Anda di halaman 1dari 34

Laporan Praktikum Kimia Anorganik

SINTESIS BIS-ETILENDIAMIN NIKEL(II) KLORIDA DIHIDRAT

ANDI NURFAHRUL

H031191062

LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
Laporan Praktikum Kimia Anorganik

SINTESIS BIS-ETILENDIAMIN NIKEL(II) KLORIDA DIHIDRAT

Disusun dan diajukan oleh

ANDI NURFAHRUL

H031191062

Laporan praktikum telah diperiksa dan disetujui oleh:

Makassar, 18 November 2021

Asisten, Praktikan,

RAMLAWATI ANDI NURFAHRUL


NIM. H031171014 NIM. H031191062
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikatan kompleks pada suatu persenyawaan terbentuk karena terjadi ikatan

antara ion dengan ion lain atau antara ion dengan molekul netral. Menurut

Werner, atom logam akan diikat langsung oleh atom-atom atau kelompok atom

maupun molekul. Dasar terbentuknya senyawa kompleks adalah terjadinya ikatan

antara ligand dan ion logam sebagai pusatnya (Apriyanto dan Rujiah, 2017).

Senyawa kompleks sering kali dipergunakan untuk kepentingan analisis

kuantitatif maupun kualititatif atas unsur ataupun senyawa, baik sebagai kation

maupun anion. Senyawa kompleks terdiri dari atom pusat yang biasanya berupa

kation dapat berperan sebagai asam Lewis, sedangkan ligan yang biasanya berupa

anion atupun molekul netral dapat berperan sebagai basa Lewis (Suhartana, 2007).

Senyawa kompleks di laboratorium dapat disintesa dengan mereaksikan ligan

yang mempunyai pasangan elektron bebas dengan logam yang merupakan

penerima pasangan elektron yang didonorkan oleh ligan (Saria dkk., 2012).

Nikel merupakan unsur logam transisi golongan VIII pada sistem periodik

unsur dengan orbital 3d yang belum penuh. Pemakaian logam nikel sebagai

katalis telah dikenal luas baik sebagai logam murni, oksida logam maupun

kombinasi dengan logam lain (Trisunaryanti, 2018). Berdasarkan beberapa uraian

di atas, maka dilakukanlah percobaan ini untuk mempelajari dan memahami

metode sintesis dari senyawa kompleks bis-etilendiamin nikel(II) klorida dihidrat

dan karakterisasi senyawa kompleks yang dibentuk.


1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dalam percobaan ini adalah untuk mempelajari dan memahami

sintesis senyawa kompleks [Ni(NH2C2H4NH2)2Cl2].2H2O.

1.2.2 Tujuan Pecobaan

1. Menyintesis senyawa kompleks [Ni(NH2C2H4NH2)2Cl2].2H2O.

2. Menghitung rendamen kristal senyawa kompleks dalam etanol.

1.3 Prinsip Percobaan

Prinsip dalam percobaan ini adalah menyintesis senyawa kompleks

[Ni(NH2C2H4NH2)2Cl2].2H2O dengan cara pencampuran larutan NiCl2.6H2O

dengan larutan etilendiamin, pemanasan, penyaringan, dan pengkristalan. Serta

mengidentifikasi senyawa kompleks [Ni(NH2C2H4NH2)2Cl2].2H2O dengan

menggunakan spektrofotometeter UV-Vis pada panjang gelombang maksimum.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Senyawa Kompleks

Senyawa kompleks terbentuk akibat adanya ikatan antara ligan yang

berperan sebagai donor pasangan elektron (basa lewis) dengan ion pusat (logam)

yang berperan sebagai akseptor pasangan elektron (asam lewis). Studi

pembentukan kompleks menjadi hal yang menarik untuk dipelajari karena

kompleks yang terbentuk dimungkinkan memberi banyak manfaat, misalnya

untuk katalis, obat dan penanganan keracunan logam berat. Senyawa kompleks

yang bisa dijadikan sebagai katalis harus memiliki sifat yang stabil. Salah satu

senyawa kompleks yang sangat stabil adalah senyawa kompleks yang membentuk

khelat. Senyawa kompleks nikel telah terbukti dapat digunakan pada proses

katalitik yaitu pada Ni(II) digunakan sebagai katalis pada polimerisasi etilena.

Suhu polimerisasi memiliki pengaruh besar pada aktivitas katalis dan derajat dari

percabangan polimer. Katalis Ni(II) menghasilkan cabang yang banyak pada suhu

tinggi dan pada tekanan rendah etilen, sehingga hasil derajat dari percabangan

polietilen meningkat (Triyani dkk., 2013).

Senyawa koordinasi adalah salah satu senyawa yang memegang peranan

penting dalam kehidupan manusia. Senyawa ini terbentuk karena adanya ikatan

antara ligan yang berperan sebagai donor pasangan elektron (basa lewis) dengan

ion pusat (logam) yang berperan sebagai akseptor pasangan elektron (asam lewis).

Senyawa koordinasi atau senyawa kompleks terbentuk karena adanya ion logam

yang berikatan dengan ligan secara kovalen koordinasi. Kajian dan penelitian

tentang sintesis senyawa koordinasi semakin beragam. Salah satunya adalah


penelitian tentang senyawa kompleks sebagai katalis. Dari beberapa penelitian

telah dilaporkan bahwa senyawa kompleks nikel telah terbukti dapat digunakan

pada proses katalitik dalam beberapa reaksi organik seperti reaksi karbonilasi

etanol menjadi asam propionat yang menggunakan katalis senyawa kompleks

[Ni(C9H7N)4]Cl2 dan reaksi hidrogenasi yang mengkonversi glukosa menjadi

sorbitol dengan katalis senyawa kompleks [Ni(EDTA)3(NO3)2] berpendukung

silika (SiO2) (Mintari dkk., 2015).

Senyawa koordinasi atau senyawa kompleks secara umum dapat

didefinisikan sebagai senyawa yang tersusun atas atom pusat atau ion pusat dan

ligan-ligan yang mengelilinginya dalam bentuk geometri tertentu. Atom atau ion

pusat biasanya berupa atom-atom atau ion-ion dari logam transisi. Ligan dapat

berupa ion negatif (anoda), baik ion dari satu atom maupun ion dari gabungan

beberapa atom, ataupun berupa molekul netral yang mempunyai momen dipol

atau elektronegatifitas. Suatu molekul netral dapat berperan sebagai ligan hanya

jika mempunyai pasangan elektron bebas (Saputro, 2015).

Atom pusat yang berasal dari golongan alkali dalam senyawa kompleks

biasanya memiliki bilangan koordinasi empat atau enam. Unsur-unsur alkali tanah

umumnya sukar membentuk senyawa kompleks. Kemampuan suatu unsur

membentuk suatu senyawa kompleks sangat bergantung pada muatan dan ukuran

ion unsur serta ada atau tidaknya orbital kosong yang sesuai dalam unsur itu.

Senyawa kompleks cenderung akan lebih mudah terbentuk pada unsur yang

memiliki orbital kosong yang sesuai dan memiliki muatan ion yang tinggi jari-jari

ion kecil (Fitri, 2019).

Ikatan antara atom pusat dengan ligan-ligan merupakan ikatan kovalen

koordinasi dengan semua elektron yang digunakan untuk membentuk dari


ligan-ligan. Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan kovalen dimana pasangan

elektron yang digunakan bersama hanya berasal dari salah satu atom saja. Ikatan

kovalen koordinasi hanya dapat terbentuk jika salah satu atom yang berikatan

kovalen memiliki pasangan elektron bebas (PEB) sedangkan atom yang lain

sangat kekurangan elektron (Saputro, 2015).

Ion kompleks dideskripsikan sebagai ion logam dan beberapa jenis ligan

yang terikat olehnya. Senyawa kompleks dapat bermuatan netral jika ion

kompleks dari senyawa tersebut bergabung dengan ion lain yang disebut

counter ion. Jika ion kompleks bermuatan positif, maka counter ion pasti akan

bermuatan negatif dan sebaliknya. Struktur dari ion kompleks tergantung dari tiga

karakteristik, yaitu bilangan koordinasi, geometri, dan banyaknya atom

penyumbang setiap ligan. Bilangan koordinasi adalah jumlah dari ligan-ligan yang

terikat langsung oleh atom pusat. Geometri (bentuk) dari ion kompleks tergantung

pada bilangan koordinasi dan ion logamnya. Ligan dikelompokkan berdasarkan

jumlah dari atom penyumbangnya (donor atom) yaitu logan monodentat, bidentat

dan polidentat. Ligan monodentat dapat menyumbang satu atom, ligan bidentat

dapat menyumbang dua atom sedang ligan polidentat dapat menyumbang lebih

dari dua atom (Fajri, 2017).

2.2 Nikel(II) Klorida Heksahidrat

Kompleks Ni(II) oktahedral sering dimanfaatkan untuk menentukan

kekuatan medan ligan karena kompleks ini tidak dipengaruhi oleh keadaan spin

dan warna kompleks berada pada daerah sinar tampak dan inframerah dekat.

Kekuatan medan ligan ditentukan berdasarkan energi pembelahan orbital d

menjadi t2g dan eg yang dinyatakan sebagai ∆o. Untuk medan ligan kuat, energi
pembelahan tersebut lebih besar dibandingkan dengan energi untuk memasangkan

elektron(P). Nilai ∆o diperoleh dari spektrum elektronik larutan kompleks dan

karena itu kekuatan ligan dapat disusun dalam susunan yang disebut deret

spektrokimia (Lisdiana dan Onggo, 2017).

Nikel merupakan unsur transisi logam dan paling melimpah sebagai

nikel(II). Kompleks nikel(II) yang disintesis dapat membentuk beberapa geometri

seperti persegi planar atau tetrahedral, piramida persegi, trigonal-bipiramidal dan

oktahedral. Geometri kompleks nikel(II) yang paling umum adalah oktahedral dan

bujur sangkar (Rahardjo, 2018). Nikel(II) mempunyai konfigurasi elektron 3d8

dengan dua elektron tidak berpasangan, memiliki stabilitas kompleks yang cukup

jika dibandingkan dengan logam transisi deret pertama yang lain (Rahardjo,

2014). Garam-garam nikel(II) seperti Ni(NO3)2.6H2O, NiCl2.6H2O, NiSO4.6H2O,

dan Ni(CH3COO)2.4H2O mudah larut dalam air membentuk kompleks

[Ni(H2O)6]2+ yang berwarna hijau (Lisdiana dan Onggo, 2017).

Klor (berasal dari bahasa Yunani yaitu Chloros yang berarti hijau pucat)

adalah unsur kimia dengan nomor atom 17 dan simbol Cl yang termasuk dalam

golongan halogen. Klorin merupakan unsur kedua dari keluarga halogen, terletak

pada golongan VII A periode III. Sifat kimia klorin sangat ditentukan oleh

konfigurasi elektron pada kulit terluarnya. Klorin berwujud gas berwarna kuning

kehijauan dengan bau cukup menyengat dan bersifat sebagai oksidator. Seperti

halnya oksigen, klorin juga membantu reaksi pembakaran dengan mengahasilkan

panas cahaya (Rosita dkk., 2016). Tujuh dari tujuh belas total elektron atom klor

berada pada kulit terluar. Elektron yang berada pada kulit terluar disebut elektron

valensi, sehingga dapat dikatakan atom klor memiliki tujuh elektron valensi.

Elektron valensi klor dapat membentuk ikatan kovalen untuk berbagi elektron
dengan atom lainnya (Saucerman, 2008).

Klorida merupakan anion yang mudah larut dalam sampel air. Ion klorida

dalam larutan bisa dalam senyawa natrium klorida, kalium klorida dan kalsium

klorida. Kelebihan ion klorida dalam air minum dapat merusak ginjal. Namun,

kekurangan ini dalam tubuh juga dapat menurunkan tekanan osmotik cairan yang

menyebabkan meningkatnya suhu tubuh (Ngibad dan Herawati, 2019).

2.3 Bis-Etilendiamin Nikel(II) Klorida Dihidrat

Nikel adalah logam jejak penting gizi untuk di setidaknya beberapa spesies

hewan, mikro-organisme dan tanaman, dan oleh karena itu gejala kekurangan atau

toksisitas dapat terjadi ketika, masing-masing, terlalu sedikit atau terlalu banyak

Ni diambil atas. Senyawa nikel dan nikel memiliki banyak penggunaan industri

dan komersial, dan kemajuan industrialisasi telah menyebabkan peningkatan

emisi polutan ke dalam ekosistem. Meskipun Ni adalah omnipresent yang berarti

ada dimana-mana dan sangat penting untuk fungsi banyak organisme, konsentrasi

di beberapa area dari pelepasan antropogenik dan tingkat yang bervariasi secara

alami mungkin beracun bagi organisme hidup (Cempel dan Nikel, 2006).

Nikel adalah komponen yang ditemukan banyak dalam meteorit dan

menjadi ciri komponen yang membedakan meteorit dari mineral lainnya. Nikel

berwarna putih keperak-perakan dengan pemolesan tingkat tinggi. Bersifat keras,

mudah ditempa, sedikit ferromagnetis, dan merupakan konduktor yang baik

terhadap panas dan listrik. Nikel tergolong dalam grup logam besi-kobal yang

dapat menghasilkan alloy yang sangat berharga (Lisdiana dan Onggo, 2017).

Bis-etilendiamin nikel(II) klorida dihidrat merupakan senyawa kompleks

yang mengandung nikel(II) sebagai atom pusat dan etilendiamin sebagai

ligan. Etilendiamin merupakan ligan bidentat. Jumlah ligan kompleks


seperti bidentat, tridentat disebut dengan bis, tris, tetrakis, dan lain-lain, jika

sudah mengandung di, tri, dalam namanya (Singhal, 2010). Etilendiamin

(IUPAC: 1,2-diaminoetana), atau disingkat dengan en merupakan ligan khelat

yang cukup banyak dikenal, mudah membentuk senyawa kompleks dengan logam

transisi, misalnya [Co(en)3]3+. Senyawa kompleks etilendiamin relatif mudah

disintesis, yaitu dengan mereaksikan larutan logam dan larutan en pada berbagai

rasio. Banyaknya ligan en yang digunakan berpengaruh terhadap senyawa yang

dihasilkan. Selain itu, keberadaan asam akan mempengaruhi kestabilan spesi en

dalam larutan sehingga en dapat relatif mudah terlepas atau bahkan sulit berikatan

dengan ion logam pusat (Harsojo dkk., 2017).

Bis-etilendiamin nikel(II) klorida dihidrat terdiri atas NiCl2.6H2O dan

etilendiamin. Larutan hijau yang dibentuk dengan melarutkan nikel(II) klorida

dalam air mengandung ion Ni2+(aq) dan Cl−(aq). Jika pelarut dihilangkan, padatan

kristal hijau diperoleh. Rumus zat padat ini sering ditulis sebagai NiCl2.6H2O,

dengan nama klasik untuk senyawa ini adalah nikel(II) klorida heksahidrat.

Penambahan ammonia ke dalam larutan nikel(II) klorida berair menghasilkan

larutan berwarna ungu. Struktur nikel(II) klorida terhidrasi mengandung kation

dengan rumus [Ni(H2O)6]2+ dan anion klorida. Struktur senyawa yang

mengandung amonia mirip dengan hidrat terdiri dari kation [Ni(NH3)6]2+ dan

anion klorida (Kotz dkk., 2019).

2.4 Kristalisasi

Kristal adalah suatu padatan dimana molekul atom, atau ion penyusunnya

tersusun dalam suatu pola tertentu. Suatu kristal mempunyai jumlah muka

(crystal faces) tertentu dengan sudut antar muka (interfacial angle) yang tertentu
pula. Salah satu sifat penting kristal yang perlu diperhatikan yaitu ukuran kristal

dan keseragaman ukuranya. Kristalisasi adalah suatu pembentukan partikel

padatan di dalam sebuah fasa homogen. Pembentukan partikel padatan dapat

terjadi dari fasa uap, seperti pada proses pembentukan kristal salju atau sebagai

pemadatan suatu cairan pada titik lelehnya atau sebagai kristalisasi dalam suatu

larutan (cair) (Fachry dkk., 2008).

Kristalisasi dikategorikan sebagai salah satu proses pemisahan yang

efisien. Tujuan dari proses kristalisasi adalah untuk pemisahan dan pemurnian.

Adapun sasaran dari proses kristalisasi adalah menghasilkan produk kristal

yang mempunyai kualitas seperti yang diinginkan. Kualitas kristal antara lain

dapat ditentukan dari tiga parameter, yaitu distribusi ukuran Kristal (Crystal Size

Distribution, CSD), kemurnian kristal (crystal purity), dan bentuk kristal (crystal

habit/shape) (Umam, 2019). Ada beberapa syarat agar suatu pelarut dapat

digunakan dalam proses kristalisasi yaitu memberikan perbedaan daya larut yang

cukup besar antara zat yang dimurnikan dengan zat pengotor, tidak meninggalkan

zat pengotor pada kristal dan mudah dipisahkan dari kristalnya (Rositawati, 2013).
BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah NiCl2.6H2O, etanol,

etilendiamin, akuades, es batu, dan kertas saring Whatman No. 42.

3.2 Alat Percobaan

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah sendok tanduk, batang

pengaduk, pipet tetes, gelas kimia, gelas ukur, corong, pipet volume, neraca

digital, bulb, erlenmeyer, desikator, dan hotplate.

3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Sintesis Senyawa Kompleks [Ni(NH2C2H4NH2)2Cl2].2H2O

Dilarutkan 1 gram padatan NiCl2.6H2O dalam 12 mL etanol di dalam gelas

kimia 100 mL, lalu dipanaskan di atas penangas air, kemudian didinginkan pada

suhu ruang. Setelah itu, ditambahkan 2 mL etilendiamin tetes demi setetes sambil

diaduk. Kemudian didinginkan campuran dalam penangas es selama 15-30 menit.

Dikumpulkan kristalnya dan disaring, lalu endapannya dicuci dengan 10 mL

etanol. Kemudian endapan dikeringkan dalam desikator. Setelah kering, endapan

yang membentuk kristal ditimbang dan dihitung rendamennya.

3.3.2 Identifikasi Senyawa Kompleks [Ni(NH2C2H4NH2)Cl2].2H2O

Identifikasi senyawa kompleks dilakukan dengan cara menghitung kadar

Ni dari garam yang dibentuk yaitu bis-Etilendiamin nikel(II) klorida dihidrat dan

kadar Ni dalam NiCl2.6H2O. Dibandingkan kadar Ni yang diperoleh. Dilarutkan


kristal yang diperoleh dalam 20% v/v etanol-air (kelarutan 0,865 g/25 mL). Lalu

ditentukan λmaks pada daerah 400-900 nm.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Tabel 1. Hasil pengamatan sintesis senyawa kompleks


Kristal Pengamatan
Pembentukan 4 hari
Warna Ungu
Bentuk Tidak beraturan/Butiran
Berat endapan 1,2683 gram
Rendamen 105,7%

4.2 Reaksi

4.3 Perhitungan

A: 0,0042 mol 0,03 mol -

R: 0,0042 mol 0,0042 mol 0,0042 mol

S: - 0,0258 mol 0,0042 mol

Berat NiCl26H2O = 1,00 gram

Mr [Ni(NH2C2H4NH2)2Cl2]2H2O = 285,7 g/mol

Berat kertas saring = 1,32 gram


Berat kertas saring + kristal = 2,5883 gram

Berat teori = 0,0042 mol x 285,7 g/mol

= 1,1999 gram

Berat praktek = (berat kertas saring + kristal) – (berat kertas saring)

= 2,5883 g – 1,32 g

= 1,2683 gram

berat praktek
% Rendamen = x 100%
berat teori

1,2683 g
= x 100%
1,1999 g

= 105,7 %

4.4 Pembahasan

Pada percobaan ini, padatan NiCl26H2O dilarutkan dalam etanol.

Penambahan etanol berfungsi untuk melarutkan NiCl26H2O karena logam Ni

tidak dapat larut dalam pelarut polar. Ketika dipanaskan larutan tersebut

menghasilkan warna hijau. Setelah ditambahkan etilendiamin pada suhu ruang

terjadi perubahan warna dari hijau menjadi ungu. Penambahan etilendiamin

berfungsi sebagai ligan pengompleks. Campuran didinginkan dalam penangas es

untuk mempercepat pembentukan kristal. Kemudian disaring endapan dengan

kertas saring dengan menggunakan corong. Endapan kemudian dicuci dengan

menggunakan 10 mL etanol. Etanol berfungsi sebagai pelarut dan memiliki titik

didih rendah sehingga mudah menguap. Etanol tidak bereaksi dengan deposit

yang didapatkan dan juga karena etilendiamin termasuk senyawa yang larut dalam

pelarut polar maupun semipolar sehingga dengan etanol, senyawa etilendiamin

dapat dengan mudah larut di dalamnya. Kemudian dikeringkan dalam desikator

agar endapan tidak terkontaminasi atau menarik oksigen di udara.


Setelah didiamkan selama 4 hari, endapan dalam desikator membentuk

kristal ungu mengkilap dengan bentuk tidak beraturan seperti serbuk pasir. Hasil

percobaan ini menunjukkan senyawa [Ni(NH2C2H4NH2)2Cl2]2H2O berhasil

disintesis dengan berat praktek 1,2683 gram, sedangkan berat teori 1,1999 gram,

persentase rendamen senyawa kompleks yang diperoleh adalah 105,7%. Jadi,

dapat disimpulkan bahwa berat kristal yang didapatkan pada praktikum berbeda

dengan berat kristal dari teori hasil perhitungan. Kemurnian suatu zat ditentukan

oleh rendamen yang diperoleh. Semakin tinggi rendamen suatu zat maka semakin

tinggi kemurniannya. Tetapi bila melebihi 100%, dapat disimpulkan bahwa

terdapat kontaminan dalam rendamen yang diperoleh.

Pada percobaan ini, hasil rendamen yang diperoleh melebihi 100%. Hal ini

kemungkinan disebabkan oleh adanya zat-zat pengotor yang ikut mengkristal

bersama dengan senyawa kompleks etilendiamin nikel(II) klorida dihidrat yang

terbentuk akibat proses rekristalisasi yang kurang maksimal dan juga karena alat

pengering yaitu desikator yang digunakan sudah tidak berfungsi dengan baik.

Hasil sintesis logam Ni dengan ligan etilendiamin dalam etanol menghasilkan

endapan berwarna ungu yang menunjukkan bahwa telah terbentuk senyawa

kompleks.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan, dapat disimpulkan bahwa:

1. sintesis senyawa kompleks logam Ni dengan ligan etilendiamin dan klorida

menghasilkan senyawa kompleks [Ni(NH2C2H4NH2)2Cl2].2H2O.

2. hasil rendamen senyawa kompleks [Ni(NH2C2H4NH2)2Cl2].2H2O dalam

pelarut etanol sebesar 105,7%.

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk Laboratorium

Saran untuk laboratorium yaitu harus menjaga kebersihan laboratorium.

Bahan yang digunakan juga harus diperiksa terlebih dahulu agar praktikum

berjalan dengan lancar dan hasil yang diperoleh lebih akurat.

5.2.2 Saran untuk Percobaan

Saran untuk percobaan berikutnya adalah tetaplah berhati-hati dalam

melakukan setiap percobaan dan selalu memakai peralatan safety dalam

laboratorium demi menjaga keselamatan kerja.


DAFTAR PUSTAKA

Apriyanto, M. dan Rujiah, 2017. Kimia Pangan, Trussmedia Grafika, Daerah


Istimewa Yogyakarta.

Cempel, M. dan Nikel, G., 2006, Nickel: A Review of its Sources and
Environmental Toxicology, Polish Journal of Environment Study,
15, (3); 375-382.

Fachry, A.R., Tumanggor, J., dan Yuni, N.P.E., 2008, Pengaruh Waktu
Kristalisasi dengan Proses Pendinginan terhadap Pertumbuhan Kristal
Amonium Sulfat dari Larutannya, Jurnal Teknik Kimia Universitas
Sriwijaya, 15, (2); 9-16.

Fajri, L., 2017, Analisis Kemampuan Memori Mahasiswa Prodi Pendidikan Sains
pada Materi Tata Nama Senyawa Kompleks, Jurnal Edukasi Matematika
dan Sains, 5, (1); 1-7.

Fitri, Z., 2019, Kimia Unsur Golongan Utama, Syiah Kuala University Press,
Banda Aceh.

Harsojo, Puspita, L., Mardiansyah, D., RotoRoto, dan Triyana, K., 2017,
Nanowire: The Roles of Hydrazine and Ethylenediamine in Wet Synthesis
of Cu, Indonesia Journal Chem, 17, (1); 43-48.

Kotz, J.C., Treichel, P., Townsend, J.R., dan Treichel, D.A., 2019, Chemical and
Reactivity Tenth Edition, Cengage Learning, Australia.

Lisdiana, A. dan Onggo, D., 2017, Sintesis dan Karakterisasi Kompleks Nikel(II)
Klorida 1H-1,2,4-Triazol, ISBN J, 2, (6); 285-289.

Mintari, N., Suhartana, S. dan Sriatun, S., Pengaruh Variasi Jenis Pelarut pada
Rendemen Sintesis Senyawa Kompleks Bis-Asetilasetonatodiaquonikel
(II). Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi, 18, (1); 29-33.

Ngibad, K. dan Herawati, D., 2019, Analisis Kadar Klorida dalam Air Sumur dan
PDAM di Desa Ngelom Sidoarjo, Jkpk (Jurnal Kimia Dan Pendidikan
Kimia), 4, (1); 1-6.

Rahardjo, S.B., Hastuti, S., Amanati, N. dan Syaima, H., 2018, Synthesis and
Characterization of Tetrakis-aqua-bisisonicotin-amide(itmd)nickel(II)
Sulfate, IOP Conference Series: Materials Science and Engineering,
333, (1); 1-6.

Rahardjo, S.B., Marliana, S.D., Wulandari, N.A.S., 2014, Sintesis dan


Karakterisasi Kompleks Diaquadihydantoinnikel(II) Sulfatmonohidrat,
Alchemy Jurnal Penelitian Kimia, 10, (2); 137-147.
Rosita, D., Zaenab, S. dan Budiyanto, M.A.K., 2016, Analisis Kandungan Klorin
pada Beras yang Beredar di Pasar Besar Kota Malang sebagai Sumber
Belajar Biologi, Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia, 2, (1); 88-93.

Rositawati, A.L., Taslim, C.M. dan Soetrisnanto, D., 2013, Rekristalisasi Garam
Rakyat dari Daerah Demak untuk Mencapai SNI Garam Industri, Jurnal
Teknologi Kimia dan Industri, 2, (4); 217-225.

Saputro, A.N.C., 2015, Konsep Dasar Kimia Koordinasi, Deepublish Publisher,


Yogyakarta.
Saria, Y., Lucyanti, Hidayati, N., dan Lesbani, A., 2012, Sintesis Senyawa
Kompleks Kobalt dengan Asetilasetonato, Jurnal Penelitian Sains, 2, (1);
15.

Saucerman, L., 2008, Understanding the Elements of the Periodic Table Chlorine,
The Rosen, New York.

Singhal, A., 2010, Inorganic Chemistry for the IIT-JEE, Pearson, Delhi.

Suhartana, 2007, Kemampuan Ligan Hipoxantin dan Quanin untuk Ekstraksi


Kation Perak pada Fasa Air- Kloroform, Jurnal Sains dan Matematika
(JSM), 15, (1); 25-32.

Triyani, N.F., Suhartana, dan Sriatun, (2013), Sintesis dan Karakterisasi


Kompleks Ni (II)-EDTA dan Ni (II)-Sulfanilamid, Chem Info Journal, 1,
(1); 354-361.

Trisunaryanti, W., 2018, Dari Sampah Plastik Menjadi Bensin dan Solar, UGM
Press, Yogyakarta.

Umam, F., 2019, Pemurnian Garam dengan Metode Rekristalisasi di Desa


Bunder Pamekasan untuk Mencapai SNI Garam Dapur, Jurnal Pangabdhi,
5, (1); 24-27.
Lampiran 1. Bagan Kerja

1. Sintesis Senyawa Kompleks [Ni(NH2C2H4NH2)2Cl2].2H2O.

1 g NiCl2.6H2O

- dilarutkan dalam 12 ml etanol, lalu dipanaskan di atas hotplate.

- didinginkan pada suhu ruang.

- ditambahkan 2 mL etilendiamin tetes demi setetes sambil diaduk.

- didinginkan campuran dalam penangas es selama 15-30 menit.

- dikumpulkan kristalnya dan disaring dengan kertas saring Whatman

No. 42 menggunakan corong.

Filtrat Endapan
- dicuci dengan 10 mL etanol.

- dikeringkan dalam desikator.

- direkristalisasi dengan cara dilarutkan dalam etanol selama

5 menit, kemudian didiamkan pada suhu kamar.

- dikumpulkan kristalnya dan disaring dengan kertas saring

Whatman No. 42 menggunakan corong.

Filtrat Endapan

- dicuci dengan 10 mL etanol.

- dikeringkan dalam desikator.

- ditimbang berat kristal dan dihitung rendamennya.

Hasil
2. Identifikasi Senyawa Kompleks [Ni(NH2C2H4NH2)2Cl2].2H2O

Kristal [Ni(NH2C2H4NH2)2Cl2].2H2O Padatan NiCl2.6H2O

- ditentukan masing-masing
kadar Ni di dalamnya.

- dibandingkan konsentrasinya.

Data

- dilarutkan dalam 20% etanol.

- diukur λmaks pada daerah 400-900 nm.

Data
Lampiran 2. Foto Percobaan

Gambar 1. Pelarutan padatan NiCl2.6H2O dalam etanol dan pemanasan

Gambar 2. Penambahan etilendiamin dan pendinginan

Gambar 3. Penyaringan larutan Gambar 4. Kristal


Ni(NH2C2H4NH2)2Cl2].2H2O

Anda mungkin juga menyukai