Anda di halaman 1dari 189

MODULMODUL

PEREKONOMIAN INDONESIA
PEREKONOMIAN
INDONESIA
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perekonomian Indonesia
DOSEN PEMBIMBING
RIS HANDAYANI, SH., MM.

DISUSUN OLEH

Mahasiswa G1.20 & G2.20 Manajemen


PEREKONOMIAN INDONESIA

Penulis:
Mahasiswa G1.20 & G2.20

Editor:
Sepmi Dinda & Dinanty Amaradhita

Desain Cover dan Tata


Letak:Zikry Ardiansyah
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas


limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga modul
Perekonomian Indonesia telah dapat diselesaikan.
Modul ini berisikan kumpulan materi perkuliahan
Pendidikan Perekonomian di Indonesia dalam satu
semester.
Terima kasih kami sampaikan kepada Ris
Handayani, SH., MM. Selaku Dosen Pembimbing
kami di STIE IPWIJA yang telah memberikan
masukan dan arahan dalam membuat modul ini.
Semoga modul ini dapat memberi manfaat bagi para
pembaca dan dunia pendidikan.

Jakarta, 3 April 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................ ii
BAB I LINGKUP DAN KARAKTERISTIK
PEREKONOMIANINDONESIA ................................... 1
BAB II INDONESIA PEREKONOMIAN PERIODE
KOLONIAL(SEJARAH PEREKONOMIAN 1) ........... 18
BAB III SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA (2)
................................................................................... 36
BAB IV SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA
(30) ............................................................................. 53
BAB V SISTEM EKONOMI INDONESIA .................. 69
BAB VI Pelaku dan Peran Dalam Perekonomian
Indonesia .................................................................... 85
BAB VII TRANSFORMASI STRUKTURAL ............. 91
BAB VIII ANALISA KEBIJAKAN TRANSFORMASI
STRUKTURAL ........................................................ 102
BAB IX PENDAPATAN NASIONAL ........................ 106
BAB X KEBIJAKAN FISKAL .................................. 122
BAB XI PENGERTIAN KEBIJAKAN MONETER
MENURUTPENDAPAT PARA AHLI ....................... 134
BAB XII “Neraca Pembayaran Luar Negeri Indonesia”
................................................................................. 143
BAB XIII PEREKONOMIAN INDONESIA DALAM
ERA GLOBALISASI ................................................ 156
BAB XIV DAYA SAING GLOBAL INDONESIA ...... 169
DAFTAR PUSTAKA ................................................ 180

ii
BAB I
LINGKUP DAN KARAKTERISTIK
PEREKONOMIANINDONESIA

A.STRUKTUR EKONOMI
Indonesia Negara yang terletak di garis
khatulistiwa dan diantara dua benua memberi
pengaruh yang sangat besar terhadap kondisi
perekonomian Indonesia itu sendiri. Sebagai
Negara yang subur perekonomian Indonesia
didominasi oleh sector pertanian dan kehutanan
sebagai sumber dan hasil produksi yang
dihasilkan. Itulah sebabnya struktur ekonomi
Indonesia lebih banyak disebut agraris. Pada
dasarnya struktur ekonomi ada dua yaitu
Negara yang ekonominya berstruktur agraris dan
berstruktur industrial. Struktur ekonomi agraris
menunjukan kontribusi sector pertanian lebih
dominan terhadap nilai PDBdibandingkan sector
industry. Sebaliknya jika kontribusi sector
industry lebih banyakterhadap nilai PDB maka
Negara tersebut bisa disebut mempunyai struktur
industrial. Dewasa ini kondisi stuktur ekonomi di
Indonesia sedang mengalami transformasi.
Lingkup pembahasan dalam perekonomian
Indonesia meliputi :

1
a. Sistem Ekonomi
Setiap negara menganut dan
menerapkan sistem perekonomian yang
berbeda-beda, hal ini dilatar belakangi oleh
berbagai konsep pikir dan cara pandang
masyarakat dalam menerapkan tata laksna
kehidupan berbangsa dan bernegara. Tata
laksana kehidupan masyarakat tersebut
sesuai dengan falsafah hidup yang
mencerminkan aliran sosiologi, idiologi
yang berkembang dalam masyarakat. Bagi
negara yang menganut prinsip kebebasan
maka sistem ekonomi yang diterapkan
lebih bersifat liberal atau kapitalis,
sedangkan negara yang menganut prinsip
kebersamaan dan terpimpin maka sistem
ekonomi yang diterapkan lebih bersifat
sosialis. Indonesia sebagaimana tercantum
dalam UUD 1945, seharusnya menganut
sistem ekonomi yang didasarkan pada
falsafah negara yaitu “Pancasila”, dimana
Sistem Ekonomi Indonesia yang
berkedaulatan atas rakyat sesuai dengan
nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila.
b. Pelaku Ekonomi
Pelaku ekonomi adalah semua
masyarakat yang terlibat dalam kegiatan
ekonomi, baik bersifat perorangan atau

2
kelompok maupun berupa lembaga- lembaga
ekonomi. Kesemuanya saling berinteraksi
dalam setiap kegiatan ekonomi, apakah
dalam kegiatan produksi, konsumsi atau
pertukaran. Secara teori pelaku ekonomi
tersebut dikelompokkan menjadi empat
bagian yaitu Konsumen (Rumah tangga
Konsumen), Produsen (Rumah Tangga
Produsen), Pemerintah (Rumah Tangga
Negara) dan masyarakat luar negeri (Rumah
TanggaLuar Negeri).
c. Sumber Daya Ekonomi
Sumber daya dapat didefinisikan sebagai
elemen atau segala sesuatu
yangikut/terlibat dalam proses produksi.
Kondisi sumber daya disetiap Negara
sangat bebeda,hal ini disebabkan adanya
perbedaan factor alam, budaya dan social
yang dimiliki suatuNegara. Sumber Daya
ekonomi punya peranan besar terhadap
pembangunan suatu Negara. Artinya
kemajuan dan perkembangan ekonomi
suatu negara sangat tergantung akan
ketersediaan sumber daya yang ada dalam
suatu negara baik secara kuantitas maupun
secara kualitas.
d. Pembangunan Ekonomi dan Indikator
Hasil Pembangunan Ekonomi
Setiap pembangunan ekonomi
3
diharapkan dapat merangsang pertumbuhan
ekonomi yang digambarkan dengan
peningkatan pendapatan nasional atau
pendapatan per kapita masyarakat. Dengan
adanya pembangunan ekonomi, akan terjadi
pertumbuhan ekonomi yaituproses
peningkatan produksi barang dan jasa
dalam kegiatan ekonomi masyarakat.
Pertumbuhan Ekonomi adalah suatu kondisi
terjadinya peningkatan Gross National
Product (GNP) yang mecerminkan adanya
pertumbuhan output per capita dan
meningkatnya standar hidup masyarakat.
(Asfia, M: 2013).
Dengan demikian kita tidak bisa melihat
terjadi tidaknya pertumbuhan ekonomi
hanya pada perkembagan nilai GNP saja,
tapi harus juga melihat pada peningkatan
standar hidup masyarakatnya, misalnya
kemapuan daya belinya pada kebutuhan
pokok, kemampuan memasuki jenjang
pendidikan ketingkat yang lebih tinggi. Jika
GNP naik tapi masih banyak terdapat orang
yang menganggur disini bisa dipastikan
pendistribusian pendapatan tidak merata.
Terjadi ketimpangan sosial-ekonomi
masyarakat.

e. Hasil Pembangunan Ekonomi di Indonesia

4
Gambaran Hasil Pembangunan Ekonomi
di Indonesia yang akan dikemukakan pada
Bab ini meliputi: Hasil PJPT- II, hasil
pembangunan ekonomi di masa reformasi
dan hasilpembangunan kabinat SBY.

f. APBN dan Perkembangannya


Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) merupakan catatan yang
menampilkan gambaran penerimaan dan
pengeluaran suatu negara. Didalamnya
berisi daftar sistematis dan terinci yang
memuat rencana penerimaan dan
pengeluaran Negara selama satu tahun
anggaran.
Keberhasilan pemerintah dalam mengatur
dan mengndalikan perekonomian dapat dilihat
dari kemampuan merencanakan APBN yang
dapat dipertanggung-jawabkan, sehingga
tujuan dan sasaran pembangunan dapat
terujud sesuai denganyang direncanakan.

g. Kebijakan Fiskal dan Moneter Indonesia


Kebijakan Moneter merupkan kebijakan
yang dilakukan oleh Otoritas Moneter dalam
hal ini adalah Bank Sentral atau Bank
Indonesia (BI). Kebijakan Moneter ada yang
bersifat kuantitatif yaitu berupa: Operasi pasar
terbuka (open- market operation policy).

5
Kebijakan cadangan wajib (reserve-
requirements policy) dan Kebijakan tingkat
bunga (interest rate policy). Sedangkan yang
bersifat kualitatif meliputi pengawasan kredit
secara selektif dan moral suation, yaitu
menghimbau atau membujuk secara moral
kepada masyarakat pengguna jasa bank. (Asfia
Murni; 2013). Bagaimana kondisi kebijakan
fiskal dan moneter di Indonesia sangat perlu
diketahui untuk berbagai kebijakan dalam
kegiatan ekonomi yang kita lakukan.

B. KARAKTERISTIK
PEREKONOMIAN INDONESIA
Indonesia sebagai negara keupulauan
(nusantara) memiliki ciri-ciri khusus, yang
berbeda dengan negara tetangga ASEAN,
bahkan berbeda dengan negara-negara lain di
dunia sehingga perekonomiannya memiliki
karakteristik sendiri. Yang mempengaruhi
karakteristik perekonomian Indonesia :
1. Faktor Geografi
a. Indonesia adalah negara kepulauan
terbesar di dunia, terdiri dari 13.677 pulau
besar – kecil (baru 6.044 pulau memiliki
nama, diantaranya 990 pulau yang dihuni
manusia); terbentang dari 60 LU sampai
110 LS sepanjang 61.146 km., memiliki
potensi ekonomi yang berbeda-beda
6
karena perbedaan SDA, SDm,
kesuburan tanah, curah hujan (Sutjipto,
1975).

b. Wilayah Indonesia seluas 5.193.250 km2


, 70 persennya (± 3,635,000 km2 ) terdiri
dari lautan (menjadi negara bahari)
letaknya strategis karena : memiliki posisi
silang (antara Benua Asia dan Benua
Australia), menjadi jalur lalulintas dunia
(antara Laut Atlantik dan Laut Pasifik)
dan menjadi paru-paru dunia (memiliki
hutan tropis terbesar).

c. Menghadapi kesulitan komunikasi dann


transportasi antar pulau (daerah) baik
untuk angkutan barang maupun
penumpang; arus barang tidak lancar;
perbedaan harga barang yang tajam;
perbedaan kesempatan pendidikan dan
kesempatan (lapangan) kerja;
kesemuanya itu merupakan potensi
kesenjangan.

2. Faktor Demografi
a. Indonesia negara nomor 4 di dunia
karena berpenduduk lebih dari 310 juta
orang. Penyebaran penduduk tidak
merata (dua per tiga tinggal di P. Jawa),
7
sebagian besar hidup di pedesaan
(pertanian), bermata pencairan sebagai
petani kecil dan burah tani dengan upah
sangat rendah.
b. Mutu SDM rendah : ± 80% angkatan
kerja berpendidikan SD. Produktivitas
rendah karena taraf hidup yang rendah:
konsumsi ratarata penduduk Indonesia
RP 82.226 per bulan (1993), namun 82%
penduduk berpendapatan di bawah RP
60.000 per bulan per kapita (Sjahrir,
1996).
c. Indonesia yang berpenduduk lebih dari 210
juta orang membutuhkan berbagai barang,
jasa dan fasilitas hidup dalam ukuran
serba besar (pangan, sandang, perumahan
dan lain-lain). Namun dilain pihak
kemampuan kita untuk berproduksi
(produktivitasnya) rendah. Hal ini akan
menciptakan kondisi munculnya rawan
kemiskinan.

3. Faktor Sosial, Budaya, dan Politik


a. Sosial : Bangsa Indonesia terdiri dari
banyak suku (heterogin) dengan beraagam
budaya, adat istiadat, tata nilai, agama dan
kepercayaan yang berbeda- beda. Karena
perbedaan latar belakang, pengetahuan dan
8
kemampuan yang tidak sama, maka
visi, persepsi, interpretasi dan reaksi (aksi)
mereka terhadap isu-isu yang sama bisa
berbeda-beda, yang sering kali
menimbulkan konflik sosial (SARA).
b. Budaya : Bangsa Indonesia memiliki
banyak budaya daerah, tapi sebenarnya
kita belum memiliki budaya nasional
(kecuali bahasa Indonesia). Namun
sebagai salah satu bangsa “Timur”
(bangsa yang merdeka dan membangun
ekonomi sejak akhir Perang Dunia II),
mayoritas bangsa Indonesia sampai
sekarang masih terpengaruh (menganut)
“budaya” Timur, budaya status
orientation.
c. Budaya status orientation bercirikan:
semangat hidupunya mengejar pangkat,
kedudukan, status (dengan simbol-simbol
sosial); etos kerjanya lemah; senang
bersantai-santai; tingkat disiplinnya
rendah, kurang menghargai waktu (jam
karet). Lawannya “budaya” barat, budaya
achievement orientation dengan ciri-ciri
sebaliknya. Budaya status orientationn
tidak produktif, konsumtif, suka pamer dan
mudah memicu kecemburuan sosial.
d. Politik : sebelum kolonialis Belanda
datang, bangsa Indonesia hidup di bawah
kekuasaan raja-raja.
9
Ratusan tahun bangsa Indonesia hidup di
bawah pengaruh feodalisme dan
kolonialisme. Ciri utama feodalisme antara
lain adalah kultus individu (raja selalu
diagungkan). Ciri utama kolonialisme
antara lain adalah otoriter (laksana tuan
terhadap budak).
e. Sisa-sisa pengaruh feodalisme (kultus
individu) dan pengaruh kolonialisme
(otiriter) sampai sekarang belum terkikis
habis. Hal ini sangat terasa pada percaturan
dan pergolakan politik di Indonesia.
Perilaku yang kurang demokratis dari para
elit politik dan perilaku kurang menghargai
HAM dari para penguasa, menghambat
kelancaran proses demokratisasi politik di
Indonesia. Pada gilirannya hal ini
menghambat terciptanya demokrasi
ekonomi.
f. Dari uraian pengaruh faktor-faktor di
atas dapat disimpulkan bahwa
perekonomian Indonesia mengandung
tiga potensi kerawanan.
g. Tiga potensi kerawanan yang menjadi
karakteristik perekonomian Indonesia
adalah:
a) Potensi rawann kesenjangan,
terutama kesenjangan antara daerah
(pulau). Hal ini terutama sebagai
akibat pengaruh faktor geografi.
10
b) Potensi rawan kemiskinan, terutama
kemiskinan di darah pedesaan. Hal ini
terutama sebagai akibat pengaruh
faktor demografi dan faktor budaya.
c) Potensi rawan perpecahan, terutama
perpecahan antar suku, antar golongan
(elit) politik. Hal ini terutama sebagai
akibat pengaruh faktor sosial- politik.

C. PERAN DAN KEBIJAKSANAAN


PEMERINTAH

1. Peran Pemerintah
a. Peran atau campur tangan
pemerintah dalam perekonomian ada
yang bersifat kuat (negara sosialis), ada
yang lemah (negara kapitalis). Indonesia
menganut sistem ekonomi campuran
dengann mengutamakan
berlangsungnya mekanisme pasar
sepanjang tidak merugikan kepentingan
rakyat banyak.
b. Campur tangan pemerintah dapat
dibenarkan secara konstitusional :
1) Dari isi pembukaan UUD 1945
dengan Pancsilanya, dapat
disimpulkan bahwa pembangunan
yang diselenggarakan oleh
pemerintah haruslah diarahkan

11
untuk :
a) Memajukan kesejahteraan umum
b) Memajukan kecerdasan kehidupan
bangsa
c) Mewujudkan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat
2) Pasal 33 UUD 1945 bersama
dengan pasal 34 dan pasal 27 ayat
2 mengandung amanat kepada
pemerintah untuk
menyelenggarakan kesejahteraan
sosial seluruh rakyat melalui :
a) Penguasaan cabang-cabang
produksi yang penting bagi negara
dan menguasai hajat hidup orang
banyak.
b) Penguasaan bumi, air dan kekayaan
alam yangada di dalamnya.
c) Pemeliharaan fakir miskin dan anak-
anak terlantar
d) Penyediaan lapangan kerja

2. Kebijaksanaan Pemerintah
a. Tujuan utama atau akhir kebijakan
ekonomi adalah untuk meningkatkan
taraf hidup atau tingkat kesejahteraan
masyarakat. Diukur secara ekonomi,
kesejahteraan masyarakat tercapai bila
tingkat pendapatan riil rata-rata per
12
kapita tinggi dengan distribusi
pendapatan yang retif merata. Tujuan
ini tidak bisa tercapai hanya dengan
kebijakan ekonomi saja. Diperlukan
juga kebijakan non kebijakan ekonomi
saja. Diperlukan juga kebijakan non
ekonomi, seperti kebijakan sosial yang
menyangkut masalah pendidikan dan
kesehatan. Kebijakan ekonomi dan
kebijakan non ekonom harus saling
mendukung.
b. Selain itu kebijakan ekonomi
mempunyai intermediate target sebelum
mencapai tujuan akhir. Sasaran
perantara tersebut mencakup lima hal
utama:
a) Pertumbuhan ekonomi
(misalnya
PDB ataupendapatan nasional)
b) Distribusi pendapatan yang merata
c) Kesempatan kerja sepenuhnya
d) Stablitas harga dan nilai tukar
e) Keseimbangan neraca pembayaran
c. Tiga macam kebijakan Ekonomi
(menurutagregasinya) :
1) Kebijakan ekonomi mikro
Kebijakan pemerintah yang
ditujukan pada semua
perusahaan tanpa melihat jenis
13
kegiatan yang dilakukan oleh
atau disektor mana dandiwilayah
mana perusahaan yang
bersangkutan beroperasi.
Contohnya :
a) Peraturan pemerintah yang
mempengaruhi pola hubungan
kerja (manajer dengan para
pekerja), kondisi kerja dalam
perusahaan.
b) Kebijakan kemitraan antara
perusahaan besar dan
perusahaan kecil di semua
sektor ekonoim
c) Kebijakan kredit bagi
perusahaan kecil di semua
sektor dan lain-lain.

2) Kebijakan Ekonomi Meso


Kebijakan ekonomi sektoral atau
kebijakan ekonomi regional.
Kebijakan sektoral adalah
kebijakan ekonomi yang khusus
ditujukan pada sektor-sektor
tertentu.s etiap departemen
mengeluarkan kebijakan sendiri
untuk sektornya, seperti
keuangan, distribusi, produksi,
tata niaga, ketenaga kerjaan dan

14
sebagainya. Kebijakan meso
dalam arti regional adalah
kebijakan ekonomi yang
ditujukan pada wilayah tertentu.
Misalnya kebijakan pembangunan
ekonomi di kawasan timur
Indonesia (KTI), yang mencakup
kebijakan industri regonal,
kebijakan investasi regional dan
sebagainya. Kebijakan ini bisa
dikeluarkan pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah

3) Kebijakan Ekonomi Makro


Kebijakan ini mencakup semua
aspek ekonomi pada tingkat
nasional, misalnya kebijakan
uang ketat (kebijakan moneter).
Kebijakan makro ini bisa
mempengaruhi kebijakan meso
(sektoral atua regional),
kebijakan mikro menjadi lebih
atau kurang efektif. Instrumen
yang digunakan untuk kebijakan
ekonomi makro adalah tarif
pajak, jumlah pengeluaran
pemerintah melalui APBN,
ketetapan pemerintah dan
intervensi langsung di pasar
15
valuta untuk mempengaruhi
nilai tukar mata uang rupiah
terhadap valas. (Tulus
Tambunan,1996).
d. Kebijakan ekonomi juga bisa
dibedakan antara
kebijakan ekonomi dalam negeri dan
kebijakanekonomi luar negeri.
1) Kebijakan Ekonomi dalam
Negeri
a) Kebijakan sektor ekonomi,
seperti pertanian, industri dan
jasa-jasa
b) Kebijakan keuangan negara,
seperti perpajakann, bea cukai,
anggaran pemerintah (APBN).
c) Kebijakan moneter perbankan,
seperti jumlah uang beredar,
suku bunga, inflasi,
perkreditan, pembinaan dan
pengawasan bank.
d) Kebijakan ketenagakerjaan,
seperti penetapan upah
minimum, hubungan kerja,
jaminan sosial
e) Kebijakan kelembagaan
ekonomi, seperti BUMN,
koperasi, perusahaan swasta,
pemberdayaan golongan
16
ekonomi lemah (UKM), dan
lain-lain kebijakan.

2) Kebijakan hubungan ekonomi


luar negeri
a) Kebijakan neraca
pembayaran, seperti
pengamanan cadangan devisa
negara.
b) Kebijakan perdagangan LN,
seperti tata- niaga (ekspor
dan impor), perjanjian
dagang antar negara.
c) Kebijakan penanaman modal
asing, seperti perizinan
investasi langsung, investasi
tidak langsung, usaha-usaha
patungan.
d) Kebijakan hutang LN,
menyangkut hutang
pemerintah, hutang swasta,
perundingan/ perjanjian
dengan para kreditor, dan lain-
lain kebijakan.

17
BAB II
INDONESIA PEREKONOMIAN PERIODE
KOLONIAL(SEJARAH
PEREKONOMIAN 1)

A. Kajian Tentang Sejarah Perekonomian


Indonesia
Berbagi kajian mutakhir tentang sejarah
perekonomian Indonesia selama zaman colonial
disajikan dalam konperensi pertama yang secara khusus
membahas sejarah perekonomian Indonesia.
Kebangkitan studi sejarah perekonomian Indonesia
selama dasawarsa terakhir ini dimungkinkan oleh
beberapa perkembangan yang menguntungkan. Pertama
sejak pertengaham dasawarsa 1960-an banyak bahan
arsip di negeri belanda dan Indonesia tentang
administrasi pemerintah colonial belanda di Indonesia
selama abad ke-19 dan ke-20 telah dibuka untuk umum.
Pengkajian yang lebih mendalam ini telah
menghasilkan temuan-temuan baru yang dapat
menumbangkan berbagai pandangan mapan tentang
masa lampau, seperti misalnya keyakinan yang
umumnya terdapat pada para sejarawan bahwa akibat
sistem tanam paksa.
Perkembangan kedua yang juga amat mendorong
kebangkitan studi sejarah perekonomian Indonesia
adalah usaha kompilasi dan seleksi sejumlah data
statistic yang amat besar tentang sejarah perekonomian
Indonesia selama kurun waktu 1816-1940 yang sejak

18
awal dasawarsa 1970-an dilakukan oleh sekelompok
kecil ekonomi belanda dibawah pimpinan P.Creutsberg,
seorang pensiunan dari biro pusat Statistik, Jakarta.
Maka beberapa ekonom di Australia dan di negeri
Belanda yang semula menaruh perhatian dan
perkembangan Indonesia masa kini, mulai mengalihkan
perhatian mereka pada sejarah ekonomi Indonesia
selama abad ke-19 dan awal abad ke-20 dalam rangka
usaha mereka untuk mnemahami dengan lebih baik
perkembangan ekonomi indonesia masa kini.
Namun munculnya ekonom sekelompok kecil
ekonom-ekonom di Australia dan negeri Belanda yang
menaruh perhatian pada sejarah perekonomian
Indonesia akan mendapat "warna" dan dimensi baru,
oleh karena itu kajian historis oleh para ekonom ini
akan lebih banyak dilakukan menurut pola yang
dirintis oleh para "sejarawan ekonomi baru"

B. Pelayaran Niaga di Nusantara


Dalam abad ke- 15 Pasai, Malaka dan Brunai
merupakan emporia terpenting. Jatuhnya Malaka dalam
tangan Portogis pada tahun 1511 malah membawa
akibat yang tidak terduga, yaitu munculnya berbagai
emporia lain di Nusantara, yaitu Aceh, Banten, Demak,
Gresik, dan Makasar. Selain itu di Semenanjung
muncul pula Patani, johor, Pahang; dan di Filipina
muncul Manila.
Sehagian besar penduduk kola-kola dagang adalah
penduduk lokal. Raja dan aristokrasi merupakan lapisan
elite yang selalu terdapat dalam kota-kola dagang.
19
Selain ilu terdapal pula rakyat penduduk kota dagang
yang memiliki berbagai macam peran sosial. Hubungan
dengan pedalaman selalu ada, terutama untuk persedian
bahan makanan. Tetapi ada pula yang memiliki
hubungan politik dengan pusat-pusat kekuasaan lain
disekitarnya, seperti Makasar di abad ke-17. Kota-kota
dagang di Pantai Utara Jawa , yang muncul sebagai
kekuasaan-kekuasaan independen dalam kurun Niaga,
di abad ke- 17 berada di bawah kekuasaan kerajaan
yang berpusat di pedalaman(Mataram).
Kemudian ada pula kelompok-kelompok saudagar
asing yang umumnya berkelompok menurut agama,
yaitu pada satu sisi kota terdapat orang-orang Cina dan
sisi lainnya orang-orang yang beragama Islam.
Sebagian besar kota-kota dagang itu terletak di tepi
pantai seperti Banten, ada pula yang terletak di Muara
sungai seperti Makasar. Struktur kota-kota dagang di
Nusantara mengikuti pola budaya lokal. Di wilayah-
wilayah dengan lapisan budaya Hindu/Buddha terdapat
pola perkotaan yang berbeda dengan di kota-kota
dagang yang tidak memiliki lapisan budaya tersebut.
Pola ini terdapat pula di kota-kota dagang lainnya di
pulau Jawa. Selalu ada sebuah paseban tempat upacara
dan ritual agama dilangsungkan dengan dikelilingi oleh
masjid, pemikiman pedagang asing, dan lain-lain.
Uang sebagai alat perdagangan sudah dikenal pula
di kota dagang di Nusantara itu. Malah sesungguhnya
sejak masa kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah
uang dari logam emas telah di kenai. Perdagangan
barter memang berlaku juga, tetapi cara itu, tidak
20
mengherankan kalau di kota-kota dagang dalam kurun
Niaga ini terdapat berbagai macam mata uang dengan
nilai yang berbeda-beda. Sejak abad ke-14 uang Cina
dari tembaga yang oleh orang Portugis dinamakan
caixa (dari kata cash - Sangskrit), dan yang di Jawa
dinamakan picis.
Kemudian terdapat pula mata uang dari timah,
logam yang memang banyak dihasilkan di
Semenanjung. Sekalipun sudah dikenal sejak lama,
telapi pengaruh Islam membawa pula mata uang emas
yang di Arab dikenal sebagai dirham atau dinar. Mata
uang ini juga dihasilkan di kerajaan-kerajaan
Nusantara, terutama di Sumatra.
Peranan utama kota-kota dagang di Nusantara
adalah sebagai penyalur rempah-rcmpah di bcrbagai
penjuru duni a melalui pelayaran - niaga Samudra
Hindia. Peranan ini terutama meningkat sejak Malaka
jatuh ketangan Portugis. Sebelum itu para produsen dan
pedagang rempah-rempah membawanya Iangsung ke
Malaka. Dari Emporiam utama di Asia Tenggara itulah
rempah-rempah dari Nusa tenggara di ekspor ke Cina,
India. dari Timur Tengah yang neneruskannya Iagi ke
Eropa. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa
jatuhnya Malaka membawa akibat yang tidak terduga
berupa munculnya berhagai emporia di Nusantara
seperti Aceh, Banten, Jepara, Gresik, Makasar, Ternate,
Tidore, dsb.
Rempah-rempah yang diperdagangkan terutama
lada, cengkeh, pala dan fuli. Cengkeh (Szyoium
aromaticwn atau Carvophu/lus aromaticus) berasal
21
dari Maluku Utara. Dalam masa awal kurun Niaga ini
produsen cengkeh hanyalah beberapa pulau saja di
Maluku Utara, yaitu Ternate, Tidore, Makian, dan
Motir. Pad a masa Malaka (1400-1511) para pedagang
dari wilayah ini maupun dari Jawa mengangkut
cengkeh ke kota-kota pelabuhan di Jawa untuk
diteruskan ke Malaka.
Seperti nampak dalam grafik itu, awal pertumbuhan
perdagangan rempah-rempah dari Maluku adalah sekitar
akhir abad ke-14. Peranan emporium Malaka, yang muncul

dalam awal abad ke-15 itu, dalam hal ini tentu penting sekali.
Tetapi "take off' nya adalah justru setelah Mal aka jatuh ke
tangan Portugis, yaitu sekitar 1520. Puncaknya adalah sekitar
1570 hingga 1620, setelah itu perdagangan rempah-rempah
terutama dikuasai oleh VOC.
Tentu ada penjelasan mcngapa terjadi peningkatan sejak
1520. Permintaan utama pada mulanya datang dari Cina
(malah Perkataan cengkeh berasal dari bahasa Mandarin : Lhi
jia atau zhen ga dalam di alek Kanton). Selain itu sejak 1400
permintaan dari Eropa j uga mulai mcni ngbt tcrutama melalu

22
i Vcnesia, Genos dan Barcelona. Sejak itu permintaan dari
Cina dan Eropa meningkat pesat, sehingga akhirnya orang
Eropa mcmutuskan untuk mencari jalan sendiri ke daerah
rempah-rempah itu agar dapat membelinya dengan lebih
murah dan menjualnya lebih tinggi. Prinsip perdagangan
inilah yang melahirkan berbagai perusahaan raksasa seperti
VOC (untuk para saudagar Belanda) dan EIC milik para
saudagar Inggris). Persaingan antara Inggris dan Belanda
akhirnya dimenangkan oleh Belanda hingga ahad ke- 19
(1880).

Selain itu VOC juga herhasil menguasai produksi lada


yang dikendalikan Banten. Kerajaan itu juga berhasil
menguasai produksi lada di Sumatra Selatan yang tidak
dikendalikan Aceh. Jangkauan kekuasaan itulah yang antara
lain menyebabkan kota dagang Banten menjadi ramai dan
menggantikan peran Malaka. Upaya VOC pada awal ahad
ke- 17 untuk menguasai kerajaan ini juga gagal, sehingga
VOC terpaksa harus menyingkir keperbatasan timurnya
dimana akhirnya mereka berhasil membangun sebuah
benteng (Batavia) sehagai pusat kegiatan perdagangan di
Asia.

C. Dominasi VOC
Pengaruh VOC dan EIC dalam pelayaran niaga
Samudra Hindia dipelajari dengan saksama oleh
Chaudhuri pula ( 1989). Dorongan utama
kedua badan dagang raksasa dari Belanda dan
Inggris itu adalah untuk mendapat keuntungan yang

23
sebesar-besarnya dari perdagangan rempah- rempah.
Mengapa orang-orang Eropa Barat (Inggris dan
Belanda) dapat merebut pasaran di Samudra Hindia
yang telah dimasuki oleh Portugis adalah suatu
pertanyaan yang selalu menarik. Ada yang
mengemukakan kenyataan hahwa perbedaannya adalah
dalam sistem manajemen perdagangan: organisasi
Perdagangan orang-orang Iberia adalah perusahaan
negara" karena dikuasai oleh raja dan para bangsawan,
sedangkan perusahaan-perusahaan dagang lnggris dan
Belanda (ElC, VOC) adalah perusahaan-perusahaan
swasta milik kaum "bourgoisie" sebagai pemegang
saham.

VOC adalah sebuah badan dagang yang sekalipun


dimiliki kaum Kalvinis (Protestan) di belanda
berupaya untuk bersikap netral dalam soal perdagangan
di Asia . Sebaliknya Portugis dan Spanyol yang pernah
berhadapan dengan kekuasaan Islam di henua lberia itu
. tetap diliputi oIeh sentimen-sentimen anti Islam yang
sulit ditundukkan demi perdagangan. Sebab itu pula
VOC dalam periode awaI nya dapat bergerak dengan
leluasa di kota-kota dagang Nusantara yang bercorak
Islam.
Padahal, menurut Chaudhuri, dalam soal strategi
perdagangan sesungguhnya VOC (maupun IEC) hanya
meniru cara-cara yang telah ditempuh Portugis selama
seabad sebel um kehadiran mereka di Samudra Hindia.
Sistem "pass jalan" yang oleh Portugis dinamakan
"caratas" ditiru olch VOC dan EIC. Juga sistem
24
perbentengan di kota-kota dagang yang penting adalah
cara Portugis yang ditiru pula. Pengawasan jalur-jalur
perdagangan, umpamanya antara Goa di India dan
Malaka di Semenanjung melalui sistem pas jalan dan
armada yang meng hubungkan benteng-benteng di
kedua tempat itu , kemudian muncul pula dalam masa
VOC (dan EIC).
Sejak tahun 1680 VOC berhasil menguasai semua
jalur perniagaan rempah-rempah di Nusantara. Kota-
kota pelabuhan pengekspor rempah- rempah dikuasai
dan para saudara asing yang menetap di kota-kota
dagang itu dihalau. melalui "administrative trade" dan
"armed trade" yang sangat efektif VOC berhasil
mengorganisasikan Nusantara dari pola pelayaran-niaga
Samudra Hindia.
Dengan demikian Kurun-Niaga bagi Nusantara
yang mulai meningkat sejak 1400 itu praktis mulai
mundur herangsur-angsur sejak 1620 dan sejak 1680
berhenti samasekali. Padahal di wilayah-wilayah
lainnya dari Samudra Hindia pola itu masih
berlangsung hingga pertengahan abad ke- 18, ketika
bangsa-bangsa Barat muncul dengan industrialisasinya
yang membutuhkan bahan-bahan baku lain. Dalam
perkembangan itu kapitalisme Samudra Hindia tidak
sanggup bersaing. Maka berakhirlah sebuah zaman
yang gemilang dalam sejarah Asia. Seiak itu hangsa-
bangsa Barat yang telah menguasai pelayaran niaga
Asia itu beralih ke hidang pertanian. Maka muncullah
suatu proses komersialisi pertanian sebagai bagian dari
kolonialisme di Asia. Asia sejak itu menjadi pemasok
25
bahan-bahan baku industri di Eropa yang meningkat
pesat sejak abad ke-19.

D. Nusantara Semasa VOC


Namun adalah keliru kalau dikatakan bahwa sejak
tahun 168O VOC telah menguasai seluruh ekonomi
Nusantara. VOC hanya menguasai komoditi-komoditi
ekspor sesuai permintaan pasar di Eropa. Kota-kota
dagang dan jalur-jalur pelayaran yang dikuasainya
adalah untuk menjamin monopoli atas komoditi itu
(rempah-rempah). Selain itu VOC tidak memikirkan
untuk membangun sistem pasokan kebutuhan-
kebutuhan hidup penduduk, kecuali bahan-bahan
pakaian (tekstil) yang produksinya di India dikasasinya
juga. Maka di tengah celah yang disediakan sistem
VOC itu muncullah pola perdagangan lain yang sama
sekali berada dalam tangan penduduk lokal.
Pertama-tama perlu dikemukakan adanya pendapat
bahwa setelah VOC menguasai kota-kota dagang di
pantai utara pulau Jawa maka hubungan ekonomi antara
wilayah "pesisir" dengan pedalaman (keraton) telah
terputus. Penelitian Dr. V.J.H. Houben dari Universitas
Leiden, membuktikan adanya kenyataan yang
sebaliknya (houben 1994). Pembahasannya didasarkan
pada penelitian sumber VOC serta kesimpulan
sejumlah sarjana lainnya yang juga mempelajari
masalah ini seperti Dr. P. Carey dan Prof. M. Ricklefs.
Setelah tahun 1755 (Perjanjian Gianti) kehidupan
ekonomi di wilayah Mataram malah meningkat pesat
sekalipun secara politik telah terjadi kekacauan, antara
26
lain akibat aneksasi-aneksasi oleh VOC. Interaksi
ekonomiantara pedalaman dan pesisir terus berlangsung
pesat. Namun sejak 1755 keuntungan tidak lagi
terutama dipetik oleh keraton tetapi oleh para sikep
atau petani pemilik tanah yang bertindak sebagai
entrepreneur juga. Namun sudah sejak tahun 1816,
ketika Belanda kembali menguasai Jawa, muncul
entrepreneur Barat yang kuat dalam permodalan
yang mengusahakan berbagai tanaman dagangan
seperti kopi, indigo dan gula di wilayah kerajaan.
Tetapi keadaan itu berubah lagi sejak tahun 1830 yaitu
setelah Perang Diponegoro, ketika pemerintah sendiri
menjadi pengusaha perkebunan dan memunculkan
Cultuur stelsel atau sistem Tanam Paksa (Houber
1994).
Sejak tahun 1620-an Maluku diisolasi oleh VOC
dari pola pelayaran- niaga Samudra Hindia.
Kebijaksanaan ekonomi VOC terhadap Maluku sejak
itu bersikap dualistik. Pada satu pihak VOC berusaha
agar daerah-daerah produksi cengkeh di Maluku Utara
yang dikuasai oleh kerajaan-kerajaan Ternate. Tidore,
Bacan dan Jailolo, dihilangkan. Melalui berbagai
perjanjian tertulis dengan para sultan yang
diperbaharui dari waktu ke waktu. Pihak kerajaan
menyetujui keinginan VOC agar cengkeh dan pala
tidak diproduksi dan dijual di Maluku Utara. Untuk
melaksanakan hal itu hampir setiap tahun (biasanya
pada akhir tahun) diadakan apa yang dinamakan
"extitpatie" atau penebangan pohon-pohon cengkeh
atau pala yang terdapat dalam wilayah kerajaan-
27
kerajaan tersebut. Sebagai imbalannya para sultan dan
bobato (pejabat kerajaan) menerima sejumlah uang
yang dinamakan "recognitiepenningen" . (Leirissa
1977) Sejak tahun 1620-an VOC berhasil
memindahkan produksi cengkeh dari Maluku Utara ke
kepulauan Ambon. Wilayah inilah yang kemudian
dikenal sebagai produsen cengkeh yang terpenting di
Maluku (Knaap 1987).
Seperti dikemukakan di atas, di sini tidak terdapat
kerajaan seperti halnya juga di kepulauan Ambon.
Sejak tahun 1621 VOC berhasil mengatasai daerah ini
dan menyerah kepada bekas pegawai VOC untuk
mengelola perkebunan-perkebunan tersebut. Kebun-
kebun pala itu dibagi dalam kapling-kapling yang
dinamakan "perken". dan para pengelolanyadinamakan
"perkeniers" .
Penduduk kepulauan itu sebagian besar melarikan
diri ke Seram Timur atau ke Makasar, sedangkan para
pemimpinnya diangkut ke Jakarta untuk dijadikan
tenaga kerja.
Suatu penelitian yang dilakukan oleh R.Z. Leirissa
mengenai perdagangan di sekitar Laut Seram
membuktikan bahwa kegiatan perdagangan tidak
terhenti di wilayah ini sekalipun memang bukan
rempah- rempah yang menjadi primadonanya seperti
sebelum 1620-an. Di samping "administravi trade"
yang dikeloia VOC dan terutama menyangkut rempah -
rempah. terdapat pula "non-formal trade'' yang
dilakukan oleh para pedagang lokal dan Bugis,
Makasar. Pusat-pusat "administrative trade" yang
28
menyangkut kebutuhan penduduk adalah di "pasar
kompeni" yang terdapat baik di Ternate maupun di
Ambon, dan pusat dari non-formal trade terutama
terdapat di Seram Timur dan Seram Utara. Juga country
traders (pedagang swasta Inggris) yang mulai
memasuki Maluku sejak pertengahan abad ke-1 8 harus
dimasukan dalam non-forma/ trade. Hubungan
pedalaman dan pesisirdi Seram yang dilakukan melalui
suatu sistem barter yang khas dengan perantara-
perantara di pesisir yang dinamakan kamai (Seram
Utara) tergolonong non-formal trade (Leirissa 1994).
Malah di wilayah formal trade seperti pulau Ambon
yang dikuasai sepenuhnya oleh VOC terdapat pula non-
formal trade yang dilakukan oleh pegawai-pegawai
pensiunan Belanda atau golongan "burger'' (golongan
penduduk ota yang bukan pegawai VOC). Hubungan-
hubungan semacam ini ternyata lebih bersifat pribadi
daripada hubungan ekonomi yang rasional (Leirissa
1982).
Sememtara itu bisa disimpulkan bahwa pengaruh
VOC di Nusantara sesungguhnya terdapat dalam dunia
ekonomi saja khususnya pelayaran- niaga. Semua kota
dagang pengekspor rempah-rempah di Nusantara sampai
tahun 1680 berangsur-angsur dikuasai VOC. Hanya
Aceh saja yang tidak dapat dikuasainya. Kerajaan Brunei
yang sesungguhnya telah muncul pula bersamaan dengan
Pasai, malah samasekali tidak disentuh oleh VOC. Hal
ini disebabkan terutama karena Brunai bukan kota
dagang pengekspor rempah- rempah. Dalam jangka
panjang dapat dikatakan bahwa terlepasnya Brunai dari
29
genggaman VOC membawa akibat masuknya lnggris di
wilayah itu.

E. Cengkeraman Kolonialisme
Dari segi ekonomi VOC samasekali tidak mengubah
tatanan agraria di Nusantara kecuali di Maluku. Di
wilayah tersebut intervensi VOC mengakibatkan daerah
prokuksi cengkeh yang sebelumnya berlokasi di
beberapa pulau di Maluku Utara Ternate, Tidore,
Makian, dan Motir dialihkan ke kepulauan Ambon
(Ambon, Haruku, Saparua dan Nusalaut). Sebab tindakan
VOC di Maluku Utara dan di kepulaun Ambon berbeda
sekali. Kalau di Utara ditegakkan larangan menanam dan
menjual rempah- rempah (extierpa tiestelsel) maka di
kepulauan Ambon justru penduduk diwajibkan menanam
cengkeh untuk dijual kepada VOC (cultuur stelsel). Di
kepulauan Banda terjadi perubahan
sedikit pula dengan mengalihkan pengelolaan kebun-
kebun pala milik penduduk kepada orang Eropa
(perkeniers). Untuk menjamin mutu produksi maka
pengawasan dalam rangka pemeliharaan, pemetikan dan
penyerahan ke loji-loji VOC di jalankan dengan ketal
oleh VOC, baik di Ambon maupun di Banda.
Selain itu. di wilayah Priangan, VOC berhasil
mengadakan kerjasama dengan para bupati untuk
mengerahkan penduduk menanam kopi untuk dijual
pada VOC. "Preangerstelsel" ini terutama terdapal di
abad ke-18 di beberapa kebupaten di Priangan. Kopi
memang bukan tanaman asli di Nusantara, tetapi berasal

30
dari Semen. Sudah sejak abad ke-17 VOC mulai
membeli kopi di wilayah Timur Tengah itu karena ada
pasarannya di Eropa. Kegemaran minum kopi, seperti
juga nanti kegemaran minum teh, ketika itu masih
terbatas pada kalangan elite karena harganya yang sangat
tinggi. Untuk mencapai keuntungan yang lebih besar lagi
dari perdagangan kopi, maka VOC memhuka
perkebunan-perkebunannya sendiri. Hubungan politik
dengan para bupati Ptiangan yang dianggap telah
menjadi kawula VOC karena dialihkan oleh Mataram
pada tahun 1677 merupakan faktor utama yang
memungkinkan hal itu.
Selebihnya di Nusantara. VOC tidak mengadakan
intervensi dalam produksi agraria yang terutama terdiri
dari lada itu. VOC hanya herusaha memperoleh hak
pembelian dan penjualan tunggal (monopoli) saja. Itupun
tidak seluruh wilayah produksi !ada bisa dikuasai VOC,
karena terutama kerajaan Aceh berhasil menghindari
sistem monopoli itu.
Keadaan yang berlangsung dalam abad ke-17 dan
ke-18 tersebut di atas mulai berubah secara mendasar
dalam abad ke-19, dan bermula di Jawa. Bermula dengan
suatu sistem perkebunan yang mirip dengan apa yang
telah diselenggarakan di kepulauan Ambon maupun di
Priangan, yaitu "cultuurstelsel" . kemudian dalam paruh
kedua abad ke-19 meluas menjadi perkebunan swasta.
Selain di Jawa "cultuurstelsel" juga dilaksanakan di
Minangkabau dan di Minahasa, keduanya sama-sama
sistem pembudidayaan kopi.
Kemudian Belanda juga membuka kesempatan
31
bagi modal swasta untuk menggarap pertambangan.
lnfrastruktur berupa sistem perkapalan yang mencakup
seluruh Nusantara dilaksanakan juga dalam paroh
kedua abad ke-
19. Manufaktur secara kecil-kecil juga muncul di sana-
sini. Sistem perekonomian ini berlangsung terus sampai
bagian kedua abad ke-20. Bahkan berangsur pula
setelah Indonesia mencapai kemerdekaannya pacta
tahun 1945. Baru dalam tahun-tahun 1950-an ketika
hubungan ekonomi maupun politik antara R.I.
dengan Belanda terputus samasekali, terjadi
perubahan yang pada dasarnya hanyalah perubahan
pemilikan. Perubahan mendasar, yaitu lndustrialisasi,
baru mulai berlangsung dengan jelas di masa Orde
Baru.
Perkembangan kapitalis dalam tatanan agraria
Indonesia itulah yang akan dikemukakan dalam bab ini,
baik segi positifnya maupun segi negatifnya. Dengan
demikian diharapkan muncul kejelasan mengenai
beberapa hal.

Pertama, pembangunan ekonomi Indonesia


sesungguhnya sudah mulai berlangsung di abad ke-19.
Kedua, pembangan ekonomi sejak abad ke-19 1tu
adalah ekonomi kolonial, di mana Indonesia hanya
menjadi wilayah produksi bahan baku, sedangkan
industri yang mengelolanya ada di Eropa (Belanda).
Ketiga, sistem ekonomi kolonial itu adalah
ekonomi pulau per pulau karena hubungan struktural di
seluruh Nusantara, kecuali sistem perhubungannya,
32
tidak ada.
Keempat, pembangunan ekonomi berdasarkan
sistem kapitalisme ini membawa dampak yang negatif
maupun positif dalam kegiatan ekonomi masyarakat
Indonesia.
Sumber sejarah untuk bab itu, seperti juga bab III
adalah sumber sekunder berupa hasil analisis sejumlah
ahli sejarah ekonomi yang mulai bermunculan sejak
tahun 1970-an. Berkembangnya sejarah ekonomi justru
adalah tanggapan atas keberhasilan pembangunan Orde
Baru. Pernyataan pokok adalah bagaimanakah
pembangunan ekonomi dilangsungkan di masa
kolonial, dan sampai dimana pembangunan itu kondusif
atau menghambat pembangun Orde Baru.

Cultuur Stelsel
Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pihak
Belanda antara tahun 1830 hingga petengahan abad ke-
19 itu mereka namakan "cultuurstelsel". Dalam
historiografi Indonesia yang tradisional istilah itu
diganti menjadi "Tanam Paksa" yang menonjolkan
aspek normatif dari sistem itu, yaitu penderitaan rakyat.
Istilah yang digunakan Belanda itu selain terbatas pada
aspek ekonominya, sehingga padanan kata itu dalam
bahasa Indonesia sesungguhnya adalah "sistem
pembudidayaan" . Namun, dari segi pengelolaannya
dapatlah dilihat bahwa aspek politik menonjol sini.
Produksi sesungguhnya, dilaksanakan oleh
rakyat/petani dengan pengawasan para bupatinya
hubungan politik antara Belanda dan Mataram yang
33
telah menjadi saling tergantung sej ak tahun 1755 itu,
dan terutama setelah Perang Diponegero di mana
Belanda membantu pihak keraton, merupakan format
politik yang memunculkan terselenggaranya sistem ini.
Dalam aspek tersebut terakhir itu kasu s di Jawa ini
dan kasus-kasus di kepulauan Ambon dan di Priangan
tidak berbeda. Sistem ini memang maksud untuk
menghidupkan kembali sistem VOC.
Culturstelsel di Jawa dimulai pada tahun 1836 atas
inisiatif seorang yang berpengalaman dalam hal ini,
yaitu van den Bosch yang telah mempunyai
pengalaman dalam pengelolaan perkebunan di wilayah
kekuasaan Belanda di kepulauan Keribia. Tujuan Van
den Bosch yang dijadikan Gubernur Jendral, adalah ".
mentransformasi pulau Jawa menjadi exportir besaran-
besaran dari produk-produk agraria, dengan
keuntungan dari penjualannya terutama mengalir
kekeuangan Belanda. Tujuan van den Bosch dengan
sistem cultuurstelsel di Jawa itu adalah untuk
memperoduksi berbagai komoditi yang ada
permintaannya di pasaran dunia. Untuk mencapai
tujuan itu ia menganjurkan pembudidayaan berbagai
produk seperti kopi, gula, indigo (nila), tembakau, teh,
lada, kayumanis, dan sebagainya.
Persamaan dari semua produk itu adalah bahwa petani
dipaksakan oleh pemerintah untuk memproduksinya
dan sebab itu tidak dilakukan secara "voluter" (Fasseur
1992:239).
Menurut penelitian Prof. Fasseur dari Universitas
Leiden, pada tahun 1840 sekitar 75.5% dari penduduk
34
Jawa dikerahkan dalam cultuurstelsel. Penduduk di
karesidenan Batavia dan daerah kesultanan di Jawa
Tengah atau Vortsen/anden tidak mengambil hagian
dalam sistem ini. Jumlah itu kemudian berfluktuasi
tetapi tidak turun secara drastis. Pada tahun kemudian
1850, umpamanya jum1ah itu telah menurun menjadi
46%·; tetapi ditahun 1860 naik lagi menjadi 54.5%.
Sekalipun derhografi belum muncul di masa ini,
dan data kependudukan yang diperoleh dari laporan-
laporan para pejabat Belanda sering simpang siur,
namun dapat dikatakan bahwa sistem cultur stelsel ini
jelas menekan penduduk Jawa.
Luas tanah garapan yang digunakan untuk
culturstelsel, menurut perhitungan itu, pada tahun 1840
adalah 6% saja. Pada tahun 1850 menurun menjadi 4%.
Pada tahun 1860 tertentu naik lagi sedikit.

35
BAB III
SEJARAH PEREKONOMIAN
INDONESIA (2)

A. Sejarah Perekonomian Menurut Pola Sejarah


Kajian sejarah oleh para ekonom menurut pola
"sejarah perekonomian baru" berarti bahwa teori
ekonomi, khususnya teori harga (teori ekonomi mikro),
akan digunakan secara lebih luas dan lebih sistematis
dalam analisa sejarah. Meskipun masukan para ekonom
ke bidang studi sejarah perekonomian telah
memberikan dorongan baru kepada cabang ilmu ini,
namun hal ini sama sekali tidak berarti berkurangnya
arti dan peranan para sejarawan dalam pengembangan
studi sejarah perekonomian Indonesia. Jika banyak
orang berpendapat Ekonomi Kerakyatan merupakan
konsep baru yang mulai populer bersama reformasi
1998-1999 sehingga masuk dalam "GBHN Reformasi",
hal itu bisa dimengerti karena memang kata ekonomi
kerakyatan ini sangat jarang dijadikan wacana
sebelumnya. Namun jika pendapat demikian diterima,
bahwa ekonomi kerakyatan merupakan konsep baru
yang "mereaksi" konsep ekonomi kapitalis liberal yang
dijadikan pegangan era ekonomisme Orde Baru, yang
kemudian terjadi adalah "reaksi kembali" khususnya
dari pakar-pakar ekonomi arus utama yang
menganggap "tak ada yang salah dengan sistem
ekonomi Orde Baru". Strategi dan kebijakan ekonomi
Orde Baru mampu mengangkat perekonomian
36
Indonesia dari peringkat negara miskin menjadi negara
berpendapatan menengah melalui pertuumbuhan
ekonomi tinggi (7% pertahun) selama 3 dasawarsa.
"Yang salah adalah praktek pelaksanaannya bukan
teorinya".
Kehidupan Ekonomi Indonesia Pada masa Tanam
Paksa
Pada tahun 1830 pada saat pemerintah penjajah
hampir bangkrut setelah terlibat perang Jawa terbesar
(Perang Diponegoro 1825-1830), dan Perang Paderi di
Sumatera Barat (1821-1837), Gubernur Jendral Van
den Bosch mendapat izin khusus melaksanakan sistem
Tanam Paksa (Cultuur Stelsel) dengan tujuan utama
mengisi kas pemerintahan jajahan yang kosong, atau
menutup defisit anggaran pemerintah penjajahan yang
besar. Sistem tanam paksa ini jauh lebih keras dan
kejam dibanding sistem monopoli VOC karena ada
sasaran pemasukan penerimaan negara yang sangat
dibutuhkan pemerintah. Petani yang pada jaman VOC
wajib menjual komoditi tertentu pada VOC, kini harus
menanam tanaman tertentu dan sekaligus menjualnya
pada harga yang ditetapkan kepada pemerintah. Maka
tidak ada perkembangan yang bebas dari sistem pasar.
Sistem tanam paksa diterapkan oleh pemerintah
jajahan Belanda merupakan contoh klasik tentang
penindasan kaum penjajah. Tujuan pokoknya ialah
meningkatkan secara pokok kapasitas produksi
pertanian orang-orang Jawa demi keuntungan
perbendaharaan Kerajaan Belanda. Jika dipandang dari

37
segi ini ,sistem tersebut memang berhasil baik, dengan
dihasilkannya sejumlah besar komoditi ekspor, yang
penjualannya di Eropa semakin banyak menghasilkan
dana untuk menopang posisi keuangan Belanda yang
sedang sulit sekali.
Melonjaknya produki dan laba ini hampir seluruhnya
bersumber pada kerja paksa kaum tani Jawa.
Pengandalan dari Tanam Paksa itu untuk memperoleh
pendapatan lebih daripada hal lain mengakibatkan
reputasi sistem Tanam paksa sangat buruk.
Dalam sistem Tanam Paksa ini kaum tani
diwajibkan untuk menggarap sawahnya dan para petani
wajib menyerahkan hasil panen tersebut pada
pemerintah Belanda. Sistem tanam paksa menuntut agar
kaum tani melakukan kerja rodi. Kaum tani diharuskan
bekerja 4 atau 5 kali lebih lama daripada jam kerja yang
dituntut dalam masa sebelum 1830. Pada umumnya,
imbalan yang diterima oleh kaum tani itu dalam bentuk
hasil budidaya atau upah yang sama sekali tidak
seimbang denga tambahan waktu dan jerih payah yang
dituntut dari mereka.

Perkembangan Ekonomi masyarakat di berbagai


daerah Indonesia pada colonial belanda
Perkembangan ekonomi masyarakat Indonesia
pada masa kolonial belanda mengalami perubahan yang
significant. Terjadi perubahan di berbagai bidang
ekonomi, yaitu bidang produksi, konsumsi, distribusi
dan perubahan dalam alat pembayaran.

38
Terjadi perubahan masyarakat dalam kegiatan
Produksi, konsumsi dan distribusi.
Kegiatan produksi pertanian dan perkebunan
mengalami kemajuan yang pesat dengan
diketemukannya perlatan pertanian yang lebih modern.
Saat itu rakyat sudah mengenal berbagai jenis tanaman
yang tidak hanya untuk dipanen semusim, sehingga
hasil pertanian menjadi lebih bervariasi.
Pembukaan berbagai perusahaan juga menyebabkan
munculnya berbagai jenis pekerjaan dalam bidang yang
berbeda - beda, seperti kuli perkebunan, mandor, dan
tenaga administrasi di kantor pemerintahan.
Dalam kegiatan distribusi barang, yaitu kegiatan
ekspor dan impor juga mengalami peningkatan. Karena
pemerintah kolonial Belanda berusaha untuk
meningkatkan jumlah produksi ekspor dari Indonesia.

Rakyat Mulai Mengenal Uang.


Sebelum kedatangan bangsa Barat, rakyat
Indonesia terbiasa mengerjakan segala sesuatu secara
bergotong royong. Atau menggunakan sistem barter
(tukar menukar barang dengan barang). Semenjak
kedatangan Bangsa Belanda, rakyat Indonesia mulai
dikenalkan dengan uang. Uang padasaat itu digunakan
untuk pembayaran upah tenaga kerja. Dan rakyat pun
menerimanya karena uang dianggap lebih mudah
untuk digunakan.

39
I. Masa Orde Lama
a) Masa Pasca Kemerdekaan (1945-1950)

Masa pasca Kemerdekaan adalah kondisi


masyarakat Indonesia pasca kemerdekaan adalah
belum stabil serta masih sangat kacau.
Pasca diproklamasikan sebagai negara yang
merdeka, tepatnya pada tanggal 17 Agustus 1945,
kondisi masyarakat Indonesia belum stabil
dengan masih sangat kacau baik dalam bidang
sosial, ekonomi, maupun politik. Krisis sosial
yang terjadi di masyarakat terlihat dari
kemiskinan hingga tindak kriminalitas yang
meningkat. Hal tersebut disebabkan karena situasi
perang selama masa revolusi nasional, blokade
ekonomi yang dilakukan oleh Belanda, konflik
sosial di daerah pedesaan hingga upaya
pemberontakan yang terjadi di dalam negeri.
Dalam menindak lanjuti permasalahan awal pada
masa kemerdekaan, pemerintah telah melakukan
sejumlah tindakan. Tindakan tersebut mulai dari
membentuk Badan Perancang Ekonomi,
melaksanakan program swasembada pangan,
hingga menghentikan konflik yang terjadi di
daerah pedesaan.
Dengan demikian, kondisi masyarakat
Indonesia pasca kemerdekaan adalah belum stabil
serta masih sangat kacau.

40
Dalam menghadapi krisis ekonomi-keuangan,
pemerintah menempuh berbagai kegiatan,
diantaranya:
• Pinjaman Nasional, menteri keuangan Ir.
Soerachman dengan persetujuan Badan Pekerja
Komite Nasional Indonesia Pusat (BPKNIP)
mengadakan pinjaman nasional yang akan
dikembalikandalam jangka waktu 40 tahun.
• Hubungan dengan Amerika, Banking and Trade
Coorporation (BTC) berhasil mendatangkan Kapal
Martin Behrman di pelabuhan Cirebon yang
mengangkut kebutuhan rakyat, namun semua
muatan dirampas oleh angkatan laut Belanda.
• Konferensi Ekonomi, Konferensi yang
membahas mengenai peningkatan hasil produksi
pangan, distribusi bahan makanan, sandang, serta
status dan administrasi perkebunan asing.
• Rencana Lima Tahunan (Kasimo Plan),
memberikan anjuran memperbanyak kebun bibit
dan padi ungul, mencegah penyembelihan hewan-
hewan yang membantu dalam pertanian,
menanami tanah terlantar di Sumatra, dan
mengadakan transmigrasi.
• Keikutsertaan Swasta dalam Pengembangan
Ekonomi Nasional, mengaktifkan dan mengajak
partisipasi swasta dalam upaya menegakkan
ekonomi pada awal kemerdekaan.
• Nasionalisasi de Javasche Bank menjadi Bank
Negara Indonesia.

41
b) Masa Demokrasi Liberal (1950-1957)

Masa Demokrasi Liberal adalah masa dimana


badan legislatif lebih tinggi dari badan eksekutif. Jadi
kepala pemerintahan dipimpin oleh perdana menteri.
Sementara perdana menteri dan menteri dalam kabinet
bisa diangkat dan diberhentikan oleh parlemen.
Presiden menjabat sebagai kepala negara dalam
demokrasi parlementer.
Peristiwa Demokrasi Liberal Demokrasi Liberal di
Indonesia terjadi dari tahun 1950 sampai 1959. Ada
tujuh kabinet dalam demokrasi parlementer, yaitu:
1. Kabinet Natsir (6 September 1950-21 Maret
1951) Kabinet Natsir dilantik pada 7 September
1950. Mohammad Natsir dari partai Masyumi
terpilih sebagai perdana menteri. Selama masa
pemerintahan kabinet Natsir, ada keberhasilan
yang diraih yaitu Indonesia masuk PBB,
berlangsungnya perundingan antara Indonesia
dan Belanda untuk pertama kali membahas
mengenai masalah Irian Barat, dan menetapkan
prinsip bebas aktif dalam kebijakan politik luar
negeri.
2. Kabinet Sukiman (27 April 1951-3 April 1952)
Kabinet Sukiman terbentuk dari koalisi partai
Masyumi dan PNI. Masa pemerintah kabinet
Sukiman ini mulai muncul pemberontakan
DI/TII dan meluasnya republik Maluku Selatan.

42
Berakhirnya kabinet Sukiman karena tanda
tangan persetujuan bantuan ekonomi
persenjataan dari Amerika Serikat. Persetujuan
ini menimbulkan pertentangan denganprinsip
dasar politik Indonesia yang bebas aktif.
3. Kabinet Wilopo (3 April 1952- 3 Juni 1953)
Awalnya Presiden Soekarno menunjuk Sidik
Djojosukarto (PNI) dan Prawoto
Mangkusasmito (Masyumi) menjadi formatur
tapi gagal. Setelah bekerja selama dua minggu,
akhirnya dibentuk kabinet baru dibawah
pimpinan Perdana Menteri Wilopo. Kabinet ini
menjalankan program dalam negeri seperti
pemilu (DPR dan DPRD), meningkatkan
kemakmuran, pendidikan, dan pemulihan
keamanan. Sedangkan program luar negeri,
kabinet ini berusaha menyelesaikan masalah
hubungan Indonesia dengan Belanda,
pengembalian Irian Barat ke Indonesia, dan
menjalankan politik bebas aktif. Namun, pada 2
Juni 1953 Wilopo mengembalikan mandat
pada presiden. Penyebabnya karena muncul
mosi tidak percaya dari Serikat Tani Indonesia
pada kabinet ini. Kabinet Natsir juga
menerapkan sisitem ekonomi Gerakan Benteng
yang ditetapkan pada April 1950 dan secara
resmi dihentikan pada 1957.

43
4. Kabinet Ali Sastroamijoyo I (31 Juli 1953-12
Agustus 1955) Kabinet ini dibentuk pada 30
Juli 1953 dikenal sebagai kabinet Ali Wongso.
Kabinet Ali Sastroamijoyo I berhasil
menyelenggarakan konferensi Asia-Afrika
tahun 1955 dan persiapkan pemilu untuk
anggota parlemen. Berakhirnya kabinet ini
karena NU menarik dukungan dan menteri dari
kabinet. Sehingga terjadi keretakan sampai
kabinet
Dikembalikan pada presiden. Kabinet Ali
Sastroamijoyo juga menerapkan sisitem
ekonomi Ali Baba yangdicetuskan oleh Mr.
Iskaq Tjokrohadisurojo, dimana “Ali”
diidentikan sebagai pengusaha pribumi
sedangkan “Baba” digambarkan sebagai
pengusaha China atau non pribumi.
5. Kabinet Burhanudin Harahap (12 Agustus
1955- 3 Maret 1956)
Kabinet ini dilantik pada 12 Agustus 1955
yang dipimpin oleh Burhanuddin Harahap.
Keberhasilan kabinet yaitu menyelenggarakan
pemilu pertama secara demokratis pada 29
September dan 15 Desember 1955. Dari hasil
pemilu pertama, ada 70 partai politik yang
mendaftar dan 27 partai lolos seleksi.
Perolehan suara terbanyak partai politik yaitu
PNI, NU, Masyumi, dan PKI. BACA JUGA
Faktor Penyebab Masalah Sosial dan
Contohnya di Lingkungan Masyarakat

44
6. Kabinet Ali Sastroamijoyo II (20 Maret 1956-4
Maret 1957) Kabinet Ali Sastroamijoyo II
memperjuangkan pengembalian Irian Barat dan
membatalkan Konferensi Meja Bundar (KMB).
Dari perjanjian ini, Belanda dianggap lebih
menguntungkan daripada Indonesia.

7. Kabinet Djuanda (9 April 1957-5 Juli 1959)


Kabinet Djuanda merupakan kabinet terakhir
demokrasi parlementer. Kabinet ini
menghasilkan perjuangan pembebasan Irian
Barat dan keadaan ekonomi yang memburuk.
Kabinet Djuanda menghasilkan peraturan yaitu
wilayah Indonesia menjadi 12 mil laut. Aturan
ini diukur dari garis dari yang menghubungkan
titik terluar dari pulau. Setelah itu kabinet
Djuanda dibubarkan karena dianggap
mementingkan partai politik daripada
konstitusi. Kabinet berakhir setelah presiden
Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden pada 5
Juli 1959. Dekrit tersebut memulai sistem
politik baru yaitu Demokrasi Terpimpin.

Usaha-usaha yang dilakukan pemerintah untuk


mengatasi ekonomi masademokrasi liberal antara lain:
• Gunting Syarifuddin, yaitu pemotongan nilai
uang untuk mengurangi jumlah uang yang beredar
agar tingkat harga turun
• Program Benteng, yaitu menumbuhkan
wiraswasta pribumi agar bisa berpartisipasi dalam
perkembangan ekonomi nasional
45
• Pembatalan sepihak atas hasil-hasil KMB,
termasuk pembubaran UniIndonesia-Belanda.

c) Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1966)


Masa Demokrasi Terpimpin adalah sistem ekonomi
terpimpin dengan pimpinan Presiden langsung.
Setelah Presiden Soekarno mengeluarkan Dekret
Presiden, maka dimulailah era Demokrasi Terpimpin
di Indonesia, yang berlangsung sejak 5 Juli 1959
hingga 12 Maret 1967. Di era Demokrasi Terpimpin,
bidang ekonomi cukup berdampak. Struktur
ekonomi Indonesia cenderung ke sistem etatisme
(statism) yang menjadikan negara sebagai pusat
kekuasaan.
Berikut adalah beberapa sistem atau kebijakan
ekonomi Indonesia di era Demokrasi Terpimpin:
a. Pembentukan Depernas dan Bappenas

Untuk merencanakan pembangunan


ekonomi, dibentuk Dewan Perancang Nasional
(Depernas) pada tahun 1959 dengan 80 orang
anggota dan M. Yamin sebagai pimpinan. Pada
26 Juli 1960, Depernas berhasil menyusun suatu
Rancangan Dasar Undang- Undang
Pembangunan Nasional Sementara Berencana
Tahapan Tahun 1961-1969. MPRS kemudian
menyetujui rancangan tersebut. Pada tahun 1963,
Depernas berganti nama menjadi Badan
Perancang Pembangunan Nasional (Bappenas)
yang dipimpin langsung Presiden Soekarno.
Tugas Bappenas adalah sebagai berikut:
46
1. Menyusun rencana pembangunan jangka
panjang.
2. Menyusun rencana tahunan baik nasional
maupun daerah
3. Mengawasi laporan pelaksanaan
pembangunan
4. Menyiapkan dan menilai Mandataris untuk
MPRS.
a. Pemotongan Nilai Uang
Kekacauan politik dan ekonomi pada
awal masa demokrasi terpimpin
mengakibatkan inflasi tinggi. Pemerintah
kemudian mengeluarkan Perpu No. 2
Tahun 1959 untuk memperbaiki
perekonomian. Berdasarkan Perpu
tersebut, dilakukan sanering atau
pemotongan nilai mata uang. Uang kertas
pecahan senilai Rp500 dan Rp1.000
diturunkan nilainya menjadi Rp50 dan
Rp100. Meski telah dilakukan sanering,
volume peredaran uang yang sempat
menurun justru meningkat kembali.
Akhirnya, pada 13 Desember 1965,
melalui penetapan Presiden Nomor 27
Tahun 1965 pemerintah kembali
mengambil kebijakan menggunting uang
senilai Rp1.000 menjadi senilai Rp1.
Namun, kebijakan moneter ini di dalam
praktiknya semakin meningkatkan inflasi.
47
Hal ini diperparah oleh pengeluaran
pemerintah yang besar. Pengeluaran
besar antara lain untuk kegiatan yang
disebut proyek mercusuar, seperti
perlombaan olahraga Games of the New
Emerging Forces (Ganefo) dan
Conference of the New Emerging Forces
(Conefo).
b. Pada 28 Maret 1963,
pemerintah mengeluarkan Deklarasi
Ekonomi (Dekon) sebagai landasan baru
bagi perbaikan perekonomian negara.
Pada 26 Mei 1963 dikeluarkan 14
peraturan di bidang ekonomi. Meski
demikian, dalam pelaksanaannya, inflasi
tetap meningkat. Pemerintah pada tanggal
17 April 1964 mengeluarkan tiga
peraturan di bidang ekonomi. Namun,
peraturan itu tetap tidak mampu
meningkatkan perekonomian Indonesia.
Akibatnya, kesulitan ekonomi semakin
terasa pada masyarakat.
c. Devaluasi menurunkan nilai uang dan
semua simpanan di bank diatas 25.000
dibekukan
d. Pembentukan Deklarasi Ekonomi
(Dekon) untuk mencapai tahap ekonomi
sosialis Indonesia dengan cara terpimpin
e. Kegagalan dalam berbagai tindakan moneter

48
II. Masa Orde Baru
a) Masa Stabilisasi dan Rehabilitasi (1966 –
1968)
Periode ini dikenal sebagai periode stabilisasi
dan rehabilitasi sesuaidengan masalah pokok yang
dihadapi, yaitu:
1) Meingkatnya inflasi yang mencapai 650% pada
tahun 1965
2) Turunnya produksi nasional di semua sektor
3) Adanya dualisme pengawas dan pembinaan
perbankan.
Dualisme ini muncul dari struktur organisasi
perbankan yang meletakkan Deputy Menteri bank
Sentral dan Deputy Menteri Urusan Penertiban bank
dan Modal Swasta berada di bawah Menteri
Keuangan. (Suroso, 1994). Ketetapan MPRS Nomor
XXIII/MPRS/1966 tentang: Pembaharuan
kebijaksanaan landasan ekonomi dan pembangunan,
tertanggal 5 Juli 1966, antara lain menetapkan:
(1) Program stabilisasi dan rehabilitasi: 1966 –
1968 (jangka pendek) Tindakan dan
Kebijaksanaan Pemerintah:
1) Tindakan “banting stir” dari ekonomi
komando ke ekonomi bebas demokratis; dari
ekonomi tertutup ke ekonomi terbuka; dari
anggaran defisit ke anggaran berimbang.
(Mubyarto, 1988).
2) Serangkaian kebijaksanaan Oktober 1966,
Pebruari 1967 dan Juli 1967 antara lain:

49
a) Kebijaksanaan kredit yang lebih
selektif (penentuan jumlah, arah, suku
bunga)
b) Menseimbangkan/menurunkan
defisit APBN
c) Mengesahkan / memberlakukan
undang-undang: UU Pokok
Perbankan No. 14/ 1967, UU
Perkoperasian no. 12/ 1967, UU
Bank Sentral No. 13/ 1968 dan UU
PMA tahun 1967 dan UU PMDN
tahun 1968.
d) Membuka Bursa Valas di Jakarta 1967.
(2) Program Pembangunan dimulai tahun 1969/
1970 (jangka panjang)
Jangka waktu dan strategi pembangunan:
1) Pembangunann jangka menengah terdiri
dari pembangunan Lima Tahun (PELITA)
dan dimulai dengan PELITA I sejak tahun
1969/ 1970.
2) Pembangunan Jangka Panjang dimulai
dengan pembangunan Jangka Panjang Tahap
I (PJPT – I) selama 25 tahun, terdiri dari:
a) PELITA I 69 / 70 = 73 / 74 Titik berat
pada sektor pertanian dan industri
yangmenunjang sektor pertanian.
b) PELITA II 74/75 – 78/79 Titik berat
pada sektor pertanian dengan
meningkatkanindustri pengolah bahan
mentah menjadi bahan baku.

50
c) PELITA III 79/80 – 83/84
Titik berat sektor pertanian
(swasembada beras) dengan
meningkatkan industri pengolah bahan
baku menjadi barang jadi.
d) PELITA IV 84/85 – 88/89
Titik berat pertanian (melanjutkan
swasembada pangan) dengan
meningkatkan industri penghasil
mesin-mesin.
e) PELITA V 89/90 – 93/94
Sektor pertanian untuk memantapkan
swasembada pangan dengan
meningkatkan sektor industri
penghasil komoditi ekspor, pengolah
hasil pertanian, penghasil mesin-mesin
dan industri yang banyakk menyerap
tenaga kerja.
f) PELITA VI
Meletakkan landasan yang kuat untuk
tahap pembangunan selanjutnya.
(Suroso, 1994).

b) Masa Pembangunan Ekonomi (1969-1982)


a. Masa Oil Boom (1973/74 – 1981/82)
berlangsung sepanjang waktupelaksanaan
PELITA I – PELITA III
b. Kebijaksanaan tiga PELITA antara lain
(Suroso, 1994)
51
a) PELITA I; sebagian besar anggaran
pemerintah dialokasikan di bidang
ekonomi, yaitu 78,28%, untuk sektor
pertanian dan irigrasi, sektor
perhubungan dan pariwisata, industri dan
pertambangan serta sektor pedesaan.
b) PELITA II
Kebijaksanaan ekonomi periode ini
berkisar pada :
1. Kebijaksanaan stabilisasi 9 April
1974 (menyangkut aspek moneter,
fisikal dan perdaganagn).
2. Keibjaksanaan devaluasi rupiah
terhadap dollar AS
(kurang lebih 45%) pada bulan
Nopember 1978.
c) PELITA III
Unsur pemertaan lebih ditekankan
melalui 8 jalur pemeraataan-pemertaan,
yaitu: Kebutuhan pokok rakyat (pangan,
sandang), Kesempatan memperoleh
Pendidikan dan Kesehatan, Pembagian
pendapatan, Perluasan kesempatan kerja,
Usaha terutama golongan ekonomi
lemah, Kesempatan berpartisipasi
(pemuda & wanita), Pembangunan antar
daerah, Kesempatan memperoleh
keadilan.

52
BAB IV
SEJARAH PEREKONOMIAN
INDONESIA (30)

Sejarah perekonomian Indoensia merupakan suatu


catatan penting untuk melihat bagaimana perkembangan
Indonesia dalam perjalanan waktunya. Kondisi
perekonomian Indonesia mengalami berbagai dinamika
seiring perputaran waktu. Hal ini relevan diungkapkan
sebagai bagian untuk mengetahui realita perekonomian
Indonesia.
A.PEREKONOMIAN INDONESIA DARI MASA
KE MASA
Melihat Dinamika perjalanan perekonomian
Indonesia, maka pendekatan historis layak
dikedepankan. Pedekatan ini tentu saja sejalan dengan
rekap jejak perjalanan Bangsa Indonesia. Dengan
demikian, aspek sejarah Indonesia sedikit banyak
menjadi acuan bagi derap langkah perjalan
perekonomian Indoenesia.
1) Masa Sebelum Penjajahan (Sebelum Tahun
1600)
Dinamika perekonomian Indonesia pada masa
sebelum penjajahan dimulai dari jaman pra-sejarah
sampai dengan masuknya kolonialisme di Indonesia,
yaitu kerika Portugis masuk ke Indonesia (Maluku)
pada abad 16. Atas dasar hal itu, maka dinamika
perekonomian Indonesia sejalan dengan
perkembangan kehidupan bangsa Indonesia yang
53
diwujudkan melalui keberadaan kerajaan yang ada
di nusantara. Beberapa kerajaan dalam perjalanan
sejarah kehidupan Bangsa Indonesia di antaranya
adalah Kerajaan Kutai, Kerajaan Tarumanegara,
Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Mataram Kuna,
Kerajaan Kediri, Kerajaan Singosari, Kerajaan
Majapahit, Kerajaan Sunda, Kerajaan bali (Listiani,
2009). Posisi geografis dimana pusat kerajaan
berada ternyata beragam. Ada yang dipesisir pantai,
ada yang di tepi laut. Hal itu berakibat pada
keragaman corak aktivitas perekonomiannya.
Kerajaan Kutai terletak pada jalur
perdagangan dan pelayaran antara Barat dan Timur,
maka aktivitas perdagangan menjadi mata
pencaharian utama, sehingga rakyat Kutai sudah
mengenal perdagangan Internasional. Kerajaan
Tarumanegara berada di daerah agraris, sehingga
kehidupan perekonomian masyarakat Tarumanegara
adalah pertanian dan peternakan. Kerajaan
Sriwijaya berada di pesisir utara Pulau Sumatera
dan berada pada urat nadi perdagangan di Asia
Tenggara sehingga masyarakat Sriwijaya menguasai
perdagangan.
Kerajaan Mataram berada di bagian tengah
Pulau Jawa. Posisi ini membuat masyarakat
Mataram bertumpu pada sektor pertanian. Namun
karena kondisi bumi mataram tertutup dari dunia
luar berakibat pada sulitnya untuk mengembangkan

54
aktivitas perekonomian.
Beberapa kerajaan yang berada di Jawa bagian
Timur, juga menandakan aktivitasnya. Kehidupan
ekonomi masyarakat pada jaman Kerajaan Singasari
berbasis pada pertanian, pelayaran, dan
perdagangan. Kerajaan Majapahit hidup dari
pertanian dan perdagangan.
Kerajaan Sunda berfokus pada kegiatan
perdagangan dan pertanian yang merupakan kegiatan
mayoritas rakyat Sunda. Selain Bertani, kehidupan
masyarakat kerjaan Sunda juga berdagang.
Kehidupan perekonomian masyarakat Kerajaan Bali
Kuno bertumpu pada pertanian. Beberapa istilah
yang berkaitan dengan bercocok tanam, anatara lain
sawah, parlak (sawah kering), gaga (ladang), kebwan
(kebun), dan kasuwakan (irigasi). Selain bercocok
tanam, ada yang beberapa bekerja sektor di
kerajinan.
Singkatnya, dalam masa sebelum penjajahan,
perekonomian Indonesia bertumpu pada sektor
pertanian dan perdagangan. Munculnya sektor
perdagangan dalam aktivitas masyarakat pada jaman
tersebut, menunjukkan bahwa perekonomian
Indonesia tidak hanya berbasis pada sektor primer
saja. Dengan demikian, cikal bakal sektor
perekonomian yang lebih baik, sebenarnya telah
dimulai pada masa tersebut.

55
2) Masa Penjajahan Portugis (1509-1659)
Perjalanan historis Portugis dalam menjajah
Indonesia dimulai dengan ekspedisi eksplorasi yang
dikirim dari Malaka yang baru ditaklukan dalam
tahun 1512. Bangsa Portugis merupakan bangsa
Eropa pertama yang tiba di kepulauan yang
sekarang rempah-rempah yang berharga dan untuk
memperluas usaha misionaris Katolik Roma. Upaya
pertama Portugis untuk menguasai kepulauan
Indonesia adalah dengan menyambut tawaran
kerjasama dari Kerajaan Sunda.
Bangsa Portugis adalah bangsa yang
mempunyai keahlian dalam navigasi, pembuatan
kapal, dan persenjataan. Hal ini memungkinakan
mereka untuk melakukan ekspedisi dan ekspansi jauh
ke negara-negara di dunia. Selain itu, bangsa Portugis
adalah salah satu bangsa yang menjadikan
perdagangan (khususnya rempah-rempah) menjadi
komoditi ekonomi negaranya. Hal ini membuat
perdagangan menjadi fokus bagi Portugis untuk
membangun perekonomian. Banyak perjanjian-
perjanjian dengan kerajaan-kerajaan di Indonesia
dilakukan untuk mendapatkan komoditi perdagangan
rempah-rempah.
Masa penjajahan Portugis memberikan
pelajaran berharga bagi bangsa Indonesia. Pada masa
penjajahan Portugis, kondisi perekonomian Indonesia
lebih banyak diwarnai adanya perlawanan dari rakyat
terhadap Portugis, karena komoditi rempah-rempah
yang menjadi andalan rakyat Indonesia dijarah begitu
56
saja. Dengan demikian, kondisi perekonomian
Indonesia berada dalam bayang- bayang Portugis.
Sumber daya yang menjadi tumpuan kehidupan
masyarakat, menjadi bagian dari ekspolitasi Portugis.

3) Masa Penjajahan Belanda (1602-1942)


Belanda masuk ke Indonesia kira-kira pada
tahun 1602. Belanda secara perlahan-lahan menjadi
penguasa wilayah yang kini adalah Indonesia. Hal
itu dilakukan dengan memanfaatkan perpecahan di
antara kerajaan-kerajaan kecil yang telah
menggantikan Majapahit. Satu-satunya yang tidak
terpengaruh adalah Timor Portugis, yang tetap
dikuasai Portugal hingga 1975 ketika berintegrasi
menjadi provinsi Indonesia bernama Timor Timur.
Penjajahan Belanda berlangsung kurang lebih
selama 350 tahun, atau 3,5 abad. Masa yang sangat
Panjang bagi Bangsa Indonesia dalam cengkeraman
Belanda. Dalam rentang waktu tersebut berbagai
kebijakan ekonomi dilakukan oleh Belanda.
Dibentuknya Vereenigde Oost-Indische Compagnie
(VOC) adalah salah satu kebijakan dalam bidang
ekonomi yang dilakukan Belanda. Dengan VOC
tersebut sega;a otoritas perdagangan dikuasi
Belanda.
VOC benar-benar dibuat dalam rangka
menguasai perdagangan, sehingga beberapa
kewenangan dimiliknya, seperti mencetak uang,
menyatakan perang dan damai, membuat Angkatan

57
bersenjata sendiri, dan membuat perjanjian dengan
raja-raja. Di sini terlihat bertapa VOC mempunya
kekuasaaan yang besar. Kewenangan itu seolah
melegalkan keberadaan VOC sebagai penguasa
Hindia Belanda.
Pada tahun 1795, VOC dibubarkan karena
dianggap gagal dalam mengeksplorasi kekayaan
Hindia Belanda (Indonesia). Kegagalan itu Nampak
pada defisitnya kas VOC, yang antara lain
disebabkan oleh : 1) Peperangan yang terus-menerus
dilakukan oleh VOC dan memakan biaya besar, 2)
Penggunaan tantara sewaan membutuhkan biaya
besar, 3) Korupsi yang dilakukan pegawai VOC
sendiri, 4) Pembagian dividen kepada para pemegang
saham, walaupun kas deficit.
Bubarnya VOC bukan berarti Belanda
kehilangan akal untuk mempertahankan dominasi
penjajahannya. Justru muncul kebijakan baru yang
disebut dengan cultuur stelsel (sistem tanam paksa).
Kebijakan ini diberlakukan mulai tahun 1836 yang
diinisiasi oleh Van Den Bosch.
Sistem tanam paksa berlangsung melalui aturan
yang keras dan ketat. Tidak jarang masyarakat
pribumi harus memeras keringat bahkan dengan
cucuran darah mereka. Anehnya sistem ini juga ada
sisi positifnya, yaitu masyarakat pribumi mulai
mengenal tata cara menanam tanaman komiditas
ekspor yang ada umumnya bukan tanaman asli
Indonesia, dan masuknya ekonomi uang di pedesaan
pula membangkitkan perekonomian desa.
Setelah melakukan sistem tanam paksa,
58
kemudian Belanda menerapkan Sistem Ekonomi
Pintu Terbuka (Liberal). Kebijakan ini dilakukan
karena desakkan kaum Humanis Belanda yang
menginginkan perubahan nasib warga pribumi
kearah yang lebih baik dengan mendorong
pemerintah Belanda mengubah kebijakan
ekonominya. Hal ini kemudian ditindaklanjuti
dengan munculnya beberapa peraturan- peraturan,
seperti peraturan yang mengatur tenang sewa tanah,
dan aturan tentang tanah yang boleh disewakan atau
tidak. Kelihatannya sistem ini baik, namun tetap saja
menambah penderitaan bangsa Indonesia, terutama
para tenaga kerja rendahan (kuli)

4) Masa Penjahan Jepang (1942-1945)


Kronologi penjajahan Jepang di Indonesia
diawali pada bulan Juli 1942. Saat itu, Soekarno
menerima tawaran Jepang untuk mengadakan
kampanye public dan membentuk pemerintahan yang
juga dapat memberikan jawaban terhadap kebutuhan
militer Jepang. Soekarno, Mohammad Hatta, dan
para Kyai memperoleh penghormatan dan Kaisar
Jepang pada tahun 1943. Bulan Maret 1945 Jepang
membentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pada pertemuan
pertamanya di bulan Mei, Soepomo membicarakan
integrase nasional dan melawan indivisualisme
perorangan. Sementara itu, Muhammad Yamin
mengusulkan bahwa negara baru tersebut juga
sekaligus mengklaim Sarawak, Sabah, Malaya,

59
Portugis Timur, dan seluruh wilayah Hindia Belanda
sebelum perang. Perjalanan waktu terus berputar,
sehingga pada 9 Agustus 1945 Soekarno, Hatta dan
Radjiman Widjodiningrat diterbangkan ke Vietnam
untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka
dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang menuju
kehancuran tetapi Jepang menginginkan
kemerdekaan Indonesia pada 24 Agustus. Kebijakan
ekonomi pada jaman penjajagan Jepang, terdiri atas;
1) Perluasan Areal Persawahan,
2) Pengawasan Pertanian dan Perkebunan.
Perluasan Areal Persawahan. Setelah
menduduki Indonesia,lepang melihat bahwa produksi
beras tidak akan mampu memenuhi kebutuhan. Oleh
karena itu, perlu dilakukan perluasan areal
persawahan guna meningkatkan produksi beras.
Meskipun demikian produksi pangan antara tahun
1941-1944 terus menurun.
Pengawasan Pertanian dan Perkebunan.
Pelaksanaan pertanian diawasi secara ketat dengan
tujuan untuk mengendalikan harga barang, terutama
beras. Hasil pertanian diatur sebagai berikut: 40%
untuk petani, 30% harus dijual kepada pemerintah
Jepang dengan harga yang sangat murah, dan 30%
harus diserahkan ke lumbung desa. pelanggaran akan
dihukum berat. Badan yang menangani masalah
Ketentuan itu sangat merugikan petani dan yang
berani melakukan pelanggaran disebut Kempetai
(Korps Polisi Militer), suatu badan yang sangat
60
ditakuti rakyat.
Pengawasan terhadap produksi perkebunan
dilakukan secara Kelat. Jepang hanya mengizinkan
dua jenis tanaman perkebunan yaitu karet dan kina.
Kedua jenis tanaman itu berhubungan langsung
dengan Repentingan perang. Sedangkan tembakau,
teh, kopi harus dihentikan penanamannya karena
hanya berhubungan dengan kenikmatan. Padahal,
ketiga jenis tanaman itu sangat laku di pasaran dunia.
Dengan demikian, kebijakan pemerintah Jepang di
bidang ekonomi sangat merugikan rakyat.
Kebijakan-kebijakan pemerintah Jepang di
bidang ekonomi telah mengakibatkan kehidupan
rakyat Indonesia menjadi sengsara dan penuh
penderitaan. Kondisi rakyat Indonesia selama
pendudukan Jepang, jika dibandingkan dengan
kondisi rakyat Indonesia ketika dijajah Belanda
malah lebih buruk. Padahal Jepang menduduki
Indonesia hanya tiga setengah tahun, sedangkan
Belanda menjajah Indonesia selama tiga setengah
abad.
5) Masa Order Lama (1945-1967)
Dinamika perekonomian Indonesia pada masa
Orde Lama menarik untuk dicermati. Hal ini terjadi
karena pada masa tersebut, Indonesia adalah negara
yang baru saja merdeka. Ibaratnya, sebagai negara
yang baru merdeka maka berbagai fenomena muncul
seiring dengan berlangsungnya kehidupan politik
yang berlangsung pada saat itu. Dalam masa ini,

61
perkembangan perekonomian dibagai dalam 3 (tiga)
masa, yaitu:
➢ Masa Kemerdekaan (1945-1950)
Keadaan ekonomi pada masa awal
kemerdekaan sangat tidak menggembirakan.
Hal itu terjadi karena adanya inflasi yang
disebabkan oleh beredarnya lebih dari satu
mata uang secara tidak terkendali. Bulan
Oktober 1946 Pemerintah RI mengeluarkan
ORI (Oeang Republik Indonesia) sebagai
pengganti uang Jepang. Namun adanya
blockade ekonomi oleh Belanda dengan
menutup pintu perdagangan luar negeri
mengakibatkan kekosongan kas negara.
Akibatnya negara berapa dalam kondisi
krisis keuangan.
Kondisi tentu membahayakan bagi
keberlangsungan perekonomian Indonesia
pada masa itu.
Menghadapi krisis tersebut, tidak ada
jalan lain bagi pemerintah, kecuali harus
segera menempuh beberapa kebijakan, yaitu
pinjaman nasional, memenuhi kebutuhan
rakyat, melakukan konferensi ekonomi,
membuat rencana pembangunan,
membangun partisipasi swasta dalam
pembangunan ekonomi, dan nasionalisasi
Bank Indonesia.
Pinjaman Nasional dilakukan oleh
Menteri keuangan (kala itu Ir. Soerachman)

62
dengan persetujuan Badan Pekerja Komite
Nasional Indonesia Pusat (BPKNIP)
mengadakan pinjaman nasional yang akan
dikembalikan dalam jangka waktu 40 tahun.
Pinjaman ini dimaksudkan agar tersedia dana
segar bagi operasionalisasi penyelenggaraan
negara. Untuk memenuhi kebetuhan rakyat,
dilakukan dengan mendatangkan Kapal
Martin Behrman di pelabuhan Ciberon yang
mengangkut kebutuhan rakyat.
Pembahasan mengenai peningkatan hasil
produksi pangan distribusi bahan makanan,
sandang, serta status administrasi
perkebunan asing dilakukan melalui
konferensi ekonomi. Kemudian untuk
melengkapinya dibuat Rencana Lima
Tahunan (Kasimo Plan), dimana dalam
dokumen itu meliputi anjuran
memperbanyak kebun bibit dan padi unggul,
mencegah penyembelihan hewan-hewan
yang membantu dalam pertanian, menanami
tanah terlantar di Sumatra dan mengadakan
transmigrasi.
Pada masa tersebut, pemerintah telah
menyadari bahwa jika hanya pemerintah
sendiri yang bekerja, maka pekerjaan
pemerintah akan menjadi lebih berat. Untuk
itu pemerintah berusaha menggandeng
swasta dalam membangun perekonomian,
dengan mengaktifkan dan mengajak
partisipasi swasta dalam upaya menegakkan
63
ekonomi pada awal kemerdekaan. Kemudian
dilanjutkan dengan Nasionalisasi de
Javasche Bank menjadi Bank Negara
Indonesia, yang hingga sekarang ini menjadi
Bank Indonesia.
Selain kebijakan di atas, muncul pula
kebijakan yang dikenal dengan sebutan
Sistem Ekonomi Gerakan Benteng dan
Sistem Ekonomi Ali-Baba.
Sistem Ekonomi Gerakan Banteng
merupakan kebijakan yang digagas oleh
Soemitro Djojohadikusumo". Sistem ini
dimaksudkan untuk perbaikan dan perubahan
struktur ekonomi peninggalan Belanda ke
arah ekonomi nasional melalui gerakan
konfrontasi ekonomi. Tujuannya melindungi
para pengusaha pribumi dari persaingan non
pribumi. Setelah kabinet Natsir jatuh, sistem
ini dilanjutkan oleh Kabinet Sukiman melalui
menteri keuangannya Jusuf Wibisono dengan
kebijakannya pemberian kredit pada
pengusaha pribumi. Namun kebijakan ini
akhirnya gagal. Sistem Ekonomi Ali Baba
merupakan penggalangan kerjasama antara
pengusaha Cina dan pengusaha pribumi.
Pengusaha nonpribumi diwajibkan
memberikan latihan-latihan kepada
pengusaha pribumi. Pemerintah menyediakan
kredit dan lisensi bagi pengusaha swasta
nasional. Program ini tidak berjalan dengan

64
baik karena pengusaha pribumi kurang
berpengalaman sehingga hanya dijadikan alat
untuk mendapatkan bantuan kredit dari
pemerintah. Sistem ini berlaku pada kabinet
Ali Sastroamijoyo-l.
Kondisi perekonomian pada masa ini
lebih banyak berkutat pada bagaimana
menyelesaikan persoalan ekonomi dasar.
Namun hal inipun juga tidak bisa berjalan
dengan baik, akibat situasi politik yang tidak
stabil. Beberapa kebijakan sebenarnya telah
didisain dengan baik, namun ketika
diimplementasikan tidak jalan.
Tentu saja tidak bisa memperbaiki kondisi
perekonomian pada masa itu.
➢ Masa Demokrasi Liberal (1959-1957)
Masa ini, paham liberaslisme mulai
masuk dalam kebijakan perekonomian
Indonesia. Ciri utama masa Demokrasi
Liberal adalah sering bergantinya cabinet.
Hal ini disebabkan karena jumlah partai yang
cukup banyak, tetapi tidak ada partai yang
memiliki mayoritas mutlak. Hal ini kemudian
membuat pada masa ini perekomian
diserahkan sepenuhnya pada pasar. Kebijakan
ini sebenarnya belum tepat benar, karena
pengusaha pribumi masih belum mampu
bersaing dengan pengusaha non- pribumi.
Namun akibat pengaruh eksternal, masa
kebijakan ini tetap berjalan. Dampak dari
kebijakan ini akhirnya hanya memperburuk
65
kondisi perekonomian Indonesia.
Pada masa itu pemerintah terkesan
memaksakan sistem pasar dalam
perekonomian. Anehnya pemerinyah juga
sudah mengetahui dampaknya, maka
pemerintah juga melakukan berbagai upaya
untuk mengatasi kondisi perekonomian.
Usaha- usaha tersebut adalah melalui
pemotongan nilai uang, melanjutnya
program Benteng, dan memutuskan hasil
Konferensi Meja Bundar (KMB).
Pemotongan nilai uang dimaksudkan
untuk mengurangi jumlah uang yang beredar,
agar tingkat harga turun. Program ini dikenal
dengan sebutan Gunting Syarifuddin.
Pemerintah juga melanjutkan program
Benteng (Kabinet Natsir) dengan maksud
untuk menumbuhkan wiraswasta pribudi agar
bisa berpartisipasi dalam perkembangan
ekonomi nasional. Serta pembatalan sepihak
atas hasil-hasil KMB, termasuk pembubaran
Uni Indonesia-Belanda.
➢ Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1967)
Demokrasi terpimpim tidak lepas dari
sosok Presiden Soekarno, sehingga pemikiran
Soekarno menjadi dasar bagi pelaksanaan
demokrasi si pemimpin. Pemikiran Soekarno
tentang demokrasi terpimpin muncul pertama
kali pada pidato yang berdulu Kembali ke Rel
Revolusi (1959). Dalam pidatonya tersebut
Soekarno menyatakan bahwa kita dapat
66
mempergunakan sistem yang sudah-sudah
dan alat-alat yang sudah-sudah. Sistem
Liberalisme harus dibuang jauh-jauh,
demokrasi terpimpin dan ekonomi terpimpin
harus ditempatkan sebagai gantinya.
Akhirnya demokrasi terpimpin benar-
benar terjadi setelah muncul Dekrit Presiden
5 Juli 1959. Mulai saat itulah Indonesia
menjalankan sistem domokrasi terpimpin.
Konsekuensi dari sistem ini berdampak pada
perubahan struktur ekonomi Indonesia yang
akhirnya cenderung berjalan melalui sistem
etatisme, dimana dalam sistem ini negara
dan aparatur ekonomi negara bersifat
dominan serta memastikan potensi dan kreasi
unit-unit ekonomi di luar sektor negara.
Masa ini tidak menunjukkan kondisi
perekonomian yang baik, justru berdampak
pada adanya devaluasi, perlunya membentuk
Lembaga ekonomi, dan kegagalan dalam
bidang moneter. Devaluasi berarti
menurunkan nilai uang. Tujuannya guna
membendung inflasi yang tetap tinggi,
mengurangi jumlah uang yang beredar di
masyarakat, serta agar dapat meningkatkan
nilai rupiah, sehingga rakyat kecil tidak
dirugikan. Pada saat itu mata uang Rp
1.000,00 dan Rp 1.500,00 menjadi Rp 50,00.

67
Pada saat itu dibentuk pula apa yang
disebut dengan Deklarasi Ekonomi, yang
bertujuan untuk mencapai tahap ekonomi
sosialis Indonesia dengan cara
terpimpin.untuk mencapai tahap ekonomi
sosialisIndonesia dengan cara terpimpin.

68
BAB V
SISTEM EKONOMI INDONESIA

A. Sistem Ekonomi Indonesia: Pengertian, Sejarah,


dan Karakteristiknya
Adanya transisi terkait Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB) oleh Pemerintah Indonesia, khususnya
daerah DKI Jakarta adalah upaya yang dilakukan untuk
mengatur dan juga mengelola seluruh kegiatan pada
bidang social distancing dan mengangkat perekonomian
negara yang sedang lesu. Kebijakan tersebut dilakukan
untuk menghadapi kondisi sistem ekonomi di Indonesia
yang saat ini sedang memasuki skenario new normal.
Bentuk pengelolaan sistem ekonomi di Indonesia
dengan catatan masyarakat harus menerapkan setiap
protokol kesehatan secara disiplin agar wabah covid-19
bisa dihentikan. Adanya kondisi new normal juga akan
merubah setiap tindakan ekonomi para pelaku usaha
untuk bisa memulai sistem perdagangan online.
Perubuhan tindakan ekonomi pada setiap lapisan
masyarakat ini mampu melahirkan perubahan besar
pada sistem ekonomi pada suatu negara. Nah, pada
kesempatan kali ini, kita akan membahas tentang sistem
perekonomian yang saat ini dianut oleh negara kita,
yaitu Indonesia.
B. Pengertian Sistem Ekonomi
Berikut ini adalah pengertian sistem ekonomi
berdasarkan para ahli:

69
Sistem ekonomi Indonesia adalah sistem ekonomi
pancasila yaitu sistem ekonomi yang mengacu pada
sila-sila dalam Pancasila, yang terwujud dalam lima
landasan ekonomi yaitu ekonomi moralistik, ekonomi
kemanusiaan, nasionalisme, demokrasi ekonomi dan
diarahkan untuk mencapai keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Subsistem dari sistem ekonomi pancasila tersebut
adalah perekonomian rakyat atau dapat disebut ekonomi
kerakyatan, dimana perekonomian ini lebih merujuk
pada obyek atau situasinya yaitu pada ekonomi sebagian
besar rakyat Indonesia, yang umumnya masih tergolong
ekonomi lemah, bercirikan subsisten (tradisional),
dengan modal dan tenaga kerja keluarga, serta teknologi
sederhana.
Dengan bersandar pada pengertian tersebut, maka
kita dapat melihat fakta bahwa ekonomi rakyat terus
berkembang dari waktu ke waktu. Namun
perkembangannya tidak sejalan dengan perkembangan
perekonomian secara keseluruhan. Dilihat dari sisi
output-nya perkembangan ekonomi rakyat lebih lamban
dari perekonomian modern dan skala besar, yang pelaku
dan kepemilikannya terbatas.
Di era modern ini untuk menjalankan sistem
ekonomi kerakyatan dapat dilakukan dengan berbagai
cara, salah satunya melalui penegakkan hukum dalam
bentuk UU dan aturan lain. Hal ini dipermudah dengan
adanya sistem desentralisasi yaitu penyerahan

70
kewenangan dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah untuk mengurusi urusan rumah
tangganya sendiri berdasarkan prakarsa dan aspirasi
rakyatnya dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dengan adanya desentralisasi maka
muncullah otonomi bagi suatu pemerintah daerah.
Meski masing-masing daerah otonom memiliki
kewenangan untuk membentuk Peraturan Daerah,
namun pembentukan Peraturan Daerah tidak dapat
dilakukan sesuka hati daerah yang bersangkutan. Ada
rambu-rambu hukum tertentu dalam UU Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang harus
dipenuhi dalam pembentukan Peraturan Daerah yang
jika rambu-rambu tersebut dilanggar akan menyebabkan
suatu Peraturan Daerah bisa dibatalkan atau dimintakan
pembatalan.
UU Nomor 23 tahun 2014 telah ditetapkan untuk
mengganti UU Nomor 32 Tahun 2004 yang tidak sesuai
lagi dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan,
dan tuntutan penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Muatan UU Pemerintahan Daerah tersebut membawa
banyak perubahan dalam penyelenggaraan
pemerintahan. Salah satunya adalah pembagian urusan
pemerintahan daerah. Berdasarkan UU Nomor 23 tahun
2014 klasifikasi urusan pemerintahan terdiri dari 3
urusan yaitu urusan pemerintahan absolut, urusan
pemerintahan konkuren, dan urusan pemerintahan
umum.

71
Urusan pemerintahan absolut adalah urusan
pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan
Pemerintah Pusat, urusan pemerintahan konkuren
adalah urusan pemerintahan yang dibagi antara
Pemerintah Pusat dan Daerah Provinsi dan Daerah
Kabupaten/Kota, sedangkan urusan pemerintahan umum
adalah urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
Presiden sebagai kepala pemerintahan.
Selain urusan-urusan tersebut, Pemeritah Daerah
diberi wewenang secara meluas untuk mengatur
pemerintahan di daerah dengan menggunakan dan
mengoptimalkan seluruh potensi sumber daya yang
ada di daerah baik yang sudah mampu digali maupun
yang masih berupa potensi termasuk juga pemanfaatan
sumber daya manusia daerah. Masing-masing wilayah
tersebut mempunyai kewenangan untuk mengatur
urusannya sendiri untuk memperkuat pertahanan dan
keamanan dan mewujudkan kesejahteraan bagi
masyarakatnya. Kewenangan tersebut dituangkan dalam
peraturan yang disebut Peraturan Daerah (Perda).
Dalam penyusunan Perda yang ideal tentunya
diperlukan partisipasi masyarakat yang disampaikan
melalui Badan Legislatif Daerah masing-masing, supaya
Perda tersebut dapat benar-benar memberikan rasa
keadilan bagi masyarakat pada umumnya.
Laju perkembangan suatu daerah biasanya
dipengaruhi oleh pertambahan penduduk sebagai akibat
daya tarik atau nilai jual daerah tersebut.

72
Dewasa ini pusat pembelanjaan dan toko modern
tersebut banyak bermunculan diseluruh Kabupaten
Sleman, dari yang berdiri di tepi jalan besar sampai
masuk ke pemukiman warga. Tiga tahun terakhir,
pertumbuhan bisnis retail secara keseluruhan mencapai
rata-rata 43,364 pertahun, khusus minimarket tumbuh
ratarata 7,341 pertahun yang jaraknya antar satu dengan
yang lainnya tidak lebih dari 300 meter.
Waralaba merupakan salah satu bisnis yang populer
dikalangan masyarakat khususnya para pengusaha.
Konsep mengenai waralaba itu sendiri muncul dari
hasrat para pengusaha untuk mengembangkan usahanya
hingga menembus batas wialayah tertentu. Kosakata
dari waralaba itu sendiri berawal dari bahasa Prancis
yaitu Franchise yang berarti bebas atau bebas dari
perhamaan atau perbudakan (free from servitude).
Menurut V. Winanto, “Waralaba adalah hubungan
kemitraan antara usahawan yang usahanya sukses
dengan usahawan yang relative baru atau lemah dalam
usaha tersebut dengan tujuan saling menguntungkan
khususnya dalam bidang usaha penyediaan produk dan
jasa langsung pada konsumen”.
Namun, Amir Karamoy menyatakan bahwa
waralaba bukan terjemahan langsung konsep franchise.
Dalam konteks bisnis franchise berarti kebebasan untuk
menjalankan usaha secara mandiri di wilayah tertentu.
Lebih lanjut Amir Kramoy menyatakan bahwa secara
hukum waralaba berarti persetujuanlegal atau pemberian
hak atau keistimewaan untuk memasarkan suatu produk
73
jasa dari pemilik (pewaralaba), yang diatur dalam suatu
aturan permainan tertentu.
Menurut Pasal 1 angka 2 Peraturan Pemerintah RI
Nomor 42 tahun 2007 tentang waralaba yang ditetapkan
tanggal 23 Juli 2007: “waralaba adalah hak khusus yang
dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha
terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam
memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti
berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan
oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba”.
Secara umum sistem perwaralabaan dibagi dalam
dua kategori besar, yaitu Waralaba Produk dan Merek
Dagang, serta Waralaba Format Bisnis. Leon C.
Megginson dan kawan-kawan membagi dua sistem
perwaralabaan sebagai berikut:
a. Product and Trademark Franchising (Waralaba
Produk dan Merek Dagang) Dalam format ini,
franchisor memberikan kepada franchisee hak untuk
menjual secara luas suatu produk tertentu. Dalam
produk dan Trandname franchise, pemberi waralaba.
b. Business Format Frinching (Waralaba Format
Bisnis) Franchisor memberikan hak kepada
Franchisee untuk memasarkan produk atau merek
dagang tertentu serta menggunakan sistem operasi
lengkap dari franchisor.

74
Dalam Business Format Franchisee (atau disebut
Operating system frinchises), penerima waralaba diberi
lisensi untuk melakukan usaha dengan menggunakan
paket bisnis dan merek dagang yang telah
dikembangkan oleh pemberi waralaba. Contohnya
adalah McDonald’s.
Dengan banyak bermunculannya waralaba, maka
perlu dibentuk suatu aturan yang khusus memberi ijin
pendirian waralaba maupun mengenai ijin usahanya hal
tersebut perlu diatur dalam rangka lebih meningkatkan
pengawasan, pengendalian dan penataan pasar waralaba
sesuai dengan tata raung wilayah tertentu.
Waralaba juga berkembang pesat di Kabupaten
Sleman, bertambahnya usaha-usaha baru ini secara
otomatis akan membuat perekonomian Sleman semakin
maju, tetapi jika ditelusuri secara mendalam, maka
rakyat yang hanya mempunyai modal kecil dan
berjualan di pasar tradisional justru mengalami kesulitan
dan penurunan pendapatan. Adanya dampak negatif
dari munculnya toko modern tersebut, maka diperlukan
kebijakan pemerintah yang mengatur keberadaan toko
modern sehingga pasar tradisional dan usaha kecil
mampu tumbuh secara seimbang, saling mengisi,
saling melengkapi, dan saling memperkuat satu sama
lain.

75
Untuk itu Kabupaten Sleman menerbitkan Perda No.
18 tahun 2012 tentang perizinan pusat pembelanjaan
dan toko modern. Dimana tujuan diundangkan perda
tersebut adalah:
1. Mengatur dan menata keberadaan pusat
perbelanjaan dan tookmodern;
2. Mengoptimalkan pelaksanaan kemitraan
antara pusat perbelanjaan dan toko modern
dengan UMKM;
3. Mewujudkan sinergi antara pusat
perbelanjaan dan toko modern dengan pasar
tradisional;
4. Memberdayakan potensi ekonomi lokal;
5. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.
Hal yang penulis cermati dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Sleman Nomor 18 tahun 2012 tentang
Perizinan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern dimana
dalam Pasal 16 mengatur tentang jarak toko modern
dengan pasar tadisional adalah sebagai berikut:
1. Supermarket, department store, hypermarket,
dan grosir yang berbentuk perkulakan paling
dekat 1500 m (seribu limaratus meter) dari
pasar tradisional;
2. Minimarket waralaba dan minimarket cabang
paling dekat 1000 m (seribu meter) dari pasar
tradisional.

76
Menurut Wikipedia.org
Sistem perekonomian adalah suatu sistem yang
dimanfaatkan oleh suatu negara untuk mengalokasikan
setiap sumber daya yang dimiliki oleh negara tersebut,
baik untuk individu maupun organisasi yang berdiri di
negara tersebut. Perbedaan dasar antara suatu sistem
ekonomi dengan sistem ekonomi lainnya terletak dari
bagaimana sistem itu mengatur seluruh faktor
produksinya.
Menurut Menurut M. Hatta
Sistem ekonomi adalah sistem yang mengatur
perekonomian yang agar bisa diterapkan di dalam
negara Indonesia dan harus atas dasar asas
kekeluargaan.
Menurut Gilarso (1992:486)
Sistem ekonomi adalah cara yang tepat untuk
mengkoordinasikan perilaku masyarakat secara
keseluruhan dalam menjalankan setiap kegiatan
ekonomi, sehingga bisa dijadikan sebagai satu kesatuan
yang teratur dan dinamis agar setiap kekacauan bisa
dihindari sedini mungkin.
Menurut Dumairy (1966)
Sistem ekonomi adalah suatu sistem yang digunakan
untuk mengatur hubungan ekonomi antar manusia dan
membentuk kelembagaan dalam suatu kehidupan.
Untuk itu, sistem ekonomi juga tidak harus berdiri
sendiri, tapi juga bisa berkaitan dengan pandangan, pola
pikir dan filsafat setiap manusia di dalamnya.

77
Berdasarkan keempat pengertian yang dinyatakan
diatas, maka bisa disimpulkan bahwa pengertian sistem
ekonomi adalah suatu sistem yang digunakan untuk
mengatur dan juga mengelola seluruh bentuk aktivitas
perekonomian dalam suatu negara, sehingga mampu
memaksimalkan seluruhsumber daya yang dimiliki
Dari keempat pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa pengertian sistem ekonomi adalah sistem yang
mengatur dan mengelola segala aktivitas perekonomian
di suatu negara sehingga dapat memaksimalkan sumber
daya yang dimiliki. Namun, setiap prosesnya harus
berdasarkan pada prinsip ekonomi agar tercapai bentuk
kesejahteraan dan kemakmuran untuk seluruh
masyarakat.
Seiring berjalannya waktu, tiap negara juga pasti
akan mengalami perkembangan dari setiap segi
penerapan sistem ekonomi.
Adanya sistem perkembangan ekonomi yang modern
akan membuat perekonomian berkembang pesat,
walaupun sampai sekarang masih ada beberapa negara
dan daerah yang masih menggunakan sistem ekonomi
tradisional.

Sejarah Sistem Ekonomi Indonesia


Di dalam negara Indonesia sendiri, secara total
sudah ada 4 perubahan sistem ekonomi dari masa
penjajahan hingga sekarang, berikut ini adalah
penjelasannya.

78
1. Masa Demokrasi Liberal (1950-1957)
Sistem ekonomi indonesia yang pertama kali
diterapkan adalah sistem ekonomi liberal. Sistem
ekonomi ini berlangsung dari tahun 1950 hingga tahun
1957, artinya beberapa tahun setelah Indonesia
merdeka pada tahun 1945. Saat itu, perubahan kabinet
yang sering sekali terjadi pada saat itu berdampak
negatif pada lemahnya ekonomi di Indonesia
Untuk menanggulanginya, diterapkanlah kebijakan
menggunting uang kertas Rp 5 menjadi dua bagian,
bagian pertama yang bernilai Rp 2,5 digunakan
sebagai alat pembayaran yang sah, dan bagian Rp 2,5
yang lain digunakan untuk membeli obligasi pinjaman
nasional. Kebijakan ini diambil oleh menteri
keuangan yang saat itu tengah menjabat, yaitu Bapak
Syafruddin Prawiranegara.
Selain kebijakan menggunting uang kertas, pada
saat itu juga terjadi gerakan banteng untuk merubah
struktur ekonomi kolonial menjadi struktur ekonomi
nasional. Kebijakan ini dinyatakan oleh Dr. Sumitro
Djojohadikusumo, seorang ahli ekonomi pada masa
kabinet Natsir. Gerakan ini dilakukan untuk
melindungi para pengusaha dalam negeri dengan
memberikan suatu bantuan berupa kredit dan
bimbingan yang konkret.
2. Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1966)
Pada masa demokrasi terpimpin, sistem ekonomi
Indonesia mengalami perubahan dari yang awalnya
ekonomi liberal berubah menjadi sistem ekonomi

79
etatisme, dimana seluruh sistem ekonomi ini diatur dan
dikuasai oleh pihak negara, baik itu dalam aspek
sosial, ekonomi, ataupun politik. Sistem ekonomi ini
dicetuskan oleh Presiden Ir. Soekarno di tahun 1959.
Sistem ekonomi ini dilakukan karena sistem
ekonomi liberal membuat setiap pengusaha dalam
negeri tidak mampu bersaing dengan pengusaha
asing. Sehingga, dibentuklah Dewan Perancang
Nasional atau Depernas di tahun yang sama yang
dipimpin oleh Moh. Yamin untuk mempersiapkan
rancangan undang-undang pembangunan nasional.
Pada kalai itu, terjadi penurunan nilai uang,
seperti uang kertas yang nilainya Rp 500 menurun
menjadi Rp 50, dan uang kertas Rp 1000 menjadi Rp
100 saja. Namun, usaha ini belum mampu mengatasi
penurunan ekonomi di bidang finansial.
3. Masa Demokrasi Ekonomi (1967-1998)
Demokrasi ekonomi terjadi pada tahun 1967
hingga tahun 1998, atau pada masa pemerintahan orde
baru yang kala itu di pimpin oleh Bapak Soeharto.
Pada masa ini, sistem ekonomi Indonesia menganut
sistem ekonomi campuran, yang di dalamnya terdapat
campur tangan pemerintah bersama masyarakat yang
turut serta dalam meningkatkan kegiatanekonomi.
Pemerintah berperan sebagai pengendali ekonomi
dan masyarakat berperan penuh sebagai pelaku
produksi, distribusi dan sekaligus konsumennya.
Usaha pemerintah ini bertujuan untuk membantu
masyarakat agar terhindar dari masalah ekonomi
modern seperti kesulitan dalam

80
menentukan harga barang atau jasa yang akan
diproduksi. Kebijakan Bapak Soeharto dalam bidang
ekonomi ini meliputi:
• Bergabungnya kembali Indonesia dengan IMF
atau International Monetary Fund, sehingga ada
bantuan utang keuangan dari negara asing yang
masuk ke Indonesia.
• Menghapus kebijakan hiperinflasi dengan
melarang adanya pendanaan domestik untuk
mencetak uang.
• Melakukan pembebasan bea cukai import dan
mengatasi devaluasi rupiah, sehingga mampu
meningkatkan nilai ekspor ke tingkat
internasional.
4. Masa Demokrasi Pancasila (1998-Sekarang)
Pada tahun 1998 hingga saat ini, sistem ekonomi
Indonesia menggunakan sistem ekonomi Pancasila.
Sistem ekonomi ini adalah bentuk pengembangan dari
sistem ekonomi campuran. Koperasi salah satu wujud
dari diterapkannya sistem ekonomi Pancasila yang
berlandaskan pada pilar ekonomi kerakyatan yang
berasaskan kekeluargaan.
Hal ini sesuai dengan amanat undang-undang
tahun 1992 pasal 3, yang didalamnya dijelaskan
bahwa tujuan koperasi adalah untuk mensejahterakan
anggotanya serta turut serta dalam membangun
tatanan perekonomian negara agar mampu

81
mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan
makmur. Pengelolaan sistem ekonomi ini dilakukan
berdasarkan hasil musyawarah yang dilakukan oleh
perwakilan rakyat.
Karakteristik Sistem Ekonomi Indonesia
1. Setiap kegiatan ekonomi yang dilakukan adalah
kegiatan bersama atau gotong royong yang lebih
fokus dalam mengedepankan ikatan
kekeluargaan.
2. Negara menguasai berbagai cabang produksi
yang sifatnya strategis dan penting untuk banyak
orang.
3. Alasan negara untuk menguasai cabang produksi
yang strategis di tanah air adalah demi
kemakmuran rakyat.
4. Terdapat beberapa komponen sistem ekonomi
campuran yang diterapkan pada sistem ekonomi
pancasila.
5. Kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh negara
dan masyarakat harus kontinyu dan ramah
lingkungan.
6. Pemerintah Indonesia juga berhak mengawasi
kegiatan yang dilakukan oleh pihak swasta secara
umum agar terhindar dari praktik penipuan,
monopoli, dan mafia perdagangan. Tujuannya
tentu untuk menciptakan keadilan pada
masyarakat.

82
Wujud nyata dari diterapkannya sistem ekonomi
Indonesia adalah dengan digalakkannya program badan
usaha koperasi demi mensejahterakan masyarakat.
Setiap barang yang dianggap penting bagi keutuhan
negara dan banyak dibutuhkan oleh masyarakat tidak
boleh begitu saja diserahkan pada pihak swasta. Negara
harus membuat kebijakan dalam mengurus, mengelola,
mengatur, dan mengawasi produksi tersebut. Jika bentuk
kekayaan negara diserahkan begitu saja pada pihak yang
salah, maka tingkat kemakmuran masyarakat dalam
memanfaatkan hasil kata tersebut tentunya tidak bisa
terwujud.
Meskipun demikian, sistem ekonomi pancasila
tetap mengedepankan peran pemerintah dan swasta
dalam mengelola perekonomian. Hal ini diwujudkan
dengan adanya peranan yang jelas antara badan usaha,
yakni Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan
Usaha Milik Swasta (BUMS). Pihak pemerintah akan
mengelola seluruh barang yang berkaitan dengan
kepentingan masyarakat, sedangkan sisanya bisa
dikelola oleh pihak swasta dengan pengawasan dari
pemerintah.
Itu artinya, pihak swasta dan pemerintah tidak
boleh mengeksploitasi secara berlebihan, agar generasi
berikutnya mampu memanfaatkan kekayaan alam dan
agar lingkungan bisa terus terjaga.

83
Kesimpulan
Itulah penjelasan mengenai sistem ekonomi yang
ada di Indonesia. Dengan ini, diharapkan Anda
mengetahui bahwa sistem ekonomi pancasila adalah
sistem ekonomi yang saat ini masih diterapkan dan
digunakan di Indonesia, karena sistem ekonomi
pancasila mampu membantu kesejahteraan rakyat,
khususnya kesejahteraan para pelaku UKM yang
menyerap sebagian besar tenaga manusia.
Namun, jika Anda adalah salah satu pengusaha
UKM yang masih kesulitan dalam mengatur ekonomi
perusahaan, atau merasa tidak ada waktu dalam
mengaturnya, maka Anda bisa menggunakan software
akuntansi dari Accurate Online. Dengan Accurate
Online, Anda bisa mengatur biaya produk, mengontrol
stok barang, dan memantau laporan keuangan bisnis
Anda secara mudah dan real time.

84
BAB VI
Pelaku dan Peran Dalam Perekonomian
Indonesia

A. Pengertian Pelaku Ekonomi


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
pengertian pelaku ekonomi adalah orang yang bergerak
dalam bidang ekonomi. Apa yang dimaksud dengan
pelaku ekonomi juga dapat dipahami sebagai orang
yang terlibat dalam proses ekonomi.
Pelaku Ekonomi adalah semua pihak baik
perorangan maupun organisasi yang melakukan kegiatan
produksi, distribusi, dan konsumsi. Pihak yang
melakukan tiga aktivitas ekonomi ini disebut produsen,
distributor dan konsumen.
Mengutip dari Cambridge Dictionary, pelaku
ekonomi adalah seseorang, perusahaan, atau organisasi
yang memiliki pengaruh terhadap motif ekonomi
dengan memproduksi, membeli, atau menjual.
Sementara dalam Longman Business Dictionary
disebutkan pengertian pelaku ekonomi adalah
seseorang, perusahaan, dan lain-lain yang berdampak
pada ekonomi suatu negara, misalnya dengan membeli,
menjual, atau berinvestasi.

85
Dalam istilah lain, pengertian pelaku ekonomi
adalah individu atau organisasi yang mempengaruhi
ekonomi. Dengan demikian, pelaku ekonomi adalah
konsumen, produsen, atau pihak pemberi pengaruh
terhadap pasar modal dan perekonomian pada
umumnya.

B. Jenis dan Peran Pelaku Ekonomi


Secara garis besar, pelaku ekonomi terdiri dari
empat yaitu rumah tangga, masyarakat, perusahaan,
dan pemerintah. Masing-masing memiliki peran dalam
lingkup kegiatan ekonomi. Berikut penjelasannya :
1. Rumah tangga
Dikutip dari Gramedia blog, rumah
tangga adalah pelaku ekonomi dalam ruang
lingkup terkecil. Namun dari rumah tangga
inilah yang kemudian membangun
masyarakat luas. Rumah tangga sebagai
pelaku ekonomi yang terdiri atas ayah, ibu,
anak, dan anggota keluarga lainnya seperti
kakek, nenek dan saudara.
Sebagai pelaku ekonomi dalam hal ini rumah
tangga konsumen memiliki dua peran, yaitu
sebagai pelaku produksi dan pelaku
konsumsi.
Peran rumah tangga dari sisi pelaku
produksi dapat dilihat dari pemanfaatan
tenaganya untuk perusahaan atau instansi
pemerintah.
86
Selain itu, usaha yang dapat dijalankan
dalam ruang lingkup rumah tangga disebut
UMKM. Sedangkan dari sisi konsumsi, peran
rumah tangga dapat dilihat dari pemanfaatan
produk, baik barang atau jasa untuk
memenuhi segala kebutuhannya
.
2. Masyarakat
Pelaku ekonomi kedua yang lingkup lebih
luas dari rumah adalah masyarakat. Peran
masyarakat tenting sangat penting dalam
kegiatan ekonomi, baik dari sisi produksi,
distribusi, maupun konsumsi.

3. Perusahaan
Perusahaan adalah pelaku ekonomi yang
berperan sebagai produsen, distributor
sekaligus konsumen. Perusahaan adalah
organisasi usaha yang dibentuk untuk
menghasilkan barang dan jasa yang
dibutuhkan oleh konsumen. Produsen adalah
peran utama dari perusahaan karena telah
menjadi tempat berlangsungnya produksi.
Pihak-pihak dari perusahaan berupaya agar
produk yang diproduksi bisa sampai ke
tangan konsumen.Sementara, perusahan
yang berperan sebagai pelaku ekonomi
distributor contohnya adalah perusahaan
ritel.

87
Perusahaan ritel bertugas memasarkan dan
menjual produk dari perusahaan. Sedangkan
peran sebagai pelaku ekonomi konsumen,
dapat diketahui saat perusahaan harus
memenuhi kebutuhan bahan baku untuk
produksi.

4. Pemerintah
Pelaku ekonomi lain yang juga memiliki
peran sangat penting adalah pemerintah.
Sebagai salah satu pelaku ekonomi,
pemerintah bertugas membuat kebijakan-
kebijakan yang menguntungkan bagi
perekonomian negara, baik untuk produsen,
konsumen, maupun distributor.
Peran utama pemerintah sebagai pelaku
ekonomi adalah mengendalikan
perekonomian dengan berbagai kebijakan
ekonomi untuk memakmurkan warga
negaranya.
Pemerintah sebagai regulator atau
sebagai pengendali perekenomian sebuah
negara antara lain :
❖ Membuat kebijakan moneter
❖ Membuat kebijakan fiskal
❖ Membuat kebijakan kegiatan
dengan negara lain seperti impor
dan ekspor

88
Selain itu, pemerintah juga berperan
sebagai produsen dan konsumen. Sebagai
konsumen, artinya dalam menjalankan
tugasnya, pemerintah membutuhkan barang
dan jasa.
Sebagai produsen, pemerintah turut serta
dalam menghasilkan barang dan jasa yang
dibutuhkan dalam rangka mewujudkan
kemakmuran rakyat yang sebesar-besarnya.
Sedangkan sebagai distributor, peran
pemerintah terlihat dari kegiatan penyaluran
bantuan seperti BOS, BLT dan bantuan
lainnya.

5. Luar Negeri
Tidak hanya dalam negeri, negara lain
juga memiliki peranan dalam perekonomian
sebuah negara. Pasalnya, suatu negara tidak
dapat memenuhi kebutuhannya sendiri,
sehingga membutuhkan negara lain untuk
mencukupi kebutuhannya.
Pelaku ekonomi dari luar negeri ini
meliputi kegiatan ekspor dan impor, investasi
di suatu negara untuk membangun pabrik,
pertukaran tenaga kerja, dan memberikan
pinjaman kepada negaralain.

89
6. Lembaga keuangan Terakhir
Pelaku ekonomi yang juga memiliki
peran besar adalah lembaga keuangan. Ini
adalah pihak yang melakukan kegiatan
keuangan, baik bank maupun bukan bank,
untuk membantu meningkatkan
perekonomian suatu negara.Lembaga
keuangan menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk produk simpanan dengan
memberikan suku bunga deposito kepada
masyarakat. Seperti tabungan berjangka,
tabungan sekolah, tabungan haji, deposito,
safe deposit box dan produk-produk tabungan
lainnya.

90
BAB VII
TRANSFORMASI STRUKTURAL

A. Definisi Transformasi Struktural

Transformasi struktural merupakan suatu proses


yang terjadi pada masa transisi dari sistem ekonomi
tradisional ke sistem ekonomi modern. Dalam proses
ini, meningkatnya pendapatan dapat mengakibatkan
meningkatnya akumulasi modal fisik dan kualitas
manusia, dan pergeseran komposisi permintaan,
perdagangan, produksi serta pemanfaatan tenaga kerja .
Transformasi struktural tidak hanya ditentukan oleh
peningkatan pendapatan tetapi juga ditentukan oleh
perbaikan distribusi pendapatan. Peningkatan
pendapatan dari golongan berpendapatan rendah akan
meningkatkan permintaan terhadap barang-barang dan
jasa produksi sektor padat karya di dalam negeri
sehingga akan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Sasaran tranformasi struktural adalah meningkatnya
peranan ekonomi rakyat yang dicerminkan oleh
meningkatnya peranan sektor ekonomi produktif yang
menjamin distribusi pendapatan.

91
B. Perkembangan Teori Transformasi Struktural

Perkembangan teori transformasi struktural dapat


ditinjau dari berbagai segi, diantaranya pemikiran
transformasi struktural tentang pergeseran tenaga kerja
dan investasi dari sektor primer ke sektor sekunder
serta ke sektor tersier yang dikemukakan oleh Fisher
(1935). Selanjutnya, Rostow (1960) dan Lewis (1954)
meninjau transformasi struktural dari segi peningkatan
laju akumulasi modal.Terakhir, Kuznets (1960),
Syrquin dan Chenery (1988) yang meninjau dari segi
peningkatan pendapatan.
Teori transformasi struktural Fisher (1935)
memiliki persamaan dengan teori tahapan pertumbuhan
ekonomi yang dikemukakan oleh List. List
mengemukakan bahwa terdapat lima tahapan
pertumbuhan ekonomi yang didasarkan pada pergeseran
distribusi tenaga kerja yaitu:
(1) masyarakat primitif
(2) masyarakat penggembala ternak
(3) masyarakat pertanian
(4) masyarakat pertanian manufaktur
(5) masyarakat manufaktur-perdagangan.
Tetapi Fisher menekankan transformasi struktural
dari segi adanya pergeseran tenagakerja dan investasi
yang bersifat permanen dari sektor pertanian ke sektor
industri dan akhirnya ke sektor jasa.
Perkembangan selanjutnya, Clark (1951)
berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi yang disertai
dengan transformasi dapat dicapai dengan cara
92
meningkatkan produktvitas pada setiap sektor dan
mengalihkan tenaga kerja dari sektor dengan
produktivitas rendah ke sektor dengan produktivitas
tinggi.
Rostow lebih menekankan kepada laju akumulasi
modal untuk terjadinya perubahan struktur ekonomi.
Dalam hubungan ini, Rostow mengemukakan lima
tahapan pertumbuhan yaitu:
(1) masyarakat tradisional
(2) pra kondisi untuk tinggal landas
(3) tinggal landas
(4) gerakan menuju kematangan
(5) masa konsumsi tinggi
Sejalan dengan Rostow, Lewis dalam ekonomi
dualistiknya menekankan tentang pergeseran sumber
dari sektor tradisional ke sektor modern.
Pembuktian secara empiris tentang transformasi
struktural dilakukan oleh Kuznets (1960) dan
pendekatan secara statistik dilakukan oleh Chenery
(1960). Kuznets beranggapan bahwa peningkatan
tabungan dan investasi merupakan syarat keharusan,
tetapi belum memenuhi syarat kecukupan bagi
pertumbuhan ekonomi.Kuznets dan Chenery
beranggapan bahwa selain peningkatan akumulasi
modal (fisik dan kualitas manusia), juga diperlukan
suatu perubahan struktur perekonomian yang saling
berkaitan, agar terjadi perubahan dari perekonomian
tradisional ke perekonomian modern.

93
C. Tanda-tanda perubahan struktur
perekonomian di Indonesia
Transformasi ekonomi merupakan salah satu indikator
terjadinya pembangunan perekonomian wilayah. Jika terjadi
proses transformasi maka dapat dinyatakan bahwa
telahterjadi pembangunan ekonomi dan perlu
pengembangan lebih lanjut, akan tetapi jika tidakterjadi
maka pemerintah perlu mengadakan perbaikan dalam
penyusunan perencanaanwilayahnya, sehingga kebijakan
pembangunan yang disusun menjadi lebih terarah agar
tujuan pembanguna dapat tercapai. Dan tanda- tandanya
yaitu :
1. Merosotnya pangsa sektor primer ( Pertanian )
2. Meningkatnya pangsa sektor sekunder ( Industri )
3. Pangsa sektor jasa kurang lebih konstan, tetapi
kontribusinya akan meningkatseiring dengan pertumbuhan
ekonomi

D. Faktor-faktor Penyebab Perubahan Struktur


Ekonomi
Faktor-Faktor yang memnyebabkan perubahan struktur
Ekonomi yaitu :
1. Faktor Internal
• Dari sisi permintaan agregat, faktor yang sangat
dominan adalah peningkatan tingkat pendapatan
rata-rata masyarakat yang perubahannya
mengakibatkan perubahan dalamselera dan
komposisi barang-barang yang dikonsumsi.

94
• Dari sisi penawaran agregat, faktor
utamanya adalah perubahan
teknologi dan penemuan bahan baku atau
material baru untuk berproduksi, yang
memungkinkanuntuk membuat barang-barang
baru dan akibat realokasi dana investasi serta
sumberdaya utama lainnya.
2. Faktor Eksternal
• Kemajuan teknologi yang mempertinggi
produktivitas kegiatan- kegiatan ekonomi.
• Perubahan struktur perdagangan global yang
antara lain disebabkan oleh peningkatan
pendapatan dunia dan dampak dari kebijakan
mengenai perdagangan regional
daninternasional.
3. Faktor lain-lain
• Peningkatan dalam taraf pendapatan dan taraf
hidup penduduk
• Intervensi pemerintah. Kebijakan yang
berpengaruh langsung terhadap
perubahanstruktur ekonomi adalah kebijakan
pemberian insentif bagi sektor industri atau
tidaklangsung lewat kegiatan infrastrukstur.
• Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam
negeri.

95
E. Saluran Transformasi Struktural Indonesia

1. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu motor penggerak
utama dalam proses transformasistruktural ekonomi di
Indonesia. Orang yang berpendidikan tinggi,
memungkinkan untukmendapatkan pendapatan yang
lebih baik. Selain itu pemerintah juga harus
mampumenutup kekurangan keterampilan di
Indonesia yang akan meningkatkan mutu pendidikan
di semua tingkatan, serta memperluas dan
meningkatkan mutu pusat-pusat pelatihan. Para
lulusan lembaga pendidikan dan tenaga kerja perlu
dibekali denganketerampilan teknis dan perilaku yang
tepat (disiplin, kehandalan, kerjasama,
dankepemimpinan). Semua program peningkatan
taraf pendidikan yang dicanangkan pemerintah
merupakan prioritas utama dari pembangunan
pendidikan di Indonesia.
2. Migrasi Pekerjaan
Supply tenaga kerja di sektor pertanian meningkat
menyebabkan tingkat upah yangrendah. Untuk itu peralihan
tenaga kerja di sektor pertanian ke sektor
industrimanufaktur/jasa akan membuat tingkat upah lebih
tinggi.

3. Sistem Pemerintahan
Dalam pemerintahan Orde Baru yang memiliki
sistem pola pikir totaliter dengan adanyatransformasi
struktural ekonomi berubah menjadi pemerintahan
96
yang demokrasi. Dimanahal ini dapat kita lihat dalam
implementasinya bahwa kepala daerah dipilih
langsung oleh rakyat.

F. Damapak Positif Dan Negatif Transformasi


Perekonomian
Dampak Positif :
1. Peningkatan produksi pertanian yang dirangsang
oleh perubahan sistem pertanian subsistence ke
pertanian modern (agroindustri).
2. Penyerapan tenaga kerja (pengangguran) di
perkotaan pada industri- industri baru
3. Percepatan arus uang dan barang yang
merangsang percepatan pendapatan perkapita
masyarakat, yang pada gilirannya memperbaiki
tingkat kesejahteraannya.

Dampak Negatif :
1. Hilangnya lahan pertanian (sawah dan non
sawah), yang mengakibatkan para petani dan
buruh penggarap kehilangan matapencaharian.
2. Munculnya pengangguran struktural yang tidak
mungkin tertampung seluruhnya pada sektor
industri dan jasa
3. Tingginya laju urbanisasi yang menjadikan
beban kota semakin berat serta menimbulkan
masalah-masalah sosial lainnya.

Dengan adanya dampak-dampak positif maupun


negatif, maka permasalahan yang paling penting bagi
kita adalah bagaimana mempercepat proses transformasi
97
perekonomian dengan memaksimalkan dampak positif
yang bisa ditimbulkan, sekaligus meminimalkan
kemungkinan negatif yang tidak diinginkan ? Inilah
permasalahan dan tantangan yang harud dijawab Dalam
hal ini sangat tidak bijaksana jika untuk menghindari
dampak negatif, justru proses transformasinya yang
ditolak. Sebab, terbentuknya masyarakat industri dan
jasa sesungguhnya sudah menjadi political will
pemerintah sebagaimana tertuang dalam GBHN, yaki
mewujudkan industri yang maju dengan didukung oleh
pertanian yang tangguh.
Dari uraian-uraian diatas dapat diketahui bahwa
proses globalisasi yang mengarah kepada proses
transformasi selalu memiliki dua sisi akibat yang
berbeda. Disatu sisi, akibat positif yang ditimbulkan
adalah modernisasi kehidupan masyarakat ; sementara
disisi lain, bagi pihak-pihak yang tidak dapat
memanfaatkan peluang yang ada, akan menerima akibat
negatif yakni tergilas oleh laju dan proses transformasi
itu sendiri. Oleh karena itu, dalam analisis permasalahan
ini akan dikemukakan beberapa strategi untuk
mengantisipasi serta mengeliminasi dampak-
dampak yang kurang menguntungkan, serta
mengoptimasi dampak positif yang mungkin timbul.
Pertama, pada tahun 2020 penduduk Indonesia
sudah menjadi penduduk perkotaan. Perkembangan
kota tersebut sejalan dengan transformasi ekonomi,
yang mengakibatkan tingginya laju urbanisasi.
Urbanisasi sendiri membawa berbagai dampak dalam
pembangunan. Pada sisi negatifnya, urbanisasi
menimbulkan ekses-ekses dan masalah-masalah sosial.

98
Akan tetapi, meningkatnya konsentrasi penduduk
karena memungkinkan penyediaan pelayanan sosial
dan berbagai kebutuhan dasar menjadi lebih mudah.
Perkembangan wilayah kota juga mendorong majunya
wilayah pedesaan di sekitarnya, selain dapat
mengurangi tekanan penduduk di desa.
Kedua, memperluas upaya diversifikasi usaha
kearah agribisnis (industrialisasi yang berbasis kepada
produk pertanian). Sistem agribisnis ini dimaksudkan
untuk mencapai dua tujuan yaitu menghasilkan bahan
pertanian sampai ke pasar, serta menghasilkan salah satu
faktor produksi bagi sektorindustri. Tujuan
pembangunan pertanian secara keseluruhan dapat
tercapai jika dikaitkan secara langsung kepada proses
industrialisasi.
Ketiga, sejalan dengan pengembangan agribisnis,
maka perlu diciptakan pula industri pedesaan yang
kokoh, yakni industri yang terletak di pedesaan,
menggunakan metode produksi padat karya dan tenaga
kerja kebanyakan didapatkan dari sekitar desa.
Keempat, diperlukan upaya penggalakan
transmigrasi dan pembukaan daerah-daerah baru
(moving frontier) yang dapat dijadikan sebagai strategi
untuk mengatasi masalah realokasi bagi pekerja-pekerja
yang tergusur oleh proses industrialisasi.

99
Tidak dapat dilepaskan dari seluruh upaya atau
strategi diatas adalah peningkatan kualitas, kemampuan
dan profesionalisme aparat pemerintahserta para pelaku
ekonomi nasional dalam menyambut era globalisasi
ekonomi dengan langkah-langkah nyata. Dalam hal ini,
peningkatan pendidikan dan pelatihan, percepatan alih
teknologi serta pengurangan ketergantungan kepada
pihak luar, merupakan upaya-upaya penting dan
mendesak untuk mengoptimalkan kemampuan yang
telah ada. Disamping itu, peran pemerintah melalui
berbagai kebijakan publik untuk menciptakan iklim
usaha yang kondusif bagi perkembangan industri kecil
dan menengah juga memegang peran vital untuk
mendorong lebih lanjut proses transformasi ekonomi
demi kepentingan dan kesejahteraan masyarakat
Indonesia.
Terlepas dari semua itu bahwa Pada dasarnya suatu
perubahan pada bidang tertentu akan membawa dampak
kepada perubahan di bidang lainnya. Dalam konteks
globalisasi saat ini, perubahan yang paling mendasar
memang melanda sektor ekonomi, dimana membawa
akibat kepada perubahan sektor sosial, tenaga kerja,
maupun sektor-sektor lainnya. Sesuai dengan hukum
perubahan yang mengatakanbahwa tidak ada sesuatu
yang abadi kecuali perubahan itu sendiri, maka
terjadinya transformasi struktural perekonomian jelas
tidak bisa ditolak.

100
Akan tetapi dengan beberapa langkah sebagaimana
dikemukakan diatas, diharapkan proses transformasi
tersebut tidak akan menjerumuskan bangsa Indonesia
kepada kondisi daya saing yang lemah, sebaliknya
mampu memperbaiki kinerja ekonomi Indonesia yang
telah lama diragukan banyak pihak. Dengan demikian,
proses transformasi perekonomian tadi pada hakekatnya
merupakan stimulator bagi bangsa Indonesia untuk
menghilangkan berbagai hambatan internal yang ada,
sekaligus menjawab tantangan-tantangan eksternal yang
muncul secara efisien.

101
BAB VIII
ANALISA KEBIJAKAN TRANSFORMASI
STRUKTURAL
A. Pengertian Transformasi Struktural
Transformasi struktural merupakan suatu proses
yang terjadi pada masa transisi dari sistem ekonomi
tradisional ke sistem ekonomi modern. Dalam proses
ini, meningkatnya pendapatan dapat mengakibatkan
meningkatnya akumulasi modal fisik dan kualitas
manusia, dan pergeseran komposisi permintaan,
perdagangan, produksi serta pemanfaatan tenaga kerja.
Transformasi struktural tidak hanya ditentukan oleh
peningkatan pendapatan tetapi juga ditentukan oleh
perbaikan distribusi pendapatan. Peningkatan
pendapatan dari golongan berpendapatan rendah akan
meningkatkan permintaan terhadap barang-barang dan
jasa produksi sektor padat karya di dalam negeri
sehingga akan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Sasaran tranformasi struktural adalah
meningkatnya peranan ekonomi rakyat yang
dicerminkan oleh meningkatnya peranan sektor
ekonomi produktif yang menjamin distribusi
pendapatan.
lima tahapan pertumbuhan ekonomi yang
didasarkan pada pergeseran distribusi tenaga kerja yaitu
(1) masyarakat primitif;
(2) masyarakat penggembala ternak;
(3) masyarakat pertanian;
(4) masyarakat pertanian manufaktur;

102
(5) masyarakat manufaktur-perdagangan

Clark (1951) berpendapat bahwa pertumbuhan


ekonomi yang disertaidengan transformasi dapat
dicapai dengan cara:
(1) Meningkatkan produktvitas pada setiap
sektor dan mengalihkantenaga kerja dari
sektor dengan produktivitas rendah ke
sector dengan produktivitas tinggi.
(2) Penurunan penyerapan tenaga kerja di sektor
pertanian antara laindisebabkan oleh:
(i) Produk marjinal sektor pertanian
semakin turun
(ii) Harga relatif barang-barang pertanian
terhadap barang- barang nonpertanian
semakin menurun.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan
produktivitas sektor pertanian dan pro
uktivitas tenaga kerja, diperlukan
kebijakan untuk dapat menggeser tenaga
kerja dari sektor yang produktivitasnya
rendah (pertanian) ke sektor dengan
produktivitas tinggi (industri).
Model Todaro mengemukakan bahwa pergeseran
tenaga kerja terjadi dalam dua tahap.
1. Tahap pertama, tenaga kerja dari sektor
pertanian bergeser kepada sektor yang
mempunyai produktivitas marjinal yang
sama dengan sektor pertanian yaitu sektor
jasa informal.
2. Tahap kedua, tenaga kerja yang berada di
103
sektor jasa informal akan berpindah ke sektor
industri (Paauw, 1992 dalam
Budiharsono,1996).
Indonesia memiliki potensi pembangunan paling
lengkap dan luar biasa besarnya untuk menjadi bangsa
yang maju, sejahtera, dan berdaulat.
1. Pertama berupa 255 juta jiwa penduduk
(terbanyak keempat di dunia) dengan jumlah
kelas menengah yang cukup banyak (65 juta
orang) merupakan human capital dan
potensi pasar domestik yang sangat besar.
2. Kedua, kekayaan alam yang begitu beragam
dan besar, baik yang terdapat di daratan,
apalagi di lautan.
3. Ketiga, posisi geoekonomi yang sangat
strategis, dimana 45% dari seluruh barang
yang diperdagangkan di dunia dengan nilai
1.500 trilyun dolar AS per tahun dikapalkan
melalui laut Indonesia
Pada dasarnya bangunan ekonomi suatu negara
tersusun dari sektor primer, sekunder, dan tersier.

1. Sektor primer mencakup sektor-sektor ekonomi


yang menghasilkan komoditas mentah dengan
cara mengekstraksi SDA dari ekosistem alam
(seperti penangkapan ikan, penebangan pohon
hutan, dan pertambangan) atau dengan
membudidayakan tanaman, hewan, ikan, dan
organisme lainnya, seperti pertanian, perkebunan,
hutan tanaman industri, peternakan, dan
perikanan budidaya. Dalam khasanah
pembangunan Indonesia, sektor primer terdiri
Dari pertanian, kehutanan, kelautan dan perikanan, dan
104
ESDM.

2. Sektor sekunder adalah industri manufakturing


yang meliputi industri pengolahan SDA,
bioteknologi, elektronik, otomotif, mesin dan
peralatan mesin, kimia, teknologi informasi
(hardwares dan softwares), nanoteknologi, dan
lainnya.
3. Sektor tersier mencakup semua sektor jasa
(seperti kesehatan, pendidikan, riset dan
pengembangan, perdagangan, keuangan,
transprotasi, konstruksi, perumahan, dan
konsultansi), pariwisata, dan ekonomi kreatif.

bahwa Indonesia belum berhasil melakukan


transformasi struktural ekonominya. Sektor sekunder
dan tersier belum secara signifikan menyerap surplus
tenaga kerja dari sektor pertanian. Akibatnya terjadi
involusi pertanian, yang tercermin dari semakin
menurunnya pendapatan petani dan nelayan dari waktu
ke waktu.

kita harus terus menerus meningkatkan kualitas


SDM melalui perbaikan dan peningkatan pelayanan
kesehatan, pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan bagi
seluruh rakyat secara sistematis dan berkesinambungan.
Dengan demikian, kapasitas dan akhlak SDM akan
mampu menjalankan pembangunan ekonomi seperti
diuraikan diatas menuju Indonesia yang maju, adil-
makmur, dan berdaulat.

105
BAB IX
PENDAPATAN NASIONAL

A. Pengertian Pendapatan Nasional


Pendapatan menurut KBBI adalah hasil kerja
(usaha). Bila dihubungkan dengan ilmu ekonomi,
pendapatan adalah sesuatu yang diterima seseorang
sebagai hasil kerja (usaha) dan imbalan atas penyediaan
faktor-faktor produksi yang dapat berupa gaji, upah,
sewa, bunga, atau laba. Bila setiap individu, keluarga
atau perusahaan mempunyai pendapatan, negara juga
memiliki pendapatan, yang dikenal dengan istilah
pendapatan nasional. Besarnya pendapatan nasional
yang diperoleh pemerintah digunakan sebagai alat ukur
kemakmuran negara tersebut dari waktu ke waktu.
Selain itu, pendapatan nasional juga dapat digunakan
sebagai pembanding tingkat perekonomian dengan
negara lain.
Pendapatan nasional menggambarkan tingkat
produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu
negara dalam kurun waktu satu tahun tertentu. Dengan
demikian pendapatan nasional mempunyai peran
penting dalam menggambarkan tingkat kegiatan
ekonomi yang dicapai serta perubahan dan
pertumbuhannya dari tahun ke tahun. Kegiatan
perekonomian negara dalam menghasilkan barang dan
jasa yang dibutuhkan masyarakat, merupakan upaya
pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat. Aktivitas tersebut melibatkan
individu, keseluruhan masyarakat baik pemerintah,
106
swasta, dan rumah tangga. Setiap negara akan
mengumpulkan berbagai informasi mengenai kegiatan
ekonominya agar secara kontinu dapat diperhatikan
perubahan-perubahan tingkat dan corak kegiatan
ekonomi yang berlaku.
Salah satu informasi penting yang akan
dikumpulkan adalah data mengenai pendapatan
nasionalnya. Setiap negara akan mewujudkan suatu
sistem penghitungan pendapatan nasional yang
dinamakan national income accounting system atau
sistem penghitungan pendapatan nasional.
B. Konsep Pendapatan Nasional
Dalam menjelaskan konsep pendapatan nasional
akan ditemui beberapa istilah yang dianggap sama
meskipun sebenarnya tidak demikian. Istilah yang
paling dominan tentang pendapatan nasional antara lain
istilah PDB, GNP, dan NNI, kemudian istilah lain yang
sekarang ini sering muncul adalah PDRB. Keempatnya
merupakan istilah yang menunjukkan pendapatan
nasional suatu negara, namun demikian instrumen yang
digunakan untuk masing-masing negara berbeda
sehingga akan memiliki arti yang berbeda pula untuk
penggunaan istilah-istilah tersebut. Selain istilah di atas,
ada istilah lain yang merupakan penggambaran konsep
pendapatan nasional, antara lain NNP, PI, dan DI. Ada
perbedaan yang mendasar dari istilah- istilah tersebut di
atas. Di bawah ini akan dibahas tentang perbedaan di
antara istilah-istilah pendapatan nasional, sebagai
berikut.

107
1. Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross
Domestic Product (GDP)
Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross
Domestic Product (GDP) adalah jumlah dari
seluruh produksi barang dan jasa yang dihasilkan
oleh suatu negara selama satu tahun termasuk di
dalamnya barang dan jasa yang dihasilkan oleh
orang asing dan perusahaan asing yang
beroperasi di dalam negeri. Tetapi tidak termasuk
hasil barang dan jasa yang dihasilkan oleh
masyarakat Negara tersebut yang bekerja di luar
negeri (misal untuk Indonesia TKI atau TKW
yang bekerja di Luar negeri). Ada sembilan
lapangan usaha yang masuk dalam perhitungan
Produk Domestik Bruto (PDB), antara lain:
a. Pertanian;
b. Pertambangan dan penggalian;
c. Industri;
d. Listrik, gas dan air bersih;
e. Bangunan atau konstruksi;
f. Perdagangan, hotel dan restoran;
g. Pengangkutan dan komunikasi;
h. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan;
i. Jasa-jasa lainnya, misalkan jasa konsultan, pengacara,
dll.

108
2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
adalah jumlah produk berupa barang dan jasa
yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang ada
di daerah selama 1 (satu) tahun. Dalam
perhitungan PDRB ini juga termasuk produk
yang dihasilkan oleh perusahaan asing yang
beroperasi di daerah tersebut.
Keberadaan perusahaan-perusahaan baik
nasional maupun multi nasional yang
menghasilkan nilai barang/jasa akhir secara
tidak langsung juga akan membawa pengaruh
bagi perolehan pendapatansuatu daerah. Struktur
perekonomian suatu daerah baik provinsi atau
kabupaten akan mempengaruhi atau juga
dipengaruhi oleh jumlah perusahaan-perusahaan
yang beroperasi di daerah yang bersangkutan.
Semakin tinggi nilai barang dan jasa akhir yang
dihasilkan perusahaan-perusahaan yang ada di
daerah-daerah provinsi atau kabupaten maka
akan semakin tinggi pula perolehan PDRB-nya
dan nantinya pertumbuhan ekonomi suatu
daerah juga akan mengalami peningkatan.
Peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah
melaluipeningkatan PDRB akan memacu
peningkatan pertumbuhan perekonomian
nasional.

109
3. Produk Nasional Bruto (PNB) atau Gross
National Product (GNP)
Produk Nasional Bruto (PNB) atau Gross
National Product (GNP) adalah jumlah seluruh
barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat
selama satu tahun termasuk di dalamnya jumlah
barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat
Negara tersebut yang bekerja di luar negeri tetapi
tidak diperhitungkan barang dan jasa yang
dihasilkan masyarakat asing yang bekerja di
dalam negeri. Jika dirumuskan sebagai berikut:
GNP = GDP - Pendapatan Neto terhadap Luar Negeri

Ada tingkat perbandingan yang bisa


dilakukan antara GDP dan GNP untuk
mengetahui kondisi perekonomian suatu negara,
antara lain:
a. Bila GDP lebih besar dari GNP
menunjukkan bahwa perekonomian
negara tersebut belum maju, karena akan
terjadi net factor income to abroud
(pendapatan neto ke luar negeri) artinya
investasi negara tersebut di luar negeri
lebih kecil dari pada investasi asing di
dalam negeri.
b. Bila GDP lebih kecil dari pada GNP
menunjukkan bahwaperekonomian negara
tersebut sudah maju, karena negara
tersebut mampu menanamkan
investasinya di luar negeri lebih besar
dibandingkan investasi asing di dalam
110
negeri.
4. Produk Nasional Neto (PNN) atau Net National
Product (NNP) Produk Nasional Neto
(PNN) atau Net National Product (NNP)
adalah produksi nasional kotor (GNP) dikurangi
penyusutan barang- barang modal. NNP ini sama
dengan pendapatan nasional (PN) atau national
income (NI). NNP dan NI ini dihitung
berdasarkan harga pasar yang sering dirumuskan:

NNP = GNP - Penyusutan Barang - Barang Modal

5. Pendapatan Nasional Neto (PNN) atau Net


National Income (NNI)
Pendapatan Nasional Neto (PNN) atau Net
National Income (NNI) adalah produksi nasional
neto dikurangi dengan pajak tidak langsung.
Pajak tidak langsung merupakan unsur
pembentuk harga pasar, tetapi tidak termasuk
dalam biaya faktor produksi. Pajak ini dapat
dialihkan kepada pihak lain, yang termasuk
dalam kategori pajak tidak langsung adalah pajak
penjualan , PPN, bea masuk, dan cukai.

NNI = NNP - ajak Tidak Langsung

111
6. Pendapatan Perseorangan (PI) atau Personal
Income (PI)
Pendapatan Perseorangan (PI) atau
Personal Income (PI) adalah Pendapatan yang
berhak diterima oleh seseorang sebagai bentuk
balas jasa atas keikutsertaannya dalam proses
produksi. Tidak semua pendapatan ini sampai
ke tangan pemilik faktor produksi
(perseorangan) , karena masih dikurangi laba
yang tidak dibagikan, pajak perseorangan,
asuransi, jaminan sosial dan ditambah dengan
pindahan atau transfer (transfer payment)
misalnya dana pensiun, iuran sosial, tunjangan
bekas pejuang, bantuan korban bencana, bea
siswa, subsidi pemerintah atau bantuan pada
panti asuhan dan sebagainya. Pendapatan ini
dirumuskan sebagai berikut:
PI = (NNI + Transfer Payment) - (Laba yang Tidak
Dibagikan +Pajak Perseroan + Asuransi

7. Pendapatan Bebas (PB) atau Disposible Income


(DI)
Pendapatan Bebas (PB) atau Disposible
Income (DI) adalah pendapatan dari seseorang
yang siap digunakan baik untuk keperluan
konsumsi maupun untuk ditabung Pendapatan
bebas (DI) secara langsung akan
mempengaruhi permintaan karena sebagian
digunakan untuk konsumsi dan sebagian lagi

112
digunakan untuk tabungan sebagai unsur
pembentuk modal.
Besarnya pendapatan bebas ini adalah
pendapatan perseorangan dikurangi dengan
pajak langsung (misal pajak penghasilan).
Pendapatan ini dirumuskan sebagai berikut :
DI = PI - Pajak Langsung

C. Metode Perhitungan Pendapatan Nasional


Berdasarkan arus kegiatan ekonomi negara,
penghitungan pendapatan nasional dapat dilakukan
dengan tiga (3) metode pendekatan, antara lain.
Metode Pendekatan Pendapatan
Dalam metode ini cara yang dilakukan
adalah dengan menjumlahkan seluruh
pendapatan yang diterima masyarakat sebagai
pemilik faktor produksi atas penyerahan faktor
produksinya kepada perusahaan.

Faktor Produksi Pendapatan Simbol


Tanah Sewa r (rent)
Tenaga kerja Upah/gaji w (wages)
Modal Bunga i (interest)
Skill Laba p (profit)

Untuk mencari besarnya pendapatan


nasional dirumuskan:

Y=r+w+i+p

113
8. Metode Pendekatan Produksi
Perhitungan pendapatan nasional dengan
metode produksi dilakukan dengan cara
menjumlahkan nilai tambah (value added)
yang diwujudkan oleh berbagai sektor dalam
perekonomian, antara lain:
a. Pertanian, peternakan, kehutanan dan
perikanan;
b. Pertambangan dan penggalian;
c. Industri pengolahan;
d. Listrik, gas dan air bersih;
e. Bangunan;
f. Perdagangan, restoran, dan hotel;
g. Pengangkutan dan komunikasi;
h. Keuangan, persewaan bangunan dan jasa
perusahaan; serta
i. Jasa-jasa.
Sebagai contoh, untuk memproduksi
kemeja harus diproduksi terlebih dahulu kain,
benang, dan kapas. Jika menjumlahkan nilai
akhir produksi tiap-tiap komponen maka akan
terjadi penghitungan ganda (double
accounting). Hal ini disebabkan karena dalam
nilai akhir kemeja sudah terkandung nilai kain,
dalam nilai akhir kain sudah terkandung nilai
akhir benang, dan seterusnya.

114
Oleh karena itulah untuk memperoleh total
produk yang dihasilkan suatu negara harus
dilihat dari nilai tambahnya. Dengan adanya
perhitungan nilai tambah tersebut maka akan
terhindar dari adanya perhitungan ganda.
Dengan demikian metode ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:

Y = NTB1 + NTB2 + NTB3 + ……… NTBn

Keterangan:
Y = Pendapatan nasional
NTB = Nilai tambah dari tiap-tiap sektor
ekonomi
9. Metode Pendekatan Pengeluaran
Untuk mengetahui besarnya pendapatan
nasional dengan metode ini maka dilakukan
dengan cara menjumlahkan seluruh
pengeluaran masyarakat dari tiap-tiap rumah
tangga yang ada. Adapun pengeluaran yang
dihitung bukan berasal dari nilai transaksi
barang jadi, hal ini dimaksudkan untuk
menghindari perhitungan ganda. Empat sektor
Rumah tangga sebagai pelaku ekonomi yang
digunakan sebagai acuan dalam menghitung
pengeluaran adalah:
a. Rumah Tangga Konsumen
Nilai belanja atau pengeluaran yang
dilakukan rumah tangga konsumen untuk
membeli berbagai jenis kebutuhan dalam
satu tahun tertentu disebut pengeluaran
115
konsumsi rumah tangga dan ditulis dengan
huruf C (consumption).
b. Rumah Tangga Produsen atau Perusahaan
Pengeluaran pada rumah tangga ini
dilakukan sebagai pembentukan barang dan
jasa yang digunakan untuk menghasilkan
barang dan jasa lebih lanjut atau yang
diistilahkan dengan investasi (I).
c. Rumah Tangga Pemerintah
Pengeluaran investasi oleh
pemerintah maupun swasta nantinya oleh
pemerintah dimasukkan dalam komponen
pembentukan modal tetap domestik bruto
dan komponen perubahan stok yang
diistilahkan goverment expenditure (G).
d. Rumah Tangga Luar Negeri/Ekspor Bersih
Pengeluaran untuk rumah tangga ini
merupakan selisih dari nilai ekspor
terhadap nilai impor yang dilakukan oleh
suatu negara dalam kegiatan perdagangan
internasional atau ekspor-impor (X-M).
Pengeluaran-pengeluaran dari keempat
sektorperekonomian itulah yang merupakan
komponen pendapatan nasional. Sehingga
perhitungan pendapatan nasional ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Y = C + I + G + (X - M)

Keterangan:
Y = Pendapatan nasionalC = Konsumsi
I = Investasi
G = Pengeluaran pemerintah (government
116
expenditure)
X = Ekspor
M = Impor

10. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komponen


Pendapatan Nasional Komponen pendapatan
nasional sebagai unsur pembentuk
pendapatan nasional dilihat dari sumbernya
terdiri dari konsumsi (C) dan Investasi (I)
sehingga persamaan matematiknya Y = C + I.
Sedangkan dilihat dari penggunaannya
komponen pendapatan nasional terdiri
konsumsi (C) dan tabungan (S) dan persamaan
matematisnya Y = C + S.
a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Komponen Konsumsi Komponen konsumsi
dipengaruhi oleh:
1) Besarnya pendapatan bersih atau neto.
2) Tingkat komposisi rumah tangga (usia
dan jumlah).
3) Tuntutan lingkungan (geografis dan
sosial).
4) Dugaan untuk masa depan (naik
turunnya harga).
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Komponen Tabungan Komponen tabungan
dipengaruhi oleh:

117
1) Tingkat pendapatan dan tingkat
konsumsi masyarakat.
2) Motif berjaga-jaga dari masyarakat
untuk waktu yang akandatang.
3) Tingkat suku bunga bank untuk tabungan.

c. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Komponen
Investasi Komponen investasi
dipengaruhi oleh:
1) Tingkat suku bunga bank untuk modal.
2) Kekuatan permintaan di pasar terhadap
barang dan jasa.
3) Tingkat perkembangan teknologi yang
mampu menjaminefisiensi produksi.

D. Manfaat Penghitungan Pendapatan Nasional


Penghitungan pendapatan nasional bertujuan
mendapatkan taksiran yang akurat mengenai nilai
barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara
selama satu tahun. Manfaat-manfaat dilakukannya
penghitungan pendapatan nasional itu, antara lain
sebagai berikut.
11.Menjadi Sumber Informasi bagi Pemerintah
a. Data Pendapatan Nasional
Data pendapatan nasional digunakan
oleh pemerintah untuk menilai efektivitas
kebijakan-kebijakan yang telah diambil.
Misalnya, untuk menilai pengaruh
kebijakan perubahan tingkat pajak terhadap
pengeluaran masyarakat suatu negara.
118
b. Kecenderungan (Trend) Perkembangan
Pendapatan Nasional Kecenderungan
(trend) perkembangan pendapatan nasional
digunakan oleh pemerintah untuk
mengidentifikasimasalah dan merencanakan
program untuk menanggulangi masalah
tersebut. Misalnya, kenaikan pendapatan
nasional diikuti dengan peningkatan
keinginan masyarakat untuk membeli lebih
banyak mobil pribadi. Kenaikan jumlah
mobil pribadi akan menimbulkan masalah
berupa tidak memadainya lagi lebar jalan
raya yang tersedia. Oleh karena itu,
pemerintah perlu merencanakan program
pelebaran jalan lebih dini.
12. Mengetahui Struktur Perekonomian
Dari penghitungan PNB, dapat diketahui
struktur perekonomian suatu negara. Misalnya,
jika sumbangan terhadap pendapatan nasional
lebih besar daripada sektor industri, struktur
perekonomian negara tersebut bergerak ke
negara industri.
13. Mengetahui Perekonomian Antardaerah
Dengan membandingkan produksi
pendapatan daerah dan jumlah penduduk daerah
masing-masing, akan diketahui kehidupan
ekonomi daerah yang satu berbeda dengan
daerah lainnya.

119
14. Memperkirakan Perubahan Pendapatan Riil
Penghitungan pendapatan nasional
memungkinkan suatu negara mengetahui
perubahan pendapatan riil penduduknya.
15. Membandingkan Kemajuan Ekonomi
Antarnegara
Perhitungan pendapatan nasional
memungkinkan dilakukannya perbandingan
kemajuan ekonomi antarnegara. Perbandingan
itu bisa dilaksanakan berdasarkan wilayah,
misalnya antarnegara ASEAN, antarnegara
maju, atau antarnegara berkembang.
C. Usaha Meningkatkan Pendapatan Nasional
Usaha yang sesuai untuk meningkatkan
pendapatan nasional, yaitu dengan beberapa cara yang
dianggap cocok antara lain sebagai berikut:
1. Meningkatkan pembangunan nasional di segala
bidang, khususnya sektor ekonomi tanpa harus
meninggalkan aspek-aspek kepribadian bangsa.
2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia
melalui peningkatan mutu pendidikan nasional
dan pemberian pelatihan-pelatihan.
3. Memberikan kesempatan kepada perusahaan-
perusahaan swasta untuk bisa
mengembangkan usahanya bagi terciptanya
kemajuan ekonomi.

120
4. Mendorong dan meningkatkan perkembangan
industri kecil dan rumah tangga sebagai
penopang sekaligus mitra bagi pergerakan
industri menengah dan industri besar.
5. Membuka dan meningkatkan kesempatan
untuk berinvestasi bagi para pemilik modal
baik lewat PMDN maupun lewat PMA.

121
BAB X
KEBIJAKAN FISKAL

A. Pengertian Kebijakan Fiskal

Pengertian Kebijakan Fiskal Adalah Konsep


Pengelolaan Ekonomi Diperkenalkan Oleh John
Maynard Keynes, Yang Kemudian Umum Dipakai
Dunia Sejak Peristiwa Depresiasi Besar (Great
Depression) Terjadi Pasca Perang Dunia I Tahun 1929.
Menurut Keynes, Pemerintah Suatu Negara Sebenarnya
Punya Hak Mengatur Pengeluaran Dan Pemasukan
Sebuah Negara Dengan Menetapkan Pajak Dan
Membuat Kebijakan Demi Ekonomi Makro Negara.
Dari Segi Definisinya, Pengertian Kebijakan Fiskal
Adalah Kebijakan Yang Diambil Pemerintah Demi
Menjaga Pemasukan Dan Pengeluaran Negara Tetap
Stabil Sehingga Perekonomian Negara Bisa Bertumbuh
Baik. Lebih Spesifik Lagi, Menurut Ojk Pengertian
Kebijakan Fiskal Adalah Kebijakan Tentang
Perpajakan, Penerimaan, Utang Piutang, Dan Belanja
Pemerintah Dengan Tujuan Ekonomi Tertentu.
Penerapan Kebijakan Fiskal Di Indonesia Sudah
Ada Sejak Zaman Penjajahan Belanda, Melalui
Indische Comptabiliteitswet Tahun 1944. Undang-
Undang Tersebut Kemudian Diadaptasi Pemerintah
Guna Menyusun Kebijakan Fiskal Di Indonesia Mulai
Proklamasi Sampai Tahun 1997 - 2003.

122
Pasca Tahun 2003 Hingga Saat Ini, Kebijakan Fiskal Di
Indonesia Sudah Tidak Disadur Lagi Dari Icw 1944,
Melainkan Berdasarkan Pada Analisa Perekonomian
Negara Dengan Berlandaskan Pada Uud 1945. Pihak
YangMemiliki Wewenang Membuat Kebijakan Fiskal
Di Indonesia Adalah Kementerian Keuangan Ri
Bersama-Sama Dengan Presiden.

A. Tujuan
Pada Dasarnya, Kebijakan Fiskal Bertujuan Untuk
Memengaruhi Jumlah Total Pengeluaran Masyarakat,
Pertumbuhan Ekonomi Dan Jumlah Seluruh Produksi
Masyarakat, Banyaknya Kesempatan Kerja Dan
Pengangguran, Tingkat Harga Umum Dan Inflasi, Serta
Menstabilkan Perekonomian Dengan Cara Mengontrol
Tingkat Bunga Dan Jumlah Uang Yang Beredar.
Tujuan Dari Kebijakan Fiskal Menurut John F.
Due,Yaitu:

1) Untuk Meningkatkan Produksi Nasional


(Pdb) Dan Pertumbuhan Ekonomi Atau
Memperbaiki Keadaan Ekonomi.
2) Untuk Memperluas Lapangan Kerja Dan
Mengurangi Pengangguran Atau
Mengusahakan Kesempatan Kerja
(Mengurangi Pengangguran), Dan
Menjaga Kestabilan Hargaharga Secara
Umum.

123
3) Untuk Menstabilkan Harga-Harga Barang
Secara Umum, Khususnya Mengatasi
Inflasi. Dalam Hal Ini Peneliti Lebih
Memfokuskan Pada Tujuan Yang Ketiga
Yaitu Untuk Menstabilkan Harga-Harga
Barang Secara Umum, Khusunya
Mengatasi Inflasi.
Jika Harga-Harga Umum Yang Terus-Menerus
Meningkatkan Pada Suatu Saat Dan Tingkat Tertentu
Hanya Akan Menguntungkan Para Pelaku Bisnis. Jadi,
Bila Harga-Harga Umum Terus Menunjukkan
Kenaikan Yang Tajam (Menimbulkan Inflasi) Hanya
Akan Menguntungkan Segelintir Pelaku Bisnis Dan
Akan Menyulitkan Masyarakat, Terutama Bagi Orang
Yang Berpenghasilan Tetap.
Keadaan Inflasi Yang Tidak Terkendali Pada
Akhirnya Akan Menjadi Boomerang Pada Dunia Usaha
Karena Investasi Produktif Akan Semakin Berkurang.
Berkurangnya Investasi Prodiktif Ini Terjadi Ebagai
Akibat Bealihnya Investasi Terhadap Barang-Barang
Yang Tahan Inflasi (Against Inflation Goods) Seperti
Tanah, Tanah Dan Bangunan, Dan Logam Mulia.

B. Jenis-Jenis
Kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah yang
terbagi menjadi beberapa kategori. Selengkapnya
tentang jenis kebijakan fiskal adalah sebagai berikut:

124
1. Dari Segi Teoretis
Dari segi teoretis, jenis kebijakan fiskal di
Indonesia terbagi 3, yaitukebijakan fiskal
fungsional, terencana, dan insidental.
a. Kebijakan Fiskal Fungsional
Pengertian kebijakan fiskal fungsional
adalah kebijakan yang diambil demi
meningkatkan kualitas ekonomi secara
makro, dengan dampak yang baru terlihat
dalam jangka panjang.Contoh kebijakan
fiskal fungsional misalnya pemberian
beasiswa kuliah, bantuan pendanaan start-
up, dan sebagainya.
b. Kebijakan Fiskal Disengaja/Terencana
Kebijakan fiskal disengaja adalah
kebijakan manipulasi anggaran negara.
Fungsi kebijakan fiskal satu ini adalah
untuk menghadapi masalah tertentu,
misalnya pandemi dan krisis ekonomi.
Contoh kebijakan fiskal disengaja adalah
alokasi APBN bagi sektor kesehatan di
masa pandemi dan relaksasipajak usaha.
c. Kebijakan Fiskal Tak Disengaja/Insdental
Kebijakan fiskal tak disengaja yaitu
kebijakan berupa penetapan
keputusan/aturan untuk melindung
stabilitas ekonomi sektor non-pemerintah,
contohnya penetapan harga eceran
tertinggi.

125
2. Dari Segi Penerapan
Jenis kebijakan fiskal dari segi
implementasinya ada 2, yaitukebijakan fiskal
ekspansif dan kontraktif.

a. Kebijakan Fiskal Ekspansif


Pengertian kebijakan fiskal ekspansif
adalah kebijakan yang diambil
pemerintah saat ekonomi melemah
dengan menaikkan anggaran belanja serta
menurunkan atau meniadakan pajak bagi
sektor tertentu. Fungsi kebijakan fiskal
ekspansif adalah demi meningkatkan
daya beli barang, sehingga perusahaan
tetap bisa melakukan produksi tanpa
memecat pekerja.
b. Kebijakan Fiskal Kontraktif
Jenis kebijakan fiskal dari segi penerapan
berikutnya adalah kebijakan fiskal
kontraktif, kebijakan menurunkan belanja
pemerintah dan menaikkan pajak. Fungsi
kebijakan fiskal satu ini adalah untuk
mencegah inflasi dan mengurangi rasio
gini.

126
3. Dari Segi Neraca Pembayaran
Jenis kebijakan fiskal dari segi neraca terbagi 4,
yaitu kebijakan fiskalseimbang, surplus, defisit,
dan dinamis.

a. Kebijakan Fiskal Seimbang


Kebijakan fiskal satu ini diambil untuk
menjaga keseimbangan pemasukan dan
pengeluaran negara. Fungsi kebijakan
fiskal satu ini adalah agar negara tidak
punya terlalu banyak hutang. Meski
terdengar positif, regulasi fiskal seimbang
memiliki risiko besar, karena tidak semua
negara punya kemampuan memenuhi
seluruh kebutuhan warganya.
b. Kebijakan Fiskal Surplus
Pengertian kebijakan fiskal surplus adalah
jenis kebijakan fiskal yang diambil ketika
pemasukan lebih banyak dari
pengeluaran. Fungsi kebijakan fiskal
surplus adalah demi mencegah terjadinya
inflasi.
c. Kebijakan Fiskal Defisit
Kebalikan dari jenis kebijakan fiskal
surplus, kebijakan fiskal defisit adalah
regulasi fiskal guna mengatasi
kekurangan pemasukan dibanding
pengeluaran. Salah satu contoh
kebijakan fiskal defisit adalah utang luar
negeri.

127
d. Kebijakan Fiskal Dinamis
Jenis kebijakan fiskal terakhir dari segi
penerapan adalah regulasi fiskal dinamis,
yaitu kebijakan ekonomi yang diambil
sewaktu-waktu saat negara
membutuhkan.
C. Instrumen Kebijakan Fiskal
1. Pembiayaan Fungsional
Pembiayaan pengeluaran pemerintah ditentukan
sedemikian rupa sehingga tidak langsung
berpengaruh terhadap pendapatan nasional. Tujuan
utamanya adalah meningkatkan kesempatan kerja.
Penerimaan pemerintah dari sektor pajak bukan
untuk meningkatkan penerimaan pemerintah,
melainkan untuk mengatur pengeluaran dari pihak
swasta.
Untuk menekan inflasi, diatasi dengan
kebijakan pinjaman. Jika sektor pajak dan pinjaman
tidak berhasil, tindakan pemerintah adalah mencetak
uang. Jadi, dalam hal ini sektor pajak dengan
pengeluaran pemerintah terpisah.
Beberapa hal yang penting dari kebijakan ini
antara lain sebagai berikut:

• Pajak dipakai untuk mengatur pengeluaran


swasta bukan untuk penerimaan pemerintah.
Jadi, apabila dalam perekonomian masih ada
pengangguran, pajak tidak diperlukan.

• Apabila terjadi inflasi yang berlebihan,


128
pemerintah melakukan pinjaman luar negeri
untuk mendanai penarikan dana yang tersedia
dalam masyarakat.
• Apabila pajak dan pinjaman dirasa tidak tepat,
pemerintah melakukan pinjaman dalam negeri
dalam bentuk pencetakan uang.

2. Pengelolaan Anggaran
Penerimaan dan pengeluaran dengan perpajakan
dan pinjaman adalah paket yang tidak bisa
terpisahkan. Dalam penjelasan Alvin Hansen, untuk
menciptakan anggaran yang berimbang diperlukan
resep. Jika terjadi depresi, ditempuh anggaran defisit
dan jika terjadi inflasi, ditempuh anggaran belanja
surplus.
Menurut kebijakan ini yang terpenting adalah sebagai
berikut:

• Terdapat hubungan langsung antara belanja


pemerintah dan penerimaan pajak serta
penyesuaian anggaran untuk memperkecil
ketidakstabilan ekonomi.
• Dalam masa depresi di mana banyak
pengangguran, mengurangi belanja pemerintah
merupakan salah-satunya jalan terbaik untuk
mengatasinya.

129
3. Stabilitas Anggaran Otomatis
Dalam stabilitas anggaran ini, diharapkan terjadi
keseimbangan antara pengeluaran dan penerimaan
pemerintah tanpa adanya campur tangan langsung
pemerintah yang disengaja. Dalam hal ini,
pengeluaran pemerintah ditekan pada asas manfaat
dan biaya relatif dari setiap paket program. Pajak
ditetapkan sedemikian rupa sehingga terdapat
anggaran belanja surplus dalam kesempatan kerja
penuh.
Dalam kebijakan ini hal yang diterapkan adalah
sebagai berikut:

• Dalam periode kesempatan kerja penuh pajak


akan diusahakan surplus.
• Apabila dalam perekonomian terjadi
kemunduran ekonomi, program pajak tidak
diubah, tetapi konsekuensinya penerimaan pajak
menurun dan pengeluaran pemerintah semakin
besar.

4. Anggaran Belanja Seimbang


Kebijakan anggaran belanja yang dianut masing-
masing negara dapat berbeda-beda, tergantung pada
keadaan dan arah yang akan dicapai dalam jangka
pendek dan jangka panjangnya.

130
Berikut beberapa cara yang dapat ditempuh
negara dalam mencapai manfaat tertinggi dalam
pengelolaan anggaran:

• Anggaran berimbang, artinya pengeluaran


(belanja pemerintah) sama besarnya dengan
penerimaan, keadaan seperti ini dapat
menstabilkan ekonomi dan anggaran. Dalam hal
ini, pengeluaran disesuaikan dengan
kemampuan.
• Anggaran surplus, artinya tidak semua
penerimaan negara dibelanjakan sehingga
memungkinkan adanya tabungan pemerintah.
Anggaran ini tepat diterapkan saat keadaan
ekonomi mengalami inflasi.
• Anggaran defisit, artinya anggaran disusun
sedemikian rupa sehingga pengeluaran lebih
besar daripada penerimaan. Anggaran ini dapat
mengakibatkan inflasi karena untuk menutupi
inflasi, pemerintah harus meminjam atau
mencetak uang.
• Anggaran Pendapatan dan Belanda Negara (APBN)
sering disebut bujet. Bujet pada hakikatnya adalah
rencana kerja pemerintah yang akan dilakukan dalam
1 tahun yang dituangkan dalam angka-angka rupiah.
Pengertian dari anggaran belanja seimbang adalah
pemerintah menerapkan anggaran belanda defisit
pada masa krisis ekonomi dan anggaran surplus pada
masa inflasi.
131
D. Dampak Kebijakan Fiskal
Dampak kebijakan fiskal ekspansif terhadap
pendapatan, tingkat bunga dan nilai tukar bergantung
pada apakah kebijakan dilakukan secara permanen atau
temporer. Jika kebijakan dilakukan bersifat temporer,
pergeseran ke kiri kurva BOP relatif lebih luas, karena
perkiraan depresiasi dimasa depan juga sementara, dan
pergeseran kurva IS ke kiri juga relatif lebih kecil karena
surplus BOP relatif lebih kecil, kebijakan fiskal
ekspansif kemudian secara substantial dapat
meningkatkan pendapatan.
Namun jika kebijakan diperkirakan dilakukan secara
permanen, pergeseran kurva BOP ke kiri relatif lebih
kecil dan pergeseran kurva IS ke kiri relatif lebih besar
(Yarbrough & Yarbrough, 2002).

Contoh Kebijakan Fiskal


Sekarang Anda sudah paham apa itu kebijakan
fiskal, tujuan, jenis, dan instrumennya. Kali ini, kita akan
membahas beberapa contoh kebijakan fiskal di
Indonesia, di antaranya:

1. Tax Amesty
Contoh kebijakan fiskal di Indonesia pertama
yaitu tax amnesty, pembebasan pajak berupa
pengurangan atau peniadaan dalam kurun waktu
tertentu bagi masyarakat yang mau melaporkan
seluruh kekayaannya.

132
2. Subsidi BBM dan Gas
Contoh kebijakan fiskal yang kedua adalah
subsidi BBM dan gas. Tujuan kebijakan fiskal di
bidang bahan bakar ini adalah memperlancar
mobilitas dan transaksi ekonomi masyarakat.

3. Penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET)


Contoh terakhir kebijakan fiskal adalah
penetapan harga jual maksimum untuk barang
tertentu, yang disebut dengan kebijakan HET.
Barang dengan HET umumnya adalah obat-
obatan dansembako.

133
BAB XI
PENGERTIAN KEBIJAKAN MONETER
MENURUTPENDAPAT PARA AHLI

A. Berikut ini adalah pengertian kebijakan moneter


menurut para ahli diantaranya:
a) Muana Nanga : Pengertian kebijakan moneter
adalah kebijakan yang dilakukan oleh otoritas
moneter dengan mengendalikan jumlah uang
beredar dan tingkat suku bunga untuk
mempengaruhi tingkat permintaan agregat dan
mengurangi ketidakstabilan ekonomi.

b) Boediono Moneter : Kebijakan moneter adalah


tindakan pemerintah melalui Bank Sentral untuk
mempengaruhi dalam situasi makro yang
dilaksanakan yaitu dengan menyeimbangkan
jumlah uang beredar dengan penawaran barang
sehingga inflasi dapat dikendalikan, tercapainya
kesempatan kerja penuh dan kelancaran suplai
atau distribusi barang.

c) M. Natsir : Monetary policy adalah segala


tindakan atau upaya bank sentral untuk
mempengaruhi perkembangan variabel moneter
(uang beredar, nilai tukar, suku bunga, dan suku
bunga kredit) untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.

134
d) Perry Warjiyo : Kebijakan moneter adalah
kebijakan otoritas moneter atau bank sentral
dalam bentuk agregat moneter untuk mencapai
perkembangan kegiatan ekonomi yang dilakukan
dengan memperhatikan siklus aktivitas ekonomi,
sifat ekonomi suatu negara dan faktor ekonomi
fundamental lainnya.

B. TUJUAN KEBIJAKAN MONETER


Sebagaimana yang dijelaskan dalam UU No. 3
Tahun 2004 tentang Kebijakan Moneter Bank
Indonesia, tujuan kebijakan moneter yang utama yakni
menjaga kestabilan nilai rupiah. Demi mewujudkan hal
tersebut, banyak aspek yang berpengaruh dalam
pengambilan keputusan kebijakan moneter Bank
Indonesia. Di bawah ini berbagai tujuan kebijakan
moneteradalah berikut ini.
1. Menjamin Stabilitas Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi suatu negara harus
berjalan dengan terkontrol dan berkelanjutan.
Hal ini dapat diwujudkan melalui keseimbangan
arus barang/jasa dengan peredaran uang. Oleh
karena itu, tujuan kebijakan moneter adalah
menjaga stabilitas ekonomi melalui pengaturan
dan penetapan terkait peredaran uang di
masyarakat.
2. Mengendalikan Inflasi
Agar inflasi dapat ditekan, maka Bank Indonesia
menetapkan kebijakan bertujuan mengurangi
uang yang beredar di masyarakat dan menjaga
ketersediaan uang di bank. Sehingga, salah satu
135
tujuan kebijakan moneter adalah mengendalikan
inflasi.

3. Meningkatkan Lapangan Pekerjaan


Tujuan kebijakan moneter Bank Indonesia
berikutnya yaitu meningkatkan lapangan
pekerjaan. Kestabilan peredaran uang membuat
aktivitas produksi meningkat. Dengan naiknya
kegiatan produksi, maka diperlukan sumber daya
manusia dalam pengelolaannya.

4. Melindungi Stabilitas Harga Barang di Pasar


Tujuan kebijakan moneter diharapkan mampu
melindungi stabilitas harga pasar. Ketika harga
stabil maka menumbuhkan rasa percaya
masyarakat terhadap tingkat harga sekarang dan
di masa mendatang. Sehingga tingkat daya beli
antar periode tetap sama. Kestabilan harga ini
bisa diatur melalui keseimbangan peredaran
uang, permintaan barang, dan produksi barang.

5. Menjaga Keseimbangan Neraca Pembayaran


Internasional Kebijakan moneter tidak hanya
berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi dalam
negeri saja, namun juga luar negeri. Salah satu
tujuan kebijakan moneter adalah menjaga
keseimbangan neraca pembayaran Internasional.
Hal ini dapat diwujudkan melalui kestabilan
jumlah barang ekspor dan impor sama besarnya.
Oleh sebab itu, tak heran pemerintah sering

136
melakukan devaluasi dalam hal ini.
6. Mendorong Pertumbuhan Ekonomi
Seluruh dampak atas kebijakan moneter
diharapkan mampu mendorong pertumbuhan
ekonomi. Sebab demi mencapai tujuan tersebut,
diperlukan berbagai kesuksesan tiap komponen.
Misalnya seperti, tersedia lapangan pekerjaan,
kontrol tingkat inflasi, aktivitas produksi dan
permintaan barang, dan lainnya.
C. JENIS JENIS KEBIJAKAN MONETER
Dalam mengambil keputusan terkait peredaran
uang, Bank Indonesia menggunakan dua jenis
kebijakan moneter. Uraian penjelasannya sebagai
berikut.
1. Kebijakan Moneter Ekspansif
Jenis kebijakan moneter yang melakukan
pengelolaan dan pengaturan peredaran uang dalam
aktivitas ekonomi disebut sebagai kebijakan
moneter ekspansif. Dalam hal ini, tujuan utamanya
meningkatkan peredaran uang di masyarakat
sehingga roda perekonomian meningkat.
Wujud dari jenis kebijakan moneter ini melalui
peningkatan pembelian sekuritas pemerintah oleh
Bank Indonesia, penurunan suku bunga,
menurunkan persyaratan cadangan untuk bank.
Dampak kebijakan ini tak hanya merangsang
kegiatan bisnis atau daya beli konsumen, tetapi juga
mengurangi tingkat pengangguran

137
2. Kebijakan Moneter Kontraktif
Berikutnya, jenis kebijakan moneter adalah
kebijakan moneter kontraktif dimana kebijakan
diambil sebagai langkah mengurangiperedaran uang
di masyarakat saat terjadi inflasi. Hal ini
diwujudkan melalui penjualan obligasi pemerintah,
peningkatan suku bunga bank, dan meningkatkan
persyaratan cadangan untuk bank.

D. INSTRUMEN KEBIJAKAN MONETER


Seperti diketahui, kebijakan moneter adalah
kebijakan ekonomi terhadap kontrol peredaran uang
dan pertumbuhan ekonomi. Ukuran utama sebagai
variabel makroekonomi yaitu tingkat pengangguran
dan inflasi. Namun tak hanya itu, masih ada instrumen
kebijakan moneter lainnya, diantaranyasebagai berikut.
1. Kebijakan Diskonto (Discount Rate)
Kebijakan diskonto merupakan instrumen
kebijakan moneter yang mengukur melalui tingkat
suku bunga bank. Kondisi dimana bank-bank umum
meminjamkan dana kepada bank Indonesia selaku
bank sentral membuat peredaran jumlah uang teratur.
Ketika peredaran uang harus ditingkatkan, maka
bank Indonesia menurunkan suku bunga pinjaman.
Sebaliknya, suku bunga kredit bank akan dinaikkan
ketika peredaran uang harus dikurangi.

138
2. Operasi Pasar Terbuka
Ketika pemerintah mengontrol peredaran uang
melalui penjualan atau pembelian surat-surat berharga
milik pemerintah, maka yang dijadikan instrumen
kebijakan moneter adalah operasi terbuka.
Saat bank Indonesia ingin mengurangi peredaran
uang, maka pemerintah menjual surat berharga.
Sebaliknya, ketika peredaran uang harus
ditingkatkan, maka pemerintah membeli surat
berharga.

3. Kebijakan Rasio Cadangan Wajib


Selanjutnya, instrumen kebijakan moneter
adalah rasio cadangan wajib. Saat Bank Indonesia
ingin mengurangi cadangan kas uang bank, maka
uang diedarkan di masyarakat melalui pinjaman.
Sementara, bila cadangan kas uang bank harus
ditambah, uang yang beredar di masyarakat ditarik
dengan peningkatan suku bunga tabungan.

4. Penetapan Suku Bunga Acuan


Dalam mencapai tujuan kebijakan moneter, maka
bank Indonesia memiliki wewenang dalam
mengendalikan peredaran uang melalui suku bunga.
Besaran suku bunga yang ditetapkan oleh bank
Indonesia akan menjadi acuan bank umum di seluruh
Indonesia dalam menjalankan aktivitasnya. Oleh
karena itu, instrumen kebijakan moneter adalah
penetapan suku bunga acuan.

139
5. Imbauan Moral
Terakhir instrumen kebijakan moneter adalah
imbauan moral. Dalam hal ini, Bank Indonesia
selaku bank sentral menghimbau seluruh bank umum
untuk menjalankan kebijakan penurunan atau
peningkatan suku bunga pinjaman

E. Kebijakan Monetern Dapat Memperbaiki


Posisi Neraca Perdagangan Dan Neraca
Pembayaran
Kebijakan moneter dapat memperbaiki posisi
neraca perdagangan dan
neraca pembayaran jika negara mendevaluasi mata
uang rupiah ke mata uang asing maka harga-harga
barang ekspor akan menjadi lebih murah sehingga
memperkuat daya saing dan meningkatkan jumlah
ekspor. Peningkatan jumlah ekspor akan memperbaiki
neraca perdagangan dan neraca pembayaran.

Indikator Dan Orientasi Kebijakan Moneter


Berikut ini merupakan indikator dan orientasi kebijakan
moneter:
1. Tingkat Suku Bunga
Kebijakan moneter yang menggunakan suku
bunga akan menetapkan tingkat suku bunga yang
ideal untuk mendorong kegiatan investasi. Jika suku
bunga meningkat hingga melampaui angka yang
ditetapkan, Bank Sentral akan segera melakukan
ekspansi moneter. Hal itu dilakukan agar suku bunga
turun sampai pada tingkat yang ditetapkan tersebut.
140
Pun begitu sebaliknya.

2. Uang Beredar
Kebijakan moneter yang menggunakan uang
beredar sebagai sasaran menengah memiliki dampak
positif berupa tingkat harga yang stabil. Jika ada
gejolak dalam jumlah besaran moneter, yaitu
melebihi atau kurang dari jumlah yang ditetapkan,
Bank Sentral akan melakukan kontraksi atau
ekspansi moneter sedemikian rupa. Dengan demikian
besaran moneter akan tetap pada suatu jumlah yang
ditetapkan.
MANFAAT KEBIJAKAN MONETER
Kebijakan moneter bermanfaat untuk :
a. Menjaga iklim investasi
b. Menjaga kestabilan harga barang dan jasa
c. Menurunkan laju inflasi
d. Membuka lapangan pekerjaan
e. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi
f. Menjaga kestabilan nilai tukar
g. Meningkatkan neraca pembayaran

CONTOH KEBIJAKAN MONETER DI


INDONESIA
Dalam praktiknya, banyak sekali aturan yang
terselenggara akibat dari kebijakan moneter di
Indonesia. Di bawah ini merupakan contoh kebijakan
moneter di Indonesia.

141
1. Pelaksanaan Kredit Langsung oleh Bank
Indonesia
Pertama, contoh kebijakan moneter adalah Bank
Indonesia mengadakan kredit langsung. Pemberian
kredit langsung kepada berbagai sektor atau proyek
yang memerlukan dana secara mendesak. Hal ini
dapat meningkatkan jumlah uang yang beredar
karena harus membiayaikegiatan dengan segera.

2. Penyediaan Fasilitas Overdraft


Saat Bank Indonesia membantu bank umum
yang mengalami kesulitan likuiditas jangka pendek,
maka hal ini termasuk contoh kebijakan moneter di
Indonesia melalui fasilitas overdraft. Bantuan yang
diberikan berupa pinjaman jangka pendek dengan
suku bunga tinggi. Hal ini diharapkan mampu
mengontrol peredaran uang agar tetap stabil.
3. Penerbitan Surat Utang Negara
Selanjutnya, contoh kebijakan moneter adalah
menerbitkan surat utang negara. Dalam hal ini,
pemerintah berusaha menghimpun dana dari
masyarakat agar uang yang beredar di masyarakat
mengalami penurunan.
4. Program Intervensi Rupiah
Program intervensi rupiah merupakan contoh
kebijakan moneter di Indonesia yang dilakukan oleh
Bank Indonesia dengan cara proses pinjam meminjam
dana secara langsung di Pasar Uang Antar Bank
dalam periode 7 hari. Hal ini dilakukan sebagai upaya
mendukung instrumen kegiatan operasi pasar terbuka.
142
BAB XII
“Neraca Pembayaran Luar Negeri
Indonesia”

Kegiatan ekspor dan impor barang bukanlah satu-


satunya transaksi ekonomi yang dilakukan Indonesia
dengan negara lain. Indonesia juga melakukan ekspor
dan impor jasa, seperti asuransi, pariwisata, dan
transportasi. Hal yang terpenting dalam transaksi
ekspor dan impor ataupun transaksi lainnya adalah
wajib dicatat dalam neraca pembayaran.
Pencatatan semua transaksi ekonomi dengan
neraca pembayaran perlu dilakukan supaya
memudahkan suatu negara dalam menganalisa barang
atau jasa dalam negeri yang disukai oleh negara lain
sehingga bisa menambah pemasukan negara.
Bukan hanya itu, dengan neraca pembayaran maka
suatu negara bisa mengevaluasi kekurangan-
kekurangan yang perlu diperbaiki dalam transaksi
ekonomi antar negara.
Apa itu neraca pembayaran? Berikut adalah
pemaparan Neraca Pembayaran secara rinci.

A. PENGERTIAN NERACA PEMBAYARAN


Oleh karena kita membahas hubungan ekonomi
antar negara, maka kita perjelas pengertian neraca
pembayaran internasional. Secara sederhana, pengertian
neraca pembayaran adalah catatan sistematis terkait
transaksi ekonomi antara penduduk satu negara dengan
143
negara lainnya. Dimana pencatatan tersebut berlaku
untuk periode waktu tertentu, biasanya adalah selama
setahun. Pada sistem akuntansi pencatatan tersebut
lebih dikenal dengan double entry book keeping atau
transaksi yang bisa dicatat dua kali untuk debit dan juga
kredit.
Debit menjadi tempat pencatatan utang penduduk
suatu negara (pemerintah, perorangan dan badan
hukum) yang harus dibayarkan pada penduduk negara
lain. Utang yang dimaksud bisa berupa hasil impor,
pembelian mata uang asing, pembayaran denda, dan
lain sebagainya.
Sement ara kredit untuk mencatat penambahan
hak penduduk suatu negara dari penduduk negara
lainnya. Hak yang dimaksud ialah hasil dari ekspor,
penjualan mata uang asing, hasil dividen dan bunga,
serta masih banyak lagi lainnya.
Apabila catatan di sisi kredit lebih besar hasilnya
dibandingkan dengan debit, artinya neraca pembayaran
surplus. Namun jika yang terjadi adalah sebaliknya,
artinya neraca pembayaran dalam keadaan defisit.

B. JENIS – JENIS NERACA PEMBAYARAN


Pada dasarnya neraca pembayaran terdiri dari
debit dan kredit. Pada neraca pembayaran, kredit
berfungsi untuk mencatat semua transaksi yang
menghasilkan devisa atau memberikan tagihan terhadap
luar negeri.
Sedangkan, debit berfungsi untuk mencatat
semua transaksi yang berkaitan dengan pengurangan
144
jumlah devisa karena. Pengurangan jumlah devisa yang
ada pada debit diperoleh dari pembayaran atau yang
memunculkan utang terhadap luar negeri.
Neraca pembayaran terbagi menjadi tiga jenis,
yakni neraca pembayaran defisit, neraca pembayaran
surplus, dan neraca pembayaran seimbang. Berikut
penjelasan tentang tiga jenis neraca pembayaran
tersebut.
1. Neraca Pembayaran Defisit
Neraca pembayaran defisit adalah neraca
yang menandakan bahwa nilai impor lebih besar
daripada nilai ekspor. Jika suatu negara terus-
menerus mengalami defisit maka sektor
keuangan berjalan lambat sehingga
pertumbuhan ekonomi sulit untuk berkembang.
“Bagaimana mengatasi masalah defisit?”
Membatasi komoditas impor dan meningkatkan
komoditas ekspor merupakan salah dua cara
yang dapat digunakan untuk mengatasi
permasalahan defisit pada suatu negara. Di
samping membatasi komoditas impor,
pemerintah perlu memperluas pasar ekspor
sehingga komoditas ekspor meningkat.
Namun, untuk meningkatkan komoditas
ekspor bukanlah hal yang mudah karena masih
tergantung dari banyaknya produksi dalam
negeri sekaligus juga melihat permintaan luar
negeri. Permintaan luar negeri ini dipengaruhi
oleh kualitas barang, tingkat harga, dan nilai
kurs yang berlaku.

145
Adapun cara-cara yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan komoditas ekspor yakni
melakukan diversifikasi ekspor, subsidi dan
premi ekspor, devaluasi, pengendalian harga
dalam negeri, dan perjanjian internasional.

2. Neraca Pembayaran Surplus


Neraca pembayaran surplus adalah neraca
yang menandakan bahwa transaksi debit atau
jumlah yang harus dibayarkan ke luar negeri
lebih kecil daripada penerimaan dari luar negeri
(transaksi kredit). Secara sederhana, neraca
pembayaran surplus dapat diartikan seperti
jumlah pemasukan lebih besar daripada jumlah
pengeluaran yang dilakukan oleh suatu negara.
Surplus yang terjadi pada neraca
pembayaran menandakan bahwa negara tersebut
mempunyai cadangan devisa dan dana yang
lebih. Dengan kata lain, dana yang ada pada
neraca pembayaran surplus bisa digunakan
untuk melakukan pembangunan secara nasional
pada suatu negara.

3. Neraca Pembayaran Seimbang


Neraca pembayaran seimbang adalah
neraca yang menunjukkan bahwa transaksi
pembayaran ke luar negeri (transaksi debit)
jumlahnya sama dengan penerimaan dari luar
negeri (transaksi kredit). Jika suatu negara ingin
meningkatkan pendapatan (surplus) maka perlu

146
menurunkan nilai impor sekaligus menaikkan
atau menambahkan nilai ekspor.

C. TRANSAKSI NERACA PEMBAYARAN


Di Indonesia transaksi neraca pembayaran
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu transaksi berjalan,
transaksi modal, dan transaksi finansial. Setiap
transaksi memiliki peranannya masing-masing. Simak
penjelasan tiga jenis transaksi neraca pembayaran
sebagai berikut:
1. Transaksi Berjalan
Transaksi berjalan adalah transaksi yang
berkaitan dengan ekspor dan impor berupa
barang dan jasa dalam kurun waktu satu tahun.
Transaksi berjalan terdiri dari neraca
perdagangan (transaksi barang), transaksi jasa,
pendapatan primer, dan pendapatan sekunder.
Namun, pada umumnya transaksi berjalan
digunakan untuk menilai atau mengukur neraca
perdagangan.
a. Transaksi barang
Transaksi barang meliputi transaksi
ekspor dan impor barang yang digolongkan
menjadi migas dan non migas. Karena
adanya proses penerimaan pembayaran
maka semua ekspor barang termasuk ke
dalam transaksi kredit. Sedangkan impor
barang termasuk ke dalam transaksi debit
karena menimbulkan kewajiban pembayaran
kepada negara lain.
147
Dalam investasi luar negeri, jika nilai
ekspor melampaui nilai impor maka negara
akan mengalami surplus neraca perdagangan
atau mendapatkan hasil positif (+). Namun,
jika nilai impor melebihi nilai ekspor maka
negara mengalami defisit atau kerugian
neraca perdagangan karena memiliki
pengurangan.

b. Transaksi Jasa
Transaksi jasa meliputi penyediaan jasa
dilakukan oleh penduduk Indonesia kepada
penduduk luar negeri (ekspor) dan penduduk
luar negeri kepada penduduk Indonesia
(impor). Transportasi internasional dan
perjalanan (travel) merupakan bagian dari
transaksi jasa.

c. Pendapatan Primer
Pendapatan primer terdiri atas
penerimaan dan pembayaran. Sedangkan
pendapatan primer itu sendiri dapat diartikan
sebagai perolehan atau hasil yang berasal dari
penyediaan faktor produksi tenaga kerja dan
modal finansial. Yang termasuk ke dalam
pendapatan primer berupa dividen (kupon,
diskon, bunga).

148
d. Pendapatan Sekunder
Pendapatan sekunder terdiri atas
penerimaan dan pembayaran. Yang
termasuk ke dalam pendapatan sekunder
berupa transfer penghasilan atau remitansi
TKA/TKI dan transfer-transfer lainnya
(hadiah, hibah, jasa, uang).

2. Transaksi Modal
Transaksi modal biasanya dipakai untuk
mencatat hasil bersih yang diperoleh dari
transaksi pengeluaran dan pendapatan modal.
Transaksi modal terdiri dari aset tetap dan
hibah investasi. Sebagian besar transaksi
modal berupa transfer modal.
Transaksi modal kurang memiliki
kontribusi dalam neraca pembayaran sehingga
transaksi ini tidak begitu sering digunakan.
Transaksi modal mempunyai dua unsur, yaitu
transfer modal dan aset non keuangan non
produksi.
Transaksi modal dihitung dengan cara niali
menjumlahkan nilai bersih yang diperoleh dari
transfer modal dan aset non produced non
financial assets. Kemudian, sisi kredit diwakili
oleh transaksi aliran modal masuk (capital
inflow transaction), sementara itu, sisi debit
diwakili oleh transaksi aliranmodal keluar.

149
D. SISTEM PENCATATAN NERACA
PEMBAYARAN
Dalam neraca pembayaran, periode pencatatan
transaksi dilakukan dalam rentang waktu triwulan,
semester atau setahun. Transaksi dalam neraca
pembayaran dapat dibedakan dalam dua macam
transaksi, antara lain:
1. Transaksi debit, yaitu transaksi yang
menyebabkan mengalirnya arus uang (devisa)
dari dalam negeri ke luar negeri. Transaksi ini
disebut transaksi negatif (-), yaitu transaksi yang
menyebabkan berkurangnya posisi cadangan
devisa.

2. Transaksi kredit adalah transaksi yang


menyebabkan mengalirnya arus uang (devisa)
dari luar negeri ke dalam negeri. Transaksi ini
disebut juga transaksi positif (+), yaitu transaksi
yang menyebabkan bertambahnya posisi
cadangan devisa negara.

E. FUNGSI NERACA PEMBAYARAN


Kondisi masuk dan keluarnya dana yang terjadi
pada neraca pembayaran dapat menandakan bahwa
neraca pembayaran berfungsi dengan baik. Dengan
demikian, neraca pembayaran memiliki beberapa
fungsi. Fungsi-fungsi neraca pembayaran di antaranya:

150
• Sebagai bahan pemerintah dalam mengambil
keputusan di bidang perdaganganinternasional,
• Sebagai bahan pemerintah dalam membuat
keputusan atau kebijakan moneteryang
dilaksanakan oleh suatu negara,
• Sebagai alat untuk mengukur atau menilai
keadaan ekonomi yangberhubungan dengan
transaksi ekonomi internasional dari suatu negara,
• Sebagai data-data keuangan internasional,
• Sebagai alat pendataan transaksi ekonomi supaya
pemerintah suatu negara ketika melakukan
kegiatan ekspor dan impor tidak mengalami
kerugian dan bisa melakukan penyelesaian
pembayaran tepat waktu, dan
• Sebagai alat untuk mencatat anggaran yang akan
dikeluarkan dalam transaksi internasional.

F. FUNGSI NERACA PEMBAYARAN


Penyusunan neraca pembayaran yang dilakukan
oleh suatu negara memiliki tujuannya masing-masing.
Setiap tujuan akan selalu memberikan manfaat bagi
suatu negara. Adapun tujuan-tujuan dari penyusunan
neraca pembayaran sebagai berikut :
1) Untuk Mengetahui Keadaan Perekonomian dalam
Hubungan InternasionalSuatu Negara,
2) Untuk Mengetahui Sumber Daya yang Ada di
Setiap Negara,
3) Untuk Mengetahui Besarnya Anggaran Devisa
yang Diperlukan Dalam Transaksi Ekonomi
Internasional,
4) Untuk Mengetahui Langkah-Langkah yang
151
Harus Diambil dalam Bidang Transaksi Ekonomi,
dan
5) Untuk Mengetahui Permasalahan Ekonomi dalam
Negeri yang Ada Pada SuatuNegara.

G. KOMPONEN NERACA PEMBAYARAN


Komponen - komponen yang ada di dalam neraca
pembayaran dibagi menjadilima kelompok neraca
yaitu:
1. Neraca Perdagangan
Neraca perdagangan adalah sebuah data yang
berhubungan dengan perbandingan nilai ekspor
dengan nilai impor suatu negara yang terjadi
dalam satu periode.
2. Neraca Lalu Lintas Modal
Neraca lalu lintas modal adalah pencatatan yang
ada di dalam neraca yang mencatat setiap
pinjaman dari luar negeri atau kredit serta
pinjaman atau kredit yang diberikan kepada negara
lain.
3. Neraca Lalu Lintas Moneter
Neraca lalu lintas moneter adalah pencatatan
yang ada di dalam neraca yang mencatat tentang
perubahan atau pertumbuhan cadangan devisa
pada suatu negara.
4. Neraca Hasil Modal
Neraca hasil modal adalah pencatatan yang ada
di dalam neraca yang mencatat semua
pembayaran dan penerimaan dividen, berbagai
macam hadiah yang diberikan oleh negara lain,

152
dan bunga gaji tenaga asing
5. Neraca Jasa
Neraca jasa adalah pencatatan yang ada di dalam
neraca yang mencatat transaksi jasa yang
dilakukan suatu negara dan diterima oleh negara
lain selama satu periode.

H. NERACA PEMBAYARAN INDONESIA (NPI)


Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) merupakan
statistik yang mencatat transaksi ekonomi antara
penduduk Indonesia dengan bukan penduduk pada
suatu periode tertentu. Transaksi NPI terdiri dari
transaksi berjalan, transaksi modal, dan transaksi
finansial. Statistik Neraca Pembayaran Indonesia (NPI)
merupakan salah satu statistik ekonomi makro yang
penting bagi Indonesia di antara sejumlah statistik
ekonomi makro lainnya, seperti pendapatan domestik
bruto (PDB) dan jumlah uang beredar.
Statistik ini memberikan informasi tentang
transaksi ekonomi yang terjadi antara penduduk
Indonesia dengan bukan penduduk pada suatu periode
tertentu. Sebagaimana umumnya penyusunan statistik
neraca pembayaran di negara lain, statistik NPI dibuat
dengan tujuan sebagai berikut :
(1) mengetahui peranan sektor eksternal dalam
perekonomian;
(2) mengetahui aliran sumber daya dengan negara
lain;
(3) mengetahui struktur ekonomi dan perdagangan;
(4) mengetahui permasalahan utang luar negeri;

153
(5) mengetahui perubahan posisi cadangan devisa
dan potensi tekanan terhadapnilai tukar;
(6) sebagai sumber data dan informasi dalam
menyusun anggaran devisa; serta
(7) sebagai sumber data penyusunan statistik neraca
nasional (national account).
Transaksi yang dicatat di NPI memperlihatkan
perubahan, pemberian (tanpa imbalan), timbul atau
hapusnya suatu nilai ekonomi. Pergerakan nilai
ekonomi ini dapat terjadi akibat perpindahan
kepemilikan atas barang atau aset finansial, penyediaan
jasajasa, penyediaan tenaga kerja, atau penyediaan
modal.
Berikut ini contoh-contoh transaksi yang dicatat dalam NPI :
Komponen (US$ Miliar) 2016 2017 2018
Q1 Q2
Transaksi Berjalan -17,0 -17,3 -5,7 -8,0
A. Barang 15,3 15,3 2,3 0,3
1. Ekspor 144,5 168,9 44,4 43,8
2. Impor 129,2 -150,1 -42,1 -43,5
20,1 26,1 4,7 3,2
3. Nonmigas
-4,8 -7,3 -2,4 -2,7
4. Migas
B. Jasa – jasa, Pendapatan -32,2 -36,1 -8,1 -8,4
Primer, dan Sekunder
Transaksi Modal dan Finansial 29,3 29,2 2,5 4,0
1. Investasi Langsung 16,1 19,4 2,9 2,5
2. Investasi Portofolio 19,0 20,6 -1,2 0,1
-5,8 -10,8 0,6 1,5
3. Investasi Lainnya
Neraca Keseluruhan 12,1 130,2 126,0 119,8
Memorandum :

154
Cadangan Devisa 116,4 130,2 126,0 119,8
Dalam bulan impor dan 8,4 8,3 7,7 6,9
pembayaran ULN
Pemerintahan
Transaksi Berajalan (%PDB) -1,82 -1,71 -2,21 -3,04
Selama semester I 2018, defisit Sementara itu, surplus
transaksi berjalan telah mencapai transaksi dan finansial
US$13,7 Miliar mencapai US$5,5 Miliar

I. Kesimpulan
Neraca pembayaran sangat penting untuk dimiliki
oleh suatu negara karena dengan neraca pembayaran
maka suatu negara bisa mengukur besarnya arus
dana dari luar negeri, baik dana yang ke luar atau dana
yang masuk. Keluar dan masuknya dana pada transaksi
ekonomi internasional menandakan bahwa sektor
keuangan suatu negara berjalan dengan semestinya.
Neraca pembayaran bisa menjadi indikator yang
memengaruhi tindakan pelaku pasar.
Transaksi yang tercatat di dalam neraca
pembayaran hanyalah transaksi ekonomi internasional,
seperti ekspor dan impor. Sedangkan, transaksi bantuan
militer atau transaksi sejenisnya tidak dicatat dalam
neraca pembayaran.
Transaksi ekonomi meliputi transaksi debit dan
transaksi kredit. Transaksi debit merupakan transaksi
yang harus dibayarkan ke luar negeri. Sedangkan,
transaksi kredit merupakan transaksi yang diterima dari
luar negeri.
155
BAB XIII
PEREKONOMIAN INDONESIA DALAM ERA
GLOBALISASI

A. Globalisasi Ekonomi
Globalisasi Ekonomi adalah suatu kehidupan
ekonomi secara global dan terbuka, tanpa mengenal
batasan teritorial atau kewilayahan antara negara satu
dengan yang lain.
Globalisasi ekonomi erat kaitannya dengan
perdagangan bebas yang berusaha menciptakan
kawasan perdagangan yang makin luas dan
menghilangkan hambatan-hambatan perdagangan
internasional.
Globalisasi ekonomi dapat diartikan juga sebagai
suatu proses aktivitas ekonomi dan perdagangan,
dimana berbagai negara di seluruh dunia menjadi
kekuatan pasar yang satu dan semakin terintegrasi
tanpa hambatan atau batasan teritorial negara.

156
Globalisasi perekonomian ini berarti adanya
keharusan penghapusan seluruh batasan dan hambatan
terhadap arus barang, jasa serta modal.

A. Perwujudan Nyata Globalisasi Ekonomi


1. Globalisasi Produksi
Bentuk globalisasi produksi adalah adanya
satu atau lebih perusahaan yang mendirikan
pabrik di banyak negara. Hal ini dilakukan
dengan tujuan untuk meminimalkan biaya
produksi.
Negara yang dipilih pun biasanya adalah
negara yang memiliki tarif upah rendah.
Selain itu tarif bea masuk yang diberlakukan
oleh negara tersebut juga murah.
Selanjutnya, infrastruktur di negara tersebut
memadai untuk melakukan produksi. Terakhir,
iklim usaha di negara tujuan juga kondusif
untuk aktivitas produksi perusahaan tersebut.
Perusahaan yang sering melakukan globalisasi
produksi biasanya adalah mereka yang
bergerak di industri manufaktur. Indonesia
pun telah menjadi salah satu negara tujuan
untuk globalisasi produksi ini. Dalam
beberapa dasawarsa terakhir ini banyak
perusahaan manufaktur kelas dunia
berbondong-bondong mendirikan pabriknya di
Indonesia.

157
2. Globalisasi Pembiayaan
Globalisasi produksi dapat dilakukan karena
adanya globalisasi pembiayaan, yaitu, fasilitas
pinjaman yang bisa didapatkan oleh
perusahaan berkelas internasional di seluruh
negara di dunia.
Selain pinjaman, sang perusahaan global juga
bisa mendapatkan fasilitas untuk
melaksanakan investasi. Globalisasi
pembiayaan ini kemudian memungkinkan
perusahaan internasional untuk melakukan
produksi dan menanam modal di banyak
negara.

3. Globalisasi Tenaga Kerja


Fenomena globalisasi ini yang belakangan
marak menjadi bahan perbincangan di negeri
ini, baik di dunia maya maupun secara kopi
darat. Masuknya tenaga kerja asing ke dalam
suatu negara merupakan pertanda terjadinya
globalisasi tenaga kerja ini.
Pada kasus ini, perusahaan global sangat
mungkin untuk menggunakan sumber daya
manusia dari banyak negara di dunia. Tenaga
kerja yang digunakan juga sesuai dengan
tingkatannya.
Namun sayangnya, hal ini juga membuka
peluang bagi perusahaan tersebut untuk
memakai jasa SDM yang sudah

158
berpengalaman secara internasional.
Sementara mayoritas tenaga dari negara
berkembang atau negara tempat produksi
hanya akan digunakan untuk menjadi buruh
dengan pekerjaan kasar saja.

4. Globalisasi Jaringan Informasi


Fenomena borderless world tampak nyata
pada globalisasi jaringan informasi ini.
Masyarakat dimanapun saat ini dapat secara
cepat, mudah, dan murah mengakses informasi
dari seluruh dunia.
Kemajuan teknologi disinyalir menjadi
penyebab utama dari munculnya fenomena ini,
terutama teknologi komunikasi dan informasi.
Pada akhirnya, majunya teknologi inilah yang
dimanfaatkan oleh perusahaan global untuk
memasarkan produknya ke seluruh dunia.
Masuknya brand internasional ternama di
bidang fashion dan kuliner pun pada akhirnya
menjadi selera global. Hal inilah yang
kekinian sangat terasa di Indonesia. Bahkan
tak hanya di perkotaan, masyarakat di
pedesaan pun merasa lebih bangga memakai
atau mengonsumsi merek internasional
daripada produksi lokal.

159
5. Globalisasi Perdagangan
Fenomena ini menjadi pamungkas dari bentuk
globalisasi ekonomi. Globalisasi perdagangan
diwujudkan dengan adanya tarif yang
seragam.
Bahkan tak jarang negara-negara di dunia
menurunkan tarif ekspor dan impor serta
menghapus beragam hambatan yang sifatnya
non tarif. Hal ini dilakukan agar perdagangan
global menjadi makin cepat, adil, tetapi
sekaligus ketat persaingannya.
Dengan cepatnya perdagangan global tersebut,
semakin isu mengenai HKI, Pelanggara
hukum di dalam E-Commerce, kontrak
elektronik, perlindungan konsumen di dunia
maya, serta berbagai isu lainnya yang terjadi.
Pelajari itu semua pada buku Pengaruh Era
Globalisasi Terhadap Hukum Bisnis Di
Indonesia.

B. Dampak Positif Globalisasi Ekonomi


Adanya perusahaan global yang melebarkan
sayapnya ke seluruh dunia tentu saja menjadi angin
segar bagi perekonomian, terutama bagi negara- negara
berkembang. Indonesia tak terkecuali. Hal ini menjadi
berkah tersendiri yang harus disyukuri, tetapi sekaligus
harus tetap diwaspadai.
Berikut adalah beberapa dampak positif dari
globalisasi ekonomi secara lebih terperinci :

160
1. Globalisasi ekonomi mampu
menstimulus tumbuhnya perekonomian
di negara tujuan—yang mayoritas
adalah negara berkembang, negeri kita
pun turut merasakannya

2. Globalisasi ekonomi membuat lebih


terbukanya mekanisme dan kesempatan
investasi di kancah internasional

3. Globalisasi ekonomi mendorong


ekonomi dunia untuk terus tumbuh. Tak
hanya parsial dan sektoral,
perekonomian dunia tumbuh secara
menyeluruh. Hal tersebut disebabkan
karena adanya industri yang lokasinya
berubah sehingga mendorongefisiensi

4. Pendapatan yang meningkat di negara-


negara berkembang sebagai buah dari
bebasnya perdagangan berskala
internasional juga menjadi dampak
positif dari globalisasi ekonomi.
Peningkatan pendapatan itu pada
akhirnya mampu menekan angka
kemiskinan di dunia

5. Masih berhubungan dengan poin di


atas, meningkatnya pendapatan negara-
negara berkembang akibat
perdagangan global pada gilirannya
161
mampu membuat pendapatan per kapita
turut meningkat di skala global

6. Globalisasi ekonomi membuat


komoditas barang dan jasa di satu
negara meningkat variasinya. Hal ini
disebabkan karena banyaknya tawaran
beragam barang dan jasa oleh banyak
negara, sehingga variasinya pun
menjadi lebih banyak di pasar global.
Meningkatnya variasi ini juga berakibat
terpenuhinya kebutuhan dari penduduk
di satu negara

7. Terakhir, globalisasi ekonomi membuat


sebuah negara mampu bersaing di pasar
global secara lebih efisien.

C. Dampak Negatif Globalisasi Ekonomi


Seperti telah disebutkan di atas bahwa globalisasi
ekonomi selain memiliki dampak positif, dalam waktu
bersamaan juga membawa dampak negatif. Karenanya
setiap negara harus meningkatkan kewaspadaan demi
menghadapi dampak negatif globalisasi ekonomi ini.
Berikut adalah beberapa dampak negatif dari
globalisasi ekonomi :

162
1. Globalisasi ekonomi menyebabkan tidak
efektifnya proses penyesuaian ekonomi
di suatu negara. Hal ini disebabkan oleh
fleksibilitas yang harus dimiliki oleh
negara tersebut sebagai tuntutan saat
ingin terjun dalam perdagangan global

2. Globalisasi ekonomi juga


mengakibatkan adanya peningkatan
kondisi ekonomi yang tak stabil dan
sensitif terhadap bermacam peristiwa,
misalnya terjadinya perang dan adanya
terorisme di suatu negara

3. Globalisasi ekonomi memicu terjadinya


kerusakan lingkungan. Hal ini karena
meningkatnya pihak yang melakukan
aktivitas industri, dari produksi sampai
konsumsi

4. Globalisasi ekonomi menyebabkan


adanya pendapatan per kapita yang
timpang antara negara berkembang
dengan negara maju

5. Masih berhubungan dengan poin di atas,


kesenjangan pendapatan ternyata tidak
hanya terjadi antarnegara. Kesenjangan
tersebut dapat juga terjadi dalam lingkup
suatu negara. Hal ini disebabkan karena

163
tidak meratanya wilayah
yang mendapatkan dampak langsung
dari globalisasi. Wilayah perkotaan
biasanya mendapatkan penghasilan yang
lebih besar dibanding pedesaan karena
memiliki akses yang juga lebih besar
terhadap perdagangan global.
Ketimpangan ini menjadi risiko yang tak
bisa dihindari, meskipun di sisi lain
globalisasi memberikan dampak nyata
terhadap ekonomisecara keseluruhan

6. Globalisasi ekonomi mengakibatkan


menurunnya level keamanan dalam
pekerjaan. Hal ini merupakan dampak
dari makin luasnya lingkup pasar,
sehingga keamanan saat bertransaksi
atau menjalankan pekerjaan menjadi
sulit untuk dipastikan.

D. Dampak Positif Globalisasi Bagi Perekonomian


• Meningkatnya produksi global.
Melalui spesialisasi dan perdagangan,
maka faktor-faktor produksi dunia dapat
digunakan lebih efesien, output dunia kian
bertambah dan masyarakat akan
mendapatkan keuntungan dalam bentuk
pendapatan yang meningkat.
• Meningkatnya kemakmuran pada suatu Negara.
Negara pengimpor terpenuhi
164
kebutuhannya, negara pengekspor
mendapatkan keuntungan.
• Meluasnya pasar produk domestik.
Perdagangan luar negeri yang lebih bebas
memungkinkan setiap negara
mendapatkan pasar jauh lebih luas
dibanding pasar dalam negeri.
• Memperoleh lebih banyak modal serta
tingkat teknologi yang
lebih baik.
Modal yang dapat diperoleh dari investasi
asing dan terutama dinikmati negara-
negara berkembang akibat kekurangan
modal dan tenaga terdidik serta tenaga
ahli berpengalaman.
• Menyediakan dana tambahan bagi
Menghambat pertumbuhan di sektor
industri.
Globalisasi ekonomi menyebabkan
negara-negara berkembang tidak bisa lagi
memakai tarif tinggi untuk memproteksi
industri yang baru berkembang (infant
industry).
• Memperburuk neraca pembayaran.
Globalisasi ekonomi cenderung
menaikkan barang-barang impor.
Sebaliknya, jika suatu negara tidak
mampu bersaing, maka ekspor tidak akan
berkembang. Kondisi ini dapat saja
memperburuk neraca pembayaran.
• Sektor keuangan semakin tidak stabil.
165
Arus investasi (modal) portofolio yang
semakin besar menjadisalah satu efek
dari globalisasi. Investasi dalam hal ini
terutama meliputi partisipasi dana dari
luar negeri ke pasarsaham.
• Memperburuk prospek pertumbuhan
ekonomi jangka panjang.
Apabila hal-hal yang dinyatakan di atas
berlaku dalam suatu negara, maka dlam
jangka pendek pertumbuhan ekonominya
menjadi tidak stabil. Dalam jangka
panjang pertumbuhan yang seperti ini
akan mengurangi lajunya pertumbuhan
ekonomi.

E. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)


Masyarakat Ekonomi Asean adalah bentuk
integrasi ekonomi ASEAN dalam artian adanya sistem
perdagangan bebas antara Negara-negara ASEAN.
Dalam mendirikan (MEA), ASEAN harus bertindak
sesuai dengan prinsip-prinsip terbuka, berorientasi ke
luar, inklusif, dan berorientasi pasar ekonomi yang
konsisten dengan aturan multilateral serta kepatuhan
terhadap sistem untuk kepatuhan dan pelaksanaan
komitmen ekonomi yang efektif berbasis aturan.
• pembangunan
Perusahaan domestik kerap memerlukan
modal dari bank atau pasar saham.

166
F. Dampak Negatif Globablisasi Bagi
Perekonomian
Karakteristik utama Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA):
1. Pasar dan basis produksi tunggal,
2. Kawasan ekonomi yang kompetitif,
3. Wilayah pembangunan ekonomi yang merata
4. Daerah terintegrasi penuh dalam ekonomi
global

Penduduk di kawasan ASEAN akan mempunyai


kebebasan untuk melanglangbuana masuk ke suatu
negara dan keluar dari suatu negara di kawasan
ASEAN tanpa hambatan berarti.
Penduduk mempunyai kebebasan dan kemudahan
untuk memilih lokasi pekerjaan yang dianggap
memberikan kepuasan bagi dirinya.
Perusahaan mempunyai kebebasan untuk memilih
lokasi pendirian pabrik dan kantor perusahaan di
kawasan ASEAN.

G. Produk Unggulan Indonesia


• Sembilan produk unggulan :
Tekstil dan produk tekstil, elektronik,
karet, Produk hutan, alas kaki, otomotif,
udang, Coklat/kakao dan kopi.

167
• Sepuluh produk potensial :
Kulit dan produk kulit, peralatan dan
instrumen Medis, rempah- rempah,
makanan olahan, essential Oil, ikan dan
produk ikan, produk kerajinan, Perhiasan,
bambu dan peralatan tulis selain Kertas.

H. Apa Saja yang Menjadi Kendala Indonesia ?


Salah satu kendala adalah kendala pembangunan
infrastruktur.
• Pemerintah belum berhasil dalam
pembangunan infrastuktur seperti
transportasi massal yang terintegrasi untuk
keseluruhan wilayah Indonesia.
• Kegagalan pembangunan infrastuktur tersebut
berdampak pada high cost economy dan
lemahnya daya saing produk Indonesia di luar
negeri
• Kendala pembangunan infrastruktur
disebabkan oleh faktor korupsi yang relatif
tinggi hingga 40% yang terjadi di birokrasi,
kendala pembebasan lahan, infrastruktur,
pendanaan dan biaya logistik.

168
BAB XIV
DAYA SAING GLOBAL INDONESIA

A. Global Competitiveness Index


Global competitiveness index (GCI) atau indeks
daya saing global adalah suatu indeks yang mengukur
progres suatu negara dalam perkembangan semua
faktor-faktor yang memengaruhi produktivitasnya.
Secara implisit, indeks ini mengukur seberapa efisien
suatu negara memanfaatkan faktor-faktor produksinya
yang kemudian akan berujung pada upaya
memaksimalkan produktivitas faktor total/total factor
productivity (TFP) dan mencapai pertumbuhan
ekonomi jangka panjang, sehingga bermanfaat bagi
pembuat kebijakan untuk melakukan intervensi
kebijakan yang efektif. The Global Competitiveness
Index Report 2019 menggunakan indeks daya saing
global 4.0 (GCI 4.0) sejak 2018 dengan penyesuaian
yang lebih detail dan cocok dengan Revolusi Industri
4.0 saat ini. Adapun kerangka pembentuk indeks
daya saing global secara umum dapat dikategorikan
menjadi 4 aspek, antara lain lingkungan yang
mendukung/kondusif (enabling environment), modal
manusia (human capital), aspek pasar (markets), dan
ekosistem inovasi (innovation ecosystem)

169
B. Indeks Daya Saing Global Indonesia
Indeks Daya Saing Global Indonesia Peringkat
indeks daya saing global Indonesia dalam laporan
World Economic Forum (WEF) turun dari peringkat
45 dari 140 negara pada tahun 2018 menjadi peringkat
50 dari 141 negara pada tahun 2019. Indonesia
menempati urutan ke-4 di ASEAN setelah Singapura
(1), Malaysia (27) dan Thailand (40), dan jika
dibandingkan dengan Singapura yang menempati
posisi pertama dalam daya saing global, Indonesia
masih tertinggal di hampir seluruh komponen daya
saing, kecuali komponen stabilitas makroekonomi dan
ukuran ekonomi Penurunan nilai dari indeks daya
saing global Indonesia cukup tipis, hanya sebesar 0,3
poin yaitu dari 64,9 poin menjadi 64,6 poin. Menurut
laporan WEF, tidak ada perubahan kinerja yang
signifikan pada indeks daya saing global Indonesia
pada tahun 2019. Namun, ada beberapa pilar yang
menyebabkan penurunan pada skor Indonesia, di
antaranya adalah adopsi teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) sebesar 5,77 poin yaitu dari 61,1,
menjadi 55,4. Pilar selanjutnya adalah kesehatan,
turun sebesar 0,9 poin yaitu dari 71,7 menjadi 70,8,
pilar. Pasar barang dan jasa juga mengalami
penurunan sebesar 0,3 poin, serta pilar keterampilan
dan pasar tenaga kerja masing-masing turun sebesar
0,1 poin. Dalam laporannya, WEF juga menyebutkan
bahwa ada beberapa kinerja dari indeks daya saing
global Indonesia yang dapat ditingkatkan, di
antaranya adalah pilar dinamika bisnis yang
170
mengalami peningkatan pada tahun 2019 yaitu dari 69
poin menjadi 69,6 poin dan pilar sistem keuangan
yang stabil dari 63,9 poin menjadi 64 poin. Selain itu,
walaupun kemampuan inovasi (37,7 poin) Indonesia
masih terbatas, namun terus mengalami peningkatan.
Besarnya ukuran ekonomi Indonesia dan
makroekonomi yang stabil merupakan kekuatan
utama Indonesia dalam indeks ini. Ukuran ekonomi
Indonesia menduduki peringkat ke-7 dengan nilai
82,4 poin, sedangkan stabilitas makroekonomi
Indonesia menduduki peringkat ke-54 dengan nilai
90,0 poin. Sementara dalam kecepatan kerangka
hukum dalam adaptasi model bisnis digital, Indonesia
menempati urutan ke- 28 dan memiliki nilai rata-rata
di atas rata-rata global yaitu 38 poin Indonesia telah
meningkatkan kinerja dalam daya saing global di
semua pilarnya dalam 5 tahun terakhir. Namun
berdasarkan laporan WEF, peringkat Indonesia pada
tahun 2016-2017 mengalami penurunan dari peringkat
37 pada tahun 2015- 2016 menjadi peringkat 41 pada
tahun 2016-2017 dan kemudian naik pada tahun 2017-
2018 menjadi peringkat 36. Sementara pada tahun
2018 dan 2019, peringkat Indonesia dalam indeks
daya saing global kembali mengalami penurunan,
yaitu peringkat 45 pada tahun 2018 dan peringkat 50
pada tahun 2019.
C. Daya Saing Global Indonesia versi World
Economic Forum (WEF)
Daya Saing Global Indonesia versi World
Economic Forum (WEF) 1 Tulus Tambunan Kadin

171
Indonesia Tanggal 8 Oktober 2008 World Economic
Forum (WEF), berkantor pusat di Geneva (Swis),
mempublikasikan laporan tahunan mengenai indeks
daya saing global dari negara-negara di dunia, yang
tahun ini laporannya berjudul The Global
Competitiveness Report Daya saing dalam
pengertian WEF ini adalah daya saing suatu
negara/ekonomi,
bukan daya saing suatu produk. Jadi daya saing dalam
pengertian WEF ini tidak hanya relevan bagi
perdagangan internasional (ekspor dan impor) tetapi
juga investasi: negara dengan indeks daya saing global
(global competitiveness index; GCI) yang tinggi akan
lebih menarik bagi investor asing karena secara
potensial negara tersebut memberikan keuntungan
bisnis lebih besar daripada negara dengan GCI yang
rendah. Selama ini, laporan tahunan mengenai daya
saing global dari WEF dan laporan tahunan dari Bank
Dunia, yakni Doing Business, termasuk dua sumber
informasi yang penting yang sering digunakan oleh
(calon) investor asing mengenai negara- negara tujuan
investasi mereka. Metodologi yang digunakan oleh
WEF untuk menentukan daya saing global sebuah
negara adalah suatu kombinasi antara analisis data
sekunder dan analisis data primer yang meliputi
sejumlah aspek yang secara teoritis dianggap sangat
berpengaruh terhadap tingkat daya saing suatu
negara/ekonomi, dan dalam penghitungan dengan
rumus-rumus tertentu, masing-masing aspek/faktor
tersebut diberi bobot-bobot tertentu yang besarannya
didasarkan pada `signifikansi dari pengaruh dari aspek
bersangkutan.

172
Data primer didapat dari hasil survei terhadap lebih
dari 100 perusahaan, dari semua skala usaha, di
sektor-sektor utama ekonomi (seperti pertanian,
pertambangan, industri manufaktur, perbankan, dan
jasa). Survei ini disebut Executive Opinion Survey,
yang isinya adalah pendapat pribadi dari pimpinan,
ceo, atau manajer perusahaan mengenai segala aspek
terkait dengan daya saing yang dicantumkan di
dalam daftar pertanyaan. Untuk Indonesia, sejak
tahun 1996 survei dilakukan oleh Kadin Indonesia. 2
Sedangkan data sekunder didapat dari sumber-
sumber pemerintah, misalnya di Indonesia, dari Biro
Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia (BI), dan
lainnya.
Data sekunder terutama menyangkut ekonomi
seperti tingkat pendapatan per kapita, pertumbuhan
ekonomi, jumlah pemilik telepon, inflasi, dll.
Penggunaan data sekunder terutama dimaksud selain
untuk memberi gambaran secara makro mengenai
kondisi atau karakteristik dari negara yang diteliti,
tetapi juga untuk mengurangi kadar subyektif dari
hasil survei. Karena hasil suatu sirvei berdasarkan
opini pribadi tentu sangat subyektif sifatnya, yang
belum tentu menggambarkan keadaan sebenarnya,
apalagi pada tingkat makro/negara. 1 Kadin
Indonesia, Senin, 13 Oktober Survei dilakukan
setiap tahun oleh Dr Tulus Tambunan. Besarnya
sampel rata-rata per tahun mencapai 150 hingga
200 perusahaan di seluruh Indonesia, walaupun
sebagian besar di Jawa, Sumatera dan Sulawesi.

173
Hadapi Persaingan Global, Pendidikan Tinggi
Harus Tingkatkan DayaSaing
Dalam era globalisasi, setiap negara dapat saling
berinteraksi, baik untuk kerja sama dalam mencapai
tujuan tertentu maupun saling berkompetisi satu
sama lain. Kompetisi global menuntut kita untuk
memiliki kemandirian.
Oleh karena itu, dibutuhkan peran pendidikan
tinggi dalam rangka meningkatkan daya saing
bangsa agar mampu menjadi yang terdepan pada
setiap kesempatan.
“Untuk mencapai (kemandirian), kita harus
memiliki daya saing yang tinggi dan mampu
memenangkan akses terhadap berbagai peluang yang
tercipta dari globalisasi. Dalam hal ini, lembaga
pendidikan tinggi memiliki peranan yang sangat
signifikan,” tegas Wakil Presiden (Wapres) K.H.
Ma’ruf Amin ketika menyampaikan Orasi Ilmiah
pada acara Wisuda Virtual Program Vokasi dan
Sarjana Universitas Indonesia (UI) Tahun 2022,
dari Jakarta Pusat, Sabtu (26/02/2022).
Lebih lanjut Wapres menyampaikan, disamping
dapat menyiapkan human capital secara individual,
pendidikan tinggi secara luas juga memiliki peran
penting dalam kemakmuran masyarakat di suatu
negara, karena di dalamnya terkait dengan
pertumbuhan ekonomi dan kualitas SDM.

174
“Pendidikan tinggi memiliki peranan yang
krusial bagi kemakmuran masyarakat dan bangsa,
karena pendidikan tinggi adalah faktor penentu
pertumbuhan ekonomi jangka panjang, kemajuan
teknologi, dan peningkatan keahlian praktis,” ujarnya.
Terkait dengan kemajuan teknologi, Wapres
menyampaikan bahwa revolusi digital telah
mengubah seluruh sektor kehidupan, diantaranya
pelayanan publik, perbankan, kesehatan, dan
transportasi. Perguruan tinggi harus dapat
beradaptasi dan menciptakan berbagai
inovasi untukmempercepat pembangunan ekonomi.
“Universitas harus mampu menjadi lokomotif
inovasi, sebagai katalisator pembangunan ekonomi di
masa depan, serta bertindak sebagai akselerator dalam
terciptanya penemuan-penemuan baru yang
melibatkan berbagai disiplin keilmuan,” imbuhnya.
Pada kesempatan yang sama, Wapres juga
menyampaikan bahwa pendidikan tinggi harus dapat
menyiapkan SDM yang mampu dan siap berpartisipasi
serta menguasai kemampuan problem solving atas
berbagai tantangan yang dihadapi oleh setiap generasi,
salah satunya dengan ilmu kewirausahaan.
“Saya sangat mendorong UI untuk membekali
mahasiswanya dengan ilmu kewirausahaan.
Kewirausahaan sejatinya adalah tentang problem
solving. Selain itu, kewirausahaan akan menjadi
medium inovasi untuk memproduksi komoditas dan
membuka lapangan kerja, keduanya adalah bahan baku
utama kesejahteraan,” ujar Wapres.

175
Wapres pun menyoroti pentingnya karakter bangsa
dalam merespon perubahan hubungan sosial
kemasyarakatan yang ditandai dengan meningkatnya
sikap individualistis sebagai bentuk kemajuan dan
derasnya ilmu pengetahuan dan teknologi.
“(individualistis) bukan cerminan karakter bangsa
kita. Saya berharap para wisudawan terus memegang
teguh nilai-nilai kebangsaan, seperti; toleransi dan
gotong-royong dalam perjalanan di masa depan,”
harapnya.
Menutup orasi ilmiahnya, Wapres berharap agar
UI dapat terus memberikan sumbangsih bagi
pembangunan dan inovasi, baik di tingkat nasional
maupun global. Dalam kesempatan ini, Wapres juga
menyampaikan apresiasi atas upaya UI dalam
meningkatkan kualitas SDM bangsa.
“Kepada seluruh jajaran pimpinan dan para
pengajar UI, saya sampaikan apresiasi yang tinggi atas
pengabdian dan ikhtiar dalam mencetak “Generasi
Indonesia yang Cerdas dan Bermartabat,” pungkasnya.
Sebelumnya, Rektor UI Ari Kuncoro dalam
pidatonya menyampaikan bahwa UI akan terus
mengembangkan sistem smart campus, yang
menekankan pentingnya transformasi teknologi, serta
akan selalu cepat beradaptasi dan mengikuti dinamika
perubahan yang ada.

176
“UI selalu beradaptasi dengan cepat terhadap
berbagai perubahan yang ada. Dinamika itu membawa
perubahan bagi UI yang tengah bertranformasi dari
traditional university menuju entrepreneurial
university. Kita menyadari pentingnya transformasi
teknologi yang menunjukkan ekosistem yang
terhubung secara digital,” ungkap Ari.
Tidak lupa Ari juga berpesan agar nama baik
almamater UI dapat dijaga dan para alumni dapat
menjadi agen perubahan di masa mendatang.Kami
berharap para alumni dapat menjadi agen perubahan
dan senantiasa menjaga nama baik almamater,” pesan
Ari.
Sebagai informasi, jumlah wisudawan UI pada
semester gasal 2021/2022 berjumlah 4.175 orang,
dengan rincian lulusan terdiri dari; 30 orang lulusan
pendidikan vokasi, 1.933 orang lulusan sarjana, 308
orang lulusan pendidikan profesi, 304 orang lulusan
pendidikan spesialis, 1.478 orang lulusan magister,
dan 122 orang lulusan pendidikan doktoral.
Turut hadir dalam acara jajaran pengurus Majelis
Wali Amanat Universitas Indonesia, serta jajaran
pengurus Universitas Indonesia.

177
Beberapa kriteria yang menunjukkan
perbaikan signifikan antara lain :

1. aplikasi paten
2. tingkat korupsi
3. biaya listrik industry
4. keadilan
5. serta hokum

Kesemuanya itu menjadi indikator kemajuan yang


baik di bidang ekonomi, pendidikan dan pengetahuan,
serta hukum.
Faktor yang dianggap paling menarik dari
perekonomian Indonesia menurut Executive Opinion
Survey, salah satu bobot yang dinilai WCY, adalah
ekonomi yang dinamis, perilaku terbuka dan positif
masyarakat, serta kebijakan yang stabil dan terprediksi.
Perbaikan peringkat daya saing Indonesia menunjukkan
hasil positif dari berbagai reformasi struktural dan
ekonomi yang secara konsisten terus dilakukan oleh
Pemerintah.
Kementerian Keuangan menyatakan bakal terus
melanjutkan komitmen reformasi struktural untuk
meningkatkan produktivitas dan daya saing. Begitu
pula infrastruktur, kualitas sumber daya manusia,
industrialisasi dan kerangka institusi masih menjadi
prioritas pembangunan Pemerintah.

178
12 PILAR :
Ada 12 pilar, dikelompokkan ke dalam tiga
kolompok faktor, yangmenentukan tingkat daya
saing sebua negara :
• Kelembagaan
• Infrastruktur
• Stabilitas Ekonomi Makro
• Kesehatan & Pendidikan Dasar
• Pendidikan Tinggi & Pelatihan
• Efisiensi Pasar Barang
• Efisensi Pasar Buruh
• Kecanggihan Pasar Keuangan
• Kesiapan Teknologi
• Luas Pasar
• Kecanggihan Bisnis
• Inovasi

179
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/embeds/266645963/content?start_
page=1&view_mode=scroll&access_key=key-
fFexxf7r1bzEfWu3HKwf.

http://catatankuliahfethamrin.blogspot.com/2013/01/rua
ng-lingkup-dan-karakteristik.html?m=1.

https://brainly.co.id/tugas/28156557.

https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/
amp/harisusanto/perekonomian-indonesia-di-zaman-
kolonial_5500701ba333115b73510d94.

https://www.slideshare.net/BakhrulUlum2/2-sejarah-
perekonomian-indonesia-70499502.

http://repositori.kemdikbud.go.id/12964/1/Sejarah%20p
erekonomian%20indonesia.pdf.

https://katadata.co.id/intan/berita/61b9a5485652b/sejar
ah-demokrasi-liberal-di-indonesia-serta-pengertian-
dan-cirinya.

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-
5818926/kebijakan-sistem-ekonomi-ali-baba-sejarah-
dan-kegagalannya.

https://www.kompas.com/stori/read/2021/04/02/14490
0579/gerakan-benteng-latar-belakang-pelaksanaan-dan-
kegagalan?page=all.

180
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j
&url=http://risa_septiani.staff.gunadarma.ac.id/Downlo
ads/files/73439/M2%2BSejarah%2BPerekonomian%2
BIndonesia.pdf&ved=2ahUKEwig14Oq6fn2AhXV8X
MBHWk1COkQFnoECAYQAQ&usg=AOvVaw0yEJ5
cxh38tgBdGDZvMmKB.

https://accurate.id/ekonomi-keuangan/sistem-ekonomi-
indonesia/.

https://accounting.uii.ac.id/transformasi-ekonomi-
digital-di-indonesia/.

https://mediaindonesia.com/opini/433294/transformasi-
ekonomi-indonesia.

https://www.kompasiana.com/rokhmin/56c28324d17a6
114048b456d/transformasi-struktural-ekonomi-dan-
kemajuan-bangsa?page=2&page_images=.

https://doc.lalacomputer.com.

https://www.academia.edu/5725928/DAMPAK_KEBIJ
AKAN_FISKAL_TERHADAP_PEREKONOMIAN_
DI_INDONESIA.

https://www.freedomsiana.id/instrumen-kebijakan-
fiskal/.

https://www.ocbcnisp.com/id/article/2021/08/12/kebija
kan-fiskal-adalah.

181
https://www.ocbcnisp.com/en/article/2021/07/27/kebija
kan-moneter-adalah.

https://sg.docworkspace.com/d/sINW5g59WsbKakgY.

https://rangkulteman.id/berita/kebijakan-moneter-
pengertian-tujuan-jenis-dan-instrumennya.

https://www.gramedia.com/literasi/neraca-
pembayaran/.

https://accurate.id/akuntansi/neraca-pembayaran-
.adalah/#:~:text=Neraca%20pembayaran%20internasio
nal%20atau%20balance,luar%20negeri%20untuk%20s
atu%20periode.

https://berkas.dpr.go.id.

https://m.mediaindonesia.com/ekonomi/215946/ini-
strategi-pemerintah-untuk-perbaiki-neraca-pembayaran.

https://adoc.pub/perekonomian-indonesia-di-era-
globalisasi.html.

https://www.gramedia.com/literasi/bentuk-globalisasi/.

https://berkas.dpr.go.id/puskajianggaran/referensi-
apbn/public-file/referensi-apbn-public-24.pdf.

https://docplayer.info/34401591-Daya-saing-global-
indonesia-versi-world-economic-forum-wef-1-tulus-
tambunan-kadin-indonesia.html.

182
https://www.kominfo.go.id/content/detail/40247/hadapi
-persaingan-global-pendidikan-tinggi-harus-tingkatkan-
daya-saing/0/berita.

https://bisnis.tempo.co/amp/1211889/peringkat-daya-
saing-ri-melonjak-masih-ada-5-tantangan-ekonomi.

183
184

Anda mungkin juga menyukai