Anda di halaman 1dari 12

MENGEMBANGKAN ASPEK PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA ANAK

MELALUI KEGIATAN BIMBEL DI RUMAH

Disusun Oleh :

RISNA DWI SISWANTI


NIM : 2018.155.3416

NOVA TRI YANTI


NIM : 2018.155.0245

WIWIN FATIMAH
NIM : 2018.155.0315

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS PENDIDIKAN ISLAM DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM
NUSANTARA BATANG HARI
2022

ABSTRAK
Meningkatkan Perkembangan Kognitif Pada Anak Usia Dini
Melalui Alat Permainan Edukatif Perkembangan merupakan suatu
perubahan yang berlangsung seumur hidup dengan bertambahnya
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak
kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian
Perkembangan Kognitif adalah suatu proses berfikir yaitu
kemampuan untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan
suatu kejadian atau peristiwa. Potensi kognitif ditentukan pada saat
konsepsi (pembuahan ) namun terwujud atau tidaknya tergantung dari
lingkungan dan kesempatan yang diberikan. Untuk mengetahui
pengertian dari Alat Permainan Edukatif serta mengetahui bagaimana
pelaksanaan penerapan pembelajaran dalam meningkatkan aspek
kognitif melalui APE sederhana yang dikembangkan. Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif menggunakan teknik pengumpulan
data dengan wawancara dan observasi. Yang menjadi subjek dari
penelitian ini adalah anak usia 2 tahun kemudian Guru kelas dan anak
usia 3-4 tahun. bermain peran akan membuat anak berkemampuan
sosial. Sambil bermain peran ikut belajar berbagi, belajar mengantri atau
bergiliran, dan berkomunikasi dengan teman-temannya Kemampuan
mengelola emosi, termasuk untuk memahami perasaan takut, kecewa,
sedih, marah dan cemburu. Anak akan belajar mengelola dan
memahami perasaan-perasaan tersebut. mengasah kreativitas dan
disiplin, biasanya anak akan mengambil peraturan dan pola hidupnya
sehari- hari dan kebiasaan si anak atau orang tua bahkan orang
dewasa di lingkungan terdekat anak.

Kata kunci: Perkembangan Kognitif, Anak Usia Dini


PENDAHULUAN

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah sebuah program


pembinaan yang dilakukan pada anak usia 0 sampai 6 tahun agar anak
memiliki kesiapan pada pendidikan selanjutnya (Rindaningsih, 2012).
Fokus pengembangan PAUD terhadap anak usia dini diantaranya adalah
aspek kognitif dan fisik-motorik. Lingkup perkembangan kognitif terdiri dari
belajar dan pemecahan masalah, berpikir logis dan berpikir simbolik.

Sedangkan perkembangan fisik-motorik yaitu kesehatan dan


keselamatan motorik kasar dan motorik halus. Dalam upaya
mengembangkan seluruh potensi anak diperlukan penanganan yang
baik dari berbagai komponen antara lain dari guru yang merancang
proses pembelajaran serta lingkungannya.

Geldard & Geldard (2012) mengungkapkan bahwa faktor


lingkungan meberikan pengaruh terbesar dalam perubahan perilaku
setiap anak. Artinya lingkungan sekolah merupakan bagian yang amat
penting untuk mendidik dan mengembangkan potensi anak. Hasil studi
awal penelitian yang dilakukan Hidayat & Nur, (2018); Nur, Mulyana &
Perdana, (2017) menyebutkan proses pembelajaran yang dilakukan pada
Taman Kanak-kanak belum berjalan secara optimal dalam
mengembangkan potensi anak. Penyebabnya antara lain kurangnya
pemahaman guru dalam pemilihan dan penerapan metode pembelajaran
yang variatif serta karakteristik siswa yang beragam.

Ketika kegiatan pembelajaran, para guru masih terjebak pada


penerapan-penerapan proses ajar konvensional artinya para guru hanya
mengulang-ulang rutinitas aktivitas belajar mulai dari awal pembelajaran,
berbaris, menyanyi dan masuk ke dalam kelas. Berdasarkan pengamatan,
penerapan proses belajar yang variatif dan inovatif masih jarang
dilakukan. Padahal sudah cukup banyak metode-metode pembelajaran
yang diterapkan pada anak dalam upaya meningkatkan perkembangan
anak usia dini (Hafina, Nur & Rusmana, 2019).

Adapun metode pembelajaran tersebut antara lain adalah


permainan tradisional kaulinan barudak, permainan bola kecil serta
pembelajaran gerak dan lagu. Melalui penerapan metode tersebut,
terdapat peningkatan perkembangan sikap empati, pola gerak dasar,
motorik kasar, dan kecerdasan kinestetik pada anak (Nur, Halimah &
Nurzaman, 2017; Nur, Mulyana & Perdana, 2017; Respati, Nur &
Rahman, 2018). Namun, penelitian yang menerapkan aktivitas
pembelajaran di air (akuatik) untuk mengembangkan kemampuan kognitif
masih terbatas. Padahal pembelajaran akuatik bagi anak usia dini dapat
memberikan banyak manfaat terhadap perkembangan potensi
mereka.

Program akuatik prasekolah di negara maju sudah diterapkan


sejak lama dengan fokus output pada pengenalan air sebagai dasar
perkembangan anak serta keterampilan dasar berenang (Alaniz, dkk.,
2017). Program pembelajaran akuatik pada anak prasekolah bertujuan
untuk memberikan anak pengalaman terhadap aktivitas akuatik yang
menyenangkan, berani beraktivitas dalam air sehingga menstimulus
pada perkembangan kognitif, sosial dan motorik anak (Langendorfer &
Bruya, 2018).

Berdasarkan kajian latar belakang, maka tujuan penelitian yang


akan dilakukan adalah mengenai penerapan model pembelajaran
akuatik berbasis permainan dalam mengembangkan kemampuan
kognitif anak usia dini. Namun pada artikel ini akan ditampilkan dahulu
hasil studi profil awal kemampuan kognitif anak usia dini. Hasil
penelitian penerapan model pembelajaran akuatik berbasis permainan
dalam mengembangkan kemampuan kognitif anak usia dini secara
keseluruhan akan peneliti

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode


deskriptif. Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa dengan usia 5-6
tahun. Jumlah partisipan dalam penelitian ini sebanyak 10 anak.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi terstruktur,
catatan lapangan dan dokumentasi mengenai kemampuan kognitif anak
dalam pembelajaran akuatik yang meliputi prosedur kelas, aturan kolam
renang, aturan bermain, bahasa intruksi, dan mekanika gerakan. Teknik
analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah statistik deskriptif.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan


memaparkan data-data yang telah dikumpulkan bersumber dari lapangan
tempat peneliti melakukan observasi dan wawancara. Yang menjadi
subjek dari penelitian ini adalah anak usia 2 tahun kemudian Guru kelas
dan anak. Penelliti melakukan analisis terhadap data-data yang diperoleh
saat melakukan penelitian dengan menggunakan metode wawancara
kepada guru kelas dan observasi secara langsung kepada objek yaitu
Anak usia 3-4 tahun dengan mengkaitkan teori yang ada dalam buku
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini memberikan gambaran mengenai suatu fenomena


tertentu yaitu kemampuan kognitif anak usia 5-6 tahun dalam
pembelajaran akuatik. Berdasarkan pengambilan data yang dilakukan,
perolehan data kemampuan kognitif anak usia 5-6 tahun ketika mengikuti
pembelajaran akuatik adalah sebagai berikut:

menunjukkan deskripsi data total nilai pengamatan kemampuan


kognitif anak usia dini dalam pembelajaran aquatik. Skor total yang
diperoleh untuk keseluruhan aspek yakni sebesar 22, dengan rata-rata
skor sebesar 2.2, standar deviasi sebesar 1.13, skor maksimal 4, dan
skor minimal 1. Adapun Langendorfer & Bruya (dalam Susanto, 2014)
membuat 5 aspek penilaian yang diperlukan untuk mengetahui
kemampuan kognitif anak pada usia dini. Berikut merupakan tabel
kemampuan kognitif dalam pembelajaran akuatik prasekolah.

terlihat aspek penilaian kemampuan kognitif dalam pembelajaran


akuatik untuk anak usia 5-6 tahun. Aspek penelitian kemampuan kognitif
tersebut meliputi: 1). prosedur kelas, 2). aturan kolam renang, 3). aturan
bermain, 4). bahasa instruksi, 5). mekanika gerakan. Seluruh subjek
penelitian yang berjumlah 10 anak kemudian diamati dengan
mengacu kepada aspek penilian Kemampuan Kognitif Anak Usia Dini
Dalam Pembelajaran Akuatik (Anne Hafina, Lutfi Nur, Nandang Rusmana)

PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan kognitif


anak usia 5-6 tahun secara keseluruhan pada persentase 20% (2 anak)
yang masuk kedalam kategori berkembang sangat baik, 20% (2 anak)
yang masuk pada kategori berkembang sesuai harapan, dan 20% (2
anak) pada kategori mulai berkembang. Sedangkan 40% (4 anak) sisanya
pada kategori belum berkembang. Berdasarkan hasil penelitian tersebut
menandakan bahwa kemampuan kognitif anak usia dini belum
berkembang dengan optimal sehingga perlu adanya berbagai upaya
untuk mengatasi hal tersebut.
Pada intinya, Susanto (2012) menjelaskan bahwa perkembangan
kognitif pada anak usia dini (usia prasekolah) berada pada masa
preoperasional artinya anak belum mampu menguasai aktivitas yang
dilakukan dengan operasi mental secara logis. Pada periode ini anak
berada pada masa perkembangan symbolic function artinya anak
mempresentasikan sesuatu dengan menggunakan kata-kata bahasa
gerak (gesture), dan benda (Yusuf, 2012). Lebih lanjut Ibda, (2015)
menjelaskan dalam artikelnya yang berjudul perkembangan kognitif: teori
Jean Piaget menjelaskan bahwa anak pada masa preoperasional telah
menunjukkan aktivitas kognitif dalam memahami realitas di lingkungan
dengan menggunakan tanda-tanda dan symbol sehingga cara berpikir
anak pada tingkat ini bersifat tidak sistematis tidak konsisten dan tidak
logis. Oleh karena itu pemberian pembelajaran akuatik pada anak usia
dini harus memperhatikan unsur tersebut sehingga tujuan pembelajaran
nantinya dapat tercapai dengan baik.

Salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan


kemampuan kognitif anak pada usia dini yakni melalui bermain dan
permainan. Dunia permainan memang identik dengan anak-anak karena
melalui permainan, anak mendapatkan makna belajar yang
sesungguhnya (Conatser, 2018). Konsep belajar sambil bermain juga
dapat diterapkan pada pembelajaran akuatik sehingga kegiatan
pembelajaran menjadi lebih menarik, disamping itu juga dapat dijadikan
sebagai wahana rekreasi maupun belajar berkompetisi bagi anak
(Langendorfer, 2015). Selain itu, pemberian pembelajaran dengan
metode-metode yang inovatif, menarik, dan menyenangkan juga
berpengaruh pada pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran
(Malik, 2013). Perpaduan antara aktivitas berhitung atau mencocokan
warna dan gambar dapat menjadi alternatif pilihan dalam pemberian
pembelajaran akuatik guna melatih pemahaman kognitif anak.

Berdasarkan penelitian sebelumnya, profil kemampuan awal anak


perlu untuk diketahui sebagai landasan guna mengoptimalkan
perkembangan anak (Hafina, Nur & Rusmana, 2019). Dengan adanya
data awal tersebut, akan tergambarkan bagian mana saja yang dapat
ditingkatkan sehingga hasil profil kemampuan awal kognitif anak ini dapat
dijadikan data awal untuk penelitian selanjutnya. Berdasarkan hasil
penelitian, teori, dan temuan penelitian terdahulu menunjukkan bahwa
capaian hasil kemampuan kognitif anak harus dikembangkan dan
ditingkatkan sehingga potensi anak terutama dalam pembelajaran akuatik
dapat berjalan dengan optimal.
Dari hasil observasi ini penulis dapat menyimpulkan bahwa
bermain peran akan membuat anak berkemampuan sosial. Sambil
bermain peran ikut belajar berbagi, belajar mengantri atau bergiliran, dan
berkomunikasi dengan teman-temannya .Kemampuan mengelola emosi,
termasuk untuk memahami perasaan takut, kecewa, sedih, marah dan
cemburu. Anak akan belajar mengelola dan memahami perasaan-
perasaan tersebut. mengasah kreativitas dan disiplin, biasanya anak akan
mengambil peraturan dan pola hidupnya sehari-hari dan kebiasaan si
anak atau orang tua bahkan orang dewasa di lingkungan terdekat anak.

Serta mengasah kecerdasan linguistik yaitu kemampuan


berbahasa hal itu terlatih secara tidak langsung akan bertemu dengan
lawan mainnya pada saat bermain peran. Perkembangan kognitif untuk
anak-anak di PAUD itu beragam ada yang perkembangan sifat sosial
emosionalnya dan untuk perkembangan bahasanya juga masih kurang.
Untuk meningkatkan perkembangan kognitif Hal tersebut bisa di lakukan
dengan memberikan permainan edukatif kepada anak yang dalam
perkembangan kognitif (sosial emosional dan bahasa) dengan
memberikan Alat permainan edukatif mbak seperti menggunakan alat
permainan Boneka-bonekaan peralatan dokter ataupun peralatan masak
disini nantinya anak akan diajak oleh guru bermain peran dengan
menggunakan alat-alat tersebut

Hasil dari kegiatan pengabdian ini berupa pendampingan siswa


melalui kegiatan bimbingan belajar yang dilaksanakan di rumah
penduduk. Kegiatan pengabdian ini merupakan salah satu program
pengabdian masyarakat bagi Dosen sebagai upaya pelaksanaan.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini memberikan banyak
manfaat, wawasan dan pengetahuan kepada anak-anak terutama dalam
meningkatkan prestasi dan motivasi belajar. Pelaksanaan kegiatan
bimbingan belajar ini menggunakan 5 tahapan, yaitu: (1)
pemotivasian siswa dalam belajar melalui motivasi berorientasi materi
dan motivasi tentang kehidupan berupa cerita-cerita inspiratif, (2)
ceramah atau penjelasan materi, (3) tanya jawab, (4) Permainan berupa
kuis yang menantang (kuis siapa berani), (5) pemberian reward (hadiah)
berupa pujian/penghargaan secara lisan dan berupa barang.

Tahapan pemotivasian siswa dalam belajar melalui dua jenis


motivasi, yaitu motivasi berorientasi materi dan motivasi tentang
kehidupan berupa cerita-cerita inspiratif. Motivasi berorientasi materi
dilakukan dengan cara memberikan suatu kegiatan motivasi yang sesuai
dengan materi yang akan dipelajari, misalnya dalam kelompok
eksakta berupa penyajian fenomena alam yang unik, demonstrasi
peragaan alat-alat praktikum, sedangkan dalam kelompok ilmu sosial
berupa sajian fenomena dimasyarakat, kebudayaan, dan perilaku sosial
dimasyarakat pada suatu daerah yang memiliki kearifan lokal tertentu
yang dapat merangsang siswa untuk siap menerima materi. Hal ini akan
mendorong siswa untuk bertanya-tanya dan termotivasi pada materi
kegiatan yang akan dipelajari. Motivasi kehidupan berupa cerita- cerita
inspiratif dengan cara pemateri dalam hal ini dosen memberikan kisah-
kisah inspiratif, baik yang dialami oleh orang lain ataupun pengalaman
langsung yang dialami oleh pemateri sendiri, seperti pengalaman
mendapatkan beasiswa dan beberapa penghargaan serta kemudahan
dalam menciptakan lapangan kerja karena berkat menempuh pendidikan
tinggi. Hal ini akan mendorong siswa untuk termotivasi pada dunia
pendidikan dan keinginan untuk melanjutkan pendidikan tinggi.

Tahapan tanya jawab dilaksanakan untuk mengetahui sejauh


mana pemahaman siswa terhadap penjelasan yang telah dipelajari
sebelumnya. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya dan pemateri
(dosen) memberikan kesempatan siswa lain untuk menjawab
pertanyaan tersebut. Tugas pemateri adalah meluruskan jawaban dari
siswa, dan menjawab bilamana ada pertanyaan yang belum bisa
terjawab. Bagi siswa yang bertanya dan menjawab diberikan poin khusus
berupa bintang untuk memotivasi keaktifan siswa.

Tahapan permainan berupa kuis yang menantang (kuis siapa


berani) bertujuan untuk mengasah kemampuan siswa dengan persoalan-
persoalan yang menantang. Tahapan permainan ini berupa petunjuk
untuk melengkapi kata yang kosong dengan beberapa huruf atau angka
setelah pemateri membacakan teka-teki dengan uraian kalimat-
kalimat untuk menggiring kepada jawaban sesuai dengan yang
diinginkan. Tahapan ini juga digunakan untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan siswa dalam menerima kegiatan pembelajaran. Hasil dari
tahapan juga digunakan untuk memperoleh tambahan poin bintang
untuk ditukarkan dengan reward diakhir kegiatan pembelajaran.

Tahapan pemberian reward (hadiah) berupa pujian/penghargaan


secara lisan dan berupa barang. Tahapan ini bertujuan untuk
merangsang keaktifan dan sikap antusias siswa dalam mengikuti
kegiatan belajar. Reward yang diberikan berupa pujian/penghargaan
secara lisan bagi siswa yang mengikuti kegiatan belajar hingga akhir
dengan tertib, selain itu mereka juga mendapatkan permen, sedangkan
reward berupa barang (makanan ringan) diperuntukkan bagi siswa yang
memperoleh poin bintang terbanyak. Pemberian reward memberikan
kontribusi yang baik dalam meningkatkan motivasi belajar siswa, hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan Erlita (2014).

Perkembangan prestasi belajar siswa rata-rata menunjukkan


perkembangan yang positif menuju ke arah yang lebih baik. Hal tersebut
berdasarkan hasil tes berupa tanya jawab secara lisan berdasarkan
materi yang telah dipelajari. Selain itu, dapat dilihat dari
perkembangan nilai harian siswa di buku paket, LKS, dan buku tugas
siswa yang digunakan untuk ke sekolah rata-rata mengalami kenaikan.
Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan bimbingan belajar mampu
meningkatkan prestasi siswa. Namun, masih ditemui ada sebagian kecil
siswa yang perkembangan nilainya cenderung masih tetap, dan bahkan
ada siswa yang nilainya dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). Hal
tersebut ternyata disebabkan karena kedisiplinan siswa dalam mengikuti
bimbingan belajar masih kurang, dan terdapat satu siswa yang lupa tidak
membawa tugas ke sekolah, sehingga terpaksa nilainya dibawah KKM
pada nilai tugas.

Perkembangan motivasi belajar siswa menunjukkan hasil yang


positif. Hasil perkembangan ini dilihat berdasarkan hasil wawancara
secara lisan pada siswa. Sebagian besar siswa menunjukkan keinginan
yang kuat untuk terus berprestasi dan menempuh hingga pendidikan
tinggi. Beberapa siswa menunjukkan cita-cita yang kuat untuk menjadi
seorang dokter, pilot, polisi, presiden, direktur, pelaut menteri, bidan,
hingga guru. Berdasarkan hasil pengamatan melalui lembar observasi,
menunjukkan sikap antusias siswa dalam mengikuti kegiatan bimbingan
belajar. Siswa menjadi lebih termotivasi ketika belajar secara bersama-
sama bahkan ada yang mengatakan bahwa pembelajaran dengan
pola bimbingan belajar seperti itu terasa menyenangkan.

Kendala yang dihadapi selama pelaksanaan program tersebut


adalah diperlukannya fasilitas yang lebih memadai seperti penerangan
lampu dan pendingin ruangan mengingat kegiatan tersebut
pelaksanaannya dimalam hari jadi membutuhkan beberapa lampu
penerangan di sudut-sudut ruangan. Pendingin ruangan juga diperlukan
terkait dengan jumlah siswa sebanyak 35 siswa per rumah maka akan
meningkatkan suhu ruangan di dalam rumah jika dipakai terlalu lama.
Upaya keberlanjutan program dengan mengadakan fasilitas yang
memadai untuk meningkatkan kegiatan literasi siswa di luar sekolah
melalui pelaksanaan kegiatan bimbingan belajar, sehingga siswa menjadi
lebih nyaman dalam belajar.

PENUTUP

Kesimpulan

Kemampuan kognitif anak usia dini di PAUD pada pembelajaran


akuatik masih dalam kategori Mulai Berkembang (MB). Hal ini terlihat dari
temuan PAUD bahwa persentase perolehan kemampuan kognitif anak
sebesar 44%. Penelitian lanjutan diperlukan sebagai upaya untuk
meningkatkan kemampuan kognitif anak usia dini dalam pembelajaran
akuatik. Penerapan model pembelajaran dan strategi pengajaran dapat
dilakukan agar perkembangan potensi anak dapat ditingkatkan.

Dari pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa


perkembangan kognif anak sangat perlu untuk terus dikembangkan pada
anak usia dini Perkembangan kognitif merupakan perubahan
kemampuan berfikir atau intelektual. Seperti juga kemampuan fisik. Dalam
perkembangan kognitif berfikir kritis merupakan hal yang penting. Ketika
anak tertarik pada obyek tertentu ketrampilan berfikir mereka akan lebih
kompleks. Dilain pihak ketika anak mengalami kebigungan terhadap
subyek tertentu. Perkembanagan kognitif pada anak-anak terjadi melalui
urutan yang berbeda. Tahapan ini membantu menerangkan cara anak
berfikir menyimpan informasi dan beradaptasi dengan lingkungannya.

Saran

Saran yang dapat peneliti sampaikan dalam penelitian ini adalah


sebagai berikut: a) Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan
maka dapat disaranka kepada para Guru untuk selalu meningkatkan
perkembangan kognitif pada semua anak didiknya dengan
mengembangkan Alat Permainan Edukatif disekitarnya. dan b) Bagi
peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan peningkatan
kemampuan anak melalui metode dan media pembelajaran yang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Alaniz, M. L., Rosenberg, S. S., Beard, N. R., & Rosario, E. R. (2017).


The Effectiveness of Aquatic Group Therapy for Improving Water Safety
and Social Interactions in Children with Autism Spectrum Disorder: A Pilot
Program. Journal of Autism and Developmental Disorders

Barnett, L. A., & Kleiber, D. A. (1982). Concomitants of Playfulness in


Early Childhood: Cognitive

Abilities and Gender. Journal of Genetic Psychology

Conatser, P., James, E., & Karabulut, U. (2018). Adapted Aquatics for
Children with Severe Motor Impairments. International Journal of Aquatic
Research and Education

Faber, R. (2017). Dance and early childhood cognition: The Isadora


effect. Arts Education Policy Review

Geldard, K. & Geldard, D. (2012). Konseling Anak-Anak. Jakarta: Indeks.

Hafina, A., Nur, L., & Rusmana, N. (2019). Aquatic learning approach for
improving early childhood basic attitude. Jurnal Pendidikan Jasmani dan
Olahraga

Hafina, A., Nur, L., & Rusman, N. (2019). Basic Attitude Ability of Early
Childhood in Aquatic Learning. In 2nd International Conference on
Educational Sciences (ICES 2018). Atlantis Pres

Hasanah, U. (2016). Pengembangan Kemampuan Fisik Motorik Melalui


Permainan Tradisional bagi Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak

Hidayat, S., & Nur, L. (2018). Nilai Karakter, Berpikir Kritis dan
Psikomotorik Anak Usia Dini. Jurnal Ilmiah VISI PGTK PAUD dan
DIKMAS

Hurlock, E. B. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga

Langendorfer, S. J. (2009). Water Learning: Improving Mental, Physical,


and Social Skills through

Water Activities. International Journal of Aquatic Research & Education

Malik, A. A. (2013). “Ular Tangga Olahraga” Media Permainan Edukatif


untuk Olahraga dengan Menggunakan Sistem Sirkuit Training bagi Siswa
Kelas X SMA Negeri Ajibarang Tahun 2013. ACTIVE: Journal of Physical
Education, Sport, Health and Recreations

Nur, L., Mulyana, E.H., & Perdana, M.A. (2017). Permainan Bola Kecil
untuk Meningkatkan Keterampilan Motorik Kasar Anak Usia Dini pada
Kelompok B di TK Pertiwi DWP Kota Tasikmalaya. Jurnal PAUD
AGAPEDIA

Nur, L., Halimah, M., & Nurzaman, I. (2017). Permainan Tradisional


Kaulinan Barudak untuk Mengembangkan Sikap Empati dan Pola Gerak
Dasar Anak Usia Dini. Jurnal PAUD AGAPEDIA

Nur, L., dkk. (2019). Basic Motor Ability: Aquatic Learning for Early
Childhood. Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreation

Nurihsan, A. J. & Agustin, M. (2011). Dinamika Perkembangan Anak dan


Remaja. Bandung: Refika Aditama.

Pan, Chen-Yu. (2010). Effects of water exercise swimming program on


aquatic skills and social behaviors in children with autism spectrum
disorders. Autis

Rahma, D. (2017). Penggunaan Alat Permainan Edukatif (APE) untuk


Mendukung Perkembangan

Anak Usia 5-6 Tahun di PAUD Al-Fikri. Jurnal Pendidikan dan


Pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai