Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

“KORUPSI MERAJALELA”

DI SUSUN OLEH :

Nama : Reski Amalia Ramadani


Nim : 4520032012
Prodi : Teknologi Pangan

UNIVERSITAS BOSOWA
TAHUN AJARAN
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT senantiasa kita ucapkan. Atas karunia-
Nya berupa nikmat iman dan kesehatan ini akhirnya penulis bisa menyelesaikan
makalah bertema Pancasila. Tidak lupa shawalat serta salam tercurahkan bagi
Baginda Agung Rasulullah SAW yang syafaatnya akan kita nantikan kelak.
Makalah berjudul “Korupsi Merajalela” merupakan sedikit contoh implementasi
nilai-nilai Pancasila di sekitar kita.
Adapun penulisan makalah bertema Pancasila ini dibuat untuk memenuhi
tugas final mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Penulis mengucapkan
terima kasih kepada pihak yang telah mendukung serta membantu penyelesaian
makalah. Harapannya, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca sekaligus menumbuhkan rasa cinta tanah air.
Dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada
ketidaksesuaian kalimat dan kesalahan. Meskipun demikian, penulis terbuka
pada kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah.

Makassar, 2 Juli 2020


Penulis

Reski Amalia Ramadani


DAFTAR ISI
Daftar Pustaka
Daftar Isi
Bab 1
A. Pendahuluan
B. Rumusan masalah
Bab 2
Pembahasan
Bab 3 Penutup
Kesimpulan
BAB I
A. PENDAHULUAN

Korupsi atau rasuah (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere
yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah
tindakan pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain
yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal
menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk
mendapatkan keuntungan sepihak.

Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan
jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah/pemerintahan
rentan korupsi dalam praktiknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling
ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan
menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan
sebagainya. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya
pemerintahan oleh para pencuri, di mana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada
sama sekali.

Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk sepele
atau berat, terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering memudahkan kegiatan
kriminal seperti penjualan narkotika, pencucian uang, dan prostitusi, korupsi itu
sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini saja. Untuk mempelajari masalah ini dan
membuat solusinya, sangat penting untuk membedakan antara korupsi dan
kejahatan. Tergantung dari negaranya atau wilayah hukumnya, ada perbedaan
antara yang dianggap korupsi atau tidak. Sebagai contoh, pendanaan partai politik
ada yang legal di satu tempat namun ada juga yang tidak legal di tempat lain. Jenis
tindak pidana korupsi di antaranya, tetapi bukan semuanya, adalah Memberi atau
menerima hadiah atau janji (penyuapan), Penggelapan dalam jabatan, Pemerasan
dalam jabatan, Ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara
negara), dan Menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Korupsi
2. Jenis Jenis Korupsi
3. Tindak pidana korupsi
4. Dampak korupsi
5. Contoh Korupsi dan cara pemberantasan nya
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Korupsi
Kata Korupsi berasal dari bahasa latin, Corruptio-Corrumpere yang artinya
busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik atau menyogok. Menurut Dr. Kartini
Kartono, korupsi adalah tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan
jabatan guna mencari keuntungan,  dan merugikan kepentingan umum. Menurut saya
sendiri tindakan korupsi merupakan tindakan dimana para pejabat public
menggelapkan uang untuk kepentingan pribadi sebagai pemuas kebutuhan dalah
kehidupannya. Jadi korupsi merupakan gejala salah pakai dan salah urus dari
kekuasaan, demi keuntungan pribadi, salah urus terhadap sumber-sumber kekayaan
negara dengan menggunakan wewenang dan kekuatan-kekuatan formal (misalnya
denagan alasan hukum dan kekuatan senjata) untuk memperkaya diri sendiri.
Korupsi terjadi disebabkan adanya penyalahgunaan wewenang dan jabatan
yang dimiliki oleh pejabat atau pegawai demi kepentingan pribadi dengan mengatas
namakan pribadi atau keluarga, sanak saudara dan teman. Hal itu akan masuk dalam
dalam pembahasan saya mengenai tindak korupsi Masyarakat Pancasila Dalam
Persepektif Paradigma Konflik Dan Sruktural Fungsional
Definisi lengkap korupsi menurut Asian Development Bank (ADB) adalah
korupsi melibatkan perilaku oleh sebagian pegawai sektor publik dan swasta, dimana
mereka dengan tidak pantas dan melawan hukum memperkaya diri mereka sendiri
dan atau orang-orang yang dekat dengan mereka, atau membujuk orang lain untuk
melakukan hal-hal tersebut, dengan menyalahgunakan jabatan dimana mereka
ditempatkan.

Dengan melihat beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa korupsi secara
implisit adalah menyalahgunakan kewenangan, jabatan atau amanah secara melawan
hukum untuk memperoleh keuntungan atau manfaat pribadi dan atau kelompok
tertentu yang dapat merugikan kepentingan umum.

B. Penyebab Korupsi
Faktor penyebab korupsi penting diketahui tiap warga negara. Korupsi
merupakan praktik yang merugikan negara dan juga rakyatnya. Korupsi termasuk
tindakan melanggar hukum di seluruh dunia. Terkadang, kurangnya pengetahuan
tentang faktor penyebab korupsi, membuat masyarakat tidak mengetahui bahwa
perbuatannya termasuk tindak korupsi. Maka dari itu, faktor penyebab korupsi
termasuk pengetahuan dasar yang harus dimiliki tiap orang.

Ada beberapa faktor penyebab korupsi yang menjadi pemicu perilaku kotor
ini. Faktor penyebab korupsi harus dipahami semua orang untuk menghindari
kerugian yang dihasilkannya. Faktor penyebab korupsi bisa datang pada siapa saja
dengan latar belakang apa saja.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2001. Ada 30 delik tindak pidana korupsi yang dikategorikan menjadi 7
jenis. Jenis-jenis korupsi di antaranya adalah:

- Kerugian Keuangan Negara

Jenis perbuatan yang merugikan negara ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu mencari
keuntungan dengan cara melawan hukum dan merugikan negara serta
menyalahgunakan jabatan untuk mencari keuntungan dan merugikan negara.

- Suap-Menyuap
Suap-menyuap merupakan tindakan pemberian uang atau menerima uang atau hadiah
yang dilakukan oleh pejabat pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu yang bertentangan dengan kewajibannya sebagimana perbedaan hukum formil
dn materiil.

- Penggelapan dalam Jabatan

Penyalahgunaan jabatan, yakni tindakan seorang pejabat pemerintah dengan


kekuasaaan yang dimilikinya melakukan penggelapan laporan keuangan,
menghilangkan barang bukti atau membiarkan orang lain menghancurkan barang
bukti yang bertujuan untuk menguntungkan diri sendiri dengan jalan merugikan
negara.

- Pemerasan

Pemerasan merupakan tindakan yang dilakukan oleh pegawai negeri atau


penyelenggara negara untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara
melawan hukum atau dengan menyalahgunakan kekuasaaannya dengan memaksa
seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan
potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri

- Perbuatan Curang

Perbuatan curang yang dimaksud dalam jenis korupsi ini biasanya dilakukan oleh
pemborong, pengawas proyek, rekanan TNI/Polri, pengawas rekanan TNI/Polri, yang
melakukan kecurangan dalam pengadaan atau pemberian barang yang mengakibatkan
kerugian bagi orang lain atau terhadap keuangan negara atau yang dapat
membahayakan keselamatan negara pada saat perang.

- Benturan Kepentingan dalam Pengadaan

Pengadaan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menghadirkan barang atau jasa
yang dibutuhkan oleh suatu instansi atau perusahaan. Orang atau badan yang ditunjuk
untuk pengadaan barang atau jasa ini dipilih setelah melalui proses seleksi yang
disebut dengan tender. Jika ada instansi yang bertindak sebagai penyeleksi sekaligus
sebagai peserta tender maka itu dapat dikategorikan sebagai korupsi.

- Gratifikasi

Gratifikasi merupakan pemberian hadiah yang diterima oleh pegawai Negeri atau
Penyelenggara Negara dan tidak dilaporkan kepada KPK dalam jangka waktu 30 hari
sejak diterimanya gratifikasi.
Gratifikasi dapat berupa uang, barang, diskon, pinjaman tanpa bunga, tiket pesawat,
liburan, biaya pengobatan, serta fasilitas-fasilitas lainnya.

C. Tindak Pidana Korupsi


Tindak pidana korupsi secara harfiah berasal dari kata Tindak Pidana dan
Korupsi. Sedangkan Secara yuridis-formal pengertian tindak pidana korupsi terdapat
dalam Bab II tentang tindak Pidana korupsi, ketentuan pasal 2 sampai dengan pasal
20, Bab III tentang tindak pidana lain yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi
sesuai dengan ketentuan pasal 21 sampai dengan 24 UU PTPK.
a.) Tindak Pidana Korupsi Tipe Pertama
Tindak pidana korupsi tipe pertama terdapat dalam Pasal 2 UU PTPK yang
menyebutkan bahwa:

Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya


diri Sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara
seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun paling lama
20 (dua puluh) tahun, dan denda paling sedikit dua ratus juta rupiah dan paling
banyak satu milyar rupiah.
Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan dalam keadaan tertentu pidana mati dapat dijatuhkan.

b.) Tindak Pidana Korupsi Tipe Kedua


Korupsi tipe kedua diatur dalam ketentuan pasal 3 UU PTPK yang
menyebutkan bahwa:

Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain
atau Suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana
yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan
keuangan negara atau Perekonomian negara, dipidana dengan pidana seumur
hidup, atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20
(dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit lima puluh juta rupiah dan
paling banyak satu milyar rupiah.

c.) Tindak Pidana Korupsi Tipe Ketiga


Korupsi tipe ketiga terdapat dalam ketentuan pasal 5, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 12A,
12B, 12C dan 13 UU PTPK, berasal dari pasal-pasal KUHP yang kemudian
sedikit dilakukan modifikasi Perumusan ketika ditarik menjadi tindak pidana
korupsi sesuai Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001 dengan menghilangkan
redaksional kata “Sebagaimana dimaksud dalam pasal-pasal….KUHP” seperti
formulasi dalam ketentuan Undang-Undang nomor 31 tahun 1999.
Apabila dikelompokkan, korupsi tipe ketiga dapat dibagi menjadi 4, yaitu:

1.) Penarikan perbuatan yang bersifat penyuapan, yakni pasal 209, 210, 418,
419, dan Pasal 420 KUHP.
2.) Penarikan perbuatan yang bersifat penggelapan, yakni pasal 415, 416, dan
pasal 417 KUHP.
3.) Penarikan perbuatan yang bersifat kerakusan (knevelarij, extortion), yakni
pasal 423, dan 425 KUHP.
4.) Penarikan perbuatan yang berkolerasi dengan pemborongan, leverensir dan
rekanan, yakni Pasal 387, 388, dan 435 KUHP.

D. Dampak Korupsi

Korupsi adalah hal yang konstan dalam masyarakat dan terjadi di semua
peradaban. Korupsi mewujud dalam berbagai bentuk serta menyebabkan berbagai
dampak, baik pada ekonomi dan masyarakat luas. Berbagai penelitian maupun studi
komprehensif soal dampak korupsi terhadap ekonomi dan juga masyarakat luas telah
banyak dilakukan hingga saat ini. Hasilnya, korupsi jelas menimbulkan dampak
negatif.

Di antara penyebab paling umum korupsi adalah lingkungan politik dan


ekonomi, etika profesional dan moralitas, serta kebiasaan, adat istiadat, tradisi dan
demografi. Korupsi menghambat pertumbuhan ekonomi dan memengaruhi operasi
bisnis, lapangan kerja, dan investasi. Korupsi juga mengurangi pendapatan pajak dan
efektivitas berbagai program bantuan keuangan.

Tingginya tingkat korupsi pada masyarakat luas berdampak pada menurunnya


kepercayaan terhadap hukum dan supremasi hukum, pendidikan dan akibatnya
kualitas hidup, seperti akses ke infrastruktur hingga perawatan kesehatan.Secara
ringkas, dampak masif korupsi dapat dirasakan dalam berbagai bidang antara lain :

- Dampak ekonomi

- Dampak sosial dan kemiskinan masyarakat

- Dampak birokrasi pemerintahan

- Dampak politik dan demokrasi

- Dampak terhadap penegakan hukum

- Dampak terhadap pertahanan dan keamanan

- Dampak kerusakan lingkungan


Meski studi tentang korupsi terus berjalan, namun belum ada solusi pasti dalam
memberantas korupsi hingga saat ini. Sebab, suatu cara menangani korupsi bisa
efektif di satu negara atau di satu wilayah tapi belum tentu berhasil di negara lain.

Tindakan korupsi merupakan tindakan yang sangat merugikan negara. Korupsi


mengakibatkan melambatnya pertumbuhan ekonomi suatu negara, menurunnya
investasi, meningkatnya kemiskinan, serta meningkatnya ketimpangan pendapatan.
Bahkan korupsi juga dapat menurunkan tingkat kebahagiaan masyarakat di suatu
negara.
E. Contoh Korupsi dan Cara Pemberantasan
Dengan begitu, secara garis besar penyebab korupsi bisa dikelompokkan menjadi dua,
yaitu: faktor internal dan faktor eksternal.

1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor pendorong korupsi yang berasal dari dalam diri
setiap orang atau individu. Kemudian, faktor internal ini terbagi menjadi beberapa,
diantaranya yaitu:
- Sifat Rakus Manusia
Sifat tamak atau rakus merupakan sifat yang berasal dari dalam diri setiap
individu. Hal itu terjadi saat seseorang mempunyai hasrat besar buat memperkaya diri
dan gak pernah merasa puas terhadap apa yang udah dimilikinya saat ini.
- Gaya Hidup Konsumtif
Pada era modern seperti sekarang ini, terutama pada kehidupan di kota-kota
besar merupakan hal yang sering mendorong terjadinya gaya hidup konsumtif.
Makanya, kalo perilaku konsumtif ini gak di imbangi dengan pendapatan yang
memadai, maka hal tersebut akan membuka peluang seseorang buat melakukan
berbagai tindakan demi memenuhi keinginannya.
Salah satu dari tindakan tersebut adalah dengan melakukan korupsi secara besar-
besaran.
- Moral Yang Tidak Kuat
Seseorang yang mempunyai moral lemah, maka akan cenderung mudah
tergoda buat melakukan tindakan korupsi. Godaan itu bisa berasal dari atasan, teman
setingkat, bawahan, atau pihak lain yang memberi kesempatan buat melakukan
korupsi.

2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor pemicu terjadinya tindakan korupsi
yang berasal dari luar diri sendiri atau pelaku. Faktor eksternal ini terbagi menjadi
4, diantaranya yaitu sebagai berikut ini:

- Faktor Politik
Politik merupakan salah satu sarana buat melakukan korupsi. Hal ini bisa dilihat saat
terjadi intrabilitas politik atau saat politisi mempunyai nafsu buat mempertahankan
kekuasaannya.
- Faktor Hukum
Hukum bisa menjadi faktor terjadinya korupsi dilihat dari dua sisi, di satu sisi dari
aspek perundang-undangan, dan disisi lain dari lemahnya penegak hukum.
- Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi juga merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi.Hal ini bisa
dilihat saat tingkat pendapatan atau gaji yang gak cukup buat memenuhi
kebutuhannya sehari-hari.Maka seseorang akan dengan mudahnya buat melakukan
tindakan korupsi demi terpenuhinya semua kebutuhan.
- Faktor Organisasi
Organisasi dalam hal ini yaitu organisasi dalam artian yang luas, gak Cuma organisasi
yang ada dalam suatu lembaga. Tapi, juga sistem pengorganisasian yang ada didalam
lingkungan masyarakat.
Cara mengatasi tindakan korupsi
Banyak cara yang bisa kamu terapkan buat bisa memberantas korupsi. Mulai dari hal
yang paling kecil yaitu diri sendiri, sampai ke tingkat Negara.
- Membangun Supremasi Hukum dengan Kuat

Saat hukum gak sanggup lagi menegakkan sendi-sendi keadilan, maka runtuhlah
kepercayaan publik pada institusi ini. Ketidakjelasan kinerja para pelaku hukum akan
memberi ruang pada tipikor buat berkembang dengan leluasa. Makanya, sangat perlu
dilakukan membangun supremasi hukum yang kuat. Gak ada manusia yang kebal
hukum dan penegak hukum gak tebang pilih dalam mengadili.

- Menciptakan Kondusifitas Nyata di Semua Daerah

Salah satu rangsangan tumbuhnya tipikor dengan subur yaitu kondisifitas semu di
suatu wilayah otonom. Kondusifitas yang selama ini dielu-elukan yaitu kondusifitas
semu belaka. Kejahatan korup terus tumbuh dengan subur tanpa ada yang
menghentikannya.

- Eksistensi Para Aktivis

Para aktivis, contohnya seperti LSM harus gencar menyerukan suaranya buat
melawan tindak kejahatan korupsi. Disini, peran aktif para aktivis sangat diharapkan.

- Menciptakan Pendidikan Anti Korupsi

Upaya pemberantasan korupsi melalui jalur pendidikan harus dilaksanakan, karena gak bisa
dipungkiri kalo pendidikan merupakan wahana yang sangat startegis buat membina generasi
muda supaya menanamkan nilai-nilai kehidupan termasuk antikorupsi.

- Membangun Pendidikan Moral dari Kecil

Mengapa banyak pejabat negara ini yang korupsi? Karena, mereka semua bermoral
miskin, bertabiat penjahat, dan gak bermartabat. Kalo seseorang mempunyai moral
yang rendah, maka setiap gerak langkahnya akan merugikan orang. Makanya, sangat
penting sekali membekali pendidikan moral pada generasi muda.

- Pembekalan Pendidikan Religi yang Intensif


Semua agama mengajarkan pada kebaikan. Gak ada satupun agama yang menyuruh kamu
berbuat untuk merugikan orang lin, seperti tindak kejahatan korupsi ini. Peran orang tua
sangat berpengaruh buat menumbuhkan kesadaran religi pada anak, supaya nantinya saat
dewasa mempunyai moral dan mentalitas yang baik.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Pemberantasan korupsi adalah tindakan untuk mencegah dan menanggulangi korupsi


(melalui koordinasi, supervisi, pemantauan, penyelidikan, penyidikan, pemeriksaan dan
pemeriksaan sidang pengadilan) dengan peran masyarakat berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Pemberantasan tindak pidana korupsi adalah serangkaian tindakan untuk mencegah


dan memberantas tindak pidana korupsi melalui upaya koordinasi, supervisi, monitor,
penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan, dengan peran
serta masyarakat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Karenanya ada
tiga hal yang perlu digarisbawahi yaitu ‘mencegah’, ‘memberantas’ dalam arti menindak
pelaku korupsi, dan ‘peran serta masyarakat’.

Secara umum, korupsi mengkikis kemampuan institusi dari pemerintah, karena


pengabaian prosedur, penyedotan sumber daya, dan pejabat diangkat atau dinaikan jabatan
bukan karena prestasi. Pada saat yang bersamaan, korupsi mempersulit legitimasi
pemerintahan dan nilai demokrasi seperti kepercayaan dan toleransi.
DAFTAR PUSTAKA

Konvensi PBB melawan Korupsi di Law-Ref.org. Diarsipkan.2010-02-26 di Wayback


Machine.

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Korupsi

https://m.liputan6.com/hot/read/4436038/faktor-penyebab-korupsi-lengkap-dengan-teori-dan-
jenisnya#:~:text=Faktor%2Dfaktor%20penyebab%20korupsi%20adalah,berkaitan
%20dengan%20individu%20pelaku%20korupsi.

http://pa-singkawang.go.id/berita/berita-terkini/131-artikel/181-memahami-korupsi

https://aclc.kpk.go.id/materi/bahaya-dan-dampak-korupsi/infografis#:~:text=Tindakan
%20korupsi%20merupakan%20tindakan%20yang,kebahagiaan%20masyarakat%20di
%20suatu%20negara.

https://amp-kompas-com.cdn.ampproject.org/v/s/amp.kompas.com/skola/read/
2019/12/11/185540869/korupsi-pengertian-penyebab-dan-dampaknya?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#aoh=16251992393240&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari
%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2Fwww.kompas.com%2Fskola%2Fread
%2F2019%2F12%2F11%2F185540869%2Fkorupsi-pengertian-penyebab-dan-dampaknya

Anda mungkin juga menyukai