Anda di halaman 1dari 7

Nama : Dila Soviana

NIM : P07124019012
Kelas : A
Tingkat/SMT : II/3
Prodi/Jurusan : DIII Kebidanan

1. b. kuretase bila incomplate

2. e. kuretase

3. e. kuretase

4. d. memberikan obat menghentikan muntah

5. a. pusing/ sakit kepala

6. d. diet rendah garam

7. b. memberikan suntikan insulin

8. a. banyak mengonsumsi makanan yang mengandung gula

9. d. percepat untuk dilakukan persalinan

10. c. pasang infuse dan memberikan oksigen observasi tanda vital

11. Penatalaksanaan preeklampsia tergantung dari usia gestasi dan tingkat keparahan penyakit.
Persalinan/terminasi adalah satu-satunya terapi definitif untuk preeklampsia. Tujuan utama
penatalaksanaan preeklampsia adalah kondisi ibu yang aman dan persalinan bayi yang sehat. Pada pasien
dengan preeklampsia tanpa tanda-tanda preeklampsia berat, induksi sering dilakukan setelah usia gestasi
37 minggu. Sebelumnya, pemberian kortikosteroid dilakukan untuk mempercepat pematangan paru janin.
Pada preeklampsia berat, induksi dipertimbangkan setelah usia gestasi di atas 34 minggu. Pada kondisi
seperti ini, beratnya penyakit pada ibu lebih dipertimbangkan dari risiko prematuritas bayi. Pada situasi
gawat darurat, pengontrolan terhadap tekanan darah dan kejang harus menjadi prioritas.

12. Satu-satunya cara untuk mengobati eklamsia adalah dengan melahirkan bayi yang dikandung. Pada
ibu hamil dengan preeklamsia yang memiliki risiko untuk mengalami eklamsia, dokter umumnya akan
memberikan beberapa penanganan berikut:

- Memberikan obat pengontrol tekanan darah dan suplemen vitamin


- Menyarankan untuk bed rest di rumah atau di rumah sakit, dengan posisi tidur menyamping ke
kiri
- Memantau kondisi janin dan ibu hamil secara berkala

Jika ibu hamil mengalami eklamsia, dokter akan memberikan obat antikonvulsan. Suntikan magnesium
sulfat (MgSO4) menjadi pilihan pertama untuk menangani kejang pada eklamsia. Jika kejang yang tidak
membaik dengan pemberian magnesium sulfat, dokter dapat memberikan obat golongan benzodiazepin
dan phenytoin.
Persalinan lebih awal
Ibu hamil yang menderita preeklamsia berat atau eklamsia akan dianjurkan untuk menjalani persalinan
secepatnya. Bila janin belum cukup bulan untuk dilahirkan, dokter dapat memberikan suntikan obat
golongan kortikosteroid untuk mempercepat pematangan paru-paru janin.
Jika eklamsia terjadi pada ibu hamil dengan usia kehamilan 30 minggu ke bawah, dokter akan
menganjurkan persalinan dengan operasi caesar.

13. Pengobatan plasenta previa bertujuan untuk mencegah perdarahan. Penanganan yang akan diberikan
oleh dokter tergantung kepada kondisi kesehatan ibu dan janin, usia kandungan, posisi ari-ari, dan tingkat
keparahan perdarahan.Pada ibu hamil yang tidak mengalami perdarahan atau hanya mengalami
perdarahan ringan, biasanya dokter akan memperbolehkan ibu hamil melakukan perawatan secara
mandiri di rumah, yang berupa:
- Banyak berbaring
- Menghindari olahraga
- Menghindari hubungan intim
Meskipun tidak membutuhkan perawatan di rumah sakit, pasien tetap harus waspada dan segera mencari
pertolongan medis apabila perdarahan memburuk atau tidak berhenti.Bila ibu hamil mengalami
perdarahan hebat apalagi berulang, dokter kandungan akan menyarankan agar bayi dilahirkan secepatnya
melalui operasi caesar. Namun jika usia kandungannya kurang dari 36 minggu, ibu hamil akan diberikan
suntikan obat kortikosteroid terlebih dahulu untuk mempercepat pematangan paru-paru janin. Bila perlu,
ibu hamil juga akan diberikan transfusi darah untuk mengganti darah yang hilang.Ibu hamil yang
mengalami plasenta previa sebenarnya masih dapat melahirkan normal, asalkan letak plasenta tidak
menutupi jalan lahir atau hanya menutupi sebagian. Tetapi jika plasenta menutupi seluruh jalan lahir,
dokter akan menyarankan operasi caesar.

14. Penatalaksanaan Solusio Plasenta


Penanganan solusio plasenta tergantung pada kondisi janin dan ibu hamil, usia kehamilan, dan tingkat
keparahan solusio plasenta. Plasenta yang sudah terlepas dari dinding rahim tidak bisa ditempelkan
kembali. Pengobatan lebih bertujuan untuk menyelamatkan nyawa ibu hamil dan janin yang
dikandungnya.
Jika abruptio plasenta atau solusio plasenta terjadi saat kehamilan belum mencapai 34 minggu, dokter
kandungan akan meminta ibu hamil dirawat di rumah sakit agar kondisinya bisa diamati secara saksama.
Jika detak jantung janin normal dan perdarahan pada ibu hamil berhenti, berarti solusio plasenta tidak
terlalu parah dan ibu hamil bisa pulang.
Meski demikian, dokter kandungan umumnya akan memberikan suntikan kortikosteroid untuk
mempercepat pertumbuhan paru-paru janin. Hal ini dilakukan sebagai antisipasi jika kondisi lepasnya
plasenta memburuk, sehingga persalinan harus segera dilakukan meski belum memasuki waktunya.
Jika solusio plasenta terjadi saat usia kehamilan sudah lebih dari 34 minggu, dokter akan mengupayakan
proses persalinan yang tidak membahayakan ibu dan bayi. Jika solusio plasenta tidak parah, ibu hamil
masih dapat melahirkan normal. Namun jika tidak memungkinkan, dokter kandungan akan melakukan
operasi caesar.
Selama persalinan, ibu hamil yang mengalami perdarahan hebat mungkin perlu dibantu dengan transfusi
darah. Hal ini dilakukan untuk mencegah ibu hamil mengalami kekurangan darah.

15. Penatalaksanaan Kehamilan Ganda


Untuk kepentingan ibu dan janin perlu diadakan pencegahan terhadap pre-eklamsia dan eklamsia, partus
prematurus dan anemia. Pemeriksaan antenatal perlu diadakan lebih sering. Sehingga tanda-tanda pre-
eklamsia dapat diketahui dini dan penanganan dapat dikerjakan dengan segera.
Menurut Varney (2004:661) pemeriksaan antenatal dapat dilakukan antara lain:
a. Pemeriksaan kehamilan setiap 2 minggu pada usia kehamilan 34 – 36
minggu
b. Pemeriksaan kehamilan setiap minggu pada usia kehamilan >36
minggu
27
c. Pertumbuhan janin dipantau dengan USG setiap 3 – 4 minggu yang dimulai pada usia kehamilan 20
minggu
Istirahat baring dianjurkan lebih banyak karena hal itu menyebabkan aliran darah ke plasenta meningkat,
sehingga pertumbuhan janin lebih baik. Penanganan dalam Kehamilan Mochtar (2012:264)
1) Perawatan prenatal yang baik untuk mengenal kehamilan kembar dan
mencegah komplikasi yang timbul, dan bila diagnosis telah ditegakkan pemeriksaan ulangan harus lebih
sering (1× seminggu pada kehamilan lebih dari 32 minggu)
2) Setelah kehamilan 30 minggu, koltus dan perjalanan jauh sebaiknya dihindari, karena akan merangsang
partus prematurus.
3) Pemakaian korset gurita pada perut yang tidak terlalu ketat diperbolehkan, supaya terasa lebih ringan.
4) Periksa darah lengkap, Hb, dan golongan darah

16. Penatalaksanaan ketuban pecah dini (KPD) atau premature rupture of membrane (PROM) berbeda
tergantung dari usia gestasi. Pada pasien yang aterm, induksi persalinan segera lebih direkomendasikan
karena dapat mengurangi risiko korioamnionitis. Pada pasien yang belum aterm, penatalaksanaan
bergantung pada klinis masing-masing pasien.

17. Mekanisme persalinan letak sungsang berlangsung dengan persalinan bokong, persalinan
bahu, dan persalinan kepala. Bokong masuk pintu atas panggul dapat melintang atau miring mengikuti
jalan lahir dan melakukan putar paksi dalam sehingga trochanter depan berada di bawah
simpisis. Dengan trochanter depan sebagai Asuhan Kebidanan pada..., Nur Solakha Zulfiana,
Kebidanan DIII UMP, 2011. hipomoklion, akan lahir trochanter belakang, dan selanjutnya seluruh
bokong lahir. Sementara itu bahu memasuki jalan lahir dan mengikuti jalan lahir untuk melakukan
putar paksi dalam sehingga bahu depan berada di bawah simpisis. Dengan bahu depan sebagai
hipomoklion akan lahir bahu belakang bersama dengan tangan belakang diikuti kelahiran bahu
depan dan tangan depan. Bersamaan dengan kelahiran bahu, kepala bayi memasukki jalan
lahir dapat melintang atau miring, serta melakukan putar paksi dalam sehingga suboksiput berada
dibawah simpisis. Suboksiput menjadi hipomoklion, berturut-turut akan lahir dagu, mulut, hidung,
muka, dan kepala seluruhnya.

18. Penanganan Letak LintangPada pemeriksaan antenatal ditemukan letak lintang, sebaiknya diusahakan
mengubah menjadi presentasi kepala dengan versi luar. Sebelum melakukan versi luar harus dilakukan
pemeriksaan teliti ada tidaknya panggul sempit, tumor dalam panggul atau plasenta previa, sebab
dapat membahayakan janin dan meskipun versi luar berhasil, janin mungkin akan memutarkembali.
Untuk mencegah janin memutar kembali ibu dianjurkan menggunakan korset, dan dilakukan
pemeriksaan antenatal ulangan untuk menilai untuk menilai letak janin.

19. Jika janin didiagnosis mengalami gawat janin, dokter perlu melakukan penanganan secepatnya.
Penanganan tersebut meliputi:
Resusitasi dalam rahim
Resusitasi dalam rahim dilakukan sebagai pengobatan utama dalam mengatasi gawat janin. Pada prosedur
ini, dokter akan:
• Memastikan ibu mendapat pasokan oksigen yang cukup dengan memakaikan selang oksigen pada
ibu.
• Memastikan asupan cairan ibu memadai dengan pemberian cairan lewat infus.
• Memosisikan ibu berbaring miring ke kiri untuk mengurangi tekanan rahim pada pembuluh vena
besar yang dapat mengurangi aliran darah ke plasenta dan janin.
• Menghentikan sementara penggunaan obat-obatan yang dapat meningkatkan kontraksi, seperti
obat oksitosin.
• Tokolisis, yaitu terapi untuk menghentikan kontraksi rahim sementara.
• Amnioinfusion, yaitu penambahan cairan pada rongga cairan ketuban untuk mengurangi tekanan
tali pusat.
Persalinan segera
Pemantauan kondisi janin
Kondisi bayi akan dimonitor secara saksama selama 1-2 jam setelah kelahiran, dan dilanjutkan hingga 12
jam pertama pasca kelahiran. Pemantauan yang dilakukan meliputi pemeriksaan keadaan umum, gerakan
dada, warna kulit, tulang dan otot, suhu tubuh, serta detak jantung bayi.
Jika terlihat bayi mengalami aspirasi mekonium atau keracunan ketuban, maka dokter perlu
membersihkan jalan napas bayi agar pernapasannya tidak terganggu.

20. Infeksi postpartum diobati dengan antibiotik. Jenis antibiotik ditentukan oleh jenis infeksi yang
dialami karena masing-masing memiliki bakteri penyebab yang berbeda.Untuk infeksi yang tergolong
ringan, pemberian antibiotik oral mungkin cukup. Tetapi jika infeksi termasuk berat, mungkin dibutuhkan
pemberian antibiotik secara intravena.Informasikan kepada tenaga medis jika Anda menyusui, agar
dipilihkan antibiotik yang aman bagi ibu menyusui.

21. Penatalaksanaan pada mastitis bertujuan untuk mencegah komplikasi seperti abses payudara. Pasien
dengan abses payudara dirujuk ke ahli bedah untuk perawatan definitif.
Pengosongan Payudara (Effective Milk Removal)
Pengosongan payudara secara efektif merupakan salah satu langkah manajemen yang paling penting dan
seringkali efektif dalam menangani mastitis karena salah satu penyebab terjadinya mastitis adalah aliran
susu yang statis. Langkah-langkah yang dapat dilakukan:
Ibu harus didorong untuk menyusui lebih sering, dimulai dari payudara yang sakit. Jika rasa sakit mulai
sangat mengganggu, maka dapat beralih ke payudara lainnya.
Posisi bayi di payudara dengan dagu atau hidung mengarah pada sumbatan akan membantu
menghilangkan sumbatan.
Memijat payudara selama menyusui dengan minyak nabati atau pelumas lain juga dapat membantu
pengosongan payudara.
Setelah menyusui, kosongkan payudara lebih lanjut menggunakan tangan atau pompa
Teknik ini merupakan cara alternatif untuk pasien dengan mastitis yaitu dengan memobilisasi aliran susu
di dalam payudara.

Terapi Suportif
Terapi suportif yang dapat dilakukan adalah istirahat, konsumsi cairan yang cukup, dan nutrisi yang
adekuat.Kompres hangat ke payudara sesaat sebelum menyusui dapat membantu aliran susu. Dan setelah
menyusui atau sesudahnya dilakukan kompres dingin untuk mengurangi rasa sakit dan edema.

Terapi Farmakologi
Tatalaksana farmakologi yang dapat digunakan pada mastitis adalah antibiotik dan analgesic

Analgesik
Analgesik dapat digunakan untuk membantu mengurangi rasa nyeri. Ibuprofen dan Paracetamol
umumnya cukup untuk mengurangi ketidaknyamanan pasien mastitis. Dosis Ibuprofen adalah 1,6
gram/hari, diberikan dalam dosis terbagi 200-400 mg per kali, dan tidak membahayakan untuk ibu
menyusui. Dosis paracetamol yang dapat digunakan adalah 500-1000 mg dapat digunakan setiap 6 jam,
dosis maksimal 4 g per 24 jam.

Antibiotik
Penggunaan antibiotik yang adekuat diperlukan dalam pengobatan mastitis, dan jika memungkinkan
sebaiknya diberikan berdasarkan hasil kultur dan sensitivitas.Karena S.aureus adalah penyebab tersering,
pemberian antibiotik empiris yang efektif terhadap patogen ini lebih disarankan. Pemberian antibiotik
sebaiknya dilakukan selama 10-14 hari.

22. Tata laksana pada gangguan jalan lahir bergantung dari etiologinya. Tata laksana yang dapat
dilakukan adalah penggunaan oksitosin, rotasi manual, persalinan vaginal operatif, simfisiotomi, dan
sectio caesarea.

23.Penatalaksanaan Subinvolusio
• Antibiotik pada endometritis
• Eksplorasi rahim pada hasil konsepsi tertahan
• Kerokan pada sisa plasenta yang tertinggal di dalam uterus.
• Ergometrine sering diresepkan untuk meningkatkan proses involusi dengan mengurangi aliran darah
dari uterus
24. Penatalaksanaan gangguan depresi dilakukan dengan terapi farmakologi menggunakan anti depresan
dan psikoterapi. Tujuan terapi adalah untuk mencapai remisi gejala klinis. Terapi gangguan depresi harus
dilakukan dengan kerjasama yang baik antara dokter, pasien, dan keluarga. Rujukan ke spesialis
kesehatan jiwa perlu dilakukan apabila:
1. Pasien mengalami depresi dengan komorbiditas lain
2. Depresi yang membahayakan diri sendiri dan/atau orang lain
3. Depresi dengan ciri psikotik
4. Depresi berat
5. Depresi dengan katatonia
6. Depresi yang tidak respon dengan terapi lini utama.
Farmakoterapi
Obat utama yang diberikan pada pasien dengan gangguan depresi adalah obat-obat anti depresan. Obat-
obat anti-depresan umumnya diberikan selama 6-12 minggu, dimulai dari dosis awal yang
direkomendasikan (Tabel 1). Faktor terpenting dalam memilih antidepresan adalah efektifitas dan
toleransi pasien terhadap obat tersebut. Antidepresan yang sering digunakan adalah:
Penghambat selektif serotonin/selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI)
SSRI adalah antidepresan generasi kedua. Obat ini merupakan obat pilihan utama untuk gangguan depresi
karena efek samping minimal dan rendahnya resiko untuk overdosis. SSRI yang sering kali digunakan
adalah:
1. Fluoksetin
2. Sertralin
3. Paroksetin
4. Fluvoksamin
5. Citalopram
6. Esitalopram

Psikoterapi
Psikoterapi dapat dilakukan sebagai upaya pengobatan lini utama ataupun kombinasi dengan
antidepresan. Psikoterapi dilakukan pada pasien dengan gejala depresi ringan hingga sedang. Pasien yang
tidak mengalami perbaikan gejala setelah 12 minggu menjalani psikoterapi harus diberikan anti-depresan.
Metode psikoterapi yang umum dilakukan adalah:
1. Terapi kognitif dan perilaku/
2. cognitive-behavioral therapy (CBT)

Terapi CBT untuk depresi meliputi strategi untuk mengubah cara pikir/kognitif pasien yang teridiri dari
pendangan negatif terhadap diri sendiri, dunia, dan masa depan dan mengatur ulang perilaku, misalnya
dengan penerapan jadwal aktivitas, dan sebagainya. CBT dapat dilakukan pada pasien dari seluruh
kelompok usia. Pasien dengan CBT umumnya lebih jarang mengalami rekurensi.

Terapi interpersonal/Interpersonal therapy (IPT)


Psikoterapi dengan IPT umumnya berlangsung selama 16 sesi dan lebih mengutamakan hubungan
interpersonal dan masalah personal yang meliputi: kedukaan/bereavement, konflik dengan pasangan,
konflik dengan rekan kerja, konflik dengan teman terdekat, konflik dengan anggota keluarga, perubahan
fase hidup (perceraian atau pensiun), dan kekurangan keterampilan sosial. IPT merupakan modalitas
terapi yang efektif dan spesifik untuk gangguan depresif mayor pada pasien dewasa.

Psikoterapi lainnya
Metode psikoterapi lain yang dapat digunakan antara lain:
1. Terapi psikodinamik
2. Terapi integratif
3. Terapi sistemik
Selain terapi farmakologi dan psikoterapi, dapat dilakukan perubahan gaya hidup dengan olah fisik, yoga,
tai chi, akunputur, diet tinggi omega tiga.

25. Penatalaksanaan gangguan psikotik akut bertujuan untuk mengembalikan fungsi premorbid,
meredakan dan mengontrol gejala. Penatalaksanaan dimulai dengan identifikasi dan penanganan kondisi
kegawatdaruratan, Apabila gangguan psikotik akut disertai kondisi kegawatdaruratan psikiatri, maka
pasien perlu dilakukan rawat inap.

Penanganan Awal
Kondisi kegawatdaruratan psikiatri yang menyertai gangguan psikotik akut di antaranya adalah gaduh
gelisah, perilaku menyakiti diri sendiri dan/atau lingkungan, serta percobaan bunuh diri. Dokter harus
mengidentifikasi kondisi kegawatdaruratan ini dan memberikan penanganan yang sesuai, misalnya
deeskalasi verbal atau pemberian terapi farmakologis untuk pasien agitasi dengan obat oral sebagai
pilihan lini pertama diikuti dengan terapi parenteral jika pasien tidak mau mengonsumsi obat oral. Terapi
farmakologis yang umum digunakan untuk penanganan awal adalah antipsikotik atau benzodiazepine.
Selain itu, ketamin juga dapat diberikan, khususnya pada pasien yang membutuhkan sedasi secara cepat.

Pemberian Antipsikotik
Apabila kondisi kegawatdaruratan psikiatri teratasi, terapi dilanjutkan dengan pemberian obat oral
antipsikotik yang kemudian dilakukan evaluasi dalam 1-3 minggu pertama sampai dosis optimal.
Pemberian antipsikotik pada gangguan psikotik akut serupa dengan pemberian untuk schizophrenia.
Antipsikotik atipikal (generasi kedua) bekerja lebih selektif dan berpengaruh pada reseptor serotonin
sehingga memperbaiki fungsi suasana perasaan. Golongan obat ini juga memiliki risiko efek samping
yang lebih rendah dibandingkan antipsikotik tipikal sehingga menjadi pilihan terapi untuk gangguan
psikotik akut.

Psikoterapi
Psikoterapi individual dan kelompok dapat dilaksanakan sebagai sarana mendiskusikan pendapat pasien
gangguan psikotik akut mengenai stresor yang dihadapi. Apabila gangguan psikotik akut muncul tanpa
adanya suatu stresor yang jelas, maka perlu digali faktor risiko lain, karena didapatkan kemungkinan
kondisi psikotik akut berulang selama masa kehidupan dan kecenderungan kebutuhan klinis yang tidak
terpenuhi.

Psikoedukasi merupakan intervensi yang ditujukan untuk mengurangi stimulus berlebih, stresor
lingkungan dan peristiwa kehidupan. Psikoterapi umumnya dilakukan saat kontrol setelah gejala awal
tertangani.

Anda mungkin juga menyukai