dan dilanjutkan dengan memperhatikan daya pikat. Berbeda dengan
infografis komersil yang ditujukan untuk menyampaikan pengetahuan demi ketertarikan terhadap hal
yang kita arahkan, infografis akademik lebih ditujukan untuk mengakomodasi kebutuhan siswa
terhadap bahan ajar serta pembelajaran yang berisi pengalaman visual.

Infografis selain sebagai media pembelajaran yang bermuatan materi/bahan ajar, juga dapat
menjadi salah satu media untuk mengembangkan konten yang diarahkan pada peningkatan nilai-nilai
positif. Hal ini dianggap perlu karena tuntutan zaman yang terus muncul sehingga inovasi harus
dilakukan. Setidaknya dapat diambil 2 hal yang menjadi acuan dalam memahami pembelajaran, yaitu:
mudah dipahami dan tidak terlalu kompleks. Infografis sebagai media alternatif pembelajaran sejarah
tentu memenuhi kedua hal tadi, bahkan mendapatkan poin penting yakni bahwa infografis memiliki
nilai estetis sehingga menarik untuk diperhatikan. Jika tujuannya adalah untuk meningkatkan daya
tarik membaca, maka poin estetis adalah hal yang tak dapat dikesampingkan.

Literasi digital dalam pembelajaran sejarah pelu dilakukan, diperbanyak dan diperluas.
Keterbatasan seseorang dalam mengakses buku sejarah dapat di akali dengan mengakses literasi
digital kesejarahan. Infografis sebagai salah satu media yang memuat informasi tertentu juga dapat
dikategorikan sebagai media literasi digital kesejarahan. Menurut Lankow dalam bukunya yang
berjudul Infografis: Kedahsyatan Cara Bercerita Visual, memberikan beberapa poin mengenai
keunggulan komunikasi visual melalui infografis, antara lain: visualisasi gambar dapat mengkompres
pembahasan yang terlalu panjang, dan mengantikan posisi tabel yang dianggap terlalu rumit dan
penuh angka. (Lankow, 2015)

Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu yang mengatakan bahwa manusia lebih cepat
menangkap informasi yang tersajdi dalam bentuk gambar/visual dari pada dalam bentuk tekstual.
Infografis yang merupakan media kreatif visual secara tidak langsung dapat dianggap media yang
efektif untuk memberikan informasi sehingga apa yang ingin disampaikan dapat tersampaikan secara
efektif karena kecenderungan manusia yang tadi sudah disampaikan. Berbagai platform media seperti
Tirto.id, Historia.id, dll sudah berhasil memberikan penyajian informasi kesejarahan secara menarik,
sehingga mereka dapat dengan mudah diterima oleh khalayak dan dikenal.

METODE PENELITIAN
Dalam penulisan ini, metode penelitian yang digunakan yaitu Literature Review atau tinjauan
pustaka. Penelitian kepustakaan atau Literature review merupakan penelitian yang dilakukan dengan
mengkaji atau meninjau secara kritis pengetahuan, gagasan ataupun temuan yang terdapat didalam
tubuh literatur yang berorientasi akademik dan merumuskan kontribusi secara teoritis serta
metodologisnya untuk topik tertentu, Cooper (2010).

Literature review memiliki tujuan untuk membuat analisis serta sintesis terhadap pengetahuan
yang sudah ada terkait dengan topik yang akan diteliti agar menemukan ruang kosong bagi penelitian
yang akan dilakukan. Menurut Okoli & Schabram (2010), tujuan literitarure review yaitu
menyediakan basis dari teori untuk penelitian yang akan dilakukan, mempelajari keluasan dari
penelitian yang sudah ada mengenai topik yang akan diteliti, serta menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang berkaitan dengan pemahaman terhadap apa yang sudah dilakukan oleh penelitian yang
terdahulu.

Dengan penggunaan metode penelitian literature review atau tinjauan pustaka, tulisan ini akan
berisi mengenai ulasan, rangkuman, serta pemikiran penulis. Dalam menggunakan metode penelitian
ini, dapat membantu peneliti atau penulis dalam melakukan pencarian tujuan dan membantu dalam
menguraikan serta menjelaskan bagaimana penelitian tersebut dapat dilaksanakan yang berkaitan
dengan variable yang digunakan, rancangan penelitian, sampling serta pengumpulan datanya, analisis
data, dan cara penafsirannya.

Dalam menggunakan metode literature review terdapat dua komponen utama yang perlu
diperhatikan yaitu kerangka teori dan kajian teori yang berkaitan dengan topik ataupun tema
penelitian. Tujuan akhir dari penggunaan metode penelitian ini adalah untuk dapat menggambarkan
mengenai apa yang sudah pernah dikerjakan oleh orang lain sebelumnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kegiatan literasi digital pada masa kini sangat dibutuhkan khususnya untuk peserta didik disetiap
jenjang pendidikan karena pengembangan diri seseorang didapatkan dari informasi yang didapatkan
dari berbagai macam informasi yang diperoleh lalu dikelola oleh seorang individu,informasi tersebut
bisa diperoleh dengan mudah dengan adanya fasilitas internet yang tersedia dalam era digital sekarang
dengan membaca dan melihat berbagai fenomena yang ada dan tersebar dalam media sosial

Menurut penelitian Rusnidar,Zulfan,Nurasiah (2020:43) mata pelajaran sejarah di dalam mindset


peserta didik adalah pelajaran menghafal karena informasi yang harus diketahui dalam setiap
materinya sangat banyak sehingga menyebabkan terbentukny mindset tersebut dari peserta didik dan
menurut penelitian Nur,Suwito,Romadi (2017:43) kurangnya minat membaca dari peserta didik
terhadap buku yang tersedia diperpustakaan yang jarang diminati dan dibaca terjadi karena peserta
didik susah untuk memahami intisari dan nilai juang setiap tokoh dalam peristiwa yang ada dalam
materi sejarah dalam buku tersebut karena dirasa penjelasannya sangat panjang dan membuat peserta
didik mudah bosan untuk membaca buku tersebut,selain itu buku pegangan sisswa berupa buku paket
atau LKS jarang dibaca dan tidak jarang juga ada siswa tidak memiliki buku paket serta tidak
membawa buku paket maupun LKS yang dimilikinya karena dirasa pelajaran sejarah yang dijelaskan
oleh guru dalam kelas sangat membosankan karena metode yang digunakan guru cenderung monoton
yaitu hanya dengan metode ceramah dan dilanjut dengan pemberian tugas saja di setiap
pertemuannya.

Salah satu solusi yang bisa diambil dan diterapkan sebagai alternatif media pembelajaran sejarah
yang bisa digunakan dalam pembelajaran dalam kelas adalah infografis dimana infografis menurut
Jasson Lankow merupakan sebuah media visual gambar yang bisa menggantikan penjelasan yang
terlalu banyak dan penggunaan tabel dengan banyak angka bisa diringkas dalam menjadi sebuah
konten visual dalam gambar yang bisa menarik minat audiens daripada hanya dengan tampilan
tekstual saja,karena infografis ini bisa dikemas secara menarik namun pesan-pesan yang ada
didalamnya masih tetap bisa tersampaikan khususnya pada mata pelajaran Sejaarah Indonesia terkait
materi Masuknya Islam di Indonesia,menurut Noni (2019:187) infografis bisa menjadi salah satu cara
peningkatan literasi digital siswa karena dalam pembuatan infografis bisa melatih kemampuan
berpikir kritis,dan literasi membaca dari setiap siswa dengan menuangkan hasil bacaan dan
pemahaman dari setiap siswa ke template yang sudah tersedia dalam berbagai aplikasi desain grafis
untuk membuat infografis tersebut siswa pun bisa mendesain tampilan infogaris yang ingin mereka
buat sesuai dengan kretivitasnya masing-masing

Pemanfaatan infografis ini bisa digunakan dalam kegiatan pembelajaran sejarah dari mulai
pemberian materi,penjelasan materi dan pemberian tugas kepada siswa dengan guru pertama harus
menyiapkan dulu infografis yang berisi mengenai masuknya Islam ke Indonesia dengan berisikan
konten penjelasan teori-teori masuknya Islam ke Indonesia dan pelopor dari setiap teorinya juga tahun
masuknya Islam ke Indonesia dari masing-masing teori tersebut.

Di dalam pembelajaran sejarah literasi digital mengggunakan infografis, dapat di terapkan pada
kompetensi dasar Menganalisis berbagai teori tentang proses masuk dan berkembangnya agama dan
kebudayaan Islam di Indonesia materi SMA kelas X.

Gambar 1. Hasil infografis teori masuknya Islam ke Indonesia

Kegiatan literasi digital dalam pembelajaran sejarah dilakukan dengan model pembelajaran
Collaborative Learning yaitu suatu keadaan ketika dua orang atau lebih sedang belajar atau mencoba
untuk belajar suatu hal secara bersama-sama (Khoirulanwar: 2013 ). Pembelajaran dengan model
Collaborative Learning menurut Khoirulanwar (2013, hlm. 90) umumnya digambarkan ketika
kelompok siswa bekerja sama untuk mencari pemahaman, makna, atau solusi atau untuk membuat
sebuah produk dari pembelajaran mereka. Kegiatan pembelajaran kolaboratif dapat mencakup
penulisan kolaboratif, proyek kelompok, pemecahan masalah bersama, debat, studi tim, dan kegiatan
lainnya. Pendekatan ini terkait erat dengan pembelajaran kooperatif.
Untuk melatih kemampuan literasi digital siswa dengan media Infografis selanjutnya siswa secara
berkelompok yaitu dengan membentuk 4 kelompok untuk membahas bukti-bukti masuknya Islam ke
Indonesia serta kelebihian dan kekurangan dari teori Arab,Gujarat,Persia dan Cina dengan masing-
masing kelompok membahas satu teori menggunakan sumber yang telah disediakan oleh guru dan
dibagikan melalui platform pembelajaran seperti Google Classroom,Google Drive,Edmodo dll.atau
sumber tersebut bisa juga dibagikan media sosial seperti Whatsapp,Telegram dll. Dilanjut dengan
siswa tersebut bisa menuangkan hasil bacaan dan pemahaman yang sudah didapat dari sumber yang
sudah dibagikan dengan membuat infografis sesuai dengan kreativitasnya masing-masing.

Melalui kegiatan tersebut literasi digital siswa dapat terjadi, dan dengan adanya infografis sebagai
media alternatif dalam pembelajaran sejarah dapat menghindarkan siswa dari rasa jenuh selama
proses pembelajaran. Selain itu siswa pun dilatih untuk mandiri dalam pembelajarannya, Sormin,
Siregar, Priyono (2019) berpendapat bahwa “Pengajar tidak lagi memberitahu pembelajar, tetapi
pembelajar secara aktif mencari dan membangun pengetahuan di dalam pikiran mereka sendiri. Agar
pembelajar dapat belajar secara aktif mereka harus memiliki keterampilan literasi, dimana salah
satunya adalah literasi digital”.

KESIMPULAN

Pengajaran sejarah berbasis digital menjadi tren baru dalam pembelajaran sejarah,
pengajaran ini juga dianggap lebih baik karena materi yang diajarkan dapat diakses kapanpun
dan dimanapun. Meskipun dianggap lebih baik, pengajaran sejarah berbasis digital masih
belum begitu efektif dalam penerapannya karena banyak faktor seperti: permasalahan
jaringan internet, tidak semua siswa memiliki gadget, dan lain-lain, pembelajaran sejarah
berbasis digital adalah hal yang perlu, mengingat hal ini merupakan tantangan dari kemajuan
zaman yang perlu di jawab dan dituntaskan. Akan tetapi literasi digital dalam pembelajaran
sejarah perlu dilakukan, diperbanyak dan diperluas. Berdasarkan beberapa penelitian
terdahulu yang mengatakan bahwa manusia lebih cepat menangkap informasi yang tersaji
dalam bentuk gambar/visual dari pada dalam bentuk tekstual.

Pembelajaran sejarah semestinya bersifat timbal balik, ibarat sebuah petualangan yang
dilakukan secara bersama oleh pengajar maupun yang diajar, Dan media pembelajaran
sejarah diperlukan untuk menunjang proses belajar mengajar. Keterbatasan seseorang dalam
mengakses buku sejarah dapat di akali dengan mengakses literasi digital kesejarahan, Dan
Infografis hadir sebagai salah satu media yang memuat informasi tertentu juga dapat
dikategorikan sebagai media literasi digital kesejarahan. Karena menurut penelitian mata
pelajaran sejarah di dalam mindset peserta didik adalah pelajaran menghafal karena informasi
yang harus diketahui dalam setiap materinya sangat banyak, Dan karena itu peserta didik
kurang minat dalam membaca buku sejarah dan susah memahami intisari dalam pembahasan
sejarah sehingga peserta didik menganggap mata pelajaran sejarah membosankan. Solusinya
adalah Infografis yang merupakan media kreatif visual secara tidak langsung bisa dianggap
media yang memberikan informasi tersampaikan secara efektif.

Anda mungkin juga menyukai