Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

DYSTOCIA PASSAGEWAY
(Ditujukan untuk memenuhi Tugas Kep. Maternitas II)

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
1. FAUZI ARDIANSYAH 17.0603.0089
2. SHAFIYAH NABILA 20.0603.0004
3. NADYA APRILIA SAPUTRI 20.0603.0015
4. SINTYA DEWI WULANDARI 20.0603.0016
5. FIDYA PUSPITASARI YONIFA 20.0603.0030
6. RINA PUTRI YANTI 20.0603.0031
7. M. ARDHA BAWONO S.A 20.0603.0032
8. PAMUNGKAS BUDI HANDOYO 20.0603.0034
9. AMELIA SAPUTRI 20.0603.0093
10. ZUBA NUR ARIFAH 20.0603.0094
11. LESA TITTA BELA 20.0603.0095

S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
A. DEFINISI DISTOSIA
Dystocia berasal dari bahasa Latin yaitu tokos yang berarti kelahiran bayi. Dystocia
yaitu keabnormalan atau kesulitan dalam melahirkan.
Distosia merupakan persalinan yang tidak normal atau pelahiran yang sulit,
disebabkan oleh malposisi kepala janin (asinklitisme atau ekstensi), dorongan eksplus yang
tidak adekuat, ukuran atau presentasi janin, panggul yang mengalami kontraksi atau
kelainan jalan lahir.
Distosia didefinisikan sebagai persalinan yang panjang, sulit, atau abnormal, yang
timbul akibat berbagai kondisi yang b.d 5 faktor persalinan sebagai berikut:
1. Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau akibat
upaya mengedan ibu (kekuatan/ power).
2. Perubahan struktur pelvis (jalan lahir).
3. Sebab pada janin meliputi kelainan presentasi/ kelainan posisi, bayi besar, dan
jumlah bayi.
4. Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan.
5. Respons psikologi ibu terhadap persalinan yang b.d pengalaman, persiapan,
budaya, serta sistem pendukung.
B. DYSTOCIA PASSAGEWAY (DISTOSIA KELAINAN JALAN LAHIR)
Passageway adalah mengetahui kondisi panggul dan jalan lahir bagus untuk
melakukan persalinan normal.
Distosia karena kelainan panggul dapat berupa:
1. Kelainan bentuk panggul yang tidak normal gynecoid, misalnya panggul jenis
Naegele, Rachitis, Scoliosis, Kyphosis, Robert dll.
2. Kelainan ukuran panggul. Panggul sempit (pelvic contaction). Panggul disebut
sempit apabila ukurannya 1-2cm kuranag dari ukuran yang normal.
Pelvis (panggul) tersusun atas empat tulang sacrum, koksigis, dan dua tulang
inominata yang terbentuk oleh fusi ilium, iskium, dan pubis. Tulang-tulang inominata
bersendi dengan sacrum pada sinkondrosis sakroiliaka dan bersendi dengan tulang
inominata sebelahnya di simfisis pubis.
Panggul di bagi menjadi 2 regio oleh bidang imajiner yang ditarik dari
promontorium sacrum ke pinggir atas simfisis pubis, yaitu:
1. Panggul palsu
Terletak diatas bidang, berfungsi untuk menyokong intetinum.
2. Panggul sejati
Terletak di bawah bidang, memiliki dua bukaan yaitu: arpertura pelvis
superior (pintu atas panggul) dan arpetura pelvis inferior (pintu bawah panggul).
Selama proses kelahiran pervaginam, bayi harus dapat melewati kedua pembukaan
panggul sejati ini.

Caldwell dan Moloy mengembangkan suatu klasifikasi panggul yang masih


digunakan hingga saat ini. Klasifikasi Caldwell-Molloy didasarkan pada pengukuran
diameter transversal terbesar di pintu atas panggul dan pembagiannya menjadi segmen
anterior dan posterior. Bentuk segmen-segmen ini menentukan klasifikasi panggul
menjadi: panggul ginekoid, anthropoid, android, ataupun platipeloid. Karakter segmen
posterior menentukan tipe panggulnya, dan karakter segmen anterior menetukan
kecenderungannya. Kedua hal ini ditentukan karena kebanyakan panggul bukan
merupakan tipe murni, melainkan campuran, misalnya, panggul ginekoid dengan
kecenderungan android berarti panggul posteriornya berbentuk ginekoid dan panggul
anteriornya berbentuk android.
Panggul ginekoid dianggap sebagai panggul normal wanita, sementara panggul
android merupakan varian dari panggul pria. Panggul android lebih sering ditemukan pada
wanita dengan akitvitas fisik yang berat selama masa remaja. Panggul android juga
ditemukan pada wanita yang mengalami keterlambatan dalam posisi tegak, yaitu setelah
usia 14 bulan, sementara panggul platipeloid lebih sering ditemukan pada wanita yang
memiliki kemampuan posisi tegak sebelum umur 14 bulan.
1) Distosia kesempitan pintu atas panggul
a) Pengertian
Bentuk pintu atas panggul wanita, dibandingkan dengan pria, cenderung
lebih bulat daripada lonjong. Terdapat empat diameter pintu atas panggul yang
biasa digunakan: diameter anteroposterior, diameter transversal, dan diameter
oblik. Diameter anteroposterior yang penting dalam obstetrik adalah jarak
terpendek antara promontorium sakrum dan simfisis pubis, disebut sebagai
konjugata obtetris. Normalnya, konjugata obstertis berukuran 10 cm atau lebih,
tetapi diameter ini dapat sangat pendek pada panggul abnormal. Konjugata
obstetris dibedakan dengan diameter anteroposterior lain yang dikenal sebagai
konjugata vera. Konjugata vera tidak menggambarkan jarak terpendek antara
promontorium sakrum dan simfisis pubis. Konjugata obstetris tidak dapat
diukur secara langsung dengan pemeriksaan jari. Untuk tujuan klinis,
konjugataobstetris diperkirakan secara tidak langsung dengan mengukur jarak
tepi bawah simfisis ke promontorium sakrum, yaitu konjugata diagonalis, dan
hasilnya dikurangi 1,5-2 cm.
Pintu atas panggul di anggap sempit apabila conjugate vera kurang dari
10cm atau kalua conjugate transfersa kurang dari 12cm.
Conjugate vera dilalui oleh diameter biparietalis yang kurang lebih 9,5cm dan
kadang-kadang mencapai 10cm. oleh karena itu, sudah jelas bahwa conjugate
vera yang kurang dari 10cm dapat menimbulkan kesulitan dan kesukaran
bertambah lagi jika kedua ukuran pintu atau panggul, yaitu diameter antero
posterior maupun diameter tranversa sempit.
b) Etiologi
 Kelainan karena gangguan pertumbuhan
 Panggul sempit seluruhnya: semua ukuran panggul sempit.
 Panggul picak: ukuran muka belakang sempit, ukuran melintas
biasa.
 Panggul sempit pidak: semua ukuran keciil, tetapi ukuran muka
belakang lebih sempit.
 Panggul corong: pintu atas panggul biasa, pintu bawah panggul
sempit.
 Panggul belah: simfisis terbuka.
 Kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya.
 Panggul rakhitis: panggul picak, panggul sempit, seluruh
panggul sempit picak, dll.
 Panggul osteomalasia: panggul sempit melintang.
 Radang artikulasi sakroiliaka: panggul sempit miring.
 Kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang.
 Kifosis di daerah tulang pinggang menyebabkan panggul
corong.
 Scoliosis di daerah tulang punggung menyebabkan panggul
sempit miring.
 Kelainan panggul disebabkan kelainan anggota bawah.
 Koksitis
 Luksasi
 Atrofi
c) Pengaruh panggul sempit
 Pada kehamilan
 Dapat menimbulkan retrofexio uteri gravidi incarcerate.
 Karena kepala tidak dapat turun, terutama pada primigravida
fundus lebih tinggi daripada biasa dan menimbulkan sesak nafas
atau gangguan peredaran darah.
 Kadang-kadang fundus menonjol ke depan hingga perut
menggantung.
 Perut yang menggantung pada seorang primigravida
merupakang tanda panggul sempit (abdomen pendulum).
 Kepala tidak turun kedalam rongga panggul pada bulan terakhir.
 Dapat menimbulklan letak muka, letak sungsang, dan letak
lintang.
 Biasanya anak seorang ibu dengan panggul sempit lebih kecil
daripada ukuran bayi (rata-rata).

 Pada persalinan
 Persalinan lama dari biasanya:
 Karena gangguan pembukaan
 Karena banyak waktu dipergunakan untuk mulase
kepala anak.
 Pada panggul sempit sering terjadi kelainan presentasi atau
posisi, misalnya:
 Pada panggul picak sering terjadi letak defleksi supaya
diameter bitemporalis dapat melalui conjugate vera yang
sempit itu.
 Bila seluruh panggul sempit kepala anak mengadakan
hiperfleksi supaya ukuran-ukuran kepala yang melalui
jala lahir sekecil-kecilnya.
 Pada panggul sempit melintang, sutura sagitalis akan
masuk pintu atas panggul dalam jurusan muka belakang
(position occipitalis directa) pintu atas panggul.
 Dapat terjadi rupture uteri jika his menjadi terlalu kuat dalam
usaha mengatasi rintangan yang ditimbulkan oleh panggul yang
sempit.
 Sebaliknya, jika otot Rahim menjadi lebih lelah karena
rintangan oleh panggul sempit, dapat terjadi infkesi intrapartum.
Infeksi ini tidak saja membahayakan ibu, tetapi juga dapat
menyebabkan kematian anak di dalam Rahim. Kadang-kadang
karena infeksi kemudian dapat terjadi timpania uteri atau
physometra.
 Terjadinya fistel, yaitu tekanan yang lama pada jaringan yang
dapat menimbulkan iskemi yang menyebabkan nekrosis.
 Rupture simfisis (simfisiolisis) dapat terjadi bahkan kadang-
kadang rupture dari artikulasi sakroiliaka.
 Paresis kaki dapat timbul karena tekanan dari kaki kepala pada
urat-urat saraf di dalam rongga panggul, yang paling sering
terjadi ialah kelumpuhan nervus peroneus.
 Pengaruh pada anak
 Partus yang lama misalnya yang lebih lama lebih dari 20 jam
atau kala II yang lebih dari 3 jam sangat menambah kematian
perinatal apalagi kalau ketuban pecah sebelum waktunya.
 Muolage yang kuat dapat menimbulkan perdarahan orak,
terutama kalau diameter bipariental kurang dari ½ cm. selain
dari itu mungkin pada tengkoroang terdapat tanda-tanda
tekanan, terutama pada bagian yang melalui promotorium (os
pariental).
d) Penanganan
Penanganan panggul sempit dapat dilakukan dengan persalinan percobaan,
yaitu: percobaan untuk melakukan persalinan pervaginam pada wanita dengan
panggul yang relative sempit. Persalinan percobaan hanya dapat dilakukan pada
letak belakang kepala, jadi tidak dilakukan pada letak sungsang, letak dahi,
letak muka atau kelainan letak lainnya. Persalinan dan berakhir setelah kita
mendapat keyakinan bahwa persalinan tidak dapat berlangsung pervaginam
atau setelah anak lahir pervaginam.
Persalinan percobaan dikatakan berhasil apabila anak lahir pervaginam
secara sponta atau dibantu dengan ekstrasi (forceps atau vacum) dan anak serta
ibu salam keadaan baik.
2) Distosia kelainan bidang tengah panggul
a) Pengetian
Distosia kelainan bidang tengah panggul adalah bidang tengah panggul
terbentang antara pinggir bawah symphysis dan spina ischiadica yang
menyentuh sacrum dekat pertemuan antara sacral ke 4 dan ke 5.
Ukuran terpenting dalam bidang tengah panggul, adalah;
 Diameter transversa (diameter antar spina) 10 ½ cm.
 Diameter anteroposterior dari pinggir bawah sympisis ke pertemuan
antara sacral ke 4 dan ke 5 adalah 11 ½ cm.
 Diameter sagitalis posterior dari pertengahan garis antar spinal ke
pertemuan sacral ke 4 dan ke 5 adalah 5 cm. ukuran bidang tengah
panggul tidak dapatt diperolah dengan cara klinis, tapi harus di ukur
dengan rontgen, tetapi kita dapat menduga kesempitan bidang tengah
panggul jika:
 Spina ischiadika sangat menonjol
 Dinding samping panggul konvergen
 Kalau diameter antar tuber ischadika 8 ½ cm atau kurang.
b) Etiologi
 Penyakit tulang seprti rachitis
 Tumor pada tulang panggul
 Trauma panggul.
c) Pengaruh
Kesempitan bidang tengah panggul dapat menimbulkla ganggaun putaran
paksi jika diameter antar kedua spina kurang dari 9cm sehingga kadang-kadang
diperlukan seksio sesarea.
d) Penanganan
Jika persalinan berhenti karena kesempitan bidang tengah panggul makan
baiknya di pergunakan ekstrasi vacuum, karena ekstrasi forceps kurang
memuaskan berhung forcep memperkecil ruangan jalan lahir.
3) Kesempitan pintu bawah panggul
a) Pengertian
Kesempitan pintu bawah panggul adalah jika diameter tranversa dan
diameter sagitalis posterior kurang dari 15 cm, maka sudut arkus pubis
mengecil pula sehingga timbul kemacetan pada jalan lahir ukuran biasa.
Ukuran penting dalam pintu bawah panggul:
 Diameter transversa 11 cm
 Diameter anteroposterior dari pinggir bawah simpisis ke ujung sacrum
11 ½ cm.
 Diameter sagitalis posterior dari pertengahan antar tuberum ke ujung os
sacrum 7 ½ cm.
Pintu bawah panggul dikatakan sempit jika jarak antara tuber os ischi 8 cm
atau kurang. Jika jarak inti berkurang dengan sendirinya arkus pubis meruncing.
Oleh karena itu, besarnya arkus pusing dapat dipergunakan untuk menentukan
kesempitan pintu bawah panggul.
Jika segitiga dapat dibatasi oleh arkus pubis, segitiga belakang idak
mempunyai batas tulang sebelah samping. Oleh karena itu, jelaslah bahwa jika
jarak antar kedua tuberisiadika sempit, kepala akan dipaksa keluar ke sebelah
belakang dan mungkin tidaknya persalinan bergantung pada besarnya segitiga
belakang. Lahirnya kepala pada segitiga yang belakang biasanya menimbulkan
robekan perineum yang besar.
Menurut Thoms distosia dapat terjadi jika jumlah ukuran anatar kedua tuber
ischia dan diameter sagitalis posterior < 15cm (normal 11cm + 7,5 = 18,5cm).
jika pintu bawah panggul sempit,biasanya bidang tengah panggul juga sempit.
Kesempitan pintu bawah panggul dapat menyebabkan gangguan putaran paksi.
Kesempitan pintu bawah panggul jarang memaksa kita melakukan seksio
sesarea, yang dapat diselesaikan dengan forceps dan dengan apisiotomi yang
cukup luas.
b) Etiologi
Adanya kelainan pada jaringan keras/ tulang panggul, atau kelainan pada
jaringan lunak panggul.
c) Pengaruh
 Pada ibu
 Persalinan akan berlangsung lama
 KPD
 Tali pusat menumbung
 Rupture uteri
 Pada janin
 Ineksi intra partal
 Kematian janin intra partal
 Perdarahan intracranial
 Caput sucsedenum
 Sefalohematom
C. MANIFESTASI DISTOSIA KARENA KELAINAN STRUKTUR PELVIS
1. Bagian terbawah anak goyang dan tes Osborn (+).
2. Dijumpai kesalahan-kesalahan letak presentasi dan posisi.
3. Fleksi kepala tidak ada, bahkan setelah persalinan dimulai.
4. Sering dijumpai tali pusat terkemuka dan menumbung
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DISTOSIA
1. Pemeriksaan pressure Catherther Placement.
Pemeriksaan dengan cara menempatkan perangkat yakni kateter ke dalam
ruang amnion selama persalinan untuk mengukur kekuatan kontraksi uterus .Ujung
kateter yang ditempatkan dalam ruang amnion tersebut kemudian terkoneksi oleh
kabel. Kontraksi diukur dalam mmHg dan ditampilkan pada monitor dalam mode
grafis yang disebut dengan Montevideo Unit (MVU).

MVU dihitung dengan mengukur intensitas atau amplitudo puncak (dalam


mmHg) untuk masing-masing kontraksi yang terjadi dalam sepuluh menit dan
kemudian menjumlahkannya. Amplitudo kontraksi adalah perbedaan antara nada
istirahat dan puncak kontraksi (dalam mmHg). Misalnya, jika ada 3 kontraksi dalam
10 menit , memuncak 70 , 80 , dan 75 mmHg dari tekanan intrauterine, dan nada
uterus dasar dari 10 mmHg, ini akan dihitung sebagai ( 70-10 ) + ( 80-10 ) + ( 75-
10 ) = 60 +70 +65 = 195 MVUs. Kontraksi dinilai adekuat jika dinyatakan sebesar
200 MVUs per 10 menit. Sebuah persalinan spontan yang normal umumnya kurang
dari 280 MVUs.
2. Kardiotokografi (CTG)
Alat Kardiotokografi (CTG) atau juga disebut Fetal Monitor merupakan
salah satu alat elektronik yang digunakan untuk tujuan melakukan pemantauan
kesejahteraan dan kondisi kesehatan janin. Pemeriksaan umumnya dapat dilakukan
pada usia kehamilan 7- 9 bulan dan pada saat persalinan. Pemeriksaan CTG
diperoleh informasi berupa signal irama denyut jantung janin (DJJ), gerakan janin
dan kontraksi rahim.
Pemeriksaan dengan kardiotokografi merupakan salah satu upaya untuk
menurunkan angka kematian perinatal yang disebabkan oleh penyakit penyulit
hipoksi janin dalam rahim. Pada dasarnya pemantauan ini bertujuan untuk
mendeteksi adanya gangguan yang berkaitan hipoksi janin dalam rahim, seberapa
jauh gangguan tersebut dan akhirnya menentukan tindak lanjut dari hasil
pemantauan tersebut. Pada saat bersalin kondisi janin dikatakan normal apabila
denyut jantung janin dalam keadaan reaktif, gerakan janin aktif dan dibarengi
dengan kontraksi rahim yang adekuat. Kontraksi uterus dinyatakan adekuat jika
mencapai 50-60 mmHg. Tekanan intrauterine < 15 mmHg dapat dinyatakan
sebagai inersia uteri hipotonis.

3. Palpasi Abdomen
Palpasi abdomen bertujuan untuk mendapatkan data dasar yang diperlukan
untuk menentukan presentasi janin dengan pemeriksaan Leopold. Selain itu,
palpasi abdomen ini juga berguna untuk mengkaji kemajuan persalinan melalui
pengkajian kontraksi uterus. Kontraksi uterus dapat dirasakan sebagai pengerasan
di bawah dinding abdomen. Kontraksi diawali di daerah fundus kemudian menjalar
ke bawah dan ke seluruh uterus seperti gelombang. Kontraksiterkeras terjadi di
fundus dan melemah pada bagian uterus yang lain (dominan fundus). Oleh karena
itu, kontraksi lebih mudah dipalpasi dengan meletakkan telapak tangan di bagian
fundus. Pemeriksa dapat mengkaji frekuensi kontraksi dengan menetapkan
lamanya jarak antara awitan kontraksi yang satu dengan yang lainnya. Tonus
istirahat uterus juga harus diobservasi dengan mengkaji tonus di antara dua
kontraksi. Dengan cara ini pemeriksa dapat menetapkan apakah kontraksi
mengalami peningkatan lama, kuat dan frekuensinya, yang biasa terjadi pada
persalinan normal. Kontraksi uterus dinyatakan baik jika terdapat his yang kuat
sekurang- kurangnya 3 kali dalam 10 menit dan masing-masing lamanya >40 detik.
4. Pevilmetri Klinis
Pengukuran panggul (pelvimetri) merupakan cara pemeriksaan yang
penting untuk mendapatkan keterangan tentang keadaan panggul. Pada wanita
dengan tinggi badan kurang dari 150 cm dapat dicurigai adanya kesempitan
panggul. Pelvimetri dengan pemeriksaan dalam (manual) mempunyai arti yang
penting untuk menilai secara agak kasar pintu atas panggul serta panggul tengah,
dan untuk memberi gambaran yang jelas mengenai pintu bawah panggul. Dengan
pelvimetri rontgenologik diperoleh gambaran yang jelas tentang bentuk panggul
dan ukuran-ukuran dalam ketiga bidang panggul. Akan tetapi pemeriksaan ini
dalam masa kehamilan beresiko, khususnya bagi janin. Menurut English
James,dkkCT pelvimetri tingkat radiasinya terhadap janin lebih kurang sepertiga
dari tingkat radiasi secara X-ray pelvimetri sehingga lebih aman penggunaannya,
namun tetap saja membahayakan janin. Oleh sebab itu tidak dapat dipertanggung
jawabkan untuk menjalankan pelvimetri rontgenologik secara rutin pada masa
kehamilan, kecuali atas indikasi yang kuat.
5. USG
USG (Ultrasonography) adalah alat bntu diagnostik yang sangat berguna
untuk memantau keadaan janin selama masa kehamilan. USG bekerja dengan cara
menghantarkan gelombang suara yang memiliki frekuensi antara 3,5 - 7,0
MegaHrtz (MHz) ke janin atau pembulu darah dan akan dipantulkan kembali dalam
bentuk gambar yang dapat kita lihat di monitor USG. Dengan USG dapat diketagui
struktur jaringan janin dengan baik. Instrumen ini berbeda dengan sarana
diagnostik lain, seperti X-Ray dan CT-Scan yang memiliki tingkat radiasi yang
tinggi. USG tidak memberikan efek reaksi ionisasi terhadap tubuh, sehingga tidak
merusak jaringan. Hingga saat ini belum ada laporan adanya efek biologis
merugikan yang ditimbulkan oleh pemeriksaan USG pada kehamilan. USG dalam
kehamilan memiliki fungsi utama yaitu untuk mengetahui lokasi kehamilan/ janin,
jumlah janin, serta keadaan organ kelamin ibu bagian dalam, seperti bentuk rahim
dan kedua indung telur. Selain itu USG juga dapat digunakan untuk memeriksa
konfirmasi kehamilan, usia kehamilan, pertumbuhan dan perkembangan bayi
dalam kandungan, adanya ancaman keguguran, masalah pada plasenta,
kemungkinan kehamilan kembar, volume cairan ketuban, kelainan letak janin dan
jenis kelamin bayi.
E. PENATALAKSANAAN MEDIS DISTOSIA KARENA KELAINAN JALAN LAHIR
Sebenarnya panggul hanya merupakan salah satu faktor yang menentukan apakah
anak dapatlahir spontan atau tidak, disamping banyak faktorlain yang memegang peranan
dalam prognosa persalinan.
Bila conjugata vera 11 cm dapat dipastikan partus biasa, dan bila ada kesulitan
persalinan, pasti tidak disebabkan faktor panggul. Untuk C.V kurang dari 8,5 cm dan anak
cukup bulan tidak mungkin melewati panggul tersebut.
1. C.V = 8,5 -10 cm dilakukan partus percobaan yang kemungkinan berakhir dengan
partus spontan atau dengan ekstraksi vakum-ekstraksi forsep, atau ditolong dengan
seksio sesarea sekunder atas indikasi obstetrik lainnya.
2. C.V = 6-8,5 cm dilakukan S.C primer.
3. C.V = 6 cm dilakukan S.C primer induk
Disamping hal-hal tersebut di atas juga tergantung pada:
1. His atau tenaga yang mendorong anak.
2. Besarnya janin, presentasi, dan proporsi janin.
3. Bentuk panggul.
4. Umur ibu dan pentingnya anak.
5. Penyakit ibu.

Anda mungkin juga menyukai