Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH BAHASA INDONESIA

USHUL FIQH (PUASA)

Dosen Pengampu: Dr. Firdaus Zar’in,M.Si.

Disusun Oleh:

Kurnia (12101176)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahuwata’ala yang telah memberikan


limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya bisa menyusun tugas makalah
“Bahasa Indonesia” dan tidak lupa shalawat serta salam saya curahkan kepada
Nabi Muhammad Shalallahu’alaihiwassalam, adapun makalah saya berjudul
“USHUL FIQH (PUASA)” diharapkan dapat bermanfaat baik bagi penulis
maupun pembaca. Namun tidak lepas dari itu semua, saya menyadari
bahwasannya makalah ini masih banyak kekurangan sehingga saya selaku penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat mengembangkan perbaikan
pada makalah saya ini untuk kedepannya.

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk
memenuhi mata kuliah Bahasa Indonesia yang diampu oleh Dr. Firdaus
Zar’in,M.Si. Terimakasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Pontianak, 5 Januari 2022

Kurnia

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................4
C. Tujuan .......................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................5

A. Pengertian Puasa........................................................................................5
B. Puasa Wajib...............................................................................................5
C. Puasa Sunnah.............................................................................................11
D. Waktu yang Diharamkan untuk Berpuasa.................................................15
E. Amalan saat Berpuasa...............................................................................15
F. Hikmah Berpuasa......................................................................................16
G. Puasa dan Pembentukan Insan Berkarakter...............................................16

BAB III PENUTUP...............................................................................................19

A. Kesilmpulan...............................................................................................19
B. Saran..........................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Allah SWT menciptakan manusia dengan bentuk yang sesempurna
mungkin, karena Allah adalah pencipta yang paling baik. Allah memberi
kita sepasang mata yang bisa melihat segala ciptaan-Nya, hidung yang bisa
mencium segala macam bebauan, dua telinga yang bisa mendengar
berbagai macam suara yang Allah ciptakan, tubuh yang dibentuk semurna
tanpa cacat sedikitpun, mulus tanpa sisik, dan lembab tidak kering seperti
tanah tandus yang lama tidak di siram. Manusia hidup bersama, turun
temurun, dan saling bekerja sama dalam segala hal.
Agama Islam adalah agama yang rahmatan lil’aalamiin,
mempunyai syariat yang harus dilaksanakan oleh pemeluknya. Kewajiban
bagi umat Islam untuk menjalankan syariat tersebut tentunya terdapat
banyak hikmah di dalamnya. Semua yang diciptakan oleh Allah swt. tidak
ada yang sia-sia. Demikian pula dengan urusan ibadah dan muamalah,
baik yang diperintah maupun yang dilarang, semua mengandung hikmah
meskipun di antara hikmah-hikmah tersebut belum terungkap oleh
manusia. Salah satu ibadah yang mengandung banyak hikmah adalah
ibadah puasa
Ibadah puasa merupakan ibadah yang diperintahkan Allah swt.
kepada seluruh agama langit yang pernah hadir di muka bumi ini. Tidak
mengherankan apabila puasa telah dipraktikkan oleh manusia sepanjang
sejarah peradabannya, terlepas dari perbedaan tata cara pelaksanaannya.
Di samping itu, puasa juga telah dilakukan manusia dengan berbagai
motivasi yang berbeda. Ada orang yang berpuasa untuk memperoleh
kesehatan, mengurangi berat badan, mendapatkan ilmu tertentu bahkan
lebih jauh dari itu ada yang berpuasa untuk mencapai kedalaman spiritual
dengan mensucikan jiwa dari kecenderungan hawa nafsu.

1
Ketahuilah bahwa puasa termasuk ibadah dan ketaatan yang paling
utama. Banyak hadis yang membicarakan tentang keutamaannya, juga
kabar-kabar yang terdengar dari orang. Di antara keutamaan puasa adalah
Allah swt, mewajibkan dan memfardhukannya kepada seluruh umat
manusia. Seandainya puasa bukan ibadah yang agung, maka tidak ada
perlunya para makhluk beribadah kepada Allah swt. dengan mengerjakan
puasa. Puasa juga dapat mendatangkan pahala bagi orang-orang yang
menjalankannya dengan keimanan dan keikhlasan. Perintah Allah swt.
kepada orang-orang yang beriman untuk menjalankan ibadah puasa
tentunya terdapat hikmah di dalamnya. Sesungguhnya ibadah puasa tidak
hanya dilakukan oleh umat Islam, melainkan umat non-muslim pun
melaksanakannya. Namun tentunya tata cara pelaksanaannya berbeda
dengan ibadah puasa yang dilakukan oleh umat Islam.
Bila puasa ditinjau dan dikaji dari berbagai segi, akan ditemukan
banyak manfaat yang belum disadari atau belum diketahui secara baik.
Andaikata setiap orang memahami dan menyadari akan manfaat yang luar
biasa pentingnya bagi kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat, tentu
orang yang selama ini belum tekun puasa Ramadan akan menyesal, karena
telah mengabaikan alat ampuh dalam perjuangan hidup untuk mencapai
kehidupan baik yang diridai Allah swt. Sebagai umat yang beriman,
kehadiran bulan Ramadan disambut dengan perasaan bahagia penuh suka
cita sebagai bulan yang penuh keberkahan, bulan Al-Qur’an, bulan
ampunan, bulan kasih sayang, bulan doa, bulan taubat, bulan kesabaran,
dan bulan pembebasan dari api neraka serta disebut pula dengan bulan
pendidikan (syahru al-tarbiyah) bagi manusia.
Puasa Ramadhan adalah kewajiban sakral dan ibadah Islam yang
bersifat syiar yang besar, juga salah satu rukun Islam praktis yang lima,
yang menjadi pilar agama. Puasa merupakan ibadah agung yang hanya
Allah SWT saja yang mengetahui seberapa besar pahalanya. Seorang yang
berpuasa juga akan mendapatkan dua kebahagiaan yang tidak dirasakan
oleh selain mereka, yaitu kebahagiaan ketika berbuka dan kebahagiaan

2
ketika mereka bertemu dengan Rabbnya. Puasa merupakan suatu tindakan
menghindari makan, minum, serta segala hal lain yang dapat memuaskan
hasrat-hasrat psikis maupun fisik yang dilakukan pada masa tertentu.
Makna dan tujuannya secara umum adalah untuk menahan diri dari segala
hawa nafsu, merenung, mawas diri, dan meningkatkan keimanan terhadap
Allah SWT. Salah satu hikmah puasa ialah melatih manusia untuk
meningkatkan kehidupan rohani. Nafsu jasmani yang terdapat dalam diri
tiap individu harus diredam, dikendalikan, dan diarahkan dengan sungguh-
sungguh untuk mencapai tujuan yang mulia. Setiap orang yang
menjalankan puasa pada hakekatnya sedang memenjarakan dirinya dari
berbagai nafsu jasmani. Puasa juga merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan taraf kehidupan, baik yang duniawi maupun akhirat. Karena
puasa telah dilakukan di setiap syariat agama.
Pada sebuah hadist dikatakan bahwa “Semua amal anak adam itu
untuk dirinya sendiri, kecuali puasa. Karena puasa itu dikerjakan untuk-
Ku, maka Aku-lah yang akan member balasannya”. Puasa merupakan
salah satu bentuk ritual agama yang dapat meningkatkan kualitas spiritual
manusia dan sebagai wahana pensucian diri guna mendekatkan diri kepada
Allah Swt.
Pengaruh puasa bagi diri umat islam terutama ketika bulan
Ramadhan dapat dirasakan oleh fisik maupun jiwa. Hal ini dapat dilihat
dari berbagai segi. Dalam segi kesehatan, justru sangat bermanfaat.
Kalaupun ada yang menemui permasalahan kesehatan pada saat berpuasa,
maka permasalahan itu muncul akibat yang bersangkutan tidak menjaga
aturan kesehatan dalam mengkonsumsi makanan.
Pembahasan mengenai ibadah puasa menarik untuk dikaji,
mengingat ajaran ibadah puasa terdapat dalam agama islam dan berlaku
pada umat-umat terdahulu hingga sekarang. Maka kami akan mengkaji
permasalahan seputar ibadah puasa. Makalah ini hanya menulis /
membahas tentang masalah yang berkaitan dengan puasa menurut agama
islam

3
B. Sub Masalah
1. Apa pengertian dari puasa?
2. Jelaskan tentang puasa wajib!
3. Jelaskan tentang puasa sunnah!
4. Jelaskan kapan waktu yang diharamkan untuk berpuasa!
5. Apa saja amalan saat berpuasa?
6. Bagaimana hikmah dari puasa?
7. Bagimana puasa dan pembentukan insan berkarakter?
C. Tujuan
1. Untuk menegtahui pengertian dari puasa.
2. Untuk mengetahui penejelasan tentang puasa wajib.
3. Untuk mengetahui penjelasan tentang puasa sunnah.
4. Untuk mengetahui kapan waktu yang diharamkan untuk berpuasa.
5. Untuk mengetahui hikmah dari puasa.
6. Untuk mengetahui puasa dan pembentukan insan berkarkater.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Puasa
Puasa merupakan rukun islam yang keempat. Puasa berasal dari kata
“Saumu” yang artinya menahan diri dari segala sesuatu, seperti: menahan
makan, minum, hawa nafsu, dan menahan dari bicara yang tidak bermanfaat.
Sedangkan arti puasa menurut istilah adalah menahan diri dari segala
sesuatu yang membatalkannya, mulai dari terbit fajar sampai terbenamnya
matahari dengan niat1 dan beberapa syarat tertentu, sesuai dengan firman
Allah sebagai berikut:
...‫س َو ِد ِمنَ ا ْلفَ ْج ۖ ِر‬ ُ َ‫َو ُكلُ ْوا َواش َْربُ ْوا َح ٰتّى يَتَبَيَّنَ لَ ُك ُم ا ْل َخ ْيطُ ااْل َ ْبي‬
ْ َ ‫ض ِمنَ ا ْل َخ ْي ِط ااْل‬
Artinya: “Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara
benang putih dan benang hitam, yaitu fajar...” (Q.S. Al-Baqarah/2:187).
Setiap orang yang percaya kepada Allah SWT diwajibkan untuk
berpuasa di bulan Ramadhan sebagaimana firman Allah sebagai berikut:
َ‫صيَا ُم َك َما ُكتِ َب َعلَى الَّ ِذيْنَ ِمنْ قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُ ْو ۙن‬
ِّ ‫ٰيٓاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا ُكتِ َب َعلَ ْي ُك ُم ال‬
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,”
(Q.S. Al-Baqarah/2:183”.
Dari ayat tersebut, sudag jelas bahwa puasa itu diwajibkan 2 bagi
orang-orang yang beriman dengan tujuan agar menjadi orang yang bertakwa.

B. Puasa Wajib
Puasa wajib adalah puasa yang harus dilaksanakan oleh setiap umat
islam yang sudah baligh dan apabila ditinggalkan akan mendapatkan dosa.
1
Sayid Sabiq, 1995. Fiqh Al-Sunnah, Jilid Pertama, Beirut, Dar al-Fikr, hal 320.
2
Ibid.

5
Adapun macam-macam puasa wajib ada empat yaitu:
a. Puasa Ramadhan
Puasa Ramadhan adalah puasa yang dilaksanakan di bulan Ramadhan
yang merupakan rukun islam keempat. Puasa wajib ini mulai
diperintahkan pada tahun kedua hijrah, setelah Nabi Muhammad saw
Hijrah ke Madinah. Hukumnya adalah fardu ‘ain. Oleh karena itu, jangan
sekali-kali meninggalkan puasa Ramadhan tanpa adanya halangan yang
dibenarkan menurut syariat. Apabila sedang berhalangan melaksankan
puasa Ramadhan, kita wajib menggantikannya pada hari yang lain.
Agar puasa kita menjadi lebih sempurna dan bermakna, marilah kita
pahami ketentuan-ketentuannya.
1) Syarat wajib puasa
Orang islam berkewajiban untuk melaksankan puasa apabila
memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Berakal,
b) Baligh, dan
c) Mampu berpuasa.
2) Syarat sahnya puasa
Disamping syarat wajib ada syarat lain agar puasa kita menjadi sah,
antara lain:
a) Beragama islam,
b) Mumayiz (sudah dapat membedakan mana yang baik dan mana yang
tidak baik),
c) Dalam waktu yang diperbolehkan untuk puasa.
3) Rukun Puasa
Orang yang akan melaksanakan puasa harus memenuhi rukun puasa
antara lain:
a) Niat untuk berpuasa
Ketika hendak berpuasa di bulan Ramadhan, lakukan niat di
dalam hati dengan ikhlas. Apabila diucapkan, maka niat puasa
tersebut adalah sebagai berikut:

6
‫سنَ ِة ِهللِ تَ َعالَى‬
َّ ‫ضانَ ه ِذ ِه ال‬
َ ‫ش ْه ِر َر َم‬ ِ ‫ص ْو َم َغ ٍد عَنْ اَدَا ِء فَ ْر‬
َ ‫ض‬ َ ُ‫َويْت‬
Artinya: “Saya berniat puasa Ramadhan esok hari untuk
menjalankan kewajiban di bulan ramadhan tahun ini karena mentaati
perintah Allah Ta’ala.”
b) Menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa dari terbit
fajar sampai terbenamnya matahari.3
4) Hal-hal yang membatalkan puasa
Berpuasa merupakan bentuk ibadah kita kepada Allah swt. Untuk
itu kita harus berhati-hati dakam melaksananya. Ada enam perkara yang
bisa membatalkan puasa kit, yaitu:
a) Makan dan minum
Makan dan minum yang membatalkan puasa adalah apabila
dilakukan dengan sengaja4. Kalua makan minum dilakukan dengan
tidak sengaja karena lupa, hal ini tidak membatalkan puasa.
b) Muntah yang disengaja5 atau dibuat-buat
Apabila muntahnya tidak sengaja, tidak membatalkan puasa.
c) Berhubungkan suami istri
Orang yang melakukan hubungan suami isti pada siang hari 6di
bulan Ramadhan dapat membatalkan puasanya. Ia wajib mengganti
puasa itu serta harus membayar kifarat (denda). Ada tiga macam
kifaratnya, antara lain: memerdekan hamba sahaya, kalua tidak
sanggup memerdekakan hamba sahaya maka wajib berpuasa dua
bulan berturut-turut, kalau tidak kuat berpuasa maka bersedekah
dengan memberikan makanan yang mengenyangkan kepada enam
puluh fakir miskin dan tiap-tiap orang mendapatkan ¾ liter beras
atau yang setara.
d) Keluar darah haid atau nifas bagi perempuan
e) Gila atau sakit jiwa

3
Sulaiman, Rasyid. fikih islam. Bandung: Sinar baru Algensido, hal 220
4
M. Moch Anwar, 1994. Fikih Islam Tarjamah Matan Taqrib. Bandung, PT Alma’rif, hal 9.
5
Labib, Mz. 2007. Problematika Puasa, Zakat, Haji dan Umrah. Putra Jaya: Surabaya, hal 8.
6
Ibid.

7
f) Keluar cairan mani dengan sengaja
5) Hal-hal yang disunnahkan dalam puasa
Orang yang sedang berpuasa disunnahkan untuk melakukkan hal-
hal sebagai berikut:
a) Berdoa ketika berbuka puasa,
b) Memperbanyak sedekah,
c) Salat malam, termasuk salah tarawih, dan
d) Tadarus atau membaca al-Qur’an.
6) Hal-hal yang mengurangi padahal puasa
Hal yang dapat mengurangi bahkan menghilangkan pahala puasa
adalah semua perbuatan yang dilarang oleh Islam. Contohnya
membericakan kejelekkan orang lain, berbohong, mencaci maki orang
lain, dan sebagianya.
7) Orang-orang yang boleh berbuka pada bulan Ramadhan
Berpuasa adalah kewajiban bagi setiap muslim. Akan tetapi, dalam
keadaan tertentu boleh tidak berpuasa. Adapun orang-orang yang
diperbolehkan meninggalkan puasa sebagai berikut:
a) Orang yang sedang sakit dan tidak kuat untuk berpuasa atau apabila
berpuasa sakitnya semakin parah. Namun, ia harus menggantikannya
di hari lain apabila sudah sembuh nanti.
b) Orang yang sedang dalam perjalanan jauh. Ia pun wajib mengqada
puasanya di hari lain.
c) Orang tua yang sudah lemah sehingga tidak kuat lagi untuk
berpuasa. Ia wajib membayar Fidyah, yakni bersedekah tiap hari ¾
liter beras atau yang sama dengan itu kepada fakir miskin.
d) Orang yang sedang hanil dan menyusui anak. Kedua perempuan ini
kalau khawatir akan menjadi mudarat kepada dirinya sendiri atau
berserta anaknya mereka wajib menggaqa puasanya sebagimana
orang yang sedang sakit. Kalau hanya khawatir akan menimbulkan
mudarat bagi anaknya, ia wajib menggaqa puasanya dan membayar
fidyah kepada fakir miskin.

8
b. Puasa Nazar
Puasa nazar adalaj puasa yang dilakukan karena mempunyai nazar
(janji kebaikan yang pernah diucapkan). Puasa ini wajib dilaksankan
ketika keinginnya atau cita-citanya terpenuhi.
Misalnya, kamu ingin sekali lulus SMP dan memperoleh predikat 10
besar di sekolah. Jika keinginan mulia itu terwujud kamu berjanji untuk
puasa 3 hari. Nah, Ketika cita-cita itu ternyata terpenuhi, maka janji
(nazar) untuk berpuasa 3 hari tersebut harus segera kamu laksanakan.
Nazar harus berupa amal kebaikan. Kita tidak boleh bernazar dengan
amal keburukan atau maksiat. Jika seseorang kelepasan bernazar untuk
berbuat maksiat kepada Allah swt, maka hal tersebut tidak wajib bahkan
tidak boleh dilakukan, bahkan ia harus beristighfar memohon ampun
kepada Allah atas nazar berbuat maksiat tadi.
Adapun hukum puasa nazar adalah wajib dilaksanakn sebagimana
firman Allah Swt sebagai berikut:
ْ ‫يُ ْوفُ ْونَ ِبالنَّ ْذ ِر َويَ َخافُ ْونَ َي ْو ًما َكانَ ش َُّر ٗه ُم‬
‫ست َِط ْي ًرا‬
Artinya: “Mereka memenuhi nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya
merata di mana-mana”. (Q.S, Al-Insan/76:7).
c. Puasa Qada
Puasa qada adalah puasa yang kita niatkan untuk mengganti
kewajiban sesudah lewat waktunya. Sebagai contoh orang yang
meninggalkan puasa karena sedang haid, berkewajiban mengganti puasa
tersebut di bulan yang lainnya. Apabila meninggalkan puasanya enam
hari, wajib baginya menggaqada enam hari (sebanyak jumlaj hari yang
ditinggalkan) Batas waktu untuk menggaqada puasanya adalah sampai
dating bulan puasa berikutnya. Apabila tidak dilakukan ia wajib menggaqa
serta membayar fidyah.
d. Puasa kifarat
Puasa kifarat adalah puasa yang wajib dikerjakan karena melanggar
suatu aturan yang telah ditentukan. Puasa kifarat wajib dilaksanakan
apabila terjadi hal-hal berikut:

9
1) Tidak mampu memenuhi nazar
Nazar merupakan janji yang wajib dipenuhi oleh sesorang. Namun
kadang kala seseorang tidak sanggup memenuhi janji tersebut karena
ada halangan. Contoh: Seseorang berjanji jika sembuh dari sakit, ia
akan melaksankan umrah. Apabila sakit yang dideritanya sudah
sembuh, maka dia wajib melaksankan umrah. Namun, saat itu dia
belum mempunyai ongkos untuk pergi umrah. Maka, dia boleh
menggantinya dengan membayar fidyah kepada sepuluh orang miskin.
Jika tidak mampu membayar fidyah, dia wajib berpuasa selama tiga
hari.
2) Berkumpul dengan istri pada siang hari di bulan Ramadhan
Dalam kasus semacam ini orang tersebut wajib melaksanakan
puasa kifarat selama dua bulan berturut-turut.
3) Membunuh secara tidak sengaja
Membunuh merupakan perbuatan keji yang dilarang oleh Allah
Swt dan termasuk dosa besar. Namun, sering kali terjadi kasus
terbunuhnya seseorang namun sebenarnya pelakunya tidak
menginginkan hal itu terjadi. Contohnya: sesorang pengemudi sudah
berhati-hati saat mengendarai mobil, namun tiba-tiba ada seseorang
yang menyeberang jalan dan tertabrak sehingga penyeberangan itu tak
tertolong nyawanya. Dalam kasus semacam ini penabrak wajib
membayar kifarat berupa memerdekakan hamba sahaya sambal
memberikan santunan kepada pihak korban. Jika tidak mampus, dia
harus berpuasa selama dua bulan berturut-turut.
4) Melakukan zihar kepada istirnya (menyamakan istri dengan ibunya)
Seseorang suami yang menyamakan istri dengan ibunya hukumnya
haram. Contoh perilaku menyamakan adalah seorang suami tidak mau
melakukan hubungan suami istri (memberi nafkah batin) karena ketika
melihat istrinya seperti melihat ibunya. Perlakuan suami seperti ini
tentu sangat menyakiti hati dan perasaan istrinya. Hal ini sangat
dilarang oleh Allah swt. Apabila perbuatan ini sudah terlanjur, maka

10
suami tersebut harus membayar kifarat dengan memerdekaan hamba
sahaya atau berpuasa dua bulan berturut-turut.
5) Mencukur rambut ketika ihram
Ketika sedang melaksankan ibadah haji, seorang jamaah haji sudah
mencukur rambut sebelum tahalul. Maka, jamaah haji tersebut harus
membayar kifarat berupa memberikan sedekah keoada enam fakir
miskin atau berpuasa tiga hari.
6) Berburu ketika ihram
Pada saat seseorang melaksankan haji, dia tidak boleh berburu
binatang. Jika hal itu dilakukan, maka dia wajib membayar kifarat
karena berburu binatang merupakan salah satu dari laranga haji. Bentuk
kifaratnya ditentukan oleh keputusan hakim yang dinilai jujur.
7) Mengerjakan haji dan umrah dengan cara tamattu’ atau qiran
Dalam hal ini ia wajib membayar denda sebagai berikut:
menyembelih seekor kambing yang oantas untuk berqurban. Apabila
tidak sanggup memotong kambing, ia wajib melaksanakan puasa
selama sepuluh hari. Tiga hari wajib ia kerjakan pada saat ihram paling
lambat pada hari raya Haji dan tujuh harinya wajib dilaksanakan
sesudah ia kembali ke tanah airnya.

C. Puasa Sunnah
Selain diperintahkan untuk melaksanakan puasa wajib, kitanjuga
dianjurkan untuk melaksanakan puasa sunnah. Cara mengerjakannya sama
seperti melaksanakan puasa Ramadhan, yaitu dimulai dari terbitnya fajar
sampai terbenamnya matahari. Dalaam pelaksanaannya puasa sunnah ini
dikaitkan dengan bulan, hari, dan tanggal. Puasa sunnah ini apabila
dikerjakan akan mendapatkan pahala. Namun, apabila tidak dikerjakan tidak
mendapat dosa.
Berikut ini akan diuraikan puasa yang disunnahkan untuk
dilaksanakan selain puasa wajib, puasa sunnah itu ada banyak, tetapi saya
hanya menggambil 5 macam yaitu:

11
a. Puasa Syawal
Puasa ini dilaksanakan sesudah tanggal 2 Syawal. Jumlahnya ada
enam hari. Cara mengerjakannya boleh dikerjakan enam hari berturut-
turut atau boleh juga dilaksanakan dengan cara berselang-seling.
Misalnya sehari puasa sehari tidak. Hal ini berdasarkan hadis sebagai
berikut:
َ ْ‫ َمن‬:‫سلَّ َم قَا َل‬
‫صا َم‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ِ ‫سو َل هَّللا‬ ُ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ َأنَّ َر‬
ِ ‫ي َر‬ َ ‫وب اَأْل ْن‬
ِّ ‫صا ِر‬ َ ُّ‫عنْ َأبِي َأي‬
ِ ‫ش َّوا ٍل َكانَ َك‬
‫صيَ ِام ال َّد ْه ِر‬ ِ ُ‫ضانَ ثُ َّم َأ ْتبَ َعه‬
َ ْ‫ستًّا ِمن‬ َ ‫َر َم‬
Artinya: “Dari Abu Ayub, dari Rasullah saw berkata: siapa berpuasa
Ramadhan kemudian mengikutinya dengan berpuasa 6 hari di bulan
Syawal, yang demikian itu (pahalanya) seperti puasa setahun.” (H.R.
Jama’ah kecuali Bukhari dan Nasa’i).
b. Puasa Arafah (tanggal 9 Zulhijjah)
Puasa ini dilaksankaan ketika orang yang melaksanakan ibadah
haji7 sedang wukuf di Padang Arafah. Sedangkan orang yang
menunaikan ibadah haji tidak disunnahkan melaksanakan puasa ini.
Keistimewaan puasa Arafah ini dapat menghapus dosa selama dua
tahun: yaitu satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan dating
sebagimana tentuang dalam hadist berikut:
ُ‫سنَةَ الَّتِى بَ ْع َده‬ َّ ‫ب َعلَى هَّللا ِ َأنْ يُ َكفِّ َر ال‬
َّ ‫سنَةَ الَّتِى قَ ْبلَهُ َوال‬ ِ َ‫صيَا ُم يَ ْو ِم َع َرفَةَ َأ ْحت‬
ُ ‫س‬ ِ
Artinya: “Dari Abu Qatadah, nabi saw, telah berkata: puasa hari
Araffah itu menghapuskan dosa dua tahun: satu tahun yang telah lalu,
dan satu tahun yang akan dating.” (H.R.Muslim).
c. Puasa Hari Senin dan Kamis8
Puasa hari Senin dan Kamis adalah puasa sunnah yang
dilaksanakan pada hari Senin dan Kamis. Sebagaimana hadist berikut:
‫صاِئ ٌم‬ َ ‫س فَُأ ِح ُّب َأنْ يُ ْع َر‬
َ ‫ض َع َملِى َوَأنَا‬ ِ ‫ض اَأل ْع َما ُل يَ ْو َم‬
ِ ‫اال ْثنَ ْي ِن َوا ْل َخ ِمي‬ ُ ‫تُ ْع َر‬

7
H.M Djamli Latif. 2001. Puasa dan Ibadah Bulan Puasa, Jakarta, Ghalia Indonesia, hal 22.
8
Ibid, hal 32.

12
Artinya: Rasulullah bersabda: "Berbagai amalan dihadapkan (kepada
Allah) pada Senin dan Kamis, maka aku suka jika amalanku dihadapkan
sementara aku sedang berpuasa." (HR. Tirmidzi).
d. Puassa Ayyamul Bidh
Macam puasa sunnah berikutnya yaitu puasa Ayyamul Bidh. Puasa
sunnah Ayyamul Bidh adalah puasa tiga hari pada setiap bulan
Qamariyyah yakni tanggal 13, 14, 15 Hijriyyah. Puasa sunnah ini dikenal
sebagai puasa hari putih. Dari Abu Dzar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda padanya:
َ‫س َعش َْرة‬ ْ ‫ش َرةَ َوَأ ْربَ َع َع‬
َ ‫ش َرةَ َو َخ ْم‬ ُ َ‫ش ْه ِر ثَالَثَةَ َأيَّ ٍام ف‬
ْ ‫ص ْم ثَالَ َث َع‬ ُ ‫ا َأبَا َذ ٍّر ِإ َذا‬
َّ ‫ص ْمتَ ِمنَ ال‬
Artinya: “Jika engkau ingin berpuasa tiga hari setiap bulannya, maka
berpuasalah pada tanggal 13, 14, dan 15 (dari bulan Hijriyah).” (HR.
Tirmidzi no. 761 dan An Nasai no. 2425
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
َ ‫ص ْو ُم ثَالَثَ ِة َأيَّ ٍام‬
‫ص ْو ُم ال َّد ْه ِر ُكلِّ ِه‬ َ
Artinya: “Puasa pada tiga hari setiap bulannya adalah seperti puasa
sepanjang tahun.” (HR. Bukhari no. 1979).
e. Puasa Sya’ban
Puasa Sya'ban adalah salah satu macam puasa sunnah yang
dilakukan di Bulan Sya'ban. Dari Saidatina aisyah Radiallahu Anhu
beliau berkata:
"Adalah Rasulullah saw berpuasa sampai kami katakan beliau tidak
pernah berbuka. Dan beliau berbuka sampai kami katakan beliau tidak
pernah berpuasa. Saya tidak pernah melihat Rasulullah menyempurnakan
puasa satu bulan penuh kecuali Ramadhan. Dan saya tidak pernah
melihat beliau berpuasa lebih banyak dari bulan Syaban." (HR. Bukhari,
Muslim dan Abu Dawud).
Keutamaan dan manfaat berpuasa syaban akan membawa
keuntungan bagi umat islam, seperti Allah mengharamkan tubuhnya dari
api neraka, kelak akan menjadi penghuni surga dan menjadi teman bagi

13
nabi Yusuf Alaihissalam, akan mendapatkan pahala seperti yang telah
dilimpahkan Allah SWT kepada Nabi Ayub dan Nabi Daud.
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه‬ ُ ‫ َو َما َرَأيْتُ َر‬: ْ‫ض َي هَّللا ُ َع ْن َها َأنَّ َها قَالَت‬
َ ِ ‫سو َل هَّللا‬ ِ ‫شةَ ُأ ِّم ا ْل ُمْؤ ِمنِينَ َر‬
َ ‫عَنْ عَاِئ‬
َ‫ش ْعبَان‬ َ ‫صيَا ًما فِي‬ ِ ُ‫ش ْه ٍر َأ ْكثَ َر ِم ْنه‬
َ ‫ضانَ َو َما َرَأ ْيتُهُ فِي‬ َ ‫ط ِإاَّل َر َم‬ ُّ َ‫ش ْه ٍر ق‬ ِ ‫ستَ ْك َم َل‬
َ ‫صيَا َم‬ ْ ‫سلَّ َم ا‬
َ ‫َو‬
“Dari Aisyah R.A berkata: “Aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW
melakukan puasa satu bulan penuh kecuali puasa bulan Ramadhan dan
aku tidak pernah melihat beliau lebih banyak berpuasa sunah melebihi
(puasa sunah) di bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 1969 dan Muslim no.
1156).
f. Puasa Asyuro
Keutamaan puasa Asyura lainnya yakni sebaik-baik puasa setelah
Ramadhan. Puasa Asyura ini disebut penghulunya amal di Bulan
Muharram. Hal ini disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu
Hurairah radhiallahu‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
telah bersabda :
‫أفضل الصيام بعد رمضان شهر هللا المحرم‬
“Sebaik-baik puasa setelah Ramadlan adalah puasa di bulan Allah, bulan
Muharram.” (HR. Muslim).
Dalam Syarah Shahih Muslim, Imam an-Nawawi menyebutkan
bahwa, “Hadits ini menunjukkan bahwa Muharram adalah bulan yang
paling mulia untuk melaksanakan puasa sunnah". Puasa Asyura yang
diketrjakan tiap tanggal 10 di Bulan Muharram.
g. Puasa muharram
Muharram adalah macam puasa sunnah yang dilakukan di bulan
Muharram, atau tahun barunya umat Islam. Puasa Muharram biasanya
dilakukan di tanggal 10 yang dikenal dengan puasa sunnah Asyura.
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam- Bersabda yang artinya:
"Seutama-utama puasa setelah Ramadlan ialah puasa di bulan Muharram,
dan seutama-utama shalat sesudah shalat fardhu, ialah shalat malam."
(HR. Muslim no. 1163)

14
h. Puasa nabi daud
‫ َوِإ ْفطَا ُر يَ ْو ٍم‬، ‫صيَا ُم يَ ْو ٍم‬
ِ ، ‫ش ْط َر ال َّد ْه ِر‬
َ ، ‫ص ْو ِم دَا ُو َد‬ َ ‫ص ْو َم فَ ْو‬
َ ‫ق‬ َ …
Artinya: "...Puasalah sehari dan berbukalah sehari, karena yang demikian
itu adalah seutama-utamanya puasa. Itulah puasa saudaraku Daud AS,"
(HR Bukhari dan Muslim).
Puasa sunnah Nabi Dawud adalah puasa yang dilakukan selang-
seling, yakni sehari puasa dan sehari berikutnya tidak. Begitu seterusnya.
Dalam hadist lain, Rasulullah Sholallahu Alaihi Wassalam juga bersabda
yang artinya:
"Puasa yang paling disukai oleh Allah adalah puasa Nabi Daud. Shalat
yang paling disukai Allah adalah Shalat Nabi Daud. Beliau biasa tidur
separuh malam, dan bangun pada sepertiganya, dan tidur pada
seperenamnya. Beliau biasa berbuka sehari dan berpuasa sehari." (HR.
Bukhari Muslim).

D. Waktu yang di Haramkan Berpuasa


Allah Swt. Maha Adil dan Maha Bijaksana. Dalam waktu-waktu tertentu
kita dilarang berpuasa. Adapun waktu yang diharamkan untuk berpuasa
adalah:
a. Hari raya Idul Fitri dan Idul Adha.
b. Hari tasyriik yaitu tanggal 11,12,13 Zulhijah
c. Hari yang diragukan (apakah sudah tanggal satu Ramadhan atau belum.

E. Hikmah Berpuasa
Orang muslim yang senantiasa melaksanakan puasa akan mendapatkan
banyak manfaat, antara lain:
a. Meningkatkan iman dan takwa serta mendorong seseorang untuk rajin
bersyukur kepada Allah Swt. Ini merupakan tujuan utama orang yang
berpuasa.
b. Menumbuhkan rasa solidaritas terhadap sesama terutama kasih saying
terhadap fakir miskin.

15
c. Melatih dan mendidik kesabaran dalam kehidupan sehari-hari karena
orang yang berpuasa terdidik menahan kelaparan, kehausan, dan
keinginan. Tentulah dengan sabar ia dapat menahan segala kesulitan
tersebut.
d. Dapat mengendalikan hawa nafsunya dari makan minum dan segala yang
membatalkan puasa dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari.
e. Mendidik diri sendiri untuk bersifat siddiq karena dengan berpuasa dapat
menjaga diri dari sifat pendusta. Sifat ini dapat menghilangkan pahala
puasa.
f. Dengan berpuasa kita juga memberikan waktu istirahat bagi organ-organ
yang ada di tubuh kita. Sehingga tidak mengherankan bahwa orang yang
berpuasa akan menjadi lebih sehat.

F. Amalan Saat Berpuasa


Dalam melaksankaan puasa pada bulan Ramadhan banyak amalan-amalan
yang baik dilaksanakan. Amalan-amalan tersebut antara lain:
1) Shalat Tarawih dan Witir.
2) Tadarus
Tadarus adalah belajar membaca Al-Qur’an. Satu orang membaca dan
yang lainnya menyimak bacaan yang dibacanya.
Tadarus ini sering dilakukan masyarakat muslim apabila telah dating
bulan Ramadhan. Mengerjakannya setelah shalat tarawih. Membiasakan
diri bertadrus pada bulan Ramadhan berarti menambah amalan-amalan
pada bukan dan menjadi pahala bagi orang yang mengerjakannya.
3) Bersedekah dan Berinfak
Bersedekah dan berinfak adalah memberikan sesuatu yang berharga
terhadap orang yang membutuhkannya dengan ikhlas karena Allah.
Bulan Ramadhan adalah bukan yang pebuh dengan maghfirah
(keampunan). Oleh karena itu, perbanyaklah berinfak dan bersedekahlah,
agar puasa kamu kerjakan mendapat pahala yang berlipat ganda

16
G. Puasa dan Pembentukan Insan Berkatakter
Ketika Allah memerintahkah puasa bagi hamba-Nya, yang dalam literal
Arab dikenal dengan “shaum” atau “shiyam”, sebenarnya Dia sekaligus
mengajak hamba tersebut untuk ‘meng-up grade’ kualitas kehidupannya.
Kehidupan yang dimaksud tak sekedar dimensi ibadah sacral keagamaan
yang terkait pribadinya dengan Sang Pencipta, namun sekaligus bidang
interaksi.
Tujuan puasa yang hakekatnya mengajak kita untuk menggandakan
kualitas hidup, meningkatkan kearifan dan kedewasaan, bisa kita cermati dari
sederet hadist yang mengungkapkan gambaran puasa. Pernyataan Rasulullah
agar kita ‘meng-up grade’ diri melalui media puasa yang bnayak
berterbangan dalam antologi puasa.
Ketika kita menerima umpan kata jorok dan kotor, padahal kita sedang
berpuasa, Rasulullah mengisyaratkan kita agar tidak terpancing emosi dengan
membalas yang serupa atau bahkan lebih jorok. Beliau tidak memanas-
manasi caci dibalas caci, onar dibalas onar, sarkastis dibalas sarkastis. Namun
beliau mengajak untuk lebiij pandai memanajemen emosi dengan memberi
saran, “jawab saja, maaf aku berpuasa”. Dalam Riwayat Al-Bukhari dan
Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
‫سابَّكَ َأ َح ٌد َأ ْو َج ُه َل َعلَ ْي َك‬
َ ْ‫ فَِإن‬، ‫ث‬
ِ َ‫صيَا ُم ِمنَ اللَّ ْغ ِو َوال َّرف‬
ِّ ‫ ِإنَّ َما ال‬، ‫ب‬
ِ ‫ش َر‬ َّ ‫الصيَا ُم ِمنَ اَأل ْك ِل َوال‬
ِّ ‫س‬ َ ‫لَ ْي‬
‫صاِئ ٌم‬َ ‫ ِإنِّي‬، ‫صاِئ ٌم‬ َ ‫ِإنِّي‬:‫فَ ْلتَقُ ْل‬
“Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa
adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu dan rofats. Apabila ada
seseorang yang mencelamu atau berbuat usil padamu, katakanlah padanya,
“Aku sedang puasa, aku sedang puasa”.” (HR. Ibnu Majah dan Hakim).
Sabda Rasulullah untuk tidak membahas sumpah serapah dan makian
yang terkadang membuat hati kita ‘mendidih’, kecerdasan emosi “(EQ)”,
sekaligus menanamankan pembaharuan bahwa ucapan kotor, Tindakan
emosional dan kasar perlu dihindari karena efeknya seringkali mengalahkan
kearifan diri.

17
Puasa semestinya menjadikan seseorang semakin arif dan dewasa. Arif
terhadap Rabb-Nya, diri sendiri dan lingkungan sekitar. Pikirannya menjakau
kesadaran akan ada hari kehausan, kiamat, yang perlu dipersiapkan.
Kesadaran dirinya selalu hidup untuk mengingat ‘alam transendental’ setelah
kematian. Hatinya tersadarkan atas nasib kaum dhuafayang masih berserakan,
yang mereka hidup tak layak, baik dalam hal makan, minum bahkan perkara
yang lebih besar dari itu. Ia peduli atas nasib ‘masuarakat kere’ yang hidup
terisolir. Meraskaan kemeranaan hidup mereka dengan jalan puasa.
Jika puasa disadari oleh setiap orang, bahwa dengannya adalah media
untuk ‘meng-up grade’ diri menjadi pribadi yang selalu kearah yang lebih
baik, baik di bidang hubungannya kepada Allah, pengelolaan terhadap
emosinya, atau kualitas hubungannya dengan manusia lain, tentu puasa akan
menggaransikan kenikmatan surgawi yang aman dan sejahtera bagi dirinya
sendiri di akhirat kelak. Sekaligus, ia juga dapat turut andil dalam
mengepuyakan orang lain agar hidup sejahtera dan sentosa, setelah ia
tersadarkan diri untuk membantu nasib orang yang kurang beruntung lewat
puasanya.
Puasa membentuk diri menjadi insan yang berkarakter.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa puasa merupakan
salah satu rukun islam yang mana diartikan menahan diri dari segala hal
yang membatalkan puasa sejak fajar terbit hingga terbenam dan disertai
dengan niat. Puasa dibagi menjadi tiga macam yaitu puasa wajib, sunnah
dan puasa yang dilarang. Syarat puasa dibagi menjadi dua yaitu syarat
wajib puasa dan syarat sah puasa. Rukun puasa adalah niat dan menahan
dsri segala hal yang membatalkannya. Apabila beberapa sunnah yang
dapat dilakukan ketika berpuasa dan hal-hal yang dapat membatalkan
puasa.
Sebagai rukun islam, puasa diwajibkan oleh Allah agar kita
menjadi seorang yang bertaqwa. Dengan berpuasa, kita dapat memetic
hikmah yang akan berpengaruh pada diri. Berpuasa dapat mengolah dan
mengontrol rohani, jasmani, dan social sehingga menjadikan kita sebagi
insan yang berkarakter

B. Saran

19
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
makalah ini akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang
perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan
penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca sangat penulis harapkan sebagai bahan evaluasi untuk
kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

DR. Hafsah, MA. (2016). Pembelajaran Fiqh, Edisi Revisi. (Bandung:

Citapustaka Media Perintis).

Ahsan, Muhammad dan Sumiati. (2017). Pendidkan Agama Islam dan Budi

Pekerti, Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.

Sabiq, Sayid. (1995). Fiqh Al-Sunnah, Jilid Pertama, Beirut, Dar al-Fikr.

Rasyid., Sulaiman. (1951). fikih islam. Bandung: Sinar baru Algensido,

Anwar, M. Moch. (1994). Fikih Islam Tarjamah Matan Taqrib. Bandung, PT

Alma’rif,

Mz. Labib. (2007). Problematika Puasa, Zakat, Haji dan Umrah. Putra Jaya:

Surabaya

Latif, H.M Djamli. (2001). Puasa dan Ibadah Bulan Puasa, Jakarta, Ghalia

Indonesia

20

Anda mungkin juga menyukai