Anda di halaman 1dari 8

RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi

Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo


VOLUME 5 NO. 1

ANALISA KINERJA PENGELOLAAN SAMPAH DI


KOTA GORONTALO (STUDI KASUS KECAMATAN
KOTA SELATAN)
Disusun Oleh :

Lukman Usman
Mahasiswa Teknik Sipil
STITEK Bina Taruna Gorontalo
INDONESIA
bukustitek@yahoo.com

ABSTRAK
Pelayanan pengelolaan sampah termasuk dalam pelayanan publik yang bertujuan untuk
melayani masyarakat dalam pengelolaan sampah yang dihasilkan Dalam pelayanan pengelolaan
sampah sangat dibutuhkan kinerja atau performance yang baik sehingga pengelolaan sampah dapat
berjalan efektif dan efisien serta dapat memberikan kepuasan kepada masyarakat sebagai
pelanggan..
Perencanaan suatu sistem pengelolaan persampahan diperlukan suatu pola standar atau
spesifikasi sebagai suatu landasan yang jelas. Spesifikasi yang digunakan adalah Standar Nasional
Indonesia (SNI) Nomor T-12-1991-03 tentang Tata Cara Pengelolaan Sampah di Permukiman,
Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor T-13-1990 tentang Tata Cara Pengelolaan Teknik
Sampah Perkotaan, Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor S-04-1993-03 tentang Spesifikasi
Timbulan sampah Untuk Kota Kecil dan sedang di Indonesia
Berdassarkan hasil analisa dari 173m3/hari sampah yang terangkut dengan asumsi
timbulan sampah per orang per hari adalah 2,6 liter, maka dapat disimpulkan sampah terangkut
sebesar 173 m3/hari diproduksi oleh 58.974 orang. Sehingga prosentase jumlah penduduk
terlayani adalah 30,48 %. Dimana sampah yang terangkut mencapai 15,47 % sedangkan luas
daerah yang terlayani hingga saat ini masih sekitar 28,75 %.

Kata-kata kunci : Pengelolaan Sampah, Sampah yang terangkut.

1.1. PENDAHULUAN drainase, persampahan dan sebagainya.


Kota sebagai pusat kegiatan Pertumbuhan kota yang tidak selaras dengan
ekonomi, tempat tinggal penduduk, pusat tuntutan pemenuhan kebutuhan masyarakat
pendidikan dan sebagainya, diharapkan kota juga akan berdampak pada menurunnya
dapat berperan sebagai pusat pertumbuhan optimasi pelayanan prasarana kota. Hal
serta merangsang perkembangan wilayah tersebut dikarenakan peningkatan aktifitas
pedesaan di sekitarnya. suatu desa pada masyarakat di perkotaan akan berpengaruh
akhirnya karena pembangunanya secara pada kuantitas maupun kualitas limbah yang
bertahap dapat berubah menjadi kota. Peran dihasilkan sehingga pada akhirnya apabila
kota sebagai pusat pertumbuhan serta tidak dikelola dengan baik dapat
perkembangan wilayah hinterland-nya menimbulkan dampak negatif berupa
dimaksudkan untuk mengurangi kepadatan penurunan kualitas lingkungan.
penduduk di kota-kota besar. Permasalahan lingkungan yang
Akibat dari perluasan wilayah kota umum terjadi di perkotaan adalah
yang diiringi dengan pertumbuhan penduduk pengelolaan sampah perkotaan yang kurang
kota akan meningkatkan pula aktifitas baik. Sampah yang merupakan bagian sisa
masyarakat yang ada didalamnya sehingga aktifitas manusia perlu dikelola dengan baik
membutuhkan pelayanan publik dan agar tidak menimbulkan berbagai
prasarana dasar seperti air bersih,air limbah, permasalahan terhadap kehidupan manusia

(Analisis Kinerja Pengelolaan Sampah Di Kota Gorontalo : Lukman Usman) 47


RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
VOLUME 5 NO. 1

maupun gangguan pada lingkungan seperti pengangkutan sampah yang tepat untuk
pencemaran lingkungan, penyebaran mengatasi pola persebaran ke Kecamatan
penyakit, menurunnya estetika dan tetap mengacu pada satu sistem
dan sebagai pembawa penyakit. pengelolaan sampah. Penentuan sistem pola
Pengelolaan sampah di kota-kota di pengangkutan sampah yang tepat juga tetap
Indonesia sampai saat ini belum mencapai memperhatikan potensi yanG dimiliki
daerah dan kondisi perekonomian saat ini
hasil yang optimal. Berbagai kendala masih
yang memberatkan daerah dalam membiayai
dihadapi dalam melaksanakan pengelolaan program investasi pembangunan.
sampah tersebut baik kendala ekonomi, Berdasarkan pemikiran diatas
sosial budaya maupun penerapan teknologi. dengan meninjau kondisi Kota Gorontalo
Permasalahan pengelolaan maka dipandang perlu untuk mengangkat
persampahan menjadi sangat serius permasalahan sampah di Kota Gorontalo
diperkotaan akibat kompleksnya dalam judul “Analisa Kinerja Pengelolaan
permasalahan yang dihadapi dan kepadatan Sampah di Kota Gorontalo”.
penduduk yang tinggi, sehingga pengelolaan
persampahan sering diprioritaskan
penanganannya di daerah perkotaan. 2.1.1. Pengertian Kinerja
Permasalahan dalam pengelolaan sampah Kinerja dapat diartikan sebagai
yang sering terjadi antara lain perilaku dan perilaku berkarya, berpenampilan atau
pola hidup masyarakat masih cenderung berkarya. Kinerja merupakan bentuk
mengarah pada peningkatan laju timbulan bangunan organisasi yang bermutu
sampahyang sangat membebani pengelola dimensional, sehingga cara mengukurnya
kebersihan, keterbatasan sumber bervariasi tergantung pada banyak faktor
daya,anggaran, kendaraan personil sehingga (Bates dan Holton dalam Mulyadi, 2006).
pengelola kebersihan belum mampu Pengertian kinerja organisasi menurut
melayani seluruh sampah yang dihasilkan. Mulyadi (2006), adalah hasil kerja
Pelayanan pengelolaan sampah organisasi dalam mewujudkan tujuan yang
termasuk dalam pelayanan publik ditetapkan organisasi, kepuasan pelanggan
yangbertujuan untuk melayani masyarakat serta kontribusinya terhadap perkembangan
dalam pengelolaan sampah yang dihasilkan. ekonomi masyarakat tempat organisasi.
Dalam pelayanan pengelolaan sampah Indikator kinerja organisasi adalah
sangat dibutuhkan kinerja atau performance ukuran kuantitatif maupun kualitatif yang
yang baik sehingga pengelolaan sampah dapat menggambarkan tingkat pencapaian
dapat berjalan efektif dan efisien serta dapat sasaran dan tujuan. Untukmengetahui
memberikan kepuasan kepada masyarakat
kinerja pelayanan dapat dilihat dari seberapa
sebagai pelanggan. Namun demikian,
seringkali terjadi penanganan sampah besar output, semakinbesar volume output
perkotaan menjadi tidak efektif akibat berarti semakin tinggi pula tingkat
keterbatasan pemerintah baik dalam kinerjanya. Indikatorkinerja berguna untuk
pembiayaan, jumlah personil maupun menunjukan kemajuan dalam rangka menuju
jumlah peralatan yang tersedia. pencapaian sasaran maupun tujuan
Pola kebijakan teknis operasional organisasi yang bersangkutan (Mulyadi
pengangkutan sampah yang dilaksanakan
2006:). Baik buruknya penilaian kinerja
sekarang lebih memprioritaskan daerah-
daerah yang berada di dekat dengan lokasi- sangat terkait dan dapat diukur melalui
lokasi jalan protokol, kemudian di lokasi penilaian tingkat efisiensi dan efektifitas.
pasar utama, setelah itu baru pada kawasan (Prawirosentono; 1999)
perumahan dan permukiman, serta tempat- Menurut Nurmandi (1999),
tempat umum. Hal ini tentu saja berdampak efisiensi menunjukan pada rasio minimal
pada tidak terangkutnya sampah di beberapa antara input dan output. Input yang kecil dan
titik pengumpulan di kawasan-kawasan
diikuti dengan diikuti dengan output yang
permukiman tersebut.
Dari berbagai permasalahan besar merupakan kondisi yang diharapkan.
tersebut, maka permasalahan yang dominan Sedangkan efektifitas (effectiveness)
untuk segera dicarikan solusi adalah memfokuskan pada tingkat pencapaian
menaikkan tingkat pelayanan pengangkutan terhadap tujuan organisasi dalam
sampah dengan menentukan sistem pola memberikan pelayanan. Salah satu ukuran

(Analisis Kinerja Pengelolaan Sampah Di Kota Gorontalo : Lukman Usman) 48


RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
VOLUME 5 NO. 1

efektifitas adalah derajat kepuasan dasarnya adalah kondisi idealpengelolaan


masyarakat. Ukuran ini tidak sampah yang didapatkan dari kajian literatur
mempertimbangkan berapa berapa biaya, mengenai system pengelolaan sampah
maupun maupun sesuai dengan Standar yang
tenaga dan waktu yang digunakan dalam
ada seperti SNIT-13-1990-F tentang Tata
memberikan pelayanan tetapi lebih menitik Cara Teknik Pengelolaan Sampah Perkotaan
beratkan pada tercapainya tujuan organisasi maupunSNI T-12-1991-03 tentang Tata
pelayanan publik. Cara Pengelolaan Sampah Permukiman.
Disamping itu penilaian kinerja dapat
Menurut Mulyadi (2006), beberapa didasarkan pada pendapat atau persepsi
pengukuran kinerja antara lain adalah masyarakat selaku pelanggan pelayanan
sebagai berikut: sampah.
1. Membandingkan kinerja nyata dengan Menurut Haryono (2004), untuk
kinerja yang direncanakan. mengukur keberhasilan dalam mencapai
2. Membandingkan kinerja nyata dengan sasaran pengelolaan sampah dapat diukur
hasil (sasaran) yang diharapkan. dengan menghitung melalui :
3. Membandingkan kenerja tahun ini 1. Perbandingan antara keterangkutan
dengan tahun-tahun sebelumnya; sampah dengan jumlah timbulan
4. Membandingkan kinerja satu instansi yangdihasilkan oleh suatu kota
dengan kinerja instansi lain atau dengan berdasarkan kondisi wilayah dan
swasta yang unggul dibidang tugas yang kepadatanpenduduk.
sama dengan kegiatan yang sedang 2. Perbandingan antara daerah yang
diukur. dilayani dengan luas daerah yang
5. Membandingkan kinerja nyata dengan seharusnyadilayani.
standar kinerja. 3. Jumlah penduduk yang dilayani harus
Dari beberapa pengertian di atas diimbangi dengan ketersediaan sarana
maka dapat disimpulkan bahwa kinerja dan prasarana, personil dan biaya yang
merupakan hasil kerja yang secara kualitas dibutuhkan dalam pengelolaan sampah.
dan kuantitasnya dapat dicapai individu atau Menurut Ismaria (1992), salah satu
organisasi sesuai dengan tanggung jawab faktor penentu baik buruknya operasi
yang diemban yang terkait dengan tingkat pengelolaan sampah adalah metode
efisiensi dan efektifitas, maupun dengan operasional yang dipengaruhi oleh
melihat dari seberapa besar output sehingga karakteristik komponen operasinya seperti
dapat dilihat apabila semakin besar volume seperti kendaraan, tenaga operasional serta
output berarti semakin tinggi pula tingkat faktor eksternal lainnya seperti kondisi fisik
kinerjanya. wilayah operasi. Secara kuantitatif,
efektifitas dan efisiensi operasi pengelolaan
2.1.2. Kinerja Pengelolaan Sampah sampah dapat diukur berdasarkan volume
Berdasarkan beberapa pengertian yang di tangani.
seperti di atas, kinerja pengelolaan sampah Menurut Mulyadi (2006), untuk
dapat diukur dengan membandingkan membuat hasil evaluasi kinerja digunakan
kinerja nyata dengan hasil atausasaran yang skala pengukuran kinerja. Skala pengukuran
diharapkan, disamping itu kinerja juga kinerja tersebut dibuat berdasarkan skala
sangat terkait dengan tingkat efisiensi dan pengukuran kinerja antara lain dengan cara
efektifitas. Kinerja pengelolaan sampah pengukuran ordinal,misalnya:
merupakan perbandingan antara hasil nyata 86– 100 = Baik Sangat Baik
dengan sasaran yang ingin dicapai dalam Sangat berhasil
sistem pengelolaan sampah yang meliputi 70 – 84 = Sedang Baik
aspek teknis, kelembagaan, pembiayaan, Berhasil
hukum dan peranserta masyarakat. Untuk 55 – 69 = Kurang atau
melakukan penilaian kinerja dalam Sedang Atau Cukup berhasil
pengelolaan sampahsangat terkait dengan < 54 = Sangat
kualitas pelayanan yang dapat dinikmati KurangKurang Baik Tidak berhasil
oleh masyarakatserta kepuasan yang Dari uraian-uraian diatas, maka
dinikmati oleh masyarakat. penilaian kinerja pengelolaan sampah dapat
Dalam kaitan dengan kondisi yang dilihat dari 2 sudut pandang yaitu:
diharapkan dalam pengelolaan sampah, 1. Berdasarkan perbandingan dengan
indikator kinerja pengelolaan sampah pada standar normatif (Standar Nasional

(Analisis Kinerja Pengelolaan Sampah Di Kota Gorontalo : Lukman Usman) 49


RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
VOLUME 5 NO. 1

Indonesia tentang persampahan) atau sistem nilai, ciri kepribadian serta gangguan
kajian literatur yang sesuai. jiwa. Persepsi terbentuk melalui proses
2. Berdasarkan persepsi masyarakat yang seleksi serta interpretasi atau pembulatan
sudah mendapat jangkauan pelayanan terhadap proses informasi yang sampai,
sampah. kemudian diterjemahkan ke dalam tingkah
laku dari suatu keinginan atau pilihan
sebagaireaksi. (Atkinson dalam Hatiningtyas,
2.2. Persepsi 2005). Seleksi merupakan penyaringanoleh
2.2.1. Konsep Dasar Persepsi indera terhadap rangsangan dari luar atau
Menurut Wojowasito dalam obyek yang sedang diamati.
Dewanto (2003), persepsi merupakan istilah Interpretasi merupakan proses
bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa pengorganisasian informasi agar berguna
Inggris perceive yang artinya melihat atau bagiseseorang. Dari proses seleksi dan
mengamati. Dalam kamus besar bahasa interpretasi tersebut membentuk
Indonesia persepsi dapat diartikan sebagai suatupenilaian tertentu, sebagai reaksinya
tanggapan (penerimaan) langsung dari atas tindakan dan keinginan akan
sesuatu atau proses seseorang dalam kebutuhandan pilihan dari subyek yang
mengetahui beberapa hal melalui panca diamati.Dari beberapa pengertian tentang
inderanya. Persepsi juga dapat diartikan persepsi seperti di atas, maka dapatdiartikan
sebagai suatu proses kognitif dari seseorang persepsi adalah tanggapan atau penilaian
terhadap lingkungannya yang digunakan dari proses pengamatan yangsecara langsung
untuk menafsirkan lingkungan sekitarnya. dari suatu makna yang dipengaruhi oleh
(Gibson dalam Hartiningtyas, 2005). Proses beberapa faktor situasi,kebutuhan, keinginan
kognitif tersebut sangat sangatdipengaruhi dan juga kesediaan sehingga setiap orang
oleh beberapa faktor situasi, kebutuhan, akan memiliki cara pandang yang berbeda
keinginan dan juga kesediaansehingga setiap terhadap obyek yang dirasakan.
orang akan memiliki cara pandang yang
berbeda terhadap obyekyang dirasakan. 2.2.2. Persepsi Masyarakat Terhadap
Persepsi mempunyai peran penting Kinerja Pengelolaan Sampah.
dalam pengambilan keputusan.Persepsi Menurut Horton and Chaster dalam
diartikan sebagai fungsi psikologis yang Hartiningtyas (2005), persepsi masyarakat
memampukan individu untuk mengamati terbentuk karena adanya persepsi individu
rangsangan inderawi dan mengubahnya dimana proses informasi akan memiliki
menjadi perjalanan yang berkaitan secara perbedaan antara seseorang dengan individu
tertata. (Daldjoeni, 1997). Pengertian lain, lainnya, begitu pula dengan persepsi
persepsi merupakan proses yang lebih rumit terhadap tindakan dari berbagai keinginan.
dari pada sekedar penglihatan dan penilaian, Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
dimana melalui persepsi orang dapat persepsi individu dalam menciptakan
memilih, mengatur dan mengartikan persepsi masyarakat:
rangsangan-rangsanganinderawi ke dalam 1. Obyek yang diamati akan berbeda pada
gambaran dunia yang penuh air dan setiap orang berdasarkan rangsangan
bertaliansecara logis (Laurie dalam indera terhadap obyek tersebut.
Hartiningtyas, 2005).Menurut Boedojo 2. Kedalaman pengamatan terhadap obyek
dalam Hartiningtyas (2005), persepsi yang diamati berdasarkan wujud
merupakan proses pengamatan yang secara obyeknya.
langsung dikaitkan dengan suatu makna 3. Faktor pribadi seperti pengalaman,
dilandasidari dari adanya informasi dan tingkat kecerdasan, kemampuan
lingkungan. Persepsi juga diartikan sebagai mengingatdan sebagainya.
fungsipsikologis yang memampukan Menurut Rahmat (1996), persepsi
individu untuk mengamati rangsangan dapat dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu :
inderawidan mengubahnya menjadi 1. Faktor yang terkandung dalam rangsang
perjalanan yang berkaitan secara tertata fisik dan proses neurofisiologis
(Daldjoeni,1997). akansangat tergantung pada stimuli
Menurut Sarlito dalam Hatiningtyas yang diterima.
(2005), hal-hal yang dapatmempengaruhi 2. Faktor yang terdapat dalam diri si
perbedaan persepsi antara lain perbedaan set pengamat seperti kebutuhan (need)
(harapan sesesorangakan rangsang yang dansuasana hati (moods) pengalaman
akan timbul), fokus perhatian, kebutuhan, individu dan sifat individu lainnya.

(Analisis Kinerja Pengelolaan Sampah Di Kota Gorontalo : Lukman Usman) 50


RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
VOLUME 5 NO. 1

Persepsi masyarakat juga subsistem perumahan, pendidikan,


dipengaruhi oleh faktor pribadi individu kesehatan, keagamaan, pelayanan umum
yang tercermin dari status sosial ekonomi (perkantoran), perdagangan, perindustrian,
listrik, air bersih, telepon, persampahan,
masyarakat. Persepsi antara satu individu
jaringan transportasi kota, drainase kota,
dengan individu lainnya dalam masyarakat pariwisata, kelembagaan, dan pembiayaan.
juga akan mempunyai perbedaan sesuai Idealnya tiap subsistem diatas
dengan status sosial ekonominya (Boedojo, memiliki arahan kebijakan tersendiri
1986). (kebijakan sektoral) yang saling terpadu dan
terintegrasi dalam hal alokasi besarannya
Dari berberapa definisi tentang didalam ruang sesuai dengan kebutuhan
persepsi dan kinerja maupun pengelolaan penduduk kota. Wujud keterpaduan tersebut
sampah maka dapat disimpulkan, persepsi idealnya akan tertuang dalam Rencana Tata
terhadap kinerja pengelolaan sampah adalah Ruang Kota(RTRK). Untuk perancangan
pendapat dari seseorang atau masyarakat secara menyeluruh tentang perencanaan
terhadap hasil atau sasaran yang diharapkan sistem infrastruktur yang bersifat
dari aspek-aspek pengelolaan sampah. menyeluruh, tahapan – tahapan yang bisa
Perbedaan persepsi masing-masingin dividu dipakai sebagai acuan adalah (Grigg dalam
sangat dipengaruhi oleh tingkat sosial Kodoatie, 2005) :
ekonomi, pengetahuan serta kemampuan  Perencanaan yang menyeluruh yang
individu dalam fokus perhatian, kebutuhan, komprehensip (a master linking
sistem nilai, ciri kepribadian. Dari persepsi orintegrated plan).
masing-masing individu terhadap kinerja  Rencana induk untuk setiap
pengelolaan sampah tersebut akan pembangunan dan pengembangan
membentuk persepsi masyarakat terhadap sistem (masterplans for the
kinerja pengelolaan sampah. Untuk development of each service
mengetahui kinerja pengelolaan sampah dari infrastructure system).
sisi masyarakat, diperlukan variabel dan  Perkiraan biaya (assessments that tie
indikator kinerja pengelolaan sampah. to the budgeting process).
 Perencanaan Organisasi dan institusi.
2.3. Sistem Pengelolaan Persampahan  Perencanaan untuk peningkatan
Dalam Tata Ruang Kota sistem yang ada (plans to improve
Kota yang selalu berkembang dari operationservices).
tahun ke tahun dan dengan segala aktivitas
penduduknya memerlukan pelayanan dari 2.4. Konsep Dasar Sampah
Pemerintah Kota sebagai Pengelola Menurut Azwar (1990), Sampah
Pembangunan Kota. Seiring dengan kondisi adalah sesuatu yang tidak dipergunakan lagi,
ruang dari waktu ke waktu akan yang tidak dapat dipakai lagi, yang tidak
mengakibatkan tuntutan pemenuhan disenangi dan harus dibuang, maka sampah
kebutuhan penduduk akan sarana dan tentu saja harus dikelola dengan sebaik-
prasarana semakin meningkat termasuk baiknya, sedemikian rupa sehingga hal-hal
dalam hal persampahan. Apabila berbicara yang negatif bagi kehidupan tidak sampai
tentang Tata Ruang Kota, sebenarnya ialah terjadi.
berbicara tentang alokasi materi didalam Kodoatie (2003) mendefinisikan
ruang, sehingga akan menyangkut besaran sampah adalah limbah atau buangan yang
apa dan dimana. Setiap besaran didalam bersifat padat, setengah padat yang
ruang tersebut apa dan dimana selalu merupakan hasil sampingan dari kegiatan
bergerak dari penduduk (jumlah penduduk) perkotaan atau siklus kehidupan manusia,
dan standar tingkat kesejahteraannya. hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Sampah
Pemerintah Daerah pada umumnya dalam ilmu kesehatan lingkungan (refuse)
memiliki garis kebijakan dasar dalam hal sebenarnya hanya sebagian dari benda atau
pengelolaan ruang kota yang tertuang hal-hal yang dipandang tidak digunakan,
didalam Rencana Tata Ruang Kota setempat tidak dipakai, tidak disenangi atau harus
dengan berbagai tingkatan wilayah dan dibuang, sedemikian rupa sehingga tidak
kandungan materi yang menyertainya. Tata menganggu kelangsungan hidup.
Ruang Kota adalah sebuah sistem besar di
dalam kota, dimana didalamnya terdiri dari
beberapa subsistem penyusunnya, yaitu :

(Analisis Kinerja Pengelolaan Sampah Di Kota Gorontalo : Lukman Usman) 51


RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
VOLUME 5 NO. 1

2.5. Konsep Pengelolaan Sampah Kota sampah seyogyanya mempunyai


Menurut Safrudin (2001), wadah/tempat sampah sendiri. Tempat
Kebijakan yang diterapkan di Indonesia penyimpanan sampah pada sumber
dalam mengelola limbah padat perkotaan diperlukan untuk menampung sampah yang
(sampah) secara formal adalah yang dihasilkannya agar tidak tercecer atau
diterapkan oleh Departemen PU (Ditjen berserakan. Volumenya tergantung kepada
Cipta Karya), sebagai departemen teknis
jumlah sampah perhari yang dihasilkan oleh
yang membina pengelolaan limbah padat
tiap sumber sampah dan frekuensi serta pola
perkotaan (sampah) di Indonesia.
Menurut JICA, peningkatan jumlah pengumpulan yang dilakukan.
sampah di Indonesia diperkirakan akan
bertambah dalam tahun 2020 menjadi lima 2.8. Pengumpulan Sampah
kali lipat. Rata-rata produksi sampah Yang dimaksud dengan sistem
tersebut diperkirakan meningkat dari 800 pengumpulan sampah adalah cara atau
gram per hari per kapita pada tahun 1995 proses pengambilan sampah mulai dari
dan menjadi 910 per hari per kapita pada tempat pewadahan/penampungan sampah
tahun 2000. Hal ini disebabkan bukan hanya dari sumber timbulan sampah sampai
karena pertambahan jumlah penduduk tetapi ketempat pengumpulan sementara/stasiun
juga karena meningkatnya jumlah timbulan pemindahan atau sekaligus ke tempat
sampah per kapita yang disebabkan oleh pembuangan akhir (TPA).
perbaikan tingkat ekonomi dan Pengumpulan umumnya
kesejahteraan. dilaksanakan oleh petugas kebersihan kota
atau swadaya masyarakat (sumber sampah,
2.6. Daerah pelayanan badan swasta atau RT/RW). Pengikutsertaan
Penentuan dalam prioritas daerah masyarakat dalam pengelolaan sampah
pelayanan adalah berdasarkan pada kriteria banyak ditentukan oleh tingkat kemampuan
yaitu daerah pusat permukiman dengan pihak kota dalam memikul beban masalah
kepadatan penduduk yang tinggi dengan persampahan kotanya.
keterbatasan lahan serta mengharuskan
2.9. Pengangkutan Sampah
pengelolaan secara mendesak, daerah Pengangkutan, dimaksudkan
komersial seperti pertokoan, pasar dan sebagai kegiatan operasi yang dimulai dari
daerah industri, fasilitas umum, seperti titik pengumpulan terakhir dari suatu siklus
hotel, sarana pendidikan, gelanggang olah pengumpulan sampai ke TPA pada
raga, taman serta penyapuan jalan dan pengumpulan dengan pola individual.
pembersihan saluran
langsung, atau dari tempat
2.7. Pewadahan Sampah pemindahan (Trasfer Depo, Trasfer Station),
Pewadahan sampah adalah suatu penampungan sementara (TPS, TPSS, LPS)
cara penampungan sampah sebelum atau tempat penampungan komunal sampai
dikumpulkan, dipindahkan, diangkut dan ke tempat Pengolahan/pembuangan akhir.
dibuang ke tempat Pembuangan akhir. Sehubungan dengan hal tersebut, metoda
Tujuan utama dari pewadahan adalah : pengangkutan serta peralatan yang akan
Untuk menghindari terjadinya sampah yang dipakai tergantung dari pola pengumpulan
berserakan sehingga mengganggu yang dipergunakan.
lingkungan dari kesehatan, kebersihan dan
estetika. Memudahkan proses pengumpulan
2.10. Proyeksi jumlah penduduk
sampah dan tidak membahayakan petugas Proyeksi penduduk adalah
pengumpulan sampah, baik petugas kota perhitungan yang menunjukan angka
maupun dari lingkungan setempat. fertilitas, mortalitas, migrasi dan tingkat
Dalam operasi pengumpulan pertumbuhan penduduk dimasa yang akan
sampah, masalah pewadahan memegang dating. Perkiraan penduduk tidak hanya
peranan yang amat penting. Oleh sebab itu beberapa tahun, tetapi bisa saja perkiraan
tempat sampah adalah menjadi tanggung beberapa puluh tahun yang akan dating.
jawab individu yang menghasilkan sampah Semua perencanaan pembangunan sangat
(sumber sampah), sehingga tiap sumber membutuhkan data penduduk tidak saja pada

(Analisis Kinerja Pengelolaan Sampah Di Kota Gorontalo : Lukman Usman) 52


RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
VOLUME 5 NO. 1

saat merencanakan pembangunan tetapi juga unit dengan 2 ritasi/hari, sehingga


pada masa-masa mendatang yang disebut membutuhkan penambahan 7 unit
dengan proyeksi penduduk. (Anonim, dump truck.
19987) - Armroll Truck denganjumlah 3
unit dengan 3 ritasi/hari,
2.11. Proyeksi Timbulan Sampah berdasarkan hasilperhitungan
Proyeksi timbulan sampah dilakukan dibutuhkan 5 unit dengan 3
untuk mendapatkan besaran timbulan ritasi/hari, sehingga membutuhkan
sampah yang digunakan dalam perencanaan penambahan 2 unit armroll truck.
dan pengolahan sampah. Besaran timbulan Penentuan kebutuhan alat
diambil dari lokasi pengabilan tepilih, untuk pengangkutan sampai tahun 2015
diukur volumenya, ditimbang serta diukur dilakukan dengan mengambil data
komposisinya ataupun dapat langsung daritahun 2006 sampai 2010 kemudian
menggunakan Tabel 2.1 besaran timbulan dilakukan proyeksi terhadap jumlah
sampah. kendaraan dan volume sampah yang
terangkut. Sehingga kebutuhan armada
2.12. Kebutuhan Sarana Pengangkutan pengangkutan tahun 2015 sebagai
2.12.1. Kebutuhan Gerobak Sampah berikut :
2.12.2. Kebutuhan Container - GerobakSampah = 29 unit
2.12.3. Kebutuhan Dump Truck - Container = 25 unit
2.12.4. Kebutuhan ArmRoll Truck - Dump Truck = 14 unit
- Armroll Truck = 5 unit
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan Saran
pembahasan maka dapat disimpulkan Setelah melihat kondisi persampahan
sebagai berikut: yang ada di Kota Gorontalo maka penyusun
1. Dari 173 m3/hari sampah yang merekomendasikan beberapa hal sebagai
terangkut dengan asumsi timbulan berikut :
sampah per orang per hari adalah 2,6 1. Sosialisasi kepada masyarakat
liter, maka dapat disimpulkan sampah tentang hidup bersih dengan
terangkut sebesar173 m3/hari membuang sampah pada tempatnya
diproduksi oleh58.974 orang. Sehingga (memisahkan sampah organic dan
prosentase jumlah penduduk terlayani anorganik), baik melalui media
adalah 30,48 %. Dimana sampah yang elektronikdan media cetak ataupun
terangkut mencapai 15,47 % sedangkan sosialisasi langsung kepada
luas daerah yang terlayani hingga saat masyarakat serta pemasangan tanda-
ini masih sekitar 28,75 %. tanda pembuangan sampah pada
2. Fasilitas Pengangkutan sampah yang tempatnya pada daerah endemik.
tersedia saat ini masih terbatas 2. Dalam menggunakan alat
sehingga masih memerlukan pengangkutan sebaiknya jangan
penambahan. Dimana fasilitas melebihi kapasitas pengangkutan
pengangkutan tahun 2010 adalah dimana berdasarkan pengamatan di
sebagai berikut : lapanganbahwa alat angkut seperti
- Gerobak Sampah dengan jumlah dump truck biasanya melebihi
27 unit dengan 3 ritasi/hari, kapasitasnya sehingga umur pakai
berdasarkan hasil perhitungan alat pengangkutan berkurang dan
dibutuhkan 29 unit dengan 3 cepat mengalami kerusakan.
ritasi/hari ,sehingga membutuhkan Sehingga penyusun menyarankan
penambahan 2 unit gerobak penambahan ritasipengangkutan
sampah. sampah.
- Container dengan jumlah 15 unit, 3. Peremajaan kendaraan pengangkutan
berdasar kanhasil perhitungan sebaiknya dijadwalkan sehingga
dibutuhkan 25 unit, sehingga umur ekonomis kendaraan dapat
membutuhkan penambahan 10 unit dimaksimalkan dikarenakan biaya
container. perawatan kendaraan apabila
- Dump Truck dengan jumlah 5 unit mengalami kerusakan sangat besar.
dengan 2 ritasi/hari, berdasarkan 4. Personil petugas kebersihan dan
hasil perhitungan dibutuhkan 12 pengangkut sebaiknya ditambah

(Analisis Kinerja Pengelolaan Sampah Di Kota Gorontalo : Lukman Usman) 53


RADIAL – juRnal perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi
Sekolah Tinggi Teknik (STITEK) Bina Taruna Gorontalo
VOLUME 5 NO. 1

sehingga waktu yang dibutuhkan


dalam pengangkutan dapat
dimaksimalkan.
Kondisi kebersihan berdasarkan
pengamatan penyusun pada lokasi seperti
drainase, sebaiknya dilakukan penanganan
yang serius dari Pemerintah Kota Gorontalo.
Sebaiknya diberikan sangsi kepadake pada
orang yang membuang sampah ke drainase.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Lingkungan Hidup (RPJP 2006 -


2015), Sasaran
Pembangunan Bidang
Persampahan
Daldjoeni, N. 1997, Seluk Beluk
Masyarakat Kota, Penerbit Alumni,
Bandung
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota
Gorontalo (Data
Pertumbuhan Penduduk
Tahun 2013) Kota Gorontalo
DPU, SK SNIT – 12 - 1991 – 03 ,(Tata
Cara Pengelolaan Teknik
Sampah Permukiman),
Jakarta
DPU, 1990, SK SNI T - 13 – 1994 - F,
(Tata Cara Pengelolaan
Teknik Sampah), Yayasan
LPBM, Jakarta
Ismaria, 1992. Prinsip Dasar Pengukuran
Efektifitas Sistem
Pengelolaan Sampah. Tinta
Mas, Surabaya.
Kudoatie, R . J .,2003,Manajemen dan
Rekayasa Infrastruktur,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta
MPS (Memorandum Program Sanitasi)..
2013 Kota Gorontalo
Prawirosentono, S. 1999, Kebijakan Kinerja
Karyawan, Yogyakarta
PU (Renstra Pekerjaan Umum 2006 – 2015)
Sasaran Cakupan Pelayanan Sampah
Syafruddin, 2001. Manajeemen
Sumber Daya Manusia, Yogyakarta

(Analisis Kinerja Pengelolaan Sampah Di Kota Gorontalo : Lukman Usman) 54

Anda mungkin juga menyukai