PEREKONOMIAN INDONESIA
PEREKONOMIAN
INDONESIA
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perekonomian Indonesia
DOSEN PEMBIMBING
RIS HANDAYANI, SH., MM.
DISUSUN OLEH
Penulis:
Mahasiswa G1.20 & G2.20
Editor:
Sepmi Dinda & Dinanty Amaradhita
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................ ii
BAB I LINGKUP DAN KARAKTERISTIK
PEREKONOMIANINDONESIA ................................... 1
BAB II INDONESIA PEREKONOMIAN PERIODE
KOLONIAL(SEJARAH PEREKONOMIAN 1) ........... 18
BAB III SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA (2)
................................................................................... 36
BAB IV SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA
(30) ............................................................................. 53
BAB V SISTEM EKONOMI INDONESIA .................. 69
BAB VI Pelaku dan Peran Dalam Perekonomian
Indonesia .................................................................... 85
BAB VII TRANSFORMASI STRUKTURAL ............. 91
BAB VIII ANALISA KEBIJAKAN TRANSFORMASI
STRUKTURAL ........................................................ 102
BAB IX PENDAPATAN NASIONAL ........................ 106
BAB X KEBIJAKAN FISKAL .................................. 122
BAB XI PENGERTIAN KEBIJAKAN MONETER
MENURUTPENDAPAT PARA AHLI ....................... 134
BAB XII “Neraca Pembayaran Luar Negeri Indonesia”
................................................................................. 143
BAB XIII PEREKONOMIAN INDONESIA DALAM
ERA GLOBALISASI ................................................ 156
BAB XIV DAYA SAING GLOBAL INDONESIA ...... 169
DAFTAR PUSTAKA ................................................ 180
ii
BAB I
LINGKUP DAN KARAKTERISTIK
PEREKONOMIANINDONESIA
A.STRUKTUR EKONOMI
Indonesia Negara yang terletak di garis
khatulistiwa dan diantara dua benua memberi
pengaruh yang sangat besar terhadap kondisi
perekonomian Indonesia itu sendiri. Sebagai
Negara yang subur perekonomian Indonesia
didominasi oleh sector pertanian dan kehutanan
sebagai sumber dan hasil produksi yang
dihasilkan. Itulah sebabnya struktur ekonomi
Indonesia lebih banyak disebut agraris. Pada
dasarnya struktur ekonomi ada dua yaitu
Negara yang ekonominya berstruktur agraris dan
berstruktur industrial. Struktur ekonomi agraris
menunjukan kontribusi sector pertanian lebih
dominan terhadap nilai PDBdibandingkan sector
industry. Sebaliknya jika kontribusi sector
industry lebih banyakterhadap nilai PDB maka
Negara tersebut bisa disebut mempunyai struktur
industrial. Dewasa ini kondisi stuktur ekonomi di
Indonesia sedang mengalami transformasi.
Lingkup pembahasan dalam perekonomian
Indonesia meliputi :
1
a. Sistem Ekonomi
Setiap negara menganut dan
menerapkan sistem perekonomian yang
berbeda-beda, hal ini dilatar belakangi oleh
berbagai konsep pikir dan cara pandang
masyarakat dalam menerapkan tata laksna
kehidupan berbangsa dan bernegara. Tata
laksana kehidupan masyarakat tersebut
sesuai dengan falsafah hidup yang
mencerminkan aliran sosiologi, idiologi
yang berkembang dalam masyarakat. Bagi
negara yang menganut prinsip kebebasan
maka sistem ekonomi yang diterapkan
lebih bersifat liberal atau kapitalis,
sedangkan negara yang menganut prinsip
kebersamaan dan terpimpin maka sistem
ekonomi yang diterapkan lebih bersifat
sosialis. Indonesia sebagaimana tercantum
dalam UUD 1945, seharusnya menganut
sistem ekonomi yang didasarkan pada
falsafah negara yaitu “Pancasila”, dimana
Sistem Ekonomi Indonesia yang
berkedaulatan atas rakyat sesuai dengan
nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila.
b. Pelaku Ekonomi
Pelaku ekonomi adalah semua
masyarakat yang terlibat dalam kegiatan
ekonomi, baik bersifat perorangan atau
2
kelompok maupun berupa lembaga- lembaga
ekonomi. Kesemuanya saling berinteraksi
dalam setiap kegiatan ekonomi, apakah
dalam kegiatan produksi, konsumsi atau
pertukaran. Secara teori pelaku ekonomi
tersebut dikelompokkan menjadi empat
bagian yaitu Konsumen (Rumah tangga
Konsumen), Produsen (Rumah Tangga
Produsen), Pemerintah (Rumah Tangga
Negara) dan masyarakat luar negeri (Rumah
TanggaLuar Negeri).
c. Sumber Daya Ekonomi
Sumber daya dapat didefinisikan sebagai
elemen atau segala sesuatu
yangikut/terlibat dalam proses produksi.
Kondisi sumber daya disetiap Negara
sangat bebeda,hal ini disebabkan adanya
perbedaan factor alam, budaya dan social
yang dimiliki suatuNegara. Sumber Daya
ekonomi punya peranan besar terhadap
pembangunan suatu Negara. Artinya
kemajuan dan perkembangan ekonomi
suatu negara sangat tergantung akan
ketersediaan sumber daya yang ada dalam
suatu negara baik secara kuantitas maupun
secara kualitas.
d. Pembangunan Ekonomi dan Indikator
Hasil Pembangunan Ekonomi
Setiap pembangunan ekonomi
3
diharapkan dapat merangsang pertumbuhan
ekonomi yang digambarkan dengan
peningkatan pendapatan nasional atau
pendapatan per kapita masyarakat. Dengan
adanya pembangunan ekonomi, akan terjadi
pertumbuhan ekonomi yaituproses
peningkatan produksi barang dan jasa
dalam kegiatan ekonomi masyarakat.
Pertumbuhan Ekonomi adalah suatu kondisi
terjadinya peningkatan Gross National
Product (GNP) yang mecerminkan adanya
pertumbuhan output per capita dan
meningkatnya standar hidup masyarakat.
(Asfia, M: 2013).
Dengan demikian kita tidak bisa melihat
terjadi tidaknya pertumbuhan ekonomi
hanya pada perkembagan nilai GNP saja,
tapi harus juga melihat pada peningkatan
standar hidup masyarakatnya, misalnya
kemapuan daya belinya pada kebutuhan
pokok, kemampuan memasuki jenjang
pendidikan ketingkat yang lebih tinggi. Jika
GNP naik tapi masih banyak terdapat orang
yang menganggur disini bisa dipastikan
pendistribusian pendapatan tidak merata.
Terjadi ketimpangan sosial-ekonomi
masyarakat.
4
Gambaran Hasil Pembangunan Ekonomi
di Indonesia yang akan dikemukakan pada
Bab ini meliputi: Hasil PJPT- II, hasil
pembangunan ekonomi di masa reformasi
dan hasilpembangunan kabinat SBY.
5
Kebijakan cadangan wajib (reserve-
requirements policy) dan Kebijakan tingkat
bunga (interest rate policy). Sedangkan yang
bersifat kualitatif meliputi pengawasan kredit
secara selektif dan moral suation, yaitu
menghimbau atau membujuk secara moral
kepada masyarakat pengguna jasa bank. (Asfia
Murni; 2013). Bagaimana kondisi kebijakan
fiskal dan moneter di Indonesia sangat perlu
diketahui untuk berbagai kebijakan dalam
kegiatan ekonomi yang kita lakukan.
B. KARAKTERISTIK
PEREKONOMIAN INDONESIA
Indonesia sebagai negara keupulauan
(nusantara) memiliki ciri-ciri khusus, yang
berbeda dengan negara tetangga ASEAN,
bahkan berbeda dengan negara-negara lain di
dunia sehingga perekonomiannya memiliki
karakteristik sendiri. Yang mempengaruhi
karakteristik perekonomian Indonesia :
1. Faktor Geografi
a. Indonesia adalah negara kepulauan
terbesar di dunia, terdiri dari 13.677 pulau
besar – kecil (baru 6.044 pulau memiliki
nama, diantaranya 990 pulau yang dihuni
manusia); terbentang dari 60 LU sampai
110 LS sepanjang 61.146 km., memiliki
potensi ekonomi yang berbeda-beda
6
karena perbedaan SDA, SDm,
kesuburan tanah, curah hujan (Sutjipto,
1975).
2. Faktor Demografi
a. Indonesia negara nomor 4 di dunia
karena berpenduduk lebih dari 310 juta
orang. Penyebaran penduduk tidak
merata (dua per tiga tinggal di P. Jawa),
7
sebagian besar hidup di pedesaan
(pertanian), bermata pencairan sebagai
petani kecil dan burah tani dengan upah
sangat rendah.
b. Mutu SDM rendah : ± 80% angkatan
kerja berpendidikan SD. Produktivitas
rendah karena taraf hidup yang rendah:
konsumsi ratarata penduduk Indonesia
RP 82.226 per bulan (1993), namun 82%
penduduk berpendapatan di bawah RP
60.000 per bulan per kapita (Sjahrir,
1996).
c. Indonesia yang berpenduduk lebih dari 210
juta orang membutuhkan berbagai barang,
jasa dan fasilitas hidup dalam ukuran
serba besar (pangan, sandang, perumahan
dan lain-lain). Namun dilain pihak
kemampuan kita untuk berproduksi
(produktivitasnya) rendah. Hal ini akan
menciptakan kondisi munculnya rawan
kemiskinan.
1. Peran Pemerintah
a. Peran atau campur tangan
pemerintah dalam perekonomian ada
yang bersifat kuat (negara sosialis), ada
yang lemah (negara kapitalis). Indonesia
menganut sistem ekonomi campuran
dengann mengutamakan
berlangsungnya mekanisme pasar
sepanjang tidak merugikan kepentingan
rakyat banyak.
b. Campur tangan pemerintah dapat
dibenarkan secara konstitusional :
1) Dari isi pembukaan UUD 1945
dengan Pancsilanya, dapat
disimpulkan bahwa pembangunan
yang diselenggarakan oleh
pemerintah haruslah diarahkan
11
untuk :
a) Memajukan kesejahteraan umum
b) Memajukan kecerdasan kehidupan
bangsa
c) Mewujudkan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat
2) Pasal 33 UUD 1945 bersama
dengan pasal 34 dan pasal 27 ayat
2 mengandung amanat kepada
pemerintah untuk
menyelenggarakan kesejahteraan
sosial seluruh rakyat melalui :
a) Penguasaan cabang-cabang
produksi yang penting bagi negara
dan menguasai hajat hidup orang
banyak.
b) Penguasaan bumi, air dan kekayaan
alam yangada di dalamnya.
c) Pemeliharaan fakir miskin dan anak-
anak terlantar
d) Penyediaan lapangan kerja
2. Kebijaksanaan Pemerintah
a. Tujuan utama atau akhir kebijakan
ekonomi adalah untuk meningkatkan
taraf hidup atau tingkat kesejahteraan
masyarakat. Diukur secara ekonomi,
kesejahteraan masyarakat tercapai bila
tingkat pendapatan riil rata-rata per
12
kapita tinggi dengan distribusi
pendapatan yang retif merata. Tujuan
ini tidak bisa tercapai hanya dengan
kebijakan ekonomi saja. Diperlukan
juga kebijakan non kebijakan ekonomi
saja. Diperlukan juga kebijakan non
ekonomi, seperti kebijakan sosial yang
menyangkut masalah pendidikan dan
kesehatan. Kebijakan ekonomi dan
kebijakan non ekonom harus saling
mendukung.
b. Selain itu kebijakan ekonomi
mempunyai intermediate target sebelum
mencapai tujuan akhir. Sasaran
perantara tersebut mencakup lima hal
utama:
a) Pertumbuhan ekonomi
(misalnya
PDB ataupendapatan nasional)
b) Distribusi pendapatan yang merata
c) Kesempatan kerja sepenuhnya
d) Stablitas harga dan nilai tukar
e) Keseimbangan neraca pembayaran
c. Tiga macam kebijakan Ekonomi
(menurutagregasinya) :
1) Kebijakan ekonomi mikro
Kebijakan pemerintah yang
ditujukan pada semua
perusahaan tanpa melihat jenis
13
kegiatan yang dilakukan oleh
atau disektor mana dandiwilayah
mana perusahaan yang
bersangkutan beroperasi.
Contohnya :
a) Peraturan pemerintah yang
mempengaruhi pola hubungan
kerja (manajer dengan para
pekerja), kondisi kerja dalam
perusahaan.
b) Kebijakan kemitraan antara
perusahaan besar dan
perusahaan kecil di semua
sektor ekonoim
c) Kebijakan kredit bagi
perusahaan kecil di semua
sektor dan lain-lain.
14
sebagainya. Kebijakan meso
dalam arti regional adalah
kebijakan ekonomi yang
ditujukan pada wilayah tertentu.
Misalnya kebijakan pembangunan
ekonomi di kawasan timur
Indonesia (KTI), yang mencakup
kebijakan industri regonal,
kebijakan investasi regional dan
sebagainya. Kebijakan ini bisa
dikeluarkan pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah
17
BAB II
INDONESIA PEREKONOMIAN PERIODE
KOLONIAL(SEJARAH
PEREKONOMIAN 1)
18
awal dasawarsa 1970-an dilakukan oleh sekelompok
kecil ekonomi belanda dibawah pimpinan P.Creutsberg,
seorang pensiunan dari biro pusat Statistik, Jakarta.
Maka beberapa ekonom di Australia dan di negeri
Belanda yang semula menaruh perhatian dan
perkembangan Indonesia masa kini, mulai mengalihkan
perhatian mereka pada sejarah ekonomi Indonesia
selama abad ke-19 dan awal abad ke-20 dalam rangka
usaha mereka untuk mnemahami dengan lebih baik
perkembangan ekonomi indonesia masa kini.
Namun munculnya ekonom sekelompok kecil
ekonom-ekonom di Australia dan negeri Belanda yang
menaruh perhatian pada sejarah perekonomian
Indonesia akan mendapat "warna" dan dimensi baru,
oleh karena itu kajian historis oleh para ekonom ini
akan lebih banyak dilakukan menurut pola yang
dirintis oleh para "sejarawan ekonomi baru"
dalam awal abad ke-15 itu, dalam hal ini tentu penting sekali.
Tetapi "take off' nya adalah justru setelah Mal aka jatuh ke
tangan Portugis, yaitu sekitar 1520. Puncaknya adalah sekitar
1570 hingga 1620, setelah itu perdagangan rempah-rempah
terutama dikuasai oleh VOC.
Tentu ada penjelasan mcngapa terjadi peningkatan sejak
1520. Permintaan utama pada mulanya datang dari Cina
(malah Perkataan cengkeh berasal dari bahasa Mandarin : Lhi
jia atau zhen ga dalam di alek Kanton). Selain itu sejak 1400
permintaan dari Eropa j uga mulai mcni ngbt tcrutama melalu
22
i Vcnesia, Genos dan Barcelona. Sejak itu permintaan dari
Cina dan Eropa meningkat pesat, sehingga akhirnya orang
Eropa mcmutuskan untuk mencari jalan sendiri ke daerah
rempah-rempah itu agar dapat membelinya dengan lebih
murah dan menjualnya lebih tinggi. Prinsip perdagangan
inilah yang melahirkan berbagai perusahaan raksasa seperti
VOC (untuk para saudagar Belanda) dan EIC milik para
saudagar Inggris). Persaingan antara Inggris dan Belanda
akhirnya dimenangkan oleh Belanda hingga ahad ke- 19
(1880).
C. Dominasi VOC
Pengaruh VOC dan EIC dalam pelayaran niaga
Samudra Hindia dipelajari dengan saksama oleh
Chaudhuri pula ( 1989). Dorongan utama
kedua badan dagang raksasa dari Belanda dan
Inggris itu adalah untuk mendapat keuntungan yang
23
sebesar-besarnya dari perdagangan rempah- rempah.
Mengapa orang-orang Eropa Barat (Inggris dan
Belanda) dapat merebut pasaran di Samudra Hindia
yang telah dimasuki oleh Portugis adalah suatu
pertanyaan yang selalu menarik. Ada yang
mengemukakan kenyataan hahwa perbedaannya adalah
dalam sistem manajemen perdagangan: organisasi
Perdagangan orang-orang Iberia adalah perusahaan
negara" karena dikuasai oleh raja dan para bangsawan,
sedangkan perusahaan-perusahaan dagang lnggris dan
Belanda (ElC, VOC) adalah perusahaan-perusahaan
swasta milik kaum "bourgoisie" sebagai pemegang
saham.
E. Cengkeraman Kolonialisme
Dari segi ekonomi VOC samasekali tidak mengubah
tatanan agraria di Nusantara kecuali di Maluku. Di
wilayah tersebut intervensi VOC mengakibatkan daerah
prokuksi cengkeh yang sebelumnya berlokasi di
beberapa pulau di Maluku Utara Ternate, Tidore,
Makian, dan Motir dialihkan ke kepulauan Ambon
(Ambon, Haruku, Saparua dan Nusalaut). Sebab tindakan
VOC di Maluku Utara dan di kepulaun Ambon berbeda
sekali. Kalau di Utara ditegakkan larangan menanam dan
menjual rempah- rempah (extierpa tiestelsel) maka di
kepulauan Ambon justru penduduk diwajibkan menanam
cengkeh untuk dijual kepada VOC (cultuur stelsel). Di
kepulauan Banda terjadi perubahan
sedikit pula dengan mengalihkan pengelolaan kebun-
kebun pala milik penduduk kepada orang Eropa
(perkeniers). Untuk menjamin mutu produksi maka
pengawasan dalam rangka pemeliharaan, pemetikan dan
penyerahan ke loji-loji VOC di jalankan dengan ketal
oleh VOC, baik di Ambon maupun di Banda.
Selain itu. di wilayah Priangan, VOC berhasil
mengadakan kerjasama dengan para bupati untuk
mengerahkan penduduk menanam kopi untuk dijual
pada VOC. "Preangerstelsel" ini terutama terdapal di
abad ke-18 di beberapa kebupaten di Priangan. Kopi
memang bukan tanaman asli di Nusantara, tetapi berasal
30
dari Semen. Sudah sejak abad ke-17 VOC mulai
membeli kopi di wilayah Timur Tengah itu karena ada
pasarannya di Eropa. Kegemaran minum kopi, seperti
juga nanti kegemaran minum teh, ketika itu masih
terbatas pada kalangan elite karena harganya yang sangat
tinggi. Untuk mencapai keuntungan yang lebih besar lagi
dari perdagangan kopi, maka VOC memhuka
perkebunan-perkebunannya sendiri. Hubungan politik
dengan para bupati Ptiangan yang dianggap telah
menjadi kawula VOC karena dialihkan oleh Mataram
pada tahun 1677 merupakan faktor utama yang
memungkinkan hal itu.
Selebihnya di Nusantara. VOC tidak mengadakan
intervensi dalam produksi agraria yang terutama terdiri
dari lada itu. VOC hanya herusaha memperoleh hak
pembelian dan penjualan tunggal (monopoli) saja. Itupun
tidak seluruh wilayah produksi !ada bisa dikuasai VOC,
karena terutama kerajaan Aceh berhasil menghindari
sistem monopoli itu.
Keadaan yang berlangsung dalam abad ke-17 dan
ke-18 tersebut di atas mulai berubah secara mendasar
dalam abad ke-19, dan bermula di Jawa. Bermula dengan
suatu sistem perkebunan yang mirip dengan apa yang
telah diselenggarakan di kepulauan Ambon maupun di
Priangan, yaitu "cultuurstelsel" . kemudian dalam paruh
kedua abad ke-19 meluas menjadi perkebunan swasta.
Selain di Jawa "cultuurstelsel" juga dilaksanakan di
Minangkabau dan di Minahasa, keduanya sama-sama
sistem pembudidayaan kopi.
Kemudian Belanda juga membuka kesempatan
31
bagi modal swasta untuk menggarap pertambangan.
lnfrastruktur berupa sistem perkapalan yang mencakup
seluruh Nusantara dilaksanakan juga dalam paroh
kedua abad ke-
19. Manufaktur secara kecil-kecil juga muncul di sana-
sini. Sistem perekonomian ini berlangsung terus sampai
bagian kedua abad ke-20. Bahkan berangsur pula
setelah Indonesia mencapai kemerdekaannya pacta
tahun 1945. Baru dalam tahun-tahun 1950-an ketika
hubungan ekonomi maupun politik antara R.I.
dengan Belanda terputus samasekali, terjadi
perubahan yang pada dasarnya hanyalah perubahan
pemilikan. Perubahan mendasar, yaitu lndustrialisasi,
baru mulai berlangsung dengan jelas di masa Orde
Baru.
Perkembangan kapitalis dalam tatanan agraria
Indonesia itulah yang akan dikemukakan dalam bab ini,
baik segi positifnya maupun segi negatifnya. Dengan
demikian diharapkan muncul kejelasan mengenai
beberapa hal.
Cultuur Stelsel
Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pihak
Belanda antara tahun 1830 hingga petengahan abad ke-
19 itu mereka namakan "cultuurstelsel". Dalam
historiografi Indonesia yang tradisional istilah itu
diganti menjadi "Tanam Paksa" yang menonjolkan
aspek normatif dari sistem itu, yaitu penderitaan rakyat.
Istilah yang digunakan Belanda itu selain terbatas pada
aspek ekonominya, sehingga padanan kata itu dalam
bahasa Indonesia sesungguhnya adalah "sistem
pembudidayaan" . Namun, dari segi pengelolaannya
dapatlah dilihat bahwa aspek politik menonjol sini.
Produksi sesungguhnya, dilaksanakan oleh
rakyat/petani dengan pengawasan para bupatinya
hubungan politik antara Belanda dan Mataram yang
33
telah menjadi saling tergantung sej ak tahun 1755 itu,
dan terutama setelah Perang Diponegero di mana
Belanda membantu pihak keraton, merupakan format
politik yang memunculkan terselenggaranya sistem ini.
Dalam aspek tersebut terakhir itu kasu s di Jawa ini
dan kasus-kasus di kepulauan Ambon dan di Priangan
tidak berbeda. Sistem ini memang maksud untuk
menghidupkan kembali sistem VOC.
Culturstelsel di Jawa dimulai pada tahun 1836 atas
inisiatif seorang yang berpengalaman dalam hal ini,
yaitu van den Bosch yang telah mempunyai
pengalaman dalam pengelolaan perkebunan di wilayah
kekuasaan Belanda di kepulauan Keribia. Tujuan Van
den Bosch yang dijadikan Gubernur Jendral, adalah ".
mentransformasi pulau Jawa menjadi exportir besaran-
besaran dari produk-produk agraria, dengan
keuntungan dari penjualannya terutama mengalir
kekeuangan Belanda. Tujuan van den Bosch dengan
sistem cultuurstelsel di Jawa itu adalah untuk
memperoduksi berbagai komoditi yang ada
permintaannya di pasaran dunia. Untuk mencapai
tujuan itu ia menganjurkan pembudidayaan berbagai
produk seperti kopi, gula, indigo (nila), tembakau, teh,
lada, kayumanis, dan sebagainya.
Persamaan dari semua produk itu adalah bahwa petani
dipaksakan oleh pemerintah untuk memproduksinya
dan sebab itu tidak dilakukan secara "voluter" (Fasseur
1992:239).
Menurut penelitian Prof. Fasseur dari Universitas
Leiden, pada tahun 1840 sekitar 75.5% dari penduduk
34
Jawa dikerahkan dalam cultuurstelsel. Penduduk di
karesidenan Batavia dan daerah kesultanan di Jawa
Tengah atau Vortsen/anden tidak mengambil hagian
dalam sistem ini. Jumlah itu kemudian berfluktuasi
tetapi tidak turun secara drastis. Pada tahun kemudian
1850, umpamanya jum1ah itu telah menurun menjadi
46%·; tetapi ditahun 1860 naik lagi menjadi 54.5%.
Sekalipun derhografi belum muncul di masa ini,
dan data kependudukan yang diperoleh dari laporan-
laporan para pejabat Belanda sering simpang siur,
namun dapat dikatakan bahwa sistem cultur stelsel ini
jelas menekan penduduk Jawa.
Luas tanah garapan yang digunakan untuk
culturstelsel, menurut perhitungan itu, pada tahun 1840
adalah 6% saja. Pada tahun 1850 menurun menjadi 4%.
Pada tahun 1860 tertentu naik lagi sedikit.
35
BAB III
SEJARAH PEREKONOMIAN
INDONESIA (2)
37
segi ini ,sistem tersebut memang berhasil baik, dengan
dihasilkannya sejumlah besar komoditi ekspor, yang
penjualannya di Eropa semakin banyak menghasilkan
dana untuk menopang posisi keuangan Belanda yang
sedang sulit sekali.
Melonjaknya produki dan laba ini hampir seluruhnya
bersumber pada kerja paksa kaum tani Jawa.
Pengandalan dari Tanam Paksa itu untuk memperoleh
pendapatan lebih daripada hal lain mengakibatkan
reputasi sistem Tanam paksa sangat buruk.
Dalam sistem Tanam Paksa ini kaum tani
diwajibkan untuk menggarap sawahnya dan para petani
wajib menyerahkan hasil panen tersebut pada
pemerintah Belanda. Sistem tanam paksa menuntut agar
kaum tani melakukan kerja rodi. Kaum tani diharuskan
bekerja 4 atau 5 kali lebih lama daripada jam kerja yang
dituntut dalam masa sebelum 1830. Pada umumnya,
imbalan yang diterima oleh kaum tani itu dalam bentuk
hasil budidaya atau upah yang sama sekali tidak
seimbang denga tambahan waktu dan jerih payah yang
dituntut dari mereka.
38
Terjadi perubahan masyarakat dalam kegiatan
Produksi, konsumsi dan distribusi.
Kegiatan produksi pertanian dan perkebunan
mengalami kemajuan yang pesat dengan
diketemukannya perlatan pertanian yang lebih modern.
Saat itu rakyat sudah mengenal berbagai jenis tanaman
yang tidak hanya untuk dipanen semusim, sehingga
hasil pertanian menjadi lebih bervariasi.
Pembukaan berbagai perusahaan juga menyebabkan
munculnya berbagai jenis pekerjaan dalam bidang yang
berbeda - beda, seperti kuli perkebunan, mandor, dan
tenaga administrasi di kantor pemerintahan.
Dalam kegiatan distribusi barang, yaitu kegiatan
ekspor dan impor juga mengalami peningkatan. Karena
pemerintah kolonial Belanda berusaha untuk
meningkatkan jumlah produksi ekspor dari Indonesia.
39
I. Masa Orde Lama
a) Masa Pasca Kemerdekaan (1945-1950)
40
Dalam menghadapi krisis ekonomi-keuangan,
pemerintah menempuh berbagai kegiatan,
diantaranya:
• Pinjaman Nasional, menteri keuangan Ir.
Soerachman dengan persetujuan Badan Pekerja
Komite Nasional Indonesia Pusat (BPKNIP)
mengadakan pinjaman nasional yang akan
dikembalikandalam jangka waktu 40 tahun.
• Hubungan dengan Amerika, Banking and Trade
Coorporation (BTC) berhasil mendatangkan Kapal
Martin Behrman di pelabuhan Cirebon yang
mengangkut kebutuhan rakyat, namun semua
muatan dirampas oleh angkatan laut Belanda.
• Konferensi Ekonomi, Konferensi yang
membahas mengenai peningkatan hasil produksi
pangan, distribusi bahan makanan, sandang, serta
status dan administrasi perkebunan asing.
• Rencana Lima Tahunan (Kasimo Plan),
memberikan anjuran memperbanyak kebun bibit
dan padi ungul, mencegah penyembelihan hewan-
hewan yang membantu dalam pertanian,
menanami tanah terlantar di Sumatra, dan
mengadakan transmigrasi.
• Keikutsertaan Swasta dalam Pengembangan
Ekonomi Nasional, mengaktifkan dan mengajak
partisipasi swasta dalam upaya menegakkan
ekonomi pada awal kemerdekaan.
• Nasionalisasi de Javasche Bank menjadi Bank
Negara Indonesia.
41
b) Masa Demokrasi Liberal (1950-1957)
42
Berakhirnya kabinet Sukiman karena tanda
tangan persetujuan bantuan ekonomi
persenjataan dari Amerika Serikat. Persetujuan
ini menimbulkan pertentangan denganprinsip
dasar politik Indonesia yang bebas aktif.
3. Kabinet Wilopo (3 April 1952- 3 Juni 1953)
Awalnya Presiden Soekarno menunjuk Sidik
Djojosukarto (PNI) dan Prawoto
Mangkusasmito (Masyumi) menjadi formatur
tapi gagal. Setelah bekerja selama dua minggu,
akhirnya dibentuk kabinet baru dibawah
pimpinan Perdana Menteri Wilopo. Kabinet ini
menjalankan program dalam negeri seperti
pemilu (DPR dan DPRD), meningkatkan
kemakmuran, pendidikan, dan pemulihan
keamanan. Sedangkan program luar negeri,
kabinet ini berusaha menyelesaikan masalah
hubungan Indonesia dengan Belanda,
pengembalian Irian Barat ke Indonesia, dan
menjalankan politik bebas aktif. Namun, pada 2
Juni 1953 Wilopo mengembalikan mandat
pada presiden. Penyebabnya karena muncul
mosi tidak percaya dari Serikat Tani Indonesia
pada kabinet ini. Kabinet Natsir juga
menerapkan sisitem ekonomi Gerakan Benteng
yang ditetapkan pada April 1950 dan secara
resmi dihentikan pada 1957.
43
4. Kabinet Ali Sastroamijoyo I (31 Juli 1953-12
Agustus 1955) Kabinet ini dibentuk pada 30
Juli 1953 dikenal sebagai kabinet Ali Wongso.
Kabinet Ali Sastroamijoyo I berhasil
menyelenggarakan konferensi Asia-Afrika
tahun 1955 dan persiapkan pemilu untuk
anggota parlemen. Berakhirnya kabinet ini
karena NU menarik dukungan dan menteri dari
kabinet. Sehingga terjadi keretakan sampai
kabinet
Dikembalikan pada presiden. Kabinet Ali
Sastroamijoyo juga menerapkan sisitem
ekonomi Ali Baba yangdicetuskan oleh Mr.
Iskaq Tjokrohadisurojo, dimana “Ali”
diidentikan sebagai pengusaha pribumi
sedangkan “Baba” digambarkan sebagai
pengusaha China atau non pribumi.
5. Kabinet Burhanudin Harahap (12 Agustus
1955- 3 Maret 1956)
Kabinet ini dilantik pada 12 Agustus 1955
yang dipimpin oleh Burhanuddin Harahap.
Keberhasilan kabinet yaitu menyelenggarakan
pemilu pertama secara demokratis pada 29
September dan 15 Desember 1955. Dari hasil
pemilu pertama, ada 70 partai politik yang
mendaftar dan 27 partai lolos seleksi.
Perolehan suara terbanyak partai politik yaitu
PNI, NU, Masyumi, dan PKI. BACA JUGA
Faktor Penyebab Masalah Sosial dan
Contohnya di Lingkungan Masyarakat
44
6. Kabinet Ali Sastroamijoyo II (20 Maret 1956-4
Maret 1957) Kabinet Ali Sastroamijoyo II
memperjuangkan pengembalian Irian Barat dan
membatalkan Konferensi Meja Bundar (KMB).
Dari perjanjian ini, Belanda dianggap lebih
menguntungkan daripada Indonesia.
48
II. Masa Orde Baru
a) Masa Stabilisasi dan Rehabilitasi (1966 –
1968)
Periode ini dikenal sebagai periode stabilisasi
dan rehabilitasi sesuaidengan masalah pokok yang
dihadapi, yaitu:
1) Meingkatnya inflasi yang mencapai 650% pada
tahun 1965
2) Turunnya produksi nasional di semua sektor
3) Adanya dualisme pengawas dan pembinaan
perbankan.
Dualisme ini muncul dari struktur organisasi
perbankan yang meletakkan Deputy Menteri bank
Sentral dan Deputy Menteri Urusan Penertiban bank
dan Modal Swasta berada di bawah Menteri
Keuangan. (Suroso, 1994). Ketetapan MPRS Nomor
XXIII/MPRS/1966 tentang: Pembaharuan
kebijaksanaan landasan ekonomi dan pembangunan,
tertanggal 5 Juli 1966, antara lain menetapkan:
(1) Program stabilisasi dan rehabilitasi: 1966 –
1968 (jangka pendek) Tindakan dan
Kebijaksanaan Pemerintah:
1) Tindakan “banting stir” dari ekonomi
komando ke ekonomi bebas demokratis; dari
ekonomi tertutup ke ekonomi terbuka; dari
anggaran defisit ke anggaran berimbang.
(Mubyarto, 1988).
2) Serangkaian kebijaksanaan Oktober 1966,
Pebruari 1967 dan Juli 1967 antara lain:
49
a) Kebijaksanaan kredit yang lebih
selektif (penentuan jumlah, arah, suku
bunga)
b) Menseimbangkan/menurunkan
defisit APBN
c) Mengesahkan / memberlakukan
undang-undang: UU Pokok
Perbankan No. 14/ 1967, UU
Perkoperasian no. 12/ 1967, UU
Bank Sentral No. 13/ 1968 dan UU
PMA tahun 1967 dan UU PMDN
tahun 1968.
d) Membuka Bursa Valas di Jakarta 1967.
(2) Program Pembangunan dimulai tahun 1969/
1970 (jangka panjang)
Jangka waktu dan strategi pembangunan:
1) Pembangunann jangka menengah terdiri
dari pembangunan Lima Tahun (PELITA)
dan dimulai dengan PELITA I sejak tahun
1969/ 1970.
2) Pembangunan Jangka Panjang dimulai
dengan pembangunan Jangka Panjang Tahap
I (PJPT – I) selama 25 tahun, terdiri dari:
a) PELITA I 69 / 70 = 73 / 74 Titik berat
pada sektor pertanian dan industri
yangmenunjang sektor pertanian.
b) PELITA II 74/75 – 78/79 Titik berat
pada sektor pertanian dengan
meningkatkanindustri pengolah bahan
mentah menjadi bahan baku.
50
c) PELITA III 79/80 – 83/84
Titik berat sektor pertanian
(swasembada beras) dengan
meningkatkan industri pengolah bahan
baku menjadi barang jadi.
d) PELITA IV 84/85 – 88/89
Titik berat pertanian (melanjutkan
swasembada pangan) dengan
meningkatkan industri penghasil
mesin-mesin.
e) PELITA V 89/90 – 93/94
Sektor pertanian untuk memantapkan
swasembada pangan dengan
meningkatkan sektor industri
penghasil komoditi ekspor, pengolah
hasil pertanian, penghasil mesin-mesin
dan industri yang banyakk menyerap
tenaga kerja.
f) PELITA VI
Meletakkan landasan yang kuat untuk
tahap pembangunan selanjutnya.
(Suroso, 1994).
52
BAB IV
SEJARAH PEREKONOMIAN
INDONESIA (30)
54
aktivitas perekonomian.
Beberapa kerajaan yang berada di Jawa bagian
Timur, juga menandakan aktivitasnya. Kehidupan
ekonomi masyarakat pada jaman Kerajaan Singasari
berbasis pada pertanian, pelayaran, dan
perdagangan. Kerajaan Majapahit hidup dari
pertanian dan perdagangan.
Kerajaan Sunda berfokus pada kegiatan
perdagangan dan pertanian yang merupakan kegiatan
mayoritas rakyat Sunda. Selain Bertani, kehidupan
masyarakat kerjaan Sunda juga berdagang.
Kehidupan perekonomian masyarakat Kerajaan Bali
Kuno bertumpu pada pertanian. Beberapa istilah
yang berkaitan dengan bercocok tanam, anatara lain
sawah, parlak (sawah kering), gaga (ladang), kebwan
(kebun), dan kasuwakan (irigasi). Selain bercocok
tanam, ada yang beberapa bekerja sektor di
kerajinan.
Singkatnya, dalam masa sebelum penjajahan,
perekonomian Indonesia bertumpu pada sektor
pertanian dan perdagangan. Munculnya sektor
perdagangan dalam aktivitas masyarakat pada jaman
tersebut, menunjukkan bahwa perekonomian
Indonesia tidak hanya berbasis pada sektor primer
saja. Dengan demikian, cikal bakal sektor
perekonomian yang lebih baik, sebenarnya telah
dimulai pada masa tersebut.
55
2) Masa Penjajahan Portugis (1509-1659)
Perjalanan historis Portugis dalam menjajah
Indonesia dimulai dengan ekspedisi eksplorasi yang
dikirim dari Malaka yang baru ditaklukan dalam
tahun 1512. Bangsa Portugis merupakan bangsa
Eropa pertama yang tiba di kepulauan yang
sekarang rempah-rempah yang berharga dan untuk
memperluas usaha misionaris Katolik Roma. Upaya
pertama Portugis untuk menguasai kepulauan
Indonesia adalah dengan menyambut tawaran
kerjasama dari Kerajaan Sunda.
Bangsa Portugis adalah bangsa yang
mempunyai keahlian dalam navigasi, pembuatan
kapal, dan persenjataan. Hal ini memungkinakan
mereka untuk melakukan ekspedisi dan ekspansi jauh
ke negara-negara di dunia. Selain itu, bangsa Portugis
adalah salah satu bangsa yang menjadikan
perdagangan (khususnya rempah-rempah) menjadi
komoditi ekonomi negaranya. Hal ini membuat
perdagangan menjadi fokus bagi Portugis untuk
membangun perekonomian. Banyak perjanjian-
perjanjian dengan kerajaan-kerajaan di Indonesia
dilakukan untuk mendapatkan komoditi perdagangan
rempah-rempah.
Masa penjajahan Portugis memberikan
pelajaran berharga bagi bangsa Indonesia. Pada masa
penjajahan Portugis, kondisi perekonomian Indonesia
lebih banyak diwarnai adanya perlawanan dari rakyat
terhadap Portugis, karena komoditi rempah-rempah
yang menjadi andalan rakyat Indonesia dijarah begitu
56
saja. Dengan demikian, kondisi perekonomian
Indonesia berada dalam bayang- bayang Portugis.
Sumber daya yang menjadi tumpuan kehidupan
masyarakat, menjadi bagian dari ekspolitasi Portugis.
57
bersenjata sendiri, dan membuat perjanjian dengan
raja-raja. Di sini terlihat bertapa VOC mempunya
kekuasaaan yang besar. Kewenangan itu seolah
melegalkan keberadaan VOC sebagai penguasa
Hindia Belanda.
Pada tahun 1795, VOC dibubarkan karena
dianggap gagal dalam mengeksplorasi kekayaan
Hindia Belanda (Indonesia). Kegagalan itu Nampak
pada defisitnya kas VOC, yang antara lain
disebabkan oleh : 1) Peperangan yang terus-menerus
dilakukan oleh VOC dan memakan biaya besar, 2)
Penggunaan tantara sewaan membutuhkan biaya
besar, 3) Korupsi yang dilakukan pegawai VOC
sendiri, 4) Pembagian dividen kepada para pemegang
saham, walaupun kas deficit.
Bubarnya VOC bukan berarti Belanda
kehilangan akal untuk mempertahankan dominasi
penjajahannya. Justru muncul kebijakan baru yang
disebut dengan cultuur stelsel (sistem tanam paksa).
Kebijakan ini diberlakukan mulai tahun 1836 yang
diinisiasi oleh Van Den Bosch.
Sistem tanam paksa berlangsung melalui aturan
yang keras dan ketat. Tidak jarang masyarakat
pribumi harus memeras keringat bahkan dengan
cucuran darah mereka. Anehnya sistem ini juga ada
sisi positifnya, yaitu masyarakat pribumi mulai
mengenal tata cara menanam tanaman komiditas
ekspor yang ada umumnya bukan tanaman asli
Indonesia, dan masuknya ekonomi uang di pedesaan
pula membangkitkan perekonomian desa.
Setelah melakukan sistem tanam paksa,
58
kemudian Belanda menerapkan Sistem Ekonomi
Pintu Terbuka (Liberal). Kebijakan ini dilakukan
karena desakkan kaum Humanis Belanda yang
menginginkan perubahan nasib warga pribumi
kearah yang lebih baik dengan mendorong
pemerintah Belanda mengubah kebijakan
ekonominya. Hal ini kemudian ditindaklanjuti
dengan munculnya beberapa peraturan- peraturan,
seperti peraturan yang mengatur tenang sewa tanah,
dan aturan tentang tanah yang boleh disewakan atau
tidak. Kelihatannya sistem ini baik, namun tetap saja
menambah penderitaan bangsa Indonesia, terutama
para tenaga kerja rendahan (kuli)
59
Portugis Timur, dan seluruh wilayah Hindia Belanda
sebelum perang. Perjalanan waktu terus berputar,
sehingga pada 9 Agustus 1945 Soekarno, Hatta dan
Radjiman Widjodiningrat diterbangkan ke Vietnam
untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka
dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang menuju
kehancuran tetapi Jepang menginginkan
kemerdekaan Indonesia pada 24 Agustus. Kebijakan
ekonomi pada jaman penjajagan Jepang, terdiri atas;
1) Perluasan Areal Persawahan,
2) Pengawasan Pertanian dan Perkebunan.
Perluasan Areal Persawahan. Setelah
menduduki Indonesia,lepang melihat bahwa produksi
beras tidak akan mampu memenuhi kebutuhan. Oleh
karena itu, perlu dilakukan perluasan areal
persawahan guna meningkatkan produksi beras.
Meskipun demikian produksi pangan antara tahun
1941-1944 terus menurun.
Pengawasan Pertanian dan Perkebunan.
Pelaksanaan pertanian diawasi secara ketat dengan
tujuan untuk mengendalikan harga barang, terutama
beras. Hasil pertanian diatur sebagai berikut: 40%
untuk petani, 30% harus dijual kepada pemerintah
Jepang dengan harga yang sangat murah, dan 30%
harus diserahkan ke lumbung desa. pelanggaran akan
dihukum berat. Badan yang menangani masalah
Ketentuan itu sangat merugikan petani dan yang
berani melakukan pelanggaran disebut Kempetai
(Korps Polisi Militer), suatu badan yang sangat
60
ditakuti rakyat.
Pengawasan terhadap produksi perkebunan
dilakukan secara Kelat. Jepang hanya mengizinkan
dua jenis tanaman perkebunan yaitu karet dan kina.
Kedua jenis tanaman itu berhubungan langsung
dengan Repentingan perang. Sedangkan tembakau,
teh, kopi harus dihentikan penanamannya karena
hanya berhubungan dengan kenikmatan. Padahal,
ketiga jenis tanaman itu sangat laku di pasaran dunia.
Dengan demikian, kebijakan pemerintah Jepang di
bidang ekonomi sangat merugikan rakyat.
Kebijakan-kebijakan pemerintah Jepang di
bidang ekonomi telah mengakibatkan kehidupan
rakyat Indonesia menjadi sengsara dan penuh
penderitaan. Kondisi rakyat Indonesia selama
pendudukan Jepang, jika dibandingkan dengan
kondisi rakyat Indonesia ketika dijajah Belanda
malah lebih buruk. Padahal Jepang menduduki
Indonesia hanya tiga setengah tahun, sedangkan
Belanda menjajah Indonesia selama tiga setengah
abad.
5) Masa Order Lama (1945-1967)
Dinamika perekonomian Indonesia pada masa
Orde Lama menarik untuk dicermati. Hal ini terjadi
karena pada masa tersebut, Indonesia adalah negara
yang baru saja merdeka. Ibaratnya, sebagai negara
yang baru merdeka maka berbagai fenomena muncul
seiring dengan berlangsungnya kehidupan politik
yang berlangsung pada saat itu. Dalam masa ini,
61
perkembangan perekonomian dibagai dalam 3 (tiga)
masa, yaitu:
➢ Masa Kemerdekaan (1945-1950)
Keadaan ekonomi pada masa awal
kemerdekaan sangat tidak menggembirakan.
Hal itu terjadi karena adanya inflasi yang
disebabkan oleh beredarnya lebih dari satu
mata uang secara tidak terkendali. Bulan
Oktober 1946 Pemerintah RI mengeluarkan
ORI (Oeang Republik Indonesia) sebagai
pengganti uang Jepang. Namun adanya
blockade ekonomi oleh Belanda dengan
menutup pintu perdagangan luar negeri
mengakibatkan kekosongan kas negara.
Akibatnya negara berapa dalam kondisi
krisis keuangan.
Kondisi tentu membahayakan bagi
keberlangsungan perekonomian Indonesia
pada masa itu.
Menghadapi krisis tersebut, tidak ada
jalan lain bagi pemerintah, kecuali harus
segera menempuh beberapa kebijakan, yaitu
pinjaman nasional, memenuhi kebutuhan
rakyat, melakukan konferensi ekonomi,
membuat rencana pembangunan,
membangun partisipasi swasta dalam
pembangunan ekonomi, dan nasionalisasi
Bank Indonesia.
Pinjaman Nasional dilakukan oleh
Menteri keuangan (kala itu Ir. Soerachman)
62
dengan persetujuan Badan Pekerja Komite
Nasional Indonesia Pusat (BPKNIP)
mengadakan pinjaman nasional yang akan
dikembalikan dalam jangka waktu 40 tahun.
Pinjaman ini dimaksudkan agar tersedia dana
segar bagi operasionalisasi penyelenggaraan
negara. Untuk memenuhi kebetuhan rakyat,
dilakukan dengan mendatangkan Kapal
Martin Behrman di pelabuhan Ciberon yang
mengangkut kebutuhan rakyat.
Pembahasan mengenai peningkatan hasil
produksi pangan distribusi bahan makanan,
sandang, serta status administrasi
perkebunan asing dilakukan melalui
konferensi ekonomi. Kemudian untuk
melengkapinya dibuat Rencana Lima
Tahunan (Kasimo Plan), dimana dalam
dokumen itu meliputi anjuran
memperbanyak kebun bibit dan padi unggul,
mencegah penyembelihan hewan-hewan
yang membantu dalam pertanian, menanami
tanah terlantar di Sumatra dan mengadakan
transmigrasi.
Pada masa tersebut, pemerintah telah
menyadari bahwa jika hanya pemerintah
sendiri yang bekerja, maka pekerjaan
pemerintah akan menjadi lebih berat. Untuk
itu pemerintah berusaha menggandeng
swasta dalam membangun perekonomian,
dengan mengaktifkan dan mengajak
partisipasi swasta dalam upaya menegakkan
63
ekonomi pada awal kemerdekaan. Kemudian
dilanjutkan dengan Nasionalisasi de
Javasche Bank menjadi Bank Negara
Indonesia, yang hingga sekarang ini menjadi
Bank Indonesia.
Selain kebijakan di atas, muncul pula
kebijakan yang dikenal dengan sebutan
Sistem Ekonomi Gerakan Benteng dan
Sistem Ekonomi Ali-Baba.
Sistem Ekonomi Gerakan Banteng
merupakan kebijakan yang digagas oleh
Soemitro Djojohadikusumo". Sistem ini
dimaksudkan untuk perbaikan dan perubahan
struktur ekonomi peninggalan Belanda ke
arah ekonomi nasional melalui gerakan
konfrontasi ekonomi. Tujuannya melindungi
para pengusaha pribumi dari persaingan non
pribumi. Setelah kabinet Natsir jatuh, sistem
ini dilanjutkan oleh Kabinet Sukiman melalui
menteri keuangannya Jusuf Wibisono dengan
kebijakannya pemberian kredit pada
pengusaha pribumi. Namun kebijakan ini
akhirnya gagal. Sistem Ekonomi Ali Baba
merupakan penggalangan kerjasama antara
pengusaha Cina dan pengusaha pribumi.
Pengusaha nonpribumi diwajibkan
memberikan latihan-latihan kepada
pengusaha pribumi. Pemerintah menyediakan
kredit dan lisensi bagi pengusaha swasta
nasional. Program ini tidak berjalan dengan
64
baik karena pengusaha pribumi kurang
berpengalaman sehingga hanya dijadikan alat
untuk mendapatkan bantuan kredit dari
pemerintah. Sistem ini berlaku pada kabinet
Ali Sastroamijoyo-l.
Kondisi perekonomian pada masa ini
lebih banyak berkutat pada bagaimana
menyelesaikan persoalan ekonomi dasar.
Namun hal inipun juga tidak bisa berjalan
dengan baik, akibat situasi politik yang tidak
stabil. Beberapa kebijakan sebenarnya telah
didisain dengan baik, namun ketika
diimplementasikan tidak jalan.
Tentu saja tidak bisa memperbaiki kondisi
perekonomian pada masa itu.
➢ Masa Demokrasi Liberal (1959-1957)
Masa ini, paham liberaslisme mulai
masuk dalam kebijakan perekonomian
Indonesia. Ciri utama masa Demokrasi
Liberal adalah sering bergantinya cabinet.
Hal ini disebabkan karena jumlah partai yang
cukup banyak, tetapi tidak ada partai yang
memiliki mayoritas mutlak. Hal ini kemudian
membuat pada masa ini perekomian
diserahkan sepenuhnya pada pasar. Kebijakan
ini sebenarnya belum tepat benar, karena
pengusaha pribumi masih belum mampu
bersaing dengan pengusaha non- pribumi.
Namun akibat pengaruh eksternal, masa
kebijakan ini tetap berjalan. Dampak dari
kebijakan ini akhirnya hanya memperburuk
65
kondisi perekonomian Indonesia.
Pada masa itu pemerintah terkesan
memaksakan sistem pasar dalam
perekonomian. Anehnya pemerinyah juga
sudah mengetahui dampaknya, maka
pemerintah juga melakukan berbagai upaya
untuk mengatasi kondisi perekonomian.
Usaha- usaha tersebut adalah melalui
pemotongan nilai uang, melanjutnya
program Benteng, dan memutuskan hasil
Konferensi Meja Bundar (KMB).
Pemotongan nilai uang dimaksudkan
untuk mengurangi jumlah uang yang beredar,
agar tingkat harga turun. Program ini dikenal
dengan sebutan Gunting Syarifuddin.
Pemerintah juga melanjutkan program
Benteng (Kabinet Natsir) dengan maksud
untuk menumbuhkan wiraswasta pribudi agar
bisa berpartisipasi dalam perkembangan
ekonomi nasional. Serta pembatalan sepihak
atas hasil-hasil KMB, termasuk pembubaran
Uni Indonesia-Belanda.
➢ Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1967)
Demokrasi terpimpim tidak lepas dari
sosok Presiden Soekarno, sehingga pemikiran
Soekarno menjadi dasar bagi pelaksanaan
demokrasi si pemimpin. Pemikiran Soekarno
tentang demokrasi terpimpin muncul pertama
kali pada pidato yang berdulu Kembali ke Rel
Revolusi (1959). Dalam pidatonya tersebut
Soekarno menyatakan bahwa kita dapat
66
mempergunakan sistem yang sudah-sudah
dan alat-alat yang sudah-sudah. Sistem
Liberalisme harus dibuang jauh-jauh,
demokrasi terpimpin dan ekonomi terpimpin
harus ditempatkan sebagai gantinya.
Akhirnya demokrasi terpimpin benar-
benar terjadi setelah muncul Dekrit Presiden
5 Juli 1959. Mulai saat itulah Indonesia
menjalankan sistem domokrasi terpimpin.
Konsekuensi dari sistem ini berdampak pada
perubahan struktur ekonomi Indonesia yang
akhirnya cenderung berjalan melalui sistem
etatisme, dimana dalam sistem ini negara
dan aparatur ekonomi negara bersifat
dominan serta memastikan potensi dan kreasi
unit-unit ekonomi di luar sektor negara.
Masa ini tidak menunjukkan kondisi
perekonomian yang baik, justru berdampak
pada adanya devaluasi, perlunya membentuk
Lembaga ekonomi, dan kegagalan dalam
bidang moneter. Devaluasi berarti
menurunkan nilai uang. Tujuannya guna
membendung inflasi yang tetap tinggi,
mengurangi jumlah uang yang beredar di
masyarakat, serta agar dapat meningkatkan
nilai rupiah, sehingga rakyat kecil tidak
dirugikan. Pada saat itu mata uang Rp
1.000,00 dan Rp 1.500,00 menjadi Rp 50,00.
67
Pada saat itu dibentuk pula apa yang
disebut dengan Deklarasi Ekonomi, yang
bertujuan untuk mencapai tahap ekonomi
sosialis Indonesia dengan cara
terpimpin.untuk mencapai tahap ekonomi
sosialisIndonesia dengan cara terpimpin.
68
BAB V
SISTEM EKONOMI INDONESIA
69
Sistem ekonomi Indonesia adalah sistem ekonomi
pancasila yaitu sistem ekonomi yang mengacu pada
sila-sila dalam Pancasila, yang terwujud dalam lima
landasan ekonomi yaitu ekonomi moralistik, ekonomi
kemanusiaan, nasionalisme, demokrasi ekonomi dan
diarahkan untuk mencapai keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Subsistem dari sistem ekonomi pancasila tersebut
adalah perekonomian rakyat atau dapat disebut ekonomi
kerakyatan, dimana perekonomian ini lebih merujuk
pada obyek atau situasinya yaitu pada ekonomi sebagian
besar rakyat Indonesia, yang umumnya masih tergolong
ekonomi lemah, bercirikan subsisten (tradisional),
dengan modal dan tenaga kerja keluarga, serta teknologi
sederhana.
Dengan bersandar pada pengertian tersebut, maka
kita dapat melihat fakta bahwa ekonomi rakyat terus
berkembang dari waktu ke waktu. Namun
perkembangannya tidak sejalan dengan perkembangan
perekonomian secara keseluruhan. Dilihat dari sisi
output-nya perkembangan ekonomi rakyat lebih lamban
dari perekonomian modern dan skala besar, yang pelaku
dan kepemilikannya terbatas.
Di era modern ini untuk menjalankan sistem
ekonomi kerakyatan dapat dilakukan dengan berbagai
cara, salah satunya melalui penegakkan hukum dalam
bentuk UU dan aturan lain. Hal ini dipermudah dengan
adanya sistem desentralisasi yaitu penyerahan
70
kewenangan dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah untuk mengurusi urusan rumah
tangganya sendiri berdasarkan prakarsa dan aspirasi
rakyatnya dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dengan adanya desentralisasi maka
muncullah otonomi bagi suatu pemerintah daerah.
Meski masing-masing daerah otonom memiliki
kewenangan untuk membentuk Peraturan Daerah,
namun pembentukan Peraturan Daerah tidak dapat
dilakukan sesuka hati daerah yang bersangkutan. Ada
rambu-rambu hukum tertentu dalam UU Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang harus
dipenuhi dalam pembentukan Peraturan Daerah yang
jika rambu-rambu tersebut dilanggar akan menyebabkan
suatu Peraturan Daerah bisa dibatalkan atau dimintakan
pembatalan.
UU Nomor 23 tahun 2014 telah ditetapkan untuk
mengganti UU Nomor 32 Tahun 2004 yang tidak sesuai
lagi dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan,
dan tuntutan penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Muatan UU Pemerintahan Daerah tersebut membawa
banyak perubahan dalam penyelenggaraan
pemerintahan. Salah satunya adalah pembagian urusan
pemerintahan daerah. Berdasarkan UU Nomor 23 tahun
2014 klasifikasi urusan pemerintahan terdiri dari 3
urusan yaitu urusan pemerintahan absolut, urusan
pemerintahan konkuren, dan urusan pemerintahan
umum.
71
Urusan pemerintahan absolut adalah urusan
pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan
Pemerintah Pusat, urusan pemerintahan konkuren
adalah urusan pemerintahan yang dibagi antara
Pemerintah Pusat dan Daerah Provinsi dan Daerah
Kabupaten/Kota, sedangkan urusan pemerintahan umum
adalah urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
Presiden sebagai kepala pemerintahan.
Selain urusan-urusan tersebut, Pemeritah Daerah
diberi wewenang secara meluas untuk mengatur
pemerintahan di daerah dengan menggunakan dan
mengoptimalkan seluruh potensi sumber daya yang
ada di daerah baik yang sudah mampu digali maupun
yang masih berupa potensi termasuk juga pemanfaatan
sumber daya manusia daerah. Masing-masing wilayah
tersebut mempunyai kewenangan untuk mengatur
urusannya sendiri untuk memperkuat pertahanan dan
keamanan dan mewujudkan kesejahteraan bagi
masyarakatnya. Kewenangan tersebut dituangkan dalam
peraturan yang disebut Peraturan Daerah (Perda).
Dalam penyusunan Perda yang ideal tentunya
diperlukan partisipasi masyarakat yang disampaikan
melalui Badan Legislatif Daerah masing-masing, supaya
Perda tersebut dapat benar-benar memberikan rasa
keadilan bagi masyarakat pada umumnya.
Laju perkembangan suatu daerah biasanya
dipengaruhi oleh pertambahan penduduk sebagai akibat
daya tarik atau nilai jual daerah tersebut.
72
Dewasa ini pusat pembelanjaan dan toko modern
tersebut banyak bermunculan diseluruh Kabupaten
Sleman, dari yang berdiri di tepi jalan besar sampai
masuk ke pemukiman warga. Tiga tahun terakhir,
pertumbuhan bisnis retail secara keseluruhan mencapai
rata-rata 43,364 pertahun, khusus minimarket tumbuh
ratarata 7,341 pertahun yang jaraknya antar satu dengan
yang lainnya tidak lebih dari 300 meter.
Waralaba merupakan salah satu bisnis yang populer
dikalangan masyarakat khususnya para pengusaha.
Konsep mengenai waralaba itu sendiri muncul dari
hasrat para pengusaha untuk mengembangkan usahanya
hingga menembus batas wialayah tertentu. Kosakata
dari waralaba itu sendiri berawal dari bahasa Prancis
yaitu Franchise yang berarti bebas atau bebas dari
perhamaan atau perbudakan (free from servitude).
Menurut V. Winanto, “Waralaba adalah hubungan
kemitraan antara usahawan yang usahanya sukses
dengan usahawan yang relative baru atau lemah dalam
usaha tersebut dengan tujuan saling menguntungkan
khususnya dalam bidang usaha penyediaan produk dan
jasa langsung pada konsumen”.
Namun, Amir Karamoy menyatakan bahwa
waralaba bukan terjemahan langsung konsep franchise.
Dalam konteks bisnis franchise berarti kebebasan untuk
menjalankan usaha secara mandiri di wilayah tertentu.
Lebih lanjut Amir Kramoy menyatakan bahwa secara
hukum waralaba berarti persetujuanlegal atau pemberian
hak atau keistimewaan untuk memasarkan suatu produk
73
jasa dari pemilik (pewaralaba), yang diatur dalam suatu
aturan permainan tertentu.
Menurut Pasal 1 angka 2 Peraturan Pemerintah RI
Nomor 42 tahun 2007 tentang waralaba yang ditetapkan
tanggal 23 Juli 2007: “waralaba adalah hak khusus yang
dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha
terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam
memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti
berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan
oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba”.
Secara umum sistem perwaralabaan dibagi dalam
dua kategori besar, yaitu Waralaba Produk dan Merek
Dagang, serta Waralaba Format Bisnis. Leon C.
Megginson dan kawan-kawan membagi dua sistem
perwaralabaan sebagai berikut:
a. Product and Trademark Franchising (Waralaba
Produk dan Merek Dagang) Dalam format ini,
franchisor memberikan kepada franchisee hak untuk
menjual secara luas suatu produk tertentu. Dalam
produk dan Trandname franchise, pemberi waralaba.
b. Business Format Frinching (Waralaba Format
Bisnis) Franchisor memberikan hak kepada
Franchisee untuk memasarkan produk atau merek
dagang tertentu serta menggunakan sistem operasi
lengkap dari franchisor.
74
Dalam Business Format Franchisee (atau disebut
Operating system frinchises), penerima waralaba diberi
lisensi untuk melakukan usaha dengan menggunakan
paket bisnis dan merek dagang yang telah
dikembangkan oleh pemberi waralaba. Contohnya
adalah McDonald’s.
Dengan banyak bermunculannya waralaba, maka
perlu dibentuk suatu aturan yang khusus memberi ijin
pendirian waralaba maupun mengenai ijin usahanya hal
tersebut perlu diatur dalam rangka lebih meningkatkan
pengawasan, pengendalian dan penataan pasar waralaba
sesuai dengan tata raung wilayah tertentu.
Waralaba juga berkembang pesat di Kabupaten
Sleman, bertambahnya usaha-usaha baru ini secara
otomatis akan membuat perekonomian Sleman semakin
maju, tetapi jika ditelusuri secara mendalam, maka
rakyat yang hanya mempunyai modal kecil dan
berjualan di pasar tradisional justru mengalami kesulitan
dan penurunan pendapatan. Adanya dampak negatif
dari munculnya toko modern tersebut, maka diperlukan
kebijakan pemerintah yang mengatur keberadaan toko
modern sehingga pasar tradisional dan usaha kecil
mampu tumbuh secara seimbang, saling mengisi,
saling melengkapi, dan saling memperkuat satu sama
lain.
75
Untuk itu Kabupaten Sleman menerbitkan Perda No.
18 tahun 2012 tentang perizinan pusat pembelanjaan
dan toko modern. Dimana tujuan diundangkan perda
tersebut adalah:
1. Mengatur dan menata keberadaan pusat
perbelanjaan dan tookmodern;
2. Mengoptimalkan pelaksanaan kemitraan
antara pusat perbelanjaan dan toko modern
dengan UMKM;
3. Mewujudkan sinergi antara pusat
perbelanjaan dan toko modern dengan pasar
tradisional;
4. Memberdayakan potensi ekonomi lokal;
5. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.
Hal yang penulis cermati dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Sleman Nomor 18 tahun 2012 tentang
Perizinan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern dimana
dalam Pasal 16 mengatur tentang jarak toko modern
dengan pasar tadisional adalah sebagai berikut:
1. Supermarket, department store, hypermarket,
dan grosir yang berbentuk perkulakan paling
dekat 1500 m (seribu limaratus meter) dari
pasar tradisional;
2. Minimarket waralaba dan minimarket cabang
paling dekat 1000 m (seribu meter) dari pasar
tradisional.
76
Menurut Wikipedia.org
Sistem perekonomian adalah suatu sistem yang
dimanfaatkan oleh suatu negara untuk mengalokasikan
setiap sumber daya yang dimiliki oleh negara tersebut,
baik untuk individu maupun organisasi yang berdiri di
negara tersebut. Perbedaan dasar antara suatu sistem
ekonomi dengan sistem ekonomi lainnya terletak dari
bagaimana sistem itu mengatur seluruh faktor
produksinya.
Menurut Menurut M. Hatta
Sistem ekonomi adalah sistem yang mengatur
perekonomian yang agar bisa diterapkan di dalam
negara Indonesia dan harus atas dasar asas
kekeluargaan.
Menurut Gilarso (1992:486)
Sistem ekonomi adalah cara yang tepat untuk
mengkoordinasikan perilaku masyarakat secara
keseluruhan dalam menjalankan setiap kegiatan
ekonomi, sehingga bisa dijadikan sebagai satu kesatuan
yang teratur dan dinamis agar setiap kekacauan bisa
dihindari sedini mungkin.
Menurut Dumairy (1966)
Sistem ekonomi adalah suatu sistem yang digunakan
untuk mengatur hubungan ekonomi antar manusia dan
membentuk kelembagaan dalam suatu kehidupan.
Untuk itu, sistem ekonomi juga tidak harus berdiri
sendiri, tapi juga bisa berkaitan dengan pandangan, pola
pikir dan filsafat setiap manusia di dalamnya.
77
Berdasarkan keempat pengertian yang dinyatakan
diatas, maka bisa disimpulkan bahwa pengertian sistem
ekonomi adalah suatu sistem yang digunakan untuk
mengatur dan juga mengelola seluruh bentuk aktivitas
perekonomian dalam suatu negara, sehingga mampu
memaksimalkan seluruhsumber daya yang dimiliki
Dari keempat pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa pengertian sistem ekonomi adalah sistem yang
mengatur dan mengelola segala aktivitas perekonomian
di suatu negara sehingga dapat memaksimalkan sumber
daya yang dimiliki. Namun, setiap prosesnya harus
berdasarkan pada prinsip ekonomi agar tercapai bentuk
kesejahteraan dan kemakmuran untuk seluruh
masyarakat.
Seiring berjalannya waktu, tiap negara juga pasti
akan mengalami perkembangan dari setiap segi
penerapan sistem ekonomi.
Adanya sistem perkembangan ekonomi yang modern
akan membuat perekonomian berkembang pesat,
walaupun sampai sekarang masih ada beberapa negara
dan daerah yang masih menggunakan sistem ekonomi
tradisional.
78
1. Masa Demokrasi Liberal (1950-1957)
Sistem ekonomi indonesia yang pertama kali
diterapkan adalah sistem ekonomi liberal. Sistem
ekonomi ini berlangsung dari tahun 1950 hingga tahun
1957, artinya beberapa tahun setelah Indonesia
merdeka pada tahun 1945. Saat itu, perubahan kabinet
yang sering sekali terjadi pada saat itu berdampak
negatif pada lemahnya ekonomi di Indonesia
Untuk menanggulanginya, diterapkanlah kebijakan
menggunting uang kertas Rp 5 menjadi dua bagian,
bagian pertama yang bernilai Rp 2,5 digunakan
sebagai alat pembayaran yang sah, dan bagian Rp 2,5
yang lain digunakan untuk membeli obligasi pinjaman
nasional. Kebijakan ini diambil oleh menteri
keuangan yang saat itu tengah menjabat, yaitu Bapak
Syafruddin Prawiranegara.
Selain kebijakan menggunting uang kertas, pada
saat itu juga terjadi gerakan banteng untuk merubah
struktur ekonomi kolonial menjadi struktur ekonomi
nasional. Kebijakan ini dinyatakan oleh Dr. Sumitro
Djojohadikusumo, seorang ahli ekonomi pada masa
kabinet Natsir. Gerakan ini dilakukan untuk
melindungi para pengusaha dalam negeri dengan
memberikan suatu bantuan berupa kredit dan
bimbingan yang konkret.
2. Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1966)
Pada masa demokrasi terpimpin, sistem ekonomi
Indonesia mengalami perubahan dari yang awalnya
ekonomi liberal berubah menjadi sistem ekonomi
79
etatisme, dimana seluruh sistem ekonomi ini diatur dan
dikuasai oleh pihak negara, baik itu dalam aspek
sosial, ekonomi, ataupun politik. Sistem ekonomi ini
dicetuskan oleh Presiden Ir. Soekarno di tahun 1959.
Sistem ekonomi ini dilakukan karena sistem
ekonomi liberal membuat setiap pengusaha dalam
negeri tidak mampu bersaing dengan pengusaha
asing. Sehingga, dibentuklah Dewan Perancang
Nasional atau Depernas di tahun yang sama yang
dipimpin oleh Moh. Yamin untuk mempersiapkan
rancangan undang-undang pembangunan nasional.
Pada kalai itu, terjadi penurunan nilai uang,
seperti uang kertas yang nilainya Rp 500 menurun
menjadi Rp 50, dan uang kertas Rp 1000 menjadi Rp
100 saja. Namun, usaha ini belum mampu mengatasi
penurunan ekonomi di bidang finansial.
3. Masa Demokrasi Ekonomi (1967-1998)
Demokrasi ekonomi terjadi pada tahun 1967
hingga tahun 1998, atau pada masa pemerintahan orde
baru yang kala itu di pimpin oleh Bapak Soeharto.
Pada masa ini, sistem ekonomi Indonesia menganut
sistem ekonomi campuran, yang di dalamnya terdapat
campur tangan pemerintah bersama masyarakat yang
turut serta dalam meningkatkan kegiatanekonomi.
Pemerintah berperan sebagai pengendali ekonomi
dan masyarakat berperan penuh sebagai pelaku
produksi, distribusi dan sekaligus konsumennya.
Usaha pemerintah ini bertujuan untuk membantu
masyarakat agar terhindar dari masalah ekonomi
modern seperti kesulitan dalam
80
menentukan harga barang atau jasa yang akan
diproduksi. Kebijakan Bapak Soeharto dalam bidang
ekonomi ini meliputi:
• Bergabungnya kembali Indonesia dengan IMF
atau International Monetary Fund, sehingga ada
bantuan utang keuangan dari negara asing yang
masuk ke Indonesia.
• Menghapus kebijakan hiperinflasi dengan
melarang adanya pendanaan domestik untuk
mencetak uang.
• Melakukan pembebasan bea cukai import dan
mengatasi devaluasi rupiah, sehingga mampu
meningkatkan nilai ekspor ke tingkat
internasional.
4. Masa Demokrasi Pancasila (1998-Sekarang)
Pada tahun 1998 hingga saat ini, sistem ekonomi
Indonesia menggunakan sistem ekonomi Pancasila.
Sistem ekonomi ini adalah bentuk pengembangan dari
sistem ekonomi campuran. Koperasi salah satu wujud
dari diterapkannya sistem ekonomi Pancasila yang
berlandaskan pada pilar ekonomi kerakyatan yang
berasaskan kekeluargaan.
Hal ini sesuai dengan amanat undang-undang
tahun 1992 pasal 3, yang didalamnya dijelaskan
bahwa tujuan koperasi adalah untuk mensejahterakan
anggotanya serta turut serta dalam membangun
tatanan perekonomian negara agar mampu
81
mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan
makmur. Pengelolaan sistem ekonomi ini dilakukan
berdasarkan hasil musyawarah yang dilakukan oleh
perwakilan rakyat.
Karakteristik Sistem Ekonomi Indonesia
1. Setiap kegiatan ekonomi yang dilakukan adalah
kegiatan bersama atau gotong royong yang lebih
fokus dalam mengedepankan ikatan
kekeluargaan.
2. Negara menguasai berbagai cabang produksi
yang sifatnya strategis dan penting untuk banyak
orang.
3. Alasan negara untuk menguasai cabang produksi
yang strategis di tanah air adalah demi
kemakmuran rakyat.
4. Terdapat beberapa komponen sistem ekonomi
campuran yang diterapkan pada sistem ekonomi
pancasila.
5. Kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh negara
dan masyarakat harus kontinyu dan ramah
lingkungan.
6. Pemerintah Indonesia juga berhak mengawasi
kegiatan yang dilakukan oleh pihak swasta secara
umum agar terhindar dari praktik penipuan,
monopoli, dan mafia perdagangan. Tujuannya
tentu untuk menciptakan keadilan pada
masyarakat.
82
Wujud nyata dari diterapkannya sistem ekonomi
Indonesia adalah dengan digalakkannya program badan
usaha koperasi demi mensejahterakan masyarakat.
Setiap barang yang dianggap penting bagi keutuhan
negara dan banyak dibutuhkan oleh masyarakat tidak
boleh begitu saja diserahkan pada pihak swasta. Negara
harus membuat kebijakan dalam mengurus, mengelola,
mengatur, dan mengawasi produksi tersebut. Jika bentuk
kekayaan negara diserahkan begitu saja pada pihak yang
salah, maka tingkat kemakmuran masyarakat dalam
memanfaatkan hasil kata tersebut tentunya tidak bisa
terwujud.
Meskipun demikian, sistem ekonomi pancasila
tetap mengedepankan peran pemerintah dan swasta
dalam mengelola perekonomian. Hal ini diwujudkan
dengan adanya peranan yang jelas antara badan usaha,
yakni Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan
Usaha Milik Swasta (BUMS). Pihak pemerintah akan
mengelola seluruh barang yang berkaitan dengan
kepentingan masyarakat, sedangkan sisanya bisa
dikelola oleh pihak swasta dengan pengawasan dari
pemerintah.
Itu artinya, pihak swasta dan pemerintah tidak
boleh mengeksploitasi secara berlebihan, agar generasi
berikutnya mampu memanfaatkan kekayaan alam dan
agar lingkungan bisa terus terjaga.
83
Kesimpulan
Itulah penjelasan mengenai sistem ekonomi yang
ada di Indonesia. Dengan ini, diharapkan Anda
mengetahui bahwa sistem ekonomi pancasila adalah
sistem ekonomi yang saat ini masih diterapkan dan
digunakan di Indonesia, karena sistem ekonomi
pancasila mampu membantu kesejahteraan rakyat,
khususnya kesejahteraan para pelaku UKM yang
menyerap sebagian besar tenaga manusia.
Namun, jika Anda adalah salah satu pengusaha
UKM yang masih kesulitan dalam mengatur ekonomi
perusahaan, atau merasa tidak ada waktu dalam
mengaturnya, maka Anda bisa menggunakan software
akuntansi dari Accurate Online. Dengan Accurate
Online, Anda bisa mengatur biaya produk, mengontrol
stok barang, dan memantau laporan keuangan bisnis
Anda secara mudah dan real time.
84
BAB VI
Pelaku dan Peran Dalam Perekonomian
Indonesia
85
Dalam istilah lain, pengertian pelaku ekonomi
adalah individu atau organisasi yang mempengaruhi
ekonomi. Dengan demikian, pelaku ekonomi adalah
konsumen, produsen, atau pihak pemberi pengaruh
terhadap pasar modal dan perekonomian pada
umumnya.
3. Perusahaan
Perusahaan adalah pelaku ekonomi yang
berperan sebagai produsen, distributor
sekaligus konsumen. Perusahaan adalah
organisasi usaha yang dibentuk untuk
menghasilkan barang dan jasa yang
dibutuhkan oleh konsumen. Produsen adalah
peran utama dari perusahaan karena telah
menjadi tempat berlangsungnya produksi.
Pihak-pihak dari perusahaan berupaya agar
produk yang diproduksi bisa sampai ke
tangan konsumen.Sementara, perusahan
yang berperan sebagai pelaku ekonomi
distributor contohnya adalah perusahaan
ritel.
87
Perusahaan ritel bertugas memasarkan dan
menjual produk dari perusahaan. Sedangkan
peran sebagai pelaku ekonomi konsumen,
dapat diketahui saat perusahaan harus
memenuhi kebutuhan bahan baku untuk
produksi.
4. Pemerintah
Pelaku ekonomi lain yang juga memiliki
peran sangat penting adalah pemerintah.
Sebagai salah satu pelaku ekonomi,
pemerintah bertugas membuat kebijakan-
kebijakan yang menguntungkan bagi
perekonomian negara, baik untuk produsen,
konsumen, maupun distributor.
Peran utama pemerintah sebagai pelaku
ekonomi adalah mengendalikan
perekonomian dengan berbagai kebijakan
ekonomi untuk memakmurkan warga
negaranya.
Pemerintah sebagai regulator atau
sebagai pengendali perekenomian sebuah
negara antara lain :
❖ Membuat kebijakan moneter
❖ Membuat kebijakan fiskal
❖ Membuat kebijakan kegiatan
dengan negara lain seperti impor
dan ekspor
88
Selain itu, pemerintah juga berperan
sebagai produsen dan konsumen. Sebagai
konsumen, artinya dalam menjalankan
tugasnya, pemerintah membutuhkan barang
dan jasa.
Sebagai produsen, pemerintah turut serta
dalam menghasilkan barang dan jasa yang
dibutuhkan dalam rangka mewujudkan
kemakmuran rakyat yang sebesar-besarnya.
Sedangkan sebagai distributor, peran
pemerintah terlihat dari kegiatan penyaluran
bantuan seperti BOS, BLT dan bantuan
lainnya.
5. Luar Negeri
Tidak hanya dalam negeri, negara lain
juga memiliki peranan dalam perekonomian
sebuah negara. Pasalnya, suatu negara tidak
dapat memenuhi kebutuhannya sendiri,
sehingga membutuhkan negara lain untuk
mencukupi kebutuhannya.
Pelaku ekonomi dari luar negeri ini
meliputi kegiatan ekspor dan impor, investasi
di suatu negara untuk membangun pabrik,
pertukaran tenaga kerja, dan memberikan
pinjaman kepada negaralain.
89
6. Lembaga keuangan Terakhir
Pelaku ekonomi yang juga memiliki
peran besar adalah lembaga keuangan. Ini
adalah pihak yang melakukan kegiatan
keuangan, baik bank maupun bukan bank,
untuk membantu meningkatkan
perekonomian suatu negara.Lembaga
keuangan menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk produk simpanan dengan
memberikan suku bunga deposito kepada
masyarakat. Seperti tabungan berjangka,
tabungan sekolah, tabungan haji, deposito,
safe deposit box dan produk-produk tabungan
lainnya.
90
BAB VII
TRANSFORMASI STRUKTURAL
91
B. Perkembangan Teori Transformasi Struktural
93
C. Tanda-tanda perubahan struktur
perekonomian di Indonesia
Transformasi ekonomi merupakan salah satu indikator
terjadinya pembangunan perekonomian wilayah. Jika terjadi
proses transformasi maka dapat dinyatakan bahwa
telahterjadi pembangunan ekonomi dan perlu
pengembangan lebih lanjut, akan tetapi jika tidakterjadi
maka pemerintah perlu mengadakan perbaikan dalam
penyusunan perencanaanwilayahnya, sehingga kebijakan
pembangunan yang disusun menjadi lebih terarah agar
tujuan pembanguna dapat tercapai. Dan tanda- tandanya
yaitu :
1. Merosotnya pangsa sektor primer ( Pertanian )
2. Meningkatnya pangsa sektor sekunder ( Industri )
3. Pangsa sektor jasa kurang lebih konstan, tetapi
kontribusinya akan meningkatseiring dengan pertumbuhan
ekonomi
94
• Dari sisi penawaran agregat, faktor
utamanya adalah perubahan
teknologi dan penemuan bahan baku atau
material baru untuk berproduksi, yang
memungkinkanuntuk membuat barang-barang
baru dan akibat realokasi dana investasi serta
sumberdaya utama lainnya.
2. Faktor Eksternal
• Kemajuan teknologi yang mempertinggi
produktivitas kegiatan- kegiatan ekonomi.
• Perubahan struktur perdagangan global yang
antara lain disebabkan oleh peningkatan
pendapatan dunia dan dampak dari kebijakan
mengenai perdagangan regional
daninternasional.
3. Faktor lain-lain
• Peningkatan dalam taraf pendapatan dan taraf
hidup penduduk
• Intervensi pemerintah. Kebijakan yang
berpengaruh langsung terhadap
perubahanstruktur ekonomi adalah kebijakan
pemberian insentif bagi sektor industri atau
tidaklangsung lewat kegiatan infrastrukstur.
• Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam
negeri.
95
E. Saluran Transformasi Struktural Indonesia
1. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu motor penggerak
utama dalam proses transformasistruktural ekonomi di
Indonesia. Orang yang berpendidikan tinggi,
memungkinkan untukmendapatkan pendapatan yang
lebih baik. Selain itu pemerintah juga harus
mampumenutup kekurangan keterampilan di
Indonesia yang akan meningkatkan mutu pendidikan
di semua tingkatan, serta memperluas dan
meningkatkan mutu pusat-pusat pelatihan. Para
lulusan lembaga pendidikan dan tenaga kerja perlu
dibekali denganketerampilan teknis dan perilaku yang
tepat (disiplin, kehandalan, kerjasama,
dankepemimpinan). Semua program peningkatan
taraf pendidikan yang dicanangkan pemerintah
merupakan prioritas utama dari pembangunan
pendidikan di Indonesia.
2. Migrasi Pekerjaan
Supply tenaga kerja di sektor pertanian meningkat
menyebabkan tingkat upah yangrendah. Untuk itu peralihan
tenaga kerja di sektor pertanian ke sektor
industrimanufaktur/jasa akan membuat tingkat upah lebih
tinggi.
3. Sistem Pemerintahan
Dalam pemerintahan Orde Baru yang memiliki
sistem pola pikir totaliter dengan adanyatransformasi
struktural ekonomi berubah menjadi pemerintahan
96
yang demokrasi. Dimanahal ini dapat kita lihat dalam
implementasinya bahwa kepala daerah dipilih
langsung oleh rakyat.
Dampak Negatif :
1. Hilangnya lahan pertanian (sawah dan non
sawah), yang mengakibatkan para petani dan
buruh penggarap kehilangan matapencaharian.
2. Munculnya pengangguran struktural yang tidak
mungkin tertampung seluruhnya pada sektor
industri dan jasa
3. Tingginya laju urbanisasi yang menjadikan
beban kota semakin berat serta menimbulkan
masalah-masalah sosial lainnya.
98
Akan tetapi, meningkatnya konsentrasi penduduk
karena memungkinkan penyediaan pelayanan sosial
dan berbagai kebutuhan dasar menjadi lebih mudah.
Perkembangan wilayah kota juga mendorong majunya
wilayah pedesaan di sekitarnya, selain dapat
mengurangi tekanan penduduk di desa.
Kedua, memperluas upaya diversifikasi usaha
kearah agribisnis (industrialisasi yang berbasis kepada
produk pertanian). Sistem agribisnis ini dimaksudkan
untuk mencapai dua tujuan yaitu menghasilkan bahan
pertanian sampai ke pasar, serta menghasilkan salah satu
faktor produksi bagi sektorindustri. Tujuan
pembangunan pertanian secara keseluruhan dapat
tercapai jika dikaitkan secara langsung kepada proses
industrialisasi.
Ketiga, sejalan dengan pengembangan agribisnis,
maka perlu diciptakan pula industri pedesaan yang
kokoh, yakni industri yang terletak di pedesaan,
menggunakan metode produksi padat karya dan tenaga
kerja kebanyakan didapatkan dari sekitar desa.
Keempat, diperlukan upaya penggalakan
transmigrasi dan pembukaan daerah-daerah baru
(moving frontier) yang dapat dijadikan sebagai strategi
untuk mengatasi masalah realokasi bagi pekerja-pekerja
yang tergusur oleh proses industrialisasi.
99
Tidak dapat dilepaskan dari seluruh upaya atau
strategi diatas adalah peningkatan kualitas, kemampuan
dan profesionalisme aparat pemerintahserta para pelaku
ekonomi nasional dalam menyambut era globalisasi
ekonomi dengan langkah-langkah nyata. Dalam hal ini,
peningkatan pendidikan dan pelatihan, percepatan alih
teknologi serta pengurangan ketergantungan kepada
pihak luar, merupakan upaya-upaya penting dan
mendesak untuk mengoptimalkan kemampuan yang
telah ada. Disamping itu, peran pemerintah melalui
berbagai kebijakan publik untuk menciptakan iklim
usaha yang kondusif bagi perkembangan industri kecil
dan menengah juga memegang peran vital untuk
mendorong lebih lanjut proses transformasi ekonomi
demi kepentingan dan kesejahteraan masyarakat
Indonesia.
Terlepas dari semua itu bahwa Pada dasarnya suatu
perubahan pada bidang tertentu akan membawa dampak
kepada perubahan di bidang lainnya. Dalam konteks
globalisasi saat ini, perubahan yang paling mendasar
memang melanda sektor ekonomi, dimana membawa
akibat kepada perubahan sektor sosial, tenaga kerja,
maupun sektor-sektor lainnya. Sesuai dengan hukum
perubahan yang mengatakanbahwa tidak ada sesuatu
yang abadi kecuali perubahan itu sendiri, maka
terjadinya transformasi struktural perekonomian jelas
tidak bisa ditolak.
100
Akan tetapi dengan beberapa langkah sebagaimana
dikemukakan diatas, diharapkan proses transformasi
tersebut tidak akan menjerumuskan bangsa Indonesia
kepada kondisi daya saing yang lemah, sebaliknya
mampu memperbaiki kinerja ekonomi Indonesia yang
telah lama diragukan banyak pihak. Dengan demikian,
proses transformasi perekonomian tadi pada hakekatnya
merupakan stimulator bagi bangsa Indonesia untuk
menghilangkan berbagai hambatan internal yang ada,
sekaligus menjawab tantangan-tantangan eksternal yang
muncul secara efisien.
101
BAB VIII
ANALISA KEBIJAKAN TRANSFORMASI
STRUKTURAL
A. Pengertian Transformasi Struktural
Transformasi struktural merupakan suatu proses
yang terjadi pada masa transisi dari sistem ekonomi
tradisional ke sistem ekonomi modern. Dalam proses
ini, meningkatnya pendapatan dapat mengakibatkan
meningkatnya akumulasi modal fisik dan kualitas
manusia, dan pergeseran komposisi permintaan,
perdagangan, produksi serta pemanfaatan tenaga kerja.
Transformasi struktural tidak hanya ditentukan oleh
peningkatan pendapatan tetapi juga ditentukan oleh
perbaikan distribusi pendapatan. Peningkatan
pendapatan dari golongan berpendapatan rendah akan
meningkatkan permintaan terhadap barang-barang dan
jasa produksi sektor padat karya di dalam negeri
sehingga akan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Sasaran tranformasi struktural adalah
meningkatnya peranan ekonomi rakyat yang
dicerminkan oleh meningkatnya peranan sektor
ekonomi produktif yang menjamin distribusi
pendapatan.
lima tahapan pertumbuhan ekonomi yang
didasarkan pada pergeseran distribusi tenaga kerja yaitu
(1) masyarakat primitif;
(2) masyarakat penggembala ternak;
(3) masyarakat pertanian;
(4) masyarakat pertanian manufaktur;
102
(5) masyarakat manufaktur-perdagangan
105
BAB IX
PENDAPATAN NASIONAL
107
1. Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross
Domestic Product (GDP)
Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross
Domestic Product (GDP) adalah jumlah dari
seluruh produksi barang dan jasa yang dihasilkan
oleh suatu negara selama satu tahun termasuk di
dalamnya barang dan jasa yang dihasilkan oleh
orang asing dan perusahaan asing yang
beroperasi di dalam negeri. Tetapi tidak termasuk
hasil barang dan jasa yang dihasilkan oleh
masyarakat Negara tersebut yang bekerja di luar
negeri (misal untuk Indonesia TKI atau TKW
yang bekerja di Luar negeri). Ada sembilan
lapangan usaha yang masuk dalam perhitungan
Produk Domestik Bruto (PDB), antara lain:
a. Pertanian;
b. Pertambangan dan penggalian;
c. Industri;
d. Listrik, gas dan air bersih;
e. Bangunan atau konstruksi;
f. Perdagangan, hotel dan restoran;
g. Pengangkutan dan komunikasi;
h. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan;
i. Jasa-jasa lainnya, misalkan jasa konsultan, pengacara,
dll.
108
2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
adalah jumlah produk berupa barang dan jasa
yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang ada
di daerah selama 1 (satu) tahun. Dalam
perhitungan PDRB ini juga termasuk produk
yang dihasilkan oleh perusahaan asing yang
beroperasi di daerah tersebut.
Keberadaan perusahaan-perusahaan baik
nasional maupun multi nasional yang
menghasilkan nilai barang/jasa akhir secara
tidak langsung juga akan membawa pengaruh
bagi perolehan pendapatansuatu daerah. Struktur
perekonomian suatu daerah baik provinsi atau
kabupaten akan mempengaruhi atau juga
dipengaruhi oleh jumlah perusahaan-perusahaan
yang beroperasi di daerah yang bersangkutan.
Semakin tinggi nilai barang dan jasa akhir yang
dihasilkan perusahaan-perusahaan yang ada di
daerah-daerah provinsi atau kabupaten maka
akan semakin tinggi pula perolehan PDRB-nya
dan nantinya pertumbuhan ekonomi suatu
daerah juga akan mengalami peningkatan.
Peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah
melaluipeningkatan PDRB akan memacu
peningkatan pertumbuhan perekonomian
nasional.
109
3. Produk Nasional Bruto (PNB) atau Gross
National Product (GNP)
Produk Nasional Bruto (PNB) atau Gross
National Product (GNP) adalah jumlah seluruh
barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat
selama satu tahun termasuk di dalamnya jumlah
barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat
Negara tersebut yang bekerja di luar negeri tetapi
tidak diperhitungkan barang dan jasa yang
dihasilkan masyarakat asing yang bekerja di
dalam negeri. Jika dirumuskan sebagai berikut:
GNP = GDP - Pendapatan Neto terhadap Luar Negeri
111
6. Pendapatan Perseorangan (PI) atau Personal
Income (PI)
Pendapatan Perseorangan (PI) atau
Personal Income (PI) adalah Pendapatan yang
berhak diterima oleh seseorang sebagai bentuk
balas jasa atas keikutsertaannya dalam proses
produksi. Tidak semua pendapatan ini sampai
ke tangan pemilik faktor produksi
(perseorangan) , karena masih dikurangi laba
yang tidak dibagikan, pajak perseorangan,
asuransi, jaminan sosial dan ditambah dengan
pindahan atau transfer (transfer payment)
misalnya dana pensiun, iuran sosial, tunjangan
bekas pejuang, bantuan korban bencana, bea
siswa, subsidi pemerintah atau bantuan pada
panti asuhan dan sebagainya. Pendapatan ini
dirumuskan sebagai berikut:
PI = (NNI + Transfer Payment) - (Laba yang Tidak
Dibagikan +Pajak Perseroan + Asuransi
112
digunakan untuk tabungan sebagai unsur
pembentuk modal.
Besarnya pendapatan bebas ini adalah
pendapatan perseorangan dikurangi dengan
pajak langsung (misal pajak penghasilan).
Pendapatan ini dirumuskan sebagai berikut :
DI = PI - Pajak Langsung
Y=r+w+i+p
113
8. Metode Pendekatan Produksi
Perhitungan pendapatan nasional dengan
metode produksi dilakukan dengan cara
menjumlahkan nilai tambah (value added)
yang diwujudkan oleh berbagai sektor dalam
perekonomian, antara lain:
a. Pertanian, peternakan, kehutanan dan
perikanan;
b. Pertambangan dan penggalian;
c. Industri pengolahan;
d. Listrik, gas dan air bersih;
e. Bangunan;
f. Perdagangan, restoran, dan hotel;
g. Pengangkutan dan komunikasi;
h. Keuangan, persewaan bangunan dan jasa
perusahaan; serta
i. Jasa-jasa.
Sebagai contoh, untuk memproduksi
kemeja harus diproduksi terlebih dahulu kain,
benang, dan kapas. Jika menjumlahkan nilai
akhir produksi tiap-tiap komponen maka akan
terjadi penghitungan ganda (double
accounting). Hal ini disebabkan karena dalam
nilai akhir kemeja sudah terkandung nilai kain,
dalam nilai akhir kain sudah terkandung nilai
akhir benang, dan seterusnya.
114
Oleh karena itulah untuk memperoleh total
produk yang dihasilkan suatu negara harus
dilihat dari nilai tambahnya. Dengan adanya
perhitungan nilai tambah tersebut maka akan
terhindar dari adanya perhitungan ganda.
Dengan demikian metode ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Keterangan:
Y = Pendapatan nasional
NTB = Nilai tambah dari tiap-tiap sektor
ekonomi
9. Metode Pendekatan Pengeluaran
Untuk mengetahui besarnya pendapatan
nasional dengan metode ini maka dilakukan
dengan cara menjumlahkan seluruh
pengeluaran masyarakat dari tiap-tiap rumah
tangga yang ada. Adapun pengeluaran yang
dihitung bukan berasal dari nilai transaksi
barang jadi, hal ini dimaksudkan untuk
menghindari perhitungan ganda. Empat sektor
Rumah tangga sebagai pelaku ekonomi yang
digunakan sebagai acuan dalam menghitung
pengeluaran adalah:
a. Rumah Tangga Konsumen
Nilai belanja atau pengeluaran yang
dilakukan rumah tangga konsumen untuk
membeli berbagai jenis kebutuhan dalam
satu tahun tertentu disebut pengeluaran
115
konsumsi rumah tangga dan ditulis dengan
huruf C (consumption).
b. Rumah Tangga Produsen atau Perusahaan
Pengeluaran pada rumah tangga ini
dilakukan sebagai pembentukan barang dan
jasa yang digunakan untuk menghasilkan
barang dan jasa lebih lanjut atau yang
diistilahkan dengan investasi (I).
c. Rumah Tangga Pemerintah
Pengeluaran investasi oleh
pemerintah maupun swasta nantinya oleh
pemerintah dimasukkan dalam komponen
pembentukan modal tetap domestik bruto
dan komponen perubahan stok yang
diistilahkan goverment expenditure (G).
d. Rumah Tangga Luar Negeri/Ekspor Bersih
Pengeluaran untuk rumah tangga ini
merupakan selisih dari nilai ekspor
terhadap nilai impor yang dilakukan oleh
suatu negara dalam kegiatan perdagangan
internasional atau ekspor-impor (X-M).
Pengeluaran-pengeluaran dari keempat
sektorperekonomian itulah yang merupakan
komponen pendapatan nasional. Sehingga
perhitungan pendapatan nasional ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Y = C + I + G + (X - M)
Keterangan:
Y = Pendapatan nasionalC = Konsumsi
I = Investasi
G = Pengeluaran pemerintah (government
116
expenditure)
X = Ekspor
M = Impor
117
1) Tingkat pendapatan dan tingkat
konsumsi masyarakat.
2) Motif berjaga-jaga dari masyarakat
untuk waktu yang akandatang.
3) Tingkat suku bunga bank untuk tabungan.
c. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Komponen
Investasi Komponen investasi
dipengaruhi oleh:
1) Tingkat suku bunga bank untuk modal.
2) Kekuatan permintaan di pasar terhadap
barang dan jasa.
3) Tingkat perkembangan teknologi yang
mampu menjaminefisiensi produksi.
119
14. Memperkirakan Perubahan Pendapatan Riil
Penghitungan pendapatan nasional
memungkinkan suatu negara mengetahui
perubahan pendapatan riil penduduknya.
15. Membandingkan Kemajuan Ekonomi
Antarnegara
Perhitungan pendapatan nasional
memungkinkan dilakukannya perbandingan
kemajuan ekonomi antarnegara. Perbandingan
itu bisa dilaksanakan berdasarkan wilayah,
misalnya antarnegara ASEAN, antarnegara
maju, atau antarnegara berkembang.
C. Usaha Meningkatkan Pendapatan Nasional
Usaha yang sesuai untuk meningkatkan
pendapatan nasional, yaitu dengan beberapa cara yang
dianggap cocok antara lain sebagai berikut:
1. Meningkatkan pembangunan nasional di segala
bidang, khususnya sektor ekonomi tanpa harus
meninggalkan aspek-aspek kepribadian bangsa.
2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia
melalui peningkatan mutu pendidikan nasional
dan pemberian pelatihan-pelatihan.
3. Memberikan kesempatan kepada perusahaan-
perusahaan swasta untuk bisa
mengembangkan usahanya bagi terciptanya
kemajuan ekonomi.
120
4. Mendorong dan meningkatkan perkembangan
industri kecil dan rumah tangga sebagai
penopang sekaligus mitra bagi pergerakan
industri menengah dan industri besar.
5. Membuka dan meningkatkan kesempatan
untuk berinvestasi bagi para pemilik modal
baik lewat PMDN maupun lewat PMA.
121
BAB X
KEBIJAKAN FISKAL
122
Pasca Tahun 2003 Hingga Saat Ini, Kebijakan Fiskal Di
Indonesia Sudah Tidak Disadur Lagi Dari Icw 1944,
Melainkan Berdasarkan Pada Analisa Perekonomian
Negara Dengan Berlandaskan Pada Uud 1945. Pihak
YangMemiliki Wewenang Membuat Kebijakan Fiskal
Di Indonesia Adalah Kementerian Keuangan Ri
Bersama-Sama Dengan Presiden.
A. Tujuan
Pada Dasarnya, Kebijakan Fiskal Bertujuan Untuk
Memengaruhi Jumlah Total Pengeluaran Masyarakat,
Pertumbuhan Ekonomi Dan Jumlah Seluruh Produksi
Masyarakat, Banyaknya Kesempatan Kerja Dan
Pengangguran, Tingkat Harga Umum Dan Inflasi, Serta
Menstabilkan Perekonomian Dengan Cara Mengontrol
Tingkat Bunga Dan Jumlah Uang Yang Beredar.
Tujuan Dari Kebijakan Fiskal Menurut John F.
Due,Yaitu:
123
3) Untuk Menstabilkan Harga-Harga Barang
Secara Umum, Khususnya Mengatasi
Inflasi. Dalam Hal Ini Peneliti Lebih
Memfokuskan Pada Tujuan Yang Ketiga
Yaitu Untuk Menstabilkan Harga-Harga
Barang Secara Umum, Khusunya
Mengatasi Inflasi.
Jika Harga-Harga Umum Yang Terus-Menerus
Meningkatkan Pada Suatu Saat Dan Tingkat Tertentu
Hanya Akan Menguntungkan Para Pelaku Bisnis. Jadi,
Bila Harga-Harga Umum Terus Menunjukkan
Kenaikan Yang Tajam (Menimbulkan Inflasi) Hanya
Akan Menguntungkan Segelintir Pelaku Bisnis Dan
Akan Menyulitkan Masyarakat, Terutama Bagi Orang
Yang Berpenghasilan Tetap.
Keadaan Inflasi Yang Tidak Terkendali Pada
Akhirnya Akan Menjadi Boomerang Pada Dunia Usaha
Karena Investasi Produktif Akan Semakin Berkurang.
Berkurangnya Investasi Prodiktif Ini Terjadi Ebagai
Akibat Bealihnya Investasi Terhadap Barang-Barang
Yang Tahan Inflasi (Against Inflation Goods) Seperti
Tanah, Tanah Dan Bangunan, Dan Logam Mulia.
B. Jenis-Jenis
Kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah yang
terbagi menjadi beberapa kategori. Selengkapnya
tentang jenis kebijakan fiskal adalah sebagai berikut:
124
1. Dari Segi Teoretis
Dari segi teoretis, jenis kebijakan fiskal di
Indonesia terbagi 3, yaitukebijakan fiskal
fungsional, terencana, dan insidental.
a. Kebijakan Fiskal Fungsional
Pengertian kebijakan fiskal fungsional
adalah kebijakan yang diambil demi
meningkatkan kualitas ekonomi secara
makro, dengan dampak yang baru terlihat
dalam jangka panjang.Contoh kebijakan
fiskal fungsional misalnya pemberian
beasiswa kuliah, bantuan pendanaan start-
up, dan sebagainya.
b. Kebijakan Fiskal Disengaja/Terencana
Kebijakan fiskal disengaja adalah
kebijakan manipulasi anggaran negara.
Fungsi kebijakan fiskal satu ini adalah
untuk menghadapi masalah tertentu,
misalnya pandemi dan krisis ekonomi.
Contoh kebijakan fiskal disengaja adalah
alokasi APBN bagi sektor kesehatan di
masa pandemi dan relaksasipajak usaha.
c. Kebijakan Fiskal Tak Disengaja/Insdental
Kebijakan fiskal tak disengaja yaitu
kebijakan berupa penetapan
keputusan/aturan untuk melindung
stabilitas ekonomi sektor non-pemerintah,
contohnya penetapan harga eceran
tertinggi.
125
2. Dari Segi Penerapan
Jenis kebijakan fiskal dari segi
implementasinya ada 2, yaitukebijakan fiskal
ekspansif dan kontraktif.
126
3. Dari Segi Neraca Pembayaran
Jenis kebijakan fiskal dari segi neraca terbagi 4,
yaitu kebijakan fiskalseimbang, surplus, defisit,
dan dinamis.
127
d. Kebijakan Fiskal Dinamis
Jenis kebijakan fiskal terakhir dari segi
penerapan adalah regulasi fiskal dinamis,
yaitu kebijakan ekonomi yang diambil
sewaktu-waktu saat negara
membutuhkan.
C. Instrumen Kebijakan Fiskal
1. Pembiayaan Fungsional
Pembiayaan pengeluaran pemerintah ditentukan
sedemikian rupa sehingga tidak langsung
berpengaruh terhadap pendapatan nasional. Tujuan
utamanya adalah meningkatkan kesempatan kerja.
Penerimaan pemerintah dari sektor pajak bukan
untuk meningkatkan penerimaan pemerintah,
melainkan untuk mengatur pengeluaran dari pihak
swasta.
Untuk menekan inflasi, diatasi dengan
kebijakan pinjaman. Jika sektor pajak dan pinjaman
tidak berhasil, tindakan pemerintah adalah mencetak
uang. Jadi, dalam hal ini sektor pajak dengan
pengeluaran pemerintah terpisah.
Beberapa hal yang penting dari kebijakan ini
antara lain sebagai berikut:
2. Pengelolaan Anggaran
Penerimaan dan pengeluaran dengan perpajakan
dan pinjaman adalah paket yang tidak bisa
terpisahkan. Dalam penjelasan Alvin Hansen, untuk
menciptakan anggaran yang berimbang diperlukan
resep. Jika terjadi depresi, ditempuh anggaran defisit
dan jika terjadi inflasi, ditempuh anggaran belanja
surplus.
Menurut kebijakan ini yang terpenting adalah sebagai
berikut:
129
3. Stabilitas Anggaran Otomatis
Dalam stabilitas anggaran ini, diharapkan terjadi
keseimbangan antara pengeluaran dan penerimaan
pemerintah tanpa adanya campur tangan langsung
pemerintah yang disengaja. Dalam hal ini,
pengeluaran pemerintah ditekan pada asas manfaat
dan biaya relatif dari setiap paket program. Pajak
ditetapkan sedemikian rupa sehingga terdapat
anggaran belanja surplus dalam kesempatan kerja
penuh.
Dalam kebijakan ini hal yang diterapkan adalah
sebagai berikut:
130
Berikut beberapa cara yang dapat ditempuh
negara dalam mencapai manfaat tertinggi dalam
pengelolaan anggaran:
1. Tax Amesty
Contoh kebijakan fiskal di Indonesia pertama
yaitu tax amnesty, pembebasan pajak berupa
pengurangan atau peniadaan dalam kurun waktu
tertentu bagi masyarakat yang mau melaporkan
seluruh kekayaannya.
132
2. Subsidi BBM dan Gas
Contoh kebijakan fiskal yang kedua adalah
subsidi BBM dan gas. Tujuan kebijakan fiskal di
bidang bahan bakar ini adalah memperlancar
mobilitas dan transaksi ekonomi masyarakat.
133
BAB XI
PENGERTIAN KEBIJAKAN MONETER
MENURUTPENDAPAT PARA AHLI
134
d) Perry Warjiyo : Kebijakan moneter adalah
kebijakan otoritas moneter atau bank sentral
dalam bentuk agregat moneter untuk mencapai
perkembangan kegiatan ekonomi yang dilakukan
dengan memperhatikan siklus aktivitas ekonomi,
sifat ekonomi suatu negara dan faktor ekonomi
fundamental lainnya.
136
melakukan devaluasi dalam hal ini.
6. Mendorong Pertumbuhan Ekonomi
Seluruh dampak atas kebijakan moneter
diharapkan mampu mendorong pertumbuhan
ekonomi. Sebab demi mencapai tujuan tersebut,
diperlukan berbagai kesuksesan tiap komponen.
Misalnya seperti, tersedia lapangan pekerjaan,
kontrol tingkat inflasi, aktivitas produksi dan
permintaan barang, dan lainnya.
C. JENIS JENIS KEBIJAKAN MONETER
Dalam mengambil keputusan terkait peredaran
uang, Bank Indonesia menggunakan dua jenis
kebijakan moneter. Uraian penjelasannya sebagai
berikut.
1. Kebijakan Moneter Ekspansif
Jenis kebijakan moneter yang melakukan
pengelolaan dan pengaturan peredaran uang dalam
aktivitas ekonomi disebut sebagai kebijakan
moneter ekspansif. Dalam hal ini, tujuan utamanya
meningkatkan peredaran uang di masyarakat
sehingga roda perekonomian meningkat.
Wujud dari jenis kebijakan moneter ini melalui
peningkatan pembelian sekuritas pemerintah oleh
Bank Indonesia, penurunan suku bunga,
menurunkan persyaratan cadangan untuk bank.
Dampak kebijakan ini tak hanya merangsang
kegiatan bisnis atau daya beli konsumen, tetapi juga
mengurangi tingkat pengangguran
137
2. Kebijakan Moneter Kontraktif
Berikutnya, jenis kebijakan moneter adalah
kebijakan moneter kontraktif dimana kebijakan
diambil sebagai langkah mengurangiperedaran uang
di masyarakat saat terjadi inflasi. Hal ini
diwujudkan melalui penjualan obligasi pemerintah,
peningkatan suku bunga bank, dan meningkatkan
persyaratan cadangan untuk bank.
138
2. Operasi Pasar Terbuka
Ketika pemerintah mengontrol peredaran uang
melalui penjualan atau pembelian surat-surat berharga
milik pemerintah, maka yang dijadikan instrumen
kebijakan moneter adalah operasi terbuka.
Saat bank Indonesia ingin mengurangi peredaran
uang, maka pemerintah menjual surat berharga.
Sebaliknya, ketika peredaran uang harus
ditingkatkan, maka pemerintah membeli surat
berharga.
139
5. Imbauan Moral
Terakhir instrumen kebijakan moneter adalah
imbauan moral. Dalam hal ini, Bank Indonesia
selaku bank sentral menghimbau seluruh bank umum
untuk menjalankan kebijakan penurunan atau
peningkatan suku bunga pinjaman
2. Uang Beredar
Kebijakan moneter yang menggunakan uang
beredar sebagai sasaran menengah memiliki dampak
positif berupa tingkat harga yang stabil. Jika ada
gejolak dalam jumlah besaran moneter, yaitu
melebihi atau kurang dari jumlah yang ditetapkan,
Bank Sentral akan melakukan kontraksi atau
ekspansi moneter sedemikian rupa. Dengan demikian
besaran moneter akan tetap pada suatu jumlah yang
ditetapkan.
MANFAAT KEBIJAKAN MONETER
Kebijakan moneter bermanfaat untuk :
a. Menjaga iklim investasi
b. Menjaga kestabilan harga barang dan jasa
c. Menurunkan laju inflasi
d. Membuka lapangan pekerjaan
e. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi
f. Menjaga kestabilan nilai tukar
g. Meningkatkan neraca pembayaran
141
1. Pelaksanaan Kredit Langsung oleh Bank
Indonesia
Pertama, contoh kebijakan moneter adalah Bank
Indonesia mengadakan kredit langsung. Pemberian
kredit langsung kepada berbagai sektor atau proyek
yang memerlukan dana secara mendesak. Hal ini
dapat meningkatkan jumlah uang yang beredar
karena harus membiayaikegiatan dengan segera.
145
Adapun cara-cara yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan komoditas ekspor yakni
melakukan diversifikasi ekspor, subsidi dan
premi ekspor, devaluasi, pengendalian harga
dalam negeri, dan perjanjian internasional.
146
menurunkan nilai impor sekaligus menaikkan
atau menambahkan nilai ekspor.
b. Transaksi Jasa
Transaksi jasa meliputi penyediaan jasa
dilakukan oleh penduduk Indonesia kepada
penduduk luar negeri (ekspor) dan penduduk
luar negeri kepada penduduk Indonesia
(impor). Transportasi internasional dan
perjalanan (travel) merupakan bagian dari
transaksi jasa.
c. Pendapatan Primer
Pendapatan primer terdiri atas
penerimaan dan pembayaran. Sedangkan
pendapatan primer itu sendiri dapat diartikan
sebagai perolehan atau hasil yang berasal dari
penyediaan faktor produksi tenaga kerja dan
modal finansial. Yang termasuk ke dalam
pendapatan primer berupa dividen (kupon,
diskon, bunga).
148
d. Pendapatan Sekunder
Pendapatan sekunder terdiri atas
penerimaan dan pembayaran. Yang
termasuk ke dalam pendapatan sekunder
berupa transfer penghasilan atau remitansi
TKA/TKI dan transfer-transfer lainnya
(hadiah, hibah, jasa, uang).
2. Transaksi Modal
Transaksi modal biasanya dipakai untuk
mencatat hasil bersih yang diperoleh dari
transaksi pengeluaran dan pendapatan modal.
Transaksi modal terdiri dari aset tetap dan
hibah investasi. Sebagian besar transaksi
modal berupa transfer modal.
Transaksi modal kurang memiliki
kontribusi dalam neraca pembayaran sehingga
transaksi ini tidak begitu sering digunakan.
Transaksi modal mempunyai dua unsur, yaitu
transfer modal dan aset non keuangan non
produksi.
Transaksi modal dihitung dengan cara niali
menjumlahkan nilai bersih yang diperoleh dari
transfer modal dan aset non produced non
financial assets. Kemudian, sisi kredit diwakili
oleh transaksi aliran modal masuk (capital
inflow transaction), sementara itu, sisi debit
diwakili oleh transaksi aliranmodal keluar.
149
D. SISTEM PENCATATAN NERACA
PEMBAYARAN
Dalam neraca pembayaran, periode pencatatan
transaksi dilakukan dalam rentang waktu triwulan,
semester atau setahun. Transaksi dalam neraca
pembayaran dapat dibedakan dalam dua macam
transaksi, antara lain:
1. Transaksi debit, yaitu transaksi yang
menyebabkan mengalirnya arus uang (devisa)
dari dalam negeri ke luar negeri. Transaksi ini
disebut transaksi negatif (-), yaitu transaksi yang
menyebabkan berkurangnya posisi cadangan
devisa.
150
• Sebagai bahan pemerintah dalam mengambil
keputusan di bidang perdaganganinternasional,
• Sebagai bahan pemerintah dalam membuat
keputusan atau kebijakan moneteryang
dilaksanakan oleh suatu negara,
• Sebagai alat untuk mengukur atau menilai
keadaan ekonomi yangberhubungan dengan
transaksi ekonomi internasional dari suatu negara,
• Sebagai data-data keuangan internasional,
• Sebagai alat pendataan transaksi ekonomi supaya
pemerintah suatu negara ketika melakukan
kegiatan ekspor dan impor tidak mengalami
kerugian dan bisa melakukan penyelesaian
pembayaran tepat waktu, dan
• Sebagai alat untuk mencatat anggaran yang akan
dikeluarkan dalam transaksi internasional.
152
dan bunga gaji tenaga asing
5. Neraca Jasa
Neraca jasa adalah pencatatan yang ada di dalam
neraca yang mencatat transaksi jasa yang
dilakukan suatu negara dan diterima oleh negara
lain selama satu periode.
153
(5) mengetahui perubahan posisi cadangan devisa
dan potensi tekanan terhadapnilai tukar;
(6) sebagai sumber data dan informasi dalam
menyusun anggaran devisa; serta
(7) sebagai sumber data penyusunan statistik neraca
nasional (national account).
Transaksi yang dicatat di NPI memperlihatkan
perubahan, pemberian (tanpa imbalan), timbul atau
hapusnya suatu nilai ekonomi. Pergerakan nilai
ekonomi ini dapat terjadi akibat perpindahan
kepemilikan atas barang atau aset finansial, penyediaan
jasajasa, penyediaan tenaga kerja, atau penyediaan
modal.
Berikut ini contoh-contoh transaksi yang dicatat dalam NPI :
Komponen (US$ Miliar) 2016 2017 2018
Q1 Q2
Transaksi Berjalan -17,0 -17,3 -5,7 -8,0
A. Barang 15,3 15,3 2,3 0,3
1. Ekspor 144,5 168,9 44,4 43,8
2. Impor 129,2 -150,1 -42,1 -43,5
20,1 26,1 4,7 3,2
3. Nonmigas
-4,8 -7,3 -2,4 -2,7
4. Migas
B. Jasa – jasa, Pendapatan -32,2 -36,1 -8,1 -8,4
Primer, dan Sekunder
Transaksi Modal dan Finansial 29,3 29,2 2,5 4,0
1. Investasi Langsung 16,1 19,4 2,9 2,5
2. Investasi Portofolio 19,0 20,6 -1,2 0,1
-5,8 -10,8 0,6 1,5
3. Investasi Lainnya
Neraca Keseluruhan 12,1 130,2 126,0 119,8
Memorandum :
154
Cadangan Devisa 116,4 130,2 126,0 119,8
Dalam bulan impor dan 8,4 8,3 7,7 6,9
pembayaran ULN
Pemerintahan
Transaksi Berajalan (%PDB) -1,82 -1,71 -2,21 -3,04
Selama semester I 2018, defisit Sementara itu, surplus
transaksi berjalan telah mencapai transaksi dan finansial
US$13,7 Miliar mencapai US$5,5 Miliar
I. Kesimpulan
Neraca pembayaran sangat penting untuk dimiliki
oleh suatu negara karena dengan neraca pembayaran
maka suatu negara bisa mengukur besarnya arus
dana dari luar negeri, baik dana yang ke luar atau dana
yang masuk. Keluar dan masuknya dana pada transaksi
ekonomi internasional menandakan bahwa sektor
keuangan suatu negara berjalan dengan semestinya.
Neraca pembayaran bisa menjadi indikator yang
memengaruhi tindakan pelaku pasar.
Transaksi yang tercatat di dalam neraca
pembayaran hanyalah transaksi ekonomi internasional,
seperti ekspor dan impor. Sedangkan, transaksi bantuan
militer atau transaksi sejenisnya tidak dicatat dalam
neraca pembayaran.
Transaksi ekonomi meliputi transaksi debit dan
transaksi kredit. Transaksi debit merupakan transaksi
yang harus dibayarkan ke luar negeri. Sedangkan,
transaksi kredit merupakan transaksi yang diterima dari
luar negeri.
155
BAB XIII
PEREKONOMIAN INDONESIA DALAM ERA
GLOBALISASI
A. Globalisasi Ekonomi
Globalisasi Ekonomi adalah suatu kehidupan
ekonomi secara global dan terbuka, tanpa mengenal
batasan teritorial atau kewilayahan antara negara satu
dengan yang lain.
Globalisasi ekonomi erat kaitannya dengan
perdagangan bebas yang berusaha menciptakan
kawasan perdagangan yang makin luas dan
menghilangkan hambatan-hambatan perdagangan
internasional.
Globalisasi ekonomi dapat diartikan juga sebagai
suatu proses aktivitas ekonomi dan perdagangan,
dimana berbagai negara di seluruh dunia menjadi
kekuatan pasar yang satu dan semakin terintegrasi
tanpa hambatan atau batasan teritorial negara.
156
Globalisasi perekonomian ini berarti adanya
keharusan penghapusan seluruh batasan dan hambatan
terhadap arus barang, jasa serta modal.
157
2. Globalisasi Pembiayaan
Globalisasi produksi dapat dilakukan karena
adanya globalisasi pembiayaan, yaitu, fasilitas
pinjaman yang bisa didapatkan oleh
perusahaan berkelas internasional di seluruh
negara di dunia.
Selain pinjaman, sang perusahaan global juga
bisa mendapatkan fasilitas untuk
melaksanakan investasi. Globalisasi
pembiayaan ini kemudian memungkinkan
perusahaan internasional untuk melakukan
produksi dan menanam modal di banyak
negara.
158
berpengalaman secara internasional.
Sementara mayoritas tenaga dari negara
berkembang atau negara tempat produksi
hanya akan digunakan untuk menjadi buruh
dengan pekerjaan kasar saja.
159
5. Globalisasi Perdagangan
Fenomena ini menjadi pamungkas dari bentuk
globalisasi ekonomi. Globalisasi perdagangan
diwujudkan dengan adanya tarif yang
seragam.
Bahkan tak jarang negara-negara di dunia
menurunkan tarif ekspor dan impor serta
menghapus beragam hambatan yang sifatnya
non tarif. Hal ini dilakukan agar perdagangan
global menjadi makin cepat, adil, tetapi
sekaligus ketat persaingannya.
Dengan cepatnya perdagangan global tersebut,
semakin isu mengenai HKI, Pelanggara
hukum di dalam E-Commerce, kontrak
elektronik, perlindungan konsumen di dunia
maya, serta berbagai isu lainnya yang terjadi.
Pelajari itu semua pada buku Pengaruh Era
Globalisasi Terhadap Hukum Bisnis Di
Indonesia.
160
1. Globalisasi ekonomi mampu
menstimulus tumbuhnya perekonomian
di negara tujuan—yang mayoritas
adalah negara berkembang, negeri kita
pun turut merasakannya
162
1. Globalisasi ekonomi menyebabkan tidak
efektifnya proses penyesuaian ekonomi
di suatu negara. Hal ini disebabkan oleh
fleksibilitas yang harus dimiliki oleh
negara tersebut sebagai tuntutan saat
ingin terjun dalam perdagangan global
163
tidak meratanya wilayah
yang mendapatkan dampak langsung
dari globalisasi. Wilayah perkotaan
biasanya mendapatkan penghasilan yang
lebih besar dibanding pedesaan karena
memiliki akses yang juga lebih besar
terhadap perdagangan global.
Ketimpangan ini menjadi risiko yang tak
bisa dihindari, meskipun di sisi lain
globalisasi memberikan dampak nyata
terhadap ekonomisecara keseluruhan
166
F. Dampak Negatif Globablisasi Bagi
Perekonomian
Karakteristik utama Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA):
1. Pasar dan basis produksi tunggal,
2. Kawasan ekonomi yang kompetitif,
3. Wilayah pembangunan ekonomi yang merata
4. Daerah terintegrasi penuh dalam ekonomi
global
167
• Sepuluh produk potensial :
Kulit dan produk kulit, peralatan dan
instrumen Medis, rempah- rempah,
makanan olahan, essential Oil, ikan dan
produk ikan, produk kerajinan, Perhiasan,
bambu dan peralatan tulis selain Kertas.
168
BAB XIV
DAYA SAING GLOBAL INDONESIA
169
B. Indeks Daya Saing Global Indonesia
Indeks Daya Saing Global Indonesia Peringkat
indeks daya saing global Indonesia dalam laporan
World Economic Forum (WEF) turun dari peringkat
45 dari 140 negara pada tahun 2018 menjadi peringkat
50 dari 141 negara pada tahun 2019. Indonesia
menempati urutan ke-4 di ASEAN setelah Singapura
(1), Malaysia (27) dan Thailand (40), dan jika
dibandingkan dengan Singapura yang menempati
posisi pertama dalam daya saing global, Indonesia
masih tertinggal di hampir seluruh komponen daya
saing, kecuali komponen stabilitas makroekonomi dan
ukuran ekonomi Penurunan nilai dari indeks daya
saing global Indonesia cukup tipis, hanya sebesar 0,3
poin yaitu dari 64,9 poin menjadi 64,6 poin. Menurut
laporan WEF, tidak ada perubahan kinerja yang
signifikan pada indeks daya saing global Indonesia
pada tahun 2019. Namun, ada beberapa pilar yang
menyebabkan penurunan pada skor Indonesia, di
antaranya adalah adopsi teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) sebesar 5,77 poin yaitu dari 61,1,
menjadi 55,4. Pilar selanjutnya adalah kesehatan,
turun sebesar 0,9 poin yaitu dari 71,7 menjadi 70,8,
pilar. Pasar barang dan jasa juga mengalami
penurunan sebesar 0,3 poin, serta pilar keterampilan
dan pasar tenaga kerja masing-masing turun sebesar
0,1 poin. Dalam laporannya, WEF juga menyebutkan
bahwa ada beberapa kinerja dari indeks daya saing
global Indonesia yang dapat ditingkatkan, di
antaranya adalah pilar dinamika bisnis yang
170
mengalami peningkatan pada tahun 2019 yaitu dari 69
poin menjadi 69,6 poin dan pilar sistem keuangan
yang stabil dari 63,9 poin menjadi 64 poin. Selain itu,
walaupun kemampuan inovasi (37,7 poin) Indonesia
masih terbatas, namun terus mengalami peningkatan.
Besarnya ukuran ekonomi Indonesia dan
makroekonomi yang stabil merupakan kekuatan
utama Indonesia dalam indeks ini. Ukuran ekonomi
Indonesia menduduki peringkat ke-7 dengan nilai
82,4 poin, sedangkan stabilitas makroekonomi
Indonesia menduduki peringkat ke-54 dengan nilai
90,0 poin. Sementara dalam kecepatan kerangka
hukum dalam adaptasi model bisnis digital, Indonesia
menempati urutan ke- 28 dan memiliki nilai rata-rata
di atas rata-rata global yaitu 38 poin Indonesia telah
meningkatkan kinerja dalam daya saing global di
semua pilarnya dalam 5 tahun terakhir. Namun
berdasarkan laporan WEF, peringkat Indonesia pada
tahun 2016-2017 mengalami penurunan dari peringkat
37 pada tahun 2015- 2016 menjadi peringkat 41 pada
tahun 2016-2017 dan kemudian naik pada tahun 2017-
2018 menjadi peringkat 36. Sementara pada tahun
2018 dan 2019, peringkat Indonesia dalam indeks
daya saing global kembali mengalami penurunan,
yaitu peringkat 45 pada tahun 2018 dan peringkat 50
pada tahun 2019.
C. Daya Saing Global Indonesia versi World
Economic Forum (WEF)
Daya Saing Global Indonesia versi World
Economic Forum (WEF) 1 Tulus Tambunan Kadin
171
Indonesia Tanggal 8 Oktober 2008 World Economic
Forum (WEF), berkantor pusat di Geneva (Swis),
mempublikasikan laporan tahunan mengenai indeks
daya saing global dari negara-negara di dunia, yang
tahun ini laporannya berjudul The Global
Competitiveness Report Daya saing dalam
pengertian WEF ini adalah daya saing suatu
negara/ekonomi,
bukan daya saing suatu produk. Jadi daya saing dalam
pengertian WEF ini tidak hanya relevan bagi
perdagangan internasional (ekspor dan impor) tetapi
juga investasi: negara dengan indeks daya saing global
(global competitiveness index; GCI) yang tinggi akan
lebih menarik bagi investor asing karena secara
potensial negara tersebut memberikan keuntungan
bisnis lebih besar daripada negara dengan GCI yang
rendah. Selama ini, laporan tahunan mengenai daya
saing global dari WEF dan laporan tahunan dari Bank
Dunia, yakni Doing Business, termasuk dua sumber
informasi yang penting yang sering digunakan oleh
(calon) investor asing mengenai negara- negara tujuan
investasi mereka. Metodologi yang digunakan oleh
WEF untuk menentukan daya saing global sebuah
negara adalah suatu kombinasi antara analisis data
sekunder dan analisis data primer yang meliputi
sejumlah aspek yang secara teoritis dianggap sangat
berpengaruh terhadap tingkat daya saing suatu
negara/ekonomi, dan dalam penghitungan dengan
rumus-rumus tertentu, masing-masing aspek/faktor
tersebut diberi bobot-bobot tertentu yang besarannya
didasarkan pada `signifikansi dari pengaruh dari aspek
bersangkutan.
172
Data primer didapat dari hasil survei terhadap lebih
dari 100 perusahaan, dari semua skala usaha, di
sektor-sektor utama ekonomi (seperti pertanian,
pertambangan, industri manufaktur, perbankan, dan
jasa). Survei ini disebut Executive Opinion Survey,
yang isinya adalah pendapat pribadi dari pimpinan,
ceo, atau manajer perusahaan mengenai segala aspek
terkait dengan daya saing yang dicantumkan di
dalam daftar pertanyaan. Untuk Indonesia, sejak
tahun 1996 survei dilakukan oleh Kadin Indonesia. 2
Sedangkan data sekunder didapat dari sumber-
sumber pemerintah, misalnya di Indonesia, dari Biro
Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia (BI), dan
lainnya.
Data sekunder terutama menyangkut ekonomi
seperti tingkat pendapatan per kapita, pertumbuhan
ekonomi, jumlah pemilik telepon, inflasi, dll.
Penggunaan data sekunder terutama dimaksud selain
untuk memberi gambaran secara makro mengenai
kondisi atau karakteristik dari negara yang diteliti,
tetapi juga untuk mengurangi kadar subyektif dari
hasil survei. Karena hasil suatu sirvei berdasarkan
opini pribadi tentu sangat subyektif sifatnya, yang
belum tentu menggambarkan keadaan sebenarnya,
apalagi pada tingkat makro/negara. 1 Kadin
Indonesia, Senin, 13 Oktober Survei dilakukan
setiap tahun oleh Dr Tulus Tambunan. Besarnya
sampel rata-rata per tahun mencapai 150 hingga
200 perusahaan di seluruh Indonesia, walaupun
sebagian besar di Jawa, Sumatera dan Sulawesi.
173
Hadapi Persaingan Global, Pendidikan Tinggi
Harus Tingkatkan DayaSaing
Dalam era globalisasi, setiap negara dapat saling
berinteraksi, baik untuk kerja sama dalam mencapai
tujuan tertentu maupun saling berkompetisi satu
sama lain. Kompetisi global menuntut kita untuk
memiliki kemandirian.
Oleh karena itu, dibutuhkan peran pendidikan
tinggi dalam rangka meningkatkan daya saing
bangsa agar mampu menjadi yang terdepan pada
setiap kesempatan.
“Untuk mencapai (kemandirian), kita harus
memiliki daya saing yang tinggi dan mampu
memenangkan akses terhadap berbagai peluang yang
tercipta dari globalisasi. Dalam hal ini, lembaga
pendidikan tinggi memiliki peranan yang sangat
signifikan,” tegas Wakil Presiden (Wapres) K.H.
Ma’ruf Amin ketika menyampaikan Orasi Ilmiah
pada acara Wisuda Virtual Program Vokasi dan
Sarjana Universitas Indonesia (UI) Tahun 2022,
dari Jakarta Pusat, Sabtu (26/02/2022).
Lebih lanjut Wapres menyampaikan, disamping
dapat menyiapkan human capital secara individual,
pendidikan tinggi secara luas juga memiliki peran
penting dalam kemakmuran masyarakat di suatu
negara, karena di dalamnya terkait dengan
pertumbuhan ekonomi dan kualitas SDM.
174
“Pendidikan tinggi memiliki peranan yang
krusial bagi kemakmuran masyarakat dan bangsa,
karena pendidikan tinggi adalah faktor penentu
pertumbuhan ekonomi jangka panjang, kemajuan
teknologi, dan peningkatan keahlian praktis,” ujarnya.
Terkait dengan kemajuan teknologi, Wapres
menyampaikan bahwa revolusi digital telah
mengubah seluruh sektor kehidupan, diantaranya
pelayanan publik, perbankan, kesehatan, dan
transportasi. Perguruan tinggi harus dapat
beradaptasi dan menciptakan berbagai
inovasi untukmempercepat pembangunan ekonomi.
“Universitas harus mampu menjadi lokomotif
inovasi, sebagai katalisator pembangunan ekonomi di
masa depan, serta bertindak sebagai akselerator dalam
terciptanya penemuan-penemuan baru yang
melibatkan berbagai disiplin keilmuan,” imbuhnya.
Pada kesempatan yang sama, Wapres juga
menyampaikan bahwa pendidikan tinggi harus dapat
menyiapkan SDM yang mampu dan siap berpartisipasi
serta menguasai kemampuan problem solving atas
berbagai tantangan yang dihadapi oleh setiap generasi,
salah satunya dengan ilmu kewirausahaan.
“Saya sangat mendorong UI untuk membekali
mahasiswanya dengan ilmu kewirausahaan.
Kewirausahaan sejatinya adalah tentang problem
solving. Selain itu, kewirausahaan akan menjadi
medium inovasi untuk memproduksi komoditas dan
membuka lapangan kerja, keduanya adalah bahan baku
utama kesejahteraan,” ujar Wapres.
175
Wapres pun menyoroti pentingnya karakter bangsa
dalam merespon perubahan hubungan sosial
kemasyarakatan yang ditandai dengan meningkatnya
sikap individualistis sebagai bentuk kemajuan dan
derasnya ilmu pengetahuan dan teknologi.
“(individualistis) bukan cerminan karakter bangsa
kita. Saya berharap para wisudawan terus memegang
teguh nilai-nilai kebangsaan, seperti; toleransi dan
gotong-royong dalam perjalanan di masa depan,”
harapnya.
Menutup orasi ilmiahnya, Wapres berharap agar
UI dapat terus memberikan sumbangsih bagi
pembangunan dan inovasi, baik di tingkat nasional
maupun global. Dalam kesempatan ini, Wapres juga
menyampaikan apresiasi atas upaya UI dalam
meningkatkan kualitas SDM bangsa.
“Kepada seluruh jajaran pimpinan dan para
pengajar UI, saya sampaikan apresiasi yang tinggi atas
pengabdian dan ikhtiar dalam mencetak “Generasi
Indonesia yang Cerdas dan Bermartabat,” pungkasnya.
Sebelumnya, Rektor UI Ari Kuncoro dalam
pidatonya menyampaikan bahwa UI akan terus
mengembangkan sistem smart campus, yang
menekankan pentingnya transformasi teknologi, serta
akan selalu cepat beradaptasi dan mengikuti dinamika
perubahan yang ada.
176
“UI selalu beradaptasi dengan cepat terhadap
berbagai perubahan yang ada. Dinamika itu membawa
perubahan bagi UI yang tengah bertranformasi dari
traditional university menuju entrepreneurial
university. Kita menyadari pentingnya transformasi
teknologi yang menunjukkan ekosistem yang
terhubung secara digital,” ungkap Ari.
Tidak lupa Ari juga berpesan agar nama baik
almamater UI dapat dijaga dan para alumni dapat
menjadi agen perubahan di masa mendatang.Kami
berharap para alumni dapat menjadi agen perubahan
dan senantiasa menjaga nama baik almamater,” pesan
Ari.
Sebagai informasi, jumlah wisudawan UI pada
semester gasal 2021/2022 berjumlah 4.175 orang,
dengan rincian lulusan terdiri dari; 30 orang lulusan
pendidikan vokasi, 1.933 orang lulusan sarjana, 308
orang lulusan pendidikan profesi, 304 orang lulusan
pendidikan spesialis, 1.478 orang lulusan magister,
dan 122 orang lulusan pendidikan doktoral.
Turut hadir dalam acara jajaran pengurus Majelis
Wali Amanat Universitas Indonesia, serta jajaran
pengurus Universitas Indonesia.
177
Beberapa kriteria yang menunjukkan
perbaikan signifikan antara lain :
1. aplikasi paten
2. tingkat korupsi
3. biaya listrik industry
4. keadilan
5. serta hokum
178
12 PILAR :
Ada 12 pilar, dikelompokkan ke dalam tiga
kolompok faktor, yangmenentukan tingkat daya
saing sebua negara :
• Kelembagaan
• Infrastruktur
• Stabilitas Ekonomi Makro
• Kesehatan & Pendidikan Dasar
• Pendidikan Tinggi & Pelatihan
• Efisiensi Pasar Barang
• Efisensi Pasar Buruh
• Kecanggihan Pasar Keuangan
• Kesiapan Teknologi
• Luas Pasar
• Kecanggihan Bisnis
• Inovasi
179
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/embeds/266645963/content?start_
page=1&view_mode=scroll&access_key=key-
fFexxf7r1bzEfWu3HKwf.
http://catatankuliahfethamrin.blogspot.com/2013/01/rua
ng-lingkup-dan-karakteristik.html?m=1.
https://brainly.co.id/tugas/28156557.
https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/
amp/harisusanto/perekonomian-indonesia-di-zaman-
kolonial_5500701ba333115b73510d94.
https://www.slideshare.net/BakhrulUlum2/2-sejarah-
perekonomian-indonesia-70499502.
http://repositori.kemdikbud.go.id/12964/1/Sejarah%20p
erekonomian%20indonesia.pdf.
https://katadata.co.id/intan/berita/61b9a5485652b/sejar
ah-demokrasi-liberal-di-indonesia-serta-pengertian-
dan-cirinya.
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-
5818926/kebijakan-sistem-ekonomi-ali-baba-sejarah-
dan-kegagalannya.
https://www.kompas.com/stori/read/2021/04/02/14490
0579/gerakan-benteng-latar-belakang-pelaksanaan-dan-
kegagalan?page=all.
180
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j
&url=http://risa_septiani.staff.gunadarma.ac.id/Downlo
ads/files/73439/M2%2BSejarah%2BPerekonomian%2
BIndonesia.pdf&ved=2ahUKEwig14Oq6fn2AhXV8X
MBHWk1COkQFnoECAYQAQ&usg=AOvVaw0yEJ5
cxh38tgBdGDZvMmKB.
https://accurate.id/ekonomi-keuangan/sistem-ekonomi-
indonesia/.
https://accounting.uii.ac.id/transformasi-ekonomi-
digital-di-indonesia/.
https://mediaindonesia.com/opini/433294/transformasi-
ekonomi-indonesia.
https://www.kompasiana.com/rokhmin/56c28324d17a6
114048b456d/transformasi-struktural-ekonomi-dan-
kemajuan-bangsa?page=2&page_images=.
https://doc.lalacomputer.com.
https://www.academia.edu/5725928/DAMPAK_KEBIJ
AKAN_FISKAL_TERHADAP_PEREKONOMIAN_
DI_INDONESIA.
https://www.freedomsiana.id/instrumen-kebijakan-
fiskal/.
https://www.ocbcnisp.com/id/article/2021/08/12/kebija
kan-fiskal-adalah.
181
https://www.ocbcnisp.com/en/article/2021/07/27/kebija
kan-moneter-adalah.
https://sg.docworkspace.com/d/sINW5g59WsbKakgY.
https://rangkulteman.id/berita/kebijakan-moneter-
pengertian-tujuan-jenis-dan-instrumennya.
https://www.gramedia.com/literasi/neraca-
pembayaran/.
https://accurate.id/akuntansi/neraca-pembayaran-
.adalah/#:~:text=Neraca%20pembayaran%20internasio
nal%20atau%20balance,luar%20negeri%20untuk%20s
atu%20periode.
https://berkas.dpr.go.id.
https://m.mediaindonesia.com/ekonomi/215946/ini-
strategi-pemerintah-untuk-perbaiki-neraca-pembayaran.
https://adoc.pub/perekonomian-indonesia-di-era-
globalisasi.html.
https://www.gramedia.com/literasi/bentuk-globalisasi/.
https://berkas.dpr.go.id/puskajianggaran/referensi-
apbn/public-file/referensi-apbn-public-24.pdf.
https://docplayer.info/34401591-Daya-saing-global-
indonesia-versi-world-economic-forum-wef-1-tulus-
tambunan-kadin-indonesia.html.
182
https://www.kominfo.go.id/content/detail/40247/hadapi
-persaingan-global-pendidikan-tinggi-harus-tingkatkan-
daya-saing/0/berita.
https://bisnis.tempo.co/amp/1211889/peringkat-daya-
saing-ri-melonjak-masih-ada-5-tantangan-ekonomi.
183
184