Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN DISKEL I KELOMPOK KBK A

Diajukan untuk memenuhi tugas diskusi kelompok mata kuliah Keperawatan Anak
Dosen Koordinator : Siti Dewi Rahmayanti, S.Kp., M.Kep
Dosen Pembimbing : Siti Dewi Rahmayanti, S.Kp., M.Kep

Kelompok A

Leader : Akmal Fathur N 213120113


Scriber 1 : Resti Dwi Pratiwi 213120050
Scriber 2 : Irna Risnawati 213120132

Anggota :

Nisrina Rahma A 213120043 Yeni Reskawati 213120080


Fatimah Rizka N 213120067 Denita Permatasari 213120124

Farida Noer Laila 213120160 Agum Hardian I.P 213120096


Maulani Indah P 213120074 Dinda Mutiara F 213120072
Siska Fatma Diva 213120166 Thania Argita M 213120156
Raihannisya 213120126 Jelita Syalamania 213120109
Dety Estiana 213120086 Andika Wijaya 213120125
Alyaa Nabillah M 213120002

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat
dan karunia-Nyalah kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah diskel 1 dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterimakasih pada Ibu Siti Dewi
Rahmayanti, S.Kp., M.Kep Selaku dosen Mata Kuliah Keperawatan Anak I yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kami tentang asuhan keperawatan anak. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami
buat. Mengingat tidak ada sesuatuyang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan
dan kami memohon kritik dan sarannya.

Cimahi, 25 Maret 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
2.1 Kasus Diskel 1.............................................................................................................3
2.2 Analisis Masalah.........................................................................................................3
BAB III.....................................................................................................................................28
PENUTUP................................................................................................................................28
3.1 Kesimpulan................................................................................................................28
3.2 Saran..........................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................29

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuberculosis (TBC) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium Tuberculosis. Kuman ini menyerang pada saluran pernafasan
bagian bawah melalui udara yang dihirup ke dalam paru, kemudian kuman tersebut
dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh yang lain melalui sistem peredaran darah,
sistem saluran limfa, saluran pernafasan atau menyebar langsung ke bagian-bagian
tubuh yang lain (Depkes RI,2011).
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan karena
kuman TB yaitu Myobacterium Tuberculosis. Mayoritas kuman TB menyerang paru,
akan tetapi kuman TB juga dapat menyerang organ Tubuh yang lainnya. Tuberkulosis
adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium
Tuberculosis) (Werdhani, 2011).
Usia anak merupakan usia yang sangat rawan terhadap penularan TB. Angka
dan bahaya penularan yang tinggi terdapat pada golongan umur 0-6 tahun dan
golongan 7-14 tahun. Faktor risiko terjadi penularan TB paru anak adalah faktor
genetik, malnutrisi, vaksinasi, kemiskinan dan kepadatan penduduk
(Yulistyaningrum,2010). Namun kejadian TB paru pada anak hampir selalu didapat
dari penularan TB paru orang dewasa. Penelitian menyebutkan bahwa TB paru orang
dewasa dapat menularkan sekitar 65% orang di sekitarnya (Halim,2015).
Proporsi kasus TB paru anak menurut WHO (2013) bahwa pada tahun 2012,
di antara seluruh kasus TB secara global adalah 6%atau 530.000 pasien per tahun.
Dan proporsi kematian akibat TB paru anak adalah 8% (WHO, 2013). Di Indonesia
proporsi TB paru anak dari keseluruhan kasus TB menurun setiap tahunya. Tahun
2010 adalah 9,4%, tahun 2011 adalah 8,5%, tahun 2012 adalah 8,2%, tahun 2013
adalah 7,9% dan tahun 2014 adalah 7,16%. Namun pada tahun 2015 mengalami
peningkatan lagi menjadi 9%.

1.2 Rumusan Masalah


1. Berdasarkan kasus An "A" mengalami penyakit apa?
2. Jelaskan definisi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi/ pathway, pencegahan
dan penatalaksanaannya ( Secara Teori)?
3. Jelaskan hasil uji tuberculin berdasarkan diameternya ( secara teori)?
4. Identifikasi data subyektif dan objektif ( Symptom), etiologi, problem pada
(analisis masalah) berdasarkan teori?
5. Rumuskan diagnosa keperawatan, kriteria hasil, serta intervensinya menggunakan
SDKI, sesuai teori?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui definisi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pencegahan dan
penatalaksanaan pada Tuberkolosis
2. Mengetahui hasil uji tuberculin berdasarkan diameternya
3. Mengetahui data subjektif dan data objektif, etiologi, dan masalah keperawatan
tuberkolosis pada anak
4. Mengetahui asuhan keperawatan yang meliputi : diagnosa keperawatan, kriteria
hasil, dan intervensinya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kasus Diskel 1


Seorang ibu membawa anak nya yang berusia 4 tahun, ke poli anak rumah sakit
jenderal Achmad Yani Cimahi. Dari anamnesa kondisi anak "A" ditemukan data yang
disampaikan oleh ibu nya: Demam sudah 2 Minggu, batuk yang tidak sembuh-
sembuh, sudah pernah berobat dan suka beli obat warung untuk batuk, sebelum sakit
makan nya banyak, sejak sakit anak nya sulit makan, dan berat badan saat ini 12 kg,
sebelum sakit BB anak "A" 14 Kg, berkeringat di malam hari, ibu dan anak "A" satu
rumah dengan kakeknya yang sedang sakit juga, selama ini kakeknya sering ke
puskesmas karena harus makan obat selama 6 bulan, ketika ditanya kakeknya makan
obat apa aja selama ini ibu mengatakan Rifampicin, ada juga yang lainnya tapi ibu
lupa. Dari hasil pemeriksaan fisik: suhu tubuh anak "A" 39 C°, dan pembengkakan
kelenjar getah bening, anak terlihat lemah. Setelah dilakukan anamnesa dan
pemeriksaan fisik dilakukan Test tuberculin ( mantaoux test), dari test tersebut reaksi
kulit akan dibaca dalam waktu 48-72 jam, dan direncanakan foto Rontgen paru
1. Berdasarkan kasus An "A" mengalami penyakit apa?
2. Jelaskan definisi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi/ pathway,
pencegahan dan penatalaksanaannya ( Secara Teori)?
3. Jelaskan hasil uji tuberculin berdasarkan diameternya ( secara teori)?
4. Identifikasi data subyektif dan objektif ( Symptom), etiologi, problem pada
( analisis masalah) berdasarkan teori?
5. Rumuskan diagnosa keperawatan, kriteria hasil, serta intervensinya
menggunakan SDKI, sesuai teori?

2.2 Analisis Masalah


1. Berdasarkan pada kasus An. A mengalami penyakit Tuberkulosis, karena An.A
mengalami gejala gejala pada penyakit tuberkulosis yaitu Demam sudah 2 minggu,
batuk yang tidak sembuh-sembuh, penurunan nafsu makan, penurunan berat badan,
berkeringat dimakan hari, hasil pemeriksaan fisik suhu 39c dna terdapat
pembengkakan kelenjar getah bening, dilakukan test tuberculin dan direncanakan foto
rontgen paru. An A kemungkinan tertular dari kakek nya karena tinggal satu rumah

3
dan kakek nya sedang sakit dan menjalani pengobatan selama 6 bulan dengan obat
salah satunya rifampicin, lama pengobatan dan obat ring api in adalah pengobatan
Tuberkulosis, dan juga karena penyakit TBC ini dapat tertular salah satunya melalui
droplet dan udara. (Nisrina Rahma Aulia 043)

2. Menjelaskan definisi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pencegahan dan


penatalaksanaannya
- Definisi : Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis dan disebut sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA)
(Infodatin Kemenkes RI, 2018) Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius yang
terutama menyerang parenkim paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian
tubuh lainnya, terutama meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Suzanne dan
Brenda, 2001). Tuberculosis (TB) paru adalah suatu penyakit infeksius yang
disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis yang menyerang parenkim paru,
bersifat sistemis sehingga dapat mengenai organ tubuh lain, terutama meningen,
tulang, dan nodus limfe. (Fatimah Rizka Nugraheni 067)

- Etiologi : Tuberkulosis paru atau TBC paru disebabkan oleh


bakteri Mycobacterium tuberculosis yang merupakan basil tahan asam dan
alkohol. M. tuberculosis adalah bakteri yang bersifat aerobik obligat, fakultatif, dan
intraseluler. Kandungan lipid yang tinggi pada dinding
sel M.Tuberculosis menyebabkan bakteri ini dapat resisten terhadap beberapa jenis
antibiotik dan sulit diwarnai dengan pewarnaan Gram atau pewarnaan lainnya.
M.tuberculosis dapat bertahan dalam kondisi asam dan basa yang ekstrem, kondisi
rendah oksigen, dan kondisi intraseluler. Bakteri ini umumnya menginfeksi paru-
paru tetapi dapat juga menginfeksi organ lain, seperti tulang, otak, hati, ginjal, dan
saluran pencernaan. Manusia merupakan satu-satunya host Mycobacterium
tuberculosis. (Farida Noer Lila 160)

- Manifestasi Klinis : Menurut Kemenkes RI (2014), Gejala utama TB Paru adalah


batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk biasanya diikuti gejala
tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas,
nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat pada malam hari
tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari 1 bulan. Menurut (Tabrani Rab

4
2013). Gejala klinis yang tampak tergantung dari tipe infeksinya.Pada tipe infeksi
yang primer dapat tanpa gejala dan sembuh sendiri atau dapat berupa gejala
pneumonia, yakni batuk dan panas ringan. Gejala TB, primer dapat juga terdapat
dalam bentuk pleuritis dengan efusi pleura atau dalam bentuk yang lebih berat lagi,
yakni berupa nyeri pleura dan sesak napas. Tanpa pengobatan tipe infeksi primer
dapat sembuh dengan sendirinya, hanya saja tingkat kesembuhannya 50%. TB
postprimer terdapat gejala penurunan berat badan, keringat dingin pada malam
hari, tempratur subfebris, batuk berdahak lebih dari dua minggu, sesak napas,
hemoptisis akibat dari terlukanya pembuluh darah disekitar bronkus, sehingga
menyebabkan bercak-bercak darah pada sputum, sampai ke batuk darah yang
masif, TB postprimer dapat menyebar ke berbagai organ sehingga menimbulkan
gejala-gejala seperti meningitis, tuberlosismiliar, peritonitisdengan fenoma papan
catur, tuberkulosis ginjal, sendi, dan tuberkulosis pada kelenjar limfe dileher, yakni
berupa skrofuloderma. Menurut Brunner dan Suddarth (2013), Tuberkulosis dapat
mempunyai manifestasi antipikal pada lansia, seperti perilaku tidak biasa dan
perubahan status mental, demam, anoreksia, dan penurunan berat badan. Basil TB
Paru dapat bertahan lebih dari 50 tahun dalam keadaan dorman. (Thania Argita M
156)
- Patofisiologi/Pathway : (Akmal Fathur N 113)

M. Tuberculosis
masuk ke dalam
Bakteri menempel
di

Proliferasi
Menyebar selKGB dan
lewat
epitel sekitar
menimbulkan reaksi

5
Menyebar lewat KGB dan
menimbulkan reaksi
Risiko
Gangguan
Perkembangan

Intolera Reaksi
Reaks
nsi peradang
i
an Defisit
Asam Mua Nutrisi
Peningkat Lesi yang (D.0019)
l,
an Suhu merusak
jaringan

Hiperter
mi
Sekret Produksi Penurunan
susah
Pola Napas Rangsang sekret difusi O2
Gangguan
tidak efektif batuk pertukaran
meningkat gas (D.0003)

Batuk
tidak
Bersihan
efektif
jalan napas
tidak efektif

- Pencegahan : Pemberian vaksin BCG saat bayi sblm usianya 2 bulan. Untuk
pencegahan sesuai kasus bisa dicegah dgn cara mengurangi kontak lansung dengan

6
org yg sedang sakit dan memakai masker saat berada di keramaian. (Maulani
Indah Parwati 074)
- Penatalaksanaannya : Penatalaksanaan tuberkulosis paru atau TBC paru dilakukan
dengan pemberian obat antituberkulosis atau OAT, misalnya isoniazid, rifampisin,
pirazinamid, dan etambutol. Kombinasi obat-obat ini dikonsumsi secara teratur dan
diberikan dalam jangka waktu yang tepat meliputi tahap awal dan tahap lanjutan.
(Raihannisya 126)

3. Hasil pembacaan dan interpretasi Uji Tuberkulin ada tiga. Yang harus dibaca pada Uji
Tuberkulin adalah indurasi. Apabila indurasi berdiameter 0 mm−4 mm maka hasil
pembacaan negatif. Interpretasi hasil pembacaan negatif adalah tidak ada infeksi,
sedang dalam masa inkubasi, ataupun anergi. Jika indurasi mempunyai garis tengah 5
mm−9 mm maka hasil pembacaan positif meragukan. Interpretasi hasil pembacaan
positif meragukan adalah infeksi Mycobacterium atipik, sudah memperoleh imunisasi
BCG, infeksi tuberkulosis alamiah, ataupun kesalahan teknis. Seandainya indurasi
bergaris tengah 10 mm−14 mm ataupun ≥ 15 mm maka hasil pembacaan positif. Jika
indurasi berdiameter 10 mm− 14 mm maka interpretasinya adalah infeksi tuberkulosis
alamiah, sudah mendapatkan vaksinasi BCG, ataupun infeksi Mycobacterium atipik.
Apabila indurasi berdiameter ≥ 15 mm maka interpretasinya adalah sangat mungkin
infeksi tuberkulosis alamiah.9 Selain yang disebutkan di atas, masih ada satu catatan
khusus. Pada keadaan imunokrompromais (penekanan sistem imun) Uji Tuberkulin
Cara Mantoux disebut positif apabila diameter indurasi ≥ 5 mm. Pengaruh vaksinasi
BCG terhadap hasil Uji Tuberkulin Cara Mantoux berkurang secara berangsur-angsur
sampai anak berusia 5 tahun. (Denita Permatasari 124)
(Alyaa Nabillah M 002) Menambahkan :
Faktor yang berhubungan dengan orang yang dilakukan pemeriksaan
- Infeksi virus, bakteri, jamur
- Vaksinasi virus hidup
- Ketidakseimbangan metabolik seperti CRF
- Rendahnya status protein
- Penyakit yang mempengaruhi organ limfoid
- Obat
- Usia
- Stress

7
Faktor yang berhubungan dengan tuberkulin yang digunakan
- Terkontaminasi
Faktor yang berhubungan dengan metode penyuntikan
- Injeksi subcutan
- Penyuntikan yang lambat setelah jarum masuk inradermal
- Tempat injeksi tertutup dengan skin test lain
- Injeksi bersamaan dengan antigen lain
Faktor yang berhubungan dengan pencatatan hasil dan pembacaan
- Pembaca yang tidak handal
- Bias
- Kesalahan dalam membaca

4. Mengidentifikasi data subyektif dan data objektif, etiologi, dan Problem


- Data subyektif : Demam sudah 2 minggu, batuk yang tidak sembuh-sembuh,
sudah pernah berobat dan suka beli obat warung untuk batuk, sebelum sakit
makannya banyak sejak sakit anaknya sulit makan, berat badan turun 2 kg, dan
kakeknya sering ke puskesmas karena harus makan obat selama 6 bulan yaitu
Rifamficin.
Data Objektif : Suhu tubuh anak 39⁰C, pembengkakan kelenjar getah bening,
anak terlihat lemah. (Akmal Fathur N 113)

- Etiologi : Tuberkulosis paru atau TBC paru disebabkan oleh bakteri


Mycobacterium tuberculosis yang merupakan basil tahan asam dan alkohol. M.
tuberculosis adalah bakteri yang bersifat aerobik obligat, fakultatif, dan
intraseluler. Kandungan lipid yang tinggi pada dinding sel M. tuberculosis
menyebabkan bakteri ini dapat resisten terhadap beberapa jenis antibiotik dan
sulit diwarnai dengan pewarnaan Gram atau pewarnaan lainnya. M.tuberculosis
dapat bertahan dalam kondisi asam dan basa yang ekstrem, kondisi rendah
oksigen, dan kondisi intraseluler. Bakteri ini umumnya menginfeksi paru-paru
tetapi dapat juga menginfeksi organ lain, seperti tulang, otak, hati, ginjal, dan
saluran pencernaan. ( Dety Estiana 086)
(Yeni Reskawati 080) Menambahkan etiologi
Penyakit TB paru disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang bisa
menularkan dengan cara penderita penyakit TB paru aktif mengeluarkan

8
organisme. Individu yang rentan menghirup droplet dan bisa terinfeksi. Bakteria
ditransmisikan ke alveoli dan dapat memperbannyak diri. Reaksi inflamasi
menghasilkan eksudat di alveoli dan bronkopneumonia, granuloma, dan jaringan
fibrosa. Ketika pasien TB Paru batuk, bersin, atau berbicara, maka secara tidak
sengaja bisa tertular droplet nurkei dan jatuh ke tanah, lantai atau tempat lainya.
Akibat terkena sinar matahari atau suhu panas, droplet atau nuklei dapat
menguap. Menguapnya droplet bakteri tuberculosis yang terkandung dalam
droplet nuklei terbang ke udara. Jika bakteri terhirup oleh orang sehat maka orang
itu berpotensi terkenan TB Paru.

- Problem/ Masalah keperawatan yang sering muncul pada pasien tuberkolosis


yaitu masalah tentang kebutuhan oksigenasi, kebutuhan nutrisi, dan kebutuhan
lainnya. (Resti Dwi Pratiwi 050)

5. Merumuskan diagnosa keperawatan, kriteria hasil, dan intervensinya


A. Analisa Masalah
No. Data Pathway Masalah Keperawatan

1. DS: M.Tuberculosis Bersihan jalan nafas


- Batuk yang tidak ↓ tidak efektif (D.0001)
sembuh-sembuh Masuk ke paru-paru

Alveoli

Proses peradangan

Produksi sekret berlebih

Sekret sukar di keluarkan

9
2. DS: M.Tuberculosis Hipertermia (D.0130)
- Keluarga klien ↓
mengatakan demam Masuk ke paru-paru
sudah 2 minggu ↓
- Keluarga klien Alveoli
mengatakan berkeringat ↓
dimalam hari Proses peradangan
DO:- ↓
- S: 39⁰C Panas
- Pembengkakan
kelenjar getah bening
3. DS: M.Tuberculosis Intoleransi Aktivitas
- Keluarga klien ↓ (D.0056)
mengatakan sebelum Reaksi Infeksi
sakit makannya banyak ↓
sejak sakit anaknya sulit Reaksi sistemik
makan ↓
D: Lemah
-anak tampak lelah

4. DS: M.Tuberculosis Defisit Nutrisi


- Keluarga mengatakan ↓ D.0019
tidak nafsu makan Peritonium
DO: ↓
- Klien terlihat lemah Asam lambung meningkat
-BB sebelumnya 14kg ↓
-BB sekarang 12kg Mual, muntah

1
5. DS: Mual,Muntah Resiko gangguan
- Keluarga mengatakan ↓ perkembangan (D.0107)
tidak nafsu makan Nutrisi Menurun
DO:
- Klien terlihat lemah
-BB sebelumnya 14kg
-BB sekarang 12kg

6. DS: M.Tuberculosis Pola nafas tidak efektif


↓ (D.0005)
- batuk yang tidak
Proses Imflamasi
sembuh-sembuh

- sudah pernah berobat
Produksi sekret berlebih
dan suka beli obat

warung untuk batuk
Sekret sukar dikeluarkan

7. DS: M.Tuberculosis Gangguan pertukaran


↓ gas (D.0003)
- batuk yang tidak
Infeksi primer pada alveoli
sembuh-sembuh

- sudah pernah berobat
Mengganggu perfusi dan
dan suka beli obat
difusi
warung untuk batuk

Suplai O2 berkurang

B. Diagnosa Keperawatan :
- Bersihan jalan nafas (Jelita Syalamania 109)
- Hipertermi (Jelita Syalamania 109)
- Intoleransi Aktivitas (Jelita Syalamania 109)
- Defisit Nutrisi (Agum Hardian I.P 096)
- Resiko gangguan perkembangan (Nisrina Rahma Aulia 043)
- Pola nafas tidak efektif

1
- Gangguan pertukaran gas

C. Kriteria Hasil dan Intervensi


No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Bersihan jalan Bersihan Jalan Nafas Latihan batuk efektif
nafas b.d proses (L.01001) (I.01006)
infeksi d.d batuk
tidak sembuh- Setelah dilakukan Observasi
sembuh intervensi diharapkan - identifikasi
bersihan jalan nafas kemampuan batuk
meningkat, dengan - monitor adanya
kriteria hasil : tanda gejala
- Batuk efektif infeksi saluran
meningkat napas
- Produksi sputum - Terapeutik
menurun - atur posisi semi
- Frekuensi nafas fowler/fowler
membaik - pasang perlak dan
- Pola nafas membaik bengkok di
(Jelita Syalamania pangkuan pasien
109) - buang sputum
pada tempat
sputum

Edukasi
- jelaskan tujuan
dan prosedur
batuk efektif
- anjurkan tarik
napas dalam lewat
hidung selama 4
detik, ditahan 2

1
detik dan
dikeluarkan lewat
bibir dibulatkan 8
detik
- anjurkan
mengulangi
tarikan dalam
yang ke 3
- anjurkan batuk
dgn kuat langsung
setelah tarikan
ketiga (Akmal
Fathur N 113)

2. Hipetermia b.d Termoregulasi (L.14134) Manajemen


proses penyakit Hipotermia
d.d Suhu tubuh Setelah dilakukannya (I.15506)
39⁰C intervensi, diharapkan
termogulasi pasien Observasi :
membaik dengan kriteria - Identifkasi
hasil : penyebab
- Suhu tubuh membaik hipertermi (mis.
(Fatimah Rizka N 067 dehidrasi terpapar
) lingkungan panas
penggunaan
incubator)
- Monitor suhu
tubuh
- Monitor kadar
elektrolit
- Monitor haluaran
urine

Terapeutik

1
- Sediakan
lingkungan yang
dingin
- Longgarkan atau
lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
- Berikan cairan
oral
- Ganti linen setiap
hari atau lebih
sering jika
mengalami
hiperhidrosis
(keringat
berlebih)
- Lakukan
pendinginan
eksternal (mis.
selimut
hipotermia atau
kompres dingin
pada dahi, leher,
dada,
abdomen,aksila)
- Hindari
pemberian
antipiretik atau
aspirin
- Batasi oksigen,
jika perlu

Edukasi

1
- Anjurkan tirah
baring
- Kolaborasi
- Kolaborasi cairan
dan elektrolit
intravena, jika
perlu. (Denita
Permatasari 124)

3. Intoleransi Toleransi Aktivitas Manajemen Energi


Aktivitas b.d (L.03032) (I.05178)
Kelemahan d.d
Anak terlihat Setelah dilakukan Observasi :
lemah intervensi diharapkan - Identifikasi
toleransi aktivitas gangguan fungsi
meningkat, dengan tubuh yang
kriteria hasil : mengakibatkan
- Saturasi oksigen kelelahan
meningkat - Monitor kelelahan
- Kemudahan dalam fisik dan
melakukan aktivitas emosional
sehari-hari meningkat - Monitor pola dan
- Kecepatan berjalan jam tidur
meningkat - Monitor lokasi
- Jarak berjalan dan
meningkat ketidaknyamanan
- Kekuatan tubuh selama melakukan
bagian atas meningkat aktivitas
- Kekuatan tubuh
bagian bawah Terapeutik :
meningkat - Sediakan
- Toleransi dalam lingkungan
menaiki tangga nyaman dan
meningkat rendah stimulus

1
(Raihannisya 126) (mis. Cahaya,
suara, kunjungan)
- Lakukan latihan
rentang gerak
pasif dan/atau
aktif
- Berikan aktivitas
ditraksi yang
menenangkan
- Fasilitasi duduk di
sisi tempat tidur,
jika tidak dapat
berpindah atau
berjalan

Edukasi :
- Anjurkan tirah
baring
- Anjurkan
melakukan
aktivitas secara
bertahap
- Anjurkan
menghubungi
perawat jika tanda
dan gejala
keluhan tidak
berkurang
- Ajarkan strategi
koping untung
mengurangi
kelelahan

1
Kolaborasi :
- Kolaborasi
dengan ahli gizi
tentang cara
meningkatkan
asupan makanan.
(Alyaa Nabillah
M 002)

4. Defisit Nutrisi b.d Status Nutrisi (L.03030) Manajemen nutrisi


Peningkatan (I.03119)
kebutuhan Setelah dilakukannya
metabolisme d.d asuhan keperawatan, Observasi :
Nafsu makan maka diharapkan status - Identifikasi status
menurun nutrisi klien membaik, nutrisi
dengan kriteria hasil : - Identifikasi alergi
- Porsi makan yang dan intoleransi
dihabiskan meningkat makanan
- Berat badan membaik - Identifikasi
- Nafsu makan makanan yang
membaik (Maulani disukai
Indah Parwati 074) - Identifikasi kalori
dan jenis nutrien
- Identifikasi
perlunya
penggunaan
selang nasogastrik
- Monitor asupan
makanan
- Monitor berat
badan
- Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium

1
Terapeutik
- Lakukan oral
hygiene sebelum
makan, jika perlu
- Fasilitas
menentukan
pedoman diet
(mis. Piramida
makanan)
- Sajikan makanan
secara menarik
dan suhu yang
sesuai
- Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah
konstipasi
- Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
- Berikan suplemen
makanan, jika
perlu
- Hentikan
pemberian makan
melalui selang
nasogastrik jika
asupan oral
- dapat ditoleransi

Edukasi
- Anjurkan posisi

1
duduk, jika
mampu
- Ajarkan diet yang
diprogramkan

Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
medikasi sebelum
makan (mis.
Pereda nyeri,
antlematik), jika
perlu
- Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrien yang
dibutuhkan,jika
perlu. (Resti Dwi
Pratiwi 050)

5. Resiko gangguan Status Perkembangan Promosi


perkembangan b.d (L.10101) perkembangan anak
Infeksi, penyakit (I.10340)
kronis Setelah dilakukan
tindakan keperawatan, Tindakan :
maka diharapkan status - identifikasi
perkembangan klien kebutuhan khusus
meningkat dengan anak dan
Kriteria hasil : kemampuan
- keterampilan/perilaku adaptasi anak
sesuai usia
meningkat Terapeutik

1
- kemampuan - Fasilitas hubungan
melakukan perawatan anak dengan
diri meningkat (Yeni teman sebaya
Reskawati 080) - dukung anak
berinteraksi
dengan anak lain
- dukung anak
mengekspresikan
perasaannya
secara positif
- dukung anak
dalam bermimpi
atau berfantasi
sewajarnya
- dukung partisipasi
anak di sekolah,
ekstrakurikuler
dan aktivitas
komunitas
- berikan mainan
yang sesuai
dengan usia anak
- bernyanyi
bersama anak
lagu-lagu yang
disukai anak
- bacakan
cerita/dongeng
untuk anak
- diskusikan
bersama remaja
tujuan dan
harapannya

2
- sediakan
kesempatan dan
alat-alat untuk
menggambar,
melukis dan
mewarnai
- sediakan mainan
berupa puzzle dan
maze

Edukasi
- jelaskan nama-
nama benda obyek
yang ada
dilingkungan
sekitar
- ajarkan pengasuh
milestones
perkembangan
dan perilaku yang
dibentuk
- ajarkan anak sikap
kooperatif, bukan
kompetisi diantara
anak
- ajarkan anak cara
meminta bantuan
dari anak lain, jika
perlu
- ajarkan teknik
asertif pada anak
dan remaja
- demontrasikan

2
kegiatan yang
meningkatkan
perkembangan
pada pengasuh

Kolaborasi
- rujukan untuk
konseling, jika
perlu (Irna
Risnawati 132)

6. Risiko gangguan Status Pertumbuhan Manajemen nutrisi


pertumbuhan b.d (L.10102) (I.03119)
anak turun 2 kg
Kriteria hasil resiko Observasi :
gangguan pertumbuhan - Identifikasi status
Status pertumbuhan : nutrisi
- Berat badan sesuai - Identifikasi alergi
usia meningkat dan intoleransi
- Panjang/inggi badan makanan
sesuai usia meningkat - Identifikasi
- Kecepatan makanan yang
pertambahan berat disukai
badan meningkat - Identifikasi kalori
- Kecepatan dan jenis nutrien
pertambahan - Identifikasi
panjang/tinggi badan perlunya
meningkat penggunaan
- Indeks massa tubuh selang nasogastrik
meningkat - Monitor asupan
- Asupan nutrisi makanan
meningkat (Nisrina - Monitor berat
Rahma Aulia 043) badan
- Monitor hasil

2
pemeriksaan
laboratorium

Terapeutik
- Lakukan oral
hygiene sebelum
makan, jika perlu
- Fasilitas
menentukan
pedoman diet
(mis. Piramida
makanan)
- Sajikan makanan
secara menarik
dan suhu yang
sesuai
- Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah
konstipasi
- Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
- Berikan suplemen
makanan, jika
perlu
- Hentikan
pemberian makan
melalui selang
nasogastrik jika
asupan oral
- dapat ditoleransi

2
Edukasi
- Anjurkan posisi
duduk, jika
mampu
- Ajarkan diet yang
diprogramkan

Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
medikasi sebelum
makan (mis.
Pereda nyeri,
antlematik), jika
perlu
- Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrien yang
dibutuhkan,jika
perlu (Yeni
Reskawati 080)

6. Pola nafas tidak Pola nafas (L.01004) Manajemen jalan


efektif nafas (I.01011)
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan, Observasi :
maka diharapkan pola - Monitor pola
nafas klien meningkat napas (frekuensi,
dengan Kriteria hasil : kedalaman, usaha
- Frekuensi napas nafas)
membaik - Monitor bunyi
- Kedalaman nafas napas (mis,

2
membaik gurgling, mengi,
wheezing, ronkhi
kering)
- Monitor sputum
(jumlah, aroma,
warna)

Terapeutik :
- Pertahankan
kepatenan jalan
nafas dengan head
lift dan chin lift
- Posisikan semi
fowler atau fowler
- Berikan minum
hangat
- Lakukan
fisioterapi dada,
jika perlu
- Lakukan
penghisapan lendir
kurang dari 15
detik
- Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum
penghisapan
endotrakeal
- Keluarkan
sumbatan benda
padat dengan
forsep Mc gill
- Berikan oksigen,

2
jika perlu
Edukasi :
- Anjurkan asupan
cairan 2000
ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
- Ajarkan teknik
batuk efektif

Kolaborasi :
- Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika
perlu

7. Gangguan Pertukaran Gas (L.01003) Pemantauan respirasi


pertukaran gas (I.01014)
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan, Observasi :
maka diharapkan - Monitor frekuensi,
Pertukaran gas klien irama, kedalaman,
meningkat dengan dan upaya nafas
Kriteria hasil : - Monitor pola
- Pola nafas membaik napas (seperti
bradipnea,
takipnea,
hiperventilasi,
kussmaul, cheyne-
stoke, biot,
ataksik)
- Monitor
kemampuan batuk

2
efektif
- Monitor adanya
produksi sputum
- Monitor adanya
sumbatan jalan
nafas
- Palpasi
kesimetrisan
ekspansi paru
- Auskultasi bunyi
nafas
- Monitor saturasi
oksigen
- Monitor nilai
AGD
- Monitor hasil x-
tray toraks

Terapeutik :
- Atur interval
pemantauan
respirasi sesuai
kondisi pasien
- Dokumentasikan
hasil pemantauan

Edukasi :
- Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu

2
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tuberculosis (TBC) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium Tuberculosis. Kuman ini menyerang pada saluran pernafasan bagian
bawah melalui udara yang dihirup ke dalam paru, kemudian kuman tersebut dapat
menyebar dari paru ke bagian tubuh yang lain melalui sistem peredaran darah, sistem
saluran limfa, saluran pernafasan atau menyebar langsung ke bagian-bagian tubuh
yang lain. Usia anak merupakan usia yang sangat rawan terhadap penularan TB.
Angka dan bahaya penularan yang tinggi terdapat pada golongan umur 0-6 tahun dan
golongan 7-14 tahun. Faktor risiko terjadi penularan TB paru anak adalah faktor
genetik, malnutrisi, vaksinasi, kemiskinan dan kepadatan penduduk. Tes tuberkulin
(Montoux) bertujuan untuk memeriksa kemampuan reaksi hipersensitive tipe lambat,
yang dianggap mencerminkan potensi sistem imun seseorang.

3.2 Saran
Setelah membuat laporan ini diharapkan kami sebagai mahasiswa bisa menambah
wawasan tentang tuberkolosis pada anak dan mampu memperdalam kembali asuhan
keperawatan terkait tuberkolosis pada anak serta pemberian intervensi terkait kasus
tersebut.

2
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Hamdan, Dwi Septian Wijaya. "TUBERKULOSIS PADA ANAK." Jurnal Kesehatan
Masyarakat 1.01 (2021).

Anda mungkin juga menyukai