Anda di halaman 1dari 6

SUKU BADUY SEBAGAI SUKU ASLI BANTEN

Akmal Hakim Wisesa1), Setio Ningrum2), Putri Aulia3), Sutan Dikia4), Tubagus Arya
Rudiansah5), Idzhar Anugrah Yuginar6), Alief Maulana, S.T.,M.T.
Fakultas Teknik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
1
3332210002@untirta.ac.id, 2 3332210016@untirta.ac.id, 3 3332210024@untirta.ac.id,
4
3332210027@untirta.ac.id, 5 3332210030@untirta.ac.id, 6 3332210071@untirta.ac.id

Abstrak

Suku Baduy merupakan satu-satunya suku asli di Banten yang berada di


Pegunungan Kendeng, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak,
Provinsi Banten. Istilah “Baduy” berasal dari kata sasaka yang merupakan sebuah nama
sungai yaitu sungai Cibaduy. Selain itu, nama “Baduy” juga berasal dari nama salah satu
bukit yaitu bukit Baduy. Asal mula Suku Baduy berkaitan dengan Suku Kesepuhan di
Taman Nasional Gunung Halimun. Suku Baduy mempunyai adat istiadat yang tradisional
dan tidak mengenal modernisasi. Aturan adat ini dijadikan pedoman untuk mencapai
tujuan hidup masyarakat Baduy. Keunikan masyarakat Baduy dapat terlihat dari pola
hidup, system religi, dan kebudayaan yang masyarakat Baduy miliki. Kebiasaan-
kebiasaan unik masyarakat Baduy diantaranya tidak menggunakan alas kaki saat berjalan,
menggunakan bambu sebagai alat makan, dalam berpakaian masyarakat Baduy identic
dengan baju berwarna putih atau hitam, sarung yang disebut aros dan ikat kepala.
Masyarakat Baduy juga masih menggunakan sitem perjodohan yang dilakukan diusia
belasan tahun. Suku Baduy terbagi menjadi dua yaitu Baduy Dalam yang menganut
system kepercayaan animism dan Baduy Luar yang beberapa masyarakatnya menganut
agama Islam.

Kata Kunci : Suku Baduy, Baduy Dalam, Baduy Luar, Adat Istiadat, Pakaian Adat, Sistem
Religi,
1. PENDAHULUAN
Suku Baduy merupakan satu-satunya suku yang berada di Banten. Suku Baduy
adalah suku asli Banten yang berada di Pegunungan Kendeng, Desa Kanekes,
Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Baduy terdiri atas
Kampung Gajebo, Cikeusik, Cibeo,dan Cikertawana. Masyarakat Baduy tinggal
di wilayah yang berbukit, berlembah, dan berhutan [1]. Istilah Baduy merupakan
sasaka dari sebuah nama sungai yaitu sungai cibaduy yang mengalir disekitar
tempat tinggal mereka, selain itu nama Baduy juga berasal dari nama salah satu
bukit di kawasan mereka yaitu Bukit Baduy [2]. Baduy memiliki sejarah
memilikiki kaitan yang erat dengan Suku Kesepuhan di taman nasional gunung
Halimun. Masyarakat Baduy beramsumsi bahwa konon nenek moyang mereka
bersaudara [2]. Masyrakat Suku Baduy dan kesepuhan mempunyai kemiripakn
dalam adat istiadat [2]. Strata pada Suku Baduy lebih tinggi daripada
SukuKesepuhan [2]. Hal tersebut disebatkan karena leluhur yang ada di Suku
Baduy adalah laki-laki sedangkan pada kasepuhan adalah perempuan (laki_laki
dianggap lebih tinggi kedudukannya ) [2]. Suku Baduy memiliki aturan adat yang
serba tradisional dan jauh dari kata modernitas dalam kehidupan masyarakat.
Aturan adat ini, terlihat seperti mengekang masyarakat Baduy untuk berkembang
dan meningkatkan taraf hidup mereka. Tapi, disisi lain hukum adat yang terlihat
mengekang ini, menjadi tujuan mereka hidup (way of life) dan menjadi doktrin
sebuah kebenaran bagi kelangsungan hidup mereka. Suku Baduy merupakan suku
Banten yang memiliki corak kebudayaan dan tradisi yang mencolok di Banten
dengan keunikan sebagai identitasnya. Keunikan ini dapat dilihat dari gaya hidup,
system religi, system pengetahuan, serta kepedulian mereka dalam menjaga
lingkungannya [3]. Masyarkat Suku Baduy terbagi menjadi dua, yaitu Suku
Baduy Dalam dan Suku Baduy Luar dimana pembagian ini terjadi karena adanya
pelanggaran adat dan terdapat masyarakat Suku Baduy yang tidak dapat
mengikuti aturan-aturan yang berlaku. Sehingga masyarakat Suku Baduy yang
melakukan pelanggaran adat dan tidak dapat mengikuti aturan yang berlaku harus
keluar dari Baduy Dalam. Masyarakat Baduy memiliki dua kepercayaan dimana
kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Baduy Dalam adalah Animisme
sedangkan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Baduy Luar kebanyakan
menganut agama Islam sehingga membentuk perkampungan sendiri yang disebut
Baduy Luar [1]. Perkawinan dalam Suku Baduy dilakukan dengan cara system
perjodohan [2]. Orang tua pada Suku Baduy yang menjadi penentu atau pemilih
calon pasangan [2]. Keunikan pada Suku Baduy dalam melakukan perjalanan
tidak memakai kendaraan dan tidak menggunakan alas atau sendal.
2. HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1. Sejarah Suku Baduy
Suku Baduy (Bedui Sunda: Urang Kanékés) atau kadang disebut Badui
adalah sebuah komunitas adat dan sub-etnis suku Sunda di pedalaman Kabupaten
Lebak, lebih tepatnya berada di Pegunungan Kendeng, Desa Kanekes, Kecamatan
Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Baduy terdiri atas Kampung
Gajebo, Cikeusik, Cibeo,dan Cikertawana. Populasi suku baduy sekitar 26.000
orang, mereka adalah salah satu kelompok orang yang menutup diri dari dunia
luar. Selain itu, mereka juga memiliki kepercayaan yang tabu untuk
didokumentasikan, terutama penduduk daerah Badui Dalam.[3]

Gambar 2.1 Masyarakat baduy setempat

Kata "Baduy" merupakan sebuah sebutan yang diperuntukkan bagi kelompok


tertentu (masyarakat Kanekes). Berawal dari sebutan oleh peneliti Belanda yang
seolah melihat persamaan mereka dengan kelompok masyarakat Arab Badawi
yang berpindah-pindah atau nomaden. Kemungkinan lain karena ada Gunung
Baduy serta Sungai Baduy yang terletak di bagian utara kawasan tersebut. Baduy
mempunyai sejarah memiliki yang kaitannya erat dengan Suku Kesepuhan di
taman nasional gunung Halimun. Masyarakat Baduy beramsumsi bahwa konon
nenek moyang mereka bersaudara. Bahkan kelompok tersebut pun lebih suka
menyebut diri dengan nama urang Kanekes atau orang Kanekes. Seperti nama
wilayah yang mereka tempati.[3]

2.2. Pola Hidup Masyarakat Suku Baduy

Kebiasaan Suku Baduy adalah terdapat bentuk rumah yang tidak


mencerminkan status sosial, yang berbentuk panggung dikarenakan pengaruh
kondisi lingkungan setempat yang kadang basah dan lembab. Suku baduy dalam
membangun rumah tidak mencangkul tanah untuk meratakan permukaan tetapi
mengikuti kontur permukaan tanah. Keunikan dalam suku baduy lainnya
menggunakan batang bambu sebagai pengganti gelas karena ada larangan tidak
memakai piring dan gelas untuk minum dan makan. Karena bambu memiliki
aroma khas saat dituangi air panas. Dalam kehidupan di suku baduy tidak ada
kendaraan bermesin seperti motor,mobil karena adanya larangan yang di tidak
memperbolehkan. Tapi suku baduy jika ingin berkunjung ke kota besar biasanya
berjalan kaki untuk menempuh perjalanan ke kota besar.[4]

2.3. Kebudayaan Masyarakat Suku Baduy

Dalam perjodohan, perempuan suku baduy saat mencapai umur empat


belas tahun bisa melakukan perjodohan. Dalam waktu tersebut, orang tua lelaki
masih bebas memilih wanitia yang disukainya. Jika belum ada yang cocok
pasangannya, semua harus mau dijodohkan. Suku Baduy mempunyai aturan adat
yang tradisional dan jauh dari kata modernitas dalam kehidupan masyarakat.
Contohnya seperti tidak adanya kendaraan transportasi bermesin seperti mobil
dan motor. Dalam suku baduy memiliki kepala suku yang disebut pu’un
mempunyai tugas untuk menentukan masa tanam, menerapkan hukum adat dan
mengobati orang sakit. Kepala suku hanya bertemu dengan orang-orang yang
memiliki kepentingan khusus dan mendesak ingin bertemu dengan beliau.
Adapun sebutan kawalu ialah puasa yang dilakukan tiga kali dalam tiga bulan.
Ketika kawalu berlangsung, wisatawan hanya bisa berkunjung sampai baduy luar
saja serta tidak boleh menginap di dalam pemukiman baduy. [4]. Masyarakat
Suku Baduy terbagi menjadi dua, yaitu Suku Baduy Dalam dan Suku Baduy Luar.
Dalam Baduy dalam masyarakatnya tidak merokok dan tidak menggunakan alat
komunikasi seperti handphone. Untuk membawa makan masyarakat suku baduy
membawa dari rumah dan hanya memakan hasil tani dari kebun masing-
masing.[5] Dalam berpakaian baduy dalam mempunyai identik dengan berwarna
putih. Namun terkadang baduy dalam juga memakai pakaian berwarna hitam
tanpa kancing. Kemudian baju atasan atau Jamang Sangsang dengan
menggunakan pakaian bawahan berupa sarung. Bawahan sejenis sarung bisa juga
disebut Aros. Cara menggunakannya Aros dengan cara dililitkan dipinggang
kemudian dililitkan di pinggang setelah itu diikat dengan tali dari kain, mirip
dengan ikat pinggang[6]

. Sedangkan baduy luar sudah seperti masyarakat biasanya. Ada yang merokok
dan menggunakan alat komunikasi seperti handphone. Saat baduy luar berkunjung
ke kota besar tidak menggunakan alas kaki. Suku baduy juga lancar menggunakan
Bahasa Indonesia. [6] Dalam berpakaian baduy luar menggunakan pakaian yang
terdiri dari bagian utama yakni ikat kepala, baju dan kain sarung atau celana
komprang. Selain warna hitam yang paling mendominasi, baduy luar memiliki
warna khasnya selain itu yaitu biru tua motif batik. Biasanya warna biru terdapat
pada ikat kepala atau sarung yang digunakan oleh kaum perempuan. Baju atasan
laki-laki disebut dengan jamang komprang dan memiliki kancing. Biasanya baju
ini digunakan pada acara tertentu. Dan Warga baduy memakai ikat kepala atau
bisa disebut lomar. Ikat kepala ini biasanya di gunakan dalam aktivitas sehari-hari
oleh kaum lak-laki baduy luar.Sedangkan kaum perempuan baduy luar memakai
kain mirip sebaya berwarna hitam dengan menggunakan kain sarung sebagai
pakaian bawahan. [6]

3. METODELOGI PENGAMBILAN DATA


Pada metodologi pengambilan data kali ini kami menggunakan metode
kualitatif yaitu dengan melakukan wawancara kepada salah satu penduduk baduy
setempat.
4. KESIMPULAN
Dari pemaparan diatas dapatcdisimpulkan bahwa Suku Baduy merupakan satu-
satunya Suku asli banten yang berada di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Suku
baduy terbagi menjadi 2 yaitu Baduy dalam dan Baduy luar dimana suku baduy
memiliki keunikan adat istiadat kebudayaan serta pola hidup. Seperti berjalan kaki
tanpa alas kaki, menggunakan alat bambu sebagai alat makan, berpakaian adat.
Dan memiliki kepercayaan animism untuk masyarakat Baduy dalam dan Sebagian
penduduk Baduy luar menganut kepercayaan Agama Islam,
5. REFERENSI

[1] C. Triwibisono and R. Aurachman, “BUDAYA SUKU BANGSA DI INDONESIA


DALAM MENDUKUNG PENGELOLAAN ORGANISASI (STUDI KASUS:
UNIVERSITAS TELKOM),” vol. 8, p. 9, 2021.
[2] B.Bahrundin, A.Zurohman " Dinamika kebudayaan Suku Baduy dalam Menghadapi
Perkembangan Global di Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak
Provinsi Banten " vol 5no 1, 2021
[3] I. C. Anwar and A. M. Idhom, “Mengenal Penelitian Kualitatif: Pengertian dan
Metode Analisis,” Tirto.id, 22-Jan-2021. [Online]. Available:
https://tirto.id/mengenal-penelitian-kualitatif-pengertian-dan-metode-analisis-
f9vh. [Accessed: 15-Apr-2022].
[4] “Keunikan masyarakat suku baduy dalam yang menjadi Daya Tarik bagi para
traveller - selamat datang di website resmi pemerintah daerah Kota
cimahi,” Cimahikota.go.id. [Online]. Available:
https://cimahikota.go.id/index.php/artikel/detail/1010-keunikan-masyarakat-
suku-baduy-dalam-yang-menjadi-daya-tarik-bagi-para-traveller]. [Accessed: 15-
Apr-2022].
[5] Juanda, “Perbedaan baduy dalam dan Baduy Luar terlihat jelas saat Seba Baduy
2019,” biem.co, 05-May-2019. [Online]. Available:
https://www.biem.co/read/2019/05/05/40289/perbedaan-baduy-dalam-dan-
baduy-luar-terlihat-jelas-saat-seba-baduy-2019/. [Accessed: 15-Apr-2022].
[6] I. Kadek Wira Aditya, “Mengenal Perbedaan Pakaian Adat Suku Baduy Dalam dan
Baduy Luar di Banten,” Kompas, Kompas.com, 29-Oct-2021.

Anda mungkin juga menyukai