TUGAS AKHIR
Karya Ilmiah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik dari Universitas Mercu Buana
Oleh :
Ganjar Nugraha
0130212-019
The purpose of this writing is to concern the function of using air deflector
on a truck and to discover how massive the effect of using the device against the
coefficient of drag that merged while the truck run 60 km/hour and 100 km/hour.
This analysis is made using the Computational Fluid Dynamics method with
Cosmos FloWork 2004 software.
Base on the simulation, effectivity of using the air deflector is on higher
speed, it means higher the truck’s speed more effective air deflector works. By
using air deflector on the speed of 100 km/hour, it can reduced 27.4 N of drag
force and also reduced coefficient of drag from 0.16 to 0.13 or about 18% against
the truck without using air deflector.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan skripsi saya yang telah saya
buat ini merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata di
kemudian hari penulisan skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan
terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggung jawabkan
sekaligus bersedia menerima sanksi berdasarkan aturan tata tertib di Universitas
Mercu Buana.
Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak
dipaksakan.
Penulis
Ganjar Nugraha
i
LEMBAR PENGESAHAN
DISUSUN OLEH:
NAMA : GANJAR NUGRAHA
NIM : 0130212 – 019
JURUSAN : TEKNIK MESIN
Mengetahui
Pembimbing Koordinator Tugas Akhir
ii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang dengan
rahmat dan hidayahNYA, Alhamdulillah penulis akhirnya dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “ Analisa Coefficient of Drag Pada Penggunaan Air
Deflector Truk Menggunakan CFD “. Pembuatan skripsi ini tentunya tidak
terlepas dari bantuan segala pihak yang nantinya akan teruraikan dalam lembar
ucapan terima kasih.
Selama penulis menempuh pendidikannya di Fakultas Teknologi Industri,
Jurusan Teknik Mesin, sejak semester ke lima penulis telah memikirkan ide untuk
menulis sebuah topik yang akan dituangkan dalam sebuah skripsi. Tentunya tidak
mudah untuk memikirkannya, dengan berbekalkan minat dalam bidang
aerodinamika dan otomotif, penulis terus menggali beberapa ide yang bisa
dikembangkan untuk disusun menjadi skripsi. Seiring dengan berjalannya waktu,
kuliah terus bergulir, pilihan semakin banyak tetapi pengetahuan yang terbatas,
akhirnya penulis memutuskan untuk melakukan simulasi pengujian dengan
bantuan perangkat lunak.
Dengan sedikit kemampuan di bidang CAD-yang saat itu masih
mempelajari AutoCAD-dan dilanjut dengan mempelajari Solid Works yang
terintegrasi didalamnya adalah CosmosXpress, penulis kemudian mendapatkan ide
untuk membuat sebuah simulasi tentang pengujian perangkat aerodinamika.
Memang dirasakan cukup sulit untuk mempelajari sesuatu yang baru tanpa
bantuan dari siapapun dan tanpa mengikuti kursus khusus apapun, tetapi penulis
mencoba bertukar pikiran dengan beberapa rekan yang akhirnya membantu dalam
proses pembelajaran untuk melakukan simulasi yang sederhana ini. Ternyata
dengan menggunakan bantuan perangkat lunak Cosmos FloWork yang telah
banyak digunakan oleh para engineer, simulasi dapat dilakukan.
Demikianlah kata pengantar ini dibuat, dan tentunya penulis sangat
menyadari bahwa skripsi ini masih banyak hal yang kurang sempurna, untuk itu
penulis meminta maaf sedalam-dalamnya. Tetapi walaupun masih terdapat
iii
banyak kekurangan, semoga skripsi ini bisa dijadikan sebagai bahan acuan untuk
melakukan simulasi lainnya yang lebih kompleks dengan menggunakan bantuan
perangkat lunak lainnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Penulis
Ganjar Nugraha
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
Dengan segala kerendahan hati dan rasa keikhlasan yang sangat tinggi,
pertama-tama penulis mengucapkan rasa terima kasih yang setinggi-tingginya
kepada ALLAH SWT. Hanya dengan berkat-Nya maka penulis mendapatkan
rasa kesabaran yang tinggi, kesehatan yang sempurna dan lain sebagainya untuk
dapat menyelesaikan skripsi ini.
Sempat penulis merasa sangat tidak bersemangat untuk membuat skripsi
ini karena masalah-masalah yang dihadapi. Bukan tidak mustahil, apabila skripsi
ini akan gagal di tengah jalan dan gelar kesarjanaan dalam bidang teknik mesin
tidak akan pernah disandang.
Akan tetapi berkat dorongan dari keluarga tercinta, rekan-rekan kuliah di
PKSM Universitas Mercu Buana serta rekan-rekan kerja dan pihak-pihak lain
maka penulis kembali untuk menyelesaikannya. Entah apa yang harus penulis
ucapkan dalam lembaran ini, karena rasanya tidak cukup hanya dengan mengucap
kata TERIMA KASIH maka permasalahan sudah selesai begitu saja. Akan tetapi,
tidak ada salahnya apabila kata tersebut diulang kembali karena makna yang
terkandung didalamnya sangatlah dipenuhi oleh kekuatan magis sehingga rasanya
“orang-orang” tidak akan pernah bosan untuk mendengarnya. Oleh karena itu
izinkan penulis untuk kembali mengucap TERIMA KASIH yang sedalam-
dalamnya dan sebesar-besarnya tersebut kepada:
• Bapak DR. Mardani Ali Sera, M.Eng, selaku pembimbing yang telah
memberikan arahan kepada penulis dan koreksinya untuk setiap bab yang
diajukan.
• Bapak Ir. Yuriadi Kusuma, Msc, Bapak DR. Abdul Hamid, M.Eng,
Bapak R. Ariosuko Dh, Ir, dan Bapak Nanang Ruhyat ST, MT, selaku
para dosen penguji yang telah meluangkan waktunya untuk menguji hasil
skripsi penulis.
• Bapak Erwin Shihab ST, MT, yang telah memberikan ide dan
bimbingan kepada penulis diluar kegiatan kampus.
v
• Dosen-dosen PKSM program studi Teknik Mesin Universitas Mercu
Buana, terima kasih banyak atas ilmu, teori dan segala analisa yang telah
diberikan. Selain itu, penulis juga berterima kasih atas segala tugas-tugas
makalah yang telah diberikan karena dengan tugas-tugas tersebut, walau
kadang penulis mengeluh tetapi pada akhirnya penulis dapat terbuka
wawasannya untuk menyelesaikan suatu karya ilmiah.
• Rekan seperjuangan di angkatan ke-2 mahasiswa Teknik Mesin PKSM
Universitas Mercu Buana, baik yang masih eksis maupun yang telah
berlalu karena seleksi alam, sesama kuli yang juga kuliah.
• Istriku tercinta Mutia Wardini S.Sos, atas dorongan dan dukungan baik
moril maupun spiritual yang tak pernah berakhir hingga akhirnya penulis
dapat memperoleh apa yang telah menjadi impian sebelum kami menikah,
yaitu gelar kesarjaanan.
• Ananda tersayang Daffa’ Fazil Nugraha, putra pertama penulis yang
selalu memberikan obat pelipur lara dikala penulis merasa resah maupun
dikala lelah.
• Rekan-rekan para pecinta dan penggila sepeda di sepedaku.com, batasan
untuk menikmati sepeda hanyalah langit. Bonny Osborne, yang telah
memberikan racun sehat kepada penulis hingga akhirnya penulis mengerti
apa yang sebenarnya ada dibalik hasrat bermain sepeda.
• Serta orang-orang yang telah memberikan dukungan dalam bentuk apapun
selama penulis menjalankan kuliah yang tidak dapat penulis sebutkan satu-
persatu. Tidak ada kata lain selain hanya mengucapkan TERIMA KASIH
BANYAK ATAS SEMUANYA.
• Yang paling terakhir, kedua orang tua penulis, Nyandjang Soetisna dan
A.Atikah yang Alhamdulillah hingga penulis menyelesaikan kuliah
mereka berdua masih terus memberikan do’a-do’anya hingga akhirnya
penulis dapat meraih yang di cita-citakan. Kakak-kakak tercinta, sudah
kubuktikan bahwa salah satu dari keluarga kita ternyata ada yang mampu
meraih gelar sarjana. Adik-adik iparku, terima kasih atas segala
dorongan agar penulis selalu membakar semangatnya untuk
menyelesaikan semua ini. Ibu mertuaku, Hj. Dedeh Siti Suhaerah,
vi
beliau yang selalu memberikan masukan-masukan terbaik untuk meraih
semua ini. Sekali lagi, TERIMA KASIH ATAS SEGALANYA DAN
SEGALANYA………
Ganjar Nugraha
vii
DAFTAR ISI
viii
2.4 Dasar aerodinamika kendaraan komersil …………………………….22
2.4.1 Pengaruh pembulatan sisi bodi ………………………………..22
2.4.2 Pengaruh perbedaan jarak tinggi kabin ke trailer dengan bentuk
kabin yang berbeda ……………………………………………23
2.4.3 Distribusi tekanan pada bodi bagian depan ……………………24
2.5 Air deflector sebagai perangkat untuk menurunkan gaya hambat pada
Truk …………………………………………………………………26
2.6 Yaw angle ……………………………………………………………27
BAB III PERALATAN DAN PROSES PENGUJIAN ………………………..29
3.1 Uraian umum ……………………………………………………….29
3.2 COSMOSFloWorks 2005 …………………………………………30
3.3 Mensimulasikan masalah engineering dengan COSMOSFloWorks ...31
3.4 Proses pengujian ……………………………………………………..31
BAB IV HASIL DAN ANALISA ……………………………………………….39
4.1 Hasil pengujian air deflector …………………………………….......39
4.2 Analis hasil pengujian air deflector …………………………………50
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ……………………………………………..54
5.1 Simpulan ……………………………………………………………54
5.2 Saran …………………………………………………………………54
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………...56
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
x
Gambar 3.9 Langkah 8
Gambar 3.10 Langkah 9
Gambar 3.11 Langkah 10
Gambar 3.12 Langkah 11
Gambar 3.13 Langkah 12
Gambar 4.1 Model truk 1
Gambar 4.2 Model truk 2
Gambar 4.3 Model truk 3
Gambar 4.4 Model truk 4
Gambar 4.5 Pengujian 1
Gambar 4.6 Pengujian 2
Gambar 4.7 Pengujian 3
Gambar 4.8 Pengujian 4
Gambar 4.9 Pengujian 5
Gambar 4.10 Pengujian 6
Gambar 4.11 Pengujian 7
Gambar 4.12 Pengujian 8
Gambar 4.13 Hasil uji
Gambar 4.14 Perubahan drag force
Gambar 4.15 Presentasi perubahan
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR NOTASI
A Luas area m2
CD Koefisien gaya hambat
CL Koefisien gaya angkat
CS Koefisien gaya samping
Di Induced drag
FD Gaya hambat N
FL Gaya angkat N
FS Gaya samping N
M Massa kg
p Tekanan Pa
Re Angka Reynolds
T Temperatur Kelvin
ρ Kerapatan udara kg/m3
µ Viskositas dinamik Ns/m2
υ Viskositas kinematik m2/s
v Kecepatan m/s
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Air Deflector
Arah angin
1
terjadi, antara lain air deflector yang dipasangkan diatas kabin dari truk, gap seal
yang dipasangkan pada celah antara kabin dan trailer dan trialer skirt yang
dipasangkan dibagian bawah trailer. Pada karya tulis ini penulis hanya mengkaji
penggunaan air deflector yang digunakan pada truk.
1.3 Permasalahan
Dengan memperbaiki aliran udara yang melewati antara bagian kepala truk
dengan trailernya dapat memberikan pengaruh yang baik untuk menurunkan gaya
hambat secara keseluruhan. Terdapat beberapa alat yang dapat digunakan untuk
memperbaiki aerodinamika pada sebuah truk, salah satunya adalah dengan
menggunakan air deflector yang dipasangkan di atas kabin truk. Benarkah air
deflector ini mampu menurunkan coefficient of drag?
2
1.4 Batasan Masalah
Dalam penulisan ini, penulis membatasi pembahasan masalah pada analisa
pengaruh dalam menggunakan air deflector pada sebuah truk terhadap drag
reduction dengan menggunakan metode CFD (Computational Fluid Dynamics)
dan bantuan software Cosmos FloWorks 2004.
3
BAB IV HASIL DAN ANALISA
Berisikan rangkuman dari hasil pengujian yang ditampilkan dalam
bentuk gambar dan grafik serta analisisnya yang berkaitan dengan
pengaruh penggunaan air deflector.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Berisi simpulan yang didapat dari pengujian serta analisis yang
telah dilakukan terhadap penggunaan air deflector pada truk dan
kaitannya dengan drag reduction yang ditimbulkan.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Viskositas
Ketika fluida mengisi celah antara dua buah plat paralel dengan luas area
A dengan jarak h, dimana plat bagian bawah adalah merupakan bagian yang tetap,
dan gaya F dibutuhkan untuk memindahkan plat bagian atas dengan kecepatan U.
5
du
τ =µ …(2.1)
dy
du
Tegangan geser τ besarnya sebanding dengan gradien kecepatan .
dy
Faktor konstanta µ adalah propeti dari fluida yang dinamakan viskositas dinamik.
Pada umumnya faktor konstanta itu bergantung pada temperatur.
µ
ν= …(2.2)
ρ
µ = 1.7894 x 10-5 Ns / m2
ν = 1.4607 x 10-5 m2 / s
6
Untuk pipa yang ditunjukan pada gambar 2.2, dimana diameternya yang
mengecil antara bagian 1 dan bagian 2 yang memiliki luas area A1 dan A2 dan
kecepatan yang mengalir adalah ν1 dan ν2 dengan densitasnya adalah ρ1 dan ρ2,
sehingga dapat dinyatakan:
ρ1A1ν1 = ρ2A2ν2
atau,
ρAν = konstan …(2.3)
Aν = kostan …(2.4)
Dari persamaan (2.3) dan (2.4) menyatakan bahwa aliran adalah kontinyu
tanpa ada perubahan, maka kedua persamaan tadi disebut sebagai Persamaan
Kontinyuitas. Yang merupakan pernyataan dari prinsip konservasi massa yang
diaplikasikan kedalam aliran fluida. Dari persamaan (2.3) sudah jelas bahwa
kecepatan akan berbanding terbalik dengan luas area dari pipa. Apabila diameter
pipa mengecil maka kecepatannya akan naik.
7
2.1.3 Boundary Layer
Udara memiliki viskositas, yang mengakibatkan terjadinya gesekan
internal diantara lapisan-lapisan udara meskipun terdapat aliran udara relatif
sehingga konsekuensinya apabila terjadi aliran diantara lapisan-lapisan udara tadi
maka enrginya akan melemah. Ketika udara mengalir diatas sebuah permukaan
maka boundary layer tipis akan terbentuk diantara aliran udara dan permukaan.
⎛ v ⎞
δ ≈ ⎜⎜ ⎟⎟ . x …(2.13)
⎝ V∞ ⎠
8
Gambar 2.4 Boundary layer disepanjang plat tipir datar
Kondisi aliran laminer dari boundary layer stabil terhadap gangguan hanya
untuk beberapa kondisi. Pada jarak x = xtr dari garis transisi, kondisi aliran
turbulen. Transisi antara aliran laimner dan aliran turbulen ditentukan oleh angka
Reynold. Untuk kondisi plat datar, transisi terjadi pada :
V∞ .xtr
Re xtr = = 5.10 5 …(2.14)
v
Tetapi angka ini hanya berlaku pada tekanan yang tidak memiliki gradien
dalam aliran eksternal. Dalam kasus tekanan yang memiliki gradien, tekanan
melemah dalam menuju ke aliran laminer yang stabil dimana dapat menyebabkan
aliran transisi yang dini untuk menuju ke kondisi aliran turbulen dalam boundary
layer.
Kecepatan aliran turbulen mempengaruhi kondisi aliran itu sendiri
sehingga secara terpisah dapat dapat mempengaruhi viskositas dari fluida. Untuk
itu, ketebalan boundary layer sepanjang plat datar meningkat dengan lebih cepat
dari titik transisi dengan :
⎛ v ⎞ 4
δ ≈ ⎜⎜ ⎟⎟ .x 5 …(2.15)
⎝ V∞ ⎠
9
Gambar 2.5 Aliran turbulen Boundary layer
10
Gambar 2.6 Titik separasi
2.656
b. Aliran turbulen untuk 5.10 5 < Re l < 10 7 dengan angka C D =
(Re l )
c. Untuk aliran dengan angka Re l > 10 7 , drag berkembang dengan asimtotik,
0.91
CD =
(log Re l )2.58
11
Beberapa kondisi pada Angka Reynold telah diteliti dan didokumentasikan
oleh para ahli. Kondisi tersebut adalah sebagai berikut :
a. Untuk Re << 1, aliran dalam jeda ini terpelihara asimetri dan pada kedua sisi
tersebut tidak ada separasi aliran. Drag force pada silinder sepenuhnya
disebabkan hambatan deformasi.
b. Untuk 4 ≤ Re ≤ 40, dalam jeda ini aliran terseparasi, menyebabkan dua vortex
yang besar dibelakang silinder. Vortex ini terpelihara menempel pada silinder
sampai Re diatas 40. Aliran masih asimetri terhadap arah aliran. Drag force
bertambah seiring dengan Re, tetapi lift force masih belum ada.
c. Untuk 40 ≤ Re ≤ 150, dalam jeda ini aliran asimetri hampir menghilang
seluruhnya.
d. Untuk 200 ≤ Re ≤ 400, aliran dalam vortex berubah dari laminer menjadi
turbulen. Transisi ini dikenal sebagai daerah transisi Tritton.
e. Untuk 400 ≤ Re ≤ 3.105 , Von Karman Vortex street muncul dengan pola
antisimetri.
f. Untuk 3.105 ≤ Re ≤ 5.105, aliran berubah dengan cepat, aliran dapat berupa
subkritis, kritis transisi dan superkritis. Berhubungan dengan keadaan tersebut
dapat merubah juga drag force dan lift forcenya.
g. Untuk 5.105 ≤ Re ≤ 3.106, aliran seluruhnya pada fase superkritis dan titik
separasi bergerak mundur, lebar wake mengecil dan koefisien gaya hambat
turun drastis. Penurunan gaya hambat ini dikenal dengan “Drag Crisis”.
h. Untuk Re ≥ 3.106 gaya hambat meningkat dari titik terendah pada fase krisis
gaya hambat tetapi masih lebih kecil daripada gaya hambat yang diteliti pada
angka Re yang lebih rendah. Aliran yang terbentuk seluruhnya turbulen.
Fenomena drag crisis tersebut disebabkan oleh karena momentum aliran yang
jauh lebih besar untuk mengatasi gaya geser yang terjadi pada permukaan
dalam kondisi tanpa slip. Gambar dapat memperjelas fenomena tersebut.
12
Gambar 2.8 Efek turbulen pada Boundary layer
Pada gambar terjadi penundaan separasi pada bola yang dijatuhkan ke air
dengan kecepatan 25 ft/sec. Pada gambar sebelah kiri permukaan bola terlihat
halus sedangkan pada gambar sebelah kanan pada permukaan bola terlihat pola
titik-titik pasir pada hidung bola yang disebabkan aliran transisi dari laminer ke
turbulen mulai terbentuk.
13
Gambar 2.9 Titik transisi pada turbulen Boundary layer
14
Gambar 2.10 Gaya dan momen aerodinamik
FD = .ρ .v 2 . A. f (RE ) …(2.17)
1
2
atau:
2
atau:
FD
CD = …(2.17)
1 .ρ .v 2 . A
2
dimana:
CD : koefisien gaya hambat
A : luas frontal area (m2)
ρ : density udara (kg/m3)
v : kecepatan kendaraan (m/s)
vo : kecepatan relative angin terhadap kendaraan (m/s)
15
f(RE) : angka Reynolds
Gaya hambat total terdiri dari beberapa jenis gaya hambat, yaitu:
1. Hambatan bentuk
Bentuk bodi mobil yang kompleks menyebabkan terjadinya
distribusi tekanan disepanjang permukaan bodi mobil tersebut. Selain itu,
telah dijelaskan bahwa sifat dari aliran udara memiliki viskositas maka
timbul tegangan geser di sepanjang permukaan bodi mobil. Dengan
adanya perbedaan tekanan antara bagian depan mobil dengan bagian
belakang mobil dimana tekanan positif bekerja pada bagian depan mobil
dan tekanan negatif bekerja pada bagian belakang mobil sehingga
menyebabkan timbulnya gaya hambat yang bekerja berlawanan dengan
arah gerak mobil.
2. Hambatan pusaran
Karena adanya perbedaan tekanan antara bagian atas mobil dan
bagian bawah mobil, menyebabkan timbulnya gerakan aliran udara dari
permukaan bawah menuju ke permukaan atas mobil yang berupa pusaran
(vortex). Timbulnya vortex pada mobil juga akan menghambat gerak laju
mobil yang disebabkan adanya pengaruh gaya angkat vertikal pada bodi
mobil yang sedang bergerak secara horizontal. Vortex yang terjadi akan
mengubah arah lift yang semula tegak lurus terhadap jalan menjadi miring
ke belakang dengan sudut yang relatif kecil ε. Timbulnya defleksi kearah
belakang dari gaya angkat menyebabkan terjadinya komponen induced
drag dalam arah horizontal.
16
Jadi induced drag adalah gaya hambat aerodinamik yang
ditimbulkan akibat gaya angkat aerodinamik yang mengalami defleksi
dengan adanya aliran pusaran yang terjadi pada bagian belakang mobil,
yang besarnya adalah:
Di = FL . sin ε …(2.18)
3. Hambatan tonjolan
Gaya hambat yang disebabkan oleh adanya tonjolan profil tertentu
pada bagian permukaan bodi mobil seperti kaca spion, pegangan pintu,
antenna dan aksesori lainnya.
4. Hambatan aliran dalam
Gaya hambat oleh aliran udara yang mengalir melalui system
pendingin mesin yaitu radiator.
Pada kenyataannya hanya hambatan bentuk dan hambatan pusar yang
paling besar pengaruhnya terhadap gaya hambat keseluruhan.
Tetapi pada kondisi real, dimana aliran udara memiliki viskositas maka
pada jarak ground clearance yang sangat kecil akan terbentuk boundary layer pada
17
bagian bawah mobil dan boundary layer pada tanah. Boundary layer ini akan
mengadakan interaksi satu sama lain sehingga akan memperlambat kecepatan
aliran tekanan yang dihasilkan akan semakin besar.
Pada mobil, kecepatan aliran udara pada bagian bawah juga dipengaruhi
oleh profil mesin bagian bawah dan kekasaran permukaan. Adanya berbagai
tonjolan profil mesin pada bagian bawah akan menyebabkan separasi aliran
sehingga kecepatan aliran rendah dan tekanan semakin besar.
Perbedaan bentuk antara permukaan atas dan permukaan bawah mobil
menyebabkan kecepatan aliran udara pada bagian atas mobil lebih cepat daripada
bagian bawah mobil, sehingga tekanan pada permukaan atas mobil menjadi lebih
rendah daripada permukaan bagian bawah mobil.
Oleh karena hal tersebut, tekanan yang bekarja pada bagian bawah mobil
secara umum lebih besar dari tekanan yang bekerja pada bagian atas mobil,
sehingga menimbulkan gaya angkat yang biasa disebut dengan lift karena adanya
desakan aliran udara dari permukaan bawah ke permukaan atas kendaraan.
Pada mulanya aspek gaya angkat ini tidak terlalu diperhatikan karena
kecepatan kendaraan tidak menimbulkan gaya angkat yang cukup berarti, tetapi
dengan kemajuan teknologi yang berkembang pesat dimana kecepatan kendaraan
yang semakin tinggi dapat menimbulkan masalah dalam hal stabilitas dan respon
kendaraan. Semakin cepat kendaraan melaju, maka akan semakin sulit
dikendalikan. Salah satu cara untuk mengendalikan stabilitas dan respon
kendaraan adalah dengan memperkecil gaya angkat yang ditimbulkan.
Besarnya gaya angkat ini memiliki formulasi :
18
1
FL = .C L .ρ .Va 2 . A f …(2.19)
2
1
FS = .C S .ρ .Va 2 . A f …(2.20)
2
dimana:
CD : koefisien gaya hambat
CL : koefisien gaya angkat
CS : koefisien gaya samping
Af : luas frontal area (m2)
ρ : density udara (kg/m3)
Va : kecepatan relative angin terhadap kendaraan (m/s)
Daerah frontal (Af) adalah luasan penampang melintang bodi kendaraan yang
besarnya adalah:
A f ≈ 0.81.l.h …(2.21)
19
2.3 Stabilitas kendaraan bergerak
Dinamika sebuah kendaraan dibedakan menjadi sub-dinamika dan didalam
sub-dinamika tersebut terdapat beberapa pendekatan.
20
Gambar 2.14 Jenis sub-dinamika stabilitas
21
2.4 Dasar aerodinamika kendaraan komersil.
2.4.1 Pengaruh pembulatan sisi-sisi bodi
Pengurangan gaya hambat aerodinamika untuk kendaraan-kendaraan
komersil seperti truk dan bus dapat dilakukan dengan membulatkan bagian bodi
depannya seperti terlihat pada gambar 2.9.
(c). Bis dengan permukaan sudut yang dibulatkan dan permukaan depan miring
Koefisien gaya hambat yang terjadi secara progressif akan menurun ketika
bentuk sudut-sudutnya diperbulat hingga 120mm, namun penurunannya menjadi
lebih sedikit ketika pembulatan diperbesar lagi seperti terlihat pada grafik.
22
Gambar 2.16 Pengaruh pembulatan pada sudut bodi bis
23
(a). Sudut diatas kaca kabin yang tajam
24
(a). Kabin tanpa air deflector
Seperti terlihat pada gambar 2.18(a), sebuah area distribusi tekanan udara
positif (diatas tekanan atmosfir) menyebar pada area depan dari trailer dengan
intensitas maksimum (area stagnan) terjadi tepat sedikit diatas kabin, sedang
kondisi yang sebaliknya yaitu area distribusi tekanan udara negatif (dibawah
tekanan atmosfir) terjadi dibagin depan dari atap trailer yang diakibatkan aliran
udara separasi yang menyebabkan turbulen terjadi disana.
Dengan memasangkan sebuah air deflector pada bagian atas kabin seperti
pada gambar 2.11(b) maka pola aliran udara akan diarahkan langsung ke bagian
atas dari trailer. Sehingga hanya sedikit terjadi aliran separasi pada bagian depan
25
dari trailer. Konsekuensinya, maka aliran udara akan bergerak langsung dari air
deflector langsung menuju bagian atas trailer akibatnya tekanan udara pada celah
antara kabin dengan trailer akan menurun, tekanan negatif ini akan lebih banyak
diberikan oleh bagian vertikal dari bagian depan trailer sehingga area bagian atas
dari trailer akan menurunkan jumlah hambatan yang dihasilkan oleh bagian
frontal dari trailernya.
2.5 Air deflector sebagai perangkat untuk menurunkan gaya hambat pada
truk
Untuk mengurangi gaya hambat yang timbul akibat dari perbadaan tinggi
antara kabin dan trailer sebuah truk, biasanya air deflector banyak digunakan.
Perangkat ini mencegah aliran udara di atas kabin dari truk untuk mengalir
membentuk aliran yang menimbulkan gaya hambat akibat dari terdapatnya beda
tinggi tersebut seperti pada gambar 2.12(a).
(a). Terdapat beda tinggi pada kabin (b). Dihubungkan dengan air deflector
Gambar 2.19 Aliran udara antara kabin dan trailer
Aliran udara akan diarahkan oleh deflector secara langsung melewati celah
antara kabin dan trailer sehingga akan terus mengalir secara halus diatas atap
trailer seperti pada gambar 2.19(b).
Air deflector ini memiliki keuntungan untuk mengurangi gaya hambat
yang ditimbulkan oleh aliran udara yang mengalir langsung dari arah depan, tetapi
kemampuannya akan sedikit berkurang ketika terjadi aliran udara dari arah
samping. Perbaikan dapat dilakukan untuk mencegah aliran udara mengalir
dibawah deflector akibat aliran udara yang datang dari samping dengan membuat
26
dinding samping pada deflector, hal ini didapat dengan membuat air deflector dari
fiber glass atau plastik yang dicetak seperti pada gambar.
27
Gambar 2.21 Sudut yawing
28
BAB III
PERALATAN DAN PROSES PENGUJIAN
29
maupun fisika, misalnya pada keakuratan hasil yang didapat secara matematika
maupun kecukupan dari penggunaan model matematika terhadap proses fisika
yang benar, yang divalidasi dengan membandingkan komputerisasi dengan data
eksperimen yang tersedia.
Pada pendekatan yang ketiga, apabila dengan alasan menggabungkan
eksperimen dan komputerisasi, dengan menggunakan segala keuntungan dan
meninggalkan segala kekurangan yang dimiliki pada keduanya. Masalah
engineering yang rumit biasanya lebih mudah diselesaikan dengan proses seperti
ini. Sebuah kode komputerisasi dapat divalidasi terhadap data eksperimen yang
tersedia sehingga akan mempercepat proses pemilihan untuk perancangan objek
yang optimal dan model operasi yang optimal pula.
30
3.3 Mensimulasikan masalah engineering dengan COSMOSFloWorks
1. Setelah model yang akan diuji kita buat dengan menggunakan SolidWorks,
lalu dibuatkan pula tunnel untuk melakukan simulasi dan menentukan inlet
dan outletnya.
31
Gambar 3.1 Model truk
32
4. Didalam kotak dialog Unit, kita tentukan satuan yang kita inginkan baik
untuk input maupun untuk output (hasil). Dalam proyek ini satuannya
menggunakan SI.
Lalu klik Next
5. Didalam kotak dialog Fluid type dan physical features kita dapat
menentukan jenis fluida yang akan kita gunakan baik itu liquid maupun
gas dalam pengujian, juga kita dapat menambahkan karakteristik fluidanya
yang lebih spesifik. Pada pengujian ini menggunakan fluida jenis gas
karena yang kita gunakan adalah udara dan tidak menambahkan
karakteristik lainnya.
Lalu klik Next
33
6. Didalam kotak dialog Analysis Type, pilih jenis analisa alirannya adalah
Internal type.
Lalu klik Next.
8. Pada kotak dialog Selecting Fluid Subtance, kita dapat memilih jenis
fluida yang akan digunakan untuk melakukan analisa aliran. Untuk
pengujian kali ini fluida yang digunakan adalah udara, maka drag Air dari
list Database of Fluid dan tempatkan di list Selected Fluid.
34
Lalu klik Next.
9. Karena dalam analisa saat kita tidak menentukan nilai perpindahan panas,
maka pada kotak dialog Default Wall Conditions pilih Adiabatic wall
sebagai kondisi Default.
Lalu klik Next.
10. Untuk pengujian Internal, pada Initial and Ambient Conditions akan
menanyakan spesifikasi kondisi disekitar aliran. Untuk pengujian kali ini,
semua kondisi thermodinamika, kecepatan dan parameter turbulensi
adalah pada kondisi Default.
Lalu klik Next.
35
Gambar 3.9 Langkah 8
11. Didalam kotak dialog Result Resolution and Geometry Resolution kita
pilih pada kondisi Default.
Lalu klik Next.
12. Lalu pada kotak Summary kita akan melihat seluruh parameter yang telah
kita tentukan untuk menjalankan analisa ini. Maka proyek akan
dipersiapkan.
Lalu klik Finish.
36
Gambar 3.11 Langkah 10
13. Lalu klik FloWorks, Solve, Batch Run. Klik kotak Run dan Shutdown
monitor sehingga apabila kalkulasi telah selesai maka Solver monitor akan
secara otomatis menutup.
Lalu klik Run.
37
Gambar 3.13 Langkah 12
16. Didalam list Available klik Add all. Lalu klik OK, maka excel workbook
akan dibuat dengan judul Goal1, maka seluruh nilai akan terlihat.
38
BAB IV
HASIL DAN ANALISA
39
b. Truk dengan semi-full air deflector.
40
d. Truk dengan modified air deflector.
Keempat jenis air deflector tersebut diuji pada kecepatan 60 km/jam dan
100 km/jam, yang dimaksud untuk mendapatkan efektivitas penggunaan dari air
deflector.
41
1. Pengujian model truk 1
a. Dengan menggunakan kecepatan 60 km/jam.
Hasil :
Tabel 4.1 Hasil pengujian 1
Un Averaged Minimum Maximum
Goal Name it Value Value Value Value
SG X - Component of 5.327279
Force1 [N] 039 5.3208 5.26737 5.36518
42
b. Dengan menggunakan kecepatan 100 km/jam.
Hasil :
Tabel 4.2 Hasil pengujian 2
Un Averaged Minimum Maximum
Goal Name it Value Value Value Value
SG X - Component of 15.52504
Force1 [N] 675 15.5114 15.2597 15.6083
43
2. Pengujian model truk 2
a. Dengan menggunakan kecepatan 60 km/jam
Hasil :
Tabel 4.3 Hasil pengujian 3
Un Averaged Minimum Maximum
Goal Name it Value Value Value Value
SG X - Component of 4.450925
Force1 [N] 865 4.45478 4.44605 4.51455
44
b. Dengan menggunakan kecepatan 100 km/jam
Hasil :
Tabel 4.4 Hasil pengujian 4
Un Averaged Minimum Maximum
Goal Name it Value Value Value Value
SG X - Component of 14.56891
Force1 [N] 936 14.5391 14.2628 14.633
45
3. Pengujian model truk 3
a. Dengan menggunakan kecepatan 60 km/jam
Hasil :
Tabel 4.5 Hasil pengujian 5
Un Averaged Minimum Maximum
Goal Name it Value Value Value Value
SG X - Component of 4.28624
Force1 [N] 343 4.30741 4.28624 4.39293
46
b. Dengan menggunakan kecepatan 100 km/jam
Hasil :
Tabel 4.6 Hasil pengujian 6
Un Averaged Minimum Maximum
Goal Name it Value Value Value Value
SG X - Component of 13.08869
Force1 [N] 877 13.065 13.0424 13.0887
47
4. Pengujian model truk 4
a. Dengan menggunakan kecepatan 60 km/jam
Hasil :
Tabel 4.7 Hasil pengujian 7
Un Averaged Minimum Maximum
Goal Name it Value Value Value Value
SG X - Component of 4.577877
Force1 [N] 909 4.61074 4.53215 4.66056
48
b. Dengan menggunakan kecepatan 100 km/jam
Hasil :
Tabel 4.8 Hasil pengujian 8
Un Averaged Minimum Maximum
Goal Name it Value Value Value Value
SG X - Component of 12.78747
Force1 [N] 822 12.761 12.6587 12.8056
49
4.2 Analisa hasil pengujian air deflector
Untuk seluruh nilai drag force dari pengujian tersebut haruslah dikalikan
dengan 10 karena dimensi untuk model menggunakan skala 1:10.
FD
CD =
1 .ρ .Va 2 . A f
2
Dimana:
FD : drag force
Va : kecepatan relative angin terhadap kendaraan (m/s)
2
Af : luas frontal area (m )
Ρ : density udara (kg/m3)
50
Tabel 4.11 Nilai Coeficient of Drag pada kecepatan 60 km/jam
51
Gambar 4.13 Hasil uji
52
Gambar 4.15 Presentasi perubahan
53
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Penggunaan perangkat air deflector memberikan pengaruh yang cukup
baik terhadap pengurangan gaya hambat yang timbul pada kendaraan besar untuk
jenis truk yang memiliki luas permukaan frontalnya cukup besar. Pengurangan
gaya hambat ini jelas akan memberikan pengaruh pada kestabilan pengendaraan
dan penggunaan bahan bakar walaupun didalam kajian ini penulis tidak
melakukan pengujian terhadap penggunaan bahan bakar.
Dengan melakukan dua percobaan untuk setiap model truk, yaitu untuk
kecepatan 60 km/jam dan 100 km/jam, pada hasil pengujiannya dapat dilihat
perbedaan yang besar untuk pengurangan gaya hambat yang ditimbulkan oleh
penggunaan perangkat air deflector. Sehingga jelaslah bahwa efektifitas dari
penggunaan air deflector ini adalah pada kecepatan yang lebih tinggi dalam artian
semakin tinggi kecepatan kendaraannya melaju maka efektifitas penggunaan dari
air deflector pun meningkat. Dihasilkan perbaikan apabila menggunakan air
deflector jenis ketiga pada kecepatan 100 km/jam adalah pengurangan gaya
hambat sebesar 27.4 N dan perubahan angka koefisien gaya hambat dari 0.16
menjadi 0.13 atau sebesar 18% jika dibandingkan dengan truk yang tidak
menggunakan air deflector.
Semoga seluruh kajian ini mampu memberikan gambaran bagi pembaca
tentang fungsi dari air deflector sebagai salah satu perangkat aerodinamika untuk
kendaraan jenis truk.
5.2 Saran
Bentuk dari air deflector ini masih dapat disesuaikan untuk mendapat
efektifitas yang lebih baik, diharapkan pembaca yang berminat mengembangkan
kajian ini mampu mendapatkan bentuk yang lebih baik lagi.
54
Dan hasil uji dari penggunaan air deflector ini masih sangat dinamis,
masih banyak kemungkinan yang dapat diujikan terhadap penggunaan air
deflector tersebut. Pengujian yang telah dilakukan oleh penulis menggunakan arah
angin yang sejajar dengan arah kendaraan yaitu dari arah depan, pengujian masih
dapat dikembangkan lagi dengan melakukan pengujian dengan arah angin dari
samping terhadap koefisien gaya hambat. Juga besarnya gaya hambat yang
ditimbulkan dalam pengujian ini masih dapat dikorelasikan dengan konsumsi
bahan bakar, sehingga dapat diketahui efektifitas penggunaan perangkat air
deflector tersebut terhadap konsumsi bahan bakar.
55
DAFTAR PUSTAKA
56