Anda di halaman 1dari 2

TUGAS RESUME

Pemeriksaan audiometri digunakan untuk mengetahui derajat gangguan dengar, pada seseorang
yang umumnya memiliki keluhan sulit berkomunikasi pada orang lain, terutama di keramaian.
Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien secara kooperatif, karena hasil pemeriksaan audiometri
tersebut berdasarkan dari respon yang diberikan oleh pasien.

Pada pemeriksaan audiometri, nilai ambang dengar ditentukan berdasarkan hasil rata-rata
ambang dengar di frekuensi 500, 1000, 2000, dan 4000 Hz. Derajat gangguan pendengaran
terdiri atas:

0 : tidak ada gangguan (25 dB atau kurang). Tidak ada atau ada gangguan dengar sangat
ringan, dapat mendengarkan bisikan.

1 : gangguan ringan (26-40 dB). Dapat mendengar atau mengulang kata-kata dengan suara
normal yang diucapkan dari jarak 1 meter

2 : gangguan sedang (41-60 dB). Dapat mendengar atau mengulang kata-kata dengan suara
keras yang diucapkan dari jarak 1 meter

3 : gangguan berat (61-80 dB). Dapat mendengar kata-kata yang diteriakkan pada telinga
yang lebih baik

4 : gangguan sangat berat atau tuli (81 dB atau lebih). Tidak dapat mendengar atau
mengerti kata-kata walaupun telah diteriakkan.

Gelombang bunyi yang tertangkap pada audiogram akan diubah menjadi sinyal saraf yang
diproses oleh otak menjadi suara yang akan terdengar di telinga. Seseorang yang mengalami
gangguan pendengaran akan sulit mengolah gelombang bunyi tersebut menjadi sebuah suara.
Ada beberapa tanda gangguan pada pendengaran yang biasa dikeluhkan antara lain: sulitnya
mendengarkan ucapan orang lain, suara berdenging di telinga yang tiba-tiba muncul (tinnitus),
atau sulit berkomunikasi dengan orang lain (paling umum).
Pemeriksaan audiometri perlu dilakukan dengan menggunakan bunyi-bunyian yang lembut atau
tidak terdengar oleh orang lain disekitarnya, sehingga pada tesnya langsung menggunakan
earphone atau headphone. Kerasnya bunyi yang dihasilkan diukur dalam satuan desibel (dB) dan
nada suara diukur dalam satuan frekuensi (Hz). Ketika proses pemeriksaan berlangsung,
seseorang akan diberikan ragam suara, mulai dari nada yang rendah kemudian diteruskan sampai
nada yang lebih tinggi.

Audiometri nada murni pada kasus-kasus dini biasanya memperlihatkan noise notch pada
frekuensi 3, 4, atau 6 kHz, namun ini akan menghilang dalam beberapa tahun dengan semakin
beratnya paparan bising dan semakin bertambahnya usia. Bila ambang dengar di antara frekuensi
1 dan 8 kHz (terutama pada frekuensi 2, 3, dan 4 kHz) berada di bawah garis tersebut, hal ini
mengindikasikan keberadaan dari noise notch.

Ciri khas gangguan dengar:

a. Tuli sensorineural. Ambang BC (hantaran tulang) dan AC (hantaran udara) meningkat.


Jarak BC-AC ≤ 10 dB
b. Tuli konduktif. Ambang BC dalam batas normal (0-20 dB), ambang AC meningkat. Jarak
BC-AC > 10 dB

Anda mungkin juga menyukai