Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH HUBUNGAN ANTAR AGAMA

DIALOG ANTAR UMAT BERAGAMA


Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas akhir semester pelajaran Agama

Dialog Antar Umat Beragama

Disusun Oleh :

Nama : Brigita Tarigan

Kelas : 12 Multimedia 1

SMK NEGERI 5 PEKANBARU

TA. 2021 / 2022


1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Kuasanya dan Pertolongannya sehingga kami, para penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Para penulis menyadari sepenuhnya masih banyak kekurangan karena
pengalaman yang kurang. Oleh kerena itu, kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Tuhan senantiasa meridai segala usaha kita. Aamiin

Pekanbaru, 19 April 2022

Brigita Tarigan

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Indonesia adalah negara yang multi kultur, budaya, suku maupun agama,
bahkan agama-agama suku banyak terdapat didalamnya. Pluralitas ini tidak dapat
dihindari dan harus dihadapi, karena bangsa Indonesia dibangun  berdasarkan
pluralitas etnis, budaya, maupun agama. Jadi, bangsa ini dibangun  berdasarkan
agama tertentu.
Pluralitas etnis dan agama yang terdapat di Indonesia tentu saja menimbulkan
gesekan-gesekan yang dapat menyebabkan konflik, khususnya konflik agama.
Konflik agama yang merupakan sesuatu hal yang sangat gampang terjadi, karena
agama sangat sensitif. Ketika agama disentuh, maka  pemeluk atau pengikutnya
akan marah dan ia akan berusaha untuk membelanya dengan alasan membela
Tuhan. Hal telah banyak terjadi di Indonesia, misalnya kasus di Sampang, Madura,
antara Sunni dan Shiyah, penutupan gereja di Jawa Barat dan di banyak tempat.
Hal ini telah menyebabkan terjadi banyak korban.
Penyebab konflik dalam agama di Indonesia juga terjadi, karena agama merasa
dirinya yang paling benar dan menganggap agama yang lain adalah agama yang
kafir. Ia merasa agamanya lebih superior dan menganggap agama yang lain adalah
inferior. Di samping itu, sifat missioner dari suatu agama akan dapat menyebabkan
konflik di lapangan. Mereka saling menyerang satu dengan yang lain.
Masalah-masalah inilah yang menyebabkan dialog antar agama-agama sangat
penting untuk dilakukan, khususnya di Indonesia. Dialog ini penting dilakukan,
setidak-tidaknya mengurangi atau menekan konflik yang terjadi di antara agama-
agama di Indonesia.

3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dikemukakan permasalahan sebagai  berikut:
1. Bagaimana sejarah dialog antar umat beragama di Indonesia?
2. Apa pengertian dan tujuan dialog antar umat beragama?
3. Apa saja dampak dari pelaksanaan dialog antar umat beragama dan dasar
bersama atau common ground dialog antar agama?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sejarah dialog antar umat beragama di Indonesia.
2. Untuk mengetahui pengertian dan tujuan dialog antar umat beragama.
3. Untuk mengetahui apa saja dampak dari pelaksanaan dialog antar umat
beragama dan dasar bersama atau common ground dialog antar agama.

D. Manfat Penulisan
1. Pada tingkat Pribadi.
Dialog dapat meningkatkan sikap saling memahami, serta mengembangkan
kebersamaan dan saling menghormati.
 2. Tingkat ditempat kerja.
Yang memberikan manfaat yang dapat membantu kelancaran  perencanaan,
pelaksanaan dalam evaluasi kerja.
 3. Tingkat Masyarakat.
Dialog dapat menjadi sarana untuk saling memahami, menerima, dan kerjasama
antar berbagai kelompok yang berbeda latar belakang baik dari segi budaya,
pendidikan, ekonomi, ideologi bahkan kepercayaan atau agama.
 

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Dialog Antar Umat Beragama di Indonesia  

Dialog antar umat beragama di Indonesia mulai mendapat perhatian sejak


tahun 1960-an, khususnya Orde Baru. Musyawarah kerukunan beragama yang
diprakarsai oleh depag telah berlangsung pada tahun 1967. Kemudian pertemuan di
berbagai tingkat permukaan agama berlangsung di banyak daerah, sekitar masalah
kerukunan dan toleransi beragama. Dialog yang diselenggarakan atas prakarsa
tokoh atau lemabaga keagamaan terjadi, antara lain di Jawa Barat, Khususnya di
Sukabumi (misalnya tahun 1967, 1968, 1971) atas prakarsa panglima Divisi
Siliwangi di Garut (1967) dll. Untuk mengembangkan kerukunan, pemerintah
pernah menyelenggarakan semacam proyek yang disebut “Proyek Pelita Dialog
Antar Umat Beragama” yang dipusatkan di Ibukota Propinsi (1972

-1975).
Perhatian Gereja-gereja terhadap masalah hubungan antar umat beragama
mulai di dengar dalam Konferensi gereja dan Masyarakat di Salatiga (1967) yang
mengatakan “Agama dalam memenuhi tugasnya di tengah-tengah proses
modrenisasi dengan memperkembangkan pemikiran baru dengan bertolak dari
iman masing-masing.
Selanjutnya perhatian terhadap hubungan antar umat beragama di kalangan
gereja-gereja semakin berkurang. Barulah pada tahun 1981 PGI (DGI)
menyelenggarakan seminar Agama-agama yang kemudian berlangsung setiap
tahun dengan tema-tema yang disesuaikan dengan perkembangan yang sedang

5
terjadi. Dari tema-temanya jelas dialog dipusatkan pada masalah yang dihadapi
bersama sebagai bangsa dan masyarakat Indonesia.
Di Indonesia tampaknya agama-agama bergerak sendiri-sendiri menghadapi
tantangan perkembangan zaman. Padahal tantangan yang kita hadapi itu dihadapi
oleh semua umat. GBHN mengamanatkan harapan dari umat beragama akan
bertanggung jawab bersama dari semua golongan beragama dan kepercayaan
Tuhan Yang Maha Esa untuk secara terus menerus dan bersama-sama meletakkan
landasan spriritual, moral dan etika yang kokoh bagi pembangunan nasional
sebagai  pengamalan Pancasila. Selain ini umat beragama belum bergaul secara
akrab yang ada hanya semacam ko-eksistensi, enggan membicarakan masalah
secara bersama-sama karena takut menimbulkan “keresahan” atau takut ada yang
tersinggung. Padahal justru karena ada perbedaanlah maka pengenalan perlu dan
karena perbedaan pula  persatuan menjadi hidup.

B. Pengertian Dialog Antar Umat Beragama


Agama merupakan salah satu pembatas peradaban. Artinya, umat manusia
terkelompok dalam agama Islam, Kristen, Katolik, Kong Hucu dan sebagainya.
Potensi konflik antar mereka tidak bisa dihindari. Oleh karena itu, untuk
mengantisipasi pecahnya konflik antar umat beragama perlu dikembangkan upaya-
upaya dialog untuk mengeliminir perbedaan-perbedaan pembatas di atas.
Dialog adalah upaya untuk menjembatani bagaimana benturan bisa
dieliminir. Dialog memang bukan tanpa persoalan, misalnya berkenaan dengan
standar apa yang harus digunakan untuk mencakup beragam peradaban yang ada di
dunia. Dialog antar umat beragama merupakan sarana yang efektif menghadapi
konflik antar umat beragama. Pentingnya dialog sebagai sarana untuk mencapai
kerukunan, karena banyak konflik agama yang anarkis atau melakukan kekerasan.

6
Mereka melakukan pembakaran tempat-tampat ibadah dan bertindak anarki, seperti
penjarahan dan perusakkan tempat tinggal
Di dalam Negara Indonesia yang pluralitas agama, dialog menjadi pilihan
alternatif yang ideal dalam penyelesaian konflik antar umat beragama. fenomena
konflik antar umat beragama harus ditangai, karena berdampak sangat negatif.
Untuk menghadapi fenomena ini, para pemuka lintas agama tingkat pusat
melakukan dialog antar umat beragama.

C. Tujuan Dialog Antar Umat Beragama


Dialog antar umat beragama, bertujuan bukan untuk peleburan agama menjadi

satu, sinkretisme (menciptakan ajaran agama baru yang tergabung dari unsur-unsur
agama yang ada), supremasi agama satu ke agama yang lain bahwa dirinya benar,
dan meniadakan perbedaan agama. Akan tetapi tujuan dialog antar umat beragama
adalah positif, yakni
Tumbuhnya saling pengertian yang objektif dan kritis;
a. menumbuhkan kembali alam kejiwaan yang tertutup oleh tirai pemisah karena
tiadanya saling pengertian kepada alam dan bentuk kejiwaan yang otentik dan
segar, yang memungkinkan dua belah pihak mengembangkan diri sendiri sebagai
pribadi yang sejati... (sehingga) Dialog yang baik akan mengarah kepada
terciptanya pertemuan pribadi-pribadi yang bentuk konkretnya berupa
kerja sama demi kepentingan bersama.”
b. Untuk menumbuhkan pengenalan yang lebih mendalam kepada orang lain dan
kemudian melahirkan keperdulian kepada sesame manusia.
c. Untuk menciptakan ketemtraman didalam masyarakat.
d. Menjamin terbinanya kerukunan dan kedamaian yang terarah kepada suatu
bentuk kongkret.

7
e. Untuk menanggapi penderitaan yang terus bertambah dan menakutkan serta
menyakitkan.
f. Untuk menolong dan melayani orang lain menghadapi krisis kemanusiaan.
Tujuan dialog begitu ideal, agar apa yang diharapakan benar-benar nyata. Dalam
dialog antar agama diciptakan pedoman-pedoman dalam berdialog. Mengingat,
anggota berasal dari berbagai macam agama, maka perlu adanya  pedoman untuk
menjaga kelangsungan dialog itu sendiri.
Pedoman khusus dialog antar umat beragama
1. Dasar pijakan yang sama, semua pemeluk agama memiliki kepercayaan yang
sama akan satu Tuhan. Adanya agama yang berbeda-beda merupakan
bagian- bagian satu keluarga umat manusia. Mereka tinggal dalam tempat yang
sama
baik daerah dan Negara, sehingga perlu dibuatlah landasan hidup bersama untuk
tebinanya kerukunan dan kerja sama dalam hidup bersama.
2. Tujuan dialog adanya saling pengertian dan penghargaan yang lebih baik antar
pemeluk agama. Adanya perbedaan bukan direltiviskan kebenarannya, melainkan
untuk toleransi antar umat beragama.
3. Materi dialog merupakan tema-tema menarik untuk kepentingan nasional bangsa
Indonesia.
4. Kode etik dialog antar umat beragama.
a. Kesaksian yang jujur dan saling menghormati. Dalam dialog masing-masing
umat beragama memberikan kesaksiannya tentang agamanya scar jujur. Juga tidak
ada unsur saling menjatuhkan antar umat beragama yakni, simpati akan kesukaran,
kemajuan agama lain.
b.Prinsip Kebebasan Bersama. Prinsip kebebasan bersama meliputi kebebasan
perorangan dan social. Setiap orang bebas memilih agama, tanpa ditekan oleh
sistem social masyarakat berkembang, yang didominasi oleh agama tertentu.
8
c. Prinsip penerimaan (acceptance). Prinsip ini bertujuan untuk menerima
umat  beragama lain apa adanya. Kita tidak memproyeksikan agama lain menurut
agama kita dan pikiran kita.
d. Berpikir positif dan percaya. Berpikir positif adalah melihat nilai-nilai
positif dari agama lain. Percaya adalah sikap yang tidak menaruh
prasangka- prasangka (prejudices). Perlu dikembangkan sikap saling percaya untuk
mengawali dialog.
Dengan bantuan pedoman-pedoman dalam dialog antara umat beragama,
akan terciptalah kerukunan umat beragama. Kerukunan ini dipelihara bersama oleh
umat  beragamang jawab secara global. Dialog antar agama yang bertanggung
jawab secara global berusaha menggambarkan kesempatan yang melekat dalam
kebutuhan dari suatu pengalaman. Kebutuhan yang dimaksud berakar dalam apa
yang dikatakan tentang kewajiban yang dirasakan banyak umat Kristen sekarang.

D. Dampak dari Pelaksanaan Dialog Antar Umat Beragama


Secara umum dialog antar umat beragama memiliki dampak positif bagi
keragaman agama. Dilihat dari dua sisi, secara Intern umat beragama dapat lebih
menguatkan kemampuan menghayati dan mendalami dan melaksanakan ajran
agama yang diyakininya dalam kehidupan sehari-hari. Dari segi ekstren, umat
dapat lebih memahami keberadaaan agama lain. Mengingat kekerasan atas nama
agama menjadi permasalahan yang begitu pelik di Indonesia, kerukunan antar umat
beragama di Negeri ini akan bisa terlaksana dengan baik, bila semua pimpinan
agama dan umatnya masing-masing mau Manahan diri. Tidak merasa lebih hebat
dari umat lainnya. Namun apabila pemaksaan kehendak dan merasa superior, maka
hal itulah yang membuat tidak rukunnya antar umat beragama.

9
E. Dasar Bersama atau Common Ground Dialog Antar Agama
Dialog antar agama-agama yang dilakukan, khususnya di Indonesia tidaklah
dilakukan hanya sebatas informasi tentang agama-agama (teologi, dogma). Lebih
jauh lagi, aspek-aspek praksis juga harus diperhatikan, tentang masalah yang
terjadi di dalam kondisi kehidupan manusia. Hal ini diajukan oleh Kung dan
Knitter tentang tanggung jawab agama terhadap tanggung jawab global.
5
 Demikian juga dengan Kung, ia berpendapat bahwa manusia maupun agama-
agama harus memperhatikan kedamaian, maupun manusia lain yang sedang
terancam kehidupannya. Bagi penulis, titik temu dialog yang diajukan oleh Kung
dan Knitter memang sangat idealis yang bersifat praksis dan memang sangat sukar
untuk dilakukan. Namun, agama-agama setidak-tidaknya mau memikirkan dan
mempertimbangkan usulan dari mereka, setidak-tidaknya ada mau menaruh atau
meletakkan harapan didalamnya.
Ada beberapa hal yang penting dalam titik temu dialog antar agama-agama
ini, yaitu:
Pertama, yaitu konflik yang terjadi di dalam agama-agama,misalnya antara
agama Islam dan Kristen. Perjumpaan yang sering terjadi adalah konflik di antara
mereka, di mana saling mencurigai satu dengan yang lain. Sebab, kedua agama ini
adalah agama yang misionaris, sehingga memberitakan ajaran agamanya ke
seluruh  pelosok di Indonesia. Dalam titik inilah, konflik yang terjadi, di mana
kepada agama Kristen sering tuduh sebagai kristenisasi. Hal ini merupakan salah
satu  penyebab agama Kristen memperoleh kekerasan dari agama yang mayoritas,
khususnya dari golongan yang ekstrim atau garis keras. Dampak yang kelihatan
adalah dengan dibakarinya gedung-gedung gereja di berbagai tempat di Indonesia.
Jadi, salah satu titik pertemuan dialog antar agama-agama ini adalah adanya
konflik di antara mereka. Dengan diadakannya dialog, maka konflik tersebut
10
setidak-tidaknya dapat dibahas, sehingga adanya saling pengertian satu dengan
yang lain. Di samping itu, kekerasan yang dialami oleh agama Kristen dapat
dikurangi, sehingga kerukunan umat beragama dapat tercapai dan toleransi agama
dapat ditingkatkan.
Kedua, titik temu yang perlu dibicarakan dalam dialog antar agama-agama
adalah adanya penderitaan yang dialami oleh manusia. Penderitaan yang dialami
oleh manusia berasal dari struktur sosial, pemerintahan, agama, ekonomi, di mana
ini dihadapi oleh agama-agama di Indonesia. Agama dapat menyebabkan
penderitaan yang lebih mengerikan, maupun dapat menyelamatkannya. Oleh sebab
itu, Knitter menawarkan atau memberi pandangan bahwa agar agama tidak
menjadi sumber malapetaka atau penderitaan, tetapi sebagai sumber kesejukan dan
dapat membantu pemerintah, baik dengan aksi maupun dengan cara
menginggatkan  pemerintah, mendesak dan bekerjasama dengannya untuk
mengurangi atau meminimalkan penderitaan tersebut. Moltmann mengatakan:
“Bukan kebetulan jika kebanyakan dialog terjadi di antara agama-agama, di dalam
konferensi perdamaian. Ini hanyalah suatu permulaan, karena bukan hanya
berbagai penafsiran tentang perdamaian dan keadilan yang perlu didiskusikan tapi
tentang agama itu sendiri, hakikat dan fungsinya.”

Keempat, perdamaian dunia membutuhkan adanya perdamaian, demikian


juga di Indonesia. Perdamaian dapat terjadi apabila agama-agama berdamai, seperti
yang diungkapkan oleh Kung. Karena, agama merupakan salah satu penyumbang
konflik di Indonesia. Agama pada esensinya atau hakikatnya adalah pembawa
damai, jadi agama-agama duduk bersama untuk berbicara tentang perdamaian.
Mereka  berdialog secara jujur dan terbuka, memikirkan, agar tidak terjadi konflik
dan apabila ada terjadi konflik, mereka bersama mencari jalan keluar untuk

11
memperoleh atau mendapatkan perdamaian. Jadi, titik temu atau commond ground
dalam dialog agama-agama adalah perdamaian.

Kelima adalah kezaliman yang dihadapi oleh manusia. Hal ini merupakan
bagian dari titik temu dari dialog antar agama-agama. Banyak masyarakat atau
warga Indonesia yang mengalami kezaliman, di mana ini juga harus dibicarakan
dan setidak-tidaknya dipikirkan. Knitter mengatakan:

“ini kesakitan yang bukan semata-mata karena miskin, tapi dibuat miskin oleh
orang lain menjadi korban kezaliman orang lain, disingkirkan orang lain, digagahi
orang lain. Ini menyakitkan lebih dari kelaparan. Kekayaan harusnya merata,
karena pilihan dan kebijakan dibuat oleh mereka yang memiliki kekuasaan
ekonomi, politik dan militer.”

Kezaliman ini menurut Knitter ini lebih terstruktur dan dibuat oleh orang
lain. Peran agama sangat penting, yaitu melawan kezaliman ini.

Keenam, pembebasan. Dialog antar agama-agama seharusnya membebaskan


manusia dari penderitaan, kemiskinan, kezaliman, konflik. Pembebasan ini 
merupakan saran dari Knitter. Pembebasan ini merupakan tugas dari agama-agama,
yang dapat dibicarakan, dibahas di dalam dialog. Agama bukanlah untuk
membelenggu, memenjarakan maupun menindas manusia, namun sebaliknya
membebaskan manusia dari hal-hal tersebut. Pandangan Knitter ini memang sukar
untuk dilakukan dan terlalu idealis dalam pertemuan dialog antar agama-agama di
Indonesia, namun setidak-tidaknya ada suatu wacana dan kesadaran dari pemuka,
cendikiawan dan umat dari agama-agama yang ada di Indonesia.

Titik temu atau common ground ini merupakan sesuatu yang idealis dan
setidak-tidaknya layak untuk dipikirkan di dalam pertemuan maupun dialog antar
agama-agama di Indonesia. Namun, hal ini layak untuk dipertimbangkan dan
12
dilakukan. Di sisi lain, dialog tidak hanya sebatas teori di tataran abstrak, namun
harus ada tindakan praksis atau nyata dari agama-agama di Indonesia, setidak-
tidaknya tercipta kedamaian dan kerukunan antar agama-agama dan toleransi antar
agama-agama semakin meningkat.

13
BAB III
PENUTUP

 
A. Kesimpulan
Asumsi dasar atau postulat dari dialog antar agama adalah agama-agama
yang ada di muka bumi ini adalah berasal dari Allah yang satu (monistik). Allah
tidak meletakkan suatu perasaan ilahi atau sensu divinitatus dalam semen religious
dalam diri manusia, sehingga ia mencari Allah. Atas dasar inilah, maka agama-
agama di muka bumi ini lahir, sebagai usaha manusia untuk mencari dan
menyembah Allah. Perbedaannya dengan orang percaya atau Kristen adalah Allah
memberikan semen fide kepada orang percaya, sehingga percaya kepada Kristus
dan memperoleh anugerah keselamatan. Atas dasar inilah agama-agama di muka
bumi ini setara dan sederajat, meski tidak sama. Oleh sebab itu, Agama-agama
harus saling menghargai, menghormati satu dengan yang lain. Pendekatan yang
digunakan dalam dialog antar agama adalah pendekatan akomodasi Injili.
 Agama-agama di Indonesia bertemu dalam kehidupan sehari-hari dan ini
tidak dapat dihindari. Perjumpaan yang sering terjadi adalah dalam ranah konflik,
di mana agama yang mayoritas, merasa dirinya superior, sehingga menindas
agama-agama yang minoritas. Misalnya, agama Kristen dan Islam. Hal ini terjadi
karena adanya saling curiga satu dengan yang lain, di mana agama Kristen dituduh
melalukan Kristenisasi.
Dengan demikian, dialog antar agama-agama penting dilakukan di
Indonesia, agar terjadi saling pengertian dan menghilangkan rasa curiga satu

14
dengan yang lain. Maka, saling pengertian dan pengenalan antar agama dapat
terjalin dan  persaudaraan akan semakin erat. Di samping itu, kerukunan antar
agama dapat  berjalan dengan baik, toleransi agama yang mayoritas semakin
meningkat terhadap agama-agama yang minoritas. Apabila hal ini terjadi, maka
kekerasan agama dapat dikurangi atau diminimalkan.
Salah satu harapan adalah melalui dialog antar agama ini, fungsi maupun
peran dapat berjalan dengan baik, yaitu sebagai sumber perdamaian dan juga
melepaskan umat manusia dari penjara kemiskinan. Di samping itu, agama
menjadi pembebas  bagi umat manusia.

 
 B. Saran
Dengan berakhirnya makalah yang kami buat ini, kami menyadari bahwa
dalam  penulisan makalah ini terdapat kesalahan dan kekurangan, untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini dan berikutnya. Besar harapan kami, semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca pada umumnya dan khususnya bagi
pemakalah.

15
DAFTAR ISI
PENGANTAR............................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................
A. Latar Belakang ...........................................................................
B. Rumusan Masalah.......................................................................
C. Tujuan Penulisan.........................................................................
D. Manfaat Penulisan.......................................................................
BAB II PEMBAHASAN......................................................................

A. Sejarah Dialog Antar Umat Beragama di Indonesia................


B. Pengertian Dialog Antar Umat Beragama..................................
C. Tujuan Dialog Antar Umat Beragama........................................
D. Dampak dari Pelaksanaan Dialog Antar Umat Beragama........
E. Dasar Bersama atau Common Ground Dialog Antar Beragama
......................................................................................................

BAB III PENUTUP..............................................................................

A. Kesimpulan .................................................................................
B. Pesan............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................

16
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/36765019/
MAKALAH_HUBUNGAN_ANTAR_AGAMA_DIALOG_ANTAR_U
MAT_BERAGAMA

17

Anda mungkin juga menyukai