Disusun Oleh :
Khopipah 1817101110
FAKULTAS DAKWAH
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah,
“Pengobatan dan Terapi Ala Nabi” sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan
baik.
Sholawat serta salah semoga tetap tercurah pada junjungan kita nabi agung
Muhammad SAW, yang selalu kita nantikan barokahnya didunia dan syafa’atnya
diYaumul Qiyamah Amin..
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh kesempurnaan, oleh karena itu
kritik dan saran yang mampu membangkitkan jiwa kami, sangat diharapkan. Mudah-
mudahan makalah ini mampu memberi manfaat serta menunjang ilmu pengetahuan bagi
penulis khususnya dan bagi para generasi yang akan datang.
PENDAHULUAN
1. Jenis-jenis pengobatan
Pengobatan alternatif banyak berkembang di kalangan masyarakat, salah
satunya adalah pengobatan ala Nabi atau sering disebut dengan Thibun Nabawi.
Thibbun Nabawi mengacu terhadap semua perkataan, pengajaran, dan tindakan
Rasul yang berkaitan dengan pengobatan atau penyembuhan suatu penyakit.2
Adapun jenis-jenis pengobatan dalamThibun Nabawi yang dijelaskan oleh hadits
nabi:
a. Pengobatan herbal (madu, habbatussauda (jintan hitam), Kurma).
Pengobatan Herbal adalah sebuah pegobatan dengan menggunakan
bahan-bahan alami seperti madu, Habbahtussauda` (Jintan Hitam), dan
kurma. Madu adalah salah salah satu bahan alam berasal dari hewan
yang memiliki banyak manfaat. Allah SWT berfirman yang artinya:
“Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam
warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi
manusia”{An-Nahl:69}. Habbahtussauda` merupakan salah satu
pengobatan yang dianjurkan Rasulullah, sesuai sabda Nabi yang artinya:
“Sesungguhnya habbahtsauda` ini merupakan obat dari semua penyakit,
kecuali dari penyakit assamu”.Aku (yakni`Aisyah radhiallahu'anha)
bertanya: “Apakah assamu itu?” Beliau menjawab: “Kematian” (Al-
Bukhari, 1969). Menurut Rinanto (2015) salah satu manfaat
Habbahtussauda’ dapat menghentikan dahak, mengusir angin, mencegah
terjadinya sesak nafas dan lain-lain. Buah kurma dan minyak zaitun juga
memiliki banyak manfaat, seperti hadist nabi yang artinya: “Siapapun
yang pagi-pagi makan tujuh buah kurma ajwah maka pada hari itu iya
tidak mudah keracunan dan terserang penyakit” (Al-Bukhari, 1969).
b. Gurah.
Gurah adalah sebuah nama metode pengobatan kuno yang digunakanan
untuk mengeluarkan lendir-lendir dalam tubuh. Sistem pengobatannya
dengan cara menggunakan ramuan-ramuan tradisional atau herbal.
Seperti hadist nabi sebagai berikut: ”Sebaik-baik obat yang kalian
gunakan adalah gurah, Laduud (obat yg diteteskan disisi mulut orang yg
sakit), berbekam & Al Masyiy (obat untuk mengosongkan isi perut).
Maka, tatkala Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam sakit para sahabat
memberinya laduud. Setelah mereka selesai beliau bersabda: Berilah
mereka laduud. Lantas mereka pun memakai laduud selain Abbas (HR.
Tirmidzi No.1970 dalam Rinanto, 2015).
c. Ruqyah.
Ruqyah adalah sebuah terapi dengan membacakan jampi-jampi. Seperti
hadist nabi sebagai berikut: “Sesungguhnya ruqyah (mantera), tamimah
(jimat) dan tiwalah (pelet) adalah kemusyrikan” (Al-Bukhari, 1969).
Hadist tersebut menjelaskan bahwa ruqyah itu menggunakan mantra-
mantra baik berupa jimat maupun pelet. Ruqyah Syari’ah yaitu sebuah
terapi syar’i dengan cara membacakan ayat-ayat suci Al-Qur’an dan doa-
doa perlindungan yang bersumber dari sunnah Rasul Shalallahu ‘Alaihi
Wa Sallam sehingga tidak mengandung syirik. Hal ini dapat dilihat dari
hadist berikut “Dahulu kami meruqyah di masa jahiliyyah. Lalu kami
bertanya: ‘Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu tentang hal itu?’
Beliau menjawab: ‘Tunjukkan kepadaku ruqyah ruqyah kalian. Ruqyah
ruqyah itu tidak mengapa selama tidak mengandung syirik’ ” (Hajjaj-al-
Qusyairi al-Naisaburi, 1992).
C. Tauhid dan Pengobatan
1. Tauhid
Esensi Islam adalah mengesakan Tuhan (tauhid). Di samping itu, tauhid
berkedudukan sebagai inti pengalaman agama, prinsip sejarah,
prinsip pengetahuan, metafisik, etika, prinsip umah, tata sosial dan tata
dunia. Tauhid merupakan pondasi iman. Ibarat sebuah bangunan, pondasi
yang kuat maka akan menjadikan bangunan itu kuat pula.
Tauhid berasal dari bahasa Arab “wahhada- yuwahhidu” yang artinya
menjadikan sesuatu satu/tunggal/esa. Secara istilah syar’i, tauhid berarti
meng-Esakan Allah dalam hal mencipta, menguasai, mengatur dan
mengikhlaskan atau memurnikan peribadatan hanya kepada Allah,
meninggalkan penyembahan kepada selain-Nya, serta menetapkan Asma al-
Husna dan Sifat al-Ulya bagi-Nya dan mensucikan-Nya dari kekurangan dan
cacad.1
Dapat kita pahami pula bahwa tauhid itu bukan hanya mengenal dan
mengerti bahwa pencipta alam semesta adalah Allah, juga bukan sekedar
mengetahui bukti- bukti rasional tentang kebenaran wujud keberadaan Allah
1
Muhammad bin Abdul Wahab, Tafsir al-Azizi al _Khamid fi Syarkhi Kitab al-Tauhid, Juz 1 Riyad : Maktabah
al-Riyadl al-Khaditsah, hlm. 17.
dan wahdaniyah Allah serta bukan pula sekedar mengenal asma dan sifat-
Nya, namun tauhid disertai dengan amal perbuatan nyata dan dalam bentuk
amal salih atau tingkah laku yang baik.
Syaikh Abdul Aziz bin Baz membagi tauhid menjadi tiga lingkup, yaitu ;
a) Tauhid rububiyah, yaitu mengimani bahwa Allah SWT adalah
pencipta segala sesuatu dan mengurus kesemuanya dan tidak ada
sekutu bagi-Nya dalam hal tersebut.
b) Tauhid uluhiyah, yaitu mengimani bahwa Allah SWT adalah yang
berhak disembah secara hak, tidak sekutu bagi-Nya dalam hal
tersebut.
c) Tauhid asma was sifat, yaitu mengimani semua apa yang disebutkan
dalam al- Quran dan hadis-hadis shahih tentang nama Allah SWT
dan sifat-Nya.2
2. Pengobatan
Berbicara masalah pengobatan, tentunya hal tersebut merupakan aspek
yang sangat urgen dalam kehidupan masyarakat, baik di perkotaan
maupun pedesaan. Dalam masyarakat perkotaan praktek-praktek pengobatan
tentunya banyak ditemukan dan ditawarkan terutama oleh dokter-dokter, baik
umum maupun spesialis yang menangani berbagai penyakit. Sehingga
masyarakat perkotaan lebih banyak berkunsultasi kepada dokter.
Lain halnya dengan masyarakat pedesaan yang jauh dari praktek- praktek
kesehatan modern. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal di antaranya faktor
ekonomi yang minim, kurangnya keimanan, keputusasaan dan pengetahuan
yang terbatas membuat masyarakat pedesaan berfikir ulang untuk berobat
ke klinik pengobatan atau Rumah Sakit, maka tidak heran jika masyarakat
pedesaan masih menggunakan jasa pengobatan yang berasal dari tradisi
turun-temurun. Allah SWT. memang menyuruh makhluknya untuk berusaha,
3
Kastolani, Internalisasi Nilai-Nilai Tauhid dalam Kesehatan Mental, Interdisciplinary Journal of
Communication, Malaysia : 2016, Vol. 1, No. 1.
karena tanpa usaha mustahil sesuatu bisa diraih, begitu juga dalam hal
pengobatan, tiap penyakit ada obatnya, apabila diobati dengan izin Allah
akan sembuh. Namun, kadang kala di dalam melakukan pengobatan sering
terjadi penyimpangan dan bertentangan dengan akidah Islam. Adapun
berobat yang dibenarkan yaitu yang tidak menyimpang dari akidah yang
benar.4
4
Ali Abri, Virus Tauhid, (Pekanbaru: CV. Wisfer Multiguna, 2006), hal. 22.
BAB III
KESIMPULAN
Thibbun Nabawi Merupakan semua perkataan, pengajaran, dan tindakan Rasulullah SAW
yang berkaitan dengan pengobatan atau penyembuhan suatu penyakit. Adapun jenis
pengobatan dari Thibbun Nabawi, beberapa diantaranya yang dianjurkan Nabi Muhammad
SAW adalah pengobatan herbal (madu, habbatussauda [jintan hitam], kurma, minyak
zaitun), hijamah (bekam), gurah dan ruqyah.
DAFTAR PUSAKA
Al-Bukhari, Al-Imam Abu Abdillah Muhammad bin Ismail. 1969. Shahih al-Bukhari
diterjemahkan oleh Zainuddin. Wijaya Jakarta. Jakarta
Ali Abri, Virus Tauhid, (Pekanbaru: CV. Wisfer Multiguna, 2006), hal. 22.
Cita Sari Dian, Utomo Feriandri, 2019, Pengembangan Integrasi Pendidikan
Kedokteran Islam ( Studi PSPD ABDURRAB), Collaborative Medical Journal (CMJ), Vol
2 no 1.
Fatahillah Muhammad, 2016, Klinik Pengobatan THIBBUN NABAWI di Kota
Pontianak, Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura, vol 4 no 2.
Kastolani, Internalisasi Nilai-Nilai Tauhid dalam Kesehatan Mental, Interdisciplinary
Journal of Communication, Malaysia : 2016, Vol. 1, No. 1.
Rinanto, Joko.2015. Keajaiban Resep Obat Nabi menurut Sains Klasik & Modern.
Qisthi Press. Jakarta
Muhammad bin Abdul Wahab, Tafsir al-Azizi al _Khamid fi Syarkhi Kitab al-
Tauhid, Juz 1 Riyad : Maktabah al-Riyadl al-Khaditsah, hlm. 17.
Mutaqin Ahmad Halim, 2020, Rekonstruksi Filsafat Kedokteran Islam:
Epistemologi, Ontologi, dan Aksiologi, Ma’arif, vol 15 no 1.
Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Inti Ajaran Islam, (Jakarta : Ditjen Kelembagaan
Agama Islam Depag RI, tahun 2002), hlm. 5-6.