Anda di halaman 1dari 52

PIMPINAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KABUPATEN SERANG
PROVINSI BANTEN

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH


KABUPATEN SERANG
NOMOR 1 TAHUN 2019
TENTANG
TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN SERANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PIMPINAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SERANG,

Menimbang : a. bahwa dengan diundangkannya Peraturan Pemerintah Nomor 12


Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan Tata Tertib Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Kabupaten, Dan Kota, maka
Peraturan DPRD Kabupaten Serang Nomor 1 Tahun 2014
tentang Tata Tertib DPRD Kabupaten Serang sebagamana telah
diubah dengan Peraturan Peraturan DPRD Kabupaten Serang
Nomor 1 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan DPRD
Kabupaten Serang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Tata Tertib
DPRD Kabupaten Serang, sudah tidak sesuai lagi sehingga perlu
diganti;
b. berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf
a, perlu menetapkan Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupaten Serang tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Kabupaten Serang.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan


Propinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4010);
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587), sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5679);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota
Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 …
-2-

Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik


Indonesia Tahun 2015 Nomor 5656) sebagaimana telah beberapa
kalil diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun
2016 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang Nomor 1
Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 130,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 5898);
4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 182,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6109);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah,
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Informasi Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang
Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota
DPRD (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO4
Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4416) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 2l Tahun 2007 tentang
Perubahan Ketiga Atas Peraturan pemerintah Nomor 24 Tahun
2OO4 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan
dan Anggota DPRD (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2OO7 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4712);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5887);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2017 tentang Hak
Keuangan dan Administratif Pimpinan Dan Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2017 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6057);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2018 tentang Pedoman
Penyusunan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi, Kabupaten, Dan Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6197);
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036);
11. Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 5 Tahun 2016
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah Kabupaten Serang
(Lembaran Daerah Kabupaten Serang Tahun 2016 Nomor 05
Tambahan Lembaran Daerah Nomor 38);
12. Peraturan …
-3-

12. Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 10 Tahun 2016


tentang Urusan Pemerintahan yang menjadi Kewenangan
Pemerintah Kabupaten Serang (Lembaran Daerah Kabupaten
Serang Tahun 2016 Nomor 10 Tambahan Lembaran Daerah
Nomor 43);
13. Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 11 tahun 2016
tentang tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
Kabupaten Serang Lembaran Daerah Kabupaten Serang Tahun
2016 Nomor 11, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 44),
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten
Serang Nomor 10 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 11 tahun 2016
tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
Kabupaten Serang (Lembaran Daerah Kabupaten Serang Tahun
2018 Nomor 10, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 69).

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TENTANG


TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN
SERANG.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan DPRD ini yang dimaksud dengan:
1. Gubernur adalah Gubernur Banten.
2. Daerah adalah Kabupaten Serang.
3. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut azas
otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya
dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
4. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan
Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah otonom.
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Serang yang merupakan
lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah.
6. Bupati adalah Bupati Serang.
7. Wakil Bupati adalah Wakil Bupati Serang.
8. Anggota DPRD adalah Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten Serang.
9. Pimpinan DPRD adalah Ketua dan Wakil Ketua DPRD Kabupaten Serang.
10. Fraksi adalah pengelompokan anggota DPRD berdasarkan konfigurasi partai
politik berdasarkan hasil pemilihan umum di Kabupaten Serang.
11. Alat kelengkapan DPRD adalah alat kelengkapan DPRD Kabupaten Serang
yang terdiri atas Pimpinan DPRD, Badan Musyawarah, Komisi-komisi, Badan
Pembentukan Peraturan Daerah, Badan Anggaran, Badan Kehormatan dan
Alat kelengkapan lain.
12. Badan ...
-4-

12. Badan Musyawarah adalah alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap dan
ditetapkan dengan keputusan DPRD dalam rapat paripurna DPRD.
13. Komisi adalah pengelompokan anggota DPRD secara fungsional berdasarkan
tugas yang ada di DPRD dan merupakan alat kelengkapan DPRD yang
bersifat tetap, ditetapkan dengan keputusan DPRD dalam rapat paripurna
DPRD.
14. Badan Anggaran adalah alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap dan
ditetapkan dengan keputusan DPRD dalam rapat paripurna DPRD.
15. Badan Kehormatan adalah alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap dan
ditetapkan dengan keputusan DPRD dalam rapat paripurna DPRD.
16. Badan Pembentukan Peraturan Daerah, yang selanjutnya disebut
Bapemperda adalah alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap dan
ditetapkan dengan keputusan DPRD dalam rapat paripurna DPRD.
17. Panitia Khusus selanjutnya disebut Pansus adalah Alat kelengkapan DPRD
yang bersifat tidak tetap untuk melaksanakan fungsi pembentukan Peraturan
Daerah, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan, termasuk menangani
masalah/urusan yang bersifat mendesak atau memerlukan penanganan
segera.
18. Sekretaris DPRD adalah Sekretaris DPRD Kabupaten Serang.
19. Kode etik DPRD adalah norma yang wajib dipatuhi oleh setiap anggota DPRD
selama menjalankan tugasnya untuk menjaga martabat, kehormatan, citra
dan kredibilitas DPRD.
20. Program Pembentukan Peraturan Daerah yang selanjutnya disebut
Propemperda adalah instrumen perencanaan program pembentukan perda
yang disusun secara terencana, terpadu dan sistematis.
21. Peraturan Daerah yang selanjutnya disebut Perda adalah peraturan
perundang-undangan yang dibentuk oleh DPRD dengan persetujuan bersama
Bupati.
22. Sekretariat DPRD adalah Sekretariat DPRD Kabupaten Serang.
23. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD
adalah rencana keuangan tahunan daerah yang ditetapkan dengan Perda.
24. Rapat adalah rapat-rapat yang diselenggarakan oleh DPRD Kabupaten
Serang.
25. Rapat Paripurna adalah rapat paripurna DPRD Kabupaten Serang.
26. Kunjungan Kerja adalah kunjungan kerja DPRD Kabupaten Serang.
27. Masa Sidang adalah masa kegiatan DPRD yang dilakukan terutama didalam
gedung DPRD.
28. Masa Reses adalah kegiatan DPRD diluar masa sidang, yang dilakukan para
Anggota DPRD diluar Gedung DPRD Kabupaten Serang dalam 1 (satu) Masa
Sidang untuk mengunjungi daerah pemilihannya guna menyerap aspirasi
masyarakat.
29. Peraturan DPRD adalah Peraturan tertulis yang dibentuk oleh DPRD dan
mengikat secara umum dan ditetapkan dalam Rapat Paripurna DPRD.
30. Keputusan DPRD adalah adalah keputusan tertulis yang dibentuk oleh DPRD
dan ditetapkan dalam rapat paripurna DPRD.
31. Keputusan Pimpinan DPRD adalah Keputusan tertulis yang dibentuk oleh
Pimpinan DPRD yang ditetapkan dalam rapat Pimpinan DPRD.

32. Perangkat ...


-5-

32. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Bupati dan DPRD dalam
penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah.
33. Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat
BPK-RI adalah lembaga negara yang bertugas memeriksa pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
34. Laporan Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
yang selanjutnya disingkat LHP BPK-RI adalah Laporan hasil identifikasi
masalah, analisis, dan evaluasi atas pengelolaan keuangan daerah.
35. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati kepada DPRD yang
selanjutnya disingkat LKPJ Bupati adalah laporan yang berupa informasi
penyelenggaraan pemerintahan daerah selama 1 (satu) Tahun Anggaran atau
akhir masa jabatan yang disampaikan oleh Bupati kepada DPRD.
36. Komisi Pemilihan Umum yang selanjutnya disingkat KPU adalah KPU
Kabupaten Serang.
37. Tenaga ahli fraksi yang selanjutnya disingkat TA. fraksi adalah tenaga ahli
yang diperbantukan guna kelancaran tugas fraksi-fraksi.
38. Kelompok Pakar atau Tim Ahli yang selanjutnya disingkat KP/TA adalah
sekelompok orang yang mempunyai kemampuan dalam disiplin ilmu tertentu
untuk membantu alat kelengkapan DPRD dalam pelaksanaan fungsi serta
tugas dan wewenang DPRD.
39. Pengadilan Negeri adalah Pengadilan Negeri Serang.
40. Masyarakat adalah Warga Kabupaten Serang yang berdomisil di Kabupaten
Serang dan memiliki Nomor Induk Kependudukan yang ditandai dengan
Kepemilikan Kartu Tanda Penduduk Kabupaten Serang.
41. Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh
sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan
kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan
politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
42. Partai politik pengusung adalah partai politik peserta pemilihan umum yang
mencalonkan satu pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
43. Gabungan Partai politik pengusung adalah dua partai politik peserta
pemilihan umum atau lebih yang bersama-sama bersepakat mencalonkan
satu pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
44. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam
negeri.
45. Hari adalah hari kerja.

BAB II
FUNGSI, TUGAS DAN WEWENANG
Bagian Kesatu
Fungsi
Paragraf 1
Umum
Pasal 2
DPRD mempunyai fungsi:
a. pembentukan Perda;
b. anggaran …
-6-

b. anggaran; dan
c. pengawasan.
Paragraf 2
Fungsi Pembentukan Perda
Pasal 3
Fungsi pembentukan Perda dilaksanakan dengan cara :
a. menyusun propemperda bersama Bupati;
b. membahas bersama Bupati dan menyetujui atau tidak menyetujui rancangan
Perda; dan
c. mengajukan usul rancangan Perda
Pasal 4
(1) Propemperda ditetapkan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun berdasarkan skala
prioritas pembentukan rancangan Perda.
(2) Propemperda ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara DPRD dan Bupati
dalam rapat paripurna dengan keputusan DPRD.
Pasal 5
(1) Rancangan Perda dapat berasal dari DPRD atau Bupati.
(2) Rancangan Perda yang berasal dari DPRD atau Bupati disertai penjelasan atau
keterangan dan/atau naskah akademik.
(3) Rancangan Perda diajukan berdasarkan Propemperda atau di luar
Propemperda sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 6
(1) Rancangan Perda yang berasal dari DPRD dapat diajukan oleh anggota DPRD,
komisi, gabungan komisi, atau Bapemperda yang dikoordinasikan oleh
Bapemperda.
(2) Rancangan Perda yang diajukan oleh Anggota DPRD, komisi, gabungan komisi,
atau Bapemperda disampaikan secara tertulis kepada Pimpinan DPRD disertai
dengan:
a. penjelasan atau keterangan dan/ atau naskah akademik; dan
b. daftar nama dan tanda tangan pengusul.
(3) Rancangan Perda disampaikan oleh Pimpinan DPRD kepada Bapemperda
untuk dilakukan pengkajian dalam rangka pengharmonisasian, pembulatan
dan pemantapan konsepsi rancangan Perda.
(4) Rancangan Perda yang telah dikaji oleh Bapemperda disampaikan oleh
Pimpinan DPRD kepada semua Anggota DPRD paling lambat 7 (tujuh) Hari
sebelum rapat paripurna.
(5) Hasil pengkajian Bapemperda disampaikan oleh Pimpinan DPRD dalam rapat
paripurna.
(6) Rapat paripurna sebagaimana dimaksud pada ayat (5) :
a. Pengusul memberikan penjelasan;
b. Fraksi dan Anggota DPRD lainnya memberikan pandangan; dan
c. pengusul memberikan jawaban atas pandangan fraksi dan Anggota DPRD
lainnya.

(7) Keputusan ...


-7-

(7) Keputusan rapat paripurna atas usulan rancangan Perda berupa :


a. persetujuan;
b. persetujuan dengan pengubahan; atau
c. penolakan.
(8) Dalam hal persetujuan dengan pengubahan, DPRD menugaskan komisi,
gabungan komisi, atau Bapemperda untuk menyempurnakan rancangan
Perda.
(9) Rancangan Perda yang telah disiapkan oleh DPRD disampaikan dengan surat
Pimpinan DPRD kepada Bupati.
Pasal 7
(1) Rancangan Perda yang berasal dari DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 ayat (1) merupakan rancangan Perda hasil pengharmonisasian, pembulatan
dan pemantapan konsepsi yang dikoordinasikan oleh Bapemperda.
(2) Rancangan Perda yang berasal dari Bupati sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (1) merupakan rancangan Perda hasil pengharmonisasian,
pembulatan dan pemantapan konsepsi yang dikoordinasikan oleh Bagian
Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Serang.
(3) Dalam pengharmonisasian, pembulatan dan pemantapan konsepsi rancangan
Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat melibatkan
instansi vertikal Kementerian Hukum dan Hak Azasi Manusia kantor wilayah
Provinsi Banten.
Pasal 8
Apabila dalam 1 (satu) masa sidang, DPRD dan Bupati menyampaikan rancangan
Perda mengenai materi yang sama, yang dibahas adalah rancangan Perda yang
disampaikan oleh DPRD dan rancangan Perda yang disampaikan oleh Bupati
digunakan sebagai bahan untuk dipersandingkan.
Pasal 9
(1) Rancangan Perda yang berasal dari DPRD atau Bupati dibahas oleh DPRD dan
Bupati untuk mendapatkan persetujuan bersama.
(2) Pembahasan rancangan Perda dilakukan melalui pembicaraan tingkat I dan
pembicaraan tingkat II.
(3) Pembicaraan tingkat I meliputi kegiatan :
a. Dalam hal rancangan Perda berasal dari Bupati :
1. penjelasan Bupati dalam rapat paripurna mengenai rancangan Perda;
2. pandangan umum fraksi terhadap rancangan Perda; dan
3. tanggapan dan/atau jawaban Bupati terhadap pemandangan umum
Fraksi.
b. Dalam hal rancangan Perda berasal dari DPRD :
1. penjelasan pimpinan komisi, pimpinan gabungan komisi, pimpinan
Bapemperda, atau pimpinan Pansus dalam rapat paripurna mengenai
rancangan Perda;
2. pendapat Bupati terhadap rancangan Perda; dan
3. tanggapan dan/atau jawaban fraksi terhadap pendapat Bupati.
c. Pembahasan dalam rapat komisi, gabungan komisi, atau Pansus yang
dilakukan bersama dengan Bupati atau pejabat/ Tim yang ditunjuk untuk
mewakili.
d. Penyampaian ...
-8-

d. Penyampaian pendapat akhir fraksi dilakukan pada akhir pembahasan


antara DPRD dan Bupati atau pejabat/Tim yang ditunjuk untuk mewakili.
(4) Pembicaraan tingkat II meliputi kegiatan
a. Pengambilan keputusan dalam rapat paripurna yang didahului
dengan :
1. penyampaian laporan yang berisi proses pembahasan, pendapat Fraksi
dan hasil pembicaraan tingkat I oleh pimpinan komisi, pimpinan
gabungan komisi, atau pimpinan Pansus;
2. permintaan persetujuan secara lisan pimpinan rapat kepada anggota
dalam rapat paripurna; dan
3. pendapat akhir Bupati.
b. Dalam hal persetujuan sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 2 tidak
dapat dicapai secara musyawarah untuk mufakat, keputusan diambil
berdasarkan suara terbanyak.
c. Dalam hal rancangan Perda tidak mendapat persetujuan bersama antara
DPRD dan Bupati, rancangan Perda tersebut tidak dapat diajukan lagi
dalam persidangan DPRD masa sidang itu.

Pasal 10
(1) Rancangan Perda dapat ditarik kembali sebelum dibahas bersama oleh DPRD
dan Bupati.
(2) Penarikan kembali rancangan Perda oleh DPRD dilakukan dengan keputusan
Pimpinan DPRD dengan disertai alasan penarikan.
(3) Penarikan kembali rancangan Perda oleh Bupati disampaikan dengan surat
Bupati disertai alasan penarikan.
(4) Rancangan Perda yang sedang dibahas hanya dapat ditarik kembali
berdasarkan persetujuan bersama DPRD dan Bupati.
(5) Penarikan kembali rancangan Perda hanya dapat dilakukan dalam rapat
paripurna yang dihadiri oleh Bupati.
(6) Rancangan Perda yang ditarik kembali tidak dapat diajukan lagi pada masa
sidang yang sama.
Pasal 11
(1) Rancangan Perda yang telah disetujui bersama oleh DPRD dan Bupati
disampaikan Pimpinan DPRD kepada Bupati untuk ditetapkan menjadi Perda.
(2) Penyampaian rancangan Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal
persetujuan bersama.
Pasal 12
Rancangan Perda tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah,
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, APBD, perubahan APBD,
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, pajak daerah, retribusi daerah dan tata
ruang daerah, rencana pembangunan industri, serta pembentukan, penghapusan,
penggabungan, dan/atau perubahan status desa menjadi kelurahan atau
kelurahan menjadi desa yang telah disetujui bersama oleh DPRD dan Bupati
dalam rapat paripurna dapat diundangkan setelah dilakukan evaluasi oleh
Gubernur sesuai kewenangannya.

Pasal 13 …
-9-

Pasal 13
(1) Dalam hal hasil evaluasi Gubernur atas rancangan Perda tentang APBD,
perubahan APBD dan pertanggungiawaban pelaksanaan APBD,
memerintahkan untuk dilakukan penyempurnaan, rancangan Perda
disempurnakan oleh Bupati bersama dengan DPRD melalui badan anggaran.
(2) Hasil penyempurnaan rancangan Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan keputusan Pimpinan DPRD.
(3) Keputusan Pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi
dasar penetapan Perda tentang APBD, perubahan APBD dan
pertanggungiawaban pelaksanaan APBD oleh Bupati.
Pasal 14
(1) Pemerintah Daerah dan DPRD wajib melibatkan perancang peraturan
perundang-undangan dalam pembentukan Perda.
(2) Pembentukan Perda melibatkan partisipasi masyarakat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan

Paragraf 3
Fungsi Anggaran
Pasal 15
(1) Fungsi anggaran DPRD diwujudkan dalam bentuk pembahasan untuk
persetujuan bersama terhadap rancangan Perda tentang APBD yang diajukan
oleh Bupati.
(2) Fungsi anggaran dilaksanakan dengan cara :
a. membahas kebijakan umum APBD dan prioritas dan plafon anggaran
sementara yang disusun oleh Bupati berdasarkan rencana kerja
Pemerintah Daerah;
b. membahas rancangan Perda tentang APBD;
c. membahas rancangan Perda tentang perubahan APBD; dan
d. membahas rancangan Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD.

Pasal 16
(1) Pembahasan kebijakan umum APBD dan prioritas dan plafon anggaran
sementara dilaksanakan oleh DPRD dan Bupati, setelah Bupati menyampaikan
kebijakan umum APBD dan prioritas dan plafon anggaran sementara disertai
dengan dokumen pendukung.
(2) Pembahasan rancangan kebijakan umum APBD dilaksanakan oleh badan
anggaran DPRD dan tim anggaran Pemerintah Daerah untuk disepakati
menjadi kebijakan umum APBD.
(3) Kebijakan umum APBD menjadi dasar bagi badan anggaran DPRD bersama
tim anggaran Pemerintah Daerah untuk membahas rancangan prioritas dan
plafon anggaran sementara.
(4) Badan anggaran melakukan konsultasi dengan komisi untuk memperoleh
masukan terhadap program dan kegiatan yang ada dalam rancangan prioritas
dan plafon anggaran sementara.
(5) Pembahasan rancangan kebijakan umum APBD, rancangan prioritas dan
plafon anggaran sementara serta konsultasi dengan komisi dilaksanakan
melalui rapat DPRD.
(6) Kebijakan ...
-10-

(6) Kebijakan umum APBD dan prioritas dan plafon anggaran sementara yang
telah mendapat persetujuan bersama ditandatangani oleh Bupati dan
Pimpinan DPRD dalam rapat paripurna.

Pasal 17
(1) Pembahasan rancangan Perda tentang APBD dilaksanakan oleh DPRD dan
Bupati setelah Bupati menyampaikan rancangan Perda tentang APBD beserta
penjelasan dan dokumen pendukung sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Pembahasan rancangan Perda tentang APBD dibahas Bupati bersama DPRD
dengan berpedoman pada rencana kerja Pemerintah Daerah, kebijakan umum
APBD dan prioritas dan plafon anggaran sementara untuk mendapat
persetujuan bersama.
(3) Pembahasan rancangan Perda tentang APBD sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dilaksanakan oleh badan anggaran DPRD dan tim anggaran Pemerintah
Daerah.
Pasal 18
Ketentuan mengenai pembahasan rancangan Perda tentang APBD sebagaimana
dimaksud Pasal 17 berlaku secara mutatis mutandis terhadap pembahasan
rancangan Perda tentang Perubahan APBD.
Pasal 19
(1) Badan anggaran membahas rancangan Perda tentang pertanggungiawaban
pelaksanaan APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) huruf d.
(2) Rancangan Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh
Bupati dengan dilampirkan laporan keuangan yang telah diperiksa oleh
BPK-RI.
(3) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit
meliputi:
a. laporan realisasi anggaran;
b. laporan perubahan saldo anggaran lebih;
c. neraca;
d. laporan operasional;
e. laporan arus kas;
f. laporan perubahan ekuitas; dan
g. catatan atas laporan keuangan.
(4) Dalam hal daerah memiliki badan usaha milik daerah, catatan atas laporan
keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf g harus dilampiri
dengan ikhtisar laporan keuangan badan usaha milik daerah.
(5) Pembahasan rancangan Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Pasal 9.

Pasal 20
Jadwal pembahasan dan rapat paripurna kebijakan umum APBD, prioritas dan
plafon anggaran sementara, rancangan Perda tentang APBD, rancangan Perda
tentang perubahan APBD dan rancangan Perda tentang pertanggungiawaban
APBD ditetapkan oleh badan musyawarah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur mengenai pengelolaan keuangan daerah.

Paragraf 4 ...
-11-

Paragraf 4
Fungsi Pengawasan
(1) Fungsi pengawasan diwujudkan dalam bentuk pengawasan terhadap :
a. pelaksanaan Perda dan peraturan Bupati;
b. pelaksanaan peraturan perundang-undangan lain yang terkait dengan
penyelenggaraan pemerintahan daerah; dan
c. pelaksanaan tindak lanjut LHP BPK-RI.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (l) dapat dilaksanakan melalui :
a. rapat kerja komisi dengan Pemerintah Daerah;
b. kegiatan kunjungan kerja;
c. rapat dengar pendapat umum; dan
d. pengaduan masyarakat.
(3) Fungsi pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b
dilaksanakan oleh Bapemperda melalui kegiatan evaluasi terhadap efektivitas
pelaksanaan Perda, Peraturan Bupati dan pelaksanaan peraturan perundang-
undangan yang lain.
(4) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaporkan kepada
Pimpinan DPRD dan diumumkan dalam rapat paripurna.

Paragraf 5
LHP BPK-RI
Pasal 22
(1) Dalam melaksanakan fungsi pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
21 ayat (1) huruf c, DPRD mempunyai hak menerima laporan hasil
pemeriksaan BPK.
(2) Laporan Hasil Pemeriksaan BPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. laporan hasil pemeriksaan keuangan;
b. laporan hasil pemeriksaan kinerja; dan
c. laporan hasil pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
(3) DPRD meminta pemerintah daerah untuk menindaklanjuti laporan hasil
pemeriksaan BPK.
(4) DPRD dapat meminta laporan pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan
BPK dari Pemerintah Daerah.

Pasal 23
Laporan Hasil Pemeriksaan BPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2)
huruf a dapat berupa:
a. opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion);
b. opini wajar dengan pengecualian (qualified opinion);
c. opini tidak wajar (adversed opinion); atau
d. pernyataan menolak memberikan opini (disclaimer of opinion).

Pasal 24 …
-12-

Pasal 24
(1) DPRD meminta kepada BPK Laporan Hasil Pemeriksaan yang diterima
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2) telah dikonfirmasikan kepada
Organisasi Perangkat Daerah.
(2) Dalam hal BPK belum melakukan konfirmasi atas Laporan Hasil Pemeriksaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) DPRD dapat mendorong agar BPK
melakukan konfirmasi kepada Organisasi Perangkat Daerah.

Pasal 25
(1) DPRD melakukan pembahasan atas laporan hasil pemeriksaan BPK
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 dalam rapat alat kelengkapan DPRD.
(2) Pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
ketentuan:
a. Laporan hasil pemeriksaan keuangan dengan opini sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23 huruf b, huruf c dan huruf d; dan
b. Laporan hasil pemeriksaan dengan tujuan tertentu.

Pasal 26
Pembahasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 dilaksanakan dengan tahap
sebagai berikut:
a. Pembahasan atas laporan hasil pemeriksaan BPK dilakukan oleh DPRD paling
lambat 2 (dua) minggu setelah menerima laporan hasil pemeriksaan BPK.
b. Pembahasan oleh DPRD diselesaikan dalam waktu paling lambat 1 (satu)
minggu.
c. Dalam pelaksanaan pembahasan, DPRD dapat melakukan konsultasi dengan
BPK.
d. Pimpinan DPRD mengagendakan dalam pembahasan Sidang Paripurna DPRD.
e. Laporan hasil pembahasan sebagaimana dimaksud pada huruf d, dapat berisi
usulan:
1. Meminta BPK untuk memberikan penjelasan kepada DPRD atas laporan
hasil pemeriksaan BPK, dalam hal menemukan ketidakjelasan atas aspek
tertentu dan/atau temuan di satuan kerja tertentu yang tertuang dalam
laporan hasil pemeriksaan BPK; dan
2. Meminta BPK untuk melakukan pemeriksaan lanjutan, dalam hal
menemukan aspek-aspek tertentu dan/atau temuan di satuan kerja
tertentu yang tertuang dalam laporan hasil pemeriksaan BPK yang
memerlukan pendalaman lebih lanjut.

Pasal 27
(1) DPRD melakukan pengawasan terhadap Pemerintah Daerah atas pelaksanaan
tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. pengawasan terhadap tindak lanjut hasil pemeriksaan keuangan;
b. pengawasan terhadap tindak lanjut hasil pemeriksaan kinerja; dan
c. pengawasan terhadap tindak lanjut hasil pemeriksaan dengan tujuan
tertentu.

Pasal 28 …
-13-

Pasal 28
(1) Pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 dapat
dilakukan melalui koordinasi dengan tim tindak lanjut laporan hasil
pemeriksaan BPK yang dibentuk oleh Pemerintah Daerah.
(2) Tim Tindak Lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. Wakil Bupati selaku penanggungjawab;
b. Inspektur Kabupaten selaku sekretaris; dan
c. Para Kepala Organisasi Perangkat Daerah (SKPD) terkait selaku anggota.

Pasal 29
DPRD melakukan monitoring kepada Pemerintah Daerah atas pelaksanaan tindak
lanjut laporan hasil pemeriksaan.

Pasal 30
(1) DPRD dapat memberikan dorongan kepada Pemerintah Daerah untuk
mempertahankan kualitas opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)
dalam penyelenggaraan pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23
huruf a.
(2) DPRD dapat melakukan pengawasan dan monitoring kepada pemerintah
daerah untuk mendorong temuan ataupun rekomendasi dikoreksi opini wajar
dengan pengecualian (qualified opinion) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23
huruf b.
(3) DPRD dapat mengusulkan kepada Kepala Daerah untuk menegur,
memberikan saran dan/atau arahan yang sifatnya memotivasi SKPD sesuai
dengan tingkat, berat ringan dan sifat temuan opini tidak wajar (adversed
opinion) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf c.
(4) DPRD dapat meminta keterangan dari BPK dan keterangan dan/atau
klarifikasi dari pemerintah daerah terkait pernyataan menolak memberikan
opini (disclaimer of opinion) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23
huruf d.

Paragraf 6
LKPJ Bupati
Pasal 31
(1) LKPJ Bupati terdiri atas :
a. LKPJ akhir tahun anggaran; dan
b. LKPJ akhir masa jabatan.
(2) LKPJ Bupati akhir tahun anggaran disampaikan kepada DPRD paling lambat 3
(tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
(3) LKPJ Bupati akhir masa jabatan disampaikan kepada DPRD paling lambat 30
(tiga puluh) hari setelah pemberitahuan DPRD perihal berakhir masa jabatan
Bupati sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undang.
(4) Pimpinan DPRD memberitahukan secara tertulis kepada Bupati dan KPU
Daerah mengenai berakhirnya masa jabatan Bupati dalam waktu paling
lambat 6 (enam) bulan sebelum masa jabatan Bupati berakhir.
(5) Dalam hal penyampaian LKPJ Bupati akhir masa jabatan waktunya
bersamaan dengan LKPJ Bupati akhir tahun anggaran atau berjarak 1 (satu)
bulan,penyampaian LKPJ Bupati akhir tahun anggaran disampaikan bersama
dengan LKPJ Bupati akhir masa jabatan.
Pasal 32 …
-14-

Pasal 32
(1) LKPJ disampaikan oleh Bupati dalam rapat paripurna.
(2) LKPJ sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibahas oleh DPRD secara internal
sesuai dengan tata tertib DPRD.
(3) Berdasarkan hasil pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) DPRD
menetapkan keputusan DPRD.
(4) Keputusan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan paling
lambat 30 (tiga puluh) hari setelah LKPJ diterima.
(5) Keputusan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan kepada
Bupati dalam rapat paripurna sebagai rekomendasi kepada Bupati untuk
perbaikan penyelenggaraan pemerintahan daerah ke depan.
(6) Catatan dan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dibacakan oleh
salah satu anggota DPRD sebagai juru bicara DPRD.
(7) Apabila LKPJ sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak ditanggapi dalam
jangka waktu 30 (tiga puluh) hari setelah LKPJ diterima, maka dianggap tidak
ada rekomendasi untuk penyempurnaan.

Bagian Kedua
Tugas dan Wewenang
Pasal 33
DPRD mempunyai tugas dan wewenang :
a. membentuk Perda bersama Bupati;
b. membahas dan memberikan persetujuan rancangan Perda tentang APBD yang
diajukan oleh Bupati;
c. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan APBD;
d. memilih Bupati dan Wakil Bupati atau Wakil Bupati dalam hal terjadi
kekosongan jabatan untuk meneruskan sisa masa jabatan lebih dari 18
(delapan belas) bulan;
e. mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Bupati dan Wakil Bupati
kepada Menteri melalui Gubernur untuk mendapatkan pengesahan
pengangkatan dan pemberhentian;
f. memberikan pendapat dan pertimbangan kepada Pemerintah Daerah terhadap
rencana perjanjian internasional di daerah;
g. memberikan persetujan terhadap rencana kerja sama internasional yang
dilakukan oleh Pemerintah Daerah;
h. meminta laporan keterangan pertanggungiawaban Bupati dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah;
i. memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama dengan daerah lain
atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah; dan
j. melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Paragraf Ketujuh
Pemilihan Bupati Dan Wakil Bupati Atau Wakil Bupati
Pasal 34
(1) Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati atau Wakil Bupati sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 33 huruf d diselenggarakan dalam rapat paripurna.
(2) Hasil ...
-15-

(2) Hasil pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
keputusan DPRD.
(3) Mekanisme pemilihan Bupati dan Wakil Bupati atau Wakil Bupati, paling
sedikit memuat ketentuan :
a. tugas dan wewenang panitia pemilihan;
b. tata cara pemilihan dan perlengkapan pemilihan;
c. persyaratan calon dan penyampaian kelengkapan dokumen persyaratan
sesuai ketentuan peraturan Perundang-undangan;
d. jadwal dan tahapan pemilihan;
e. hak anggota DPRD dalam pemilihan;
f. penyampaian visi dan misi para calon Bupati dan wakil Bupati dalam rapat
paripurna;
g. jumlah, tata cara pengusulan, dan tata tertib saksi;
h. penetapan calon terpilih;
i. pemilihan suara ulang; dan
j. larangan dan sanksi bagi calon Bupati dan wakil Bupati atau calon Wakil
Bupati yang mengundurkan diri sejak ditetapkan sebagai pasangan calon
atau calon.
(4) Pimpinan DPRD mengumumkan hasil pemilihan Bupati dan Wakil Bupati atau
Wakil Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam rapat paripurna,
berkaitan dengan :
a. pengangkatan Bupati dan Wakil Bupati; atau
b. pengangkatan Wakil Bupati

Pasal 35
Pimpinan DPRD menyampaikan usulan pengesahan pengangkatan dan
pemberhentian Bupati dan Wakil Bupati kepada Menteri melalui Gubernur.

Pasal 36
(1) Pemberian persetujuan terhadap rencana kerja sama internasional yang
dilakukan oleh Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33
huruf g ditetapkan dalam rapat paripurna.
(2) Keputusan rapat paripurna sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan
oleh Pimpinan DPRD kepada Bupati untuk ditindaklanjuti sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan-undangan yang mengatur mengenai
kerjasama daerah.

BAB III
KEANGGOTAAN DPRD
Pasal 37
(1) Anggota DPRD berjumlah 50 (lima puluh) orang.
(2) Masa jabatan anggota DPRD adalah 5 (lima) tahun terhitung mulai tanggal
pengucapan sumpah/janji anggota DPRD dan berakhir pada saat anggota
DPRD yang baru mengucapkan sumpah/janji.

Pasal 38 …
-16-

Pasal 38
(1) Keanggotaan DPRD diresmikan dengan Keputusan Gubernur.
(2) Keputusan Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada
laporan KPU Kabupaten Serang.
(3) Anggota DPRD sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/janji
secara bersama-sama yang dipandu oleh Ketua Pengadilan Negeri dalam rapat
paripurna DPRD.
(4) Dalam hal Ketua Pengadilan Negeri berhalangan, pengucapan sumpah/janji
anggota DPRD dipandu oleh Wakil Ketua Pengadilan Negeri atau Hakim Senior
pada Pengadilan Negeri yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan Negeri.
(5) Rapat paripurna sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dipimpin oleh Pimpinan
DPRD periode sebelumnya atau dipimpin oleh Anggota DPRD yang paling tua
dan/atau paling muda periode sebelumnya dalam hal Pimpinan DPRD periode
sebelumnya berhalangan hadir.
(6) Anggota DPRD yang berhalangan mengucapkan sumpah/janji bersama–sama
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) mengucapkan sumpah/janji yang
dipandu oleh Pimpinan DPRD dalam rapat paripurna DPRD.

Pasal 39
(1) Pengucapan sumpah/janji anggota DPRD dilaksanakan pada tanggal
berakhirnya masa jabatan 5 (lima) tahun anggota DPRD yang lama periode
sebelumnya.
(2) Dalam hal tanggal berakhirnya masa jabatan anggota DPRD yang lama jatuh
pada hari libur atau hari yang diliburkan, pengucapan sumpah/janji Anggota
DPRD yang baru dilaksanakan hari berikutnya sesudah hari libur atau hari
yang diliburkan.
Pasal 40
(1) Pengucapan sumpah/janji anggota DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal
37 dan Pasal 38, didampingi oleh rohaniawan.
(2) Dalam pengucapan sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
diawali dengan frasa “Demi Allah”.
(3) Setelah mengakhiri pengucapan sumpah/janji, anggota DPRD menandatangani
Berita Acara Pengucapan Sumpah/Janji.

Pasal 41
Sumpah/janji sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 sebagai berikut :
“ Demi Allah (Tuhan) saya bersumpah / berjanji :
bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya sebagai Anggota / Ketua / Wakil
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Serang dengan sebaik-
baiknya dan seadil-adilnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, dengan berpedoman pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
bahwa saya dalam menjalankan kewajiban akan bekerja dengan sungguh-
sungguh, demi tegaknya kehidupan demokrasi, serta mengutamakan
kepentingan bangsa dan negara daripada kepentingan pribadi, seseorang, dan
golongan;
bahwa saya akan memperjuangkan aspirasi rakyat yang saya wakili untuk
mewujudkan tujuan nasional demi kepentingan bangsa dan NegaraKesatuan
Republik Indonesia”.

Pasal 42 …
-17-

Pasal 42
(1) Tatacara pengucapan sumpah/janji anggota DPRD sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 40 sesuai ketentuan peraturan perundang – undangan.
(2) Tata urutan acara untuk pelaksanaan pengucapan sumpah/janji Anggota
DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. menyanyikan lagu Kebangsaan Indonesia Raya;
b. pembukaan rapat oleh Pimpinan DPRD ;
c. pembacaan ayat-ayat suci Al-qur’an;
d. pembacaan Keputusan peresmian pemberhentian dan pengangkatan
Anggota DPRD oleh Sekretaris DPRD ;
e. pengucapan sumpah/janji Anggota DPRD, dipandu oleh Ketua Pengadilan
Negeri;
f. penandatanganan Berita Acara sumpah/janji Anggota DPRD secara simbolis
oleh satu orang dari masing – masing kelompok agama dan Ketua
Pengadilan ;
g. pengumuman Pimpinan Sementara DPRD oleh Sekretaris DPRD ;
h. serah terima Pimpinan DPRD dari Pimpinan lama kepada Pimpinan
Sementara secara simbolis dengan penyerahan palu Pimpinan ;
i. sambutan Pimpinan Sementara DPRD ;
j. sambutan Bupati ;
k. pembacaan Do’a ;
l. penutupan oleh Pimpinan Sementara ; dan
m. penyampaian ucapan selamat.
(3) Tata pakaian yang digunakan dalam acara pengucapan sumpah/janji Anggota
DPRD meliputi :
a. ketua pengadilan negeri menggunakan pakaian sesuai ketentuan dari
instansi yang bersangkutan ;
b. bupati menggunakan Pakaian Sipil Lengkap dengan Peci Nasional ;
c. anggota DPRD yang akan mengucapkan sumpah/janji menggunakan
Pakaian Sipil Lengkap warna gelap dengan peci nasional bagi pria dan
wanita menggunakan pakaian nasional ; dan
d. undangan bagi Anggota TNI/POLRI menggunakan Pakaian Dinas Upacara,
undangan sipil menggunakan Pakaian Sipil Lengkap dengan peci nasional
bagi pria dan wanita menggunakan pakaian nasional.
(4) Tata tempat dalam acara pengucapan sumpah/janji Anggota DPRD meliputi :
a. pimpinan DPRD duduk disebelah kiri bupati dan Ketua Pengadilan Negeri
atau Pejabat yang ditunjuk disebelah kanan bupati ;
b. anggota DPRD yang akan mengucapkan sumpah/janji duduk ditempat yang
telah disediakan ;
c. setelah pengucapan sumpah/janji Pimpinan Sementara DPRD duduk
disebelah kiri bupati ;
d. pimpinan DPRD yang lama dan Ketua Pengadilan negeri atau Pejabat yang
ditunjuk duduk ditempat yang telah disediakan ;
e. sekretaris DPRD duduk dibelakang Pimpinan DPRD ;

f. para undangan ...


-18-

f. para undangan dan Anggota DPRD lainnya duduk ditempat yang telah
disediakan ; dan
g. pers/kru TV/radio disediakan tempat tersendiri.

Pasal 43
(1) Dalam hal calon Anggota DPRD terpilih ditetapkan menjadi tersangka pada
saat pengucapan sumpah/janji, yang bersangkutan tetap melaksanakan
pengucapan sumpah janji menjadi Anggota DPRD.
(2) Dalam hal calon Anggota DPRD terpilih ditetapkan menjadi terdakwa pada saat
pengucapan sumpah/janji, yang bersangkutan tetap melaksanakan
pengucapan sumpah janji menjadi Anggota DPRD dan saat itu juga
diberhentikan sementara sebagai Anggota DPRD.
(3) Dalam hal calon Anggota DPRD terpilih ditetapkan menjadi terpidana
berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap pada saat pengucapan sumpah/janji, yang bersangkutan tetap
melaksanakan pengucapan sumpah janji menjadi Anggota DPRD dan saat itu
juga diberhentikan sebagai Anggota DPRD.

BAB IV
ALAT KELENGKAPAN DPRD
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 44

(1) Alat kelengkapan DPRD terdiri atas :


a. Pimpinan DPRD;
b. Badan Musyawarah;
c. Komisi;
d. Bapemperda;
e. Badan Anggaran;
f. Badan Kehormatan; dan
g. Alat kelengkapan lain yang diperlukan dan dibentuk berdasarkan rapat
paripurna.
(2) Alat kelengkapan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai
dengan huruf f bersifat tetap.
(3) Alat kelengkapan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g berupa
panitia khusus yang bersifat tidak tetap.
(4) Dalam menjalankan tugasnya, alat kelengkapan DPRD dibantu oleh
Sekretariat dan dapat dibantu oleh Kelompok Pakar atau Tim Ahli.
(5) Alat kelengkapan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b sampai
dengan huruf f dibentuk oleh DPRD pada awal masa jabatan keanggotaan
DPRD.
(6) Pembentukan alat kelengkapan DPRD ditetapkan dengan keputusan DPRD.

Pasal 45
Pimpinan alat kelengkapan DPRD tidak boleh merangkap sebagai pimpinan pada
alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap lainnya kecuali Pimpinan DPRD yang
merangkap sebagai pimpinan pada badan musyawarah dan badan anggaran.
Bagian Kedua …
-19-

Bagian Kedua

Pimpinan DPRD
Pasal 46
Pimpinan DPRD mempunyai tugas dan wewenang :
a. memimpin rapat DPRD dan menyimpulkan hasil rapat untuk diambil
keputusan;
b. menyusun rencana kerja Pimpinan DPRD;
c. menetapkan pembagian tugas antara ketua dan wakil ketua;
d. melakukan koordinasi dalam upaya menyinergikan pelaksanaan agenda dan
materi kegiatan dari alat kelengkapan DPRD;
e. mewakili DPRD dalam berhubungan dengan lembaga/instansi lain;
f. menyelenggarakan konsultasi dengan Bupati dan pimpinan lembaga/ instansi
vertikal lainnya;
g. mewakili DPRD di pengadilan; dan
h. melaksanakan keputusan DPRD tentang penetapan sanksi atau rehabilitasi
Anggota DPRD sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
i. menyampaikan laporan kinerja Pimpinan DPRD dalam rapat paripurna yang
khusus diadakan untuk itu.
j. mendampingi kegiatan Alat Kelengkapan DPRD baik yang bersifat tetap
maupun tidak tetap.

Pasal 47
(1) Pimpinan DPRD terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan 3 (tiga) orang wakil ketua.
(2) Pimpinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari partai politik
berdasarkan urutan perolehan kursi terbanyak di DPRD.
(3) Ketua DPRD adalah anggota DPRD yang berasal dari partai politik yang
memperoleh kursi terbanyak pertama di DPRD.
(4) Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) partai politik yang memperoleh kursi
terbanyak pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ketua DPRD adalah
anggota DPRD yang berasal dari partai politik yang memperoleh suara
terbanyak.
(5) Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) partai politik yang memperoleh suara
terbanyak sama sebagaimana dimaksud pada ayat (4), penentuan ketua DPRD
dilakukan berdasarkan persebaran wilayah perolehan suara partai politik yang
paling merata urutan pertama.
(6) Dalam hal ketua DPRD ditetapkan dari anggota DPRD sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), wakil ketua DPRD ditetapkan dari anggota DPRD yang berasal
dari partai politik yang memperoleh kursi terbanyak kedua, ketiga, dan/atau
keempat sesuai dengan jumlah wakil ketua DPRD.
(7) Dalam hal ketua DPRD ditetapkan dari anggota DPRD sebagaimana dimaksud
pada ayat (4), wakil ketua DPRD ditetapkan dari anggota DPRD yang berasal
dari partai politik yang memperoleh urutan suara terbanyak kedua, ketiga,
dan/atau keempat sesuai dengan jumlah wakil ketua DPRD.
(8) Dalam hal ketua DPRD ditetapkan dari anggota DPRD sebagaimana dimaksud
pada ayat (5), wakil ketua DPRD ditetapkan dari anggota DPRD yang berasal
dari partai politik yang memperoleh persebaran suara paling merata urutan
kedua, ketiga, dan/atau keempat sesuai dengan jumlah wakil ketua DPRD.

Pasal 48 …
-20-

Pasal 48
(1) Dalam hal pimpinan DPRD belum terbentuk, DPRD dipimpin oleh pimpinan
sementara DPRD.
(2) Pimpinan sementara DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertugas :
a. memimpin rapat DPRD;
b. memfasilitasi pembentukan fraksi;
c. memfasilitasi penyusunan peraturan DPRD tentang tata tertib; dan
d. memproses penetapan pimpinan DPRD definitif.
(3) Pimpinan sementara DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas 1
(satu) orang ketua dan 1 (satu) orang wakil ketua yang berasal dari 2 (dua)
partai politik yang memperoleh kursi terbanyak pertama dan kedua di DPRD.
(4) Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) partai politik yang memperoleh kursi
terbanyak sama, ketua dan wakil ketua sementara DPRD ditentukan secara
musyawarah oleh wakil partai politik yang bersangkutan.

Pasal 49
(1) Partai politik yang berhak mengisi kursi pimpinan DPRD sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 46 ayat (2), menyampaikan 1 (satu) orang calon
pimpinan DPRD kepada pimpinan sementara DPRD untuk diumumkan dan
ditetapkan dalam rapat paripurna DPRD sebagai calon pimpinan DPRD.
(2) Pimpinan sementara DPRD menyampaikan nama calon pimpinan DPRD
kepada Gubernur melalui Bupati.
(3) Pimpinan DPRD diresmikan dengan keputusan Gubernur.

Pasal 48
(1) Pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1), sebelum
memangku jabatannya mengucapkan sumpah/janji di gedung DPRD yang
dipandu oleh ketua pengadilan negeri.
(2) Dalam hal pengucapan sumpah/janji di gedung DPRD sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) karena alasan tertentu tidak dapat dilaksanakan, pengucapan
sumpah/janji pimpinan DPRD dapat dilaksanakan di tempat lain.
(3) Dalam hal ketua pengadilan negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berhalangan, pengucapan sumpah/janji pimpinan DPRD dipandu oleh wakil
ketua pengadilan negeri.
(4) Dalam hal wakil ketua pengadilan negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
berhalangan, pengucapan sumpah/janji pimpinan DPRD dipandu oleh hakim
senior pada pengadilan negeri yang ditunjuk oleh ketua pengadilan negeri.
Pasal 49
Pimpinan DPRD merupakan satu kesatuan pimpinan yang bersifat kolektif dan
kolegial.
Pasal 50
(1) Masa jabatan pimpinan DPRD terhitung sejak tanggal pengucapan
sumpah/janji pimpinan dan berakhir bersamaan dengan berakhirnya masa
jabatan keanggotaan DPRD.
(2) Pimpinan DPRD berhenti dari jabatannya sebelum berakhir masa jabatannya
karena :
a. meninggal dunia;
b. mengundurkan …
-21-

b. mengundurkan diri sebagai pimpinan DPRD;


c. diberhentikan sebagai anggota DPRD sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; atau
d. diberhentikan sebagai pimpinan DPRD.
(3) Pimpinan DPRD diberhentikan dari jabatannya sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf d apabila yang bersangkutan :
a. terbukti melanggar sumpah/janji jabatan dan kode etik DPRD berdasarkan
keputusan Badan Kehormatan; atau
b. diusulkan oleh partai politiknya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(4) Dalam hal ketua DPRD berhenti dari jabatannya, para wakil ketua menetapkan
salah seorang diantaranya untuk melaksanakan tugas ketua sampai dengan
ditetapkannya ketua pengganti definitif.
(5) Dalam hal ketua dan wakil ketua DPRD berhenti dari jabatannya dan tersisa 1
(satu) wakil ketua, wakil ketua yang bersangkutan melaksanakan tugas ketua
DPRD sampai dengan ditetapkannya ketua pengganti definitif.

Pasal 51
(1) Pimpinan DPRD lainnya melaporkan usul pemberhentian Pimpinan DPRD
dalam rapat paripurna.
(2) Pemberhentian Pimpinan DPRD ditetapkan dalam rapat paripurna.
(3) Pemberhentian Pimpinan DPRD ditetapkan dengan keputusan DPRD.

Pasal 52
(1) Pimpinan DPRD menyampaikan keputusan DPRD tentang pemberhentian
Pimpinan DPRD kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat melalui
Bupati untuk peresmian pemberhentiannya paling lambat 7 (tujuh) hari
terhitung sejak ditetapkan dalam rapat paripurna.
(2) Bupati menyampaikan keputusan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
kepada Gubernur paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak diterimanya
keputusan DPRD.
(3) Keputusan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) disertai
dengan berita acara rapat paripurna.

Pasal 53
(1) Pengganti Pimpinan DPRD yang berhenti berasal dari partai politik yang sama
dengan Pimpinan DPRD yang berhenti.
(2) Calon pengganti Pimpinan DPRD yang berhenti diusulkan oleh pimpinan partai
politik untuk diumumkan dalam rapat paripurna dan ditetapkan dengan
keputusan DPRD.
(3) Pimpinan DPRD mengusulkan peresmian pengangkatan calon pengganti
Pimpinan DPRD kepada gubernur melalui Bupati.

Pasal 54
(1) Dalam hal ketua DPRD sedang menjalani masa tahanan atau berhalangan
sementara, Pimpinan DPRD lainnya melaksanakan musyawarah untuk
menentukan salah satu Pimpinan DPRD untuk melaksanakan tugas ketua
DPRD yang sedang menjalani masa tahanan atau berhalangan sementara.
(2) Hasil musyawarah Pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan keputusan Pimpinan DPRD.
(3) Pimpinan ...
-22-

(3) Pimpinan DPRD sementara yang melaksanakan tugas ketua DPRD


sebagaimana dimaksud ayat (1) berhenti bersamaan dengan ketua DPRD yang
berhenti sementara melaksanakan tugas kembali.

Pasal 55
(1) Dalam hal salah seorang Pimpinan DPRD sedang menjalani masa tahanan
atau berhalangan sementara lebih dari 30 (tiga puluh) hari, pimpinan partai
potitik asal Pimpinan DPRD yang berhalangan sementara mengusulkan kepada
Pimpinan DPRD salah seorang Anggota DPRD yang berasal dari partai politik
tersebut untuk melaksanakan tugas Pimpinan DPRD yang sedang menjalani
masa tahanan atau berhalangan sementara.
(2) Usulan pimpinan partai politik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diumumkan dalam rapat paripurna dan selanjutnya ditetapkan dengan
keputusan DPRD.
Pasal 56
(1) Dalam hal seluruh Pimpinan DPRD sedang menjalani masa tahanan atau
berhalangan sementara, pimpinan partai politik asal Pimpinan DPRD
mengusulkan Anggota DPRD dari partai politiknya untuk melaksanakan tugas
Pimpinan DPRD yang sedang menjalani masa tahanan atau berhalangan
sementara.
(2) Usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada DPRD
paling lambat 7 (tujuh) Hari terhitung sejak seluruh Pimpinan DPRD menjalani
masa tahanan atau berhalangan sementara.
(3) Usulan pimpinan partai politik sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diumumkan dalam rapat paripurna dan selanjutnya ditetapkan dengan
keputusan DPRD.
(4) Rapat paripurna sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dipimpin oleh Anggota
DPRD paling tua dan/atau paling muda.
(5) Paling lambat 7 (tujuh) Hari terhitung sejak diterimanya keputusan DPRD
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), keputusan DPRD disampaikan kepada
gubernur melalui Bupati oleh Pimpinan DPRD bagi pelaksana tugas Pimpinan
DPRD.
(6) Bupati menyampaikan usulan pelaksana tugas Pimpinan DPRD paling lama 7
(tujuh) Hari kepada gubernur terhitung sejak diterimanya keputusan DPRD.

Pasal 57
(1) Pelaksana tugas Pimpinan DPRD melaksanakan tugas dan wewenang
Pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54.
(2) Pelaksana tugas Pimpinan DPRD ditetapkan degan keputusan gubernur
sebagai wakil Pemerintah Pusat.
(3) Pelaksana tugas Pimpinan DPRD mendapatkan hak protokoler Pimpinan DPRD
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 58
Dalam hal Pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 dan Pasal 55
terbukti tidak bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap :
a. Gubernur mengaktifkan kembali sebagai anggota DPRD dan/atau pimpinan
DPRD; dan
b. Pimpinan DPRD melakukan rehabilitasi melalui pengumuman dalam rapat
paripurna.
Bagian Ketiga …
-23-

Bagian Ketiga
Badan Musyawarah
Pasal 59
(1) Anggota badan musyawarah paling banyak 1/2 (satu perdua) dari jumlah
Anggota DPRD berdasarkan perimbangan jumlah anggota tiap-tiap fraksi.
(2) Susunan keanggotaan badan musyawarah ditetapkan dalam rapat paripurna
setelah terbentuknya Pimpinan DPRD, fraksi, komisi, dan badan anggaran.
(3) Pimpinan DPRD karena jabatannya juga sebagai pimpinan badan musyawarah
dan merangkap anggota badan musyawarah.
(4) Sekretaris DPRD karena jabatannya juga sebagai sekretaris badan
musyawarah dan bukan sebagai anggota badan musyawarah.
(5) Perpindahan Anggota DPRD dalam badan musyawarah ke alat kelengkapan
DPRD lain hanya dapat dilakukan setelah masa keanggotaannya dalam badan
musyawarah paling singkat 2 (dua) tahun 6 (enam) bulan berdasarkan usul
fraksi.

Pasal 60
(1) Badan musyawarah mempunyai tugas dan wewenang :
a. mengoordinasikan sinkronisasi penyusunan rencana kerja tahunan dan 5
(lima) tahunan DPRD dari seluruh rencana kerja alat kelengkapan DPRD;
b. menetapkan agenda DPRD untuk 1 (satu) tahun masa sidang, sebagian
dari suatu masa sidang, perkiraan waktu penyelesaian suatu masalah dan
jangka waktu penyelesaian rancangan Perda;
c. memberikan pendapat kepada Pimpinan DPRD dalam menentukan garis
kebiiakan pelaksanaan tugas dan wewenang DPRD;
d. meminta dan/atau memberikan kesempatan kepada alat kelengkapan
DPRD yang lain untuk memberikan keterangan atau penjelasan mengenai
pelaksanaan tugas masing-masing;
e. menetapkan jadwal acara rapat DPRD;
f. memberi saran atau pendapat untuk memperlancar kegiatan DPRD;
g. merekomendasikan pembentukan panitia khusus; dan
h. melaksanakan tugas lain yang diputuskan dalam rapat paripurna.
(2) Agenda DPRD yang telah ditetapkan oleh badan musyawarah hanya dapat
diubah dalam rapat paripurna.
(3) Setiap anggota badan musyawarah wajib :
a. berkonsultasi dengan fraksi sebelum pengambilan keputusan dalam rapat
badan musyawarah; dan
b. menyampaikan hasil rapat badan musyawarah kepada fraksi.

Bagian Keempat
Komisi
Pasal 61
(1) Setiap Anggota DPRD, kecuali Pimpinan DPRD, menjadi anggota salah satu
komisi.
(2) Komisi dibentuk sebanyak 4 (empat) komisi.
(3) Jumlah keanggotaan setiap komisi ditetapkan dengan mempertimbangkan
perimbangan dan pemerataan jumlah anggota antar komisi.
(4) Keanggotaan ...
-24-

(4) Keanggotaan dalam komisi diputuskan dalam rapat paripurna atas usul fraksi
pada awal tahun anggaran.
(5) Ketua, wakil ketua dan sekretaris komisi dipilih dari dan oleh anggota komisi
dan dilaporkan dalam rapat paripurna;
(6) Masa jabatan ketua, wakil ketua dan sekretaris komisi selama 2 (dua) tahun 6
(enam) bulan.
(7) Dalam hal terdapat penggantian ketua, wakil ketua dan/atau sekretaris
komisi, dilakukan kembali pemilihan ketua, wakil ketua, dan/ atau sekretaris
komisi sebagaimana dimaksud pada ayat (6).
(8) Masa jabatan pengganti ketua, wakil ketua, dan/atau sekretaris komisi
meneruskan sisa masa jabatan yang digantikan.
(9) Perpindahan Anggota DPRD antar komisi dapat dilakukan setelah masa
keanggotaannya dalam komisi paling singkat 1 (satu) tahun berdasarkan usul
fraksi dan dapat dilakukan setiap awal tahun anggaran.

Pasal 62
Komisi mempunyai tugas dan wewenang :
a. memastikan terlaksananya kewajiban daerah dalam penyelenggaraan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dan kewajiban
lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. melakukan pembahasan rancangan Perda;
c. melakukan pembahasan rancangan keputusan DPRD sesuai dengan ruang
lingkup tugas komisi;
d. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda sesuai dengan ruang
lingkup tugas komisi;
e. membantu Pimpinan DPRD dalam penyelesaian masalah yang disampaikan
oleh Bupati dan/atau masyarakat kepada DPRD;
f. menerima, menampung dan membahas serta menindaklanjuti aspirasi
masyarakat;
g. mengupayakan peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah;
h. melakukan kunjungan kerja komisi atas persetujuan Pimpinan DPRD;
i. mengadakan rapat kerja dan rapat dengar pendapat;
j. mengajukan usul kepada Pimpinan DPRD yang termasuk dalam ruang
lingkup bidang tugas komisi; dan
k. memberikan laporan tertulis kepada Pimpinan DPRD tentang hasil
pelaksanaan tugas komisi.
Pasal 63
Pembahasan rancangan Perda oleh komisi dapat melibatkan komisi lain dan/atau
alat kelengkapan DPRD terkait berdasarkan keputusan DPRD.

Pasal 64
(1) Pembagian ruang lingkup tugas komisi sesuai dengan penyelenggaraan urusan
pemerintahan yang merupakan kewenangan daerah.
(2) Urusan pemerintahan yang merupakan kewenangan daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), meliputi urusan pemerintahan konkuren dan
pemerintahan umum.
(3) Urusan pemerintahan konkuren sebagaimana dimaksud pada ayat (2), terdiri
atas urusan pemerintahan wajib dan urusan pemerintahan pilihan.
Pasal 65 …
-25-

Pasal 65
(1) Jumlah Komisi DPRD terdiri atas :
a. Komisi I : Bidang Pemerintahan dan Hukum;
b. Komisi II : Bidang Kesejahteraan Rakyat ;
c. Komisi III : Bidang Ekonomi dan Keuangan;
d. Komisi IV : Bidang Pembangunan
(2) Pembidangan tugas masing – masing Komisi yaitu :
a. Komisi I, Bidang Pemerintahan dan Hukum meliputi :
1. administrasi pemerintahan umum;
2. ketertiban, ketentraman dan perlindungan masyarakat;
3. kesatuan bangsa dan politik dalam negeri;
4. perencanaan, penelitian dan pengembangan pembangunan;
5. pengawasan daerah;
6. kepegawaian dan pengembangan SDM;
7. hukum, perundang–undangan dan hak asasi manusia;
8. pemberdayaan masyarakat dan desa;
9. kependudukan dan catatan sipil;
10. perpustakaan dan kearsipan;
11. perizinan, kerjasama dunia usaha dan penanaman modal;
12. komunikasi dan informatika;
13. pertanahan;
14. statistik; dan
15. layanan pengadaan barang dan jasa.
b. Komisi II, Bidang Kesejahteraan Rakyat meliputi :
1. pendidikan dan budaya ;
2. kepemudaan, olahraga dan pariwisata;
3. agama ;
4. kesehatan ;
5. sosial ;
6. pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, keluarga
berencana dan keluarga sejahtera ;
7. pertanian, kehutanan, perkebunan dan peternakan;
8. ketahanan pangan dan perikanan; dan
9. ketenagakerjaan dan transmigrasi.
c. Komisi III, Bidang Ekonomi dan Keuangan meliputi :
1. pengelolaan keuangan dan aset daerah ;
2. perpajakan dan retribusi;
3. perusahaan daerah ;
4. badan layanan umum daerah;
5. perbankan dan ekonomi; dan
6. koperasi, perdagangan dan industri;
d. Komisi IV, Bidang Pembangunan meliputi :
1. pekerjaan umum dan penataan ruang;
2. perumahan …
-26-

2. perumahan, kawasan permukiman, tata bangunan, infrastruktur


pendidikan, infrastruktur kesehatan, dan pembangunan infrastruktur
lainnya;
3. perhubungan;
4. lingkungan hidup; dan
5. persampahan.

(3) Perangkat Daerah atau lembaga yang menjadi mitra kerja Komisi yaitu :
a. Komisi I, meliputi :
1. Sekretariat Daerah;
2. Sekretariat DPRD;
3. Satuan Polisi Pamong Praja;
4. Badan Penanggulangan Bencana Daerah;
5. Inspektorat Daerah;
6. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah;
7. Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia;
8. Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa;
9. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil;
10. Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah;
11. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu;
12. Badan Pertanahan Kabupaten Serang;
13. Badan Pusat Statistik Kabupaten Serang;
14. Dinas Komunikasi dan Informatika; dan
15. Bagian Layanan Pengadaan Barang dan Jasa.
b. Komisi II, meliputi :
1. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan;
2. Dinas Pemuda, Olah Raga dan Pariwisata;
3. Dinas Kesehatan;
4. Dinas Sosial;
5. Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil Menengah, Perindustrian dan
Perdagangan;
6. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi;
7. Dinas Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak;
8. Dinas Pertanian;
9. Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan;
10. Bagian Kesejahteraan Rakyat pada Sekretariat Daerah; dan
11. Kantor Kementerian Agama Kabupaten Serang.
c. Komisi III, meliputi :
1. Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah;
2. Badan Pendapatan Daerah;
3. Subag pembinaan BUMD …
-27-

3. Sub Bagian Pembinaan BUMD pada Bagian Perekonomian Sekretariat


Daerah;
4. BUMD (PD. BPR Serang, PT. Serang Berkah Mandiri, PT. LKM Ciomas,
PDAM Tirta Al Bantani Serang);
5. Rumah Sakit dr. Dradjat Prawiranegara;
6. Bank Jabar Banten; dan
7. Bidang koperasi dan SKPD pengelola retribusi daerah.
d. Komisi IV, meliputi :
1. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang;
2. Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Tata Bangunan;
3. Dinas Perhubungan; dan
4. Dinas Lingkungan Hidup.

Bagian Kelima
Bapemperda
Pasal 66
(1) Anggota Bapemperda ditetapkan dalam rapat paripurna menurut perimbangan
dan pemerataan anggota komisi.
(2) Jumlah anggota Bapemperda paling banyak sejumlah anggota komisi yang
terbanyak.
(3) Pimpinan Bapemperda terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan 1 (satu) orang
wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota Bapemperda.
(4) Sekretaris DPRD karena jabatannya juga sebagai sekretaris Bapemperda dan
bukan sebagai anggota Bapemperda.
(5) Masa jabatan pimpinan Bapemperda selama 2 (dua) tahun 6 (enam) bulan.
(6) Perpindahan Anggota DPRD dalam Bapemperda ke alat kelengkapan DPRD
lain dapat dilakukan setelah masa keanggotaannya dalam Bapemperda paling
singkat 1 (satu) tahun berdasarkan usul fraksi dan dapat dilakukan setiap
awal tahun anggaran.
Pasal 67
Bapemperda mempunyai tugas dan wewenang :
a. menyusun rancangan program pembentukan Perda yang memuat daftar urut
rancangan Perda berdasarkan skala prioritas pembentukan rancangan Perda
disertai alasan untuk setiap tahun anggaran di lingkungan DPRD;
b. mengoordinasikan penyusunan program pembentukan Perda antara DPRD dan
Pemerintah Daerah;
c. menyiapkan rancangan Perda yang berasal dari DPRD yang merupakan usulan
Bapemperda berdasarkan program prioritas yang telah ditetapkan;
d. melakukan pengharmonisasian, pembulatan dan pemantapan konsepsi
rancangan Perda yang diajukan anggota, komisi, atau gabungan komisi
sebelum rancangan Perda disampaikan kepada Pimpinan DPRD;
e. mengikuti pembahasan rancangan Perda yang diajukan oleh DPRD dan
Pemerintah Daerah;
f. memberikan …
-28-

f. memberikan pertimbangan terhadap usulan penyusunan rancangan Perda


yang diajukan oleh DPRD dan Pemerintah Daerah di luar program
pembentukan Perda;
g. memberikan pertimbangan kepada Pimpinan DPRD terhadap rancangan Perda
yang berasal dari Pemerintah Daerah;
h. mengikuti perkembangan dan melakukan evaluasi terhadap pembahasan
materi muatan rancangan Perda melalui koordinasi dengan komisi dan/atau
panitia khusus;
i. memberikan masukan kepada Pimpinan DPRD atas rancangan Perda yang
ditugaskan oleh badan musyawarah;
j. melakukan kajian dan evaluasi Perda; dan
k. membuat laporan kinerja pada masa akhir keanggotaan DPRD dan
menginventarisasi permasalahan dalam pembentukan Perda sebagai bahan
bagi komisi pada masa keanggotaan berikutnya.

Bagian Keenam
Badan Anggaran
Pasal 68
(1) Anggota badan anggaran diusulkan oleh masing-masing fraksi dengan
mempertimbangkan keanggotaannya dalam komisi dan paling banyak atau l/2
(satu perdua) dari jumlah Anggota DPRD.
(2) Ketua dan wakil ketua DPRD juga sebagai pimpinan badan anggaran dan
merangkap anggota badan anggaran.
(3) Susunan keanggotaan, ketua dan wakil ketua badan anggaran ditetapkan
dalam rapat paripurna.
(4) Sekretaris DPRD karena jabatannya juga sebagai sekretaris badan anggaran
dan bukan sebagai anggota.
(5) Perpindahan Anggota DPRD dalam badan anggaran ke alat kelengkapan DPRD
lainnya hanya dapat dilakukan setelah masa keanggotaannya dalam badan
anggaran paling singkat 1 (satu) tahun berdasarkan usul fraksi dan dapat
dilakukan setiap awal tahun anggaran.

Pasal 69
Badan anggaran mempunyai tugas dan wewenang :
a. memberikan saran dan pendapat berupa pokok pikiran DPRD kepada Bupati
dalam mempersiapkan rancangan APBD sebelum peraturan Bupati tentang
rencana kerja Pemerintah Daerah ditetapkan;
b. melakukan konsultasi yang diwakili oleh anggotanya dengan komisi terkait
untuk memperoleh masukan dalam rangka pembahasan rancangan kebijakan
umum APBD dan prioritas dan plafon anggaran sementara;
c. memberikan saran dan pendapat kepada Bupati dalam mempersiapkan
rancangan Perda tentang APBD, rancangan Perda tentang perubahan APBD
dan rancangan Perda tentang pertanggungiawaban pelaksanaan APBD;
d. melakukan penyempurnaan rancangan Perda tentang APBD, rancangan Perda
tentang perubahan APBD dan rancangan Perda tentang pertanggungiawaban
pelaksanaan APBD berdasarkan hasil evaluasi gubernur bersama tim anggaran
Pemerintah Daerah;

e. melakukan …
-29-

e. melakukan pembahasan bersama tim anggaran Pemerintah Daerah terhadap


rancangan kebijakan umum APBD dan rancangan prioritas dan plafon
anggaran sementara yang disampaikan oleh Bupati; dan
f. memberikan saran kepada Pimpinan DPRD dalam penyusunan anggaran
belanja DPRD.

Bagian Ketujuh
Badan Kehormatan
Pasal 70
(1) Anggota Badan Kehormatan dipilih dari dan oleh Anggota DPRD.
(2) Anggota Badan Kehormatan dipilih dan ditetapkan dalam rapat paripurna
berdasarkan usul dari masing-masing fraksi.
(3) Masing-masing fraksi berhak mengusulkan 1 (satu) orang calon anggota Badan
Kehormatan.
(4) Anggota Badan Kehormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan
sebanyak 5 (lima) orang.
(5) Pimpinan Badan Kehormatan terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan 1 (satu)
orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota Badan Kehormatan.
(6) Perpindahan keanggotaan Badan Kehormatan ke alat kelengkapan DPRD
lainnya dapat dilakukan setelah masa keanggotaannya dalam Badan
Kehormatan paling singkat 2 (dua) tahun 6 (enam) bulan berdasarkan usul
fraksi.
Pasal 71
(1) Badan Kehormatan mempunyai tugas :
a. memantau dan mengevaluasi disiplin dan kepatuhan Anggota DPRD
terhadap sumpah/janji dan Kode Etik;
b. meneliti dugaan pelanggaran terhadap sumpah/janji dan Kode Etik yang
dilakukan Anggota DPRD;
c. melakukan penyelidikan, verilikasi dan klarifikasi atas pengaduan
Pimpinan DPRD, Anggota DPRD dan/atau masyarakat; dan
d. melaporkan keputusan Badan Kehormatan atas hasil penyelidikan,
verifikasi dan klarifikasi sebagaimana dimaksud pada huruf c dalam rapat
paripurna
(2) Tugas Badan Kehormatan dilaksanakan untuk menjaga moral, martabat,
kehormatan, citra dan kredibilitas DPRD.
(3) Dalam melaksanakan penyelidikan, verifikasi dan klarilikasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c, Badan Kehormatan dapat meminta bantuan
dari ahli independen.
Pasal 72
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71, Badan
Kehormatan berwenang :
a. memanggil Anggota DPRD yang diduga melakukan pelanggaran sumpah/janji
dan Kode Etik untuk memberikan klarifikasi atau pembelaan atas pengaduan
dugaan pelanggaran yang dilakukan;
b. meminta keterangan pelapor, saksi, atau pihak lain yang terkait termasuk
meminta dokumen atau bukti lain; dan
c. menjatuhkan sanksi kepada Anggota DPRD yang terbukti melanggar
sumpah/janji dan Kode Etik.

Pasal 73 …
-30-

Pasal 73
(1) Pimpinan DPRD, Anggota DPRD dan/atau masyarakat menyampaikan
pengaduan dugaan pelanggaran oleh Anggota DPRD secara tertulis kepada
Pimpinan DPRD dengan tembusan kepada Badan Kehormatan disertai
identitas pelapor yang jelas dan bukti dugaan pelanggaran.
(2) Pimpinan DPRD wajib meneruskan pengaduan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) kepada Badan Kehormatan paling lama 7 (tujuh) Hari terhitung sejak
tanggal pengaduan diterima.
(3) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pimpinan
DPRD tidak meneruskan pengaduan kepada Badan Kehormatan, Badan
Kehormatan menindaklanjuti pengaduan tersebut.

Pasal 74
(1) Setelah menerima pengaduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73, Badan
Kehormatan melakukan penyelidikan, verilikasi, dan klarifikasi dengan cara :
a. meminta keterangan dan penjelasan kepada pengadu, saksi, teradu,
dan/atau pihak lain yang terkait; dan/atau
b. melakukan verifikasi dokumen atau bukti lain yang terkait
(2) Hasil penyelidikan, verifikasi dan klarifikasi Badan Kehormatan dituangkan
dalam berita acara.
(3) Pimpinan DPRD dan Badan Kehormatan menjamin kerahasiaan hasil
penyelidikan, verifikasi dan klarifikasi.

Pasal 75
(1) Dalam hal teradu terbukti melakukan pelanggaran atas sumpah/janji dan
Kode Etik, Badan Kehormatan menjatuhkan sanksi berupa :
a. teguran lisan;
b. teguran tertulis;
c. mengusulkan pemberhentian sebagai pimpinan alat kelengkapan DPRD;
d. mengusulkan pemberhentian sementara sebagai Anggota DPRD; dan/atau
e. mengusulkan pemberhentian sebagai Anggota DPRD sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan
Badan Kehormatan dan diumumkan dalam rapat paripurna.
(3) Sanksi berupa pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
dan huruf d dipublikasikan oleh DPRD.

Pasal 76
(1) Dalam hal Badan Kehormatan memberikan sanksi pemberhentian sebagai
pimpinan alat kelengkapan DPRD, dilakukan pergantian pimpinan alat
kelengkapan DPRD paling lama 30 (tiga puluh) Hari terhitung sejak
diumumkan dalam rapat paripurna.
(2) Jadwal rapat paripurna sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
badan musyawarah paling lama 10 (sepuluh) hari terhitung sejak keputusan
Badan Kehormatan.

Pasal 77 …
-31-

Pasal 77
Keputusan Badan Kehormatan mengenai penjatuhan sanksi berupa
pemberhentian sebagai Anggota DPRD diproses sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 78
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengaduan masyarakat, penjatuhan
sanksi dan tata beracara Badan Kehormatan diatur dalam Peraturan DPRD
tentang tata beracara Badan Kehormatan.

Bagian Kedelapan
Panitia Khusus
Pasal 79
(1) Panitia khusus dibentuk dalam rapat paripuma atas usul Anggota DPRD
setelah mendapat pertimbangan badan musyawarah.
(2) Pembentukan panitia khusus ditetapkan dengan Keputusan DPRD.
(3) Pembentukan panitia khusus dalam waktu yang bersamaan paling banyak
sama jumlahnya dengan komisi.
(4) Masa kerja Panitia khusus:
a. paling lama 1 (satu) tahun untuk tugas pembentukan Perda; atau
b. paling lama 6 (enam) bulan untuk tugas selain pembentukan Perda.
(5) Panitia khusus melaporkan tugas sebelum akhir masa kerja dalam rapat
paripurna.
Pasal 80
(1) Jumlah anggota Panitia khusus ditetapkan paling banyak 15 (lima belas)
orang.
(2) Anggota Panitia khusus terdiri atas anggota komisi terkait yang diusulkan oleh
masing-masing fraksi.
(3) Ketua dan wakil ketua Panitia khusus dipilih dari dan oleh anggota Panitia
Khusus.
BAB V
RENCANA KERJA DPRD
Pasal 81
(1) Rencana kerja DPRD disusun berdasarkan usulan rencana kerja alat
kelengkapan DPRD kepada Pimpinan DPRD.
(2) Rencana kerja DPRD dalam bentuk program dan daftar kegiatan.
(3) Pimpinan DPRD menyampaikan rencana kerja DPRD kepada sekretaris DPRD
untuk dilakukan penyelarasan.
(4) Hasil penyelarasan rencana kerja DPRD disampaikan kepada Pimpinan DPRD
untuk dibahas dan ditetapkan dalam rapat paripurna.
(5) Rencana kerja DPRD yang telah ditetapkan dalam rapat paripurna menjadi
pedoman bagi sekretariat DPRD dalam menyusun dokumen rencana dan
anggaran sekretariat DPRD untuk anggaran tahun berikutnya.
(6) Penetapan rencana kerja DPRD paling lambat tanggal 30 September tahun
berjalan.

Pasal 77 …
-32-

Pasal 82
(1) Alat kelengkapan DPRD menyampaikan hasil pelaksanaan rencana kerja
dalam rapat paripurna setiap akhir tahun.
(2) Pimpinan DPRD mempublikasikan ringkasan hasil pelaksanaan rencana kerja
kepada masyarakat paling sedikit setahun sekali.

BAB VI
PELAKSANAAN HAK DPRD DAN HAK ANGGOTA DPRD
Bagian Kesatu
Pelaksanaan Hak DPRD
Paragraf 1
Umum
Pasal 83
(1) DPRD mempunyai hak :
a. Interpelasi;
b. angket; dan
c. menyatakan pendapat.
(2) Hak interpelasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah hak DPRD
untuk meminta keterangan kepada Bupati mengenai kebijakan pemerintah
daerah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.
(3) Hak angket sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah hak DPRD
untuk melakukan penyelidikan terhadap kebijakan pemerintah daerah yang
penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan masyarakat,
daerah dan negara yang diduga bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(4) Hak menyatakan pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
adalah hak DPRD untuk menyatakan pendapat terhadap kebijakan Bupati
atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di daerah disertai dengan
rekomendasi penyelesaiannya atau sebagai tindak lanjut pelaksanaan hak
interpelasi dan hak angket.
Pararaf 2
Hak Interpelasi
Pasal 84
(1) Hak interpelasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 ayat (1) huruf a,
diusulkan oleh paling sedikit 7 (tujuh) orang anggota DPRD dan lebih dari 1
(satu) fraksi.
(2) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Pimpinan
DPRD, yang ditandatangani oleh para pengusul dan diberikan nomor pokok
oleh Sekretariat DPRD.
(3) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disertai dengan dokumen yang
paling sedikit memuat :
a. materi kebijakan dan/atau pelaksanaan kebijakan pemerintah daerah yang
akan dimintakan keterangan; dan
b. alasan permintaan keterangan.
Pasal 77 …
-33-

Pasal 85
(1) Usul sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 oleh Pimpinan DPRD
disampaikan pada rapat paripurna.
(2) Dalam Rapat Paripurna sebagaimana dimaksud pada ayat (1), para pengusul
diberi kesempatan menyampaikan penjelasan lisan atas usul permintaan
keterangan tersebut.
(3) Pembicaraan mengenai usul meminta keterangan dilakukan dengan memberi
kesempatan kepada :
a. anggota DPRD lainnya untuk memberikan pandangan melalui fraksi;
b. para pengusul memberikan jawaban atas pandangan para Anggota DPRD.
(4) Keputusan persetujuan atau penolakan terhadap usul permintaan keterangan
kepada Bupati ditetapkan dalam rapat paripurna.
(5) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1), menjadi Hak Interpelasi DPRD,
apabila mendapat persetujuan dari rapat paripurna yang dihadiri lebih dari
1/2 (satu perdua) jumlah Anggota DPRD dan putusan diambil dengan
persetujuan lebih dari 1/2 (satu perdua) jumlah anggota DPRD yang hadir.
(6) Pengusul dapat menarik kembali usulannya sebelum usul hak interpelasi
memperoleh keputusan dalam rapat paripurna.
(7) Keputusan DPRD mengenai hak interpelasi sebgaimana dimaksud pada ayat
(5) disampaikan oleh Pimpinan DPRD kepada Bupati.

Pasal 86
(1) Dalam rapat paripurna mengenai penjelasan Kepala Daerah :
a. Bupati hadir memberikan penjelasan; dan
b. setiap Anggota DPRD dapat mengajukan pertanyaan.
(2) Dalam hal Bupati berhalangan hadir untuk memberikan penjelasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, Bupati menugaskan pejabat
terkait untuk mewakili.
(3) Pandangan DPRD atas penjelasan Bupati ditetapkan dalam rapat paripurna
dan disampaikan secara tertulis kepada Bupati.
(4) Pandangan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dijadikan bahan
untuk DPRD dalam pelaksanaan fungsi pengawasan dan untuk Bupati
dijadikan bahan dalam penetapan pelaksanaan kebiiakan.

Pasal 87
Penjelasan Bupati sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (1) huruf a dapat
berupa penjelasan secara lisan dan/atau tertulis

Paragraf 3
Hak Angket
Pasal 88
(1) Hak angket sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 ayat (1) huruf b, diusulkan
oleh paling sedikit 7 (tujuh) orang anggota DPRD dan lebih dari 1 (satu) fraksi.
(2) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada pimpinan
DPRD, yang ditandatangani oleh para pengusul dan diberikan nomor pokok
oleh Sekretariat DPRD.
(3) Usul sebagaimana …
-34-

(3) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan dokumen yang
paling sedikit memuat :
a. materi penyelidikan terhadap kebijakan pemerintah daerah yang penting
dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah
dan negara yang diduga bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
b. alasan penyelidikan.
Pasal 89
(1) Rapat paripurna mengenai hak angket dilakukan dengan tahapan :
a. pengusul menyampaikan penjelasan lisan atas usul hak angket;
b. anggota DPRD lainnya untuk memberikan pandangan melalui fraksi; dan
c. pengusul memberikan jawaban atas pandangan Anggota DPRD.
(2) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi hak angket jika mendapat
persetujuan dari rapat paripurna yang dihadiri paling sedikit 3/4 (tiga
perempat) dari jumlah Anggota DPRD dan putusan diambil dengan
persetujuan paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari jumlah Anggota DPR yang
hadir.
(3) Pengusul dapat menarik kembali usulannya sebelum usul hak angket
memperoleh keputusan dalam rapat paripurna.
(4) Dalam hal usul hak angket disetujui, DPRD :
a. membentuk panitia angket yang terdiri atas semua unsur fraksi yang
ditetapkan dengan keputusan DPRD; dan
b. menyampaikan keputusan penggunaan hak angket secara tertulis kepada
Bupati.
(5) Dalam hal DPRD menolak usul hak angket, usul tesebut tidak dapat diajukan
kembali.
Pasal 90

(1) Panitia angket DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 ayat (4), dalam
melakukan penyelidikan dapat memanggil pejabat Pemerintah Daerah, badan
hukum atau masyarakat yang dianggap mengetahui atau patut mengetahui
masalah yang diselidiki untuk memberikan keterangan dan untuk meminta
menunjukkan surat atau dokumen yang berkaitan dengan hal yang sedang
diselidiki.
(2) Pejabat Pemerintah Daerah, badan hukum atau masyarakat yang dipanggil
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi panggilan DPRD,
kecuali ada alasan yang sah menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(3) Dalam hal pejabat Pemerintah Daerah, badan hukum atau masyarakat yang
telah dipanggil dengan patut secara berturut-turut tidak memenuhi panggilan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), DPRD dapat memanggil secara paksa
dengan bantuan Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 91x
Dalam hal hasil penyelidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 diterima oleh
DPRD dan terdapat indikasi adanya tindak pidana, DPRD menyerahkan
penyelesaiannya kepada aparat penegak hukum sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 92 …
-35-

Pasal 92
Panitia angket melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Rapat Paripurna paling
lama 60 (enam puluh) hari terhitung sejak dibentuknya panitia angket.

Paragraf 4
Hak Menyatakan Pendapat
Pasal 93
(1) Hak menyatakan pendapat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 ayat (1)
huruf c diusulkan oleh paling sedikit 10 (sepuluh) orang Anggota DPRD dan
lebih dari 1 (satu) fraksi.
(2) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Pimpinan
DPRD, yang ditandatangani oleh para pengusul dan diberikan nomor pokok
oleh Sekretariat DPRD.
(3) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan dokumen yang
paling sedikit memuat :
a. materi dan alasan terhadap pengajuan usulan pendapat; dan
b. materi hasil pelaksanaan hak interpelasi dan/atau hak angket.
(4) Usul pernyataan pendapat dilaksanakan oleh Pimpinan DPRD disampaikan
dalam rapat peripurna.

Pasal 94
(1) Rapat paripurna mengenai usul pernyataan pendapat dilakukan dengan
tahapan :
a. pengusul menyampaikan penjelasan lisan atas usul pernyataan pendapat
tersebut;
b. anggota DPRD lainnya memberikan pandangan melalui fraksi;
c. Bupati memberikan pendapat; dan
d. pengusul memberikan jawaban atas pandangan anggota DPRD dan
pendapat Bupati.
(2) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi hak menyatakan pendapat
DPRD apabila mendapat persetujuan dari rapat paripurna DPRD yang dihadiri
paling sedikit 3/4 (tiga perempat) dari jumlah anggota DPRD dan putusan
diambil dengan persetujuan paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari jumlah
anggota DPRD yang hadir.
(3) Dalam hal rapat paripurna sebagaimana dimaksud pada aya (1) tidak dihadiri
paling sedikit 3/4 (tiga perempat) dari jumlah anggota DPRD, rapat ditunda
paling banyak 2 (dua) kali dengan tenggang waktu masing-masing tidak lebih
dari 1 (satu) jam.
(4) Apabila pada akhir waktu penundaan rapat sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) jumlah Anggota DPRD tidak terpenuhi, pimpinan rapat dapat menunda
rapat paling lama 3 (tiga) hari.
(5) Apabila seelah penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) belum juga
terpenuhi, pelaksanaan rapat paripurna pernyataan pendapat dapat
diagendakan pada masa sidang berikutnya oleh badan musyawarah.
(6) Pengusul dapat menarik kembali usulannya sebelum usul pernyatan pendapat
memperoleh keputusan DPRD dalam rapat paripurna.
(7) Dalam hal usul pernyataan pendapat disetujui, ditetapkan keputusan DPRD
yang memuat :
a. pernyataan …
-36-

a. pernyatan pendapat;
b. saran penyelesaiannya; dan
c. peringatan.

Bagian Kedua
Pelaksanaan Hak Anggota
Paragraf 1
Umum
Pasal 96
Anggota DPRD mempunyai hak :
a. mengajukan rancangan Perda;
b. mengajukan pertanyaan;
c. menyampaikan usul dan pendapat;
d. memilih dan dipilih;
e. membela diri;
f. imunitas;
g. mengikuti orientasi dan pendalaman tugas;
h. protokoler; dan
i. keuangan dan administratif.
Paragraf 2
Hak Mengajukan Rancangan Perda
Pasal 97

(1) Setiap anggota DPRD mempunyai hak mengajukan rancangan Perda.


(2) Rancangan Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai usul prakarsa
DPRD, disampaikan kepada pimpinan DPRD dalam bentuk rancangan Perda
disertai penjelasan, keterangan, dan/atau Naskah Akademik secara tertulis
dan diberikan nomor pokok oleh Sekretariat DPRD.

Paragraf 3
Hak Mengajukan Pertanyaan
Pasal 98

(3) Setiap anggota DPRD dapat mengajukan pertanyaan kepada pemerintah


daerah berkaitan dengan fungsi, tugas dan wewenang DPRD baik secara lisan
maupun tertulis.
(4) Jawaban terhadap pertanyaan anggota DPRD sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), diberikan secara lisan atau secara tertulis dalam tenggang waktu yang
disepakati bersama.

Paragraf 4
Hak Menyampaikan Usul dan Pendapat
Pasal 99
(1) Setiap anggota DPRD dalam rapat DPRD berhak menyampaikan usul dan
pendapat baik kepada pemerintah daerah maupun kepada Pimpinan DPRD.
(2) Usul dan …
-37-

(2) Usul dan pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan dengan
memperhatikan tata krama, etika, moral, sopan santun dan kepatutan sesuai
kode etik DPRD.

Paragraf 5
Hak Memilih dan Dipilih
Pasal 100
Setiap Anggota DPRD berhak untuk memilih dan dipilih menjadi pimpinan dari
alat kelengkapan DPRD sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan

Paragraf 6
Hak Membela Diri
Pasal 101
Setiap anggota DPRD yang diduga melakukan pelanggaran sumpah/janji dan kode
etik diberi kesempatan untuk membela diri dan/atau memberikan keterangan
kepada Badan Kehormatan.

Paragraf 7
Hak Imunitas
Pasal 102
(1) Anggota DPRD tidak dapat dituntut di depan pengadilan karena pernyataan,
pertanyaan, dan/atau pendapat yang dikemukakan secara lisan ataupun
tertulis dalam rapat DPRD maupun di luar rapat DPRD yang berkaitan dengan
fungsi, tugas dan wewenang DPRD.
(2) Anggota DPRD tidak dapat diganti antar waktu karena pernyataan,
pertanyaan, dan/atau pendapat yang dikemukakan dalam rapat DPRD
maupun di luar rapat DPRD yang berkaitan dengan fungsi, tugas dan
wewenang DPRD.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dalam hal
anggota yang bersangkutan mengumumkan materi yang telah disepakati
dalam rapat tertutup untuk dirahasiakan atau hal lain yang dimaksud dalam
ketentuan mengenai rahasia negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Paragraf 8
Hak Mengikuti Orientasi dan Pendalaman Tugas
Pasal 103
(1) Anggota DPRD mempunyai hak untuk mengikuti orientasi pelaksanaan tugas
sebagai anggota DPRD pada permulaan masa jabatannya dan mengikuti
pendalaman tugas pada masa jabatannya.
(2) Orientasi dan pendalaman tugas Anggota DPRD dapat dilakukan oleh
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah provinsi, sekretariat DPRD provinsi,
partai politik, atau perguruan tinggi.
(3) Pendanaan untuk pelaksanaan orientasi dan pendalaman tugas Anggota DPRD
dibebankan pada penyelenggara.
(4) Anggota DPRD melaporkan hasil pelaksanaan orientasi dan pendalaman tugas
kepada Pimpinan DPRD dan kepada pimpinan Fraksi.

Paragraf 9 …
-38-

Paragraf 9
Hak Protokoler
Pasal 104
(1) Setiap Anggota DPRD mempunyai hak untuk memperoleh penghormatan
berkenaan dengan jabatannya baik dalam acara kenegaraan atau acara resmi
maupun dalam melaksanakan tugasnya.
(2) Hak protokoler sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

Paragraf 10
Hak Keuangan dan Administratif
Pasal 105
(1) Setiap anggota DPRD mempunyai hak keuangan dan administratif
(2) Hak keuangan dan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.

BAB VII
PERSIDANGAN DAN RAPAT DPRD
Bagian Kesatu
Persidangan
Pasal 106
(1) Tahun sidang DPRD dimulai pada saat pengucapan sumpah/janji Anggota
DPRD.
(2) Tahun sidang dibagi dalam 3 (tiga) masa persidangan.
(3) Masa persidangan meliputi masa sidang dan masa reses, kecuali pada
persidangan terakhir dari 1 (satu) periode keanggotaan DPRD, masa reses
ditiadakan.
(4) Dalam hal pelaksanaan masa persidangan bersamaan dengan pelaksanaan
tugas dan kewajiban DPRD yang diamanatkan oleh peraturan perundang-
undangan, pelaksanaan reses dilaksanakan setelah selesainya pelaksanaan
tugas dan kewajiban yang diamanatkan dalam peraturan perundang-
undangan.
Pasal 107
(1) Masa reses dilaksanakan paling lama 6 (enam) hari dalam 1 (satu) kali reses.
(2) Sekretaris DPRD mengumumkan agenda reses setiap Anggota DPRD paling
lambat 3 (tiga) hari sebelum masa reses dimulai melalui saluran yang mudah
diakses.
(3) Masa reses Anggota DPRD secara perseorangan atau kelompok dilaksanakan
dengan memperhatikan :
a. waktu pelaksanaan reses anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota
DPRD provinsi pada daerah pemilihan yang sama;
b. rencana kerja Pemerintah Daerah;
c. hasil pengawasan DPRD selama masa sidang; dan
d. kebutuhan konsultasi publik dalam pembentukan Perda.

(4) Anggota DPRD …


-39-

(4) Anggota DPRD wajib melaporkan hasil pelaksanaan reses kepada Pimpinan
DPRD, paling sedikit memuat :
a. waktu dan tempat kegiatan reses;
b. tanggapan, aspirasi dan pengaduan dari masyarakat; dan
c. dokumentasi peserta dan kegiatan pendukung.
(5) Anggota DPRD yang tidak menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud
pada ayat (4), tidak dapat melaksanakan reses berikutnya.

Bagian Kedua
Rapat DPRD
Paragraf 1
Jenis Rapat
Pasal 108
(1) Jenis rapat DPRD terdiri atas :
a. rapat paripurna;
b. rapat Pimpinan DPRD;
c. rapat fraksi;
d. rapat konsultasi;
e. rapat badan musyawarah;
f. rapat komisi;
g. rapat gabungan komisi;
h. rapat badan anggaran;
i. rapat Bapemperda;
j. rapat Badan Kehormatan;
k. rapat panitia khusus;
l. rapat kerja;
m. rapat dengar pendapat; dan
n. rapat dengar pendapat umum.
(2) Rapat paripurna merupakan forum rapat tertinggi Anggota DPRD yang
dipimpin oleh ketua atau wakil ketua DPRD.
(3) Rapat Pimpinan DPRD merupakan rapat para anggota Pimpinan DPRD yang
dipimpin oleh ketua atau wakil ketua DPRD.
(4) Rapat fraksi merupakan rapat anggota fraksi yang dipimpin oleh pimpinan
Fraksi.
(5) Rapat konsultasi merupakan rapat antara Pimpinan DPRD dengan pimpinan
fraksi dan pimpinan panitia khusus yang dipimpin oleh ketua atau wakil
ketua DPRD.
(6) Rapat badan musyawarah merupakan rapat anggota badan musyawarah yang
dipimpin oleh ketua atau wakil ketua badan musyawarah.
(7) Rapat komisi merupakan rapat anggota komisi yang dipimpin oleh ketua atau
wakil ketua komisi.
(8) Rapat gabungan komisi merupakan rapat antarkomisi yang dipimpin oleh
ketua atau wakil ketua DPRD.
(9) Rapat badan …
-40-

(9) Rapat badan anggaran merupakan rapat anggota badan anggaran yang
dipimpin oleh ketua atau wakil ketua badan anggaran
(10) Rapat bapemperda merupakan rapat anggota bapemperda yang dipimpin oleh
ketua atau wakil ketua bapemperda.
(11) Rapat Badan Kehormatan merupakan rapat anggota Badan Kehormatan yang
dipimpin oleh ketua atau wakil ketua Badan Kehormatan.
(12) Rapat panitia khusus merupakan rapat anggota panitia khusus yang
dipimpin oleh ketua atau wakil ketua panitia khusus.
(13) Rapat kerja merupakan rapat antara badan anggaran, komisi, gabungan
komisi, Bapemperda, atau panitia khusus dan Bupati atau pejabat yang
ditunjuk.
(14) Rapat dengar pendapat merupakan rapat antara komisi, gabungan komisi,
Bapemperda, badan anggaran, atau panitia khusus dan Pemerintah Daerah.
(15) Rapat dengar pendapat umum merupakan rapat antara komisi, gabungan
komisi, bapemperda, badan anggaran, atau panitia khusus dan perseorangan
kelompok, organisasi, atau badan swasta.

Paragraf 2
Sifat Rapat
Pasal 109
(1) Setiap rapat di DPRD bersifat terbuka, kecuali rapat tertentu yang dinyatakan
tertutup.
(2) Rapat paripurna dan rapat dengar pendapat umum wajib dilaksanakan secara
terbuka.
(3) Selain rapat DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2), rapat DPRD
dinyatakanterbuka atau tertutup oleh pimpinan rapat berdasarkan
kesepakatan peserta rapat.
(4) Setiap rapat DPRD dibuat berita acara dan risalah rapat.
(5) Dalam hal rapat DPRD dinyatakan tertutup, risalah rapat wajib disampaikan
oleh pimpinan rapat kepada Pimpinan DPRD, kecuali rapat tertutup yang
dipimpin langsung oleh Pimpinan DPRD.
(6) Pembicaraan dan keputusan yang telah disepakati dalam rapat tertutup untuk
dirahasiakan, dilarang diumumkan atau disampaikan oleh peserta rapat
kepada pihak lain atau publik.
(7) Setiap orang yang melihat, mendengar, atau mengetahui pembicaraan atau
keputusan rapat tertutup sebagaimana dimaksud pada ayat (6), wajib
merahasiakannya.
(8) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dan
ayat (7) dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Paragraf 3
Pelaksanaan dan Kehadiran Rapat
Pasal 110
(1) Rapat DPRD dilaksanakan di dalam gedung DPRD.
(2) Dalam hal …
-41-

(2) Dalam hal rapat DPRD tidak dapat dilaksanakan di dalam gedung DPRD,
pelaksanaan rapat DPRD di luar gedung DPRD harus memperhatikan efisiensi
dan efektivitas serta disesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah.
(3) Rapat paripurna hanya dilaksanakan di luar gedung DPRD apabila terjadi
kondisi kahar.

Paragraf 4
Hari Kerja dan Waktu Rapat
Pasal 111
(1) Hari kerja dan waktu rapat anggota DPRD dengan ketentuan sebagai berikut :
Pagi : Senin - Kamis, pukul 08.00 WIB s/d pukul 12.00 WIB.
Jum’at, pukul 08.00 WIB s/d pukul 11.00 WIB.
Siang : Senin - Kamis, pukul 13.00 WIB s/d pukul 16.00 WIB.
Jum’at, pukul 13.30 WIB s/d pukul 16.00 WIB.
(2) Penyelenggaraan rapat di luar waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditentukan oleh rapat yang bersangkutan.
Pasal 112
(1) Setiap Anggota DPRD wajib menghadiri rapat DPRD, sesuai dengan tugas dan
kewajibannya.
(2) Anggota DPRD yang menghadiri rapat DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) wajib mengisi tanda bukti kehadiran rapat.
(3) Anggota DPRD yang hadir apabila akan meninggalkan ruangan rapat, wajib
memberitahukan kepada pimpinan rapat.
(4) Rapat dibuka oleh pimpinan rapat apabila kuorum telah tercapai berdasarkan
kehadiran secara fisik.
(5) Khusus dalam rapat paripurna, peserta rapat tidak diperkenankan merokok
dan mengaktifkan alat komunikasi.
(6) Rapat dibuka dengan membaca Surat Al-Fatihah dan rapat ditutup dengan
Doa penutup rapat.
Pasal 113
(1) Rapat paripurna terdiri atas :
a. rapat paripurna untuk pengambilan keputusan; dan
b. rapat paripurna untuk pengumuman.
(2) Rapat paripurna dapat dilaksanakan atas usul :
a. Bupati;
b. pimpinan alat kelengkapan DPRD; atau
c. Anggota DPRD dengan jumlah paling sedikit 1/5 (satu perlima) dari jumlah
Anggota DPRD yang mewakili lebih dari 1 (satu) Fraksi.
(3) Rapat paripurna diselenggarakan atas undangan ketua atau wakil ketua DPRD
berdasarkan jadwal rapat yang telah ditetapkan oleh badan musyawarah.
(4) Rapat paripurna dalam rangka pengambilan keputusan rancangan Perda wajib
dihadiri oleh Bupati dan atau Wakil Bupati.

(5) Dalam hal …


-42-

(5) Dalam hal Bupati dan atau Wakil Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
berhalangan tetap, wajib dihadiri oleh Penjabat Bupati.
Pasal 114
(1) Hasil rapat paripurna untuk pengambilan keputusan ditetapkan dalam bentuk
peraturan atau keputusan DPRD.
(2) Hasil rapat alat kelengkapan DPRD ditetapkan dalam keputusan pimpinan alat
kelengkapan DPRD.

Paragraf 5
Pakaian Rapat
Pasal 115
(1) Tata pakaian yang digunakan Anggota DPRD dalam setiap rapat
paripurna :
a. Rapat Paripurna yang memakai Pakaian Sipil Lengkap (PSL) :
1. Mendengarkan pidato presiden.
2. Pelantikan dan Pergantian Antar Waktu (PAW).
3. Penyampaian Catatan dan Rekomendasi Atas Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban Bupati.
b. Rapat paripurna dalam rangka Peringatan Hari Jadi Kabupaten Serang
dapat memakai pakaian adat daerah;
c. Rapat Paripurna yang mengambil keputusan DPRD memakai Pakaian Sipil
Resmi (PSR); dan
d. Rapat Paripurna yang tidak mengambil keputusan DPRD Pakain Sipil
Harian (PSH).
(2) Tata pakaian yang digunakan Anggota DPRD dalam setiap hari kerja :
a. Hari Senin s/d Rabu : Pakaian Dinas Harian (PDH) dan/atau Pakain Sipil
Harian (PSH)
b. Hari Kamis : Pakaian batik
c. Hari Jum’at : Pakaian batik atau pakaian muslim/muslimah
(3) Pakaian yang digunakan Anggota DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) dilengkapi dengan ID Card, PIN DPRD dan bersepatu.
(4) PIN DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berbentuk lambang daerah
dilingkari padi kapas.
(5) Pakaian yang digunakan Anggota DPRD dalam melaksanakan kegiatan
kunjungan kerja dalam daerah menggunakan Pakaian Dinas Harian (PDH)
lengan panjang.

BAB VIII
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 116
(1) Pengambilan keputusan dalam rapat DPRD pada dasarnya dilakukan dengan
cara musyawarah untuk mufakat.
(2) Dalam hal cara pengambilan keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak tercapai, keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.

Pasal 117 …
-43-

Pasal 117
(1) Setiap rapat DPRD dapat mengambil keputusan jika memenuhi kuorum.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan bagi rapat DPRD
yang bersifat pengumuman.

Pasal 118
(1) Rapat paripurna memenuhi kuorum apabila :
a. dihadiri oleh paling sedikit 3/4 (tiga perempat) dari jumlah Anggota DPRD
untuk mengambil persetujuan atas pelaksanaan hak angket dan hak
menyatakan pendapat serta untuk mengambil keputusan mengenai usul
pemberhentian Bupati dan/atau wakil Bupati;
b. dihadiri oleh paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari jumlah Anggota DPRD
untuk memberhentikan Pimpinan DPRD serta untuk menetapkan Perda
dan APBD; atau
c. dihadiri oleh lebih dari 1/2 (satu perdua) jumlah Anggota DPRD untuk
rapat paripurna selain rapat sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan
huruf b.
(2) Keputusan rapat paripurna sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan
sah apabila :
a. disetujui oleh paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari jumlah Anggota DPRD
yang hadir, untuk rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a;
b. disetujui oleh lebih dari 1/2 (satu perdua) jumlah Anggota DPRD yang
hadir, untuk rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b; atau
c. disetujui dengan suara terbanyak, untuk rapat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c.
(3) Apabila kuorum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak terpenuhi, rapat
ditunda paling banyak 2 (dua) kali dengan tenggang waktu masing-masing
tidak lebih dari 1 (satu) jam.
(4) Apabila pada akhir waktu penundaan rapat sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) kuorum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum juga terpenuhi,
pimpinan rapat dapat menunda rapat paling lama 3 (tiga) Hari atau sampai
waktu yang ditetapkan oleh badan musyawarah.
(5) Apabila setelah penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) kuorum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum juga terpenuhi, terhadap
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b untuk menetapkan
APBD, rapat tidak dapat mengambil keputusan dan penyelesaiannya
diserahkan gubernur.
(6) Apabila setelah penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), kuorum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum juga terpenuhi, terhadap
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, pengambilan
keputusan diserahkan kepada Pimpinan DPRD dan pimpinan fraksi.
(7) Pengambilan keputusan yang diserahkan kepada Pimpinan DPRD dan
pimpinan fraksi sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dilakukan dengan
musyawarah untuk mufakat.
(8) Dalam hal musyawarah untuk mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (7)
tidak tercapai, keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.
(9) Setiap penundaan rapat, dibuat berita acara penundaan rapat yang
ditandatangani oleh pimpinan rapat.

Pasal 119 …
-44-

Pasal 119
Setiap keputusan rapat DPRD, baik berdasarkan musyawarah untuk mufakat
maupun berdasarkan suara terbanyak, merupakan kesepakatan untuk
ditindaklanjuti oleh semua pihak yang terkait dalam pengambilan keputusan

BAB IX
PEMBERHENTIAN ANTARWAKTU, PENGGANTIAN ANTARWAKTU DAN
PEMBERHENTIAN
Bagian Kesatu
Pemberhentian Antarwaktu
Pasal 120
(1) Anggota DPRD berhenti antarwaktu karena :
a. meninggal dunia;
b. mengundurkan diri; atau
c. diberhentikan.
(2) Mengundurkan diri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b ditandai
dengan surat pengunduran diri dari yang bersangkutan, mulai berlaku
terhitung sejak tanggal ditandatangani surat pengunduran diri atau terhitung
sejak tanggal yang dipersyaratkan dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(3) Anggota DPRD diberhentikan antarwaktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c jika :
a. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan
tetap sebagai Anggota DPRD selama 3 (tiga) bulan berturut-turut tanpa
keterangan apa pun;
b. melanggar sumpah/janji dan Kode Etik;
c. dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang
diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih;
d. tidak menghadiri rapat paripurna dan rapat alat kelengkapan DPRD yang
menjadi tugas dan kewajibannya sebanyak 6 (enam) kali berturut-turut
tanpa alasan yang sah;
e. diusulkan oleh partai politiknya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
f. tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon Anggota DPRD sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai pemilihan umum;
g. melanggar ketentuan larangan sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan;
h. diberhentikan sebagai anggota partai politik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; atau
i. menjadi anggota partai politik lain.
(4) Anggota DPRD diberhentikan dengan tidak hormat karena alasan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf b, huruf c, huruf f, atau huruf g.

Pasal 121 …
-45-

Pasal 121
Pemberhentian Anggota DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 115 ayat (1)
huruf a dan huruf b serta ayat (3) huruf c, huruf e, huruf h dan huruf i diusulkan
oleh pimpinan partai politik kepada Pimpinan DPRD dengan tembusan kepada
gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat.

Pasal 122
(1) Paling lama 7 (tujuh) Hari terhitung sejak diterimanya usul pemberhentian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 116, Pimpinan DPRD menyampaikan usul
pemberhentian anggota DPRD kepada gubernur melalui Bupati untuk
memperoleh peresmian pemberhentian.
(2) Apabila setelah 7 (tujuh) Hari Pimpinan DPRD tidak mengusulkan
pemberhentian anggota DPRD kepada gubernur, sekretaris DPRD melaporkan
proses pemberhentian anggota DPRD kepada gubernur melalui Bupati.
(3) Paling lama 7 (tujuh) Hari terhitung sejak diterimanya usul pemberhentian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau laporan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), Bupati menyampaikan usul pemberhentian tersebut kepada
gubernur.
(4) Dalam hal Pimpinan DPRD tidak mengusulkan pemberhentian Anggota DPRD
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan sekretaris DPRD tidak melaporkan
proses pemberhentian anggota DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Bupati menyampaikan usulan pemberhentian kepada gubernur.
(5) Apabila setelah 7 (tujuh) Hari Bupati tidak menyampaikan usul pemberhentian
anggota DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Pimpinan DPRD langsung
menyampaikan usul pemberhentian anggota DPRD kepada gubernur.

Pasal 123
(1) Gubernur menerbitkan keputusan pemberhentian anggota DPRD paling lama
14 (empat belas) Hari terhitung sejak diterimanya usulan pemberhentian
anggota DPRD dari Bupati atau Pimpinan DPRD.
(2) Peresmian pemberhentian anggota DPRD mulai berlaku terhitung sejak tanggal
ditetapkan oleh gubernur, kecuali untuk peresmian pemberhentian anggota
DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 115 ayat (3) huruf c mulai berlaku
terhitung sejak tanggal putusan pengadilan memperoleh kekuatan hukum
tetap.
Pasal 124
(1) Ketentuan mengenai tata cara pengusulan pemberhentian anggota DPRD
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 116 berlaku secara mutatis mutandis
terhadap tata cara pengusulan pemberhentian anggota DPRD yang dinyatakan
bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan yang
telah berkekuatan hukum tetap;
(2) Gubernur memberikan teguran tertulis kepada Bupati apabila setelah 7 (tujuh)
Hari Bupati tidak menindaklanjuti pemberhentian anggota DPRD yang
dinyatakan bersalah mlakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan
yang telah berkekuatan hokum tetap.
(3) Apabila dalam jangka waktu 14 (empat belas) Hari terhitung sejak terbitnya
putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap gubernur belum
menerima usulan pemberhentian anggota DPRD sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), gubernur memberhentikan anggota DPRD.
(4) Apabila …
-46-

(4) Apabila dalam jangka waktu 14 (empat belas) Hari terhitung sejak terbitnya
putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap gubernur belum
memberhentikan anggota DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri
memberhentikan anggota DPRD.

Pasal 125
Dalam hal anggota DPRD mengundurkan diri dan pimpinan partai politik tidak
mengusulkan pemberhentiannya kepada Pimpinan DPRD dalam waktu paling
lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak yang bersangkutan mengajukan pengunduran
dirinya sebagai anggota DPRD, Pimpinan DPRD meneruskan usul pemberhentian
anggota DPRD kepada gubernur melalui Bupati untuk memperoleh peresmian
pemberhentian.
Pasal 126
(1) Pemberhentian antarwaktu Anggota DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal
115 ayat (3) huruf a, huruf b, huruf d, huruf f, dan huruf g, dilakukan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Gubernur meresmikan pemberhentian anggota DPRD sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) paling lama 14 (empat belas) hari terhitung sejak diterimanya
keputusan Badan Kehormatan DPRD atau keputusan pimpinan partai politik
tentang pemberhentian anggotanya dari Bupati.

Bagian Kedua
Pergantian Antarwaktu
Pasal 127
(1) Anggota DPRD yang berhenti antarwaktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal
115 ayat (1) digantikan oleh calon Anggota DPRD yang memperoleh suara
terbanyak urutan berikutnya dalam daftar peringkat perolehan suara dari
partai politik yang sama pada daerah pemilihan yang sama.
(2) Dalam hal calon Anggota DPRD yang memperoleh suara terbanyak urutan
berikutnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengundurkan diri,
meninggal dunia, atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon Anggota
DPRD, Anggota DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digantikan oleh
calon Anggota DPRD yang memperoleh suara terbanyak urutan berikutnya dari
partai politik yang sama pada daerah pemilihan yang sama.
(3) Dalam hal terdapat masalah kepengurusan ganda partai politik, usulan calon
Anggota DPRD yang ditindaklanjuti adalah kepengurusan partai politik yang
sudah memperoleh putusan mahkamah partai atau sebutan lain sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Jika masih terdapat perselisihan atas putusan mahkamah partai atau sebutan
lain sebagaimana dimaksud pada ayat (3), kepengurusan partai politik tingkat
pusat yang dapat mengusulkan penggantian merupakan kepengurusan yang
sudah memperoleh putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap dan didaftarkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan tentang partai politik.

Pasal 128
(1) Pimpinan DPRD menyampaikan nama anggota DPRD yang diberhentikan
antarwaktu dan meminta nama calon pengganti antarwaktu kepada Komisi
Pemilihan Umum Daerah yang ditembuskan kepada Komisi Pemilihan Umum
Republik Indonesia.
(2) Nama calon …
-47-

(2) Nama calon pengganti antarwaktu disampaikan oleh Komisi Pemilihan Umum
Daerah kepada Pimpinan DPRD paling lambat 5 (lima) hari terhitung sejak
surat Pimpinan DPRD diterima.
(3) Paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak menerima nama calon pengganti
antarwaktu dari Komisi Pemilihan Umum Daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), Pimpinan DPRD menyampaikan nama anggota DPRD yang
diberhentikan dan nama calon pengganti antarwaktu kepada Gubernur melalui
Bupati.
(4) Paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak menerima nama anggota DPRD
yang diberhentikan dan nama calon pengganti antarwaktu, Bupati
menyampaikan nama anggota DPRD yang diberhentikan dan nama calon
pengganti antarwaktu kepada gubernur.
(5) Paling lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak menerima nama anggota
DPRD yang diberhentikan dan nama calon pengganti antarwaktu dari Bupati,
gubernur meresmikan pemberhentian dan pengangkatannya dengan
keputusan Gubernur.
(6) Dalam hal Bupati tidak menyampaikan penggantian antarwaktu kepada
gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (5), gubernur meresmikan
penggantian antarwaktu anggota DPRD berdasarkan pemberitahuan dari
Pimpinan DPRD.
Pasal 129
(1) Anggota DPRD pengganti antarwaktu menjadi anggota pada alat kelengkapan
Anggota DPRD yang digantikannya.
(2) Masa jabatan Anggota DPRD pengganti antarwaktu melanjutkan sisa masa
jabatan Anggota DPRD yang digantikannya.
(3) Penggantian antarwaktu Anggota DPRD tidak dilaksanakan apabila sisa masa
jabatan Anggota DPRD yang digantikan kurang dari 6 (enam) bulan.

Pasal 130
(1) Calon Anggota DPRD pengganti antarwaktu harus memenuhi persyaratan
sebagaimana persyaratan bakal calon Anggota DPRD sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan mengenai pemilihan umum.
(2) Selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), partai
politik pengusung calon Anggota DPRD pengganti antarwaktu tidak dalam
sengketa partai politik.
(3) Pemenuhan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dibuktikan dengan melampirkan kelengkapan administratif sebagaimana
kelengkapan administratif bakal calon Anggota DPRD sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan mengenai pemilihan umum dan melampirkan
:
a. surat keterangan tidak ada sengketa partai politik dan mahkamah partai
atau sebutan lain dan/ atau pengadilan negeri setempat;
b. surat usulan pemberhentian Anggota DPRD dari pimpinan partai politik
disertai dengan dokumen pendukung sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan ketentuan anggaran dasar dan anggaran rumah
tangga Partai politik;
c. fotokopi daftar calon tetap Anggota DPRD pada pemilihan umum yang
dilegalisir oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah; dan
d. fotokopi daftar peringkat perolehan suara partai politik yang mengusulkan
penggantian antarwaktu Anggota DPRD yang dilegalisir oleh Komisi
Pemilihan Umum Daerah.
(4) Kelengkapan …
-48-

(4) Kelengkapan administratif penggantian antarwaktu Anggota DPRD diverifikasi


oleh unit kerja di masing-masing lembaga/ instansi sesuai kewenangannya.

Pasal 131
(1) Anggota DPRD pengganti antarwaktu sebelum memangku jabatannya,
mengucapkan sumpah/janji yang dipandu oleh Pimpinan DPRD dalam rapat
paripurna.
(2) Pengucapan sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
paling Lama 60 (enam puluh) hari terhitung sejak diterimanya keputusan
peresmian pengangkatan sebagai Anggota DPRD.
(3) Tata cara pengambilan sumpah/janji Anggota DPRD pengganti antarwaktu
sesuai sebagaimana diatur dalam Pasal 40.

Bagian Ketiga
Pemberhentian Anggota DPRD
Pasal 132
Anggota DPRD diberhentikan sementara karena :
a. menjadi terdakwa dalam perkara tindak pidana umum yang diancam dengan
pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun; atau
b. menjadi terdakwa dalam perkara tindak pidana khusus.

Pasal 133
(1) Pemberhentian sementara anggota DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal
127 diusulkan oleh Pimpinan DPRD kepada gubernur melalui Bupati.
(2) Apabila setelah 7 (tujuh) Hari terhitung sejak anggota DPRD ditetapkan
sebagai terdakwa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 127 Pimpinan DPRD
tidak mengusulkan pemberhentian sementara, sekretaris DPRD melaporkan
status terdakwa anggota DPRD kepada Bupati.
(3) Bupati berdasarkan laporan sekretaris DPRD sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) mengajukan usul pemberhentian sementara Anggota DPRD kepada
gubernur.
(4) Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat memberhentikan sementara sebagai
anggota DPRD atas usul Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(3).
(5) Dalam hal Bupati tidak mengusulkan pemberhentian sementara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3), gubernur memberhentikan sementara
anggota DPRD berdasarkan register perkara pengadilan negeri.
(6) Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5)
mulai berlaku terhitung sejak tanggal anggota DPRD ditetapkan sebagai
terdakwa.
Pasal 134
(1) Dalam hal Anggota DPRD yang diberhentikan sementara berkedudukan
sebagai Pimpinan DPRD, pemberhentian sementara sebagai Anggota DPRD
diikuti dengan pemberhentian sementara sebagai Pimpinan DPRD.
(2) Dalam hal Pimpinan DPRD diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), partai politik asal Pimpinan DPRD yang diberhentikan sementara
mengusulkan kepada Pimpinan DPRD salah seorang anggota DPRD yang
berasal dari partai politik tersebut untuk melaksanakan tugas pimpinan DPRD
yang diberhentikan sementara.
Pasal 135 …
-49-

Pasal 135
(1) Dalam hal Anggota DPRD dinyatakan terbukti bersalah karena melakukan
tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 127 berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, Anggota DPRD
yang bersangkutan diberhentikan sebagai Anggota DPRD.
(2) Pemberhentian Anggota DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
atas usulan pimpinan partai politik paling lama 7 (tujuh) Hari terhitung sejak
tanggal putusan pidana memperoleh kekuatan hukum tetap.
(3) Dalam hal setelah 7 (tujuh) Hari sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
pimpinan partai politik tidak mengusulkan pemberhentian Anggota DPRD,
Pimpinan DPRD mengusulkan pemberhentian Anggota DPRD kepada gubernur
tanpa usulan partai politiknya.
(4) Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat memberhentikan anggota DPRD
atas usul Pimpinan DPRD.
(5) Pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mulai berlaku terhitung
sejak tanggal putusan pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap.
(6) Dalam hal Anggota DPRD dinyatakan tidak terbukti melakukan tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 127 berdasarkan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, Anggota DPRD yang
bersangkutan diaktifkan kembali apabila masa jabatannya belum berakhir

BAB X
FRAKSI
Pasal 136
(1) Fraksi DPRD dibentuk paling lama 1 (satu) bulan setelah pelantikan Anggota
DPRD.
(2) Setiap Anggota DPRD harus menjadi anggota salah satu fraksi.
(3) Setiap fraksi di DPRD beranggotakan paling sedikit sama dengan jumlah
komisi di DPRD.
(4) Partai politik yang jumlah anggotanya di DPRD mencapai ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) atau lebih dapat membentuk 1 (satu)
fraksi.
(5) Partai politik harus mendudukkan seluruh anggotanya dalam 1 (satu) fraksi
yang sama.
(6) Partai politik yang jumlah anggotanya di DPRD tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), anggotanya dapat bergabung dengan
fraksi yang ada atau membentuk paling banyak 2 (dua) Fraksi gabungan.
(7) Pembentukan fraksi dilaporkan kepada Pimpinan DPRD untuk diumumkan
dalam rapat paripurna.
(8) Perpindahan keanggotaan dalam fraksi gabungan dapat dilakukan paling
singkat 2 (dua) tahun 6 (enam) bulan dengan ketentuan fraksi gabungan
sebelumnya tetap memenuhi persyaratan sebagai fraksi.
(9) Dalam menempatkan anggotanya pada alat kelengkapan DPRD, fraksi
mempertimbangkan latar belakang, kompetensi, pengalaman dan beban kerja
anggotanya.

Pasal 137
(1) Fraksi terdiri dari pimpinan dan anggota fraksi.
(2) Pimpinan …
-50-

(3) Pimpinan fraksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas ketua, wakil
ketua dan sekretaris yang dipilih dari dan oleh anggota fraksi.
(4) Pimpinan fraksi yang telah terbentuk sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilaporkan kepada pimpinan DPRD untuk diumumkan dalam rapat paripurna
(5) Perubahan susunan pimpinan dan keanggotaan fraksi sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dilaporkan oleh fraksi kepada pimpinan DPRD untuk
diumumkan dalam rapat paripurna.

Pasal 138
(1) Fraksi mempunyai sekretariat.
(2) Sekretariat fraksi mempunyai tugas membantu kelancaran pelaksanaan tugas
fraksi.
(3) Sekretariat DPRD menyediakan sarana, anggaran dan tenaga ahli guna
kelancaran pelaksanaan tugas fraksi sesuai dengan kebutuhan dan dengan
memperhatikan kemampuan APBD.

Pasal 139
(1) Setiap fraksi dibantu oleh 1 (satu) orang tenaga ahli.
(2) Tenaga ahli Fraksi paling sedikit memenuhi persyaratan :
a. berpendidikan paling rendah strata satu (S1) dengan pengalaman kerja
paling singkat 3 (tiga) tahun;
b. menguasai bidang pemerintahan; dan
c. menguasai tugas dan fungsi DPRD

Pasal 140
(1) Fraksi wajib mempublikasikan laporan kinerja tahunan yang memuat :
a. pandangan atau sikap fraksi terhadap seluruh kebijakan yang diambil
terkait pelaksanaan fungsi pembentukan Perda, pengawasan dan anggaran;
dan
b. aspirasi atau pengaduan masyarakat dan tindak lanjut yang belum, sedang
dan telah dilakukan fraksi.
(2) Laporan kinerja fraksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan
melalui media cetak, media massa dan/atau sistem informasi DPRD.

BAB XI
KODE ETIK
Pasal 141
(1) DPRD menyusun Kode Etik yang wajib dipatuhi oleh setiap Anggota DPRD
selama menjalankan tugasnya untuk menjaga martabat, kehormatan, citra,
dan kredibilitas DPRD.
(2) Ketentuan mengenai Kode Etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan DPRD tentang Kode Etik yang paling sedikit memuat
ketentuan :
a. ketaatan dalam melaksanakan sumpah/janji;
b. sikap dan perilaku Anggota DPRD;
c. tata kerja Anggota DPRD;
d. tata hubungan antar penyelenggara pemerintahan daerah;
e. tata hubungan …
-51-

e. tata hubungan antar Anggota DPRD;


f. tata hubungan antara Anggota DPRD dan pihak lain;
g. penyampaian pendapat, tanggapan, jawaban dan sanggahan;
h. kewajiban Anggota DPRD;
i. larangan bagi Anggota DPRD
j. hal-hal yang tidak patut dilakukan oleh Anggota DPRD;
k. sanksi dan mekanisme penjatuhan sanksi; dan
l. rehabilitasi.
BAB XII
KONSULTASI DPRD
Pasal 142
(1) DPRD dapat melakukan konsultasi kepada satuan pemerintahan secara
berjenjang.
(2) Konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan untuk
meningkatkan kinerja pelaksanaan tugas dan wewenang DPRD.

BAB XIII
PELAYANAN ATAS PENGADUAN DAN ASPIRASI MASYARAKAT
Pasal 143
(1) Pimpinan DPRD, alat kelengkapan DPRD, Anggota DPRD dan fraksi di DPRD
menerima, menampung, menyerap dan menindaklanjuti pengaduan dan
aspirasi masyarakat sesuai dengan tugas, fungsi dan wewenang DPRD.
(2) Pimpinan DPRD, alat kelengkapan DPRD yang terkait dan fraksi di DPRD
dapat menindaklanjuti pengaduan dan aspirasi masyarakat sesuai
kewenangannya.
(3) Anggota DPRD dapat menindaklanjuti pengaduan dan aspirasi masyarakat
kepada Pimpinan DPRD, alat kelengkapan DPRD yang terkait, dan fraksi.
(4) Dalam hal diperlukan, pengaduan dan aspirasi masyarakat dapat
ditindaklanjuti dengan :
a. rapat dengar pendapat umum;
b. rapat dengar pendapat;
c. kunjungan kerja;
d. rapat kerja alat kelengkapan DPRD dengan mitra kerja.
(5) Pelayanan atas pengaduan dan aspirasi masyarakat dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB XIV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 144
Pada saat Peraturan DPRD ini berlaku maka Peraturan DPRD Kabupaten Serang
Nomor 1 Tahun 2014 tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Serang sebagaimana telah diubah dengan Peraturan DPRD Kabupaten
Serang Nomor 1 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Serang Nomor 1 tahun 2014 tentang Tata
Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Serang dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
BAB XV …
-52-

BAB XV
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 145
(1) Anggota DPRD yang melakukan perjalanan keluar negeri harus terlebih dahulu
mendapatkan izin dari Menteri.
(2) Tata cara pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengikuti
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 146
Sekretaris DPRD wajib melaporkan kepada Gubernur melalui Bupati status
hukum anggota DPRD yang terlibat dalam kasus tindak pidana dengan tembusan
disampaikan kepada Menteri.

Pasal 147
Peraturan DPRD ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan


DPRD ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Serang.

Ditetapkan di Serang
pada tanggal 4 Februari 2019…. April 2019
KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN SERANG,

MUHSININ

Diundangkan di Serang
pada tanggal 4 Februari 2019
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SERANG,

TUBAGUS ENTUS MAHMUD SAHIRI

BERITA DAERAH KABUPATEN SERANG TAHUN 2019 NOMOR 12

Anda mungkin juga menyukai