Anda di halaman 1dari 6

GARIS BESAR PEDOMAN

HOW TO BUILD A POWER PLANT


A CFPP

ANA DWI ASTUTI


Energi masih merupakan inti dari sebuah peradapan, tanpa energi semuanya takkan bisa
berkembang dengan baik. Pembangunan sangat perlu digalakkan terutama di negara
berkembang seperti Indonesia. Di negara – negara maju, mungkin orientasi berpikirnya sudah
berbeda, mereka lebih menitik beratkan pada cara menciptakan energi alternatif, inovasi,
memperoleh tenaga yang memperbaharukan dsb.
Membangun adalah kegiatan dengan menitikberatkan pada proses dari suatu keadaan “tidak
ada” menjadi “ada”, yang bisa berupa kegiatan fisik dengan output fisik maupun non fisik, dan
dengan metologi yang berbeda.
Kegiatan pembangunan merupakan kegiatan yang sangat komplek dan bersifat
berkesinambungan antara tahapan satu dengan tahapan yang lain, dan apabila ada tahapan yang
terlewati maka pada ujungnya ada kondisi yang kurang ideal atau cacat. Berikut ini adalah
tahapan dari pembuatan dan pembangunan Power Plant CFPP. Secara garis besarnya adalah
sebagai berikut dan mungkin bisa dijadikan acuan :

1. TOR (Term of Reference)


TOR merupakan pokok-pokok pikiran pengguna dalam bentuk Kerangka Acuan Kerja,
dalam arti bahwa dalam TOR merupakan curahan pemikiran atau keinginan atau
harapan dari pengguna untuk direalisasikan dalam bentuk fisik, kemudian akan timbul
ide membuat power plant yang bisa berupa PLTU, PLTA, PLTP, PLTB, PLTS dll.
Mengingat hal tersebut merupakan system yang sangat komplek maka akan timbul
suatu masalah-masalah dan keterbatasanBerikut ini beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam Menyusun sebuah desain :
a. Jenis Pekerjaan,
b. Fungsi atau peruntukan,
c. Anggaran,
d. Sumber Dana,
e. Dan Lain-lain
Contoh kasus pemikiran tentang perlunya membangun pembangkit listrik pada daerah
tertinggal.
TOR bisa berupa resmi atau tidak resmi, dalam arti bisa di wujudkan dalam tulisan
maupun lisan.

2. FEASIBILITY STUDY
Langkah awal dalam mentransformasikan suatu pemikiran adalah dengan membuat
study masalah tersebut di atas dengan berlandaskan pada azas-azas :
a. Ekonomi, untuk mencari data tentang ekonomi daerah dan pertumbuhan
ekonomi
b. Sosial, potensi-potensi dampak social dalam pembangunan fisik serta hal-hal
yang diperhatikan dalam membangun adalah memperhatikan efek sosial serta
dampak sosial, dan berkaitan dengan ketersediaan tenaga kerja local guna
mengantisipasi social cost, dan akan dipilih lokasi yang tepat.
c. Teknis, menetapkan atau memilih system yang tepat yang berhubungan dengan
peralatan yang akan dipergunakan dan dengan membuat penelaahan masalah
teknis maka akan diperoleh suatu perhitungan serta design secara teknis yang
berujung pada konsep BMW (Biaya, Mutu, Waktu). Dengan demikian maka
design teknis benar-benar merepresentasikan kondisi alam sekitarnya
d. Lingkungan, potensi dampak lingkungan atau pencemaran yang mungkin ada
serta penanganannya.
e. Demography, factor pertambahan/kenaikan penduduk yang berkaitan dengan
kenaikan demand load
f. Oceanography, khusus bangunan yang berada di tepi laut (power plant
khususnya) guna mengumpulkan data masalah pasang surut, laju sedimentasi,
salinitas, arah angin, arus bawah laut.

Ekonomi

Sosial

Teknis Final
Report Recomendation Report

Lingkungan
Budged

Demography Drawing

Oceanograp Spec
hy
Dari hasil feasibility Study sudah muncul suatu kerangka tentang jenis power plant
yang layak, daya yang layak serta system yang memenuhi atas standard (termasuk
Batasan-batasan) berdasar kondisi alam dan lain hal.
Apabila ternyata layak dibangun PLTU maka sudah ada gambaran tentang jenis PLTU
yang akan dibangun (misal Cooling Tower System atau One through).

3. DESIGN DRAWING
Hasil dari penelaahan Feasibility Study yang bisa berupa Concept design dan draft
design kemudian ditransformasikan kedalam Basic Design dengan mempertimbangkan
berdasar analitys dan empiris untuk memperoleh kematangan serta menghitung
anggaran.

Basic Design

FS Report BID DOC


Spec

BoQ

Admin
Tahapan ini merupakan hasil akhir dari pekerjaan pra-kontruksi dimana semua yang
berkaitan dengan teknis dan non teknis sudah ada dan menjadi bahan atau dokumen
untuk dilelangkan sehingga hasil akhir diketahui “pemenang” dan sebagai pelaksana
pekerjaan.

4. PROJECT MANAGEMENT EPC


Dalam pelaksanaan pekerjaan setelah ada kontraktor, maka harus ada system
managemen yang digunakan untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan.
Project management ini berfungsi melaksanakan dan mengendalikan kontrak pekerjaan
sepanjang jangka waktu pelaksanaan mulai dari Kick of meeting sampai serah terima
pekerjaan, dan sangat penting guna mengawasi pekerjaan agar tidak keluar dari
kontrak, sehingga durasi waktu pekerjaan sesuai dengan kontrak setidaknya
mengendalikan Biaya Mutu Waktu.
Project Management setidaknya akan mengendalikan :
a. Sirkulasi dokumen
b. Approval dokumen dan gambar kerja
c. Review dokumen dan gambar kerja
d. Review metode pelaksanaan pekerjaan dan alat kerja
e. Progress Calculations System
f. Meeting
g. Review commissioning system
h. Penambahan dan atau perubahan waktu dan biaya.

5. SUPERVISION AND QA/QC


System pengawasan dan pengendalian pada masa kontruksi sangat diperlukan dan
wajib guna mengendalikan pelaksanaan agar sesuai dengan yang telah ditetapkan
dalam kontrak.
System ini terdiri dari tim teknis dan non teknis yang dipimpin oleh seorang team
leader.
Fungsi dan tugas dari tim Supervision and QA/QC adalah :
a. Mengendalikan Jadwal (Master Schedule dan atau Forecast Schedule), mutu
dan waktu
b. Mendendalikan sequence pekerjaan (work priority)
c. Mengendalikan material balance dan penggunaan material
d. Menilai progress pekerjaan
e. Membuat laporan dan evaluasi
f. Memastikan metode kerja dan alat kerja yang tepat
g. Review shop drawing
h. Review ITP dan prosedur lain
i. Review dokumen-dokumen

6. COMMISSIONING
Merupakan tahap akhir dari penyelesaian proyek, mengingat PLTU adalah plant yang
sangat besar yang melibatkan beberapa system apalagi peralatan, maka dalam
comisioining harus di bagi menjadi beberapa kelompok kerja yang mewakili fungsinya,
dan tahapan commissioning pada power terdiri dari :
a. Solo Run, test memfungssikan peralatan secara mandiri, satu persatu
b. Partial Test, test menfungsikan peralatan berdasar sub kerja
c. Integration Test, test memfungsikan peralatan pada perbagian.
d. Synchronization test, test memfungsikan peralatan secara
integrasi/keseluruhan
e. Performance Test, test secara fungsi integrasi yang berkaitan ketahanan dan
kinerja.

Anda mungkin juga menyukai