1 PB
1 PB
ABSTRAK
American Concrete Institute (ACI) Manual of Concrete Practice Part 1 mendefinisikan Beton Siap Pakai
atau Readymix Concrete (RMC) adalah beton yang dibuat untuk dikirim kepemesan dalam bentuk plastis
atau belum mengeras. Banyaknya komplain oleh pelanggan yang berhubungan dengan ketidaksesuaian
produk (Nonconforming Product) menuntut produsen RMC untuk meningkatkan kualitas. Salah satu
usaha peningkatan kualitas adalah mencari penyebab utama Nonconforming Product (NCP) pada
produksi RMC. Penelitian dilakukan pada kelima plant tipe dry-mix di suatu perusahaan RMC.
Penelitian ini diawali dengan mengidentifikasi faktor-faktor penyebab keempat belas jenis NCP dengan
analisa sebab-akibat (cause-effect analysis). Untuk menentukan bobot kepentingan dan dampak kerugian
dari keempat belas jenis NCP itu dilakukan survey dengan kuisioner pendahuluan. Dalam survey ini
diketahui bahwa dari empat belas jenis NCP hanya lima jenis NCP yang berdampak besar terhadap
kerugian finansial perusahaan yaitu; kuat-tekan tidak sesuai spesifikasi, pengiriman beton terlambat,
slump tidak sesuai spesifikasi, volume kurang dari permintaan dan setting time terlalu cepat atau lama.
Penelitian dilanjutkan dengan kuisioner utama yaitu membandingkan secara berpasangan (pairwise
comparison) antara dua faktor dari faktor-faktor penyebab masing-masing NCP, faktor mana yang lebih
penting dibanding faktor lainnya. Analisa matriks pairwise comparison digunakan untuk mendapatkan
bobot prioritas faktor-faktor penyebab kelima jenis NCP. Dalam penelitian ini didapat prioritas utama
faktor-faktor penyebab pada kelima jenis NCP terhadap keseluruhan plant yaitu: peralatan quality
control tidak standar, mutu aggregate halus jelek, masalah mutu chemical admixture, kecakapan teknisi
quality control, kesalahan penimbangan oleh operator, kecakapan petugas penjadwalan dan pengiriman,
akurasi alat penimbangan, sistem komunikasi plant dengan lapangan, akurasi nilai moisture content
aggregate, jarak kirim dan masalah lalu-lintas serta pengaruh cuaca panas. Tidak ada perbedaan
prioritas utama faktor-faktor penyebab masing-masing NCP antara plant satu dengan lainnya,
perbedaan terjadi hanya pada urutan prioritasnya.
PENDAHULUAN
Di Indonesia penggunaan beton siap pakai (R
eadymix Concrete) dalam skala bisnis pertama Timur khususnya di Surabaya. Permintaan RMC
kali dimulai oleh suatu perusahaan Readymix menurun setelah terjadinya krisis moneter pada
Concrete pada tahun 1972 di Jakarta untuk tahun 1998 karena proyek-proyek banyak
melayani proyek-proyek konstruksi yang mulai menghentikan kegiatannya. Kegiatan pemba-
berkembang. Seiring dengan meningkatnya ngunan mulai meningkat kembali sejak tahun
pertumbuhan konstruksi diawal tahun 1980-an 2000. Sampai tahun 2006 permintaan RMC di
bermunculan perusahan-perusahan beton siap Jawa Timur tumbuh rata-rata 15% per tahun dan
pakai (RMC) lainnya, demikian juga di Jawa pada tahun 2005 total volume kebutuhan beton
di Jawa Timur mencapai 1.125.000 m3 dengan
*) Mahasiswa Pascasarjana, Jurusan Manajemen
rata-rata perbulan lebih kurang sebesar
Proyek Konstruksi ITS Surabaya.
**) Dosen Jurusan Teknik Sipil ITS Surabaya 3
94.000 m .
Sampai awal tahun 2006 jumlah itu perlu usaha untuk melakukan peningkatan
perusahaan RMC di Surabaya mencapai 12 buah. kualitas produk (quality improvement) dengan
Dengan permintaan volume sebesar itu tentu menetapkan prioritas utama faktor-faktor
persaingan dalam meningkatkan kualitas mutu penyebab NCP berdasarkan komplain
dan pelayanan menjadi perhatian utama para pelanggan.
produsen RMC. Penerapan prinsip kualitas yang Dalam penelitian ini masalah akan dibatasi
modern dengan usaha-usaha memperkecil hal-hal sebagai berikut:
variabilitas mutu beton menjadi tuntutan penting a. Penelitian dilakukan di suatu perusahaan
untuk mendapatkan biaya pokok beton yang RMC PT JRM di Surabaya dan plant-plant
ekonomis atau lebih dikenal dengan “economical cabangnya yang tersebar di Jawa Timur
concrete” (Deway, 1995). Namun sebagian besar b. Yang dimaksud Beton adalah beton
perusahaan-perusahaan RMC di Surabaya belum konvensional yaitu terdiri dari campuran
menerapkan prinsip kualitas yang modern, ini material aggregate, semen, air dan sejumlah
disebabkan masih belum adanya pola kualitas admixture.
yang diterapkan secara berkesinambungan c. Produk RMC dari Batching Plant tipe dry-
(Sugiharto,1998). Akibatnya banyak komplain mix.
dari pelanggan karena mereka menerima produk d. Lokasi Plant adalah tetap yang melayani
yang tidak sesuai atau Non-Conforming Product beberapa pelanggan dalam satu wilayah
(NCP), misalnya, kuat tekan pada umur 28 hari bukan plant on site yang melayani satu
yang dibawah spesifikasi. proyek.
Banyaknya produk yang tidak sesuai
(NCP) dari mutu dan pelayanan yang dihasilkan TINJAUAN PUSTAKA
perusahaaan RMC sering dikeluhkan pelanggan Beton Siap Pakai (Readymix Concrete)
seperti kuat tekan dibawah spesifikasi, slump, Beton merupakan material gabungan yang
keterlambatan pengiriman dan lain sebagainya. terdiri aggregate halus dan kasar yang
Keluhan pelanggan ini perlu ditanggapi secara didalamnya ada unsur pengikat biasanya pasta
serius oleh pihak produsen sehingga pelanggan semen. Sedangkan beton siap pakai atau
tidak kecewa. Komplain pelanggan disebabkan Readymix Concrete (RMC) adalah beton yang
adanya NCP terhadap apa yang mereka harapkan diproduksi untuk dikirim ke pemesan (site)
dan NCP berhubungan dengan kualitas baik mutu dalam keadaan plastis atau belum mengeras
atau pelayanan yang mereka terima. Managemen (ACI, 1996).
kualitas konvensional masih memandang kualitas Dasar Pembelian Untuk RMC
adalah fokus pada internal produk tetapi pada Sebelum mengirim beton pelanggan
managemen kualitas total (TQM) lebih fokus pada menandatangani persetujuan kontrak dengan
keinginan pelanggan (Kerzner, 1986), jadi syarat-syarat berlaku dengan pihak produsen
pelanggan menjadi tolok ukur keberhasilan dari RMC. Spesifikasi dari pelanggan tercantum di
suatu produk khususnya produk RMC. Oleh sebab kontrak antara lain:
portland adalah semen hidrolis yang terdiri c. Kualitas adalah kesesuaian dengan
dari silikat-silikat kalsium yang bersifat penggunaan (Juran, 1995b),
hidrolis bersama bahan tambahan biasanya Sedangkan pendapat yang lebih modern
digunakan gips. dikemukakan oleh Genichi Taguchi dan
b. Aggregate; aggregate terdiri dari aggregate D.C.Montgomery dengan menekankan pada
kasar dan halus (pasir). Aggregate disimpan menuju target spesifikasi dengan memperkecil
di stok material dan setiap penerimaan dicek variabilitas adalah sebagai berikut (Sugiharto,
kuantitas dan kualitasnya. Untuk pengecekan 1998):
kualitas saat penerimaan dilakukan secara a. Kualitas adalah diukur dari total kerugian
visual meliputi kekasaran, warna, banyaknya masyarakat pemakai yang diakibatkan oleh
kotoran/sampah, gumpalan lumpur dan kadar variabilitas yang terjadi pada kualitas
lumpur dengan cara volumetric. tersebut.
c. Air; harus memenuhi air campuran untuk b. Kualitas berbanding terbalik secara
beton dan disimpan di bak/tangki yang proporsional dengan variabilitas.
terlindung dari pengaruh pencemaran yang Kualitas pada industri manufactur selain
dapat mengurangi kekuatan beton. Secara menekankan pada produk yang dihasilkan, juga
periodik dilakukan tes mutu air. perlu diperhatikan kualitas pada proses
d. Admixture; termasuk dalam kategori ini produksi. Bahkan, yang terbaik adalah apabila
yaitu chemical admixture, mineral admixture perhatian pada control kualitas bukan pada
dan air entraining. produk akhir, melainkan proses produksinya
o Tenaga Kerja Operasional di Plant atau produk yang masih ada dalam proses,
Tenaga kerja yang berperan dalam proses sehingga bila diketahui ada cacat atau kesalahan
produksi di level operasional di plant dan masih dapat diperbaiki.
lapangan yaitu: pegawai penerima Pesanan, Peningkatan Kualitas (Quality Improvement)
pegawai penjadwalan pengiriman, operator Menurut Deming dalam Total Quality
batching plant, operator loader, teknisi quality Control selalu melakukan perbaikan kualitas
control. (quality improvement) dengan menjalankan
Kualitas Produk Plan–Do–Check–Action (PDAC). Untuk
Pengertian Kualitas melakukan perbaikan terus menerus dan
Ada banyak definisi dan pengertian kualitas melakukan kontrol kualitas diperlukan alat
dari para ahli diantaranya sebagai berikut: kontrol kualitas. Adapun alat kontrol kualitas
a. Kualitas atau mutu adalah penyesuaian yang umum dikenal terdapat tujuh alat kontrol
terhadap persyaratan atau spesifikasi kualitas yaitu (Mears, 1995):
(Crossby,1979):. - Grafik (Graphs
b. Kualitas harus bertujuan memenuhi - Diagram Sebab-Akibat (Cause-and-effect)
kebutuhan pelanggan sekarang dan dimasa - Diagram Batang (Histogram)
mendatang (Deming 1982). - Lembar Periksa (Check Sheets)
Keempat belas jenis NCP pada Tabel 3 c. Slump Tidak Sesuai Spesifikasi
terdapat 5 jenis NCP yang mempengaruhi 80%
bobot tingkat kepentingan dan dampak kerugian d. Volume Beton Kurang Dari Permintaan
finansial yaitu: e. Setting Time terlalu cepat atau lama.
a. Kuat Tekan Beton Tidak Sesuai Spesifikasi Identifikasi faktor-faktor penyebab utama dari
b. Pengiriman Beton Terlambat kelima jenis NCP adalah berdasarkan studi
Kuat Tekan
Kua Beton Pengirim Beton Slump tdk Sesuai Setting Time Terlalu
Volume Kurang dari
Tdk Sesuai Spec. Terlambat Spesifikasi Cepat/Lama
t Permintaan
1. Mutu Semen
1. Kerusakan Roll
1. Peralatan Q/C Tdk 1. Peralatan Q/C Tdk 1. Masalah Proporsi
Konveyor
Standar (Cetakan) Standar (Slump) Campuran
2. Mutu/Dosis
2.Mutu Aggregate 2. Kerusakan Pintu 2.Mutu/Dosis 2. Mutu Aggregate Chemical Admixture
Halus Jelek Hopper Chemical Admixture Halus
3. Mutu/Dosis
3.Mutu Aggregate 3.Loader Rusak 3.Akurasi 3.Mutu Aggregate Mineral Admixture
Kasar Jelek Nilai/Sensor Moisture Kasar (Fly Ash etc.)
Content
4.Mutu/Dosis Mineral 4. Sistem 4. Akurasi Alat 4. Pengaruh Cuaca
Admixture Komunikasi Plant Penimbangan Panas
4.Pengaruh Cuaca
dengan Site Panas
5. Akurasi Alat 5. Pengaruh Limbah
Penimbangan B.Plant 5. Estimasi Jarak 5. Akurasi Nilai
5. Estimasi Jarak
Kirim dan Lalu-lintas Kirim dan Lalu-lintas /Sensor Moistur
Content 6. Kesalahan
6.Kesalahan
Penimbangan Oleh
Penimbangan Oleh 6. Petugas
6. Kesalahan Operator Plant
Operator Plant Penjadwalan dan Penimbangan Oleh 6. Kesalahan
Pemesanan Buruk
Operator Plant Penimbangan Oleh
Operator Plant
7. Keahlian dan
Keterampilan Teknisi 7. Pelayanan Sopir
7. Keahlian dan Kete-
Q/C Truk Mixer Buruk
rampilan Teknisi Q/C
literatur yang dilakukan oleh peneliti serta diskusi kemudian dibuat model pairwise comparison
sumbang-saran dengan manajer plant dan seperti ditunjukkan dalam Gambar 2.
plant yaitu plant Surabaya, plant Krian, plant
Analisis Bobot Prioritas Gempol, plant Malang dan plant Kediri terlihat
Untuk memudahkan analisa matriks dapat dijelaskan sebagai berikut.
pairwise comparis digunakan program expert
choice for windows versi 9.0. Hasil penilaian Kuat Tekan tidak sesuai spesifikasi
prioritas untuk masing-masing faktor-faktor Sebagai contoh analisa matriks pairwise
penyebab dari kelima jenis NCP terhadap semua comparison untuk plant Surabaya sebagai berikut:
Uji Konsistensi
λmax = (10,486 x 0,125) + (5,063 x 0,258)+
Perhitungan uji konsistensi matriks
+…….+ (2,429 x 0,349)
pairwise comparison dilakukan dengan = 7,650
langkah-langkah sebagai berikut:
- Menghitung indeks konsistensi (CI)
- Jumlahkan tiap kolom matriks pairwise
λmax - n
comparison dan kemudian hasil
CI = (2)
penjumlahan kolom pertama dikalikan n-1
dengan komponen pertama dari hasil
normalisasi vektor prioritas (bobot), 7,650- 7
CI = = 0,108
penjumlahan kolom kedua dikalikan
7-1
komponen kedua dari vektor prioritas,
demikian seterusnya.
- Menghitung nilai rasio konsistensi (CR)
- Selanjutnya tambahkan seluruh hasil
CI
perkalian dari langkah 1 tersebut sehingga
CR = (3)
didapat nilai eigenvalue (λmax) RI
50 / JURNAL TEKNOLOGI DAN REKAYASA SIPIL “ TORSI “/ JULI 2007
Dengan langkah perhitungan yang sama
Nilai Random Consistency Index (RI)
didapat nilai prioritas untuk plant Krian, plant
terdapat pada Tabel 1.
Gempol, plant Malang dan plant Kediri.
Untuk n = 7 nilai RI = 1,32
Pada Tabel 5 memperlihatkan nilai prioritas
0,108
faktor penyebab untuk “kuat tekan tidak sesuai
CR = = 0,8 < 0,1 OK !!
1,32 spesifikasi” pada semua plant.
Tabel 5 Nilai Prioritas Faktor Penyebab Kuat Tekan Tidak Sesuai Spesifikasi
Nilai Prioritas Rata-Rata
Penyebab
Surabaya Krian Gempol Malang Kediri Semua Plant
Alat Q/C 0,125 0,030 0,214 0,069 0,081 0,104
Mutu A.H. 0,258 0,391 0,169 0,255 0,330 0,281
Mutu A.K. 0,037 0,030 0,041 0,074 0,077 0,052
Mutu MAd 0,028 0,145 0,080 0,122 0,037 0,082
Ak.timbang 0,027 0,043 0,033 0,058 0,067 0,046
Op.Timbang 0,176 0,209 0,162 0,156 0,116 0,164
Teknisi Q/C 0,349 0,152 0,301 0,265 0,291 0,272
Sumber: Data diolah peneliti
- Akurasi nilai moisture content aggregate, Ariani, D.W. (2002), “Manajemen Kualitas:
Pendekatan Sisi Kualitas”, Departemen
dengan nilai 19,3%
Pendidikan Nasional, Jakarta.
Setting Time Terlalu Cepat atau lama
Chang, R.Y. & Niedzwiecki (1999), “Alat
- Kesalahan penimbangan oleh operator, Peningkatan Mutu”, Jilid II,
Penerjemah: Erlinda M. Nusron, Cetakan
dengan nilai 31,7%
I, Gramedia, Jakarta.
- Pengaruh cuaca panas, nilai 22,6 %
Crossby, P.B. (1979), “Quality is Free”,
- Mutu/dosis chemical admixture, dengan McGraw Hill, New York.
nilai 20,9 % Deway, K. (1982), “Concrete Mix Design,
Quality Control and Specification”, E &
KESIMPULAN
FN SPON, Victoria, Australia.
Dari hasil penelitian dan bahasan diatas
Ishikawa, K. (1994),”Introduction To Quality
maka dapat disimpulkan bahwa secara umum Control” Translated by J.H. Loftus, 3A
prioritas utama faktor-faktor penyebab dari Corporation, Japan.
kelima NCP terhadap semua plant disebabkan Juran J.M. (1995a), “Merancang Mutu”
Penerjemah: Bambang Hartono, PBP,
oleh faktor-faktor berikut: Jakarta.
- Peralatan quality control(Cetakan) tidak Juran J.M., Gryna F.M. (1995b), “Quality
standar Planning and Analysis” 2nd Edition,
New York.
- Mutu aggregate halus jelek
Kerzner, H. (1986), “Project Management:
- Masalah mutu dan dosis chemical A Systems Approach to Planning,
admixture Scheduling and Controlling”, 3rd ed.
Van Nostrand Reinhold, New York.
- Keterampilan dan keahlian teknisi quality
Mears, P. (1995), “Quality Improvement Tools
control & Techniques”, 5th Edition, Prentice
- Kesalahan penimbangan oleh operator Hall, New Jersey.