Anda di halaman 1dari 76

PLUVIOPHILE FOREX

UNCLE VIO
Apa Itu Trading Forex: Pengertian, Pasar Dan Dasar Forex

Banyak orang mengatakan bisa cepat kaya jika trading forex. Namun, iming-iming menggiurkan tersebut
belum tentu disertai pengertian mengenai apa itu trading forex, baik karakteristik, kelebihan, maupun
resikonya. Dalam ulasan ini, kita akan membahas sejumlah dasar trading forex yang wajib diketahui semua
orang.

Apa Itu Trading Forex?

Trading Forex adalah perdagangan mata uang dari berbagai negara yang berbeda dengan tujuan untuk
mendapatkan keuntungan. Dalam hal ini, forex merupakan kependekan dari Foreign Exchange (pertukaran
valuta asing). Sebuah contoh dari perdagangan forex adalah membeli Euro (mata uang utama Eropa),
sementara secara bersamaan menjual USD (mata uang Amerika), bisa disingkat EUR/USD.

Dalam bayangan orang awam, pengertian trading forex adalah kegiatan menukarkan uang di Money
Changer, yaitu jual beli mata uang asing secara manual yang dilakukan melalui money changer.
Padahal, trading forex berbeda dengan transaksi manual seperti di Money Changer.

Umumnya, tujuan seseorang untuk membeli dan menjual uang di Money Changer adalah karena
kebutuhan untuk menukarkan mata uang untuk bertransaksi di negara berbeda, sehingga ada pertukaran
uang secara fisik. Sedangkan trading forex dilakukan dilakukan secara online dengan tujuan
mendapatkan keuntungan semata. Perlu dipahami, trading forex merupakan aktivitas bisnis, investasi,
bahkan bisa menjadi profesi.

Dalam skala internasional, perdagangan valuta asing (valas) dilakukan oleh berbagai pihak, mulai dari
pemerintah, bank-bank sentral, perusahaan-perusahaan multinasional, hingga individual tertentu yang
memiliki aset dalam jumlah besar (Big Player). Transaksi jual-beli mata uang diantara berbagai pihak itu
bukan terjadi di sebuah pasar dengan bangunan fisik, melainkan dalam jaringan tak kasat mata yang
disebut "pasar forex".

Seiring dengan perkembangan teknologi, trading forex menjangkau lingkup lebih luas. Melalui internet,
trading forex sekarang bisa dilakukan oleh siapa saja, kapan saja, dan dimana saja. Sekarang, semua
orang bisa trading forex. Anda dan saya pun bisa trading forex online dengan mudah dan dengan modal
sekecil 10 Dolar saja.

Ilustrasi Pengertian Trading Forex

Prinsip trading forex online cukup sederhana, yaitu mendapatkan keuntungan dari selisih harga beli
dan harga jual dengan melakukan transaksi beli saat harga rendah dan transaksi jual saat harga
tinggi. Misalnya, kita membeli Dolar AS sebanyak $100 pada saat nilai tukar Rupiah terhadap Dolar
berada pada nilai Rp13,250. Rupiah yang kita keluarkan untuk mendapatkan $100 tersebut menjadi
Rp1,325,000.

Seminggu kemudian, Dolar AS makin kuat hingga nilai tukarnya menjadi Rp13,300. Jika kita menjual $100
tersebut, maka akan untung Rp50,000, karena orang lain yang ingin membeli $100-nya sekarang harus
mengeluarkan Rupiah sebanyak Rp1,300,000.

Demikianlah ilustrasi perdagangan forex. Namun, trading forex tidak dilakukan secara fisik dan tidak akan
ada perpindahan mata uang berbeda dari tangan penjual ke pembeli maupun sebaliknya. Trader forex
bertransaksi di dunia maya melalui wadah yang disebut dengan software atau platform trading.

Pasar Forex

Pasar forex berbeda dengan pasar tradisional. Karena disini yang diperdagangkan adalah mata uang,
maka pasarnya (tempat para pedagang/pelaku pasar melakukan jual beli) tidak berwujud bangunan
tertentu, dan setiap pelaku pasar bisa berperan ganda sebagai penjual sekaligus pembeli. Siapa saja
pelaku pasar forex ini? sangat beragam: bisa bank-bank multinasional, bank sentral, perusahaan besar,
pemerintah negara manapun, institusi keuangan, spekulan, dsb.

Mengingat lingkup dan pelakunya yang global, pasar forex menjadi sangat menarik dan menguntungkan.
Saking globalnya, pasar forex menjadi pasar tempat perputaran uang paling besar (mencapai $4 Triliun per
hari), dan sangat likuid (bisa jual dan beli dengan harga pasar, berapapun jumlahnya). Pasar forex juga
buka 24 jam non stop, mulai dari Senin hingga Jumat. Sehingga, kita bisa melakukan trading kapanpun
sesuai dengan waktu luang kita.
Pasar forex bisa buka 24 jam sehari karena perbedaan waktu dan jam kerja di tiap pusat keuangan dunia.
Secara lebih terperinci, perdagangan dilakukan dalam empat sesi:

 Pasar Australia (Sydney) jam 05.00 - 14.00 WIB.


 Lalu ke pasar Asia (Tokyo) yaitu Jepang, Hongkong & Singapura jam 07.00 - 16.00 WIB.
 Lalu ke pasar Eropa yaitu Jerman dan Inggris (London) jam 13.00 - 22.00 WIB.
 Pasar Amerika (New York) jam 20.00 - 05.00 (esok hari).

Dimanapun Anda berada, jual-beli tetap bisa dilakukan karena pasar forex tidak memiliki lokasi fisik secara
khusus, dan transaksi bisa dilakukan secara online melalui platform trading forex. Platform bisa berupa
software untuk PC, aplikasi web berbasis browser, maupun aplikasi mobile (mobile app). Dengan demikian,
kegiatan trading forex bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja.

Peluang Trading Forex

Secara sederhana, tujuan trading forex adalah untuk meraih profit dari naik dan turunnya nilai tukar
mata uang. Hal ini bisa dicapai karena kondisi dan harga di pasar forex bergerak dengan sangat dinamis,
dapat berubah sewaktu-waktu dengan cepat menanggapi peristiwa-peristiwa baik itu ekonomi, politik,
perang, bencana, dsb.

Bahkan untuk kawasan dengan ekonomi maju dan kuat seperti AS, Inggris, Zona Euro, atau Jepang;
sedikit saja ada informasi sensitif, maka harga mata uangnya bisa bergerak naik-turun. Hal inilah yang oleh
para trader dilihat sebagai suatu kesempatan dan peluang untuk mendapatkan keuntungan.

Trading Forex online dengan tujuan mendapatkan keuntungan seperti itu dilakukan melalui
perantaraan broker forex. Modal yang dibutuhkan sangat terjangkau; bisa mulai dari $10 saja, atau bahkan
gratis dengan menggunakan dana bonus yang diberikan oleh broker.
Resiko Trading Forex

Resiko paling besar bersumber dari pergerakan harga itu sendiri. Jika Anda bisa menganalisa kondisi
pasar dan melakukan pengaturan transaksi dengan tepat, maka keuntungan bisa didapat. Namun,
bagaimana jika analisis Anda keliru? Untuk mengatasi timbulnya kerugian yang tak diinginkan, maka Anda
perlu memahami cara analisa dalam trading forex, selengkapnya bisa simak pada video berikut:

Trading forex bisa cepat membuat Anda kaya maupun miskin. Karena resiko yang besar ini, Anda harus
bijak dan benar mengerti forex seutuhnya sebelum memutuskan terjun ke dalamnya. Bila Anda sangat
awam dengan trading forex, sangat disarankan untuk mengikuti program Sekolah Forex yang sudah kami
sediakan secara gratis.
Pelaku Pasar Dalam Trading Forex
Secara umum, pelaku pasar forex berasal dari berbagai golongan, termasuk Pemerintah, Bank dan
Institusi Keuangan, Perusahaan Multinasional, Spekulan, Broker, dan trader forex dari kalangan orang
kebanyakan seperti kita juga. Simak ulasannya di bawah ini:

Pemerintah

Pemerintah merupakan pelaku pasar forex paling berpengaruh. Di banyak negara, perwakilan pemerintah
ini bisa dilihat pada bank sentral yang merupakan kepanjangan tangan pemerintah dalam menjalankan
kebijakannya. Dan seperti kita ketahui, anggaran dana belanja suatu negara sangatlah besar, meliputi
antar negara dan benua. Jadi, andil suatu pemerintahan negara sangat berpengaruh dalam pasar forex.
Khususnya pemerintah dari negara adidaya, seperti Amerika Serikat.

Faktanya, pemain forex terbesar adalah bank-bank sentral. Setiap negara punya bank sentralnya sendiri,
dan bank-bank sentral akan selalu bertindak untuk menjaga kepentingan negaranya. Bank sentral
bertanggung jawab untuk mencetak uang, menarik uang, atau membeli dan menjual persediaan uang
asing-nya. Karenanya, tindakan bank sentral bisa berdampak besar sekali.

Indonesia juga punya bank sentral, yaitu Bank Indonesia. Tapi, pengaruh Bank Indonesia tidak besar
karena Rupiah terhitung jarang dipakai. Yang pengaruhnya besar itu bank sentral seperti Federal Reserve
(The Fed, bank sentral Amerika Serikat), Bank of England (BoE, bank sentral Inggris), European Central
Bank (ECB, bank sentral Uni Eropa), Swiss National Bank (SNB, bank sentral Swiss), Bank of Japan (BoJ,
bank sentral Jepang), Reserve Bank of Australia (RBA, bank sentral Australia), Reserve Bank of New
Zealand (RBNZ, bank sentral New Zealand), People's Bank of China (PBOC, bank sentral China), dan
Bank of Canada (BoC, bank sentral Kanada). Semua bank sentral ikut bermain di pasar forex, tetapi bank-
bank sentral tadi khas karena mata uangnya termasuk mata uang mayor dan punya stok dana besar.
Bank dan Institusi Keuangan

Bank dan institusi keuangan adalah peserta yang paling aktif di pasar forex. Di dalamnya ada bank sentral
yang jadi perwakilan pemerintah, bank-bank swasta super besar, dan bank komersial biasa. Namun, yang
menjadi pelaku pasar forex paling berpengaruh biasanya adalah bank-bank multinasional.

Ada 10 pemain utama dalam industri forex antara lain: Citi, JP Morgan Chase, UBS, Deutsche Bank,
Goldman Sachs, Barclays, HSBC, Morgan Stanley, dan lain sebagainya. Mereka berurusan dengan
lembaga keuangan ataupun bank lain untuk bertransaksi jual beli mata uang untuk memenuhi keperluan
mereka sendiri maupun untuk kepentingan nasabah. Karena hal inilah, nilai tukar mata uang bergerak naik
turun di pasar forex.

Bank merupakan pelaku pasar forex yang sangat dominan dalam perdagangan mata uang, hingga
menciptakan Interbank Market (pasar antar bank). Di situ, bank-bank besar bertransaksi. Harga atau deal
yang terjadi di sanalah yang menentukan nilai tukar mata uang. Hasil akhirnya, menjadi seperti yang
terlihat oleh trader seperti kita di software trading. Karena pasar forex tidak terpusat (decentralized), maka
wajar saja jika bank satu dengan bank lainnya punya sedikit perbedaan dalam nilai tukar.

Perusahaan Multinasional Komersial

Mereka berpartisipasi dalam pasar forex karena membutuhkan mata uang asing untuk perdagangan
mereka di negara-negara lain. Misalnya, sebuah perusahaan yang berbasis di Inggris perlu menggunakan
pasar valas untuk membeli mata uang yang mereka butuhkan untuk membayar perusahaan mitra mereka
di negara lain yang menjual alat-alat berat. Namun, perlu diingat bahwa perusahan komersial juga masih
membutuhkan bantuan bank-bank agar bisa berpartisipasi sebagai pelaku pasar forex.

Spekulan

Yang dimaksud spekulan di sini bisa berwujud badan atau perusahaan swasta yang bergerak di bidang
finansial (pengembangan dana) dan mereka biasanya juga memiliki kemampuan finasial yang tidak
terbatas. Jadi, spekulan ini berusaha mendapatkan uang sebanyak-banyaknya dan secepat-cepatnya dari
pasar perdagangan. Salah satu spekulan yang paling terkenal mungkin George Soros. Miliuner yang
sangat terkenal ini berspekulasi pada penurunan British Pound yang menghasilkan uang 1.2 milliar dollar
kurang dari sebulan! Beberapa pengkritik mengatakan bahwa orang-orang seperti ini bertanggung jawab
atas krisis keuangan Asia akhir 90-an.

Broker

Broker forex adalah pihak yang biasanya berupa perusahaan, institusi, agen, ataupun individu yang
didirikan untuk mempertemukan penjual dan pembeli. Broker forex merupakan pelaku pasar forex dengan
posisi strategis, karena mereka meneruskan dan mengatur permintaan trading dengan volume kecil (ritel)
kepada institusi keuangan yang lebih besar. Sehingga nantinya, setiap permintaan trader bisa diakomodasi
di pasar forex yang lebih masif.

Berkat adanya broker, trader tak harus bermodal besar-besaran. Modal yang diperlukan untuk menjadi
pelaku pasar forex pun mengecil, sedangkan potensi profit tetap sama besarnya.

Trader Forex Ritel

Siapa trader forex ritel? Itu bisa jadi Anda, saudara Anda, tetangga Anda, atau siapa saja orang
kebanyakan yang tak memiliki modal jutaan dolar, tetapi ingin turut mendapatkan keuntungan di pasar
forex. Trader forex ritel ini jumlahnya banyak sekali di seluruh dunia, dan semuanya bertransaksi melalui
perantaraan broker.

Sehubungan dengan perkembangan teknologi, broker forex sekarang sudah online. Trader seperti kita
bahkan bisa melakukan tradingnya dari rumah menggunakan jasa broker forex, dengan modal serendah
puluhan hingga ratusan dolar saja. Untuk bisa mahir, pembelajaran bisa dilakukan secara online, misalnya
dengan materi belajar forex di sini. Alternatifnya, langsung mendaftar ke salah satu broker forex populer,
lalu belajar trading dengan perangkat akun demo dan dana virtual yang disediakan broker.
Struktur Pasar Forex

Perdagangan mata uang asing, yang juga dikenal sebagai forex, sering dianggap sebagai pasar finansial
yang tergolong paling menguntungkan. Salah satu faktor yang menjadi indikasinya adalah likuiditas harian
pasar forex mencapai USD5.3 triliun pada tahun 2013 saja. Imbal hasil tentunya lebih baik jika
dibandingkan dengan pasar finansial lainnya dengan likuiditas lebih rendah seperti saham. Selain
banyaknya potensi profit, investasi di pasar forex juga memiliki keunggulan dari sisi minimnya modal dan
fleksibilitas bisa trading di mana saja, kapan saja. Namun, jarang yang memahami struktur pasar
forex sesungguhnya dan bagaimana posisi kita sebagai pelaku trading kecil-kecilan dalam pasar ini.

Struktur Pasar Forex

Pada dasarnya, Pasar Forex adalah pasar global yang terdesentralisasi di mana semua mata uang
dunia diperdagangkan, dan pedagang menghasilkan keuntungan atau kerugian dari perubahan nilai
mata uang. Pelaku jual-beli di pasar ini mencakup berbagai golongan, termasuk Pemerintah, Bank dan
Institusi Keuangan, Perusahaan Multinasional, Spekulan, Broker, dan trader forex dari kalangan orang
kebanyakan.

Namun, biarpun semua pelaku trading forex sama-sama tidak punya kemampuan untuk menentukan
harga, tak semua pelaku sederajat. Mengapa demikian? Ini karena struktur pasar forex tidak terpusat,
berbeda dengan pasar saham yang terpusat. Jika digambarkan, struktur pasar saham adalah seperti
berikut.

Gambar 1. Struktur Pasar Saham


Sebagaimana nampak pada gambar, perdagangan saham terpusat. Artinya, semua aktivitas penjual dan
pembeli berpusat di bursa saham (Stock Exchange). Perusahaan-perusahaan sebagai penerbit saham dan
para investor sebagai pembelinya dipertemukan oleh bursa. Walaupun perdagangan saham masa kini
sudah dilakukan secara online, tetap saja sistemnya terpusat di bursa. Namun, Perdagangan forex tak
memiliki pusat semacam itu dan berlangsung di luar bursa (over-the-counter/OTC).

Gambar 2. Struktur Pasar Forex

Perhatikan bagaimana setiap pelaku pasar forex melakukan transaksi satu sama lain secara langsung
ataupun melalui broker dan bank, tanpa perantaraan bursa tertentu. Sepintas, struktur pasar forex yang
tidak terpusat ini terkesan acak-acakan, tetapi sebetulnya para pelaku trading forex dapat digambarkan
dalam hirarki tertentu.

Hirarki Pasar Forex

Kotak teratas pada hirarki pasar forex diduduki oleh jaringan yang dibentuk oleh transaksi bank-bank
mayor, atau disebut dengan interbank. Bank-bank mayor tersebut contohnya Citi, JP Morgan Chase, UBS,
Deutsche Bank, Goldman Sachs, Barclays, HSBC, Morgan Stanley, dan lain sebagainya.
Jaringan Interbank terdiri dari bank-bank sentral dunia, bank-bank mayor, dan beberapa bank yang lebih
kecil. Mereka semua bertrading secara langsung satu dengan lainnya atau secara elektronik melalui
Electronic Brokering Services (EBS) atau Reuters Dealing 3000-Spot Matching. Pada platform EBS,
pasangan mata uang EUR/USD, USD/JPY, EUR/JPY, EUR/CHF, dan USD/CHF lebih likuid. Sementara
pada platform Reuters, pasangan mata uang GBP/USD, EUR/GBP, USD/CAD, AUD/USD, and NZD/USD
lebih likuid.

Setelah melewati beberapa institusi seperti broker retail Market Maker, broker retail ECN, dan Hedge
Funds, barulah yang terbawah adalah trader ritel seperti kita-kita ini. Trader ritel seperti kita nampaknya
patut berterima kasih pada internet, teknologi trading elektronik, dan broker ritel, karena berkat merekalah
kita dapat memetik "secuil" keuntungan dari market akbar ini.
Waktu dan Jam untuk Trading Forex

Perdagangan forex dapat dilakukan 24 jam sehari selama 5 hari dalam seminggu. Boleh dibilang, pasar
forex buka terus tanpa ada istirahat atau tidur. Bagi para trader, tentu ini menyenangkan karena
berpeluang melipatgandakan keuntungan kapan saja. Aktivitas trading pun tak harus bertabrakan dengan
jam kerja kantor maupun waktu bersama keluarga. Namun, waktu trading forex terbagi dalam beberapa
sesi dan tak setiap jam trading forex selalu ramai.

Ada hari ketika aktivitas ramai, tapi ada pula waktu dan jam ketika perdagangan sepi walaupun masih
termasuk jam buka pasar forex. Semakin ramai pasar forex, maka makin besarlah peluang untuk
mendapat keuntungan; sedangkan makin lengang pasar, maka makin sedikit kesempatan profit. Jadi,
wawasan akan waktu dan jam trading forex teramat penting bagi trader.

Anda bisa menyesuaikan strategi perdagangan Anda dengan karakter masing-masing sesi trading
forex. Tujuannya, supaya diperoleh hasil maksimal dari setiap perdagangan Anda.

Waktu Pasar Forex (Market Hours)

Pertama-tama, kita harus mengetahui bahwa waktu trading forex dibagi menjadi beberapa sesi utama,
yaitu: Sesi Sydney (Australia), Sesi Tokyo (Asia), Sesi London (Eropa), Sesi New York (Amerika).
Seperti kita ketahui, ada perbedaan waktu cukup panjang antara Australia dan Amerika (sekitar 16 jam).
Inilah yang membuat pasar trading forex tidak pernah tidur. Saat pasar di satu negara tutup, pasar lain
sedang buka, demikian seterusnya.
Untuk lebih jelasnya, mari kita lihat kapan jam buka dan jam tutup pasar forex per wilayah.

Sesi Perdagangan Jakarta (GMT+7) EST GMT

Sydney (Buka) 5:00 Pagi 5:00 PM 9:00 PM


Sydney (Tutup) 2:00 Siang 2:00 AM 6:00 AM

Tokyo (Buka) 7:00 Pagi 7:00 PM 12:00 AM


Tokyo (Tutup) 4:00 Sore 4:00 AM 9:00 AM

London (Buka) 1:00 Siang 3:00 AM 7:00 AM


Sesi Perdagangan Jakarta (GMT+7) EST GMT

London (Tutup) 10:00 Malam 12:00 PM 3:00 PM

New York (Buka) 8:00 Malam 8:00 AM 12:00 PM


New York (Tutup) 5:00 Pagi 5:00 PM 9:00 PM

Panduan jam trading forex tersebut dapat dijadikan acuan, kecuali saat Amerika Serikat dan beberapa
negara lain memberlakukan Daylight Saving Time (DST). Ketika DST, jam trading forex bisa digeser maju
1 jam, demikian pula jadwal peristiwa-peristiwa penting dalam kalender ekonomi. DST diberlakukan antara
Maret-November dengan tanggal berbeda-beda setiap tahunnya, sehingga broker forex biasanya membuat
pengumuman ketika DST akan dimulai dan berakhir.

Sebagai acuan tambahan, Anda juga dapat menyimak gambar jam buka pasar forex menurut Waktu
Indonesia Barat (Jakarta, GMT+7), sebagai berikut:

Terlihat dari gambar di atas bahwa jam buka dan jam tutup pasar forex saling sambung-menyambung,
bahkan ada dua kali overlapping, yaitu antara pukul 19:00 s/d 22:00 (Pasar Eropa dan Amerika) serta
pukul 6:00 s/d 12:00 (Pasar Australia dan Asia). Secara alami, saat terjadi overlap, maka volume transaksi
perdagangan otomatis lebih besar serta pergerakan harga menjadi lebih dinamis, terutama
saat overlap Pasar Eropa dan Amerika.
Sesi Asia

Perdagangan di pasar Asia menempati 20% dari total perdagangan forex dunia, mencakup sesi Tokyo dan
sesi Sydney. Pusat-pusat transaksi terletak di Tokyo (8%), Singapura (5%), Hong Kong (4%), dan Australia
(3%). Beberapa ciri (karakteristik) pasar Asia adalah:

 Selain Jepang, negara-negara dengan kekuatan ekonomi cukup besar lainnya (Hongkong,
Singapura, Australia, Korea) juga aktif melakukan transaksi. China dan Jepang termasuk negara
eksportir utama, sehingga selain Bank Sentral dari negara-negara yang aktif pada jam kerja
tersebut, para pengusaha komersial (ekspor/impor) turut pula aktif memperdagangkan mata uang.
 Pada saat-saat tertentu, likuiditas pasar (ketersediaan dana cair) bisa menipis. Ini terlihat pada
pergerakan harga yang sangat kecil dan berlangsung dalam waktu relatif lama, sehingga muncul
fase konsolidasi dalam pergerakan harga suatu pasangan mata uang.
 Sebagian besar pergerakan harga terjadi saat awal sesi, ketika banyak berita ekonomi
fundamental dirilis atau diumumkan.
 Pasar Tokyo sedikit banyak juga akan berimbas pada sesi trading forex selanjutnya, karena trader
di Eropa dan Amerika akan melihat apa yang terjadi sebelumnya di pasar Tokyo, sebelum
mengambil keputusan trading hari itu.
 Mata uang yang mungkin menarik untuk Anda perdagangkan pada sesi Asia ini adalah JPY
dan AUD. Dalam hal ini, perlu diketahui bahwa berita yang berdampak bukan hanya yang
dikeluarkan Jepang dan Australia saja. Mengingat China telah tumbuh menjadi kekuatan ekonomi
baru, maka saat mereka merilis berita-berita penting, pergerakan kedua mata uang tersebut juga
akan terpengaruh.

Sesi Eropa

Eropa, khususnya London, telah menjadi pusat keuangan dunia sejak era Revolusi Industri. Pasar Eropa
mengambil porsi terbesar, yaitu sekitar 36% dari total perdagangan di pasar forex global. Sekitar 31%
perdagangan dilakukan di London, sedangkan 5% sisanya di Jerman. Sejalan dengan itu, pasar Eropa
merupakan waktu dan jam trading forex paling ramai, ketika ribuan pengusaha kakap kelas dunia
melakukan transaksi antara satu sama lain. Beberapa ciri (karakteristik) pasar Eropa adalah:
 Sesi London merupakan waktu ketika perdagangan forex berlangsung sangat ramai. Hal ini
mengakibatkan pada likuiditas menjadi sangat tinggi dan spread menjadi lebih kecil.
 Kisaran (range) pergerakan harga menjadi sangat tinggi (volatile).
 Seringkali, tren yang terjadi dalam sesi Eropa akan terus berlanjut hingga awal sesi New York.
 Saat siang hari waktu Eropa, volatilitas akan menurun seiring jam istirahat makan siang serta
menunggu sesi Amerika buka.
 Beberapa berita penting di zona Euro bisa sangat mempengaruhi pergerakan harga.
 Pada saat sesi Eropa, semua pasangan mata uang menjadi sangat menarik untuk diperdagangkan
karena ramainya pasar forex. Namun, pergerakan paling menguntungkan pada major pair ,
yaitu EUR/USD, GBP/USD, USD/JPY, dan USD/CHF. Beberapa cross pair seperti EUR/JPY dan
GBP/JPY juga dapat dilirik karena pergerakannya cukup besar.

Sesi Amerika

New York adalah pusat perdagangan dan bisnis di Amerika. Kota ini juga dijuluki "City that Never Sleep",
artinya kota yang tidak pernah tidur. Namun, New York masa kini bukan hanya menjadi sentra keuangan
Amerika saja, melainkan pusat finansial dunia. Oleh karena itu, tak heran bila sesi Amerika yang berpusat
di New York saja bisa mencakup sekitar 19% dari total perdagangan forex global.

Selain itu, perlu untuk diingat bahwa Dolar AS saat ini dianggap sebagai mata uang dunia. Sekitar 90%
perdagangan barang dan jasa global menggunakan Dolar AS sebagai media pembayarannya, sehingga
sesi perdagangan Amerika ini menjadi momen penting pula bagi trader forex.

Beberapa ciri (karakteristik) pasar New York adalah:

 Likuiditas pasar cenderung tinggi selama pagi hari waktu New York (awal perdagangan), karena
overlap dengan sesi Eropa.
 Saat berita-berita ekonomi penting AS dirilis, maka akan memiliki kekuatan yang sangat besar
untuk menggerakkan harga di pasar. Ingat, 90% perdagangan melibatkan Dolar.
 Setelah pasar Eropa tutup, maka likuiditas dan volatilitas juga cenderung menurun, bertepatan
dengan sesi perdagangan siang di Amerika.
 Pada hari Jumat siang waktu New York, keramaian perdagangan akan menurun drastis, karena
trader-trader Asia dan Eropa sudah berhenti untuk beraktivitas, bersiap untuk liburan akhir minggu.
 Peristiwa pembalikan arah tren (reversal) mungkin sering terjadi pada periode waktu setelah sesi
siang Amerika, sehingga trader perlu berhati-hati. Sejumlah trader tidak mau membiarkan posisi
terbuka di penghujung perdagangan hari Jumat untuk menghindari hal-hal atau berita yang
mungkin terjadi di akhir pekan.
 Sebagaimana saat pasar Eropa, semua pasangan mata uang sangat menarik untuk
diperdagangkan pada sesi Amerika. Namun, Anda harus memberi perhatian lebih kepada saat
ketika berita penting akan dan sedang dirilis. Dolar AS bisa bergerak secara liar dan bahkan
melompat-lompat.

Mengukur Sepi atau Ramainya Waktu Trading Forex

Ramai atau sepinya pasar forex dalam suatu waktu tertentu biasanya diukur dari simpangan selisih
pergerakan harga setiap pasangan mata uang. Simpangan ini dihitung dalam satuan pips, yang menandai
satuan pergerakan harga terkecil di dalam forex. Selanjutnya, mari kita lihat bagaimana perbandingan
pergerakan harga (dalam pips) untuk pasangan mata uang paling populer, pada masing-masing sesi
tradingforex.
Nampak jelas bahwa pergerakan harga di sesi Eropa dan Amerika lebih besar dibandingkan sesi Asia.
Ramainya perdagangan pada suatu mata uang berhubungan dengan berpusatnya transaksi di wilayah
mereka, tetapi ini hanya berlaku untuk negara-negara tertentu saja di Eropa, Amerika, dan Asia. Wilayah
lain di dunia hanya berkontribusi sebesar 25% dari perdagangan forex global, dan jam kerjanya tak
berpengaruh apa-apa pada waktu trading forex.

Mari kita lanjutkan sedikit penelaahan karakteristik pergerakan harga pada pasangan-pasangan mata uang
setiap hari, agar Anda memperoleh gambaran yang utuh dan bisa menentukan kapan, jam, waktu dan hari
yang paling cocok untuk trading. Perhatikan tabel perbandingan pergerakan harga per hari (dalam hitungan
pips).

Dari tabel, terlihat bahwa Rabu, Kamis, dan Jumat adalah hari perdagangan forex paling sibuk. Dengan
kata lain, ini waktu trading forex yang menyediakan peluang trading paling banyak.

Waktu Trading Forex Terbaik

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan waktu dan jam terbaik untuk forex trading, yaitu:

 Sesi Eropa adalah waktu trading forex paling sibuk dan ramai.
 Terjadinya overlap dua sesi memunculkan jam trading forex dengan volatilitas dan likuiditas pasar
meningkat. Ini menghadirkan kesempatan bagi Anda untuk segera meraih keuntungan dalam
waktu singkat.
 Trading forex paling ramai dilakukan pada pertengahan minggu (Rabu, Kamis, Jumat).

Kita juga bisa mengetahui waktu dan jam yang kurang cocok untuk trading forex bagi sebagian trader,
yaitu:

 Bagi trader bertipe agresif, sesi Asia menjadi kurang mengasyikkan karena volatilitas dan likuiditas
yang rendah. Pergerakan harga cenderung lambat di sesi perdagangan ini.
 Pada hari Sabtu pagi ketika pasar akan segera tutup (setelah sesi siang pasar Amerika), sebagian
trader sudah berhenti bertransaksi, sehingga pasar biasanya akan sangat sepi.

Selain poin-poin tadi, perlu diketahui juga bahwa biasanya ketika terjadi event penting dunia seperti Piala
Dunia Sepak Bola, pasar bisa menjadi sepi karena perhatian trader beralih. Kemudian, dalam menentukan
jam trading forex yang akan dijalani, perhatikan juga waktu istirahat Anda. Pertimbangkan hal ini agar Anda
tidak bertransaksi dalam kondisi fisik capek atau tidak prima, karena akan mempengaruhi pengambilan
keputusannantinya.

Nah, sekarang setelah Anda mengetahui waktu dan jam trading forex yang paling menguntungkan,
langkah selanjutnya dalam belajar trading forex ialah memahami dasar-dasar analisis teknikal dan analisis
fundamental. Analisis teknikal adalah studi tentang pergerakan harga dilihat dari segi matematis,
sedangkan analisis fundamental menilai pasar melalui kondisi ekonomi, sosial, dan politik yang
mempengaruhi penawaran dan permintaan. Keduanya bisa menjadi pendukung utama Anda dalam
mencapai kesuksesan trading forex.
Aturan Dan Cara Trading Forex

Bagi Anda yang masih awam, tentunya bertanya-tanya tentang bagaimana sih cara bermain forex itu?
Banyak orang membayangkan caranya mudah, beli mata uang di harga rendah, kemudian jual di harga
tinggi. Padahal, untuk bisa melakukannya dengan baik dan mencapai keuntungan, dibutuhkan pemahaman
mengenai aturan dan cara trading forex yang dirangkum dalam 10 poin berikut ini.

1. Trading Forex Bisa Dilakukan Kapan Saja Dan Dimana Saja

Waktu dibukanya pasar forex dibagi menjadi beberapa sesi perdagangan utama, yaitu: Sesi Sydney
(Australia), Sesi Tokyo (Asia), Sesi London (Eropa), Sesi New York(Amerika). Sesi-sesi perdagangan ini
buka silih berganti, sehingga seolah-olah perdagangan forex berlangsung tanpa henti.

Fakta ini berpengaruh besar setelah terlahirnya cara trading forex online, karena artinya trader forex di
penjuru dunia manapun dapat bertrading 24 jam sehari selama 5 hari dalam seminggu. Anda bisa trading
forex sebelum berangkan ke kantor, sebelum tidur malam, atau bahkan saat istirahat kerja.

2. Cara Trading Forex Online Membutuhkan Akses Internet

Sebelum masuk dalam pembahasan mengenai cara trading forex, perlu diketahui apa saja infrastruktur
penunjangnya. Untuk bisa trading forex online, diperlukan komputer, laptop, atau smartphone; serta
koneksi Internet. Selain itu, diperlukan pula software platform trading forex yang bisa diunduh dan
digunakan secara gratis.

Dimana bisa mendapatkan software untuk trading forex itu? Perusahaan-perusahaan bernama broker
forex yang akan menghubungkan Anda sebagai trader untuk mendapatkan akses ke pasar. Jadi, langkah
pertama dalam prosedur cara trading forex adalah mendaftar ke broker tertentu, kemudian mengunduh
software trading yang disediakannya.

Apabila Anda ingin mencoba-coba cara bermain forex dan belum ingin trading sungguhan, dapat pula
mendaftar akun demo forex terlebih dahulu. Akun demo forex bisa diperoleh secara gratis dari broker
manapun, dan Anda bisa menggunakannya untuk melakukan trading dengan dana virtual (tak perlu
menyetorkan dana sungguhan sepeserpun).
3. Mata Uang Diperdagangkan Secara Berpasangan

Bukan cuma pria dan wanita yang diciptakan berpasangan. Trading forex juga dilakukan secara
berpasangan (pair). Dalam trading forex, kita akan melakukan jual atau beli mata uang, dan itu tentunya
dilakukan antara dua mata uang berbeda. Oleh karenanya, penyebutan pun selalu berpasangan, dimana
mata uang yang lebih kuat akan berada di depan. Misalnya Dollar Amerika dengan Poundsterling Inggris
yang disingkat GBP/USD. Atau Dolar Amerika dengan Yen Jepang menjadi USD/JPY.

Pada dasarnya ada delapan mata uang yang paling umum diperdagangkan dalam pasar forex. Kedelapan
mata uang tersebut, disebut dengan mata uang major yang terdiri dari:

 Dollar Amerika (USD) disebut juga "Greenback" atau "Buck".


 Euro (EUR) disebut juga "Single Currency" atau "mata uang tunggal 18 negara"
 Yen Jepang (JPY)
 Poundsterling Inggris (GBP) dijuluki "Sterling" atau "Cable"
 Dolar Australia (AUD) dijuluki "Aussie"
 Dolar New Zealand (NZD) dijuluki "Kiwi"
 Dolar Kanada (CAD) dijuluki "Loonie"
 Franc Swiss (CHF) dijuluki "Swissy"

Mata-mata uang tersebut biasanya dipasangkan dan diperdagangkan satu sama lain (cross), dan termasuk
jajaran pasangan mata uang yang paling banyak diperjual-belikan di dunia. Ada juga yang disebut dengan
pasangan eksotik (exotic pair. Misalnya Dolar Amerika dengan Dolar Singapura (USD/SGD). Namun,
perdagangan mata uang eksotik jarang terjadi di pasar forex, karena biasanya volatilitas dan biaya
tradingnya akan sangat tinggi, sehingga risiko rugi lebih besar ketimbang potensi profit.

Karena mata uang-mata uang diperdagangkan berpasangan, maka dalam trading forex, ketika kita
membeli (Buy) satu mata uang, secara otomatis kita menjual (Sell) mata uang yang menjadi
pendampingnya. Misalnya saja pada pair Euro vs Dolar, seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah
ini:
Mata uang yang muncul di depan tanda garis miring dikenal dengan istilah base currency atau dalam
kasus ini EUR, sedangkan mata uang yang ada di belakang garis miring biasa disebut counter atau quote
currency atau dalam kasus ini USD.

Kalau order yang kita lakukan adalah "buy", nilai tukar memberi tahu kita berapa yang harus kita bayar
menggunakan quote currency untuk memperoleh base currency. Lebih mudahnya, mari kita gunakan
contoh di atas. Untuk membeli EUR 1, kita harus membayar USD1.4746.

Saat kita melakukan "sell", nilai tukar tersebut memberi tahu berapa unit dari quote currency yang akan kita
dapat saat menjual satu unit base currency. Jika menggunakan contoh di atas, itu artinya kita akan
mendapat USD 1.4745 saat menjual EUR 1.

Supaya lebih mudah memahami tentang pasangan-pasangan mata uang dan bagaimana cara trading
forex menggunakannya, kita cukup menghafalkan kuncinya: base currency adalah "basis" atau "dasar"
untuk order "buy" atau "sell" kita. Jadi...sewaktu kita buy EUR/USD, itu artinya kita membeli Euro dan
menjual Dolar AS; dan kalau sell EUR/USD artinya menjual Euro dan membeli Dolar AS.

4. Trader Forex Bisa Untung Saat Harga Naik Maupun Turun

Pada dasarnya bermain forex dilakukan dengan melihat kondisi pasar, lalu memprediksi apakah nilai suatu
pair mata uang (harga) nantinya akan naik atau turun. Prediksi itu kemudian dieksekusi dengan membuka
posisi trading (entry atau open position). Dalam cara trading forex hanya dikenal ada dua jenis posisi, yaitu:
 Beli (Buy/Long Position): Posisi Buy dibuka jika harga suatu pasangan mata uang diprediksi
akan NAIK.
Posisi Buy artinya kita ingin mendapat keuntungan dari kenaikan harga pada sebuah pasangan
mata uang. Jadi bila ingin melakukan Buy, kita harus memastikan nilai base currency bakal
meningkat. Setelah membeli pada level harga rendah, kita akan menutup posisi (close position)
dengan harga yang lebih tinggi.
 Jual (Sell/Short Position): Posisi Sell dibuka jika harga suatu pasangan mata uang diprediksi
akan TURUN.
Posisi Sell artinya kita ingin mendapat keuntungan dari penurunan harga. Jadi, kalau ingin
melakukan sell, kita mesti memastikan kalau nilai base currency bakal menurun. Kita membeli
pada level harga tinggi, kemudian menutup posisi itu setelah nilai base currency lebih rendah
dibanding nilai pembukaannya tadi.

Karena dalam cara trading forex terdapat dua jenis posisi tersebutlah, maka trader forex memiliki peluang
untuk mendapatkan keuntungan, baik ketika nilai tukar suatu mata uang menguat ataupun melemah.
Menarik sekali, bukan!?

5. Dalam Trading Forex Ada Dua Jenis Harga


Pernahkah Anda masuk ke Money Changer untuk menukar valuta asing (valas)? Di sana diberlakukan dua
jenis kurs, yaitu kurs jual dan kurs beli. Demikian pula dalam trading forex, semua kuotasi harga ditulis
dalam dua harga: bid dan ask. Harga bid biasanya lebih rendah dibanding harga ask.

Untuk memahaminya, mari lihat lagi kuotasi harga yang tadi:


Harga bid adalah harga dimana broker bersedia membeli base currency dan menjual quote
currency . Ini adalah harga yang kita pakai kalau kita akan sell suatu pair mata uang.

Harga ask, atau kadang juga disebut sebagai offer, adalah harga dimana broker bersedia menjual base
currency dan membeli quote currency . Artinya, harga ask adalah harga yang kita pakai kalau kita akan
buy suatu pair mata uang.

Dalam contoh di atas, kita punya pilihan untuk sell Euro pada harga 1.4745 atau buy Euro pada harga
1.4746. Selisih antara harga bid dan ask disebut sebagai spread, dan ini adalah salah satu bagian dari
imbalan yang diberikan trader pada broker sebagai balas jasa karena telah menyediakan software trading
dan menghubungkan dengan pasar.

6. Hitungan Pergerakan Harga Berdasarkan Pip

Dalam trading forex, pergerakan harga dihitung sejak mulai dari beberapa angka di belakang koma. Satuan
pergerakan harga ini disebut sebagai "pip". Atau dengan kata lain, pip adalah unit pengukuran yang
memperlihatkan perubahan nilai antara dua mata uang. Misalnya saja pair USD/JPY bergerak dari
angka 91.23 ke 91.24. Nah, kenaikan 0.01 ini disebut SATU PIP.

Pip biasanya berupa desimal terakhir yang berada pada satu kuotasi nilai mata uang. Umumnya pair forex
muncul dengan 4 angka desimal, tetapi beberapa pair (seperti pair cross Yen Jepang) memiliki 2 angka
desimal.

Seiring perkembangan teknologi keuangan, makin banyak pula broker menyediakan fasilitas trading yang
bisa memantau pergerakan harga hingga pecahan lebih kecil lagi. Karenanya, tidak semua broker
menggunakan kuotasi 4 dan 2 digit; ada juga broker-broker yang menggunakan kuotasi 5 dan 3 digit. Nah,
broker-broker itu pada dasarnya menggunakan "fractional pips" atau yang disebut juga "pipettes".
Contohnya, jika USD/JPY bergerak dari 91.234 ke 91.237, maka berarti disitu ada perubahan 0.003, atau
sama dengan 3 pipette.
Paham ya!? Nah, sekarang pertanyaannya, bagaimana cara menghitung profit dari pip? Karena setiap
mata uang memiliki nilai kursnya sendiri, maka cara mengkalkulasi nilai pip untuk setiap pair pun terus
berubah bersama dengan naik-turunnya kurs. Perhatikan contoh berikut ini:

Nobita punya akun di broker DoraFX yang menyediakan kuotasi empat digit. Disana, dia akan bertrading
USD/CAD. Saat itu, kurs USD/CAD adalah 1.0200. Kurs itu bisa dibaca sebagai: 1 USD/1.0200 CAD.
Disini, perubahan satu pip berarti perubahan 0.0001 CAD. Sehingga nilai dolar per-pip per unit yang
diperdagangkan:
= (0.0001 CAD) x (1 USD/1.0200 CAD)
= (0.0001 CAD/1.0200 CAD) x 1 USD = 0.00009804 USD per unit
Dengan contoh itu, jika Nobita bertrading 1 lot mini dalam pair USD/CAD, dimana 1 lot mini = 10,000 USD,
maka nilai dolar per-pip-nya kira-kira 0.98 USD.

Puyeng? Jangan khawatir, pada saat trading nanti kita tidak perlu memusingkan perhitungan pip atau
pipette. Platform trading dapat melakukan semua perhitungan untuk kita secara otomatis.
Seputarforex.com juga punya kalkulator pips yang dapat Anda gunakan.

7. Tak Butuh Modal Besar Karena Ada Leverage Dan Margin

Di pasar finansial, selain perdagangan biasa, dikenal pula istilah "Margin Trading". Margin Trading
memungkinkan kita untuk trading forex dengan modal jauh lebih kecil daripada yang sesungguhnya
dibutuhkan untuk mengakses pasar forex. Sejatinya, diperlukan dana jutaan Dolar untuk ikut bermain forex
seperti para pemain besar. Namun, Margin Trading membuat kita mampu ikut andil di pasar yang sangat
menguntungkanini.

Margin Trading adalah aktivitas trading aset-aset finansial menggunakan dana yang dipinjam dari broker,
setelah kita memberikan sejumlah dana sebagai "jaminan" pada broker tersebut. Namun, meskipun
"meminjam dana", kita tak harus membayar bunga kepada broker. Mengapa begitu? karena trading forex
adalah trading secara non-fisik, artinya, broker tidak perlu menyerahkan segepok uang sebanyak 10.000
Euro sungguhan pada kita. Kita sebagai trader pun sudah cukup membayar biaya trading dalam bentuk
spread dan komisi saja pada broker.
Untuk memperjelas, perhatikan contoh perdagangan tanpa margin (Margin 1:1) berikut ini:

Diketahui hari ini nilai tukar EUR/USD adalah 1.6612 yang artinya 1 Euro sama dengan USD1.6612. Dan
keesokan harinya pasangan mata uang tersebut telah mengalami pergerakan poin menjadi 1.6712.
Misalnya kita membeli 100 Euro, maka profit yang akan kita dapatkan dihitung sebagai berikut (1.6712 -
1.6612) x 100 Euro = 0.01 x 100 = 1 Euro.

Lho, profitnya cuma 1 Euro begitu, lalu apa menariknya trading forex? Lah, modalnya kecil sih, hanya 100
Euro. Bayangkan jika kita depositkan modal yang lebih besar, 10,000 Euro misalnya. Jadi jika dihitung lagi,
dengan deposit sebesar itu, keuntungannya bisa 100 Euro! Jika ditukar dengan Rupiah 100 Euro x
Rp15,000 = Rp1.5 juta! Waah, lumayan juga ya!

Dari contoh kasus di atas, mungkin beberapa dari kita ada yang berpendapat,"Deposit sebesar itu tapi
keuntungannya cuma 1% persen? Kita mati-matian cari modal 10,000 Euro alias 150 juta Rupiah, cuma
untuk dapat 1.5 juta Rupiah? Sama saja bohong dong."

Tunggu dulu! Contoh di atas adalah trading konvensional dengan sistem satu tukar satu, yang artinya
semakin tinggi modalnya, semakin tinggi pula untungnya. Tipe perdagangan seperti itu tentunya tidak akan
menarik khususnya bagi kita yang berkantong pas-pasan. Dari situlah akhirnya dilahirkan Margin Trading
dengan fitur "leverage".

Leverage secara harfiah bisa diartikan sebagai 'daya ungkit'. Secara istilah, itu kurang lebih bisa diartikan
sebagai 'daya ungkit' yang ditawarkan broker agar kita bisa bertrading besar meski modal kita kecil. Ini
karena agar benar-benar bisa meraup untung, maka sejatinya akan butuh modal besar.

Dengan leverage, kita tidak perlu secara nyata menyiapkan modal 10,000 Euro untuk bertrading. Intinya,
Anda cukup memberikan jaminan dalam jumlah kecil saja untuk memperoleh modal 10,000 Euro tersebut.
Contohnya, dengan leverage 1:100, kita cukup memberikan 100 Euro pada broker untuk memperoleh
"modal" 10.000 Euro. Jika modal 10,000 Euro itu dipakai untuk trading dan mendapat untung seperti di
contoh tadi, maka keuntungan tetap 100 Euro! Intinya, kita bisa jadi untung 100 persen sekali trading!
Uang 100 Euro sebagai "jaminan" dalam contoh tersebut dinamakan "margin" yang perlu Anda serahkan
agar bisa memanfaatkan fasilitas ini. Atau dengan kata lain, margin adalah besarnya uang yang perlu
kita serahkan pada broker sebagai jaminan agar kita bisa trading forex dengan leluasa.

Pada prakteknya, margin biasanya ditunjukkan dalam bentuk persentase jaminan yang harus kita serahkan
versus besarnya dana yang bisa kita gunakan untuk buka posisi trading. Berdasarkan margin yang
ditentukan broker, kita bisa menghitung berapa besar leverage maksimal kita. Berikut ini contoh
konversinya:

8. Margin Bagai Pedang Bermata Dua

Dari uraian di bagian sebelumnya, tentu dapat disimpulkan bahwa adanya leverage dan margin itu
menguntungkan trader. Namun, ini sebenarnya pedang bermata dua yang harus dimanfaatkan secara
bijak.

Masalahnya, margin menyamarkan berapa besar modal kita sesungguhnya, sehingga ketika rugi besar
pun bisa tidak terasa. Umpama dalam contoh diatas tadi. Berkat margin 1%, cukup dengan modal 100
Euro, kita bisa mendapatkan untung 100 Euro. Tapi, andaikan EUR/USD tidak sampai naik dari 1.6612 jadi
1.6712, tapi malah turun jadi 1.6512, maka kita kontan akan rugi 100 Euro juga.

Karenanya, maka disarankan untuk menggunakan leverage dan margin yang sedang-sedang saja, sekitar
1:100-1:200 apabila masih awam mengenai cara trading forex. Selain itu, kita mesti memperhatikan istilah-
istilah penting berikut ini saat bertrading forex:

 Margin Requirement/Margin Required: sama dengan pengertian "margin" di atas, ini maksudnya
adalah besar uang yang perlu kita serahkan pada broker agar bisa trading forex.
 Account Margin: total uang yang kita miliki dalam "rekening" atau akun kita di broker.
 Used Margin: bagian dari uang dalam akun kita yang "dikunci" broker untuk menjaga posisi
trading yang sedang berjalan. Kita tidak bisa mengutak-atik Used Margin ini hingga posisi trading
kita ditutup (Close Position), atau terkena Margin Call.
 Usable Margin: bagian dari uang dalam rekening kita yang bebas untuk dipakai jual-beli, alias
buka posisi trading baru.
 Margin Call: kalau jumlah uang dalam akun kita tidak bisa menambal kemungkinan rugi (loss),
atau ketika jumlah modal yang kita punya lebih rendah dari Used Margin, maka posisi-posisi
trading yang sedang berjalan akan secara otomatis ditutup oleh broker sesuai dengan harga
pasar. Kena Margin Call (MC) artinya kita sudah jelas rugi.

Apabila sudah memahami istilah-istilah itu, maka kita dapat mengantisipasi kemungkinan margin tak
memadai atau malah mengalami rugi melebihi ketersediaan modal kita. Perlu diketahui, risiko dalam
forex memang tak terelakkan, tetapi bisa dikendalikan, termasuk risiko margin tak mencukupi ini. (Baca
juga: Apa Itu Margin Call dan Bagaimana Cara Mencegahnya )

9. Trading Online Tak Perlu Terus-Terusan Online

Teknologi sudah membuat cara trading forex online sedemikian rupa hingga memudahkan kita sebagai
trader. Umpamanya, setelah membuka suatu posisi trading, kita tak perlu memelototi komputer melulu
selagi menunggu posisi mencapai target profit. Kita cukup menempatkan instruksi pada platform, pada
harga berapa target profit dianggap tercapai dan posisi trading harus ditutup. Nantinya, meskipun kita
sedang santai menonton film di bioskop ataupun sibuk bekerja di kantor, posisi trading akan tertutup
secara otomatis dan keuntungan langsung masuk dalam akun.

Melalui metode serupa, kita juga bisa mencegah terjadinya kerugian fatal akibat Margin Call. Caranya
dengan memasang Stop Loss untuk menutup posisi trading yang merugi, sebelum mencapai batas
ketersediaan margin. Oleh karenanya, meskipun kita tak mengamati pasar terus menerus, kita tetap bisa
mencegah kerugian yang tak diinginkan. Praktis sekali, inilah kemudahan cara trading forex masa kini.

10. Buka Posisi Trading Tak Harus Pada Harga Sekarang

Seandainya, berdasarkan berbagai analisa forex yang telah dilakukan, Anda memprediksi harga pada
EUR/USD akan meningkat dalam jangka panjang, tetapi harga saat ini Anda anggap kurang rendah atau
belum potensial untuk membuka posisi Buy karena masih bisa turun lagi. Apa yang harus dilakukan?
Haruskah memantau komputer terus-terusan untuk memeriksa berapa harga terakhir EUR/USD? Tentu
saja tak perlu.

Pada platform trading forex yang disediakan broker, sudah tersedia berbagai jenis instruksi. Selain instruksi
untuk menutup posisi trading secara otomatis, ada pula berbagai jenis order, seperti: sell jika harga sudah
di atas harga sekarang (Sell Limit), buy jika harga sudah di bawah harga sekarang (Buy Limit), dan lain
sebagainya. Hal ini bisa disaksikan dan dicoba langsung pada platform trading, bahkan meskipun Anda
hanya punya akun demo forex.
Jenis - Jenis Order Dalam Trading Forex

Mirip dengan pengertian "order" di restoran; dalam trading Forex, kata order mengisyaratkan bagaimana
kita ingin "memesan" sesuatu, tepatnya apa yang dipesan, dan mau pesan untuk sekarang atau nanti.
Apakah akan Buy/Sell pada harga berapa, bagaimana posisi trading akan ditutup, dan seterusnya. Setiap
orang bisa menentukan metode berbeda-beda dalam menentukan cara pembukaan dan penutupan posisi,
sehingga tersedialah berbagai jenis order dalam trading forex.

Pada umumnya, trader hanya mengenal Market Order dan Pending Order saja. Namun, jika dibahas
secara terperinci, sebenarnya ada banyak sekali jenis order dalam trading forex. Berikut bahasan
selengkapnya.

1. Market Order

Ini jenis order dalam trading forex yang paling sederhana. Market Order adalah tipe order Buy/Sell pada
harga terbaik yang tersedia di pasar. Contohnya, harga pada USD/JPY saat ini berada pada 109.838. Jika
kita ingin Buy USD/JPY pada harga pasar, maka itu akan "dijual" pada kita dengan harga 109.852 (Ask
Price). Kita akan klik "buy" di platform trading, dan platform akan langsung mengeksekusi order buy pada
harga tersebut. Gambaran nyatanya bisa dilihat pada gambar di bawah ini:
Perhatikan posisi harga saat ini (109.838) yang berlatar warna hijau lumut, serta harga Buy pada 109.852
yang berlatar warna hitam di dekatnya. Inilah Market Order. Simpel bukan? Ini seperti membeli barang di
online shop; hanya saja yang kita beli bukan baju baru.

2. Limit Entry Order

Limit Entry Order adalah jenis order dalam trading forex yang ditempatkan untuk Buy di bawah harga
pasar sekarang, atau Sell di atas harga pasar sekarang.

Contohnya, USD/JPY saat ini ditradingkan pada harga 109.858. Kita ingin buka posisi Buy jika harga telah
turun hingga mencapai 108.800. Untuk melakukannya, kita bisa saja menunggu hingga entah kapan harga
mencapai 108.000, lalu baru meng-klik Buy dengan Market Order. Namun, kita juga bisa memasang Buy
dengan Limit Entry Order sekarang, kemudian ditinggal pergi. Kalau nanti harga memang turun sampai
108.800, maka platform trading akan secara otomatis membuka posisi buy pada harga terbaik saat itu.
Perhatikan, pada gambar nampak bahwa posisi harga Buy (108.800) berada lebih rendah dari harga pasar
sekarang (109.858). Limit Entry Order seperti ini merupakan salah satu tipe Pending Order. Trader bisa
memanfaatkannya, jika meyakini bahwa harga akan berbalik setelah mencapai level tertentu, atau menurut
istilah kerennya, reversal.

3. Stop Entry Order

Stop Entry Order juga termasuk salah satu jenis Pending Order, tetapi fungsinya berbeda dengan Limit
Entry Order. Stop Entry Order bisa digunakan apabila kita ingin membuka posisi Buy di atas harga pasar
sekarang, atau melakukan Sell di bawah harga pasar sekarang. Ini dipakai kalau kita memperkirakan
harga akan terus bergerak ke satu arah yang sama.
Contohnya, USD/JPY saat ini ditradingkan pada 109.846 dan nampak bergerak ke atas. Kita berpikir
bahwa harga akan naik makin cepat dan meninggi lagi apabila sudah menyentuh 111.412. Selanjutnya,
kita bisa tunggu sampai harga mencapai 111.412 lalu baru klik Buy dengan Market Order, atau sekarang
juga kita pasang Stop Entry Order pada 111.412. Nantinya, karena sudah ada Stop Entry Order, maka
posisi trading Buy bakal langsung tereksekusi otomatis ketika mencapai harga yang ditentukan, walaupun
saat itu kita tidak sedang memelototi komputer.

4. Stop Loss Order

Stop Loss Order bukan digunakan untuk membuka posisi trading, melainkan dipakai untuk mencegah
Loss lebih parah kalau harga bergerak ke arah yang tidak diduga. Jenis order ini dipasang setelah
atau bersamaan dengan ketika kita membuka Buy ataupun Sell dengan tipe order apapun, dan akan terus
berlaku hingga Stop Loss Order tersebut dicabut atau posisi trading kita tertutup.

Untuk contohnya, mari kita perhatikan kembali gambar Market Order pada nomor satu tadi. Bersamaan
dengan ketika kita membuka posisi trading Buy, kita juga menentukan Stop Loss pada harga 108.838 dan
Target Profit pada 111.411. Ekspektasi kita tentu harga akan naik hingga mencapai target. Akan tetapi,
pasar forex sangat tidak pasti. Apabila harga ternyata tidak naik terus, melainkan berbalik turun hingga
mencapai 108.838, maka platform trading akan otomatis menutup posisi trading saat itu juga dengan hasil
kita Loss (merugi).

"Posisi trading ditutup otomatis dengan hasil merugi" itu kedengarannya memang jelek. Namun, bisa jadi
itu lebih baik dibanding kalau katakanlah harga ternyata bergerak sampai 107.000, dan kita tidak pasang
Stop Loss sama sekali, lalu ternyata rugi lebih parah! Stop Loss Order ini sangat berguna kalau kita tidak
ingin duduk di depan monitor, mengawasi sepanjang hari, setelah buka posisi

5. Trailing Stop

Trailing Stop merupakan variasi Stop Loss Order yang ditempatkan pada suatu posisi trading, tetapi
dapat berpindah seiring dengan fluktuasi harga. Sekali Trailing Stop berpindah, maka level yang baru
berubah menjadi Stop Loss untuk posisi trading tersebut. Perpindahan ini akan terus berlanjut selama
harga bergeser sesuai interval yang telah ditentukan. Pada skenario Buy, Trailing Stop tidak dapat turun
setelah berpindah naik; sedangkan pada skenario Sell, Trailing Stop tidak dapat naik setelah berpindah
turun.

Katakanlah ada posisi Buy USD/JPY pada 109.852, dengan interval Trailing Stop 20 pip. Ini artinya, Stop
Loss awal adalah pada 109.652. Jika harga ternyata berjalan naik ke 110.252, maka Trailing Stop akan
pindah dan terkunci pada 110.052. Jadi, misalkan harga kemudian berbalik turun lagi hingga 110.200
misalnya, maka posisi akan tetap pada 110.052. Andaikan harga turun lagi ke 110.000, tak perlu khawatir
karena posisi trading otomatis ditutup pada 110.052 dan Anda sudah berhasil mengamankan profit sampai
level tersebut.

6. Jenis Order Yang Tak Umum Digunakan

Uraian di atas tadi adalah jenis order dalam forex yang biasa digunakan oleh trader. Namun, bilamana
seorang trader sudah lebih berpengalaman dan punya modal lebih besar, maka bisa saja menggunakan
beberapa jenis order lain yang tidak umum dipakai. Diantaranya:

 Good 'Till Cancelled (GTC)


Order GTC akan tetap aktif di pasar hingga kita memutuskan untuk membatalkannya. Broker tidak
akan membatalkan order itu secara sepihak. Karenanya, kita harus berhati-hati dalam
menerapkannya dan mengingat baik-baik jika telah menjadwalkan order ini dalam trading.
 Good for the Day (GFD)
Order GFD akan aktif di pasar hingga hari trading itu berakhir. Tetapi karena pasar forex
berlangsung 24 jam, maka ada baiknya mengecek ke broker untuk mengetahui pukul berapa
tepatnya hari trading diakhiri.
 One-Cancels-the-Other (OCO)
Order OCO bisa dikatakan gabungan antara dua order plus Stop Loss. Dua order dengan harga
dan durasi berbeda ditempatkan di atas dan di bawah harga saat ini. Ketika salah satu ordernya
dieksekusi, maka order satunya lagi dibatalkan.
Umpamanya, harga EUR/USD saat ini 1.2040. Kita ingin melakukan Buy pada 1.2095, atau Sell
jika nanti harga jatuh ke 1.1985. Nah, setelah OCO dipasang, ternyata harga naik dan mencapai
1.2095. Saat itu, order Buy secara otomatis berjalan, sedangkan perintah Sell di 1.1985 dibatalkan.
 One-Triggers-the-Other(OTO)
Ini kebalikannya OCO, karena order akan berjalan hanya setelah order awal dijalankan.
Contohnya, USD/CHF saat ini ditradingkan pada 1.2100. Kita berpikir, setelah menyentuh
1.2100, pair itu akan berbalik dan menurun hingga 1.1900. Nah, masalahnya, kita tidak ingin
memelototi komputer terus. Karenanya, agar tetap bisa "menangkap" peluang meski tidak di depan
komputer, kita bisa pasang Sell Limit pada 1.2000, sekaligus pasang Buy Limit pada 1.1900, serta
untuk jaga-jaga, Stop Loss pada 1.2100. Sebagai order OTO, Buy Limit dan Stop Loss-nya baru
akan ditempatkan kalau order pertama Anda untuk Sell pada 1.2000 berjalan.

Yang perlu diingat, tidak semua broker menyediakan semua jenis order ini. Jadi, jika kita ingin
menggunakan suatu jenis order, pastikan broker kita menyediakan jenis order itu.
Psikologi Forex Untuk Trader Pemula

Apakah Anda berpikir trading Forex akan mendatangkan keuntungan kilat? Jika ya, ambil penghapus dan
singkirkan pemikiran itu dari kepalamu. Tidak ada keuntungan instan di dunia ini. Sebaliknya, justru trading
Forex itu merupakan sebuah bisnis yang sangat berisiko, dan kita harus melakukan banyak upaya guna
mengendalikan unsur risiko tersebut.

Untuk bisa melakukan trading forex secara mandiri, dibutuhkan pengetahuan yang mendalam mengenai
mekanisme trading dan analisa forex. Jika pengetahuan-pengetahuan tersebut sudah dikuasai, maka kita
bisa memutuskan untuk melakukan trading forex. Namun, kesuksesan seorang trader tidak hanya
didukung oleh pengetahuan semata, melainkan juga ditentukan oleh mental dan kerangka pikir selama
melakukan trading. Inilah aspek psikologi forex yang perlu diketahui trader pemula.

Aspek Psikologi Forex #1 Sadar Akan Potensi Kerugian

Sebelum mulai trading forex, Anda harus memahami bahwa semua trader forex pasti pernah rugi. Ya,
maksudnya SEMUA. Kata tersebut sengaja ditulis dalam bentuk kapital agar kita ingat: kerugian pasti tidak
dapat kita hindari dalam hidup, termasuk dalam trading forex yang terkenal dengan iming-iming
keuntungan menggiurkan.

Jika hanya mendengarkan promo marketing broker, maka trading itu kedengarannya sangat mudah. Siapa
yang tidak tertarik menghasilkan uang hanya dengan duduk mengamati pergerakan grafik? Apalagi, di sini
kita membicarakan uang dalam jumlah JUTAAN, bahkan terkadang LEBIH.

Sayangnya, satu hal yang tak disampaikan oleh promo-promo itu: sebelum mendapatkan keuntungan
besar, kita harus mengecap rugi dahulu. Faktanya, menurut banyak sekali hasil penelitian (salah
satunya, hasil riset regulator forex Prancis, AMF), 90 persen trader pasti loss dan kehilangan modal
mereka. Pula, jika Anda bertanya pada trader manapun, seberapa pun suksesnya ia saat ini, pasti pernah
merugi.
Aspek Psikologi Forex #2 Jangan Harap Bisa Kaya Dengan Modal Recehan

Tahukah Anda bahwa ada orang-orang yang tidak boleh trading? Meski semua orang boleh dan bisa ikut
trading Forex, tapi pada praktiknya, tidak semua orang disarankan menekuni bidang ini. Terutama
mereka yang termasuk salah satu di bawah ini:

 Tidak bekerja.
 Berpenghasilan rendah.
 Tenggelam dalam kubangan hutang.
 Tak mampu membayar tagihan listrik, atau memenuhi kebutuhan hidup.

Alasan utama kenapa mereka dengan ciri-ciri tersebut dilarang menerjuni trading forex adalah
karena modal minimal agar bisa trading sukses adalah USD500 (pada akun mini/mikro), dan itu pun
belum tentu akan langsung profit. Ingat poin satu di atas. Jangan harap bisa langsung kaya hanya
dengan modal recehan.

Aspek Psikologi Forex #3 Trading Forex Butuh Banyak Latihan

Hanya karena forex melibatkan banyak uang, jangan pikir semua trader forex di seluruh dunia bisa
menghasilkan profit hanya dengan meng-klik mouse. Sebagaimana telah disampaikan tadi, hanya sekitar
10% trader saja yang mampu menghasilkan profit besar. Bagaimana cara kita agar termasuk diantara
10% trader yang berhasil itu, bukannya diantara 90% trader gagal? Berlatih nonstop dan terus belajar.

Banyak orang yang salah tafsir dan berpikir mereka akan bisa meraup keuntungan besar hanya dalam
semalam. Yah...oke, kita memang bisa menghasilkan keuntungan besar dengan trading Forex. Namun,
keuntungan yang besar akan selalu disertai risiko yang tak kalah besar pula.

Realitanya, seringkali kerugian besar disebabkan oleh empat hal ini:

 Tidak punya rencana trading.


Yah, kita pasti punya tujuan mendapat profit besar. Tapi itu bukan rencana. Rencana trading disini
bukan cuma berisi tujuan trading, tapi juga strategi dan langkah-langkah apa yang akan kita
lakukan agar trading berjalan lancar ( Baca Juga: Belajar Membuat Rencana Trading ).
 Kurang latihan di akun demo.
Meski remeh, tapi latihan trading di akun demo adalah salah satu hal terpenting agar kita menjadi
trader handal. Ingat di film-film tentang pahlawan? Hercules, Superman, Spiderman.... Sebelum
menjadi superhero, mereka semua berlatih dengan keras. Berlatih pedang, ilmu bela diri,
mengangkat beban, jatuh bangun berpeluh keringat! Sedangkan kita? Yang perlu kita lakukan
hanya latihan di akun demo untuk beberapa bulan, sebelum siap beraksi di trading live.
 Tidak disiplin.
Bukan cuma anak sekolahan yang perlu disiplin, trader forex juga. Disiplin mengikuti strategi dalam
rencana trading yang sudah dibuat. Disiplin mengatur modal yang kita punya. Kedisplinan adalah
salah satu hal yang mutlak dalam dunia trading. Tanpa disiplin, kita akan sering mengalami
kerugian. Kita tentu tidak ingin hal ini terjadi, bukan?
 Payah mengelola modal.
Sama seperti investasi dan penanaman modal lainnya, ketika trading Forex, kita diwajibkan
memiliki sistem pengelolaan dana ( Money Management ). Dengan memiliki Money Management
yang baik, maka kita akan mampu mengendalikan risiko trading trading Forex. Money
Management seperti apa yang baik? yah, ini sih relatif, tergantung seberapa besar modal kita,
apakah kita berani ambil risiko atau tidak, dan bagaimana strategi trading kita. Namun, tak usah
khawatir, kita bisa uji coba Money Management di akun demo.

Aspek Psikologi Forex #4 Jaga Mental Secara Berkelanjutan

Kita tidak bisa trading dalam waktu singkat lalu berharap bisa langsung menghasilkan profit. Jadi, jika
masih ingin terus trading, kita harus mau dan mampu terus sabar berlatih dan belajar.

"Lalu bagaimana dengan mereka yang bisa menghasilkan profit besar dengan trading Forex?"

Biasanya, mereka adalah trader yang sudah pro dengan strategi trading yahud dan sudah banyak makan
asam-garam dunia trading Forex, sehingga terbiasa menghadapi risiko besar yang bisa membuat jantung
kita kebat-kebit hanya dengan melihat saja. Mereka pun tetap bisa mengalami loss sekali-kali; hanya saja
profit yang didapatnya jauh lebih besar daripada loss yang diderita.
Nah, untuk kita yang baru saja belajar trading, lebih baik melakukannya pelan-pelan saja, karena trading
Forex bukanlah keahlian yang bisa kita kuasai dalam sekejap. Simak terus berbagai pelajaran trading forex
di Seputarforex.com sambil berlatih trading di akun demo. Kemudian, ada baiknya juga mengingat hal-hal
berikut guna menjaga psikologi forex kita masing-masing:

 Lakukan trading forex, hanya jika merasa mampu menanggung kerugian.


Forex trading merupakan jenis investasi yang memiliki resiko relatif besar (high risk, high return).
Karena itu, lakukanlah trading dengan dana menganggur yang tidak akan membuat anda
mengalami krisis keuangan dan tak bisa makan jika terjadi kerugian.
 Jangan menempatkan seluruh uang dalam satu posisi trading.
Menempatkan semua uang dalam satu posisi trading adalah tindakan yang sangat bodoh dan
beresiko, karena berpotensi membuat kita kehilangan semua uang kita dalam waktu sekejap.
 Jangan melakukan trading pada terlalu banyak mata uang.
Berkonsentrasi dan fokus pada sedikit atau beberapa valas saja. Terlalu banyak valas yang
ditransaksikan bisa membuat kita kesulitan memantau perkembangan posisi harga, karena
semakin banyak informasi yang harus kita cari.
 Berlatih berjalan sebelum berlari .
Jangan trading sebelum memahami benar bagaimana harus melakukan trading. Memahami dan
belajar trading melalui situs-situs valas yang menyediakan tempat untuk demo atau game valas
adalah tindakan yang harus dilakukan sebelum benar-benar melakukan trading.
 Menerima kenyataan bahwa "pasar selalu benar".
Pasar bukanlah kumpulan bebek yang dapat dengan mudah digiring oleh satu atau beberapa
orang. "Market will go where it wants to go," begitu kata orang Inggris. Kita-kita ini hanyalah trader
forex kecil-kecilan, yang tidak akan bisa mendikte pasar. Jadi, jangan terlalu frustasi ketika
ternyata posisi trading yang dibuka itu keliru dan terpaksa merugi.
 Sesekali, tidak ada salahnya mengalah.
Jika berada pada posisi yang terus merugi, segeralah keluar dari pasar. Boleh jadi kondisi pasar
memang sedang tidak cocok dengan strategi trading Anda, atau suasana hati Anda sedang tidak
baik. Tunggu sampai datang kesempatan lain untuk bisa menang.
 Jaga kesehatan jiwa dan raga.
Trading forex adalah aktivitas yang banyak menguras tenaga dan pikiran. Karena itu, jika prinsip
"time is money" dijadikan pegangan, maka menjaga kondisi kesehatan adalah suatu keharusan.
 Jangan terlalu serakah atau tamak.
Jika target profit telah dicapai, berhentilah untuk sementara waktu sampai ada kesempatan lain
yang menguntungkan untuk trading kembali. Hindari sifat serakah yang justru akan menjadi
bumerang bagi kita sendiri, karena pasar tidak selamanya memihak kepada kita.
Pengertian Time Frame Dalam Forex

Pada saat kita mulai trading, maka akan membuka platform trading seperti Metatrader dimana harga-harga
di pasar forex ditampilkan dalam bentuk grafik. Grafik forex menggambarkan pergerakan harga suatu
pasangan mata uang di pasar forex, apakah pergerakannya naik, turun, atau statis. Namun, pada
prakteknya, pengamatan kita tas pergerakan harga akan dipengaruhi pula oleh Time Frame. Oleh
karenanya, sebelum melakukan analisa atas pergerakan harga, kita harus memahami dulu soal Time
Frame dalam forex. Pengertian Time Frame Dalam Forex

Time Frame dalam forex adalah kurun waktu tertentu yang ditentukan sebagai masa pengamatan
pergerakan harga. Pada kurun waktu yang berbeda, kondisi harga yang ditampilkan bisa diterjemahkan
secara berbeda. Secara awam umpamanya, pasangan mata uang EUR/USD melemah pada tempo 1 jam
terakhir, tetapi menguat dalam satu hari terakhir. Semua ini akan nampak pada grafik forex, bila kita
merubah Time Frame yang terlampir.

Menurut istilah praktisnya, grafik forex terbentuk dari data pergerakan harga yang dikumpulkan dalam
kurun waktu (Time Frame) tertentu. Oleh karenanya, jika Time Frame diubah, maka data pergerakan
harganya bisa berganti. Sebagai contoh, perhatikan perbandingan pergerakan harga pada EUR/USD di
Time Frame 1 Jam (Hourly/H1/M60) dan Time Frame 1 Hari (Daily/D1) berikut ini.
Pada grafik Candlestick di Time Frame 1 Jam, setiap candle menggambarkan pergerakan selama 1 jam
(harga pembukaan, penutupan, tertinggi, dan terendah). Sedangkan pada Time Frame 1 Hari, setiap
candle menggambarkan pergerakan selama 1 hari penuh. Satuan Time Frame menunjukkan lamanya
waktu yang diperlukan untuk membentuk satu candlestick; sehingga grafik akan berbeda-beda
tergantung Time Frame-nya.

Satuan Time Frame dalam forex yang paling sering dipakai yaitu 1 Menit (M1), 5 Menit (M5), 15 Menit
(M15), 30 Menit (M30), 1 Jam (H1), 4 Jam (H4), 1 Hari (D1), 1 Minggu (W1), dan 1 Bulan (MN). Pada
platform trading, biasanya disediakan pilihan beberapa Time Frame, dan kita bisa berpindah-pindah untuk
menentukan Time Frame mana yang lebih cocok untuk digunakan dalam aktivitas trading forex.
Memilih Time Frame Dalam Forex

Memilih Time Frame dalam forex itu gampang-gampang susah. Pada umumnya, trader memilih
berdasarkan sistem trading yang digunakan. Contohnya:

 Trader Pengguna Sistem Scalping.


Dengan sistem scalping, trader bisa membuka dan menutup transaksi dalam tempo cepat, atau
bahkan hanya selang beberapa menit saja. Karenanya, trader seperti ini biasa menggunakan Time
Frame M1, M5, atau maksimal M30.
 Trader Pengguna Sistem Day Trading.
Sesuai namanya, "Day Trading" berarti membuka dan menutup transaksi forex dalam hari yang
sama. Untuk Day Trading, biasanya digunakan Time Frame M30 sampai dengan H1, ditambah H4
atau D1 sebagai Time Frame pembanding.
 Trader Pengguna Sistem Swing.
Dengan sistem Swing, trader boleh jadi membuka dan menahan transaksi sampai dengan
beberapa hari, minggu, bahkan bulan. Oleh sebab itu, Time Frame yang dipakai berkisar antara
H4 hingga W1 dan MN.

Setiap trader dapat bertrading menggunakan satu Time Frame ataupun lebih dari itu. Time Frame rendah
biasanya dianggap mengandung terlalu banyak fluktuasi yang mengganggu, sedangkan Time Frame lebih
tinggi dianggap menggambarkan tren harga secara keseluruhan dengan lebih baik. Upaya memilih Time
Frame dalam forex pun mempertimbangkan faktor-faktor ini.

Setelah memilih Time Frame, lalu apalagi yang perlu dilakukan? Dalam trading forex, memilih Time Frame
hanyalah "intro" alias langkah paling awal menjelang analisa teknikal. Untuk selanjutnya, Anda perlu
mengenali mana Support dan Resistance pada pergerakan harga tiap pasangan mata uang.
Apa Itu Candlestick: Grafik Candlestick Dan Pengertiannya

Dalam dunia trading forex, salah satu pertanyaan awal yang sering muncul adalah apa itu candlestick.
Para pemula biasanya sedikit bingung saat membaca analisis-analisis yang diberikan oleh para ahli
menyinggung tentang kata candlestick dan efeknya terhadap pengambilan keputusan. Artikel berikut ini
akan membahas mengenai apa itu candlestick berikut cara menganalisanya.

Apa Itu Candlestick?

Candlestick adalah salah satu jenis grafik harga (chart) untuk memetakan dan membaca
pergerakan harga di pasar finansial secara teknikal. Saat mendengar kata "candlestick", yang muncul
di pikiran kita tentu benda berbentuk silinder panjang dengan sumbu yang bisa dinyalakan untuk
menerangi ruangan ketika listrik padam. Tidak sepenuhnya salah, karena nama candlestick memang
berasal dari bentuknya. Namun, pengertian candlestick yang kita bicarakan disini adalah salah satu jenis
grafik harga (chart) untuk menganalisa pasar yang dahulu ditemukan oleh Munehisa Homma.

Dalam sejarahnya, tercatat nama Munehisa Homma, seorang pedagang beras di Sakata, Jepang, pada
abad ke 17 yang mempelajari pergerakan harga beras di Osaka. Pada tahun 1755, ia menulis buku
berjudul "San-en Kinsen Hiroku" yang mengulas psikologi pasar untuk pertama kalinya di dunia. Homma
mengklaim bahwa aspek psikologis pasar itu penting bagi kesuksesan trading, serta bahwa emosi trader
memiliki pengaruh signifikan terhadap harga beras. Ia mencatat, "ketika semua orang bearish, ada alasan
bagi harga untuk naik"; dan demikian pula sebaliknya, ketika semua orang cenderung optimis harga naik
(bullish), ada alasan bagi harga untuk turun.
Sekitar tahun 1900, analisa teknikal yang digunakan Homma dikembangkan lebih lanjut oleh berbagai
pakar, hingga kemudian penggunaan "candlestick" disempurnakan dan disebarluaskan oleh Steve Nison
melalui buku-bukunya. Candlestick terus digunakan hingga sekarang untuk menganalisa pergerakan harga
saham, komoditas, forex, dll.

Elemen Penting Dalam Grafik Candlestick

Setelah mengetahui apa itu candlestick dan sejarahnya, hal selanjutnya yang perlu dipahami adalah
elemen-elemen yang membentuknya. Untuk membuat grafik candlestick, kita harus memiliki data harga
pembukaan (Open), harga tertinggi (High), harga terendah (Low), dan harga penutupan (Close), atau
OHLC, dalam periode waktu tertentu. Data harga dalam satu periode tersebut kemudian akan
membentuk satu candle utuh.

Pada satu candle, terdapat bagian tengah yang disebut sebagai "body". Untuk bagian garis yang tipis,
tergambar di bagian atas dan bawah body, maka disebut "shadow" atau "tail" (ekor). Perhatikan anatomi
grafik candlestick di bawah ini:

Sebenarnya, warna grafik candlestick bisa dirubah sesuai dengan keinginan, asalkan kita mengerti cara
membacanya. Banyak trader suka menggunakan warna hijau dan merah, atau lainnya. Pemahaman
mengenai grafik candlestick ini akan terasah seiring berjalannya waktu kita belajar. Namun untuk
pemahaman awal, di artikel ini kita menggunakan candlestick dengan body kosong (berwarna putih) atau
berisi (warna hitam) saja. Aturannya:

 Candlestick dengan body yang berisi atau berwarna hitam, mengindikasikan harga Close lebih
rendah daripada harga Open. Hal ini menunjukkan kondisi bearish (harga tertekan
karena seller lebih kuat di pasar).
 Apabila candlestick menunjukkan body yang kosong atau harga Close di atas harga Open, berarti
harga pasar cenderung naik dan bersifat bullish (harga meningkat karena buyer lebih kuat di
pasar).

Untuk gambaran yang lebih konkrit, mari kita lihat pada screenshot contoh grafik candlestick yang
menunjukkan pergerakan harga pada pasangan mata uang EUR/USD berikut ini:

Grafik Candlestick di atas menunjukkan pergerakan di timeframe Daily. Artinya, setiap candle menampilkan
harga OHLC dalam satu hari. Ketika Candle berwarna hijau, artinya harga Open lebih rendah dibanding
harga Close pada satu hari tersebut. Sedangkan ketika Candle berwarna merah, berarti Close lebih rendah
dibanding Open. Perhatikan juga bahwa Candle terakhir pada ujung paling kanan belum terbentuk
sempurna, karena hari perdagangan belum usai.

Simpulan Mengenai Pengertian Candlestick

Banyak hal yang menyebabkan candlestick banyak dipilih sebagai dasar analisa teknikal, salah satunya
karena lebih menarik secara visual dibandingkan dengan diagram harga konvensional yang hanya berupa
garis. Di samping itu, setiap candlestick menunjukkan pergerakan harga yang lebih mudah untuk dibaca.
Yang perlu diingat, harga OHLC pada sebuah candlestick merupakan informasi penting yang dapat
dipergunakan untuk menganalisa pasar.
Jika dipelajari lebih dalam lagi, pemahaman mengenai pengertian candlestick ini akan membawa kita ke
topik-topik yang lebih detail seperti jenis-jenis candlestick, pola-pola candlestick dan penggunaannya yang
lebih kompleks dalam analisa teknikal.

Jenis-Jenis Pola Candlestick Lengkap

Sebelumnya, kita telah mengetahui apa itu candlestick, yaitu salah satu jenis grafik harga (chart) untuk
memetakan dan membaca pergerakan harga di pasar finansial secara teknikal. Setelah mengetahui
pengertian candlestick secara umum, hal selanjutnya yang perlu diketahui adalah jenis - jenis pola
candlestick. Grafik yang satu ini memiliki beberapa pola yang menarik untuk disimak.

Menurut bentuknya, ada 42 jenis pola candlestick. Banyak sekali, bukan? tapi jangan khawatir, cara
membacanya terbagi menjadi 3 jenis pola candlestick yang lebih mudah untuk diingat dan dipelajari. Mari
diingat bersama, 3 jenis pola candlestick itu adalah:

1. Pola Candlestick Single


2. Pola Candlestick Double
3. Pola Candlestick Triple

Pembahasan mengenai jenis-jenis pola candlestick ini membutuhkan waktu yang cukup panjang, tetapi
akan sangat bermanfaat untuk digunakan saat kita akan mengambil aksi dalam trading forex. Selain itu,
karena metode candlestick diadopsi dari ilmu analisa teknikal Jepang, banyak pula istilah-istilah dari negeri
Sakura tersebut yang digunakan.

Pola Candlestick Single


Yang termasuk dalam jenis pola candlestick single antara lain:

1. Spinning Top
Sinyal: Bullish atau Bearish tergantung posisi harga Open dan Close pada candle.
Akurasi: Rendah-Moderat.

Ciri khas Spinning Top adalah memiliki dua shadow memanjang di bagian atas dan bawah
dengan body yang kecil. Ketidakpastian antara buyer dan seller menjadi fokus utama dalam candle ini.
Grafik ini biasanya dianggap netral, karena dalam periode tersebut terjadi kebuntuan. Namun, perlu
diperhatikan kapan waktu dari Spinning Top ini muncul. Jika muncul saat uptrend, artinya lebih
banyak seller di pasar. Sebaliknya, jumlah buyer yang lebih banyak direpresentasikan oleh Spinning Top
yang muncul saat downtrend.

2. Marubozu
Sinyal: Bullish atau Bearish tergantung posisi harga Open dan Close pada candle.
Akurasi: Tinggi.

Secara harfiah, Marubozu artinya "si kepala botak". Di jenis pola candlestick yang satu ini, kita akan
bertemu dengan body candle yang tidak mempunyai shadow, baik atas ataupun bawah. Sehingga hanya
terlihat seperti kepala tanpa rambut. Marubozu menunjukkan sinyal pergerakan kuat dari salah satu sisi
(buyer atau seller) yang kemungkinan akan berlangsung sampai beberapa periode ke depan.
Pada Marubozu Bullish, harga Close selalu lebih tinggi dari Open, dan candle sama sekali tak bersumbu.
Sedangkan pada Marubozu Bearish, harga Close selalu lebih rendah dari Open, tanpa sumbu.

3. Doji
Sinyal: Konsolidasi.
Akurasi: Moderat-Tinggi.

Mirip dengan pola candlestick Spinning Top, tetapi pola Doji memiliki karakteristik yang lebih
kompleks. Candlestick Doji memiliki body yang sangat tipis, bahkan hanya terlihat seperti garis,
lantaran harga Open dan Close yang sama. Hal ini disebabkan karena antara seller dan buyer tidak ada
yang mampu memegang kendali.

Doji dibagi menjadi empat tipe, yaitu: Long Legged Doji, Dragonfly Doji, Gravestone Doji serta Four Price
Doji. Namun, secara umum, Doji merupakan sinyal konsolidasi, dan untuk mengetahui kepastian arah
pergerakan harga selanjutnya diperlukan konfirmasi dari bar candlestick berikutnya setelah doji.

4. Hammer
Sinyal: Bullish.
Akurasi: Moderat.

Dari poin keempat ini sampai dengan poin ke tujuh, kita akan berkenalan dengan pola candlestick yang
memiliki bentuk sekilas sama. Dibutuhkan ketelitian untuk membacanya. Perhatikan gambar di bawah ini:
Sesuai namanya, pola candlestick Hammer memiliki bentuk seperti palu. Dengan lower shadow yang
panjang dan body yang kecil, pola ini mengindikasikan kondisi reversal bullish (pembalikan harga
dari menurun menjadi naik) pada saat downtrend .

Yang perlu diingat, banyak indikasi lain yang perlu diperhatikan sebelum kita gegabah mengambil aksi
order buy saat melihat candlestick Hammer. Antara lain:

 Perhatikan panjang lower shadow, apakah 2-3x ukuran body candle yang asli?
 Perhatikan sepanjang apa upper shadow. Untuk memenuhi syarat pola Hammer, upper
shadow harus sangat kecil atau bahkan tidak ada sama sekali.

5. Hanging Man
Sinyal: Bearish.
Akurasi: Rendah.

Sekilas mirip, tetapi posisinya tidak sama dengan candlestick Hammer; itulah pola candlestick Hanging
Man. Berbentuk seperti orang yang digantung dan terletak di bagian atas sebuah chart, candlestick
Hanging Man menunjukkan sebuah pembalikan harga bullish menjadi bearish, tetapi akurasinya
rendah.
Jangan buru-buru mengambil sikap setelah melihat pola candlestick ini; tunggu dulu bagaimana Close
pada candle berikutnya. Jika harga Close pada candle berikutnya memang lebih rendah lagi, maka dapat
mengkonfirmasi kecenderungan reversal bearish.

6. Inverted Hammer
Sinyal: Bullish.
Akurasi: Rendah.

Ada Hammer, ada pula Inverted Hammer alias palu terbalik. Pola candlestick ini lazimnya menunjukkan
sinyal Bullish, karena meski harga telah jatuh, tetapi buyer masih berhasil menutup sesi dekat
dengan harga open. Namun, akurasinya rendah karena agak kontradiktif. Inverted Hammer
memiliki upper shadow lebih panjang dari body yang secara intuitif seharusnya menginformasikan
tekanan seller, tetapi di sini malah mensinyalkan harga akan naik

7. Shooting Star
Sinyal: Bearish.
Akurasi: Moderat.

Sesuai dengan namanya, penampakan pola candlestick yang satu ini mirip seperti bintang jatuh. Shooting
Star memiliki upper shadow yang panjang, dengan body berisi yang menghadap ke bawah. Jenis pola
candlestick Shooting Star menunjukkan pembalikan harga menjadi menurun.
Pola Candlestick Double

Ada banyak sekali pola candlestick double. Dua diantaranya yang paling terkenal memiliki kemiripan dan
bersifat "engulfing" (menelan). Perhatikan gambar di bawah ini:

1. Bullish Engulfing
Sinyal: Bullish.
Akurasi: Moderat.

Ide nama pola candlestick ini muncul dari sifat bull yang "menelan" para bear. Perlu diingat kembali bahwa
istilah dalam forex, bull artinya buyer, bear adalah seller. Bullish Engulfing Candles memberikan sinyal
akan terjadinya uptrend, ketika ada candle bearish yang diikuti oleh candle bullish yang lebih
besar.Ini dikarenakan bahwa para bull (buyer) lebih kuat daripada bear (seller).

2. Bearish Engulfing
Sinyal: Bearish.
Akurasi: Moderat.

Dari namanya tentu kita dapat memperoleh pandangan awal bahwa Bearish Engulfing memiliki sifat yang
berkebalikan dengan candlestick yang kita bahas sebelumnya. Bearish Engulfing mengindikasikan
terjadinya downtrend . Hal lain yang perlu diperhatikan adalah: candle bearish yang lebih besar, akan
mengikuti candle bullish yang lebih kecil. Penyebabnya, para seller sanggup menahan laju buyer.
3. Tweezer Bottoms dan Tweezer Tops
Sinyal: Reversal, bisa Bullish (Tweezer Bottoms) maupun Bearish (Tweezer Tops).
Akurasi: Moderat.

Selain pola candlestick Engulfing, juga ada pola candlestick Tweezer Bottoms dan Tweezer Tops. Mari kita
fokus ke kata bottom (bawah) dan top (atas) karena kunci dalam membaca pola yang berbentuk seperti
jepitan ini ada di sana.

Tweezer Bottom merupakan situasi ketika satu candlestick bearish kurang lebih sejajar dengan satu
candlestick bullish; keduanya sama-sama memiliki lower shadow panjang, tetapi dengan upper
shadow kecil atau tidak ada sama sekali. Tweezer Bottom juga dapat diikuti oleh doji. Perlu diingat bahwa
panjang body pada kedua candle tak harus sama, tetapi nilai Low harus sama rendahnya. Tweezer Bottom
juga dapat diikuti oleh Doji.

Sebaliknya, sebuah grafik candlestick bisa disebut sebagai Tweezer Tops apabila candle bullish bertemu
dengan bearish dengan upper shadow memanjang di bagian atasnya, tetapi lower shadow sangat pendek
atau tidak ada sama sekali. Panjang body pada kedua candle tak harus sama, tetapi nilai High harus sama
rendahnya. Sebuah pola candle disebut dengan Tweezer Top menunjukkan bearish reversal saat
terjadi uptrend, sedangkan candlestick Tweezer Bottom adalah pola bullish
reversal ketika downtrend.
4. Pola Candlestick Harami
Sinyal: Reversal, bisa Bullish maupun Bearish.
Akurasi: Moderat-Tinggi.

Dalam bahasa Jepang, Harami bermakna "kehamilan". Disebut demikian karena pola candlestick Harami
terbentuk dari dua candle di mana body (badan) bar kedua selalu berukuran lebih kecil dan berada di
kandungan (dalam jangkauan) body candle pertama.

Bar lebih kecil mengindikasikan pergerakan harga telah mencapai titik nadir dan kemungkinan besar sudah
tidak mampu lagi meneruskan trend terkini. Semakin kecil bar kedua, maka semakin kuat pula prediksi
bahwa reversal akan terjadi.

Pola Candlestick Triple

Kompleksnya candlestick triple membuatnya jarang muncul, tetapi justru karena itu pulalah maka
akurasinya lebih tinggi. Pola candlestick triple yang paling populer diantaranya:

1.Evening Star dan Morning Star


Sinyal: Reversal, bisa Bullish (Morning Star) maupun Bearish (Evening Star).
Akurasi: Tinggi.

Kemunculan Doji (candlestick dengan body yang sangat tipis seperti garis) diantara dua candlestick
dengan body panjang adalah ciri khas utama pola Evening Star atau Morning Star.
Pada pola candlestick Morning Star, susunan yang muncul adalah bearish candle-doji-bullish
candle dan terjadi pada posisi grafik downtrend . Pola candlestick Morning Star ini mengindikasikan
waktunya menjalankan aksi beli (reversal bullish). Sebaliknya, pola candlestick Evening Star terjadi pada
posisi grafik uptrend, dan mensinyalkan waktunya melakukan aksi jual (reversal bearish).
Formasinya adalah bullish candle-doji-bearish candle.

Pada Evening Star dan Morning Star, kita mengecek apakah pembalikan harga akan terjadi dengan
melihat apakah candle ketiga menutup di atas titik tengah dari candle pertama. Perhatikan: penting untuk
memastikan bahwa ketiga candle sudah terbentuk sempurna sebelum mengambil keputusan.

2. Three White Soldier dan Three Black Crows


Sinyal: Konfirmasi Bullish (Three White Soldier) atau Bearish (Three Black Crows).
Akurasi: Tinggi.

Berbeda dengan pola-pola candlestick sebelumnya yang menunjukkan sinyal reversal, Three White
Soldiers dan Three Black Crows digunakan untuk mengonfirmasi kekuatan arah trend terkini.

Pola Three White Soldiers terbentuk dari tiga candle bullish panjang yang mengikuti downtrend .
Tiga prajurit putih ini digunakan untuk memastikan keadaan bullish, apalagi jika dia muncul
setelah downtrend yang berkepanjangan dan periode singkat konsolidasi harga. Perlu diingat, candlestick
kedua (posisi di tengah) harus memiliki ekor yang kecil atau bahkan tidak ada sama sekali.
Pola candlestick Three Black Crows adalah kebalikan dari Three White Soldiers. Pola Three Black Crows
terbentuk ketika tiga candle bearish mengikuti uptrend yang kuat, dan mengindikasikan bahwa
akan segera terjadi reversal.

3. Three Inside Up dan Three Inside Down


Sinyal: Reversal, bisa Bullish (Three Inside Up) maupun Bearish (Three Inside Down).
Akurasi: Tinggi.

Pola candlestick yang terakhir dari pembahasan kita adalah Three Inside Up dan Three Inside Down.
Keduanya juga menandakan trend reversal. Polanya adalah bearish-bullish-bullish (untuk Three Inside
Up), atau bullish-bearish-bearish (untuk Three Inside Down).

Three Inside Up terjadi setelah downtrend terbaru dan merupakan sinyal untuk
reversal uptrend (pembalikan harga dari menurun menjadi naik). Candle pertama dalam pola adalah
bearish candle dengan tubuh panjang. Selanjutnya diikuti oleh candle bullish yang melewati setidaknya titik
setengah dari candle bearish pertama. Lilin ketiga dan terakhir melewati setidaknya tinggi lilin bearish
pertama.

Pola candlestick Three Inside Down adalah kebalikan dari Three Inside Up. Dalam hal ini, pola Three
Inside Down adalah indikator untuk reversal downtrend (pembalikan harga dari naik menjadi menurun) dan
terjadi mengikuti uptrend terbaru. Candlestick pertama dalam pola adalah candle bullish dengan body yang
panjang, candle kedua adalah candle bearish yang melewati setidaknya setengah dari titik candle bullish
pertama. Sedangkan candle terakhir harus melewati setidaknya rendahnya candle bullish pertama.

Indikator Teknikal: Pengertian Dan Macam-Macamnya

Untuk membantu memetakan kondisi pasar saat ini dan memprediksi pergerakan harga di masa depan
berdasarkan grafik yang telah terbentuk, trader forex sering menggunakan Indikator Teknikal. Terdapat
berbagai macam Indikator Teknikal yang dapat digunakan trader, tetapi sebelum mulai menggunakan, ada
baiknya kita mempelajari terlebih dahulu pengertian indikator teknikal dan macam-macamnya.

Apa Itu Indikator Teknikal?

Indikator Teknikal adalah alat yang dibuat berdasarkan perhitungan matematis atas harga, volume,
atau minat pasar terhadap sebuah instrumen investasi atau kontrak keuangan. Dengan menerapkan
Indikator Teknikal pada data histori harga, trader bisa menggunakannya untuk memetakan kondisi pasar
saat ini, sekaligus memprediksi pergerakan berikutnya (analisa teknikal). Beberapa contohnya; Relative
Strength Index (RSI), Stochastics, Bollinger Bands, dan lain sebagainya.

Analisis forex dengan menggunakan Indikator Teknikal berfokus pada data historis harga, dengan
mengabaikan faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga. Indikator Teknikal seperti ini biasanya
digunakan oleh trader harian yang memperdagangkan saham, forex, dan komoditas; karena didesain untuk
menganalisis pergerakan harga jangka pendek. Namun demikian, trader jangka menengah-panjang yang
berfokus pada analisa fundamental juga bisa menggunakan Indikator Teknikal untuk mengidentifikasi
momen-momen terbaik untuk melakukan transaksi buy maupun sell.

Macam-Macam Indikator Teknikal

Tak berlebihan kiranya jika dikatakan bahwa di dunia ini ada puluhan Indikator Teknikal. Setiap
matematikawan, ahli statistik, dan pakar yang memahami pasar finansial bisa membuat indikatornya
sendiri. Apabila Indikator Teknikal tersebut menunjukkan akurasi cukup tinggi dan disukai pelaku pasar
lainnya, maka dapat disebarluaskan hingga digunakan oleh trader di seluruh dunia. Namun, secara umum,
dilihat dari tampilannya, Indikator Teknikal dapat dibagi dua, yaitu tipe Overlay dan tipe Oscillator:

1. Overlay
Indikator Teknikal bertipe Overlay biasanya berbentuk grafik yang digunakan dengan
menumpukkannya di atas grafik harga. Contoh paling terkenal diantaranya:

o Moving Averages (MA)


o Bollinger Bands (BB)
o Parabolic SAR
o Ichimoku Kinko Hyo

Contoh tampilan Indikator Teknikal tipe Overlay dapat dilihat pada grafik EUR/USD dengan
Bollinger Bands berikut ini. Grafik Candlestick mewakili pergerakan harga, sedangkan grafik garis
merupakan tampilan Bollinger Bands.

2. Oscillator

Indikator Teknikal bertipe Oscillator biasanya menampilkan osilasi antara nilai minimal dan
maksimal tertentu yang tampil di bawah grafik harga. Selain itu, berbeda dengan indikator tipe
Overlay yang terutama dikalkulasikan dari data harga, beberapa indikator tipe Oscillator juga
memperhitungkan fluktuasi volume trading pada suatu instrumen. Contoh paling terkenal
diantaranya:

o Moving Average Convergence Divergence (MACD)


o Relative Strength Index (RSI)
o Stochastic Oscillator
o Money Flow Index

Contoh Indikator Teknikal tipe Oscillator dapat dilihat pada RSI yang ada di bawah grafik
EUR/USD seperti nampak di bawah ini:

Tips Memilih Indikator Teknikal Terbaik

Trader forex pemula biasanya mempelajari satu per satu berbagai Indikator Teknikal tersebut, kemudian
memilih mana yang paling nyaman dan menguntungkan untuk digunakan sehari-hari. Namun, trader juga
seringkali menggunakan lebih dari satu Indikator Teknikal guna menganalisis pergerakan harga suatu
instrumen investasi. Yang penting, perhatikan tiga hal ini dalam pemilihan Indikator Teknikal:

1. Sesuaikan Parameter Setting Indikator Teknikal

Apabila kita memasang Indikator Teknikal yang sudah ada (built-in) pada platform trading
(umpamanya Metatrader), maka pasti sudah ada setting default-nya. Namun, trader sebenarnya
bisa merubah parameter setting tersebut.
Penyesuaian parameter misalnya dalam penggunaan Moving Average, trader dapat membuatnya
berdasarkan harga penutupan (Close), harga tertinggi (High), atau lainnya. Moving Average itu
sendiri dihitung dari rerata harga, sehingga periode pun bisa ditentukan sendiri, seperti MA-50 Day
(rerata harga 50 hari terakhir), MA-100, MA-200, dan lain sebagainya.
Pada grafik harga EUR/USD di bawah ini, garis merah mewakili MA-50 Day, sedangkan garis biru
merupakan MA-100 Day. Apabila kita menggunakan parameter berbeda, maka tampilan dan
akurasinya juga akan berbeda, walaupun metode penggunaan indikator MA tetap sama.

2. Kombinasi Indikator Teknikal Berdasarkan Fungsi Masing-Masing

Kombinasi dua Indikator Teknikal atau lebih untuk menganalisis harga suatu instrumen harus
didasarkan pada fungsi masing-masing indikator. Namun, berhati-hatilah untuk tidak
menumpuk terlalu banyak indikator di atas grafik hingga fluktuasi pergerakan harga itu sendiri
tak dapat dibaca dengan jelas.

Contoh kombinasi yang cukup memadai:

o Moving Average untuk menunjukkan arah tren pergerakan harga. Umumnya, tren bullish
(harga akan cenderung naik) bila grafik harga bergeser ke atas garis MA. Sebaliknya, tren
bearish (harga akan cenderung turun) bila grafik harga bergeser ke bawah garis MA.
Namun, akurasi perkiraan itu cukup buruk, sehingga dibutuhkan konfirmasi dengan
menggunakan Indikator Teknikal lain.
o MACD untuk mengkonfirmasi bahwa arah tren yang diidentifikasi indikator MA itu tepat.
Apabila MA dan MACD sama-sama cenderung bullish, maka probabilitas
kesuksesan buy bisa dikatakan cukup besar. Demikian pula, jika MA dan MACD sama-
sama cenderung bearish, maka dapat disimpulkan itu waktunya sell. Namun, pada harga
berapa kita bisa buy atau sell? MACD kurang baik dalam hal ini, sehingga boleh jadi
diperlukan dukungan Indikator Teknikal lain lagi.
o RSI untuk menunjukkan momentum yang bagus bagi trader melakukan buy atau sell.

Kombinasi Indikator Teknikal berdasarkan fungsinya seperti contoh tersebut akan menghasilkan
tampilan seperti ini:

3. Jangan Mencoba Indikator Teknikal Pada Akun Riil

Tips terakhir, apabila masih belajar atau mencoba-coba, maka gunakanlah akun demo; jangan
gunakan akun trading riil. Akun demo memungkinkan kita untuk berlatih pada kondisi pasar aktual,
tetapi dana yang dipakai adalah uang virtual yang bisa diperoleh gratis dari broker. Dengan
demikian, kita akan lebih bebas dalam melakukan trial and error parameter setting maupun
pengujian kehandalan kombinasi Indikator Teknikal pilihan.
Indikator Moving Average: Fungsi Dan Macam-Macamnya

Moving Average adalah indikator teknikal yang menghaluskan pergerakan harga dengan menyaring
fluktuasi harga yang bersifat acak. Sebagai indikator, Moving Average bersifat trend-following (mengikuti
tren) dan lagging (tertunda) karena dibuat berdasarkan harga yang telah terjadi. Banyak trader forex
menggunakan Moving Average sebagai alat bantu analisa teknikal karena termasuk indikator paling
sederhana dan mudah dipakai.

Moving Average dihitung berdasarkan nilai rata-rata pergerakan harga dalam periode tertentu. Nilai rerata
bisa diambil dari harga tertinggi (High), terendah (Low), harga pembukaan (Open), penutupan (Close),
ataupun harga tengah (Median). Semakin panjang periode yang digunakan dalam perhitungan indikator
Moving Average, maka pergerakan garis akan makin lambat (lagging) dibandingkan harga. Moving
Average berperiode pendek bakal lebih "lincah" ketimbang Moving Average berperiode lebih tinggi.

Pengetahuan mengenai asal muasal Moving Average penting untuk diketahui, tetapi di era teknologi ini,
trader tak perlu menghitungnya secara manual lebih dahulu untuk trading harian, karena Moving Average
dapat dipasang otomatis pada software trading. Apabila Anda trading menggunakan platform Metatrader,
maka langkah-langkah untuk memasangnya cukup dengan klik Insert >>> Indicators >>> Trend >>>
Moving Average. Selanjutnya, Moving Average akan muncul sebagai garis yang bertumpuk dengan grafik
harga, sebagaimana nampak pada gambar berikut ini:
Cara Menggunakan Moving Average

Dalam trading forex, indikator Moving Average terutama digunakan untuk tiga fungsi:

1. Identifikasi Tren Harga

Pada umumnya, trader dapat mengenali tren apa yang sedang terjadi di pasar dengan melihat
kondisi grafik harga dan garis Moving Average:

o Apabila harga sekarang berada di bawah garis Moving Average, berarti tren Bearish
(harga cenderung menurun).
o Apabila harga sekarang berada di atas garis Moving Average, berarti tren Bullish (harga
cenderung naik).

Ulasan selengkapnya mengenai bahasan ini dapat disimak pada artikel Mengetahui Perubahan
Tren Forex Dengan Indikator MA.

2. Sebagai Support-Resistance Dinamis

Support dan Resistance merupakan titik-titik penting dimana harga cenderung memantul jika suatu
tren masih kuat, atau harga mengalami perubahan tren jika tren sebelumnya melemah. Support-
Resistance itu akan nampak bila kita menyusuri titik-titik pertemuan antara harga dan garis MA.
Contohnya pada gambar berikut ini:
Ketika harga bergerak di atas garis MA, maka garis MA berperan sebagai Support. Sedangkan jika
harga bergerak di bawah garis MA, maka garis MA berperan sebagai Resistance. Apabila candle
harga memantul balik (bounce) dari garis MA, berarti tren sebelumnya masih kuat. Sedangkan jika
candle harga bergerak menembus (breakout) garis MA, berarti terjadi perubahan tren.

3. Menemukan Peluang Buy-Sell

Apabila Anda menggunakan indikator Moving Average sebagai Support-Resistance dinamis, maka
bisa sekaligus menemukan peluang Buy-Sell ketika harga memantul dari garis MA atau ketika
harga menembus garis MA. Namun, ada pula cara lain melihat peluang buy-sell dengan indikator
Moving Average.

Cara kedua yaitu dengan menaruh dua garis MA dengan periode berbeda di atas chart, lalu
mengamati perlintasannya (crossover). Misalnya Moving Average dengan periode 5 dan periode
20 (MA-5 dan MA-20), sebagaimana nampak pada gambar di bawah ini:
Aturannya mudah:

o Sinyal Buy: Apabila garis MA berperiode lebih rendah bergerak melintasi garis MA berperiode lebih
tinggi dari bawah ke atas. Pada contoh di atas, perhatikan bagaimana garis merah (MA-5) bergerak
melintasi garis biru tua (MA-20) dari bawah ke atas.
o Sinyal Sell: Apabila garis MA berperiode lebih rendah bergerak melintasi garis MA berperiode lebih
tinggi dari atas ke bawah. Pada contoh di atas, perhatikan bagaimana garis MA-5 turun melintasi garis
MA-20.

Kedua sinyal yang dihasilkan oleh Moving Average tersebut juga sering disebut Golden Cross dan Death
Cross. Namun, untuk menggunakan indikator Moving Average dalam aktivitas trading forex, maka trader
perlu memahami macam-macam jenisnya terlebih dahulu.

Macam-Macam Indikator Moving Average

1. Simple Moving Average (SMA)

SMA dihitung dengan rumus Moving Average dasar, yaitu nilai rata-rata pergerakan harga dalam
periode tertentu. Rumusnya:

SMA = Jumlah Harga Selama Satu Periode / Periode Waktu

Umpamanya, bila SMA berperiode 5 (SMA-5) dihitung dari harga penutupan (Close) pada timeframe
Daily, maka:

Harga Penutupan Harian: 11,12,13,14,15,16,17


SMA-5 Day I: (11 + 12 + 13 + 14 + 15) / 5 = 13
SMA-5 Day II: (12 + 13 + 14 + 15 + 16) / 5 = 14
SMA-5 Day III: (13 + 14 + 15 + 16 + 17) / 5 = 15

SMA merupakan jenis Moving Average paling sederhana dan paling banyak digunakan oleh trader,
khususnya SMA-200 Day. SMA-200 Day digunakan oleh berbagai institusi keuangan dan bank-bank
besar sebagai acuan tren jangka panjang. Bounce dan Breakout dari SMA-200 Day dianggap sangat
signifikan untuk mengetahui tren harga. (Baca juga: Trading Dengan 200-Day Moving Average)
2. Exponential Moving Average (EMA)

EMA juga dihitung berdasarkan nilai rata-rata pergerakan harga dalam periode tertentu, tetapi
ditambahkan pembobotan (multiplier) lebih tinggi bagi harga yang lebih baru. Dengan demikian,
misalnya kita akan menghitung EMA berperiode 10 dari harga penutupan (Close) pada timeframe
Daily, maka:

SMA = jumlah harga penutupan selama 10 hari / 10


Multiplier = (2 / (periode waktu + 1) ) = (2 / (10 + 1) ) = 0.1818 (18.18%)
EMA: {Close - EMA(hari sebelumnya)} x Multiplier + EMA(hari sebelumnya)

EMA-10 Day mengaplikasikan pembobotan sebesar 18.18% bagi harga terkini. Namun, EMA-20 Day
akan mengaplikasikan pembobotan 9.52% bagi harga terkini (2/(20+1)=0.0952). Artinya, pembobotan
bagi EMA berperiode lebih pendek akan selalu lebih tinggi bagi EMA berperiode lebih panjang. Dengan
penambahan pembobotan ini, EMA dapat menghasilkan indikator Moving Average yang lebih halus
ketimbang SMA.

Perbandingan antara keduanya dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Pada praktiknya, SMA dianggap efektif digunakan sebagai acuan Support-Resistance. Sementara
itu, EMA dianggap lebih baik sebagai sinyal trading dengan mengamati crossover antara beberapa
garis EMA. Namun, tak ada larangan untuk menggunakan EMA sebagai acuan Support-Resistance
maupun untuk menggunakan SMA sebagai sinyal trading. Bahkan, ada pula trader yang memadukan
keduanya sekaligus.

Bermacam-macam penggunaan indikator Moving Average ini dapat Anda coba langsung pada software
trading. Apabila saat ini belum memilikinya, maka bukalah Akun Demo untuk melakukan eksperimen
langsung dengan dana virtual pada kondisi pasar aktual.

Sukses Trading Dengan Bollinger Bands

Bollinger Bands adalah salah satu indikator untuk analisis teknikal yang populer di kalangan trader saham,
forex, dan aset keuangan lainnya. Diciptakan oleh John Bollinger pada era 1980-an, Bollinger Bands hadir
sebagai solusi untuk membantu trader dalam membaca volatilitas harga dan menentukan posisi beli/jual.
Bollinger Bands juga bermanfaat untuk mendeteksi situasi jenuh jual (oversold) dan jenuh beli
(overbought). Berikut ini ulasan singkat tentang cara trading dengan Bollinger Bands yang wajib dikenal
oleh trader.

Anatomi Bollinger Bands

Indikator Bollinger Bands terdiri atas minimal tiga kurva ("band"), yakni Upper Band, Middle Band dan
Lower Band. Rinciannya:

1. Middle Band adalah Simple Moving Average (SMA) dengan periode tertentu.
2. Upper Band terbentuk dari perhitungan SMA tadi yang ditambah dengan standar deviasi tertentu.
3. Lower Band terbentuk dari perhitungan SMA tadi yang dikurangi dengan standar deviasi yang
seimbang dengan standar deviasi yang dipergunakan untuk membentuk Upper Band.

Perhatikan contoh gambar Bollinger Bands yang diterapkan pada grafik GBP/USD dengan timeframe Daily
di bawah ini. Indikator Bollinger Bands di sini menggunakan parameter default, yakni SMA dengan periode
20-Day pada harga Close, serta standar deviasi 2 untuk Upper Band dan Middle Band.
Kurva Bollinger Bands akan melebar dan menyempit seiring dengan perubahan volatilitas pasar . Ketika
volatilitas rendah, kurva Upper dan Lower akan menyempit. Kurva yang menyempit juga biasanya
menandakan pergerakan harga sideways (naik-turun dalam rentang terbatas) dan ancang-ancang
menjelang pergerakan besar. Sedangkan ketika pergerakan harga cenderung trending (bullish maupun
bearish) dan volatilitas meningkat, kurva Upper dan Lower akan melebar.

Cara Trading dengan Bollinger Bands

Untuk menggunakan Bollinger Bands, pertama-tama kita harus mengevaluasi jarak Upper Band dan Lower
Band. Apabila Upper Band dan Lower Band berjarak relatif konstan (ranging), maka trader dapat
mengambil keputusan beli/jual dengan acuan pergerakan grafik harga dibandingkan Middle Band.
Aturannya:

1. Ketika Middle Band mengarah ke atas, berarti tren sedang bullish. Saat terjadi
pergerakan harga melintasi Middle Band dari bawah ke atas, muncul peluang beli. Trader
dapat memasang posisi beli tepat di atas Middle Band, dengan stop loss tepat di bawah Middle
Band. Target profit dapat dipatok mendekati ambang Upper Band sebelumnya.
2. Ketika Middle Band mengarah ke bawah, berarti tren sedang bearish. Saat terjadi
pergerakan harga melintasi Middle Band dari atas ke bawah, berarti muncul peluang jual.
Trader dapat memasang posisi jual tepat di bawah Middle Band, dengan stop loss tepat di atas
Middle Band. Target profit dapat dipatok mendekati ambang Lower Band sebelumnya.

Gambaran penerapannya pada contoh grafik di atas adalah sebagai berikut:


Area hijau menandakan sinyal beli, sedangkan area pink menandakan sinyal jual. Sangat sederhana dan
menguntungkan, bukan!?

Sayangnya, kedua aturan tadi tidak selalu cocok diterapkan dalam semua kondisi pasar. Apabila Upper
Band dan Lower Band menyempit secara signifikan, maka trader sebaiknya jangan buka posisi
trading beli/jual berdasarkan dua aturan tadi. Pasalnya, penyempitan Bands menandakan akan terjadi
perubahan harga yang trending ke arah tertentu dengan sangat kuat -bisa naik (uptrend) ataupun turun
(downtrend)-.

Bollinger Bands merupakan lagging indicator yang tidak dapat menebak arah tren berikutnya secara
akurat, sehingga pembukaan posisi trading pada saat Bands menyempit itu menjadi sangat berisiko.
Apabila ingin mendapatkan keuntungan dari pergerakan besar berikutnya, sebaiknya gunakan indikator
lain yang dapat memprediksi perubahan tren.

Coba lihat contohnya pada area yang diarsir pink di bawah ini:
Terlihat bahwa Bands menyempit, kemudian diikuti dengan downtrend yang sangat signifikan hingga
pergerakan harga menembus ke luar dari Lower Band. Nah, penembusan Lower Band ini disebut sebagai
situasi jenuh jual (oversold).

Seandainya kita menganggap harga di bawah Lower Band sudah terlalu murah dan akan segera naik lagi,
maka kita dapat membuka posisi beli ketika oversold terjadi. Namun, kondisi pasar tidak selalu
sesempurna itu. Sering pula terjadi harga yang sudah menembus Lower Band, naik sedikit ke atas Lower
Band (seolah-olah akan rebound), tetapi kemudian terbanting jatuh lagi ke bawah Lower Band.

Dinamika serupa juga sering terjadi saat pergerakan harga menembus Upper Band (overbought). Setelah
harga reli menembus Upper Band, kita mungkin berpikir bahwa nantinya akan berbalik turun lagi ke Middle
Band. Tapi, realitanya, harga bisa terus menerus mencetak rekor tertinggi baru dan menghuni area di luar
Upper Band sampai berhari-hari.

Bollinger Bands sangat cocok dipergunakan dalam kondisi pasar ranging. Namun, trader sebaiknya
memanfaatkan indikator teknikal lain untuk mengonfirmasi sinyal beli/jual saat pasar
sedang trending. Misalnya indikator Relative Strength Index (RSI) atau Average Directional Index
(ADX) .

Yang terpenting dalam penggunaan Bollinger Bands, trader sebaiknya selalu memeriksa kondisi tren
dan volatilitas pasar sebelum membuka posisi beli/jual. Jangan hanya berpatokan pada Middle Band
sebagai trigger posisi jual/beli, karena pergerakan harga tidak selalu naik-turun di dalam rentang Upper
Band-Lower Band saja.

Menggunakan Indikator Stochastic Dalam Trading Forex

Indikator Stochastic merupakan salah satu jenis indikator oscillator yang dibuat oleh George Lane dan
mulai diperkenalkan pada akhir tahun 1950-an. Stochastic termasuk indikator pertama yang digunakan
para analis untuk memprediksi arah pergerakan harga. George Lane membuat indikator ini dengan dasar
pemikiran bahwa ketika pasar sedang uptrend, harga akan cenderung bergerak di atas atau sama dengan
harga penutupan pada periode sebelumnya; sedangkan bila pasar sedang downtrend, harga akan
cenderung bergerak di bawah atau sama dengan harga penutupan pada periode sebelumnya.

Dengan menggunakan skala untuk mengukur besarnya perubahan antara harga-harga penutupan pada
satu periode ke periode berikutnya, indikator Stochastic memberikan prediksi kemungkinan
pergerakan arah trend yang sedang berlangsung. Dengan mengacu pada skala tersebut pula, trader
bisa melihat sinyal trading yang diberikan indikator Stochastic.

Komponen Indikator Stochastic

Indikator stochastic terdiri dari dua komponen yang ditampilkan secara bersamaan, yaitu:

 Garis %K yang mengukur tingkat perubahan harga saat ini.


 Garis %D yang merupakan nilai rata-rata (Moving Average) dari garis %K, atau %K yang
diperhalus. Garis ini disebut juga dengan garis sinyal.

Perhitungan untuk %K dan %D pada suatu periode tertentu adalah:

%K (N) = 100 x (CP - LP) / (HP - LP)

dimana CP adalah harga penutupan pada periode N, LP adalah harga terendah pada periode N, dan HP
adalah harga tertinggi pada periode N. George Lane merekomendasikan periode 14 (N=14) untuk
penggunaan standard dengan asumsi sampel pengukuran yang diperlukan sudah mencukupi. Trader juga
menggunakan periode 9 dan 21 sebagai alternatif.

%D (N) = Simple Moving Average(%K, N)

Karena %D adalah nilai rata-rata dari %K pada periode tertentu (N), maka %D disebut juga dengan "Slow
Stochastic" karena bereaksi lebih lambat (garis merah pada gambar di bawah), sedang %K disebut "Fast
Stochastic" (garis biru pada gambar). Kombinasi %K dan %D tersebut dinamakan Full Stochastic.

Cara Memasang Indikator Stochastic Pada Software

Bagi trader masa kini, memasang indikator Stochastic tidak perlu rumit menghitung dan menggambar
terlebih dahulu. Software trading seperti Metatrader sudah dilengkapi dengan kapabilitas untuk
menerapkan indikator Stochastic secara otomatis. Kita cukup klik Insert >>> Indicators >>> Oscillators
>>> Stochastic Oscillator. Setelah itu, akan muncul jendela berisi default setting indikator Stochastic,
seperti berikut ini:
Kita bisa langsung klik OK untuk menggunakan default setting apa adanya, tetapi juga bisa memodifikasi
parameter agar sesuai dengan keinginan dan gaya trading kita. Jika sudah selesai mengatur parameter,
klik OK, kemudian akan muncul indikator Stochastic di bawah grafik harga, seperti ini:
Apabila tampilan indikator Stochastic dirasa kurang jelas, kita juga bisa mengkustomisasi warna dan jenis
garis yang akan muncul pada jendela parameter sebelumnya. Alternatif lain, manfaatkan jasa penyedia
layanan charting seperti TradingView yang mampu menyajikan grafik dan indikator Stochastic secara lebih
jelas.

Fungsi Indikator Stochastic Dalam Trading Forex

Indikator Stochastic dalam trading forex biasanya digunakan dengan berdasarkan tiga acuan, yaitu titik
perpotongan (crossover), divergensi, serta level jenuh beli (overbought) dan jenuh jual (oversold).

1. Crossover Pada Indikator Stochastic


Titik-titik perpotongan (crossover) terjadi bila garis %K memotong %D, sebagaimana nampak pada gambar
berikut ini:

Apabila trader ingin menggunakan crossover Indikator Stochastic sebagai acuan trading, maka aturannya
sederhana:

 Jika %K memotong %D dari arah bawah ke atas, maka mengisyaratkan sinyal untuk buy.
 Bila garis %K memotong %D dari arah atas ke bawah, berarti mengisyaratkan sinyal untuk sell.
2. Divergensi Pada Indikator Stochastic
Divergensi disini dimaksudkan sebagai gap (kesenjangan) yang terjadi antara garis %K dan %D. Karena
%K bergerak lebih cepat dari %D, maka gap yang terjadi mengisyaratkan kekuatan pergerakan arah
trend. Makin lebar gap, maka trend akan semakin kuat. Sebaliknya, jika kedua garis saling mendekat
(makin menyempit), berarti mengisyaratkan lemahnya trend yang sedang terjadi, sekaligus menjadi
sinyal untuk kemungkinan perubahan arah trend.

3. Overbought dan Oversold Pada Indikator Stochastic


Kondisi overbought atau jenuh beli terjadi bila %K bergerak di atas level 80, sekaligus menunjukkan sinyal
untuk sell. Sebaliknya, kondisi oversold atau jenuh jual terjadi bila garis %K bergerak di bawah level 20,
sekaligus menunjukkan sinyal untuk buy.
Pada prakteknya, trading menggunakan indikator Stochastic membutuhkan latihan agar dapat cermat
mengamati perpotongan-perpotongan yang terjadi. Selain itu, ada baiknya pula mengombinasikan
Stochastic dengan indikator lain sebagai pelengkap, atau memperhatikan pula kondisi pasar di berbagai
time frame.

Anda mungkin juga menyukai