142-Article Text-416-1-10-20190924
142-Article Text-416-1-10-20190924
Lukman Usman
Mahasiswa Teknik Sipil
STITEK Bina Taruna Gorontalo
INDONESIA
bukustitek@yahoo.com
ABSTRAK
Pelayanan pengelolaan sampah termasuk dalam pelayanan publik yang bertujuan untuk
melayani masyarakat dalam pengelolaan sampah yang dihasilkan Dalam pelayanan pengelolaan
sampah sangat dibutuhkan kinerja atau performance yang baik sehingga pengelolaan sampah dapat
berjalan efektif dan efisien serta dapat memberikan kepuasan kepada masyarakat sebagai
pelanggan..
Perencanaan suatu sistem pengelolaan persampahan diperlukan suatu pola standar atau
spesifikasi sebagai suatu landasan yang jelas. Spesifikasi yang digunakan adalah Standar Nasional
Indonesia (SNI) Nomor T-12-1991-03 tentang Tata Cara Pengelolaan Sampah di Permukiman,
Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor T-13-1990 tentang Tata Cara Pengelolaan Teknik
Sampah Perkotaan, Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor S-04-1993-03 tentang Spesifikasi
Timbulan sampah Untuk Kota Kecil dan sedang di Indonesia
Berdassarkan hasil analisa dari 173m3/hari sampah yang terangkut dengan asumsi
timbulan sampah per orang per hari adalah 2,6 liter, maka dapat disimpulkan sampah terangkut
sebesar 173 m3/hari diproduksi oleh 58.974 orang. Sehingga prosentase jumlah penduduk
terlayani adalah 30,48 %. Dimana sampah yang terangkut mencapai 15,47 % sedangkan luas
daerah yang terlayani hingga saat ini masih sekitar 28,75 %.
maupun gangguan pada lingkungan seperti pengangkutan sampah yang tepat untuk
pencemaran lingkungan, penyebaran mengatasi pola persebaran ke Kecamatan
penyakit, menurunnya estetika dan tetap mengacu pada satu sistem
dan sebagai pembawa penyakit. pengelolaan sampah. Penentuan sistem pola
Pengelolaan sampah di kota-kota di pengangkutan sampah yang tepat juga tetap
Indonesia sampai saat ini belum mencapai memperhatikan potensi yanG dimiliki
daerah dan kondisi perekonomian saat ini
hasil yang optimal. Berbagai kendala masih
yang memberatkan daerah dalam membiayai
dihadapi dalam melaksanakan pengelolaan program investasi pembangunan.
sampah tersebut baik kendala ekonomi, Berdasarkan pemikiran diatas
sosial budaya maupun penerapan teknologi. dengan meninjau kondisi Kota Gorontalo
Permasalahan pengelolaan maka dipandang perlu untuk mengangkat
persampahan menjadi sangat serius permasalahan sampah di Kota Gorontalo
diperkotaan akibat kompleksnya dalam judul “Analisa Kinerja Pengelolaan
permasalahan yang dihadapi dan kepadatan Sampah di Kota Gorontalo”.
penduduk yang tinggi, sehingga pengelolaan
persampahan sering diprioritaskan
penanganannya di daerah perkotaan. 2.1.1. Pengertian Kinerja
Permasalahan dalam pengelolaan sampah Kinerja dapat diartikan sebagai
yang sering terjadi antara lain perilaku dan perilaku berkarya, berpenampilan atau
pola hidup masyarakat masih cenderung berkarya. Kinerja merupakan bentuk
mengarah pada peningkatan laju timbulan bangunan organisasi yang bermutu
sampahyang sangat membebani pengelola dimensional, sehingga cara mengukurnya
kebersihan, keterbatasan sumber bervariasi tergantung pada banyak faktor
daya,anggaran, kendaraan personil sehingga (Bates dan Holton dalam Mulyadi, 2006).
pengelola kebersihan belum mampu Pengertian kinerja organisasi menurut
melayani seluruh sampah yang dihasilkan. Mulyadi (2006), adalah hasil kerja
Pelayanan pengelolaan sampah organisasi dalam mewujudkan tujuan yang
termasuk dalam pelayanan publik ditetapkan organisasi, kepuasan pelanggan
yangbertujuan untuk melayani masyarakat serta kontribusinya terhadap perkembangan
dalam pengelolaan sampah yang dihasilkan. ekonomi masyarakat tempat organisasi.
Dalam pelayanan pengelolaan sampah Indikator kinerja organisasi adalah
sangat dibutuhkan kinerja atau performance ukuran kuantitatif maupun kualitatif yang
yang baik sehingga pengelolaan sampah dapat menggambarkan tingkat pencapaian
dapat berjalan efektif dan efisien serta dapat sasaran dan tujuan. Untukmengetahui
memberikan kepuasan kepada masyarakat
kinerja pelayanan dapat dilihat dari seberapa
sebagai pelanggan. Namun demikian,
seringkali terjadi penanganan sampah besar output, semakinbesar volume output
perkotaan menjadi tidak efektif akibat berarti semakin tinggi pula tingkat
keterbatasan pemerintah baik dalam kinerjanya. Indikatorkinerja berguna untuk
pembiayaan, jumlah personil maupun menunjukan kemajuan dalam rangka menuju
jumlah peralatan yang tersedia. pencapaian sasaran maupun tujuan
Pola kebijakan teknis operasional organisasi yang bersangkutan (Mulyadi
pengangkutan sampah yang dilaksanakan
2006:). Baik buruknya penilaian kinerja
sekarang lebih memprioritaskan daerah-
daerah yang berada di dekat dengan lokasi- sangat terkait dan dapat diukur melalui
lokasi jalan protokol, kemudian di lokasi penilaian tingkat efisiensi dan efektifitas.
pasar utama, setelah itu baru pada kawasan (Prawirosentono; 1999)
perumahan dan permukiman, serta tempat- Menurut Nurmandi (1999),
tempat umum. Hal ini tentu saja berdampak efisiensi menunjukan pada rasio minimal
pada tidak terangkutnya sampah di beberapa antara input dan output. Input yang kecil dan
titik pengumpulan di kawasan-kawasan
diikuti dengan diikuti dengan output yang
permukiman tersebut.
Dari berbagai permasalahan besar merupakan kondisi yang diharapkan.
tersebut, maka permasalahan yang dominan Sedangkan efektifitas (effectiveness)
untuk segera dicarikan solusi adalah memfokuskan pada tingkat pencapaian
menaikkan tingkat pelayanan pengangkutan terhadap tujuan organisasi dalam
sampah dengan menentukan sistem pola memberikan pelayanan. Salah satu ukuran
Indonesia tentang persampahan) atau sistem nilai, ciri kepribadian serta gangguan
kajian literatur yang sesuai. jiwa. Persepsi terbentuk melalui proses
2. Berdasarkan persepsi masyarakat yang seleksi serta interpretasi atau pembulatan
sudah mendapat jangkauan pelayanan terhadap proses informasi yang sampai,
sampah. kemudian diterjemahkan ke dalam tingkah
laku dari suatu keinginan atau pilihan
sebagaireaksi. (Atkinson dalam Hatiningtyas,
2.2. Persepsi 2005). Seleksi merupakan penyaringanoleh
2.2.1. Konsep Dasar Persepsi indera terhadap rangsangan dari luar atau
Menurut Wojowasito dalam obyek yang sedang diamati.
Dewanto (2003), persepsi merupakan istilah Interpretasi merupakan proses
bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa pengorganisasian informasi agar berguna
Inggris perceive yang artinya melihat atau bagiseseorang. Dari proses seleksi dan
mengamati. Dalam kamus besar bahasa interpretasi tersebut membentuk
Indonesia persepsi dapat diartikan sebagai suatupenilaian tertentu, sebagai reaksinya
tanggapan (penerimaan) langsung dari atas tindakan dan keinginan akan
sesuatu atau proses seseorang dalam kebutuhandan pilihan dari subyek yang
mengetahui beberapa hal melalui panca diamati.Dari beberapa pengertian tentang
inderanya. Persepsi juga dapat diartikan persepsi seperti di atas, maka dapatdiartikan
sebagai suatu proses kognitif dari seseorang persepsi adalah tanggapan atau penilaian
terhadap lingkungannya yang digunakan dari proses pengamatan yangsecara langsung
untuk menafsirkan lingkungan sekitarnya. dari suatu makna yang dipengaruhi oleh
(Gibson dalam Hartiningtyas, 2005). Proses beberapa faktor situasi,kebutuhan, keinginan
kognitif tersebut sangat sangatdipengaruhi dan juga kesediaan sehingga setiap orang
oleh beberapa faktor situasi, kebutuhan, akan memiliki cara pandang yang berbeda
keinginan dan juga kesediaansehingga setiap terhadap obyek yang dirasakan.
orang akan memiliki cara pandang yang
berbeda terhadap obyekyang dirasakan. 2.2.2. Persepsi Masyarakat Terhadap
Persepsi mempunyai peran penting Kinerja Pengelolaan Sampah.
dalam pengambilan keputusan.Persepsi Menurut Horton and Chaster dalam
diartikan sebagai fungsi psikologis yang Hartiningtyas (2005), persepsi masyarakat
memampukan individu untuk mengamati terbentuk karena adanya persepsi individu
rangsangan inderawi dan mengubahnya dimana proses informasi akan memiliki
menjadi perjalanan yang berkaitan secara perbedaan antara seseorang dengan individu
tertata. (Daldjoeni, 1997). Pengertian lain, lainnya, begitu pula dengan persepsi
persepsi merupakan proses yang lebih rumit terhadap tindakan dari berbagai keinginan.
dari pada sekedar penglihatan dan penilaian, Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
dimana melalui persepsi orang dapat persepsi individu dalam menciptakan
memilih, mengatur dan mengartikan persepsi masyarakat:
rangsangan-rangsanganinderawi ke dalam 1. Obyek yang diamati akan berbeda pada
gambaran dunia yang penuh air dan setiap orang berdasarkan rangsangan
bertaliansecara logis (Laurie dalam indera terhadap obyek tersebut.
Hartiningtyas, 2005).Menurut Boedojo 2. Kedalaman pengamatan terhadap obyek
dalam Hartiningtyas (2005), persepsi yang diamati berdasarkan wujud
merupakan proses pengamatan yang secara obyeknya.
langsung dikaitkan dengan suatu makna 3. Faktor pribadi seperti pengalaman,
dilandasidari dari adanya informasi dan tingkat kecerdasan, kemampuan
lingkungan. Persepsi juga diartikan sebagai mengingatdan sebagainya.
fungsipsikologis yang memampukan Menurut Rahmat (1996), persepsi
individu untuk mengamati rangsangan dapat dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu :
inderawidan mengubahnya menjadi 1. Faktor yang terkandung dalam rangsang
perjalanan yang berkaitan secara tertata fisik dan proses neurofisiologis
(Daldjoeni,1997). akansangat tergantung pada stimuli
Menurut Sarlito dalam Hatiningtyas yang diterima.
(2005), hal-hal yang dapatmempengaruhi 2. Faktor yang terdapat dalam diri si
perbedaan persepsi antara lain perbedaan set pengamat seperti kebutuhan (need)
(harapan sesesorangakan rangsang yang dansuasana hati (moods) pengalaman
akan timbul), fokus perhatian, kebutuhan, individu dan sifat individu lainnya.
DAFTAR PUSTAKA