BATUAN BEKU
Dosen Pengampu :
Oleh :
NIM : F1D321029
KELAS : A
UNIVERSITAS JAMBI
2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah SWT. karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang BATUAN BEKU ini
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga saya berterima kasih kepada
Bapak Priyanto, S.Pd., M.Pd. selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah
memberikan tugas ini .
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Batuan Beku. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penulis
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................................................................
B. Saran ....................................................................................................................................
A. Latar Belakang
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk langsung dari permukaan magma. Proses
pembentukan tersebut merupakan proses perubahan fase padat. Proses pembentukan magma
akan menghasilkan kristal-kristal mineral primer atau gelas. Proses pembentukan magma akan
sangat berpengaruh terhadap tekstur dan struktur primer batuan, sedangkan komposisi batuan
sangat di pengaruhi oleh sifat magma asal.
Seperti namanya, batuan “beku”. Ya dia terbentuk karena adanya proses pembekuan
tepatnya pendinginan atau lebih tepatnya penurunan suhu dari larutan pijar yang super panas
(kalo buat mie rebus bakalan cukup buat 2 ton) yaitu MAGMA. Magma bukan nama orang, tapi
bahasa kitanya (orang geologi maksudnya…) cairan pijar yang berada di dalam bumi yang
sangat panas, suhunya bisa ampe 1400oC itu dari literature. Kembali ke batuan beku. Batuan
beku sendiri berdasarkan diagenensanya dibagi menjadi 2 macam. Yaitu batuan beku intrusive
dan batuan beku ekstrusive. Batuan beku intrusive berarti dia terbentuk di dalam bumi. Artinya
dia tidak berinteraksi dengan permukaan bumi dan dia membeku di dalam bumi. Batuan jenis ini
biasanya punya tekstur mineral yang gede (faneritik) karena proses pembentukkan mineral
tersebut berlangsung lama. Artinya penurunan suhu yang terjadi pada magma tersebut dapat
memungkinkan sebuah mineral untuk bisa tumbuh secara optimal pada saat tertentu. Biasanya
faneritik itu ukurannya lebih dari 2 mm. Nah, kembali ke magma, magma sendiri katanya bisa
menyusup melalui rekahan-rekahan batuan disekitarnya dan dapat juga memotong perlapisan.
Bentuk-bentuk yang memotong struktur batuan disekitarnya disebut diskordan dan yang searah
mendatar disebut konkordan.
Pada saat penurunan suhu akan melewati tahapan perubahan dari fase cair ke padat. Apabila
pada saat itu terdapat cukup energi pembentukan kristal maka akan terbentuk kristal-kristal
mineral berukuran besar. Sedangkan bila energi pembentukan rendah maka akan terbentuk
kristal yang berukuran halus. Bila pendinginan berlangsung sangat cepat maka kristal tidak akan
terbentuk dan cairan magma membeku menjadi gelas.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah di dapat pada latar belakang yang sudah teruraikan di atas sebelumnya,
maka di dapatkan rumusan masalahnya adalah :
1. Apa itu batuan beku ?
2. Tekstur batuan beku ?
3. Struktur batuan beku ?
4. Komposisi mineral batuan beku ?
5. Klasifikasi batuan beku ?
D. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa
Indonesia yang di berikan oleh Bapak Priyanto, S.Pd serta sebagai bahan pembelajaran dalam
perkuliahan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah jenis
batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa
proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di
atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal dari batuan
setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi.
Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-proses berikut: kenaikan
temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan
beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di bawah permukaan kerak
bumi.
b. Scoria atau yang disebut juga Terak merupakan lava yang sebagian besar
terdiri dari lubang-lubang yang bentuknya tidak beraturan, karena
mengandung gas-gas. Lava tersebut membentuk rongga-rongga yang dulunya
ditempati oleh gas pada saat lava membeku. Gas-gas yang keluar
menghasilkan lubang-lubang berbentuk bulat, elip, silinder ataupun
bentuknya tidak beraturan.
A. RANGKUMAN
Batuan beku adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan
mengeras. Karena magma merupakan material atau pijar dan sangat panas maka batuan
beku disebut dengan IGNEOUS ROCK.
- Scoria : disebut juga terak (lava yang sebagian besar terdiri dari lubang lubang yang
bentuknya tidak beraturan
- Lahar : Aliran material vulkanik (campuran batu,pasir dan kerikil) akibat adanya
aliran air yang terjadi di lereng gunung (gunung berapi)
BAB III
PEMBAHASAN
Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah
jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa
proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas
permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal dari batuan setengah
cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses
pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-proses berikut: kenaikan temperatur,
penurunan tekanan, atau perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil
dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di bawah permukaan kerak bumi.
Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di
mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan dapat terjadi karena salah satu dari
proses-proses berikut ini ; penurunan tekanan, kenaikan temperatur, atau perubahan komposisi.
Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, dan sebagian besar batuan beku
tersebut terbentuk di bawah permukaan kerak bumi.
Berdasarkan keterangan dari para ahli seperti Bapak Turner dan Verhoogen tahun 1960, Bapak
F.F Groun Tahun 1947, Bapak Takeda Tahun 1970, magma didefinisikan atau diartikan sebagai
cairan silikat kental pijar yang terbentuk secara alami, memiliki temperatur yang sangat tinggi
yaitu antara 1.500 sampai dengan 2.500 derajat celcius serta memiliki sifat yang dapat bergerak
dan terletak di kerak bumi bagian bawah. Dalam magma terdapat bahan-bahan yang terlarut di
dalamnya yang bersifat volatile / gas (antara lain air, co2, chlorine, fluorine, iro, sulphur dan
bahan lainnya) yang magma dapat bergerak, dan non-volatile / non gas yang merupakan
pembentuk mineral yang umumnya terdapat pada batuan beku.
Dalam perjalanan menuju bumi magma mengalami penurunan suhu, sehingga mineral-mineral
pun akan terbentuk. Peristiwa ini disebut dengan peristiwa penghabluran
Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan ke permukaan bumi, maka
mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa tersebut dikenal dengan peristiwa penghabluran.
Berdasarkan penghabluran mineral-mineral silikat (magma), oleh NL. Bowen disusun suatu seri
yang dikenal dengan Bowen’s Reaction Series.
Tekstur didefinisikan sebagai keadaan atau hubungan yang erat antar mineral-mineral
sebagai bagian dari batuan dan antara mineral-mineral dengan massa gelas yang membentuk
massa dasar dari batuan. Tekstur pada batuan beku umumnya ditentukan oleh tiga hal yang
penting, yaitu:
1. Kristalinitas
Kristalinitas adalah derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu terbentuknya batuan
tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya digunakan untuk menunjukkan berapa banyak yang
berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk kristal, selain itu juga dapat mencerminkan kecepatan
pembekuan magma. Apabila magma dalam pembekuannya berlangsung lambat maka kristalnya
kasar. Sedangkan jika pembekuannya berlangsung cepat maka kristalnya akan halus, akan tetapi
jika pendinginannya berlangsung dengan cepat sekali maka kristalnya berbentuk amorf. Dalam
pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu:
Ø Holokristalin, yaitu batuan beku dimana semuanya tersusun oleh kristal. Tekstur holokristalin
adalah karakteristik batuan plutonik, yaitu mikrokristalin yang telah membeku di dekat
permukaan.
Ø Hipokristalin, yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan sebagian lagi terdiri dari
massa kristal.
Ø Holohialin, yaitu batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas. Tekstur holohialin
banyak terbentuk sebagai lava (obsidian), dike dan sill, atau sebagai fasies yang lebih kecil dari
tubuh batuan.
2. Granularitas
Granularitas didefinisikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku. Pada umumnya dikenal
dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:
a). Fanerik/fanerokristalin, besar kristal-kristal dari golongan ini dapat dibedakan satu sama lain
secara megaskopis dengan mata biasa. Kristal-kristal jenis fanerik ini dapat dibedakan menjadi:
Ø Halus (fine), apabila ukuran diameter butir kurang dari 1 mm.
Ø Sedang (medium), apabila ukuran diameter butir antara 1 – 5 mm.
Ø Kasar (coarse), apabila ukuran diameter butir antara 5 – 30 mm.
Ø Sangat kasar (very coarse), apabila ukuran diameter butir lebih dari 30 mm.
b). Afanitik, Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak dapat dibedakan dengan mata biasa
sehingga diperlukan bantuan mikroskop. Batuan dengan tekstur afanitik dapat tersusun oleh
kristal, gelas atau keduanya. Dalam analisis mikroskopis dapat dibedakan:
Ø Mikrokristalin, apabila mineral-mineral pada batuan beku bisa diamati dengan bantuan
mikroskop dengan ukuran butiran sekitar 0,1 – 0,01 mm.
Ø Kriptokristalin, apabila mineral-mineral dalam batuan beku terlalu kecil untuk diamati
meskipun dengan bantuan mikroskop. Ukuran butiran berkisar antara 0,01 – 0,002 mm.
Ø Amorf/glassy/hyaline, apabila batuan beku tersusun oleh gelas.
3. Bentuk Kristal
Bentuk kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat batuan secara
keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga bentuk kristal, yaitu:
Ø Euhedral, apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal.
Ø Subhedral, apabila sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi.
Ø Anhedral, apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.
Ditinjau dari pandangan tiga dimensi, dikenal empat bentuk kristal, yaitu:
Ø Equidimensional, apabila bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang.
Ø Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi yang lain.
Ø Prismitik, apabila bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari dua dimensi yang lain.
Ø Irregular, apabila bentuk kristal tidak teratur.
Ø Konkordan
Tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan di sekitarnya, jenis jenis dari tubuh
batuan ini yaitu :
· Sill, tubuh batuan yang berupa lembaran dan sejajar dengan perlapisan batuan di sekitarnya.
· Laccolith, tubuh batuan beku yang berbentuk kubah (dome), di mana perlapisan batuan yang
asalnya datar menjadi melengkung akibat penerobosan tubuh batuan ini, sedangkan bagian
dasarnya tetap datar. Diameter laccolih berkisar dari 2 sampai 4 mil dengan kedalaman ribuan
meter.
· Lopolith, bentuk tubuh batuan yang merupakan kebalikan dari laccolith, yaitu bentuk tubuh
batuan yang cembung ke bawah. Lopolith memiliki diameter yang lebih besar dari laccolith,
yaitu puluhan sampai ratusan kilometer dengan kedalaman ribuan meter.
· Paccolith, tubuh batuan beku yang menempati sinklin atau antiklin yang telah terbentuk
sebelumnya. Ketebalan paccolith berkisar antara ratusan sampai ribuan kilometer
Ø Diskordan
Tubuh batuan beku intrusif yang memotong perlapisan batuan di sekitarnya. Jenis-jenis tubuh
batuan ini yaitu:
· Dyke, yaitu tubuh batuan yang memotong perlapisan di sekitarnya dan memiliki bentuk
tabular atau memanjang. Ketebalannya dari beberapa sentimeter sampai puluhan kilometer
dengan panjang ratusan meter.
· Batolith, yaitu tubuh batuan yang memiliki ukuran yang sangat besar yaitu > 100 km2 dan
membeku pada kedalaman yang besar.
· Stock, yaitu tubuh batuan yang mirip dengan Batolith tetapi ukurannya lebih kecil
D. Komposisi Mineral
Berdasarkan jumlah kehadiran dan asal-usulnya, maka di dalam batuan beku terdapat
mineral utama pembentuk batuan (essential minerals), mineral tambahan (accessory minerals)
dan mineral sekunder (secondary minerals).
a) Essential minerals, adalah mineral yang terbentuk langsung dari pembekuan magma, dalam
jumlah melimpah sehingga kehadirannya sangat menentukan nama batuan beku.
b) Accessory minerals , adalah mineral yang juga terbentuk pada saat pembekuan magma tetapi
jumlahnya sangat sedikit sehingga kehadirannya tidak mempengaruhi penamaan batuan. Mineral
ini misalnya kromit, magnetit, ilmenit, rutil dan zirkon. Mineral esensiil dan mineral tambahan di
dalam batuan beku tersebut sering disebut sebagai mineral primer, karena terbentuk langsung
sebagai hasil pembekuan daripada magma.
c) Secondary minerals adalah mineral ubahan dari mineral primer sebagai akibat pelapukan,
reaksi hidrotermal, atau hasil metamorfisme. Dengan demikian mineral sekunder ini tidak ada
hubungannya dengan pembekuan magma. Mieral sekunder akan dipertimbangkan
mempengaruhi nama batuan ubahan saja, yang akan diuraikan pada acara analisis batuan ubahan.
Contoh mineral sekunder adalah kalsit, klorit, pirit, limonit dan mineral lempung.
d) Gelas atau kaca, adalah mineral primer yang tidak membentuk kristal atau amorf. Mineral ini
sebagai hasil pembekuan magma yang sangat cepat dan hanya terjadi pada batuan beku luar atau
batuan gunungapi, sehingga sering disebut kaca gunungapi (volcanic glass).
e) Mineral felsik adalah adalah mineral primer atau mineral utama pembentuk batuan beku,
berwarna cerah atau terang, tersusun oleh unsur-unsur Al, Ca, K, dan Na. Mineral felsik dibagi
menjadi tiga, yaitu felspar, felspatoid (foid) dan kuarsa. Di dalam batuan, apabila mineral foid
ada maka kuarsa tidak muncul dan sebaliknya. Selanjutnya, felspar dibagi lagi menjadi alkali
felspar dan plagioklas.
f) Mineral mafik adalah mineral primer berwarna gelap, tersusun oleh unsur-unsur Mg dan Fe.
Mineral mafik terdiri dari olivin, piroksen, amfibol (umumnya jenis hornblende), biotit dan
muskovit.
Pemberian dan pengenalan mineral pembentuk batuan beku tersebut secara megaskopik sudah
harus dikuasai oleh para praktikan, seperti diberikan pada kuliah dan praktikum kristalografi-
mineralogi serta dipraktekkan lagi pada acara I pengenalan mineral pembentuk batuan,
praktikum petrologi ini. Untuk mengetahui genesa masing-masing mineral pembentuk batuan
tersebut di atas, praktikan dianjurkan untuk mempelajari Reaksi Seri Bowen yang terdapat di
dalam buku-buku literatur Petrologi (misal Middlemost, 1985, Magmas and magmatic rocks,
Longman, Inc., London, 266 p).
Batuan beku dapat diklasifikasikan berdasarkan cara terjadinya, kandungan SiO2, dan
indeks warna. Dengan demikian dapat ditentukan nama batuan yang berbeda-beda meskipun
dalam jenis batuan yang sama, menurut dasar klasifikasinya.
Klasifikasi berdasarkan cara terjadinya, menurut Rosenbusch (1877-1976) batuan beku
dibagi menjadi:
a) Effusive rock, untuk batuan beku yang terbentuk di permukaan.
b) Dike rock, untuk batuan beku yang terbentuk dekat permukaan.
c) Deep seated rock, untuk batuan beku yang jauh di dalam bumi. Oleh W.T. Huang (1962), jenis
batuan ini disebut plutonik, sedang batuan effusive disebut batuan vulkanik.
Sedangkan menurut S.J. Ellis (1948) juga membagi batuan beku berdasarkan indeks
warnanya sebagai berikut:
a) Holofelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna kurang dari 10%.
b) Felsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 10% sampai 40%.
c) Mafelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 40% sampai 70%.
d) Mafik, untuk batuan beku dengan indeks warna lebih dari 70%.
Diorite adalah batuan beku plutonik, yaitu batuan antara granite dan gabbro. Batuan ini
mengandung sedikit Kalsium (soda) plagioklas feldspar, mineral berwarna terang, dan
hornblende berwarna hitam. Tidak seperti granit, batuan diorite tidak mengandung mineral
kuarsa atau sangat sedikit, dan juga tidak seperti gabbro, diorite mempunyai warna yang lebih
terang dan mengandung soda, tidak mengandung kalsit plagioklas. Apabila batuan diorite ini
dihasilkan dari letusan gunung api maka akan terjadi pendinginan menjadi lava andesite.
Gabbro berwarna gelap, mempunyai bentuk ukuran butir serabut dari proses intrusive dan
merupakan batuan beku akibat proses plutonic seperti granit, hanya saja batuan gabbro
mempunyai kandungan silica yang lebih rendah dan tidak mengandung mineral kuarsa, alkali
feldspar dan hanya mengandung mineral plagioklas yang sering dijumpai berwarna gelap dengan
kandungan kalsium yang tinggi. Mineral mineral gelap lainnya yang sering terdapat pada batuan
ini adalah amphibole, pyroxene dan kadang kadang juga biotite, olivine, magnetite, ilmenite dan
apatite. Proses erupsi yang dialami gabbro sama seperti dengan yang dialami batuan Basalt.
Mineral mineral utama pembentuk batuan Gabbro adalah hornblende, magnetite dan mineral
mineral terang dari plagioklas. Gabbro adalah nama sebuah kota di Tuscany, Italia.
Profir Diarit adalah batuan yang berpotensi menjadi batuani induk (“Host Rocks”),
mineralisasi logam dasar dan logam mulia yang terbentuk bersama urat kuarsa, tersebar dan
mengisi rekahan /retakan dengan ubahan hidrotermal propilit, argilit, pilik dan potassik.
Ditemukannya mineral petunjuk epidot, diopsid aktinolit, (garnet?), berasosiasi dengan magnetit
memberi gambaran kearah dugaan bahwa telah terjadi proses pyrometasomatisma yang
menghasilkan mineralisasi skarn.
- Riolit
Riolit terbentuk dari pembekuan magma di dalam kerak bumi yang lazimnya dari letupan
gunung berapi. yang terbentuk daripada pembekuan magma di luar permukaan bumi. Riolit
adalah bersifat asid dan bes. Namun sebenarnya sifat asid batuan ini bergantung kepada
kandungan silika di dalamnya. Riolit di anggap berasid apabila kandungan silikanya melebihi
66%. Riolit sering ditemukan berupa lava.
Riolit bisa digunakan sebagai bahan baku beton ringan, isolasi bangunan, plesteran, isolator
temperatur tinggi/rendah, bahan penggosok, saringan/filter, bahan pembawa (media) dan
campuran makanan ternak.
- Terahit
- Andesit
Andesite berasal dari Magma yang biasanya meletus dari stratovolcanoes pada
lahar tebal yang mengalir, beberapa diantaranya penyebarannya dapat mencapai
beberapa kilometer. Magma Andesite dapat juga menghasilkan letusan seperti bahan
peledak yang kuat yang kemudian membentuk arus pyroclastic dan surges dan suatu
kolom letusan yang sangat besar. Bagian-bagian kecil yang berwarna hitam disebut
mineral biotite dan yang berwarna putih disebut potassium feldspar Kristal terbesar
dinamakan phenocryst, terbentuk jauh sebelum lava terletuskan dan membeku, dan
kristal-kristal tersebut dari bentuknya dapat menceritakan sejarah dari proses
perjalanan magma. bertexture porphyritic
- Obsidian
Batu obsidian sebenarnya bukan batu tambang melainkan sejenis batu lahar yang
dimuntahkan dari kawah gunung api. Batu obsidian sebenarnya bukanlah batu atau mineral,
melainkan kaca natural yang terbentuk dari hasil pendinginan lahar gunung berapi yang
cepat, karena proses pendinginannya terlalu cepat maka jarang terjadi pembentukan kristal di
dalamnya, jadi tidak ada struktur kristal di dalam batu obsidian seperti batu mineral lain.
Warnanya bening seperti kaca dan warnanya kadang-kadang hitam mulus, merah tua, agak
hijau atau abu-abu. Batu ini jarang yang berwarna kuning atau merah putih atau biru. Batu
obsidian sering ditemukan dalam keadaan mengkilau mulus walaupun belum dipoles. Batu
obsidian terbuat dari 70% silicon dioxide bahkan lebih dan jika tercampur mineral mineral
tertentu warnanya akan berubah. Batu obsidian mempunyai nilai keras 5-5.5 berdasarkan
daftar keras Mohs dan termasuk batu mulia tanggung.
- Basalt
Batuan basalt berwarna gelap, berat, kaya akan besi dan sedikit akan kandungan mineral
silika batuan vulkanik, yang biasanya membentuk lempeng samudera di dunia.
Mempunyai ukuran butir yang sangat baik sehingga kehadiran mineral mineral tidak
terlihat. Mineral-mineral ini hanya dapat terlihat pada jenis batuan basalt yang berukuran
butir kuarsa, yaitu jenis dari batuan basalt yang bernama gabbro.
Gelembung gelembung dari gas karbon dioksida dan uap air terbentuk dan melakukan
ekspansi pada batuan yang meleleh mendekati permukaan. Pada periode yang panjang di
bawah gunung api, butiran butiran berwarna hijau dari mineral olivine keluar dari larutan.
A. Kesimpulan
Batuan beku sebenarnya telah banyak dipergunakan orang dalam kehidupan sehari-
hari hanya saja kebanyakan orang hanya mengetahui cara mempergunakannya saja, dan
sedikit yang mengetahui asal kejadian dan seluk-beluk mengenai batuan beku ini. Secara
sederhana batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari pembekuan
magma. Penggolongan batuan beku telah bayak dilakukan dari dahulu hingga sekarang,
namun karena tidak adanya kesepakatan antara ahli petrologi dalam mengklasifikasikan
betuan beku mengakibatkan sebagian klasifikasi dibuat atas dasar yang berbeda-beda.
B. Saran
Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya
dengan judul makalah ini.Penyusun banyak berharap para pembaca yang budiman dapat
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penyusun demi sempurnanya
makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan–kesempatan berikutnya. Semoga
makalah ini berguna bagi penyusun pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada
umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1996, Sandi Stratigrafi Indonesia, Komisi Sandi Statigrafi Indonesia, Jakarta. Anthony,
J.W., Bideaux, R.A., Bladh, K.W. and Nichols, M.C., 2001, Handbook of Mineralogy,
Mineralalogical Society of America, United State of America. Affandi, A.K., Idarwati dan
Hastuti, E.W.D., 2015, Penentuan Kawasan Rawan Gempa Bumi Untuk Mitigasi Bencana
Geologi di Wilayah Sumatera Bagian Selatan, Laporan Akhir Penelitian Unggulan Kompetitif
Universitas Sriwijaya, Dana DIPA, Universitas Sriwijaya, Palembang. Baqiya, M.A., Limatahu,
I., Nasrun, M. and Darminto, 2017, Structural and Morphological studies of Lava Rock from
Mount Gamalama Ternate for Possible Functional Materials Applications, Jurnal Fisika dan
Aplikasinya, vol. 13, no. 1, hal 27-29. Bronto, S., Hadisantoso, R.D. dan Lockwood, J.P., 1982,
Peta Geologi Gunungapi Gamalama, Ternate, Maluku Utara, Direktorat Vulkanologi, Bandung.
Bronto, S. dan Hartono, H.G., 2009, Analisis Stratigrafi Awal Kegiatan Gunung Api
Gajahdangak di Daerah Bulu, Sukoharjo; Implikasinya Terhadap Stratigrafi Batuan Gunung Api
di Pegunungan Selatan, Jawa Tengah, Jurnal Geologi Indonesia, vol. 4, no. 3, hal. 157-165.
Browne, P.R.L., 1991, Hydrothermal Alteration and Geothermal Systems, Geology Lecture
Course, University of Auckland, New Zealand. Cas, R.A.F., dan Wright, J.V., 1987, Volcanic
Successions, Allen and Unwin, London. Chernicoff, S., and Venkatakrishnan, R., 1995, Geology
and Introduction to Physical Geology, Worth Publisher, New York.