Anda di halaman 1dari 26

PANGKALAN UTAMA TNI AL XIV

RUMKITAL dr. R OETOJO

PANDUAN MEDICATION SAFETY


RUMKITAL dr. R OETOJO

RUMKITAL dr. R OETOJO


SORONG
2019
PANGKALAN UTAMA TNI AL XIV
RUMKITAL dr. R OETOJO

KEPUTUSAN KEPALA RUMKITAL dr. R OETOJO SORONG


Nomor : Kep / / VI / 2019

Tentang
KEBIJAKAN PANDUAN MEDICATION SAFETY
RUMKITAL dr. R OETOJO

KEPALA RUMKITAL dr. R OETOJO


Menimbang : a. Bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
Rumkital dr. R Oetojo.

b. Bahwa agar identifikasi dan pelaporan bila terjadi


kesalahan penggunaan obat di Rumkital dr. R Oetojo
dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya kebijakan
Kepala Rumkital dr. R Oetojo sebagai landasan bagi
penyelenggaraan identifikasi dan pelaporan medication
safety di Rumkital dr. R Oetojo

c. Bahwa untuk maksud tersebut diatas perlu di tetapkan


Surat Keputusan Kepala Rumkital dr. R Oetojo tentang
pedoman pelayanan di Rumkital dr. R Oetojo Sorong

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia No.36 tahun 2009


tentang kesehatan

2. Undang – Undang Republik Indonesia No.44 tahun 2009


tentang Rumah Sakit.

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no 51 tentang


pekerjaan kefarmasian.
4. Permenkes Republik Indonesia No. 58 tahun 2014 tentang
pelayanan kefarmasian.

MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
1. Setiap kesalahan obat yang ditemukan wajib dilaporkan oleh
petugas yang menemukan / terlibat langsung dengan
kejadian tersebut atau atasan langsungnya
2. Laporan dibuat secara tertulis dengan menggunakan format
Laporan Kesalahan Obat yang sudah ditetapkan
3. Tipe kesalahan yang harus dilaporkan :
a. Kejadian Nyaris Cedera (KNC)
b. Kejadian Tidak Cedera (KTC)
c. Kejadian Tidak Diharapkan/KTD/Kejadian Sentinel
4. Kesalahan kategori KTC dan KTD dilaporkan secara tertulis
dengan menggunakan Formulir Laporan Insiden ke Tim
Keselamatan Pasien Rumkital dr. R Oetojo
5. Kesalahan obat kategori KTC dan KTD harus dilaporkan
maksimal 2x24 jam setelah ditemukannya insiden ke
Apoteker penanggung jawab

Ditetapkan di Sorong
Pada Tanggal Juni 2019
Kepala Rumkital dr. R Oetojo

dr. Fransiscus Tanuardus


Letkol Laut (K) NRP. 16020/P
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konsep manajemen pelayanan farmasi saat ini bergerak ke arah manajemen
obat yang aman (medication safety). Hal ini diakibatkan penggunaan obat adalah
salah satu faktor penting dalam terapi tetapi malah menimbulkan kematian.
Penelitian mengenai kejadian medication error telah banyak dilakukan dan
terbukti bahwa medication error dapat terjadi di berbagai tahap dalam proses
penggunaan obat mulai dari peresepan, dispensing oleh farmasi, pemberian kepada
pasien dan penggunaan obat oleh pasien itu sendiri. Angka kejadian prescribing
error bervariasi dari 1,5% sampai 15%. Potensi prescribing error yang berbahaya
bagi pasien berkisar antara 0,4% - 19,6%. Angka kejadian dispensing error juga
bervariasi yaitu 2,1% - 15,2%. Kesalahan dalam pemberian obat kepada pasien oleh
perawat (administration error) yang diteliti di 36 fasilitas kesehatan di AS
menemukan terjadinya kesalahan sebesar 19% dalam penyiapan dan pemberian
obat. Kesalahan yang paling banyak terjadi adalah wrong time, ommission dan
wrong dose, dan 7% dari kesalahan tersebut potensial bermakna secara klinis.
Proses pelayanan obat mulai dari tahap seleksi sampai pemantauan efek dari
obat pada pasien yang menggunakannya harus dilakukan sesuai standar untuk
mengurangi risiko dan kejadian medication error. Untuk itu, perlu dibuat panduan
agar setiap profesi dapat melaksanakan tugasnya sesuai kompetensinya sehingga
mengurangi risiko terjadinya medication error.

B. Pedoman Akreditasi
Rumah sakit mempunyai proses untuk mengidentifikasi dan melaporkan
kesalahan obat dan KNC (near miss). Proses termasuk mendefinisikan suatu
kesalahan obat dan KNC, menggunakan format pelaporan yang distandarisasi dan
mengedukasi staf tentang proses dan pentingnya pelaporan. Definisi dan proses
dikembangkan melalui proses kerjasama yang mengikutsertakan semua yang
terlibat di berbagai langkah dalam manajemen obat. Proses pelaporan adalah
bagian dari program mutu dan program keselamatan pasien rumah sakit. Laporan-
laporan diarahkan kepada seorang petugas atau lebih yang akuntabel untuk
mengambil tindakan. Program ini memusatkan pada pencegahan kesalahan obat
melalui pemahaman jenis kesalahan yang terjadi di rumah sakit dan mengapa terjadi
KNC. Perbaikan dalam proses pengobatan dan pelatihan staf digunakan untuk
mencegah kesalahan di kemudian hari.
Unit farmasi mengambil bagian dalam pelatihan staf yang demikian.
Elemen penilaiannya adalah :
1. Kesalahan obat dan KNC ditetapkan melalui proses kerjasama
2. Kesalahan obat dan KNC dilaporkan tepat waktu menggunakan prosedur baku
3. Mereka yang bertanggungjawab mengambil tindakan untuk pelaporan
diidentifikasi Rumah sakit menggunakan informasi pelaporan kesalahan obat
dan KNC untuk memperbaiki proses penggunaan obat

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan medication safety dalam setiap tahap pelayanan obat.
2. Tujuan Khusus
a. Adanya panduan untuk menjamin keselamatan pasien dalam setiap
tahap manajemen dan penggunaan obat
b. Adanya panduan untuk melaporkan medication error
c. Adanya panduan untuk mengurangi risiko terjadinya medication error
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Definisi
Medication error didefinisikan sebagai setiap kejadian yang dapat
menyebabkan penggunaan obat tidak layak atau membahayakan pasien ketika obat
berada dalam kontrol petugas kesehatan, pasien atau konsumen.

B. Kategori Medication Error


Akibat dari medication error dapat dikelompokkan menjadi sembilan kategori
berdasarkan dampak klinisnya. Kategori tersebut dapat dilihat pada tabel.

Tabel 1. Kategori Dampak Medication Error


Kategori Keterangan
Kategori A Kondisi lingkungan atau kejadian yang berkapasitas
menyebabkan kesalahan
Kategori B Terjadi suatu kesalahan tetapi tidak mencapai pasien
Kategori C Terjadi suatu kesalahan yang mencapai pasien tetapi tidak
menyebabkan bahaya pada pasien
Kategori D Terjadi kesalahan yang mencapai pasien dan
membutuhkan pengawasan untuk mengkonfirmasi apakah
kesalahan tersebut berakibat tidak berbahaya pada pasien
dan apakah memerlukan intervensi untuk menghilangkan
bahaya
Kategori E Terjadi kesalahan yang dapat berkontribusi atau
mengakibatkan bahaya sementara pada pasien dan
membutuhkan intervensi
Kategori F Terjadi suatu kesalahan yang dapat berkontribusi atau
mengakibatkan bahaya pada pasien dan menyebabkan
pasien dirawat inap atau memperpanjang rawat inap
Kategori G Terjadi suatu kesalahan yang dapat berkontribusi atau
mengakibatkan bahaya permanen pada pasien
Kategori H Terjadi suatu kesalahanyangmembutuhkan intervensi untuk
mempertahankan hidup pasien
Kategori I Terjadi suatu kesalahan yang dapat berkontribusi atau
mengakibatkan kematian pasien

C. Jenis-jenis Medication Error


Secara umum, medication error terdiri dari prescribing error, dispensing
error dan administration error. Tipe-tipe medication error dapat dilihat pada
tabel 2.

Tabel 2. Tipe Medication Error secara umum (ASHP, NCCMERP)


Tipe Keterangan
Prescribing Kesalahan pemilihan obat (berdasarkan indikasi,
error (kesalahan kontraindikasi, alergi yang telah diketahui, terapi obat
peresepan) yang sedang berlangsung dan faktor lainnya), dosis,
bentuk sediaan obat, kuantitas, rute, konsentrasi,
kecepatan pemberian atau instruksi untuk penggunaan
obat, penulisan resep yang tidak jelas, dan lain-lain yang
menyebabkan terjadinya kesalahan pemberian obat
kepada pasien.
Omission error Kegagalan memberikan dosis obat kepada pasien sampai
pada jadwal berikutnya
Wrong time Memberikan obat di luar waktu dari interval waktu yang
error telah ditentukan
Unauthorized Memberikan obat yang tidak diinstruksikan oleh dokter
drug error
Wrong patient Memberikan obat kepada pasien yang salah
Improper dose Memberikan dosis obat lebih besar atau lebih kecil
error daripada dosis yang diinstruksikan oleh dokter atau
memberikan dosis duplikasi.
Wrong dosage- Memberikan obat kepada pasien dengan bentuk sediaan
form error obat yang berbeda dengan yang diinstruksikan oleh
dokter.
Wrong drug- Mempersiapkan obat dengan cara yang salah sebelum
preparation diberikan ke pasien
error
Wrong Prosedur atau teknik yang tidak layak atau tidak benar
administration- saat memberikan obat
technique error
Deteriorated Memberikan obat yang telah kadarluarsa atau yang telah
drug error mengalami penurunan integritas fisik atau kimia
Monitoring error Kegagalan untuk memantau kelayakan dan deteksi
problem dari regimen yang diresepkan atau kegagalan
untuk menggunakan data klinis atau laboratorium untuk
asesmen respon pasien terhadap terapi obat yang
diresepkan.
Compliance Sikap pasien yang tidak layak berkaitan dengan ketaatan
error penggunaan obat yang diresepkan

1. Prescribing Error (Kesalahan Resep)


Berdasarkan konsensus di United Kingdom, suatu prescribing error
(kesalahan peresepan) yang bermakna secara klinis terjadi bila akibat
dari keputusan peresepan atau pada proses penulisan resep terjadi suatu
hal yang signifikan dan tidak dimaksudkan berupa
a) Pengurangan kemungkinan pengobatan berjalan sesuai waktu dan
efektif
b) Meningkatkan resiko bahaya bila dibandingkan dengan praktik umum
yang diterima.
Jenis-jenis prescribing error adalah pemilihan obat yang tidak benar
(berdasarkan indikasi, kontraindikasi, alergi yang telah diketahui, terapi
obat yang telah berjalan dan faktor lainnya), dosis, bentuk sediaan obat,
kuantitas, rute, konsentrasi, kecepatan pemberian atau kesalahan
instruksi dari dokter, peresepan yang sulit dibaca yang membawa kepada
kesalahan yang mencapai tahap obat diterima pasien. Beberapa situasi
yang termasuk dalam prescribing errordapat dilihat pada tabel 3.
Tabel3. Situasi-situasi yang Diperhitungkan Sebagai Prescribing Error
1. Kesalahan dalam membuat keputusan
Ketidaklayakan peresepan berkaitan dengan kondisi pasien
Peresepan obat untuk pasien dengan kondisi klinik yang menyertai
di mana obat tersebut kontraindikasi
Peresepan obat untuk pasien dengan alergi yang signifikan secara
klinis dan telah terdokumentasi
Tidak memperhitungkan interaksi obat yang berpotensial signifikan
Peresepan obat dengan dosis yangmenurut BNF atau rekomendasi
data sheet, tidak layak untuk pasien dengan gangguan fungsi ginjal
Peresepan obat dengan dosis lebih rendah daripada yang
direkomendasi untuk kondisi klinis pasien
Peresepan obat dengan indeks terapeutik sempit, dengan dosis
diprediksi dapat mencapai kadar serum secara signifikan di atas
rentang terapeutik yang diinginkan
Menulis resep untuk obat dengan indeks terapeutik sempit, dengan
dosis diprediksi untuk mencapai kadar serum secara signifikan di
bawah rentang terapeutik yang diinginkan
Tidak mengubah dosis mengikuti hasil pemeriksaan kadar serum
steady state yang secara signifikan di luar rentang terapeutik
Meneruskan obat dalam keadaan terjadi adverse drug reaction
secara klinis signifikan
Peresepan 2 obat untuk indikasi yang sama ketika hanya 1 obat
yang diperlukan
Meresepkan obat yang tidak ada indikasinya pada pasien
Masalah farmasetika
Meresepkan obat untuk diberikan secara infus intravena dalam
pelarut yang inkompatibel dengan obat yang diresepkan
Meresepkan obat untuk diinfuskan melalui intravena perifer, dalam
konsentrasi lebih besar dari yang direkomendasikan untuk
pemberian perifer
2. Kesalahan dalam penulisan peresepan
Gagal untuk mengkomunikasikan informasi yang penting
Meresepkan obat, dosis atau rute bukan yang sebenarnya
dimaksudkan
Menulis dengan tidak jelas / tidak terbaca
Menulis nama obat menggunakan singkatan atau nomenklatur yang
tidak terstandarisasi
Menulis instruksi obat yang ambigu
Meresepkan suatu tablet di mana tersedia lebih dari satu kekuatan
obat tersebut
Tidak menuliskan rute pemberian untuk obat yang dapat diberikan
dengan lebih dari satu rute
Meresepkan obat untuk diberikan melalui infus intravena intermitten,
tanpa menspesifikasi durasi penginfusan
Tidak mencantumkan tanda tangan penulis resep
Kesalahan transkripsi
Saat datang ke rumah sakit, secara tidak sengaja tidak meresepkan
obat yang digunakan pasien sebelum ke rumah sakit
Meneruskan kesalahan peresepan dari dokter praktek umum ketika
menulis obat pasien saat datang ke rumah sakit
Menyalin instruksi obat dengan tidak benar ketika menulis ulang di
daftar obat pasien.
Menulis mg ketika mcg yang dimaksudkan
Menulis resep untuk dibawa pulang yang tanpa disengaja berbeda
dengan obat yang diresepkan di daftar obat pasien rawat inap

2. Dispensing Error
Jenis - jenis kesalahan dalam dispensing obat secara spesifik
bergantung pada metode dispensing yang digunakan rumah sakit
tersebut. Masing-masing metode distribusi obat floor stock, semi floor
stock, unit dose, menggunakan mesin otomatis, metode distribusi injeksi
yang telah disiapkan oleh farmasi, dsb mempunyai konsekuensi masing-
masing dari sisi jenis kesalahan dispensing yang dapat terjadi. Secara
umum, kesalahan dalam dispensing obat meliputi:
a. Kesalahan seleksi obat :
- Salah obat
- Salah dosis : salah kekuatan/konsentrasi obat, salah aturan pakai
- Salah bentuk sediaan
- Salah jumlah
- Salah kekuatan/konsentrasi
b. Salah teknik persiapan :
- Meracik
- Mempersiapkan iv admixture
- Rekonstitusi
- Terkontaminasi partikel, bakteri, dll saat persiapan obat injeksi
c. Salah memberikan obat yang rusak dan kadaluarsa.
d. Lain- lain :
- Keterlambatan dispensing
- Salah etiket/label : salah nama pasien, kamar, register, aturan pakai,
dll
- Kesalahan saat proses transportasi
- Kesalahan penyerahan

3. Administration Error
Administration error adalah kesalahan saat memberikan obat
kepada pasien yang dilakukan oleh petugas kesehatan. Jenis-jenis
kesalahan pada tahap pemberian obat dapat dilihat pada tabel.
Tabel 4. Jenis-jenisAdministration Error
Tipe Deskripsi
Ommission Gagal memberikan dosis obat kepada pasien sampai
error jadwal berikutnya
Wrong pasien Memberikan obat pada pasien yang salah
Wrong time Pemberian obat diluar dari interval waktu yang telah
error ditentukan

Anauthorized Pemberian obat kepada pasien tanpa instruksi resmi


error dari dokter
Improper dose Memberikan obat kepada pasien dengan dosis lebih
error besar atau kecil daripada yang diinstruksikan dokter
penulis resep, bisa karena salah kekuatan/konsentrasi
obat atau aturan pakai yang salah
Wrong dosage Pemberian obat kepada pasien dengan bentuk
form error sediaan tidak sesuai dengan instruksi penulis resep
Wrong drug Penyiapan obat dengan cara yang salah sebelum obat
preparation diberikan
error
Wrong Prosedur yang tidak layak atau teknik yang tidak benar
administration- dalam memberikan obat ke pasien termasuk:
technique - salah kecepatan infus
errorg - salah kecepatan injeksi
- salah metode pemberian obat NGT, dll
- salah rute
Deteriorated Memberikan obat yang telah kadaluarsa atau secara
drug error kimia atau fisika integritasnya telah berkurang

4. Compliance Error
Compliance error adalah kesalahan penggunaan obat berkaitan dengan
ketaatan pasien.

5. Monitoring Error
Kegagalan untuk memantau kelayakan dan deteksi problem dari regimen
yang diresepkan atau kegagalan untuk menggunakan data klinis, data
interaksi atau laboratorium untuk asesmen respon pasien terhadap terapi
obat yang diresepkan.
BAB III
TATA LAKSANA

A. IKPMedication Error
Bila terjadi IKPmedication error maka pelaporannya mengikuti alur
pelaporan IKP yang telah ditetapkan oleh rumah sakit dan kemudian
melakukan investigasi untuk menentukan proses yang mengalami kegagalan
dengan menggunakan form yang terlampir

B. PrinsipMedication Safety
1. Peran Apoteker Dalam Mewujudkan Keselamatan Pasien
Penggunaan obat rasional merupakan hal utama dari pelayanan
kefarmasian. Dalam mewujudkan pengobatan rasional, keselamatan
pasien menjadi masalah yang perlu diperhatikan. Dari data-data yang
termuat dalam bab terdahulu disebutkan, sejumlah pasien mengalami
cedera atau mengalami insiden pada saat memperoleh layanan kesehatan
khususnya terkait penggunaan obat yang dikenal dengan medication error.
Di rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan lainnya, kejadian
medication error dapat dicegah jika melibatkan pelayanan farmasi klinik
dari apoteker yang sudah terlatih. Saat ini di negara-negara maju, sudah
ada apoteker dengan spesialisasi khusus menangani medication safety.
Peran Apoteker Keselamatan Pengobatan (Medication Safety Pharmacist)
meliputi :
1.1 Mengelola laporan medication error
1.1.1. Membuat kajian terhadap laporan insiden yang masuk
1.1.2. Mencari akar permasalahan dari error yang terjadi
1.2 Mengidentifikasi pelaksanaan praktek profesi terbaik untuk menjamin
medication safety
1.
1.1.
1.2.1. Menganalisis pelaksanaan praktek yang menyebabkan
medication error
1.2.2. Mengambil langkah proaktif untuk pencegahan
1.2.3. Memfasilitasi perubahan proses dan sistem untuk menurunkan
insiden yang sering terjadi atau berulangnya insiden sejenis
1.3 Mendidik staf dan klinisi terkait lainnya untuk menggalakkan praktek
pengobatan yang aman
1.3.1. Mengembangkan program pendidikan untuk meningkatkan
medication safety dan kepatuhan terhadap aturan/SOP yang
ada
1.4 Berpartisipasi dalam Komite/tim yang berhubungan dengan medication
safety
1.4.1. Komite Keselamatan Pasien RS
1.4.2. Komite terkait lainnya
1.5 Terlibat di dalam pengembangan dan pengkajian kebijakan
penggunaan obat
1.6 Memonitor kepatuhan terhadap standar pelaksanaan Keselamatan
Pasien yang ada

Peran apoteker dalam mewujudkan keselamatan pasien meliputi dua


aspek yaitu aspek manajemen dan aspek klinik. Aspek manajemen meliputi
pemilihan perbekalan farmasi, pengadaan, penerimaan, penyimpanan dan
distribusi, alur pelayanan, sistem pengendalian (misalnya memanfaatkan
IT). Sedangkan, aspek klinik meliputi skrining permintaan obat (resep atau
bebas), penyiapan obat dan obat khusus, penyerahan dan pemberian
informasi obat, konseling, monitoring dan evaluasi. Kegiatan farmasi klinik
sangat diperlukan terutama pada pasien yang menerima pengobatan
dengan risiko tinggi. Keterlibatan apoteker dalam tim pelayanan kesehatan
perlu didukung mengingat keberadaannya melalui kegiatan farmasi klinik
terbukti memiliki konstribusi besar dalam menurunkan insiden/kesalahan.
Apoteker harus berperan di semua tahapan proses yang meliputi :
a. Pemilihan
Pada tahap pemilihan perbekalan farmasi, risiko insiden/error dapat
diturunkan dengan pengendalian jumlah item obat dan penggunaan
obat-obat sesuai formularium.
b. Pengadaan
Pengadaan harus menjamin ketersediaan obat yang aman efektif dan
sesuai peraturan yang berlaku (legalitas) dan diperoleh dari distributor
resmi. Melakukan evaluasi terhadap distributor mengenai transportasi
yang aman, ketepatan waktu, dan ketersediaan obat.
c. Penyimpanan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan untuk menurunkan
kesalahan pengambilan obat dan menjamin mutu obat:
- Simpan obat dengan nama, tampilan dan ucapan mirip (look-
alike,sound-alike medication names) secara terpisah.
- Obat-obat dengan peringatan khusus (high alert drugs) yang dapat
menimbulkan cedera jika terjadi kesalahan pengambilan, simpan di
tempat khusus. Misalnya:
 menyimpan cairan elektrolit pekat seperti KCl inj, heparin,
warfarin, insulin, narkotik opiat, neuromuscular blocking agents,
thrombolitik, dan agonis adrenergik.
 kelompok obat antidiabet jangan disimpan tercampur dengan obat
lain secara alfabetis, tetapi tempatkan secara terpisah
- Simpan obat sesuai dengan persyaratan penyimpanan.
 Menyimpan obat menurut abjad dan bentuk sediaan
 Disesuaikan dengan suhu, kelembaban, dan pengaruh cahaya
- Obat narkotika, psikotropika, prekursor disimpan dalam lemari khusus
terkunci
- Melakukan pemeriksaan berkala untuk penyimpanan obat yang benar
dan kadaluarsa
d. Skrining Resep
Apoteker dapat berperan nyata dalam pencegahan terjadinya
medication error melalui kolaborasi dengan dokter dan pasien.
- Identifikasi pasien minimal dengan dua identitas, misalnya nama dan
nomor rekam medik/ nomor resep,
- Apoteker tidak boleh membuat asumsi pada saat melakukan
interpretasi resep dokter. Untukmengklarifikasi ketidaktepatan atau
ketidakjelasan resep, singkatan, hubungi dokter penulis resep.
- Dapatkan informasi mengenai pasien sebagai petunjuk penting dalam
pengambilan keputusan pemberian obat, seperti:
 Data demografi (umur, berat badan, jenis kelamin) dan data klinis
(alergi, diagnosis dan hamil/menyusui). Contohnya, Apoteker
perlu mengetahui tinggi dan berat badan pasien yang menerima
obat-obat dengan indeks terapi sempit untuk keperluan
perhitungan dosis.
 Hasil pemeriksaan pasien (fungsi organ, hasil laboratorium,
tanda-tanda vital dan parameter lainnya). Contohnya, Apoteker
harus mengetahui data laboratorium yang penting, terutama untuk
obat-obat yang memerlukan penyesuaian dosis dosis (seperti
pada penurunan fungsi ginjal).
- Apoteker harus membuat riwayat/catatan pengobatan pasien.
- Strategi lain untuk mencegah kesalahan obat dapat dilakukan dengan
penggunaan otomatisasi (automatic stop order), sistem komputerisasi
(e-prescribing) dan pencatatan pengobatan pasien seperti sudah
disebutkan diatas.
- Permintaan obat secara lisan hanya dapat dilayani dalam keadaan
emergensi dan itupun harus dilakukan konfirmasi ulang untuk
memastikan obat yang diminta benar, dengan mengaja nama obat
serta memastikan dosisnya. Informasi obat yang penting harus
diberikan kepada petugas yang meminta/menerima obat tersebut.
Petugas yang menerima permintaan harus menulis dengan jelas
instruksi lisan setelah mendapat konfirmasi.

e. Dispensing
- Penyiapan yang aman
 Menjamin proses peracikan yang aman
 Menyediakan lingkungan yang mendukung penyiapan yang aman
 Menyediakan informasi obat mengenai cara penyiapan yang
aman
 Edukasi kepada petugas mengenai penyiapan yang aman
 Peracikan obat dilakukan dengan tepat sesuai dengan SOP.
- Pemberian etiket yang tepat. Etiket harus dibaca minimum tiga kali
yaitu pada saat pengambilan obat dari rak, pada saat mengambil obat
dari wadah, pada saat mengembalikan obat ke rak.
- Dispensing yang aman
 Menjamin obat yang didistribusi dari farmasi adalah obat yang
benar dengan menyediakan serangkaian proses pemeriksaan
dan dilakukan pemeriksaan ulang oleh orang berbeda.
 Pemeriksaan meliputi kelengkapan permintaan, ketepatan etiket,
aturan pakai, pemeriksaan kesesuaian resep terhadap obat,
kesesuaian resep terhadap isi etiket. Mengedukasi petugas agar
dapat memberikan informasi obat kepada petugas bangsal

f. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)


Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan mengenai hal-
hal yang penting tentang obat dan pengobatannya. Hal-hal yang harus
diinformasikan dan didiskusikan pada pasien adalah :
- Pemahaman yang jelas mengenai indikasi penggunaan dan
bagaimana menggunakan obat dengan benar, harapan setelah
menggunakan obat, lama pengobatan, kapan harus kembali ke dokter
- Peringatan yang berkaitan dengan proses pengobatan
- Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang potensial, interaksi obat
dengan obat lain dan makanan harus dijelaskan kepada pasien
- Reaksi obat yang tidak diinginkan (Adverse Drug Reaction – ADR)
yang mengakibatkan cedera pasien, pasien harus mendapat edukasi
mengenai bagaimana cara mengatasi kemungkinan terjadinya ADR
tersebut
- Penyimpanan dan penanganan obat di rumah termasuk mengenali
obat yang sudah rusak atau kadaluarsa.
- Ketika melakukan konseling kepada pasien, apoteker mempunyai
kesempatan untuk menemukan potensi kesalahan yang mungkin
terlewatkan pada proses sebelumnya.

g. Penggunaan Obat
Apoteker harus berperan dalam proses penggunaan obat oleh pasien
rawat inap di rumah sakit dan sarana pelayanaan kesehatan lainnya,
bekerja sama dengan petugas kesehatan lain. Hal yang perlu
diperhatikan adalah
- Tepat pasien
- Tepat indikasi
- Tepat waktu pemberian
- Tepat obat
- Tepat dosis
- Tepat label obat (aturan pakai)
- Tepat rute pemberian

h. Monitoring dan Evaluasi


Apoteker harus melakukan monitoring dan evaluasi untuk mengetahui
efek terapi, mewaspadai efek samping obat, memastikan kepatuhan
pasien. Hasil monitoring dan evaluasi didokumentasikan dan
ditindaklanjuti dengan melakukan perbaikan dan mencegah
pengulangan kesalahan. Seluruh personal yang ada di tempat
pelayanan kefarmasian harus terlibat didalam program keselamatan
pasien khususnya medication safety dan harus secara terus menerus
mengidentifikasi masalah dan mengimplementasikan strategi untuk
meningkatkan keselamatan pasien.
Apoteker juga dapat berpartisipasi dalam proses-proses:
- Peresepan yang aman
 Membuat aturan penulisan resep yang lengkap dan jelas
 Melakukan penilaian kualitas peresepan berdasarkan indikator
peresepan
 Menyebarkan informasi mengenai masalah keamanan dan
efektivitas suatu obat
 Melakukan pembahasan kasus medication error berkaitan dengan
prescription error
- Pemberian obat yang aman
 Persiapan obat di bangsal :
a) Memberi masukan untuk proses persiapan yang akurat dan
dengan teknik yang tepat di bangsal
b) Memberi masukan untuk proses persiapan yang aseptis di
bangsal
c) Mengedukasi petugas untuk penyiapan obat di bangsal
d) Menyediakan informasi obat yang mudah diakses mengenai
persiapan obat
 Pemberian obat :
a) Mengedukasi kepada petugas mengenai pemberian obat
dengan prinsip 6 B, proses verifikasi dan double cek
b) Mengedukasi untuk pemberian obat dengan cara yang benar
c) Menjamin pemberian obat high alert medicine dengan aman
misalnya dengan membuat standar konsentrasi dan
pelarutan, protokol pemberian, SPO double check
d) Menjamin pelaksanaan medication reconciliation untuk obat
pulang dengan aman

2. Faktor Kontribusi Medication Error


Faktor-faktor lain yang berkonstribusi pada medication error antara lain
a. Komunikasi (mis-komunikasi, kegagalan dalam berkomunikasi)
Kegagalan dalam berkomunikasi merupakan sumber utama terjadinya
kesalahan. Institusi pelayanan kesehatan harus menghilangkan
hambatan komunikasi antar petugas kesehatan dan membuat SOP
bagaimana resep/permintaan obat dan informasi obat lainnya
dikomunikasikan. Komunikasi baik antar apoteker maupun dengan
petugas kesehatan lainnya perlu dilakukan dengan jelas untuk
menghindari penafsiran ganda atau ketidaklengkapan informasi. Perlu
dibuat daftar singkatan dan penulisan dosis yang berisiko menimbulkan
kesalahan untuk diwaspadai.
b. Kondisi lingkungan
Untuk menghindari kesalahan yang berkaitan dengan kondisi
lingkungan, area dispensing harus didesain dengan tepat dan sesuai
dengan alur kerja, untuk menurunkan kelelahan dengan pencahayaan
yang cukup dan temperatur yang nyaman. Selain itu, area kerja harus
bersih dan teratur untuk mencegah terjadinya kesalahan. Obat untuk
setiap pasien perlu disiapkan dalam nampan terpisah.
c. Gangguan/interupsi pada saat bekerja
Gangguan/interupsi harus seminimum mungkin dengan mengurangi
interupsi baik langsung maupun melalui telepon.
d. Beban kerja
Rasio antara beban kerja dan SDM yang cukup penting untuk
mengurangi stres dan beban kerja berlebihan sehingga dapat
menurunkan kesalahan.
e. Meskipun edukasi staf merupakan cara yang tidak cukup kuat dalam
menurunkan insiden/kesalahan, tetapi mereka dapat memainkan peran
penting ketika dilibatkan dalam sistem menurunkan insiden/kesalahan.

3. 7 Langkah Keselamatan Pasien dalan Medication Safety


Apoteker di rumah sakit atau sarana pelayanan kesehatan lainnya dapat
menerapkan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Pada Pelayanan
Kefarmasian yang mengacu pada buku Panduan Nasional Keselamatan
Pasien Rumah Sakit (Patient Safety) (diterbitkan oleh Depkes tahun 2006) :
a. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
- Ciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil
- Adanya kebijakan Instalasi Farmasi RS/Sarana Pelayanan Kesehatan
lainnya tentang Keselamatan Pasien yang meliputi kejadian yang tidak
diharapkan (KTD), kejadian nyaris cedera (KNC), Kejadian Sentinel
dan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh apoteker dan tenaga
farmasi, pasien dan keluarga jika terjadi insiden.
- Buat, sosialisasikan penerapan SPO sebagai tindak lanjut setiap
kebijakan
- Buat buku catatan tentang KTD, KNC dan Kejadian Sentinel kemudian
laporkan ke atasan langsung
b. Pimpin dan Dukung Staf Anda
- Bangun komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang keselamatan
pasien di tempat pelayanan (instalasi farmasi/apotek)
- Adanya suatu tim di Instalasi Farmasi/Apotek yang bertanggung jawab
terhadap keselamatan pasien (sesuai dengan kondisi)
- Tunjuk staf Instalasi Farmasi/Apotek yang bisa menjadi penggerak
dan mampu mensosialisasikan program (leader)
- Adakan pelatihan untuk staf dan pastikan pelatihan ini diikuti oleh
seluruh staf dan tempatkan staf sesuai kompetensi
- Staf farmasi harus mendapat edukasi tentang kebijakan dan SPO
yang berkaitan dengan proses dispensing yang akurat, mengenai
nama dan bentuk obat-obat yang membingungkan, obat-obat
formularium/non formularium, obat-obat yang ditanggung
asuransi/non-asuransi, obat-obat baru dan obat-obat yang
memerlukan perhatian khusus. Disamping itu, petugas farmasi harus
mewaspadai dan mencegah medication error yang dapat terjadi.
- Tumbuhkan budaya tidak menyalahkan (no blaming culture) agar staf
berani melaporkan setiap insiden yang terjadi.

c. Integrasikan Aktivitas Pengelolaan Risiko


- Kembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko serta lakukan
identifikasi dan asesmen hal yang potensial bermasalah
- Buat kajian setiap adanya laporan KTD, KNC dan Kejadian Sentinel
- Buat solusi dari insiden tersebut supaya tidak berulang dengan
mengevaluasi SOP yang sudah ada atau mengembangkan SOP bila
diperlukan
d. Kembangkan Sistem Pelaporan
- Pastikan semua staf Instalasi Farmasi/Apotek dengan mudah dapat
melaporkan insiden kepada atasan langsung tanpa rasa takut
- Beri penghargaan pada staf yang melaporkan
e. Libatkan dan Komunikasi Dengan Pasien
- Kembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien
- Pastikan setiap penyerahan obat diikuti dengan pemberian Informasi
yang jelas dan tepat
- Dorong pasien untuk berani bertanya dan mendiskusikan dengan
apoteker tentang obat yang diterima
- Lakukan komunikasi kepada pasien dan keluarga bila ada insiden
serta berikan solusi tentang insiden yang dilaporkan
f. Belajar dan Berbagi Pengalaman Tentang Keselamatan Pasien
- Dorong staf untuk melakukan analisis penyebab masalah
- Lakukan kajian insiden dan sampaikan kepada staf lainnya untuk
menghindari berulangnya insiden
g. Cegah KTD, KNC dan Kejadian Sentinel dengan cara :
- Gunakan informasi dengan benar dan jelas yang diperoleh dari sistem
pelaporan, asesmen risiko, kajian insiden dan audit serta analisis
untuk menentukan solusi
- Buat solusi yang mencakup penjabaran ulang sistem (re-design
system), penyesuaian SOP yang menjamin keselamatan pasien
- Sosialisasikan solusi kepada seluruh staf Instalasi Farmasi/Apotek

BAB IV
DOKUMENTASI

A. Kebijakan Rumah Sakit Tentang Medication Safety


1. Medication Error/kesalahan obat adalah setiap kejadian yang sebenarnya
dapat dicegah yang dapat menyebabkan atau membawa kepada
penggunaan obat yang tidak layak atau membahayakan pasien, ketika
obat berada dalam kontrol petugas kesehatan, pasien atau konsumen.
2. Setiap kesalahan obat yang ditemukan wajib dilaporkan oleh petugas yang
menemukan atau terlibat langsung dengan kejadian tersebut atau kepala
unit/kepala ruang.
3. Laporan dibuat secara tertulis dengan menggunakan alur dan format
Laporan Insiden Keselamatan Pasien yang sudah ditetapkan oleh Panitia
Keselamatan Pasien.
4. Kerangka waktu pelaporan, risk grading, tindak lanjut dan pencegahan
medication error mengikuti aturan pelaporan insiden keselamatan pasien
yang ditetapkan oleh Panitia Keselamatan Pasien.
5. Tipe kesalahan obat (medication error) yang harus dilaporkan adalah
Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC), Kejadian
Tidak Diharapkan (KTD) / Adverse Eventdan Sentinel Event.
6. Indeks medication error untuk kategorisasi error (berdasarkan dampak) no
error, error no harm, error harm.
7. Tipe kesalahan obat (medication error) berdasarkan alur proses
pengobatan adalahunauthorized drug, improper dose/quantity, wrong dose
preparation method, wrong dosage form, wrong patient, omission error,
extra dose, prescribing error, extra dose, prescribing error, wrong
administration technique, wrong time.

B. SPO Pelaporan Medication Error


SPO pelaporan medication error mengikuti pelaporan IKP yang berlaku di
Rumah Sakit Panti Secanti Gisting.

BAB V
PENUTUP
Demikianlah panduan ini disusun sebagai pedoman dalam menjalankan
layanan pasien yang aman, khususnya dalam rangka mencegah medication error.
Panduan ini masih jauh dari sempurna sehingga panduan akanditinjau kembali
setiap 2 sampai 3 tahun sesuai dengan tuntutan layanan danstandar akreditasi.
DAFTAR PUSTAKA

1. American Society of Hospital Pharmacists ASHP Guidelines on Preventing


Medication Errors in Hospitals. Am J Hosp Pharm. 1993; 50:305–14.
2. Aspden, P., Wolcott, J., Bootman, J.L, Cronenwett, L.R.,”Preventing Medication
Errors: Quality Chasm Series”, The National Academies Press, Washington,
DC, 2007
3. B Dean, M Schachter, C Vincent, N Barber, “Prescribing errors in hospital
inpatients: their incidence and clinical significance”, Qual Saf Health Care
2002;11:340–344
4. National Coordinating Council for Medication Error Reporting and Prevention
(NCC MERP), “NCC MERP Taxonomy of Medication Errors” 1998
5. National Coordinating Council for Medication Error Reporting and Prevention
(NCC MERP), “NCC MERP Index for Categorizing Medication Errors”, 2001
6. Tanggung jawab Apoteker Terhadap Keselamatan Pasien, Direktorat Bina
Farmasi Komunitas dan Klinik, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, Kementerian Kesehatan, 2008
LAMPIRAN

1. Formulir Monitoring Efek Samping Obat Nasional


2. Formulir Insiden Keselamatan Pasien Internal
3. SPO Bila Resep Tak Terbaca/Tak Jelas
4. SPO Menghubungi Petugas Bila Tulisan Resep Tak Jelas/Timbul Pertanyaan
5. SPO Independen Double Check Penyiapan Obat oleh Petugas
6. SPO Pencatatan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
7. SPO Penanganan Insiden Keselamatan Pasien
8. SPO Pelaporan Kejadian Nyaris Cedera (KNC)
9. SPO Pelaporan Efek Samping Obat
10. SPO Verifikasi 6 Benar Pemberian Obat
11. SPO Pemberian Obat Kepada Pasien Rawat Inap
12. SPO Penelaahan Ketepatan Pemberian
13. SPO Asuhan Kefarmasian

Anda mungkin juga menyukai