Anda di halaman 1dari 13

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS

PROGRAM STUDI ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Penyakit Pulpa dan Periapikal


(Textbook of Pediatric Dentistry Edisi 4th, Nikhil Marwah)

Oleh :

Dewi Kurniyanti
J 065212002

PEMBIMBING:

Dr. Lusy Damayanti, drg, Sp. KGA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2022
Penyakit Pulpa dan Periapikal
Chapter outline
1. Gambaran umum pulpa 3. Lesi Periapikal

2. Penyakit pulpa 4. Diagnosis patologi pulpa

Sakit gigi telah menjadi masalah bagi umat manusia sejak awal. Orang Cina dan Mesir adalah
yang pertama menggambarkan karies dan abses alveolar, sedangkan orang Yunani dan Romawi adalah
penggagas perawatan pulpa dengan kauterisasi menggunakan jarum panas, minyak mendidih, dan larutan
opium. Masalah khusus dalam menangani gigi sulung adalah karena perbedaan anatomi pulpa, perbedaan
respon pulpa, dan perubahan yang disebabkan oleh proses reseptif normal. Dengan kemajuan bahan,
instrumen, dan teknik, beberapa keberhasilan telah dicapai dalam endodontik pediatrik selama beberapa
dekade terakhir.

GAMBARAN UMUM PULPA

Pulpa gigi berada dibagian tengah setiap gigi dan terdiri dari jaringan ikat lunak. Gigi sulung
memiliki 20 organ pulpa, bentuknya mengikuti bentuk makhkota gigi dengan volume rata-rata satu pulpa
adalah 0,01 cm3.

Pulpa koronal

Pulpa koronal terletak di tengah mahkota dan menyerupai permukaan luar dentin koronal.
Memiliki enam permukaan, yaitu bukal, lingual, oklusal, mesial, distal, dan dasar. Karena terjadi deposisi
dentin yang terus menerus, pulpa koronal menjadi lebih kecil seiring bertambahnya usia.

Pulpa radikular

Meluas dari daerah serviks pulpa ke apeks akar. Pulpa tunggal pada gigi anterior dan multipel
pada gigi posterior. Ini juga menurun seiring bertambahnya usia karena deposisi dentin yang terus
menerus.

Foramen Apikal

Ukuran rata-rata foramen pada gigi anterior rahang atas adalah 0,4 mm dan gigi anterior rahang
bawah 0,3 mm. Lokasi dan bentuk foramen apikal tergantung pada pengaruh fungsional, misalnya, jika
gigi bermigrasi, foramen apikal memberikan tekanan yang menyebabkan resorpsi. Pada waktu yang sama

2
sementum diletakkan di sisi yang berlawanan, ini disebut relokasi foramen apical (apical foramen
relocation).

Aksesori Kanal

Terlihat secara lateral di sepertiga apikal akar. Mekanisme yang pasti tidak diketahui, tetapi ini
disebabkan oleh hilangnya sel-sel selubung akar sebelum waktunya. Ahmad dan Abbott; Pembentukan
aksesori kanal biasanya terjadi melalui dua cara, yaitu dengan membelah selubung akar epitel Hertwig
(HERS) membentuk dua akar yang sama atau dengan melipat HERS untuk membentuk akar independen
yang mungkin memiliki berbagai morfologi akar.

Organ Pulpa Primer

Fungsi ini untuk waktu yang singkat (rata-rata sekitar 8,3 tahun) dan dibagi menjadi tiga periode:

1. Pertumbuhan Organ Pulpa


Terjadi selama masa pertumbuhan mahkota dan akar (1 tahun).
2. Maturasi pulpa
Jangka waktu setelah pembentukan akar selesai sampai resorpsi akar dimulai (3 tahun).
3. Regresi Pulpa
Dimulai dengan resorpsi akar sampai terjadi pengelupasan (3-6 tahun).

Organ Pulpa Permanen

Pulpa gigi permanen membutuhkan waktu 12 tahun untuk berkembang dan lengkung rahang atas
membutuhkan waktu lebih lama untuk menyelesaikan setiap proses daripada lengkung rahang bawah.

PENYAKIT PULPA

Pulpa gigi terdiri dari jaringan ikat longgar dengan pembuluh darah kecil diantaranya, terdapat
saraf bermielin dan saraf tidak bermielin, dan limfatik. Komponen sel pulpa terdiri dari odontoblas,
fibroblas, sel yang belum berdiferensiasi, dan sel-sel tertentu dari sistem imun. Pulpa merespon
perubahan lingkungan dengan cara yang sama seperti jaringan ikat longgar lainnya. Namun, kurangnya
sirkulasi kolateral, adanya sel-sel pembentuk dentin (odontoblas), dan diselubungi oleh jaringan keras
(dentin) membuat respon inflamasinya unik dari organ lain dalam tubuh manusia.

3
Etiologi Penyakit Pulpa

Penyebab paling sering dari penyakit pulpa dan periapikal adalah adanya mikroorganisme di dalam
gigi yang terlibat. Namun, ada beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi kesehatan pulpa. Dapat
diklasifikasikan menjadi;

 Bakteri : Melalui invasi langsung atau tidak langsung dari toksin bakteri.
 Mekanis : Trauma, atrisi, abrasi, erosi, preparasi kavitas, preparasi mahkota/crown, pergerakan
ortodontik, osteotomi, dan gigi retak.
 Thermal : Gesekan selama pemotongan gigi, reaksi eksotermik dental materials, konduksi panas
pada tambalan dalam, dan luka bakar laser.
 Listrik : Galvanisasi.
 Bahan kimia : Etsa, semen, desinfektan kavitas, dan pengering

Dentin  Rasa sakit terjadi dengan rangsangan termal, kimia, taktil, atau osmotik dengan dentin yang terbuka,
hipersensitif diagnosisnya adalah sensitivitas dentin
 Rasa sakit konsisten respon dari kompleks pulpo-dentin normal, nyeri hebat dan tajam oleh stimulus pada
dentin yang terbuka
 Meskipun demikian rasa sakit hilang setelah stimulus dihilangkan
 Saraf di tubulus dentin yang terbuka tidak hanya merespons rangsang panas dan dingin, manis dan asam,
tetapi juga terhadap trauma dari kuku jari atau selama menyikat gigi. Oleh karenanya, pasien sering
menghindari menyikat daerah tersebut, kondisi ini hanya memperparah penumpukan plak
Perawatan
 cement base di bawah tambalan amalgam akan mencegah rangsang panas atau dingin pada pulpa.
 Marginal microleakage di sekitar restorasi dapat menyebabkan hipersensitivitas. Penggantian restorasi
dalam kasus seperti itu mengarah pada pengurangan gejala.
 Desensitisasi dentin yang terbuka, pasta gigi dapat diresepkan untuk mengurangi rasa sakit dengan
desensitisasi saraf atau dengan menutup tubulus dentin.

Pulpitis  Radang ringan pada pulpa, dan dapat sembuh setelah stimulus yang mengiritasi dihilangkan.
reversibel  Rasa sakit hanya dirasakan ketika ada rangsangan pada gigi (biasanya makanan dingin atau manis,
kadang-kadang panas) dan rasa sakit berhenti dalam beberapa detik atau segera setelah rangsangan
dihilangkan. Hal ini disebabkan pergerakan cairan dentin menuju jaringan pulpa.
 Rasa sakitnya pendek dan tajam, tetapi tidak spontan
 Tidak ada perubahan radiografi yang terlihat di daerah periapical

4
Perawatan
Grossman, “Perawatan terbaik untuk pulpitis reversibel adalah pencegahan. “Menghilangkan stimulus
berbahaya umumnya cukup untuk memungkinkan pulpa kembali ke keadaan sehatnya”
Pulpitis  Dalam kasus pulpitis ireversibel, telah terjadi kerusakan pulpa dan tidak dapat diperbaiki, bahkan
ireversibel penghilangan stimulus berbahaya tidak akan memungkinkan penyembuhan. Umumnya telah terjadi
degenerasi pulpa secara progresif, menyebabkan nekrosis dan destruksi reaktif.
 Salah satu gejala klasik pulpitis ireversibel adalah rasa sakit yang berkepanjangan yang disebabkan oleh
rangsangan termal
 Reaksi awal adalah nyeri yang sangat tajam terhadap rangsangan panas atau dingin diikuti oleh nyeri
tumpul atau nyeri berdenyut selama beberapa menit hingga beberapa jam setelah rangsangan dihilangkan.
 Nyeri meningkat saat membungkuk atau berbaring
 Nyeri spontan adalah ciri khas lain dari pulpitis ireversibel. Jika jaringan periapikal terlibat, gigi peka
terhadap perkusi
 Dalam kebanyakan kasus, radiografi tidak berguna dalam diagnosis. Radiografi, dapat membantu dalam
mengidentifikasi kemungkinan penyebab penyakit, misalnya karies terkait, atau fraktur gigi, dll.
Perawatan
 Terapi endodontik (jika gigi dapat direstorasi)
 Pencabutan gigi (jika gigi tidak dapat direstorasi)

Pulpitis  Pulpitis hiperplastik (polip pulpa) adalah respons inflamasi pulpa.


hiperplastik  Peradangan kronis pulpa muda, dengan karies oklusal yang luas.
 Ditandai dengan pertumbuhan proliferasi jaringan ikat yang meradang, yang keluar dari karies mahkota.
Jaringan sebagian besar keras, tidak sensitif terhadap perabaan, dan kadang-kadang dapat menyebabkan
ketidaknyamanan ringan selama pengunyahan.
 Seringkali ditutupi dengan epitel, menyerupai granuloma piogenik dari gingiva yang dapat dengan mudah
dibedakan dengan mengangkat polip dari dinding mahkota dengan ekskavator untuk melihat pedikel
asalnya.
 Delayed response terhadap rangsang.
 Tidak ada perubahan radiografi yang signifikan (kecuali untuk penyebab masalah misalnya, karies,

restorasi, fraktur, dll), kecuali ada keterlibatan periapikal .


Perawatan
 Seringkali, gigi dengan pulpitis hiperplastik mengalami karies yang sangat parah sehingga restorasi
hampir tidak mungkin dilakukan. Perawatan dengan ekstraksi biasanya di indikasikan.
 Jika gigi dapat direstorasi, perawatan pulpa atau endodontik direkomendasikan.

Nekrosis  Tidak ada gejala yang pasti dari nekrosis pulpa komplit, karena pulpa bersama dengan saraf sensoriknya,
rusak total.
 Nyeri biasanya tidak muncul kecuali ligamen periodontal (PDL) terlibat. Namun, jika hanya terjadi
nekrosis parsial pasien mungkin mengalami sedikit rasa sakit dan ketidaknyamanan.

5
 Pada pemeriksaan radiografi rutin terlihat perubahan warna koronal dapat menunjukkan indikasi awal
dalam kasus gigi dengan pulpa nekrotik.
 Anamnesis; riwayat trauma masa lalu, episode nyeri sebelumnya, atau riwayat restorasi dan karies
 Radiografi membantu mendeteksi lesi periradikular menunjukkan kematian pulpa
Perawatan
 Jika gigi dapat direstorasi terapi endodontik diindikasikan, jika tidak, ekstraksi adalah satu-satunya solusi
Resorpsi  Istilah resorpsi internal digunakan untuk destruksi predentin dan dentin
interna  Seringkali hanya diketahui pada pemeriksaan radiografi rutin, asimtomatik dan tidak dapat diidentifikasi
secara klinis sampai lesi berkembang pesat
 Dimulai di ruang pulpa dan jika tidak dirawat dapat terjadi perforasi baik di atas tulang atau ke PDL
melibatkan tulang.
 Resorpsi yang terbatas pada mahkota, menghancurkan struktur gigi sehingga pulpa dapat terlihat melalui
email, oleh karena itu sinonim untuk resorpsi internal, “pink tooth”
 Etiologi tidak jelas, tetapi mungkin karena perubahan metaplastik atau aktivasi dentinoklas di dalam
jaringan pulpa yang meradang.
 Riwayat trauma penyebab tersering ditemukan terkait dengan resorpsi internal
Perawatan
Karena sel-sel jaringan pulpa bertanggung jawab atas proses destruktif, terapi endodontik akan
menghentikan resorpsi lebih lanjut.

Degenerasi  Pulpa biasanya akan merespon rangsangan berbahaya dengan proses peradangan, tetapi juga dapat
pulpa merespon dengan degenerasi yang meliputi atrofi, fibrosis dan kalsifikasi. Meskipun perubahan ini tidak
terbukti secara klinis, perubahan ini perlu didiskusikan bersama dengan penyakit pulpa lainnya
 Atrophi adalah proses fisiologis normal yang terjadi seiring bertambahnya usia dan tidak menunjukkan
gejala. Sel jaringan pulpa menurun dengan peningkatan intercellular material. Respon tes sensitivitas
pulpa mungkin normal atau delayed response. Tidak ada tanda-tanda radiografi atau klinis yang
signifikan
 Fibros: Saat pulpa mengalami atrofi, mungkin juga terdapat fibrosis jaringan pulpa, dan luasnya akan
sangat ditentukan oleh jumlah iritan yang didapat oleh pulpa.
 Kalsifikasi: Pada degenerasi kalsifikasi, jaringan pulpa diganti dengan bahan kalsifikasi. Ini dapat terjadi
di mana saja di ruang pulpa dan dapat menyebar atau terlokalisasi (pulp stones). Gigi dengan kalsifikasi
biasanya tidak menunjukkan gejala. Biasanya tidak ada atau delayed response untuk tes listrik. Secara
radiografis, tidak tampak batas kamar pulpa dan saluran akar mungkin tampak sempit atau mungkin tidak
terlihat sama sekali.

6
LESI PERIAPIKAL
Gigi dengan jaringan periradikular normal tidak sensitif terhadap tes perkusi dan palpasi. Secara
radiografik, jaringan periradikular normal dengan lamina dura yang utuh dan ruang ligamen periodontal
(PDL) yang melekat. Paparan pulpa gigi terhadap bakteri dan produk sampingannya, bertindak sebagai
antigen, dapat menimbulkan respons inflamasi nonspesifik.

Akut Apikal  Rasa sakit dan peradangan pada jaringan periodontal. Terjadi akibat penyebaran
periodontitis mikroba dari saluran akar ke jaringan periapikal. Penyebab lain karena trauma, iritasi
pada daerah periapikal.
 Pasien mengeluh tidak nyaman saat menggigit atau mengunyah.
 Tes diagnostik; Sensitif terhadap perkusi merupakan ciri periodontitis periradikular
akut.
 Biasanya tidak sensitif terhadap rangsang panas atau dingin.
 Tergantung pada penyebab peradangan, bisa atau tidak berespon pada tes vitalitas
 Peka atau tidak peka pada tes Palpasi
 Secara radiografis, ruang PDL mungkin tampak normal, melebar, atau mungkin ada
gambaran radiolusen yang lain
Perawatan
 Penentuan penyebab dan menghilangkan gejala. Jika karena keterlibatan pulpa, terapi
endodontik diindikasikan.

Akut periapikal  Rasa sakit yang terlokalisir, terdapat kumpulan nanah lokal di jaringan ikat periapikal
abses  Ditandai dengan gejala yang cepat, nyeri spontan, pembentukan nanah, dan
pembengkakan pada jaringan terkait.
 Tergantung pada lokasi apeks gigi dan perlekatan otot, pembengkakan biasanya akan
mengenai daerah vestibulum bukal, lingual atau palatal, atau sebagai infeksi rongga
wajah.
 Sensitif terhadap tes perkusi, tes palpasi.
 Gigi memberikan respon negatif terhadap tes vitalitas.
 Secara radiografis, ruang PDL mungkin normal, sedikit melebar, atau menunjukkan
gambaran radiolusensi
Perawatan

7
 Drainase abses, perawatan endodontik, kontrol manifestasi sistemik.
Chronic  Reaksi inflamasi dari pulpa yang terinfeksi, gigi nekrosis ditandai dengan gejala yang
periradicular bertahap, sedikit atau tanpa rasa tidak nyaman, disertai keluarnya pus secara intermiten
abscess melalui saluran sinus yang terkait.
(suppurative  Proses inflamasi yang dihasilkan menyebabkan resorpsi tulang periradikular yang
periradicular bermanifestasi sebagai radiolusensi periradikular pada radiografi.
periodontitis)  Secara klinis, pasien tidak menunjukkan gejala atau sangat jarang mengalami nyeri
ringan dan lesi dideteksi dengan radiografi rutin.
 Pemeriksaan perkusi dan palpasi menghasilkan respons yang tidak sensitif.
 Gigi umumnya merespon negatif terhadap tes vitalitas.
Perawatan
 Jika gigi dapat direstorasi dilakukan perawatan endodontik, jika tidak dilakukan ekstraksi
 Saluran sinus umumnya tidak memerlukan perawatan khusus.
Recrudescent  Keadaan eksaserbasi akut yang timbul dari lesi kronis.
absces  Terjadi segera setelah terapi endodontik.
 Debridement yang tidak memadai selama prosedur endodontik gigi.
 Gigi terasa terangkat dari soket.
 Palpasi dapat menghasilkan respons positif dengan tanda-tanda peradangan yang terlihat
pada mukosa.
 Respon negatif terhadap tes pulpa listrik (EPT)
 Radiografi menunjukkan radiolusensi yang jelas
Perawatan
 Pilihan perawatannya mirip dengan abses alveolar akut
Focal sclerosing  Gigi yang terlibat seperti pulpa nekrotik, riwayat restorasi yang dalam dan luas, atau
osteomyelitis retakan gigi.
(condensing  Pasien mungkin asimtomatik atau menunjukkan berbagai gejala peradangan pulpa.
osteitis)  Tes termal mungkin atau mungkin tidak responsive.
 Tes perkusi dan palpasi mungkin sensitif atau tidak
 Secara radiografis, gigi yang terlibat akan menunjukkan peningkatan radiodensitas dan
opasitas di sekitar satu atau lebih akar.
Perawatan
Radiodensitas periradikular ini menghilang secara bertahap setelah terapi endodontic.
Periapical  Penyakit ini digambarkan dengan pertumbuhan jaringan granulasi di apeks sebagai
granuloma respons berlanjutnya iritasi bakteri.
 Pasien biasanya asimtomatik.
 Gigi umumnya nonvital dan tidak responsif terhadap perkusi.
 Meskipun ada pertumbuhan jaringan granulasi di daerah tersebut, jarang terlihat

pembengkakan atau perluasan lempeng kortikal.


 Radiografi menunjukkan hilangnya lamina dura dan radiolusensi periapikal yang difus.
Perawatan
Perawatan pulpa atau endodontik pada gigi yang bersangkutan.

8
Periapical cyst  Kista radikular adalah lesi inflamasi kronis dengan rongga patologis tertutup, dilapisi
sebagian atau seluruhnya oleh epitel.
 Kista dapat berkembang pada gigi yang terinfeksi karena iritasi terus menerus dan
stimulasi sisa epitel Malassez, yang biasanya ada di PDL.
 Sebagian besar kasus kista periapikal tidak menunjukkan gejala.
 Gigi jarang nyeri atau sensitif terhadap perkusi.
 Tekanan akibat pertumbuhan kista dapat terlihat jelas sebagai pembengkakan atau
menyebabkan pergerakan akar.
 Radiografi menunjukkan penipisan yang jelas pada apeks dengan batas radiopak tipis.

Perawatan
Pengobatan kista periapikal awalnya konservatif dengan perawatan saluran akar.
Intervensi bedah disarankan hanya jika cara konservatif gagal.
Ada dua pilihan
1. Pendekatan konservatif dengan terapi pulpa atau endodontik dan kontrol yang teratur.
Selama kunjungan ingat, amati regresi kista. Jika kista tidak berkurang, intervensi
bedah disarankan
2. Terapi pulpa atau endodontik segera diikuti dengan intervensi bedah

DIAGNOSIS PATOLOGI PULPA


Rasa sakit
Anamnesis yang akurat untuk memperoleh jenis nyeri, durasi, frekuensi, lokasi, penyebaran, agregasi
dan faktor-faktor lainnya. Pada anak kecil, riwayat nyeri tidak boleh dianggap sebagai satu-satunya
kriteria dalam mendiagnosis kondisi pulpa.
 Jenis nyeri
Apakah gejalanya spontan atau dirangsang?
 Periode
Apakah gejala bersifat sementara atau terus-menerus atau sesekali? Pada pulpitis awal, gejala terlihat
pada malam hari atau setelah makan.
 Frekuensi
Apakah gejalanya menetap atau hanya intermiten?
 Durasi
Berapa lama gejala berlangsung?
 Kualitas
Rasa Sakit tumpul dan sakit. Berdenyut, tajam, berulang.
 Perubahan postur
Nyeri diperberat dengan membungkuk, meniup mengakibatkan keterlibatan sinus maksilaris hidung.

9
 Waktu Nyeri
Nyeri pada otot pengunyahan saat bekerja dapat mengindikasikan disharmoni oklusal atau disfungsi
sendi temporomandibular (TMJ) atau kemungkinan pulpalgia akut.

 Hormonal
Sakit gigi saat menstruasi terjadi karena peningkatan retensi cairan tubuh. Gigi mungkin sakit dan
menjadi peka terhadap perkusi. Gejala hilang saat siklus berakhir.

Jenis Rasa Sakit


 Momentary pain: Respon cepat terhadap rangsang panas atau dingin, rasa sakit hilang saat stimulus
dihilangkan menunjukkan adanya kondisi abnormal terbatas pada pulpa koronal.
 Persistent pain: Nyeri dari rangsang termal akan menunjukkan inflamasi pulpa yang meluas, meluas
ke filamen radikular.
 Spontaneous pain: Nyeri berdenyut dan konstan yang dapat membuat pasien tetap terjaga di malam
hari. Jenis nyeri ini menunjukkan kerusakan pulpa, seperti pada kondisi pulpitis ireversibel.
 Provoked pain: nyeri akibat adanya rangsang oleh iritasi termal, kimia, atau mekanik dan nyeri hilang
ketika stimulus dihilangkan. Menunjukkan sensitivitas dentin karena lesi karies yang dalam atau
restorasi yang salah. Pulpa dalam tahap reversible.

Pemeriksaan Visual dan Taktil


Ini adalah salah satu tes yang paling sederhana, tetapi paling sering dilakukan dengan tidak serius
selama ujian, dan akibatnya, informasi yang valid hilang. Pemeriksaan visual dan taktil yang menyeluruh
pada jaringan keras dan lunak bergantung pada pemeriksaan tiga Cs, yaitu —color, contour, and
consistency.
Mobilitas
Mobilitas pada gigi sulung dapat disebabkan oleh penyebab fisiologis atau patologis. Mobilitas
gigi berbanding lurus dengan integritas perlekatan jaringan. Pemeriksaan klinis menggunakan dua gagang
cermin mulut untuk menerapkan gaya lateral bolak-balik dalam arah facial lingual untuk mengamati
tingkat mobilitas gigi.

Grading mobilitas
Indeks Wyman (1975)
0 Horisontal < 0,2mm
1 Horisontal 0,2-1 mm
2 10 1-2 mm
Horisontal
3 Horisontal >2 mm dan vertikal
Perkusi
Nyeri akibat tekanan pada gigi menunjukkan bahwa ligamen periodontal meradang. Pemeriksaan
klinis adalah menggunakan ujung tumpul instrument. Pada anak-anak tes klinis adalah dengan
menggunakan tekanan jari pada gigi dan memeriksa respons anak dengan mengamati matanya.
Palpasi
Tes sederhana dilakukan dengan ujung jari menggunakan tekanan ringan untuk memeriksa
konsistensi jaringan dan respon nyeri. Ini menentukan keberadaan, intensitas, dan lokasi nyeri dan adanya
krepitasi tulang.
Radiografi
Radiografi preoperative terbaru merupakan prasyarat untuk terapi pulpa pada gigi sulung dan gigi
permanen muda. Gambaran radiografi menunjukkan kondisi patologis dan posisi gigi permanen
pengganti. Ini akan menentukan keputusan untuk melakukan terapi pulpa untuk gigi sulung.
Bagian atau daerah yang terekspos
Luasnya daerah yang terpapar dan sifat eksudat yang dihasilkan dapat membantu dalam
melakukan diagnostik. Darah merah muda dikaitkan dengan peradangan yang terbatas pada pulpa koronal
pada gigi sulung. Darah merah tua secara histologis menunjukkan bahwa peradangan telah meluas ke
saluran akar gigi geraham sulung.
Pulp Testing
Tes pulpa banyak digunakan untuk menilai vitalitas gigi permanen dewasa, tetapi tes ini tidak
dapat dipercaya pada pemeriksaan gigi sulung karena ketakutan membuat pasien anak khawatir dengan
vitalometer listrik dan dapat memberikan hasil yang tidak akurat. Alasan lain adalah bahwa gigi yang
baru erupsi mungkin memiliki persarafan yang tidak lengkap dan oleh karena itu mungkin tidak
memberikan hasil yang benar. Gambaran rinci mengenai pulp testing telah dijelaskan di Bab 52.

11
Poin untuk Diingat

 Ukuran rata-rata foramen apikal di anterior rahang atas adalah 0,4 mm, dan di
anterior mandibula adalah 0,3 mm. Saluran aksesori terlihat lateral di sepertiga
apikal akar karena hilangnya sel-sel selubung akar sebelum waktunya.
 Organ pulpa primer berfungsi rata-rata dalam waktu singkat yaitu 8,3 tahun.
 Penyakit pulpa termasuk hipersensitivitas, pulpitis reversibel, pulpitis
ireversibel, pulpitis hiperplastik, nekrosis, dan degenerasi pulpa.
 Penyakit jaringan periapikal meliputi periodontitis apikal akut, abses periapikal
akut, abses periradikular kronis (periodontitis periradikular supuratif), abses
recrudescent, osteomielitis sklerosis fokal (osteitis kondensasi), granuloma
periapikal, dan kista periapikal.
 Pulpitis reversibel ditandai ketika rasa sakit hanya dirasakan ketika gigi terkena
rangsang, dan rasa sakit berhenti dalam beberapa detik atau segera setelah
rangsang dihilangkan.
 Salah satu gejala klasik pulpitis ireversibel adalah rasa sakit yang
berkepanjangan yang disebabkan oleh rangsangan termal. Reaksi awal adalah
nyeri yang sangat tajam terhadap rangsang panas atau dingin diikuti dengan
nyeri tumpul atau nyeri berdenyut selama beberapa menit hingga jam setelah
rangsang dihilangkan.
 Pulpitis hiperplastik (polip pulpa) adalah respons inflamasi pulpa. Melibatkan
pulpa gigi dewasa muda yang meradang secara kronis, terlihat karies oklusal
yang luas.
 Istilah resorpsi internal dikenal sebagai destruksi predentin dan dentin dan hanya
dapat dilihat pada pemeriksaan radiografi rutin.
 Periodontitis apikal akut (Acute apical periodontitis) adalah peradangan
jaringan periodontal dengan rasa sakit yang hebat.
 Abses periapikal akut (Acute periapical abscess) adalah kondisi kumpulan
nanah terlokalisir di jaringan ikat periapikal dengan rasa sakit yanhg hebat.
 Abses periradikular kronis (Chronic periradicular abscess) adalah reaksi
inflamasi terhadap infeksi pulpa dan pulpa nekrosis yang ditandai dengan gejala
yang bertahap, dan keluarnya pus yang intermiten melalui saluran sinus terkait.
 Abses recrudescent (Recrudescent abscess) mengacu pada keadaan
eksaserbasi akut yang timbul dari lesi kronis yang sudah ada sebelumnya
 Pada fokal sclerosing osteomyelitis (condensing osteitis), gigi yang terlibat
12
memiliki faktor etiologi untuk terjadinya inflamasi kronis derajat rendah seperti
pulpa nekrotik, riwayat restorasi yang dalam dan luas, atau krack pada gigi.
 Kista periapikal (Periapical cyst) adalah lesi inflamasi kronis dengan rongga
patologis tertutup, dilapisi sebagian atau seluruhnya oleh epitel.
REFERENSI:

1. Marwah N. textbook of pediatric dentistry. 4th ed. new delhi/london/panama:


The health sciences; 2019. 620–627 p.

13

Anda mungkin juga menyukai