Anda di halaman 1dari 7

NAMA : NI PUTU NIA KHARISMA DEWI

ABSEN : 07

KELAS : EMI 209E (C4)

1. Ruang lingkup Ekonomi Moneter


a. Mempelajari ekonomi moneter dapatlah diketahui secara mendalam tentang
bagaimana, mekanisme penciptaan uang, tingkat buga, pasar uang, system dan
kebijaksanaan moneter, dan pembayaran internasional.
b. Mampu menganalisis beberapa phenomena oneter dalam kaitannya dengan efek
kebijaksanaan moneter terhadap kegiatan ekonomi.
c. Mengetahui tentang beberapa Lembaga serta konsep yang berkaitan dengan uang,
bank, dan kegiatan ekonomi yang dijumpai/dihadapi sehari-hari.
2. Dalam pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan uang Rupiah, Bank Indonesia melakukan
pencetakan Rupiah sesuai kebutuhan masyarakat. Bank Indonesia senantiasa memastikan
kebutuhan uang tunai masyarakat dapat tersedia dalam jumlah yang cukup, jenis pecahan
yang sesuai, tepat waktu, dan dalam kondisi layak edar. Sebagai bagian dari siklus
pengelolaan uang, Bank Indonesia secara rutin melakukan penarikan uang yang tidak
layak edar di masyarakat dan menggantikannya dengan uang dalam kondisi layak edar
atau yang baru dicetak. Demikian pula, uang Rupiah Tahun Emisi 2016 dicetak dan
diedarkan untuk menggantikan uang tidak layak edar yang ditarik, sehingga tidak
menambah jumlah uang yang beredar di masyarakat. Dengan siklus tersebut, jumlah uang
yang beredar di masyarakat tetap terjaga sesuai kebutuhan.
Dengan monitoring yang ketat, Bank Indonesia memastikan bahwa jumlah uang yang
ditarik dan dimusnahkan dari waktu ke waktu tidak pernah lebih dari yang dicetak dan
diedarkan ke masyarakat. Dengan demikian, tidak terdapat tambahan pencetakan dan
pengedaran uang dari jumlah yang ditetapkan Bank Indonesia. Bank Indonesia meyakini
bahwa Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang melakukan pengedaran
dan penarikan uang Rupiah. Pemusnahan uang diatur dalam Undang-Undang No. 7
Tahun 2011 tentang Mata Uang, dan setiap tahunnya tercatat dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia.
Sesuai Undang-Undang No. 7 Tahun 2011, pencetakan Rupiah dilakukan oleh Bank
Indonesia, dengan menunjuk badan usaha milik negara, yaitu Perum Peruri, sebagai
pelaksana Pencetakan Rupiah. Bank Indonesia menegaskan bahwa pencetakan uang
Rupiah Tahun Emisi 2016 dilakukan seluruhnya oleh Perum Peruri. Dalam proses
pencetakan, Bank Indonesia menyerahkan bahan uang kepada Perum Peruri dalam
jumlah tertentu. Perum Peruri kemudian melaksanakan pencetakan uang dan
menyerahkannya kembali ke Bank Indonesia, dengan jumlah sesuai dengan bahan uang
yang diserahkan oleh Bank Indonesia. Dalam proses ini, dilaksanakan pula
verifikasi/penghitungan ulang oleh Bank Indonesia.
Pengelolaan uang Rupiah dilaporkan Bank Indonesia secara periodik setiap 3 (tiga) bulan
kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Selain itu, untuk menjamin
akuntabilitas pelaksanaan pencetakan, pengeluaran, dan pemusnahan Rupiah, Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) melakukan audit secara berkala
terhadap Bank Indonesia. Pelaksanaan audit oleh BPK-RI dilakukan 2 (dua) kali dalam
setahun, terdiri dari audit umum dan audit terkait pengelolaan uang.

3. A. Teori klasik
Teori klasik adalah teori yang mengenai penawaran dan permintaan uang serta
interaksi antara keduannya. Pada teori ini fokusnya adalah hubungan antara penawaran
uang dengan jumlah uang yang beredar dengan nilai uang atau tingkat harga. Hubungan
kedua variabel dijabarkan melalui konsep teori mengenai permintaan uang. Perubahan
jumlah uang yang beredar atau penawaran uang berinteraksi dengan permintaan uang
yang selanjutnya akan menentukan nilai uang. Pandangan klasik mengenai faktor yang
menentukan permintaan uang dapat dijelaskan dengan menggunakan teori kuantitas
(quantity theory) dan teori sisa tunai (cash-balance theory). Dikembangkan oleh para
ekonom klasik pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, teori kuantitas/ jumlah uang adalah
suatu teori mengenai bagaimana nilai nominal dan pendapatan agregat ditentukan. Fitur
yang paling penting dalam teori ini menjelaskan bahwa suku bunga tidak mempunyai
pengaruh terhadap permintaan atas uang (Mishkin, 2008: 186). Irving Fisher membahas
keterkaitan antara jumlah total uang yang beredar (M) dan total pengeluaran dari barang
dan jasa akhir yang diproduksi oleh perekonomian (p x Y), dimana p adalah tingkat harga
dan Y adalah output agregat (pendapatan). Konsep yang memfasilitasi keterkaitan antara
M dan p x Y disebut sebagai percepatan uang (velocity of money), yaitu rata-rata jumlah
perputaran dari satu unit mata uang yang digunakan untuk membeli total barang dan jasa
yang diproduksikan dalam sebuah perekonomian.

B. Teori Keynes

Teori permintaan uang menurut Keynes dikenal dengan teori Liquidity of Preference
yang menjelaskan perilaku masyarakat dalam memegang uang. Menurut Keynes, permintaan
uang untuk transaksi yang dipengaruhi oleh besarnya pendapatan nasional merupakan hal yang
tidak bisa dibantah. Semakin tinggi kegiatan transaksi ekonomi, maka akan semakin tinggi
permintaan uang untuk kebutuhan transaksi. Dalam buku Ekonomi Moneter (2008) karya
Imamudin Yuliadi, dijelaskan bahwa menurut Keynes, kebutuhan uang tidak hanya untuk
sesuatu yang sifatnya normal dan reguler seperti halnya kebutuhan uang untuk transaksi. Tetapi,
kebutuhan uang juga untuk sesuatu di luar perencanaan sebelumnya, seperti kebutuhan untuk
membeli obat ketika sakit, kebutuhan membeli peralatan produksi ketika mengalami kerusakan,
dan lain-lain. Artinya, seseorang perlu menyediakan uang khusus untuk berjaga-jaga dan
mengantisipasi seandainya terjadi sesuatu di luar apa yang direncanakan. Besarnya kebutuhan
uang untuk berjaga-jaga dipengaruhi langsung oleh besarnya tingkat pendapatan nasional.

Dalam buku Principles of Money, Banking, & Financial Markets (2013) karya Lawrence
S. Ritter, William L. Silber, dan Gregory F. Udell, dijelaskan beberapa ide teori permintaan uang
Keynes pada pasar uang, yaitu: Ada tiga motif masyarakat dalam memegang uang, yaitu untuk
transaksi, berjaga-jaga, dan spekulasi. Jumlah uang yang beredar ditetapkan oleh pemerintah atau
otoritas moneter. Keseimbangan di pasar uang dipengaruhi oleh besarnya pendapatan nasional
dan tingkat bunga. Berbeda dengan kaum klasik yang beranggapan bahwa perubahan jumlah
uang beredar tidak akan berpengaruh terhadap output nasional.

4. Secara garis besar, uang bisa diartikan sebagai sebuah alat tukar yang berlaku dan bisa
diterima oleh umum. Uang atau alat tukar ini sendiri bisa berbentuk benda atau yang lain
dengan syarat diterima oleh masyarakat dalam satu wilayah tertentu untuk memproses
pertukaran baik barang maupun jasa. Dengan demikian, definisi uang adalah sebuah
benda yang keberadaannya diterima oleh umum atau masyarakat luas untuk melakukan
penukaran barang atau jasa.
Mengapa uang menarik ?
a. Uang adalah kebutuhan
Meski tak bisa membeli segalanya, tetapi uang merupakan salah satu bagian
terpenting untuk bertahan hidup khususnya bagi masyarakat yang hidup di perkotaan.
Kenyamanan dan kemewahan hidup hanya bisa datang saat Anda memiliki lebih
banyak uang. Lagipula, hampir setiap orang mendambakan pakaian trendi, rumah
megah hingga mobil mewah. Tak bisa dipungkiri lagi, uang merupakan salah satu
kebutuhan dalam kehidupan manusia.
b. Uang bisa membuat orang kehilangan kendali
Sangat mudah untuk kehilangan kontrol kapanpun dan di manapun saat uang menjadi
pokok pembicaraan. Sejumlah faktor seperti keinginan untuk bertahan dan hidup enak
juga dapat membuat seseorang berada di luar kendali. Dirinya bahkan bisa menjadi
kikir dan kehilangan naluri kemanusiannya. Seringkali, Anda juga dapat memborong
banyak hal yang tidak diperlukan tapi membeli karena sekadar menginginkannya
saja.
c. Mimpi bisa terwujud karena uang
Anda yang bermimpi memiliki banyak uang dan kekuasaan hanya perlu menyadari
satu hal saja: Anda butuh uang untuk menghasilkan uang. Untuk mencapai sejumlah
tujuan, Anda juga dituntut untuk menggelontorkan sejumlah uang.
d. Uang bisa memperbudak manusia
Mudah sekali bagi manusia untuk diperbudak uang khususnya saat kemewahan dan
kenyamanan terpampang di depan mata. Hati-hati, bersikap konsumtif merupakan
jebakan yang dapat terus menjerat Anda. Itulah mengapa Anda harus mengendalikan
diri saat memiliki uang banyak.
5. Faktor-Faktor yang mempengaruhi peredaran uang yaitu,
a. Kebijakan Bank Sentral berupa hak otonom dan kebijakan moneter (meliputi: politik
diskonto, politik pasar terbuka, politik cash ratio, politik kredit selektif) dalam
mencetak dan mengedarkan uang kartal.
b. Kebijakan pemerintah melalui menteri keuangan untuk menambah peredaran uang
dengan cara mencetak uang logam dan uang kertas yang nominalnya kecil.
c. Bank umum dapat menciptakan uang giral melalui pembelian saham dan surat
berharga.
d. Tingkat pendapatan masyarakat
Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh masyarakat dalam jangka waktu
tertentu. Semakin tinggi pendapatan masyarakat, semakin besar pula jumlah uang
yang beredar dalam masyarakat. Sebaliknya, jika semakin rendah pendapatan
masyarakat, semakin sedikit jumlah uang yang beredar dalam masyarakat.
e. Tingkat suku bunga bank
Tingkat suku bunga akan memengaruhi jumlah uang yang beredar. Bila tingkat suku
bunga rendah, maka masyarakat akan enggan untuk menyimpan uangnya di bank.
Oleh karena itu, jumlah uang yang beredar akan meningkat. Sebaliknya, jika tingkat
suku bunga tinggi, jumlah uang beredar menurun karena banyak orang yang
menyimpan uangnya di bank.
f. Selera konsumen terhadap suatu barang (semakin tinggi selera konsumen terhadap
suatu barang maka harga barang tersebut akan terdorong naik, sehingga akan
mendorong jumlah uang yang beredar semakin banyak, demikian sebaliknya)
g. Harga barang
Harga barang juga memengaruhi jumlah uang yang beredar. Contohnya bila harga
naik, jumlah dan peredaran uang akan semakin cepat.
h. Kebijakan kredit dari pemerintah
Fasilitas kredit dengan menggunakan kartu kredit atau cara angsuran akan
memengaruhi jumlah uang yang beredar dalam masyarakat. Misalnya, jika seseorang
melakukan pembelian dengan menggunakan kartu kredit, permintaan uang tunai
semakin menurun.
6. Grafik keseimbangan IS – LM
Model IS-LM adalah interpretasi terkemuka dari teori Keynes.Tujuan dari model
ini adalah untuk menunjukkan apa yang menentukan pendapatan nasional pada berbagai
tingkat harga. Ada dua cara pandang terhadap teori ini: Model IS-LM sebagai model
yang menunjukkan apa yang menyebabkan pendapatan berubah dalam jangka
pendek  ketika tingkat harga tetap, apa yang menyebabkan kurva permintaan
agregat  bergeser. IS menyatakan “Investasi” dan “Tabungan”, sedangkan kurva IS
menyatakan apa yang terjadi pada pasar barang dan jasa. LM menyatakan “Likuiditas”
dan “Uang”, serta kurva LM menunjukkan apa yang terjadi pada penawaran dan
permintaan terhadap uang. Karena mempengaruhi investasi dan permintaan uang, tingkat
bunga merupakan variabel yang menghubungkan kedua bagian dari model IS-LM. Pasar
barang adalah pasar yang mempertemukan penawaran dan permintaan barang dan jasa.
Pasar barang sering diistilahkan dengan sektor riil. Kurva IS menyatakan hubungan
antara tingkat suku bunga (i atau r) serta tingkat pendapatan Nasional (Y) yang muncul di
pasar barang dan jasa.
Keseluruhan bagian dari model IS – LM dapat disimpulkan sebagai berikut.
Keseimbangan IS – LM dapat diterapkan pada model perekonomian 2 sektor, 3 sektor,
dan 4 sektor. Pada model perekonomian 2 sektor hanya ada fungsi konsumsi (C) dan
investasi (I). Pada model perekonomian 3 sektor selain fungsi konsumsi (C) dan investasi
juga dipengaruhi oleh pengeluaran pemerintah (G). Sedangkan pada model 4 sektor
ditambah ekspor (X) dan impor (M). Oleh karena itu, keseimbangan perekonomian
adalah titik dimana kurva IS dan LM berpotongan. Titik ini memberikan tingkat bunga r
dan tingkat pendapatan Y yang memenuhi kondisi untuk keseimbangan baik dalam pasar
barang maupun pasar uang.

Keseimbangan di pasar barang menunjukkan bahwa peningkatan tingkat suku


bunga 0i’ ke 0i” akan mendorong terjadinya penurunan output dari 0Y ke 0Y’
Keseimbangan di pasar uang menunjukkan bahwa peningkatan output 0Y ke 0Y” akan
mendorong peningkatan tingkat suku bunga 0i ke 0i”. Ketika kurva IS berpotongan
dengan kurva LM maka akan terjadi keseimbangan.

7. 1. C = C (Y)
Ket:
C = Konsumsi
Y = Pendapatan nasional
2. I = I (i)
Ket: I = Investasi
i = Tingkat bunga

3. Y = C + S dimana S adalah saving / tabungan, maka:


S=Y–C

4. C = Co + bY
Ket: Co = Autonomous consumption yaitu besarnya konsumsi kalau pendapatan
nasional (Y) dianggap nol.
b = MPC

5. S = Y – C
Maka: S = Y – Co – bY
S = -Co + (1-b) Y

6. I = Io + ai
Ket: Io = Investasi pada saat tingkat bunga (i) nol
a = Marginal propensity to investment (MPI) atau hasrat investasi marjinal yaitu
rasio antara perubahan investasi terhadap perubahan suku bunga (∆I /∆i), a < 0

Hubungan variabel pasar uang terhadap ekonomi nasional yaitu jika konsumsi masyarakat
meningkat maka pendapatan nasional akan meningkat pula. Jika suatu negara melakukan
investasi maka suatu negara tersebut menetapkan tingkat bunga terhadap investasi tersebut yang
dimana nantinya akan meningkatkan perekonomian nasional. Dilihat dari variabel Y= C+S
dimana jika konsumsi masyarakat dan ditambah dengan tabungan maka akan menghasilkan
pendapatan ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai