Anda di halaman 1dari 7

NAMA : Glenkristin defneir Titing

NIM : 4520031001
PRODI : Agroteknologi

NAMA : Reski Amalia Ramadani


NIM : 4520032012
PRODI : Teknologi Pangan
BAB X
PERTUMBUHAN BADAN

Kita membedakan pertumbuhan dari perkembangan. Pertumbuhan adalah bertambahnya materi


tubuh, sedangkan perkembangan adalah kemajuan fungsi atau kapasitas fisiologis badan atau
organ badan. Parameter untuk mengukur kemajuan pertumbuhan yang biasa dipergunakan ialah
berat dan tinggi badan.
Kalau tiap organ tubuh diukur beratnya, maka kemajuan atau pola pertumbuhannya akan
berbeda-beda. Ada organ yang menunjukkan permulaan pertumbuhan sangat dini dan ada pula
yang mulainya sangat terlambat. Demikian pula ada yang mempunyai pola yang sangat cepat,
sehingga dalam waktu pendek telah mencapai bentuk organ biasa, sedangkan yang lain pola
pertumbuhannya sangat perlahan, sehingga mencapai bentuknya yang dewasa pada umur yang
sudah lanjut.
Pada umumnya, organ yang dalam kehidupan anak diperlukan sangat dini, akan mulai
pertumbuhannya sangat dini pula dan berlangsung sangat cepat untuk mencapai bentuk
dewasanya pada umur yang masih relatif muda. Organ jantung, paru dan otak/syaraf merupakan
organ vital yang diperlukan tubuh pada umur sangat dini. Maka organ-organ tersebut memulai
pertumbuhannya sangat dini sudah dimulai sejak anak masih di dalam kandungan ibunya, dan
organ-organ tersebut mecapai bentuk dewasanya pada umur anak yang relatif masih muda.
Organ kelamin tidak segera diperlukan oleh anak, sehingga cukup lama organ ini bersifat
infantil, dan baru memulai pertumbuhannya cukup terlambat, dan mencapai bentuk dan
dewasanya pun pada umur yang relatif lebih tua,

1. Kurva pertumbuhannya badan (Growth Curve).


Kalau seorang anak sejak lahir dukur berat badannya secara periodik, misalnya setiap tiga
bulan sekali, maka akan terdapat suatu gambaran atau poal pertumbuhan anak tersebut. Studi
serial dengan waktu yang berturut-turut dari satu subyek tertentu, disebut studi longitudinal;
lawan dari studi longitudinal ialah studi transversal atau crossectional, dimana suatau pada
satu saat tertentu dipelajari sejumlah individu yang disebut suatu populasi.
Ternyata bahwa pola pertumbuhan seseorang sejak lahir sampai meninggal, tidak merupakan
suatu kurva garis lurus, tetapi terdiri atas beberapa bagian yang menunjukkan kecepatan
tumbuh yang cepat, diseling oleh kecepatan tumbuh lambat. Phase pertumbuhan cepat disebut
growth spurt, sedangkan phase pertumbuhan lambat disebut growth plateau. Pada kurva
pertumbuhan seseorang yang kita dapatkan dua phase growth spurt, ialah periode umur BAYI
dan BALITA., serta pada perioda umur remaja atau adolesens. Di antara kedua phase growth
spurt tersebut terdapat growth plateau, ialah pada perioda prasekolah dan bagian akhir phase
dewasa (adult life). (Lihat Gambar 2).

GAMBAR 2
KURVA PERTUMBUHAN SESEORANG

Pertumbuhan seorang anak praktis dianggap berhenti setelah mencapai umur dewasa, karena
sudah sangat lambat, sehingga dapat diabaikan. Di sini tubuh sudah tidak banyak lagi
menambah bahan baru kepada sel atau jaringan, tetapi hanya menggantikan bahan-bhan yang
telah rusak atau aus terpakai. Pada seorang dewasa yang sehat, berat badannya diharapkan
akan konstan dalam batas-batas tertentu. Jadi muda difahami bahwa untuk phase pertumbuhan
diperlukan banyak bahan baru dalam bentuk zat-zat gizi, dibandingkan dengan phase umur
dewasa. Terutama pada phase growth spurt, kebutuhan akan zat gizi memuncak dengan pesat,
sehingga suatu kondisi defisiensi pada phase umur ini akan segera berpengaruh pada
pertumbuhan anak tersebut. Pada phase growth plateau kebutuhan akan zat-zat gizi ini pun
akan menurun, sesuai dengan kecepatan tumbuh saat itu. Jangan mengherankan bahwa nafsu
makanpun (appetite) akan naik-turun sesuai dengan phase pertumbuhan anak tersebut.
2. Kartu Menuju Sehat (KMS)
Pertumbuhan merupakan parameter kesehatan gizi yang cukup peka untuk dipergunakan
dalam menilai kesehatan anak, terutama anak bayi dan BALITA. Dalam upaya memonitor
kesehatan gizi anak ini dipergunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) di Pusat Kesehatan
Masyarakat (PUSKESMAS) maupun di Klinik Kesehatan Anak dan POSYANDU di
wilayah-wilayah Indonesia. Pada dasaranya KMS mempergunakan klasifikasi GOMEZ
umtuk menilai kondisi kesehatan gizi anak, disesuaikan dengan kondisi anak-anak di
Indonesia (lihat halaman 87). Dalam KMS terdapat jalur-jalur berwarna yang menunjukkan
derajat kesehatan anak tersebut dari sudut gizi. (Lihat Ilmu Gizi Jilid II)
Anak sehat (KKPo) digambarkan dengan jalur berat badan yang berwarna hijau. Anak
yang sedang diteliti dicatat umurnya dan ditimbang berat badannya. Data yang didapat
ditempatkan pada jalur KMS. Bila jatuh di dalam jalur hijau, berarti berat badan anak
tersebut baik dan anak ada di dalam kondisi kesehatan gizi yang baik. Pada pemeriksaan
yang berturut-turut, hasilnya menunjukkan suatu grafik pertumbuhan anak tersebut. Anak
sehat akan memperlihatkan grafik pertumbuhan yang terletak di dalam jalur hijau. Kalau
garis grafik menurun ke luar dari jalur hijau, berarti ada sesuatu yang tidak beres dengan
pertumbuhan anak tersebut. Ini merupakan petunjuk pula adanya gangguan kesehatan anak
tadi. Harus diteliti lebih lanjut, mengapa kurva menurun dan keluar dari jalur hijau.
Dapat pula kurva pertumbuhan anak itu naik terus dan keluar dari jalur hijau ke sebelah
atas. Inipun menunjukkan bahwa makanan anak yang dikonsumsi melebihi apa yang
diperlukan untuk tubuh yang sehat dan normal. Maka susunan hidangan anak tersebut,
terutama kwantitasnya harus ditinjau kembali dan disesuaikan dengan kebutuhan, dengan
menurunkan kwantumnya. Di Indonesia, pada umumnya penyimpangan kurva
pertumbuhan anak itu menuju ke arah bawah, dan tidak banyak yang keluar dari jalur hijau
ke arah atas. Jadi kurva pertumbuhan anak yang baik kesehatannya, akan terus terdapat di
dalam jalur hijau.
Di bawah jalur hijau terdapat jalur yang diberi warna kuning. Ini menunjukkan daerah
KKP ringan; jadi anak mulai memperlihatkan gangguan pertumbuhan ringan, yang
menggambarkan pula adanya gangguan kesehatan. Anak perlu dikonsultasikan kepada
seorang dokter untuk diperiksa dan diperbaiki makanannya atau memerlukan perbaikan
kesehatan. Bila keadaan anak lebih jelek lagi, garis kurva pertumbuhan anak akan lebih
menurun lagi masuk ke daerah di bawah garis merah, yang merupakan batas bawah dari
jalur kuning. Daerah di bawah garis merah ini menunujukkan KKP berat. Di sini anak
sudah jelas menderita gizi kurang dan/atau terganggu kesehatannya. Maka anak
memerlukan pemeriksaan dan penanganan medik yang lebih teliti dan bersungguh-
sungguh, bahkan mungkin anak ini perlu dirawat di rumah sakit.
Denagn melihat KMS si ibu atau mereka yang bertanggung jawab atas pemeliharaannya
akan segera mengetahui kondisi kesehatan anak tersebut. kalau kurva pertumbuhan masih
tetap di dalam jalur hijau, anak tersebut ada dalam kondisi kesehatan gizi baik, dan bila
menurun ke daerah jalur kuning, anak memerlukan perhatian lebih banyak dan sebaiknya
dikonsultasikan kepada seorang dokter atau dibawa ke PUSKESMAS, sedangkan bila
kurva pertumbuhan anak sudah turun ke bawah garis merah, berarti anak tersebut sudah
masuk ke dalam kondisi kesehatan yang buruk dan perlu penanganan kesehatan yang
serius.
Pada KMS dicatat pula segala keterangan lain mengenai kesehatan anak dan tindakan
pemeliharaan kesehatan yang harus ataupun yang sudah dilaksanakan, seperti jadwal
vaksinasi dan sebagainya (Lihat contoh KMS pada Buku Ilmu Gizi Jilid II).

3. Pertumbuhan selular
Pertumbuhan dipelajari pula pada tingkat selular oleh kelompok MYRION WINNICK,
dengan cara biokimiawi, melalui pengukuran kadar DNA dan protein total. Di bawah
mikroskop tampak bahwa dasar pertumbuhan itu pada tingkat selular terdiri atas dua phase,
ialah KARYOKYNESE (pembelahan inti sel) dan diikuti pembelahan cytoplasma menjadi
dua sel anak. MYRION WINNICK mengikuti di proses pertumbuhan selular ini dengan
jalur biokimiawi, yaitu dengan mengukur kadar DNA dan kadar protein totalnya. DNA
merupakan zat kimia organik komponen khusus dari inti sel, sedangkan zat protein total
merupakan bagian utama dari cytoplasma.
Di dalam proses pertumbuhan tingkat selular terdapat dua phase:
a. Phase penambahan DNA, dan
b. Phase penambahan protein total.
Dalam penelitian pertumbuhan selular ini ditemukan beberapa “hukum” yang berlaku
segala jenis (spesies) binatang percobaan yang telah dipergunakannya:
a. Phase penambahan DNA selalu mendahului phase penambahan protein total
b. Setiap inti sel dari suatu spesies tertentu, mengandung kwantitas DNA tertentu yang
konstan, tidak perduli jenis jaringan yang menjadi asal dari sel tersebut
c. Phase penambahan protein total selalu terjadi setelah phase penambahan DNA dimulai,
tetapi kedua phase itu saling berhimpit sebagian, sehingga terjadi phase penambahan
DNA saja, kemudian phase penambahan DNA dan penambahan protein total yang
jalan bersama, dan akhirnya phase penambahan protein total saja.

Kwantum DNA untuk beberapa speises tertentu telah dapat ditentukan, dan merupakan
bilangan konstan yang spesifik untuk spesies tersebut. Dengan diketahuinya bilangan
konstan ini, dapat dihitung jumlah sel yang terdapat di dalam suatu sampel jaringan:

N = Kadar DNA sample


k
Maka penambahan jumlah sel (pertumbuhan numerik) dapat diikuti dengan menentukan
kadar DNA pada berbagai umur subjek. Dengan mengetahui jumlah sel dan pengukuran
kwantum protein total dari sampel jaringan di atas, dapat dihitung jumlah protein total rata-
rata dan menjadi ukuran bagi penilaian besar rata-rata sel (cell size).

S = protein total
N

Maka dengan mengukura kadar DNA dan kadar protein total secara serial, dapat diikuti
partumbuhan jumlah sel dan ukuran setiap sel (cell size) di dalam jaringan pada suatu
jangka waktu tertentu.
Phase penambahan DNA mewakili phase penambahan jumlah sel disebut PHASE
NUMERIK atau PHASE PROLIFERATIF, atau PHASE HYPERPLASTIK, sedangkan
phase penambahan protein totoal mewakili phase pembesaran sel, disebut PHASE
HYPERTROPIK. Phase numerik selalu mulai mendsahului phase hypertrophic dan
masing-masing phase berlangsung sendiri-sendiri, sehingga berakhirnya juga pada waktu
yang berbeda. Kecepatanpenambhaan masing-masing phase mulai rendah, kemudian
berangsur semaking tinggi ubntuk mencapai puncaknya dan kemudian berangsur semakin
tinggi untuk mencapai puncaknyua dan kemudian menjad semakin perlahan kembali
sampai berhenti pada waktu masing-masing yang berbeda.

GAMBAR 3
PERTUMBUHAN KADAR DNA DAN PROTEIN TOTAL

4. Pengaruh Defisiensi GIzi kepada Pertumbuhan Seluler.


Pengaruh defisiensi gizi telah pula dipelajari pada pertumbuhan selular. Terdapat
perbedaan tehadap phase numerik dan phase hypertrophik. Pengaruh defisiensi gizi
terhadap phase numerik ialah adanya defisiensi jumlah sel yang dibentuk, lebih rendah dari
kapasitas mkasimum yang seharusnya. Yang penting ialah bahwa defisit jumlah sel inii
tidak dapat dikejar kembali bila kelak kondisi gizi diperbaiki, setelah lewat phase numerik
tersebut. Bila perbaikan gizi terjadi masih dalam phase numerik, penambahan sel terjadi
lagi, tetapi defisit yang telah ada, tidak dapat dikompensasikan oleh pembentukan sel-sel
baru. Jadi pengaruh defisiensi gizi dalam phase numerik terjadi permanen, tidak dapat
dikejar kembali, berbentuk kiekurangan jumlah pembentukan sel yang seharusnya
maksimal menurut keturunan, bila keadaan gizi tidak defisien.
Sebaliknya defisiensi gizi yang terjadi di dalam phase hypertrophik tidak berpengaruh
terhadap jumlah sel yang dibentuk, tetapi terhadap besar sel (cell size). Di sini terjadi sel-
sel yang lebih kecil sebagaiu akibat defisiensi. Tetapi kekurangan ini dapat dikejar kembali
bila kelak keadaan gizi diperbaiki, artinya sel-sel yang tadinya berukuran kecil dapat
menjadi besar kembali mencapai ukuran normal; bahkan dapat mencapai ukuran yang
lebih besar (oversized) sebagai upaya kompensator, tidak peduli perbaikan gizi tersebut
jatuh di dalam phase hypertrophik atau pun setelah phase ini selesai.
Pentrapan teori pertumbuhan selular terhadap penyediaan gizi anak-anak sangat penting.
Dari uraian di atas, phase numerik terdapat pada anak yang sanagat muda (termasuk bayi),
sedangkan phase hypertrophik jatuh pada umur anal yang lebih kemudian. Untuk jaringan
yang vital bagi kehidupan anak umur sejak dini. Phase numerik mulai sejak anak masih
dalam kandungan ibunya. Jadi jelaslah bahwa kekurangan gizi ibu yang sedang
mengandung dapat menyebabkan defisiensi gizi pada anak dalam phase numerik, dan ini
akan berakibat dafisit dalam jumlah sel organ vital pada anak tersebut, yang akan tetap
permanen samapai anak tersebut menjadi dewasa. Juga defisiensi gizi pada anak ketika
berumur masih sangat muda, besar, kemungkinannya jatuh pada phase numerik
pertumbuhan selular organ vital anak tersebut.
Menjadi jelas sekarang mengapa penyediaan gizi ibu hamil dan anak bayi serta BALITA
sanagt menentukan kualitas orang yang akan terjadi dari anak tersebut. Kesimpulannya
ialah bahwa anak yang menderita defisiensi gizi pada umur semakin muda, besar
kemnungkinannya kelak akan menjadi orang dewasa dengan sifat-sifat inferior yang
permanen.
Defisiensi gizi pada umur yang lebih tua, akan memberikan hambatan yang dapt dikejar
kembali, yaitu mengenai ukuran sel-sel, tidak mengurangi jummlah sel yang dibentuk, bila
kelak kondisi gizinya diperbaiki. Karaena protein memegang peranan yang sangat penting
dalam proses pertumbuhan, maka penyediaan protein, telah dikemukakan bahwa protein
yang diperlukan untuk anak-anak yang masih tumbuh itu haruslah berkualitas tinggi
(protein lengkap).

5. Pengaruh Defisiensi Protein pada Umur Muda terhadap Kualitas Anak setelah menjadi
Dewasa.
Telah diuraikan bahwa organ tubuh yang diperlukan dini menunjukan permulaan
pertumbuhan selular yang juga dini dan berlangsung cepat mencapai bentuk dewasa.
Pertumbuhan selular organ tersebut telah terjadi ketika anak masih didalam kandungan
ibunya. Jadi kondisi gizi ibu hamil akan menentukan kualitas organ vital (jantung, otak,
dll.) dari anak tersebut setelah mencapai umur dewasa, karena kemungkinan besar
gangguan gizi ini jatuh pada phase numerik.
Sel-sel syaraf (otak) merupakan sel-sel organ yang diperlukan untuk kehidupan anak
sejak umur dini. Phase numerik dari pertumbuhan selular organ ini sudah dimulai sejak
masih di dalam rahim ibunya dan berlangsung samapai sekitar umur 6-7 tahun. Pada umur
pada 3-4 tahun, sekitar 80-90% jumlah sel otak seseorang dewasa telah terbentuk.
Sel-sel otak ini berhubungan dengan fungsi intelektual. Defisiensi gizi pada ibu hamil dan
pada anak BALITA, sanagt besar kemungkinannya untuk memberikan hambatan pada
pertumbuhan numerik sel-sel otak, yang bersifat permanen, tidak dapat dikejar kembali
dengan perbaikan gizi pada umur yang lebih tua.
Ini akan menghasilkan seorang dewasa yang kapasitas intelektualnya lebih rendah dari
yang seharusnya dapat dicapai; akibat nasionalnya ialah akan terjadi generasi penerus yang
kapasitas intelektualnya rendah alias bodoh.

Anda mungkin juga menyukai