CA MAMMAE
OLEH :
COVER....................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI ................................................................................................................2
KONSEP TEORI..........................................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................55
Laporan Pendahuluan Ca Mammae
A. Definisi
B. Etiologi
2. Pernah Ca Mamae
Wanita yang pernah menderita kanker in situ atau kanker invasif memiliki
resiko tertinggi menderita Ca Mamae. Setelah payudara yang terkena
diangkat, maka resiko terjadinya karsinoma pada payudara yang sehat
meningkat sebesar 0,5-1%/tahun
8. Pemakaian alkohol
9. Bahan kimia
11. Penyinaran
Klasifikasi Stadium
Stadium Ca mammae ditentukan berdasarkan Sistem Klasifikasi TNM American
Joint Committee on Cancer (AJCC) 2010, Edisi 7, untuk Ca mammae yaitu :
Kategori T (Tumor)
TX Tumor primer tidak bisa diperiksa
T0 Tumor primer tidak terbukti
Tis Karsinoma in situ
Tis (DCIS) = ductal carcinoma in situ Tis (LCIS) = lobular carcinoma in situ
Pengelompokan Stadium
Stadium T N M
Stadium 0 Tis N0 M0
Stadium 1A T1 N0 M0
Stadium 1B T0 N1 M0
T1 NI M0
Stadium IIA T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
Stadium IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stadium IIIA T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1-N2 M0
a.Stadium 0
b.Stadium 1
Stadium 1 A
Gambar 1.7 Stadium 1 A
(Sumber : Soleha, 2017)
Stadium 1B
Stadium 2A
a. Kanker berukuran lebih kecil dari 2cm, mulai ditemukan titik-titik pada
getah bening di area sekitar ketiak.
b. Kanker telah berukuran 2-5 cm, pada pembuluh getah bening belum
terjadi penyebaran titik-titik sel kanker
c. Titik-titik di pembuluh getah bening ketiak mulai ditemukan namun tidak
ada tanda tumor pada bagian payudara
Stadium 2 B
Gambar 2 Stadium 2B
d. Stadium 3
Stadium 3A
Kanker telah berukuran < 5cm dan telah terjadi penyebaran sel-sel kanker
pada titik-titik pembuluh getah bening di ketiak
Atau
Gambar 2.2 Stadium 3A
e. Stadium 4
Gambar 2.5 Stadium 4
Tidak diketahui telah berapa ukuran pasti sel kanker pada fase ini. Karena
sel kanker telah menyebar ke jaringan lainnya yang sulit untuk diketahui.
Sel kanker yang menyebar telah mulai menyebar ke berbagai lokasi,
seperti tulang, paru-paru, hati dan juga tulang rusuk.
D. Patofisiologi
E. Manifestasi Klinis
F. Pemeriksaan Diagnosis
a. Fine Needle Aspiration Biopsi (FNAB)
b. Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan ini dapat dilakukan baik dengan menggunakan jarum yang
sangat halus maupun dengan jarum yang cukup besar untuk mengambil
jaringan. Kemudian jaringan yang diperoleh menggunakan metode insisi
maupun eksisi dilakukan pewarnaan dengan Hematoxylin dan Eosin. Metode
biopsi eksisi maupun insisi ini merupakan pengambilan jaringan yang
dicurigai patologis disertai pengambilan sebagian jaringan normal sebagai
pembandingnya. Tingkat keakuratan diagnosis metode ini hampir 100%
karena pengambilan sampel jaringan cukup banyak dan kemungkinan
kesalahan diagnosis sangat kecil. Tetapi metode ini memiliki kekurangan
seperti harus melibatkan tenaga ahli anastesi, mahal, membutuhkan waktu
pemulihan yang lebih lama karena harus di insisi, menimbulkan bekas berupa
jaringan parut yang nantinya akan mengganggu gambaran mammografi,
serta dapat terjadi komplikasi berupa perdarahan dan infeksi,
e. USG payudara
f. Pemeriksaan Immunohistokimia
1) Docetaxel
2) Paclitaxel
3) Agen Platinum (cisplatin, carboplatin)
4) Vinorelbine (Navelbine)
5) Capecitabine (Xeloda)
6) Liposomal doxorubicin (Doxil)
7) Gemcitabine (Gemzar)
8) Mitoxantrone
9) Ixabepilone (Ixempra)
10)Albumin-terikat paclitaxel (menangkap-paclitaxel atau Abraxane)
11)Eribulin (Halaven)(Samiadi, 2017).
2. Penatalaksanaan Non Farmakologi
1. Mastektomi
a. Mastektomi Radikal Modifikasi (MRM)
d. Mastektomi Simpel
Mastektomi simpel adalah pengangkatan seluruh payudara beserta
kompleks puting- areolar,tanpa diseksi kelenjar getah bening aksila.
Indikasi:
1) Tumor phyllodes besar
2) Keganasan payudara stadium lanjut dengan tujuan paliatif
menghilangkan tumor.
3) Penyakit Paget tanpa massa tumor
4) DCIS
Kontra indikasi :
Syarat :
h. Metastasektomi
1. CHF
1. CAF
Regimen Kemoterapi
1. AC
Adriamicin 80 mg/m2,hari 1
Cyclophospamide 600 mg/m2,hari 1
Interval 3-4 minggu, 4 siklus
2. ACT
TC
Cisplatin 75 mg/m2 IV, hari 1
Docetaxel 90 mg/m2, hari 1
Interval 3 minggu / 21 hari, 6 siklus
b. Terapi hormonal
c. Terapi target
Pemberian terapi anti target hanya diberikan di rumah sakit tipe A/B.
Pemberian anti-Her2 hanya pada kasus-kasus dengan pemeriksaan
IHK yang Her2 positif. Pilihan utama anti-Her2 adalah herceptin, lebih
diutamakan pada kasus-kasus yang stadium dini dan yang mempunyai
prognosis baik (selama satu tahun: tiap 3 minggu). Penggunaan anti
VEGF atau m-tor inhibitor belum direkomendasikan. (Kemnkes, 2017)
d. Radioterapi
per
ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORI
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama, umur (usia lebih dari 50 tahun beresiko terkena Ca mamae), jenis
kelamin (jenis kelamin perempuan sangat beresiko terkena Ca mammae
dibandingkan dengan laki-laki), agama, pendidikan, alamat, No. RM, pekerjaan,
status perkawinan (wanita yang belum menikah memiliki resiko untuk terkena
Ca Mamae) tanggal MRS, tanggal pengkajian, dan sumber informasi.
2. Riwayat Kesehatan
a. Diagnosa Medik : Ca Mamae
b. Keluhan Utama :
a. Terasa nyeri dan adanya benjolan pada payudara
c. Riwayat Penyakit Sekarang :
1) Biasanya klien timbul benjolan pada payudara dan benjolan ini makin
lama makin mengeras
2) Terasa nyeri pada payudara jika benjolan semakin membesar
3) Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk
d. Riwayat Kesehatan Terdahulu :
1) Penyakit yang pernah dialami
Tidak ada
3) Imunisasi
Imunisasi lengkap
f. Genogram :
3. Pengkajian Keperawatan
a. Persepsi Kesehatan & Pemeliharaan Kesehatan
b. Pola Nutrisi/metabolic
c. Pola Eliminasi
BAB dan BAK klien lebih sedikit dari biasanya karena klien sulit makan
d. Pola Aktivitas & Latihan (saat sebelum sakit dan saat di RS)
Toileting
Berpakaian
Berpindah
Ambulasi / ROM
Biasanya klien mengalami pusing pasca bedah sehingga ada komplikasi pada
kognitif, sensorik maupun motorik
Organ payudara merupakan alat vital bagi manusia. Kelainan atau kehilangan
bahkan adanya gangguan mengakibatkan klien tidak percaya diri, malu dan
kehilangan haknya sebagai wanita
4. Pemeriksaan Fisik
b. Mata
Mata simetris kanan dan kiri. Konjungtiva anemis disebabkan oleh nutrisi
yang tidak adekuat
c. Telinga
d. Hidung
Biasanya hidung kurang bersih, nampak secret, adanya pernafasan
cuping hidung yang disebabkan oleh sesak nafas karena kanker sudah
bermetastase ke paru
e. Mulut
Mukosa bibir tampak pucat dan kurang bersih. Biasanya gusi klien
mudah terjadi perdarahan akibat rapuhnya pembuluh darah. Lidah
terlihat tampak pucat dan kurang bersih. Mukosa bibir kering, tidak ada
gangguan perasa
f. Leher
g. Dada
Adanya kelainan kulit berupa Peu d’ orange (Nampak seperti kulit jeruk),
dumpling, ulserasi atau tanda-tanda radang
h. Mamae
1) Inspeksi
2) Palpasi
Terasa benjolan keras dan teraba pembengkakan dan teraba
pembesaran kelenjar getah bening diketiak
i. Abdomen
1) Inspeksi
2) Palpasi
3) Perkusi
4) Auskultasi
Tympani
j. Urogenital
k. Ekstremitas
Biasanya terjadi edema pada ekstremitas atas
5. Pemeriksaan penunjang
a) Biopsi payudara (jarum atau eksisi)
b) Foto thoraks
CT scan dan MRI teknik scan yang dapat mendeteksi penyakit payudara,
khususnya massa yang lebih besar, atau tumor kecil, payudara
mengeras yang sulit diperiksa dengan mammografi
d) Ultrasonografi (USG)
B. Diagnosa
1. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisiologis d.d tampak meringis, mengeluh
nyeri, sulit tidur, bersikap protektif, tekanan darah meningkat, (D.0077)
2. Gangguan integritas jaringan b.d luka post MRM d.d kerusakan integritas
jaringan, nyeri, perdarahan, kemerahan (D.0129)
3. Resiko infeksi d.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer (kerusakan
intergritas kulit/jaringan) (0142)
C. Intervensi
Kondisi Klinis
Terkait:
1.kondisi
pembedahan
2.cedera traumatis
3.infeksi
4.sindrom koroner
akut
Terapeutik
5.glaukoma
1.
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2.
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3.
Edukasi
1.Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
2.jelaskan strategi
meredakan nyeri
3.anjurkan menggunakan
analgetik yang tepat
Kolaborasi
1. kolaborasi pemberian
analgetik
Faktor resiko
1.penyakit kronis
2.efek prosedur
1. Monitor tanda dan
infasiv
- Kemerahan 5 gejala infeksi local dan
3.malnutrisi
(menurun) sistemik
4.peningkatan
- Nyeri 5
paparan organisme
(menurun)
patogen lingkungan
- Kultur darah 5
5.ketidakadekuatan
(membaik)
pertahanan tubuh
- Cairan berbau
primer Terapeutik
busuk 5
(menurun)
Kondisi Klinis
Terkait:
1.AIDS
2. Batasi jumlah
2.luka bakar
pengunjung
3.penyakit paru
3. Berikan perawatan pada
obstruktif kronis
kulit yang luka
4.diabetes melitus
4. Cuci tangan sebelum
5.tindakan invasiv
dan sesudah kontak
dengan pasien dan
lingkungan pasien
5.
Edukasi
1. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Society. 2015. Breast cancer facts and figure 2015-2016. Atlanta:
American Cancer Society
Kementerian Kesehatan RI. (2015). Situasi Penyakit Kanker. Kesehatan RI: Jakarta
PPNI. (2019). Standart Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.