DISUSUN OLEH :
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
WHO (2017) pada tahun 2018 diperoleh hampir 1,7 miliar terdapat kasus
diare yang terjadi pada anak - anak. Perolehan angka kematian sekitar 525.000
pada anak balita pada setiap tahunnya (Damanik dan Linda, 2018).
angka kematian dan kesakitan pada anak berumur kurang dari 5 tahun
(balita). (Andrean Dikky, dkk 2017). Dari semua kematian pada anak-anak
dibawah usia 5 tahun yaitu sama dengan 1,5 juta kematian pertahun.
Dari semua kematian anak –anak akibat diare, 78% terjadi di wilayah Asia
Afrika dan Asia Tenggara, Angka kematian anak balita akibat diare di
negara-negara anggota ASEAN, yakni 3,4 kali lebih tinggi dari Malaysia,
al., 2017)
Pemenuhan kebutuhan air bersih di lingkungan hunian merupakan
prioritas utama. Penyediaan air bersih di kota dikelola oleh Perusahaan Daerah
Air Minum (PDAM) dengan memanfaatkan air baku. Air baku bersumber dari air
tanah, air permukaan, air hujan, dan mata air. Pemanfaatan air tanah sebagai
suplai air bersih terutama di daerah yang tidak terjangkau oleh pelayanan jaringan
induk PDAM Kota. Akan tetapi, tidak semua daerah memiliki potensi air tanah
yang layak. Potensi Air tanah di suatu wilayah dapat diketahui dari survei 10 buah
sumur dapat mewakili potensi air tanah di wilayah tersebut dan berdasarkan
informasi instansi yang terkait tentang jenis tanah/batuan, kualitas dan kuantitas
dalam tanah dan masuk ke dalam sumber air tak terlindungi (Myers et al.,
untuk membuang kotoran anggota keluarga yang lazim disebut dengan WC/
Kakus. Bagi keluarga yang belum memiliki jamban, hampir dapat dipastikan
tempat lainnya untuk buang air besar (BAB) (Pebriani, 2015) (Yosinta et al.,
2018)
malnutrisi dan penyakit lainnya (Mukherjee, 2011). Selain itu kebiasaan BAB
waktu yang suatu saat bisa terjadi ledakan penyakit akibat lingkungan yang
kurang bersih. Sebaliknya apabila setiap keluarga memiliki jamban sehat dan
Diare adalah sebuah penyakit disaat tinja atau feses berubah menjadi
lembek atau cair yang biasanya terjadi paling sedikit tiga kali dalam 24 jam.
kedua bayi di bawah lima tahun (balita), Salah satu faktor risiko yang sering
diteliti adalah faktor lingkungan yang meliputi sarana air bersih (SAB), sanitasi,
jamban, saluran pembuangan air limbah (SPAL), kualitas bakterologis air, dan
Faktor resiko terjadinya diare antara lain kondisi lingkungan yang buruk
(tidak memenuhi syarat kesehatan) misalnya tidak tersedia sarana air bersih dan
jamban/WC, buang air besar sembarangan (BABs), tidak merebus air minum
menjamah makanan, dan botol susu atau dot yang tidak bersih. Selain itu, faktor
hidup manusia. Air bersih digunakan untuk air minum, memasak, mandi maupun
perkotaan menggunakan air yang lebih banyak lagi, yaitu 100 s/d 150
bertambah. Sayangnya pemenuhan kebutuhan air bersih saat ini sudah mulai
air. Akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran air menjadi masalah yang besar.
Dampak dari pencemaran air yakni degradasi air bersih, baik air tanah, air sungai,
dengan membersihkan tangan dan jari-jemari menggunakan air dan sabun oleh
manusia dalam memutuskan mata rantai kuman, menyuci tangan dengan sabun
dikenal juga sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit, hal ini dilakukan
karena tangan sering kali menjadi agen yang membawa kuman dan menyebabkan
pathogen. berpindah dari satu orang ke orang lain baik dengan kontak langsung
pola hidup sehat di masyarakat, yang dinamakan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS). PHBS mempunyai lima ruang lingkup yang diantaranya adalah PHBS
tatanan rumah tangga, tatanan tempat kerja, tatanan fasilitas kesehatan, tatanan
institusi pendidikan dan tatanan tempat umum. PHBS merupakan suatu praktik
kelompok, keluarga atau masyarakat dapat secara mandiri menolong diri sendiri
ruang lingkup di rumah tangga. Hal ini dikarenakan rumah tangga merupakan
sumber utama atau pertama terbentuknya perilaku dalam pola hidup bersih dan
peningkatan dari tahun 2020-2021 yaitu sebanyak 32 orang menjadi 111 orang.
Berdasarkan data Puskesmas Sulau, jumlah penderita diare pada balita di desa air
wilayah Desa sebanyak 12 desa, dari 12 desa, desa air sulau mempunyai kasus
Desa Air Sulau masih banyak yang mempunyai jamban terbuka dan tidak
memenuhi persyaratan, sarana air bersih yang belum layak, dan kurangan kegiatan
mencuci tangan sesudah aktifitas diluar, dari 10 rumah terdapat 2 rumah yang
memiliki jamban tetapi masih mebuang ke sungai / kali, dan bahkan ada juga
warga yang belum memiliki jamban dan septic tank,berdasarkan uraian diatas
kepemilikan jamaban, dan cuci tangan pakai sabun di desa air sulau yang masih
B.Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan kualitas sarana air bersih, kepemilikian jamban, dan cuci
tangan pakai sabun dengan kejadian diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas
C.Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahui hubungan kualitas sarana air bersih, kepemilikian jamban, dan cuci
tangan pakai sabun dengan kejadian diare pada balita di desa Air Sulau Wilayah
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui distribusi frekuensi kualitas sarana air bersih di desa Air Sulau
c. Diketahui distribusi frekuensi cuci tangan pakai sabun di desa Air Sulau
diare pada balita di desa Air Sulau Wilayah Kerja Puskesmas Sulau
pada balita di desa Air Sulau Wilayah Kerja Puskesmas Sulau Kabupaten
diare pada balita di desa Air Sulau Wilayah Kerja Puskesmas Sulau
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh
penelitian.
2. Bagi Masyarakat
kepemilikian jamban, dan cuci tangan pakai sabun dengan kejadian penyakit diare
kualitas sarana air bersih, kepemilikian jamban, dan cuci tangan pakai sabun
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diare
1. Pengertian diare
(menjadi cair), dengan atau tanpa darah atau lendir (Suraatmaja, 2007).
Menurut WHO (2008), diare didefinisikan sebagai berak cair tiga kali
terbagi menjadi dua, yaitu diare akut (< 2 minggu) dan diare kronik (≥
2. Klasifikasi diare
penderita diare.
b. Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat
d. Diare dengan masalah lain, yaitu anak yang menderita diare (diare
akut dan diare persisten), mungkin juga disertai dengan penyakit lain,
3. Etiologi diare
menjadi:
a. Virus: Rotavirus.
Cryptosporidium.
g. Imunodefisiensi.
4. Gejala diare
Menurut Widjaja (2002), gejala diare pada balita yaitu:
a. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah. Suhu badannya pun
meninggi.
d. Anusnya lecet.
h. Dehidrasi.
5. Epidemiologi diare
2005).
melalui fecal oral antara lain melalui makanan atau minuman yang
memberikan ASI (Air Susu Ibu) secara penuh 4/6 bulan pada pertama
mencuci tangan dengan sabun sesudah buang air besar atau sesudah
membuang tinja anak atau sebelum makan atau menyuapi anak, dan
penyakit dan lamanya diare yaitu tidak memberikan ASI sampai dua
yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan
yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka
6. Penularan diare
Penyakit diare sebagian besar disebabkan oleh kuman seperti virus dan
bakteri. Penularan penyakit diare melalui jalur fekal oral yang terjadi
karena:
mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Bila tinja tersebut
biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain melalui makanan atau
minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja
memberikan ASI (Air Susu Ibu) secara penuh 4-6 bulan pada pertama
mencuci tangan dengan sabun sesudah buang air besar, tidak mencuci
atau sesudah menyuapi anak dan tidak membuang tinja termasuk tinja
B. Kepemilikan Jamban
1) Pengertian Jamban
tinja atau kotoran manusia (najis) bagi keluarga yang lazim disebut
2001).
terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau
kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi
oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang
harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja, air seni dan
jamban ini dapat dibuat dari bambu atau kayu, tetapi dapat juga
terbuat dari batu bata atau beton. Jamban semacam ini masih
kotoran
permukaan air
6) Jamban Septic Tank Septic tank berasal dari kata septic, yang
anaerob. Septic tank dapat terdiri dari dua bak atau lebih serta
padat
b. Lapisan cair
c. Lapisan endap
Banyak macam jamban yang digunakan tetapi jamban pedesan di Indonesia pada
yaitu:
a. Tempat jongkok dan leher angsa atau pemasangan slab dan bowl langsung di
b. Tempat jongkok dan leher angsa atau pemasangan slab dan bowl tidak berada
berikut :
1. Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10- 15
2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus
5. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna
6. Cukup penerangan
Menurut Arifin dalam Abdullah (2010) ada tujuh syarat-syarat jamban sehat yaitu:
usahakan agar dasar lubang kotoran tidak mencapai permukaan air tanah
sumur agar air kotor dari lubang kotoran tidak merembes dan mencemari
sumur
galian
d. Lantai jamban harus kedap air dan permukaan bowl licin. Pembersihan
perlu ada penguat pada dinding lubang kotoran seperti: batu bata,
kotoran
rumah tangga
yang sifatnya harus baik, kuat dan mudah dibersihkan serta tidak
jamban
tanah saja
aman
(Azwar, 2000).
4) Pemeliharaan Jamban
4. Rumah jamban dalam keadaan baik dan tidak ada lalat atau kecoa
5. Tempat duduk selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat
6. Tersedia air bersih dan alat pembersih di dekat jamban
7. Bila ada bagian yang rusak harus segara diperbaiki (Depkes RI, 2004).
(Nurmallawati, 2016)
C. Air Bersih
rumah tangga
e. Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau
Husaini, 2019)
2. Sumber-sumber Air
terdiri dari:
garam NaCI. Kadar garam NaCI dalam air laut adalah 3 %, dengan
keadaan ini maka air laut tidak memenuhi syarat untuk air bersih
(air minum).
2. Air atmosfir Dalam keadaan murni air ini sangat bersih, karena
saat hujan turun, karena masih banyak kotoran. Selain itu air hujan
bakteriologi.
a. Air tanah dangkal Terjadi karena ada proses peresapan air dari
dari segi kualitasnya agak baik. Kuantitas air tanah kurang cukup
b. Air tanah dalam Terdapat setelah lapisan rapat air yang pertama.
hingga kedalaman 100-300 meter. Jika tekanan air ini besar maka
air dapat menyembur keluar dan dalam keadaan ini sumur dapat
disebut dengan sumur artesis. Jika air tidak dapat keluar sendiri
Kualitas pada air tanah dalam ini pada umumnya mencukupi dan
dalam.
kebutuhan air ± 100 liter per hari per orang sudah mencukupi
adanya tannin dan asam humat yang terdapat secara alamiah dari
berasal dari orang sakit maupun dari orang sehat. Air rumah tangga
1. Sumur gali Sumur gali adalah salah satu sarana penyediaan air
serta dilengkapi kerekan tali dan ember timbah khusus (Depkes RI,
1996). Sumur gali merupakan sarana air bersih yang paling umum
menyediakan air yang berasal dari lapisan tanah yang relatif dekat
binatang.
dalam air. Setiap ujung pipa peluap, pipa udara, pipa penguras
rumah tangga.
meliputi:
1. Sumur gali
gali dan diperkirakan aliran air tanah mengalir ke sumur gali maka
meter. Jika letak sumber pencemar sama atau lebih rendah dari
b. Lantai Lantai harus kedap air minimal 1 meter dari bibir sumur,
20 cm).
yang rata.
tutup rapat.
permukaan tanah harus dibuat dari bahan yang kedap air dan kuat.
gali dan diperkirakan aliran air tanah mengalir ke sumur gali maka
meter. jika letak sumber pencemar sama atau lebih rendah dari
b. Lantai Lantai harus kedap air minimal satu meter dari bibir
(kemiringan 20 cm).
d. Pipa saringan Ujung bawah pipa di pasang dop, bagian luar pipa
e. Pompa Klep dan karet penghisap harus bekerja dengan baik agar
f. Dudukan pompa Dudukan pompa harus kuat, rapat air dan tidak
3. Reservoir
a. Bak terbuat dari bahan kedap air, tidak karat dan mudah
dibersihkan.
umum lainnya.
harus dapat diatur posisinya agar air hujan pada 5 menit pertama
c. Pipa peluap Pipa peluap atau (over flow) harus di pasang kawat
d. Bak pengambilan air Tinggi kran dari lantai 50-60 cm, lantai bak
setebal minimal 0,6 meter dari lantai (volume 0,6 x 0,6 x 0,6 m3 ).
5. Perpipaan
a. Sumber air atau air baku Air baku harus dilakukan pengolahan
didistribusikan
b. Pipa
c. Kran
sumur lainnya.
d. Hidran umum
dibersihkan.
menghadap ke SPAL.
5) SPAL dibuat rapat air dengan kemiringan minimal 20 cm,
yang menempel ditangan baik secara sengaja atau tidak sengaja. Selain
untuk diri sendiri tangan juga sebagai sumber penyaluran kuman dari
antara lain:
- sebelum makan
- sebelum menyusui
- Sabun
(Ibrahim, 2014)
Dari hasil uji statistic diperoleh nilai probolitas (p value =0,000) <
jamban dan cuci tangan pakai sabun yang di observasi pada rumah rumah
responden.
a. Tidak berwarna
Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna
b. Tidak berasa
Secara fisik air bisa dirasakan oleh lidah, air yang terasa asam,
pahit dan asin menunjukan air tersebut tidak aik, Air yang biasanya
c. Tidak BERBAU
Air yang memenuhi standar kualitas harus bebas dari bau, air yang
bersifat menular.
terlihat serta kuman penyebab penyakit dengan media sabun dan air
tanggal 15 Oktober sebagai hari cuci tangan sedunia sebagai salah satu
1). Membasahi dan mengusap telapak tangan dengan air bersih yang
bergantian. Setelah itu bilas seluruh bagian tangan dengan air bersih
Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun merupakan
47%. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir dapat membunuh
sesudah buang air kecil dan besar, sebelum menyuapi anak, dan setelah
Cuci tangan pakai sabun merupakan salah satu perilaku non kesehatan
2015).
belum tentu bersih dan bisa saja barang tersebut mengandung ribuan
meluangkan waktu yang lebih banyak pada saat mencuci tangan, akan
menempel akan berkurang atau bahkan hilang saat tangan digosok dan
dibasuh dengan sabun dan air mengalir. Dalam lingkup medis biasanya
lebih memerlukan banyak sabun dan air pada saat mencuci tangan dan
(Evayanti dkk, 2014). Cuci tangan dengan menggunakan air saja tidak
penyakit yang dapat dicegah dengan cuci tangan pakai sabun. Penyakit
tidak mencuci tangan dengan sabun, maka risiko terkena diare akan
DIARE
METODE PENELITIAN
KASUS (Case)
B. Kerangka Konsep
Jamban Keluarga
Independen
Kepemilikan Jamban Ceklis Observasi 0 = Tidak
Nominal
jamban Keluarga memenuhi
keluarga adalah suatu syarat jika
fasilitas menjawab
pembuangan pertanyaan <8
tinja 1 = Memenuhi
manusia syarat jika
menjawab
pertanyaan >8
Sarana Air Air bersih Ceklis Observasi 0 = Tidak Nominal
Bersih adalah air memenuhi
yang syarat jika
digunakan skor resiko
untuk pencemaran 0-
keperluan 2 (Tidak
sehari hari Beresiko)
yang 1 = memenuhi
kualitasnya syarat jika
memenuhi skor resiko
syarat pencemaran 3-
kesehatan 9 (Beresiko)
dapat
diminum
apabila telah
dimasak
( Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor 416
Tahun
1990 )
Cuci Tangan Cuci tangan Ceklis observasi Nominal
Pakai Sabun merupakan
salah satu
perilaku
sederhana
yang
penting
untuk
diterapkan
mejadi
kebiasaan
dalam
kehidupan
sehari-hari.
Dependen
Penderita Ceklis Melihat 0 = tidak
Diare pada yang rekam positif Nominal
penderita mengalami medis di menderita
buang air Puskesmas diare
besar Sulau 1 = Positif
lembek dan menderita
cair atau diare
dapat berupa
air saja yang
frekuensiny
a lebih
sering dari
biasanya ( 3
kali atau
lebih dalam
sehari) dan
telah
terdiagnosis
1. Populasi
sebanyak 1.107 kk
2. Sampel
1. Tempat Penelitan
2. Waktu Penelitian
1. Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer, yaitu dengan melakukan
pengambilan data secara langsung kepada warga Desa Air Sulau dengan
menggunakan ceklis.
observasi
a. Editing
b. Coding
Prossessing.
c. Tabulating
d. Entry
kedalam computer.
e. Cleaning
kembali kebenarannya.
2. Analisi Data
( jamban keluarga, sarana air bersih, dan cuci tangan pakai sabun)
frekuensi ( Notoadmojo,2010)
b. Analisis Bivariat
cuci tangan pakai sabun ). Bila nilai ρ value > 0,05 maka hasil
air bersih dan cuci tangan pakai sabun) dengan variable dependen (
penyakit diare).
DAFTAR PUSTAKA
とした在宅高齢者における 健康関連指標に関する共分散構造分析
Title. c, 1–43.
Influence, T. H. E., Toilet, O. F., With, O., & Incidence, T. H. E. (2017). ( Studi di
Novita, N., Hermawan, D., & N, D. D. (2019). Faktor Resiko Kejadian Diare
Putra, W. B., Dewi, N. I. K., & Busono, T. (2020). Penyediaan Air Bersih Sistem
https://doi.org/10.26760/terracotta.v1i2.4018
Yosinta, Suriah, & Rachmat, M. (2018). Health Education about Handling use
https://journal.unhas.ac.id/index.php/hjph/article/view/10254