Anda di halaman 1dari 3

NAMA : SEBDI SIMARMATA

NIM : 2006111255

PRODI : KEHUTANAN

RESUME AGROFORESTRI

“Aspek Ekonomi dan Sosial Budaya dalam Agroforestri”

Agroforestri adalah suatu perpaduan antara usaha pertanian dengan usaha kehutanan. Jelasnya,
mengusahakan tanaman keras yang menghasilkan kayu, buah, getah dan sebagainya di lahan
pertanian; yang biasanya ditanami dengan tanaman penghasil pangan, seperti jagung, umbi-umbian,
sayuran, palawija dan sebagainya. Dipandang dari sudut ekologi dan ekonomi sistem agroforestri
lebih kompleks dari pada sistem monokultur.

Sistem agroforestri, menghasilkan produksi yang beranekaragam dan saling tergantung satu sama
lainnya. Sekurang-kurangnya, satu komponen merupakan tanaman keras berkayu, sehingga
siklusnya selalu lebih dari satu tahun. Sistem agroforestri juga bersifat lokal, karena harus cocok
dengan kondisi-kondisi ekologi, sosial-ekonomi dan kelembagaan setempat. Keadaan ini
menunjukkan bahwa sifat keilmuan dari sistem agroforestri adalah multidisipliner, termasuk antara
lain disiplin-disiplin agronomi dan hortikultura, kehutanan, sosial, ekonomi dan teknologi.

Adapun aspek-aspek yang terdapat dalam Agroforestri yaitu sebagai berikut :

1. Aspek Sosial Budaya

Agroforestri ialah suatu jenis penggunaan lahan dengan mencampurkan tanaman berkayu
(kehutanan) dengan perkebunan, pertanian ataupun peternakan. Agroforestri berperan dalam
menjaga keberlangsungan sumber daya alam di pulau kecil memiliki manfaat untuk aspek ekologis,
ekonomis dan aspek sosial. Sesuai dengan pernyataan Tamrin et al. (2017) bahwa peran agroforestri
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menjamin kesediaan pangan,penyedia fungsi
ekologis dan penstabil ekonomi masyarakat. Sistem agrofororestri merupakan kontribusi utama
terhadap kehidupan masyarakatdalam pendapatan langsung namun dengan modal yang kecil
(Rajagukguk et al., 2018; Wanderi et al., 2019). Hal ini sejalan dengan pernyataan Bukhari &
Febryano, (2010) bahwa sistem ini mampu memberikan hasil yang bermanfaat bagi warga dan di sisi
lain konservasi tanah tetap terjaga.

Faktor-faktor sosial budaya dapat mempengaruhi petani atau masyarakat dalam mengambil
keputusan dalam pengusahaan agroforestri. Sebagai contoh, masyarakat Krui tetap menanam
tanaman lain selain lada meskipun pendapatan terbesar dari repong damar diberikan oleh
komoditas tersebut. Hal ini terjadi karena adanya rasa kebanggaan apabila seseorang dapat
mewariskan repong damar kepada anak cucunya (Suharjito, et al., 2003).

Aspek Sosial Budaya yang ada Dalam Sistem agroforestri yaitu seperti memungkinkan seluruh
anggota keluarga terlibat dalam pengelolaan, kehidupan sosial terbangun indah, budaya. Menurut
Triwanto (2011) dalam pengelolaan hutan mulai disadari bahwa dimensi sosial masyarakat menjadi
titik penting dalam pengelolaan hutan. Dalam perkembangan selanjutnya, konsep pengelolaan hutan
berkelanjutan (sustainable forest management), selain mempertimbangkan kelestarian ekologis dan
ekonomi, juga mensyaratkan terjaminnya fungsi-fungsi sosial masyarakat yang hidup di dalam
dan/atau di sekitar hutan. Oleh karena itu, hutan dikategorikan lestari jika syarat kelayakan ekologis,
ekonomis dan sosial budaya terpenuhi dengan baik di lapangan.

Oleh karena itu, dari aspek sosial, sistem pengelolaan agroforestri tidak hanya meningkatkan status
sosial individu, melainkan juga mampu mempererat ikatan keluarga masyarakat perdesaan sebagai
bagian dari masyarakat adat. Selain itu, terdapat nilai-nilai penting dari agroforestri seperti budaya
gotong royong , sumbangan dari sisi ekonomi, dan juga mencerminkan ciri khas kehidupan
masyarakat negeri yang peduli terhadap lingkungan. Tanaman yang terdapat dalam lahan
agroforestri juga turut berperan penting dalam keperluan rumah misalnya tanaman hutan berupa
kayu makila, kayu halaor , kayu gupasa dan juga sagu. Usaha agroforestri ini bukan hanya berperan
peningkatan kebutuhan ekonomi keluarga tetapi juga bermanfaat untuk keperluan perumahan dan
lingkungan.

2. Aspek Ekonomi

Pengembangan sistem agroforestri membutuhkan pendekatan yang tepat, pendekatan yang


dilakukan yaitu dengan memberikan keterangan yang lengkap termasuk keuntungan dan
kerugiannya pada petani. Berdasarkan pertimbangan aspek sosial, aspek ekonomi dan aspek ekologi
diharapkan para petani dapat memilih sistem apa yang akan diterapkan pada lahannya (Kusmedi dan
Jariyah, 2010).

Landasan dari penerapan agroforestri adalah interaksi biofisik yang positif, hal tersebut akan
menghasilkan interaksi ekonomi yang positif pula. Interaksi biofisik mencerminkan interaksi
ekonomi, apabila output fisik per satuan lahan diubah menjadi nilai uang per satuan biaya faktor
produksi dan pada interaksi ekonomi antar komponen dalam sistem agroforestri bersifat
menguntungkan netral ataupun kompetitif. Sistem agroforestri akan dikatakan menguntungkan
apabila ada interaksi antar komponen baik dari segi biofisik maupun ekonomi.

Pada umumnya interaksi biofisik yang positif akan menghasilkan penurunan biaya input ( Ma’ruf,
2017 ; Hoekstra, 1990).Untuk mendapatkan evaluasi dari perspektif petani dilakukan penerapan
prinsip dasar ekonomi (Hermawati, 2016), yaitu:

1. Tingkat input dapat ditingkatkan, selama biaya marjinal tidak melebihi keuntungan marjinal.

2. Input untuk menghasilkan suatu output tertentu (misalnya kayu) dapat digeser untuk output yang
lain (misalnya tanaman pangan), selama keuntungan total dari berbagai kombinasi tersebut tidak
berkurang.

Berdasarkan evaluasi ekonomi pendekatan, membandingkan antara sistem dengan atau tanpa di
anggap sesuai (Suharjito, et al., 2003). Hal ini dikarenakan:
1. Agroforestri memiliki bertujuan untuk kesinambungan produksi. Oleh karena itu, salah satu
keuntungan yang diperoleh adalah mencegah terjadinya penurunan output dari sistem produksi
masa kini.

2. Salah satu karakteristik agroforestri adalah terjadinya penundaan memperoleh sebagian


keuntungan, sedangkan biaya produksi harus dikeluarkan pada awal pelaksanaan. Oleh karena itu,
analisis jangka pendek menghasilkan taksiran keuntungan yang lebih rendah dari sesungguhnya, dan
hasilnya seolah-olah tidak ekonomis.

Adapun aspek lainnya seperti modal untuk melakukan kegiatan penanaman bebasis
agroforestri,mulai dari pembibitan,modal pembelian pupuk dan lain-lain. Juga dengan adanya sistem
agroforestri ini dapat meningkatkan penghasilan masyarakat,dikarenakan terdapat tanaman jangka
pendek dan jangka panjang.

Anda mungkin juga menyukai