Anda di halaman 1dari 44

KLS 7

Rangkuman Materi Bab 1 Perumusan dan Penetapan Pancasila sebagai Dasar


Negara
Penderitaan akibat kebijakan tentara Jepang terhadap bangsa Indonesia yaitu :
 Pelaksanaan kerja paksa, menyebabkan banyak laki-laki Indonesia dikirim hingga ke
Burma (Myanmar) untuk melakukan pekerjaan pembangunan dan pekerjaan berat
lainnya dalam kondisi yang buruk. Ribuan orang Indonesia meninggal dan hilang
pada saat kejadian itu berlangsung.
 Pengambilan paksa. Tentara Jepang mengambil makanan, pakaian dan berbagai
keperluan hidup lainnya secara paksa dari keluarga-keluarga di Indonesia, tanpa
memberi ganti rugi.
 Perbudakan paksa. Perempuan-perempuan Indonesia dipekerjakan secara paksa
oleh tentara Jepang. Selain itu, banyak menahan dan memperlakukan warga sipil di
kamp-kamp tahanan dalam kondisi sangat buruk.
BPUPKI atau Dokuritsu Junbi Cosakai diketuai oleh dr. K.R.T Radjiman
Wedyodiningrat, dengan dua wakil ketua, yaitu Ichibangase Yosio (Jepang) dan R.P
Soeroso.
Sidang pertama BPUPKI berlangsung mulai tanggal 29 Mei sampai 1 Juni 1945
membahas rancangan dasar negara. Ada tiga tokoh yang mengusulkan dasar
negara, yaitu Mohammad Yamin, Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno.Pada tanggal 1
Juni 1945, Ir. Soekarno menyampaikan usulan dasar negara Indonesia merdeka
yang dinamakan Pancasila. 

Menurut Muhammad Yamin dasar negara Indonesia merdeka, yaitu :


 Peri Kebangsaan
 Peri Kemanusiaan
 Peri Ketuhanan
 Peri Kerakyatan
 Kesejahteraan Sosial

Menurut Soepomo, dasar negara Indonesia merdeka, yaitu :


 Persatuan
 Kekeluargaan
 Keseimbangan lahir dan batin
 Musyawarah
 Keadilan rakyat
Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 menyampaikan pidato tentang dasar negara
Indonesia merdeka. Usulannya berbentuk philosophische grondslag atau
weltanschauung. Philosophische Grondslag atau Weltanschauung adalah
fundamen, filsafat, pikiran, jiwa, hasrat yang sedalam-dalamnya untuk diatasnya
didirikan Indonesia merdeka yang kekal dan abadi. Negara Indonesia yang kekal
abadi itu dasarnya adalah Pancasila. 

Rumusan dasar negara yang diusulkan oleh Ir. Soekarno yaitu :


 Kebangsaan Indonesia
 Internasionalisme atau peri kemanusiaan
 Mufakat atau demokrasi
 Kesejahteraan sosial
 Ketuhanan yang berkebudayaan
Pelaksanaan sidang tidak resmi BPUPKI dihadiri oleh 38 orang, kegiatan ini
berlangsung di masa reses antara sidang pertama dan sidang kedua, tujuannya
untuk membahas rancangan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang
dipimpin oleh anggota BPUPKI Ir. Soekarno. Sidang BPUPKI dilaksanakan di
gedung ”Chuo Sangi In”, dan kini gedung itu dikenal dengan Gedung Pancasila. 
Setelah selesai sidang pertama BPUPKI, dibentuk Panitia Kecil yang dikenal dengan
Panitia Sembilan. Pada tanggal 22 Juni 1945, Panitia Sembilan menyepakati naskah
Piagam Jakarta yang berisi rancangan Pembukaan Undang-Undang Dasar. 

Panitia kecil mengadakan pertemuan untuk mengumpulkan dan memeriksa


usul-usul dari beberapa golongan yaitu :
1. Usul yang minta Indonesia merdeka selekas-lekasnya
2. Usul yang mengenai dasar
3. Usul yang mengenai soal unifikasi dan federasi
4. Usul yang mengenai bentuk negara dan kepala negara
5. Usul yang mengenai warga negara
6. Usul yang mengenai daerah
7. Usul yang mengenai soal agama dan negara
8. Usul yang mengenai pembelaan
9. Usul yang mengenai soal keuangan
Sesudah sidang Chuo Sangi In, Panitia Kecil mengadakan rapat  di Kantor Besar
Djawa Hookokai. Pertemuan tersebut membentuk Panitia Kecil yang terdiri atas : Ir.
Soekarno (ketua), Mohammad Hatta, Muhammad Yamin, A.A Maramis, Mr. Achmad
Soebardjo (golongan kebangsaan), Kyai Haji Wahid Hasjim, Kyai Haji Kahar
Moezakir, Haji Agoes Salim, dan R. Abikusno Tjokrosoejoso (golongan Islam).

Sidang kedua BPUPKI berlangsung mulai tanggal 10 Juli sampai dengan 16 Juli
1945, menghasilkan kesepakatan rumusan dasar negara yang termuat dalam
naskah Piagam Jakarta (Jakarta Charter). 

Pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI atau Dokuritsu Junbi Inkai melaksanakan


sidang dan menghasilkan keputusan yaitu :
 Menetapkan UUD 1945
 Memilih Presiden dan Wakil Presiden, yaitu Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta
 Membentuk Komite Nasional Indonesia Pusat

Dalam alinea keempat naskah Piagam Jakarta, terdapat rumusan dasar negara
yaitu :
 Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya
 Kemanusiaan yang adil dan beradab
 Persatuan Indonesia
 Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Rumusan dasar negara yang tercantum dalam naskah ”Piagam Jakarta” tersebut,
dalam sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945 mengalami perubahan. Rumusan
dasar negara yang diubah adalah sila pertama yang semula berbunyi ”Ketuhanan,
dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemelukpemeluknya”, diubah
menjadi ”Ketuhanan Yang Maha Esa”. 

Semangat kebangsaan merupakan semangat yang tumbuh dalam diri warga negara
untuk mencintai serta rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara. Pada
pendiri negara dalam perumusan dan penetapan Pancasila sebagai dasar negara
telah menunjukkan komitmen kebangsaan. 

Pancasila sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia sudah final. Bersifat
final karena telah menjadi kesepakatan nasional (konsensus) yang diterima secara
luas oleh seluruh rakyat Indonesia. 

Faktor pembentuk nasionalisme yaitu :


 Faktor objektif melliputi bahasa, warna kulit, kebudayaan, adat, agama, wilayah,
kewarganegaraan dan ras.
 Faktor subjektif meliputi cita – cita, semangat, timbulnya kesadaran nasional untuk
terwujudnya negara nasional
Nasionalisme dalam adalah perasaan cinta yang tinggi atau bangga terhadap tanah
air dan tidak memandang rendah bangsa lain. Patriotisme berarti semangat cinta
tanah air atau sikap seseorang yang bersedia mengorbankan segala-galanya untuk
mempertahankan bangsanya. Jiwa dan semangat bangsa Indonesia untuk merebut
kemerdekaan disebut jiwa dan semangat ’45. 

Hal-hal yang terkandung dalam jiwa dan semangat ‘45 yaitu :


 Pro Patria dan Primus Patrialis, artinya mencintai tanah air dan mendahulukan
kepentingan tanah air
 Jiwa solidaritas dan kesetiakawanan dari semua lapisan masyarakat terhadap
perjuangan kemerdekaan
 Jiwa toleransi atau tenggang rasa antaragama, antarsuku, antargolongan dan
antarbangsa
 Jiwa tanpa pamrih dan bertanggung jawab
 Jiwa ksatria dan kebesaran jiwa yang tidak mengandung balas dendam

Para pendiri negara dalam perumusan Pancasila memiliki ciri-ciri komitmen


pribadi yaitu :
 Mengutamakan semangat persatuan, kesatuan, dan nasionalisme
 Adanya rasa memiliki terhadap bangsa Indonesia
 Selalu bersemangat dalam berjuang
 Mendukung dan berupaya secara aktif dalam mencapai cita-cita bangsa yaitu
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur
 Melakukan pengorbanan pribadi, dengan cara menempatkan kepentingan negara di
atas kepentingan pribadi, serta mendukung keputusan yang menguntungkan bangsa
dan negara

Materi PKN Kelas 7 Bab 2 Norma dan Keadilan


Aristoteles dalam bukunya Politics mengatakan bahwa manusia adalah zoon
politicon artinya manusia selalu hidup berkelompok dalam masyarakat. Sehingga
manusia merupakan bagian dari manusia lain yang hidup bersama-sama.
Manusia memiliki dua kedudukan, yaitu sebagai makhluk sosial dan individu.
Sebagai makhluk sosial, manusia selalu membutuhkan orang lain. Akan tetapi,
sebagai makhluk individu tiap orang memiliki perbedaan pemikiran dan perbedaan
kepentingan.

Menurut Roscoe Pound, ada 3 kategori kepentingan yang dilindungi (norma)


hukum, yaitu :
1. Kepentingan umum, meliputi : kepentingan negara sebagai badan hukum untuk
mempertahankan kepribadian dan substansinya, kepentingan negara sebagai
penjaga kepentingan masyarakat.
2. Kepentingan masyarakat, meliputi : kepentingan masyarakat bagi keselamatan
umum, kepentingan masyarakat dalam jaminan lembaga sosial, kepentingan
masyarakat dalam kesusilaan untuk melindungi kerusakan moral, kepentingan
masyarakat dalam pemeliharaan sumber sosial; kepentingan masyarakat dalam
kemajuan umum untuk berkembangnya manusia ke arah lebih tinggi dan sempurna
dan  kepentingan masyarakat dalam kehidupan manusia secara individual.
3. Kepentingan pribadi, meliputi : kepentingan pribadi, kepentingan rumah tangga,
kepentingan substansi.
Cicero  mengatakan “ubi societas ibi ius” artinya di mana ada masyarakat, di situ
ada hukum. Dimana ada dua orang atau lebih, maka hukum adalah sesuatu yang
wajib ada untuk mengatur hubungan antara dua orang atau lebih tersebut supaya
tidak terjadi kekacauan. 
Norma pada hakekatnya merupakan kaedah hidup yang memengaruhi tingkah laku
manusia dalam hidup bermasyarakat. Juga dapat diartikan aturan atau ketentuan
yang mengatur kehidupan warga masyarakat, dipakai sebagai panduan, tatanan,
dan pengendali tingkah laku.

Norma adalah kaidah, aturan atau adat kebiasaan dan/atau hukum yang berlaku
dalam masyarakat. Norma yang dibuat oleh negara berupa peraturan tertulis,
sedangkan norma yang berkembang dalam masyarakat berupa aturan tidak tertulis.
Ada 4 norma yang digunakan sebagai kaidah atau aturan yang berlaku dalam
masyarakat, yaitu norma agama, norma kesusilaan, norma kesopanan, dan norma
hukum. 

Norma kesusilaan adalah peraturan hidup yang berkenaan dengan bisikan kalbu
dan suara hati nurani manusia. Kehadiran norma ini bersamaan dengan kelahiran
atau keberadaan manusia itu sendiri, tanpa melihat jenis kelamin dan suku
bangsanya. 

Norma kesusilaan berkaitan dengan norma agama. Hal ini berarti bahwa ajaran
norma agama mengandung kaidah kesusilaan, seperti ”jaga kehormatan
keluargamu, niscaya hidupmu akan penuh martabat”. Norma kesusilaan memiliki
keterkaitan dengan norma hukum, seperti ”dilarang menghina nama baik
seseorang”. Karena akan dihukum pidana dan secara nilai kemanusiaan ini
merupakan pelanggaran kesusilaan. 
Norma kesopanan adalah norma yang berhubungan dengan pergaulan manusia
dalam kehidupan sehari-hari. Norma kesopanan bersumber dari tata kehidupan atau
budaya yang berupa kebiasaan-kebiasaan masyarakat dalam mengatur kehidupan
kelompoknya. 

Norma kesopanan dalam masyarakat memuat aturan tentang pergaulan


masyarakat, seperti tata cara berpakaian, berbicara, berperilaku terhadap orang lain,
bertamu ke rumah orang lain, menyapa orang lain, makan dan sebagainya. Tata
cara dalam pergaulan dalam masyarakat yang berlangsung lama dan tetap
dipertahankan oleh masyarakat, lama kelamaan melekat secara kuat dan dirasakan
menjadi adat istiadat. 

Perbedaan kebiasaan dengan adat istiadat yaitu Kebiasaan menunjuk pada


perbuatan yang diulang-ulang dalam peristiwa yang sama, kemudian diterima dan
diakui oleh masyarakat. Sedangkan adat istiadat adalah aturan/kebiasaan yang
dianggap baik dalam masyarakat tertentu dan dilakukan secara turun temurun. 

Sanksi terhadap pelanggaran norma kesopanan dapat berupa pengucilan, tidak


disenangi, atau dicemoohkan oleh masyarakat. Sanksi berasal dari luar diri
seseorang, berbeda dengan norma kesusilaan yang berasal dari diri sendiri. Lemah
kuatnya sanksi dari masyarakat dipengaruhi oleh kuat tidaknya norma kesopanan
tersebut dalam masyarakat.

Norma agama adalah sekumpulan kaidah atau peraturan hidup manusia yang
sumbernya dari wahyu Tuhan. Penganut agama meyakini bahwa apa yang diatur
dalam norma agama berasal dari Tuhan Yang Maha Esa, yang disampaikan kepada
nabi dan rasul-Nya untuk disebarkan kepada seluruh umat manusia di dunia. 

Pelaksanaan norma agama bergantung pada agama yang dianutnya. Norma agama
bagi umat Islam bersumber pada Al-Qur’an dan Hadist Nabi Muhammad SAW, umat
Kristen dan Katolik bersumber pada Alkitab, umat Hindu bersumber pada Veda,
umat Buddha bersumber pada Tripitaka, umat Khonghucu bersumber pada Shishu
Wujing. 
Berikut umat beragama melaksanakan ibadah menurut agamanya : 

Keterangan : 

1. : umat Islam
2. : umat Kristen
3. : umat Hindu
4. : umat Budha
5. : umat Konghucu
Norma hukum adalah peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan
masyarakat dan dibuat oleh badan-badan resmi negara serta bersifat memaksa
sehingga perintah dan larangan dalam norma hukum harus ditaati oleh masyarakat.

Norma hukum memiliki dua sifat, yaitu :


1. Bersifat perintah, yaitu memerintahkan orang berbuat sesuatu dan jika tidak berbuat
maka ia akan melanggar norma hukum tersebut
2. Bersifat larangan, yaitu melarang orang berbuat sesuatu dan jika orang tersebut
melakukan perbuatan yang dilarang maka ia melanggar norma hukum tersebut
Negara Indonesia merupakan negara yang melaksanakan norma hukum. Seperti
yang terdapat pada Pasal 1 ayat (3) UUD Negara Republik Indonesia 1945 yang
berbunyi ”Negara Indonesia adalah negara hukum”.

Fungsi norma hukum :


1. Memberikan pengesahan (legitimasi) terhadap apa yang berlaku dalam masyarakat
2. Sebagai alat rekayasa masyarakat
3. Sebagai sarana pembentukan masyarakat, khususnya pembangunan
4. Sebagai senjata dalam konflik sosial
Keadilan adalah memperlakuan diri sendiri dan orang lain sesuai dengan apa yang
menjadi haknya. Keadilan hukum diwujudkan dengan terlindunginya hak-hak warga
negara dan adanya hukuman yang tegas dan nyata terhadap anggota masyarakat
yang melanggar norma hukum. 
Nilai-nilai keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan bersama yaitu : 

1. Keadilan distributif, yaitu suatu hubungan keadilan antara negara terhadap


warganya
2. Keadilan legal, yaitu hubungan keadilan antara warga negara terhadap negara
3. Keadilan komutatif, yaitu suatu hubungan keadilan antara warga satu dengan yang
lainnnya secara timbal balik
Untuk tegaknya keadilan, pemberian hukuman dilakukan oleh lembaga peradilan.
Masyarakat tidak boleh melakukan tindakan main hakim sendiri. 

Dijatuhkannya hukuman secara ilmiah mempunyai dasar pembenarannya, yaitu


untuk kepentingan : 

1. Pembalasan atas kesalahan


2. Penjeraan, baik yang bersifat untuk umum ataupun untuk pelaku
3. Rehabilitasi
4. Menyebabkan tidak dapat lagi melakukan kesalahan
5. Mengisolasi pelaku untuk mencegahnya melakukan lagi kesalahan yang
membahayakan orang lain

Munculnya kesadaran diri untuk patuh pada norma-norma dalam kehidupan


bermasyarakat harus dibiasakan sejak dini, seperti : 

1. Budaya malu, yaitu sikap malu jika melanggar aturan


2. Budaya tertib, yaitu membiasakan bersikap tertib di mana pun kalian berada
3. Budaya bersih, yaitu sikap berkata dan berperilaku jujur, bersih dari tindakan kotor

Penyebab kesadaran terhadap kepatuhan norma dalam kehidupan masih rendah


karena : 

1. Faktor pribadi, berkaitan dengan sifat dan karakter dalam diri sendiri yang belum
memiliki kesadaran berlaku taat aturan
2. Faktor lingkungan, pengaruh lingkungan kehidupan seperti keluarga, masyarakat
yang belum memberikan dukungan terhadap pembentukan watak patuh aturan
Materi PKN Kelas 7 Bab 3 Perumusan dan Pengesahan UUD Negara Republik
Indonesia
Konstitusi tertulis adalah aturan pokok dasar negara, bangunan negara dan tata
negara yang mengatur perikehidupan satu bangsa dalam persekutuan hukum
negara. Konstitusi tidak tertulis (konvensi) adalah kebiasaan ketatanegaraan yang
sering timbul dalam sebuah negara. Konstitusi NKRI yaitu UUD 1945. 

Konstitusi bukan undang-undang biasa. Konstitusi tidak ditetapkan oleh lembaga


legislatif biasa, tetapi oleh badan khusus dan lebih tinggi kedudukannya. Dalam
hierarki hukum, konstitusi merupakan hukum paling tinggi dan fundamental sifatnya,
sehingga peraturan-peraturan dibawahnya tidak boleh bertentangan dengan Undang-
Undang Dasar.

Fungsi konstitusi yaitu : 


1. Penentu dan pembatas kekuasaan negara
2. Pengatur hubungan kekuasaan antar organ negara
3. Pengatur hubungan kekuasaan antar organ negara dengan warga negara
4. Pemberi atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan negara ataupun kegiatan
penyelenggaraan kekuasaan negara
5. Penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber kekuasaan yang asli (rakyat)
kepada organ negara
6. Simbolik sebagai pemersatu
7. Simbolik sebagai rujukan identitas dan keagungan kebangsaan
8. Simbolik sebagai pusat upacara
9. Sarana pengendalian masyarakat
10. Sarana perekayasaan dan pembaruan masyarakat
Undang Undang Dasar adalah naskah yang memaparkan rangka dan tugas pokok
dari pemerintahan suatu negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja
pemerintahan. Di dalam negara yang menganut paham demokrasi, Undang Undang
Dasar mempunyai fungsi yang khas, yaitu membatasi kekuasaan pemerintahan agar
penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang – wenang.

Sidang kedua BPUPKI tanggal 10 – 17 Juli 1945, membahas hal-hal teknis tentang
bentuk negara, pemerintahan baru dan dibentuk Panitia Hukum Dasar dengan
anggota 19 orang yang diketuai oleh Ir. Soekarno serta membentuk  3 (tiga) Panitia
Kecil untuk membahas dan mempersiapkan perumusan Undang Undang Dasar.

Panitia Kecil Perancang Undang-Undang Dasar, pada tanggal 13 Juli 1945 berhasil
membahas beberapa hal dan menyepakati antara lain ketentuan tentang Lambang
Negara, Negara Kesatuan, sebutan Majelis Permusyawaratan Rakyat dan
membentuk Panitia Penghalus Bahasa yang terdiri atas Djajadiningrat, Salim, dan
Soepomo. Rancangan Undang Undang Dasar diserahkan kepada Panitia Penghalus
Bahasa. 

Tanggal 14 Juli 1945, BPUPKI mengadakan sidang dengan agenda ”Pembicaraan


tentang pernyataan kemerdekaan”. Panitia Perancangan Undang Undang Dasar
melaporkan hasilnya. Pasal-pasal dari rancangan UUD berjumlah 42 pasal. Dari 42
pasal tersebut, ada 5 pasal masuk tentang aturan peralihan dengan keadaan perang,
dan 1 pasal mengenai aturan tambahan. 

Pada sidang tanggal 15 Juli 1945 dilanjutkan dengan acara ”Pembahasan


Rancangan Undang-Undang Dasar”. Saat itu Ketua Perancang Undang Undang
Dasar, yaitu Soekarno memberikan penjelasan tentang naskah yang dihasilkan dan
mendapatkan tanggapan dari Moh. Hatta, lebih lanjut Soepomo, memberikan
penjelasan terhadap naskah Undang Undang Dasar.

Naskah Undang-Undang Dasar akhirnya diterima dengan suara bulat pada Sidang
BPUPKI tanggal 16 Juli 1945. Selain itu juga, diterima usul-usul dari panitia keuangan
dan Panitia Pembelaan Tanah Air. Dengan demikian, selesailah tugas panitia
BPUPKI. 

Berikut peta tempat duduk sidang BPUPKI : 

Keterangan : 
Hasil sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945 : 
1. Mengesahkan UUD 1945
2. Memilih Ir Soekarno sebagai Presiden dan Mohammad Hatta sebagai Wakil
Presiden 
3. Membentuk Komite Nasional Indonesia Pusat. 

Sidang PPKI melakukan beberapa perubahan rumusan pembukaan UUD naskah


Piagam Jakarta dan rancangan batang tubuh UUD hasil sidang kedua BPUPKI.
Perubahan yang disepakati tersebut yaitu :

1. Kata Mukaddimah diganti dengan kata Pembukaan


2. Sila pertama, yaitu Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi
pemeluk-pemeluknya” diganti dengan rumusan ”Ketuhanan Yang Maha Esa” 
3. Perubahan pasal 6 UUD yang berbunyi ”Presiden ialah orang Indonesia asli yang
beragama Islam” menjadi ”Presiden ialah orang Indonesia asli”
4. Pasal 28 UUD 1945 yang berbunyi ”Negara berdasar atas Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya” diganti menjadi
pasal 29 UUD 1945 yang berbunyi ”Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha
Esa”

Sistematika UUD 1945 sebelum perubahan : 


1. Pembukaan, terdiri dari 4 alinea
2. Batang Tubuh, terdiri dari 16 bab, 37 pasal, 4 pasal aturan peralihan, 2 ayat aturan
tambahan
3. Penjelasan, terdiri dari penjelasan umum dan pasal demi pasal 
Sistematika setelah perubahan UUD NRI 1945 : 
1. Pembukaan, terdiri dari 4 alinea
2. Pasal-pasal, terdiri dari 21 bab, 73 pasal, 3 pasal aturan peralihan dan 2 ayat aturan
tambahan
Semangat dan komitmen pendiri negara pada perumusan dan pengesahan UUD
1945 antara lain mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, persatuan dan
kesatuan, rela berkorban, cinta tanah air, dan musyawarah mufakat.

Ada dua paham yang dimiliki pendiri negara dalam sidang BPUPKI, yaitu
nasionalisme dan agama. Paham nasionalisme menginginkan negara Indonesia
yang akan dibentuk merupakan negara nasionalis atau kebangsaan, sedangkan
golongan agama menginginkan didasarkan pada salah satu agama.

Ir. Soekarno dalam sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945 menyatakan, ” …Kita hendak
mendirikan negara Indonesia, yang bisa semua harus melakukannya. Semua buat
semua!… ” Dari pendapat Ir. Soekarno tersebut terlihat bahwa para pendiri negara
berperan besar dalam mendirikan negara Indonesia, mereka memiliki latar belakang
suku dan agama yang berbeda.

Para pendiri negara mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas


kepentingan pribadi dan golongan serta mengutamakan musyawarah mufakat
dalam membuat keputusan tentang dasar negara dan Undang-Undang Dasar Negara
1945. Keberhasilan bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya,
merupakan salah satu bukti cinta para pahlawan terhadap bangsa dan negara.

Dalam sidang PPKI, para pendiri negara memperlihatkan kecerdasan, kecermatan,


ketelitian, tanggung jawab, rasa kekeluargaan, toleransi, dan penuh dengan
permufakatan dalam setiap pengambilan keputusan. Sikap patriotisme dan rasa
kebangsaan dapat diketahui dalam pandangan dan pemikiran mereka yang tidak
mau berkompromi dengan penjajah dan bangga sebagai bangsa yang baru merdeka.

Bab 4 Keberagaman Suku, Agama, Ras dan Antargolongan dalam Bingkai


Bhinneka Tunggal Ika
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, terdiri atas 34 provinsi dengan ribuan
pulau yang ada di dalamnya. Luas wilayah negara berpengaruh terhadap banyaknya
keberagaman yang dimiliki bangsa Indonesia. Keberagaman adalah suatu kondisi
dalam masyarakat yang terdapat banyak perbedaan dalam berbagai bidang. 

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk, yaitu masyarakat yang


memiliki berbagai keberagaman. Keberagaman masyarakat Indonesia berupa
keberagaman suku bangsa, budaya, ras, agama, kepercayaan, dan antargolongan. 
Faktor penyebab keberagaman yaitu :
1. Letak strategis wilayah Indonesia, yaitu diantara dua Samudra Pasifik dan Samudra
Indonesia, serta dua benua Asia dan Australia mengakibatkan wilayah Indonesia
menjadi jalur perdagangan internasional, yang tidak hanya membawa komoditas
dagang, tetapi juga pengaruh kebudayaan mereka terhadap budaya Indonesia
2. Kondisi negara kepulauan, Negara Indonesia terdiri atas ribuan pulau yang terpisah-
pisah. Keadaan ini menghambat hubungan antarmasyarakat dari pulau yang
berbeda. Setiap masyarakat di kepulauan mengembangkan budaya masing-masing,
sesuai dengan tingkat kemajuan dan lingkungannya
3. Perbedaan kondisi alam, Masyarakat di daerah pantai berbeda dengan masyarakat
pegunungan, seperti perbedaan bentuk rumah, mata pencaharian, makanan pokok,
pakaian, kesenian, bahkan kepercayaan
4. Keadaan transportasi dan komunikasi, Kemajuan sarana transportasi dan
komunikasi membawa masyarakat mudah berhubungan dengan masyarakat lain,
meskipun jarak dan kondisi alam yang sulit
5. Penerimaan masyarakat terhadap perubahan, Ada masyarakat yang mudah
menerima orang asing atau budaya lain, seperti masyarakat perkotaan. Ada juga
sebagian masyarakat tetap bertahan pada budaya sendiri
Kepulauan mengandung makna banyaknya pulau-pulau, sedangkan kenusantaraan
menyangkut keseluruhan lingkup konektivitas perairan dan daratan antar pulau
dalam kepulauan tersebut. Pembangunan harus ditempatkan dalam konteks satu
kesatuan pulau yang saling terhubung satu sama lain.

Suku bangsa atau etnik adalah sekelompok manusia yang memiliki kesatuan
budaya dan terikat oleh kesadaran dan identitas tersebut. Kesadaran dan identitas
dikuatkan oleh kesatuan bahasa. Ciri-ciri yang membedakan suku bangsa satu
dengan lainnya, yaitu bahasa daerah, adat istiadat, sistem kekerabatan, kesenian
daerah, dan tempat asal. di Indonesia terdapat 1.128 suku bangsa. 

Keberagaman Agama dan Kepercayaan : Ajaran agama Hindu dan Budha dibawa
oleh bangsa India yang sudah lama berdagang dengan Indonesia. Ajaran agama
Islam dibawa oleh pedagang Gujarat dan Parsi sekitar abad ke13. Kedatangan
bangsa Eropa membawa ajaran agama Kristen dan Katolik, sedangkan pedagang
dari Cina menganut agama Kong Hu Chu. 

Berbagai ajaran agama diterima oleh bangsa Indonesia karena masyarakat sudah
mengenal kepercayaan seperti animisme dan dinamisme. Agama mengajarkan
kepada umatnya agar berbuat baik dan benar. Melakukan kebaikan dan
menegakkan kebenaran adalah perintah Tuhan yang wajib dilaksanakan.

Kesadaran beragama merupakan perwujudan keyakinan manusia terhadap


keberadaan Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai pelajar, wajib mempunyai sikap taat
dalam beragama, yaitu dengan menjalankan segala perintah ajaran agama dan
menjauhi semua larangan agama yang dianutnya.

Ras adalah golongan bangsa berdasarkan ciri-ciri fisik dan garis keturunan. Setiap
manusia memiliki perbedaan ras dengan manusia lainnya karena adanya perbedaan
ciri- ciri fisik, seperti warna kulit, warna dan bentuk rambut, bentuk muka, ukuran
badan, bentuk badan, bentuk dan warna mata, dan ciri fisik yang lain.

Ras masyarakat Indonesia yaitu :


1. Ras Malayan – Mongoloid yang ada di Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat,
Kalimantan, dan Sulawesi
2. Ras Melanesoid yang ada di Papua, Maluku, dan Nusa Tenggara Timur
3. Ras Asiatic Mongoloid seperti orang Tionghoa, Jepang, dan Korea. Ras ini tersebar
di seluruh Indonesia
4. Ras Kaukasoid, yaitu seperti orang India, Timur Tengah, Australia, Eropa, dan
Amerika.
Struktur masyarakat ditandai dengan 2 ciri atau 2 titik pandang. Pertama, secara
horizontal ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan
perbedaan-perbedaan suku bangsa, agama, adat istiadat, dan kedaerahan. Kedua,
secara vertikal ditandai dengan adanya lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup
tajam.

Arti penting keberagaman masyarakat Indonesia memiliki makna :


1. keberagaman merupakan kekayaan budaya bangsa yang bermanfaat baik secara
ekonomi, pengembangan pengetahuan, dan ilmu pengetahuan, serta kreativitas dan
inovasi
2. Keberagaman juga memiliki potensi negatif apalagi tidak dilandasi  kesadaran akan
keberagaman serta semangat persatuan dan kesatuan
Struktur masyarakat ditandai dengan dua ciri atau dua titik pandang. Pertama,
secara horizontal ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial
berdasarkan perbedaan-perbedaan suku bangsa, agama, adat istiadat, dan
kedaerahan. Secara vertikal, ditandai dengan adanya lapisan atas dan lapisan
bawah yang cukup tajam.

Keberagaman masyarakat ditandai adanya segmentasi dalam bentuk kelompok-


kelompok yang memiliki kebudayaan yang berbeda satu sama lain.
Kelompokkelompok tersebut dapat berupa kesatuan-kesatuan sosial dan organisasi
kemasyarakatan. Adanya kelas sosial dan kesatuan sosial membentuk golongan-
golongan di masyarakat. 

Adanya penggolongan dalam masyarakat dapat menyebabkan terjadinya konflik. Hal


ini dapat muncul apabila muncul perasaan etnosentrisme yang menganggap hanya
kelompok atau golongannya saja yang paling baik dan sempurna, sementera
golongan lainnya dianggap banyak memiliki kekurangan.

Keberagaman bukan merupakan unsur perpecahan namun justru yang menciptakan


kesatuan bangsa. Kesatuan adalah upaya untuk mempersatukan perbedaan suku,
adat istiadat, ras dan agama untuk menjadi satu, yaitu bangsa Indonesia. Hal
tersebut sesuai dengan semboyan negara kita, Bhinneka Tunggal Ika.
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika terdapat pada lambang negara Republik
Indonesia, yaitu Burung Garuda Pancasila. Di kaki Burung Garuda Pancasila
mencengkram sebuah pita yang bertuliskan Bhinneka Tunggal Ika, yang berarti
Berbeda-beda tetapi tetap satu.

Bhinneka Tunggal Ika mengandung makna bahwa walaupun bangsa Indonesia


terdiri atas berbagai macam suku bangsa, adat-istiadat, ras dan agama yang
beraneka ragam namun keseluruhannya merupakan suatu persatuan dan kesatuan.

Bhinneka Tunggal Ika ditemukan dalam Kitab Sutasoma yang ditulis oleh Mpu
Tantular pada abad XIV pada masa Kerajaan Majapahit. Dalam kitab tersebut Mpu
Tantular menulis ”Rwaneka dhatu winuwus Buddha Wiswa, Bhinnêki rakwa ring
apan kena parwanosen, Mangka ng Jinatwa kalawan Siwatatwa tunggal, Bhinnêka
tunggal ika tan hana dharma mangrwa.”
(Bahwa agama Buddha dan Siwa (Hindu) merupakan zat yang berbeda, tetapi nilai-
nilai kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal. Terpecah belah, tetapi satu
jua, artinya tak ada dharma yang mendua).  Ungkapan dalam bahasa Jawa Kuno
tersebut, secara harfiah mengandung arti bhinneka (beragam), tunggal (satu), ika
(itu) yaitu beragam satu itu.

Berikut semboyan Bhinneka Tunggal Ika dan Keberagaman Budaya : 

Perilaku Toleran dalam Kehidupan Beragama :


1. Melaksanakan ajaran agama yang dianutnya dengan baik dan benar
2. Menghormati agama yang diyakini orang lain
3. Tidak memaksakan keyakinan agama yang dianutnya kepada orang lain
4. Toleran terhadap pelaksanaan ibadah yang dianut pemeluk agama lain.
Perilaku Toleran terhadap Keberagaman Sosial Budaya:
1. Mengetahui keanekaragaman budaya Indonesia
2. Mempelajari dan menguasai salah satu seni budaya sesuai dengan minat dan
kesenangannya
3. Bangga terhadap budaya Indonesia
4. menyaring budaya asing yang masuk ke Indonesia.

Kerjasama dalam Berbagai Bidang Kehidupan

Persatuan dan kesatuan terwujud karena adanya kerjasama sesama masyarakat


Indonesia untuk mengusir penjajah. Persatuan berarti ”bersatunya macam-macam
corak yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan yang utuh dan serasi.”
Persatuan Indonesia berarti persatuan bangsa yang mendiami wilayah negara
Indonesia.

Tujuan nasional bangsa Indonesia yang ingin dicapai melalui upaya pembangunan
nasional tercantum dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
alinea keempat, yaitu : 

1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia


2. Memajukan kesejahteraan umum
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa
4. Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial

Kerja sama adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan dua orang atau lebih untuk
mencapai tujuan bersama. Semangat kerja sama dalam kehidupan dimasyarakat
terwujud dalam kegiatan gotong royong.

Gotong royong adalah bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu hasil yang


didambakan. Bentuk kerjasama atau gotong royong dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dapat nampak dalam kehidupan sosial
politik, ekonomi, keamanan dan pertahanan, dan umat beragama.

Gotong royong merupakan ciri khas dan budaya masyarakat Indonesia yang
didorong adanya kesadaran bahwa : 

1. Manusia memerlukan bantuan orang lain dalam kehidupannya


2. Manusia dapat hidup secara wajar apabila bersama-sama dengan manusia lainnya
Arti penting kerja sama dalam berbagai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara adalah memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, memperkuat
persatuan dan kesatuan bangsa, mempererat persaudaraan dan kebersamaan,
mendorong timbulnya semangat gotong royong dan kekeluargaan, menjadikan
pekerjaan yang berat menjadi ringan dan cepat diselesaikan, meningkatkan
efektivitas dan efisiensi dalam bekerja.
Gotong royong yang didalamnya terdapat unsur kerja sama dapat dilaksanakan
dalam berbagai lingkungan kehidupan, yaitu kehidupan sekolah, kehidupan
masyarakat, kehidupan berbangsa dan bernegara.

Landasan kehidupan sosial politik masyarakat Indonesia adalah sila keempat


Pancasila.  Sila keempat Pancasila menegaskan bahwa bangsa Indonesia akan
terus memelihara dan mengembangkan semangat bermusyawarah dalam
perwakilan. Perilaku politik harus didasari nilai hikmat, kebijaksanaan,
permusyawaratan dan perwakilan. Hal itu semua merupakan bagian dari gotong
royong.

Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas kepribadian Indonesia untuk


merumuskan dan/atau memutuskan suatu hal berdasarkan kehendak rakyat, hingga
tercapai keputusan yang berdasarkan kebulatan pendapat atau mufakat. 

Perwakilan adalah suatu sistem dalam arti tata cara (prosedur) mengusahakan turut
sertanya rakyat mengambil bagian dalam kehidupan bernegara, antara lain
dilakukan dengan melalui badan-badan perwakilan.

Mufakat sebagai hasil musyawarah akan berhasil apabila mengembangkan sikap


saling menghormati dan tidak memaksakan kehendak kepada siapa pun. Melalui
musyawarah, keputusan yang dihasilkan merupakan keputusan bersama sehingga
semua pihak ikut bertanggungjawab melaksanakan keputusan tersebut.

Dalam kehidupan ekonomi kerja sama digambarkan pada pasal 23A UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 berbunyi, ”Pajak dan pungutan lain yang bersifat
memaksa untuk keperluan negara diatur dengan Undang Undang.”

”Pajak digunakan oleh negara untuk membiayai pembangunan nasional. Dengan


demikian pembangunan nasional untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat
dibiayai dari pajak. Setiap wajib pajak secara bergotong royong membiayai
pembangunan nasional melalui pajak yang dibayarkannya.

Pasal 33 ayat 1 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan


”Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan”.

Hal ini berarti dalam kegiatan usaha ekonomi digunakan prinsip kerjasama, saling
membantu dalam suasana demokrasi ekonomi untuk mencapai kesejahteraan
bersama secara adil.

Wujud badan usaha yang diharapkan dalam pasal 33 adalah koperasi. Sebagai
badan usaha, koperasi beranggotakan orang-orang dan badan hukum dengan
berlandaskan prinsip kerja sama dan kekeluargaan. Gotong royong dan
kekeluargaan merupakan salah satu asas koperasi.
Asas kekeluargaan mencerminkan adanya kes adaran manusia untuk melaksanak
an kegiatan koperasi oleh, dari, dan untuk semua anggota di bawah kepengurusan
koperasi. Kekeluargaan didasarkan rasa kekeluargaan, seperti rasa saling
menyayangi yang tinggi dan bertanggungjawab dalam mempertahankan nilai-nilai
keluarga.

Sikap kekeluargaan dalam masyarakat Indonesia bukan hanya didasarkan oleh


ikatan darah. Istilah torang samua basudara di masyarakat Manado, semboyan silih
asah, asih, dan asuh dalam masyarakat Jawa Barat merupakan contoh nilai
keluargaan dipelihara dalam masyarakat. Adanya nilai-nilai tersebut menimbulkan
keakraban dan rasa dekat seperti layaknya keluarga dalam masyarakat.

Keunggulan Koperasi dibandingkan dengan badan usaha lainnya :


1. Dasar persamaan, artinya setiap anggota dalam koperasi mempunyai hak suara
yang sama
2. Persatuan, artinya setiap orang dapat diterima menjadi anggota, tanpa
membedakan, agama, suku bangsa, dan jenis kelamin
3. Pendidikan, artinya koperasi mendidik anggotanya untuk hidup sederhana, tidak
boros, dan suka menabung
4. Demokrasi ekonomi, artinya imbalan jasa yang disesuaikan dengan jasa masing-
masing anggota berdasarkan keuntungan yang diperoleh
5. Demokrasi kooperatif, artinya koperasi dibentuk oleh para anggota dijalankan oleh
anggota dan hasilnya untuk kepentingan anggota
Pasal 30 ayat (1) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia menyatakan
”Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara.” Selain itu, pada pasal 27 ayat (3) UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 juga menyebutkan bahwa, ”Setiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.”
Bela negara adalah sikap mental yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang
untuk ikut serta dalam usaha melindungi dan mempertahankan keberadaan bangsa
dan negara. Bagi bangsa Indonesia, bela negara adalah hak dan kehormatan
sebagai warga negara sekaligus merupakan kewajiban hukum yang harus dijalani
oleh setiap warga negara.

Setiap warga negara harus menghindari sikap tidak terpuji seperti :


1. Fanatik sempit : sifat yang merasa diri sendiri paling benar
2. Individualis : sifat yang lebih mendahulukan kepentingan sendiri
3. Eksklusivisme : sikap selalu memisahkan diri dari kehidupan sosial di masyarakat
4. Primordialisme : perasaan kesukuan yang berlebihan

Arti penting kerja sama dalam berbagai kehidupan di negara Indonesia bagi diri
sendiri, masyarakat, bangsa dan negara yaitu : 

1. Memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa


2. Mempererat persaudaraan dan kebersamaan
3. Mendorong timbulnya semangat gotong royong dan kekeluargaan
4. Menjadikan pekerjaan yang berat menjadi ringan dan cepat di selesaikan
5. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam bekerja
Kerjasama dalam Kehidupan Sekolah :
1. Tentukan dan raih tujuan bersama
2. Berpartisipasi secara aktif menyusun dan melaksanakan aturan sekolah
3. Taati peraturan sekolah agar sekolah menjadi tertib
4. Selalu bekerjasama, Jangan memandang rendah peserta didik lain sehingga dia
tidak pernah diajak kerja sama
5. Tidak membuat masalah di kelas, misalnya peserta didik yang malas mengerjakan
tugas piket
6. Saling percaya, Jika kepercayaan antar peserta didik hilang, sulit terbentuknya
kerjasama
7. Saling menghargai dan memberikan penghargaan
Bentuk kerja sama dalam lingkungan masyarakat, contohnya peserta didik ikut serta
dalam kegiatan masyarakat, misalnya dalam kegiatan kerja bakti, perayaan-
perayaan hari besar nasional atau keagamaan, sanitasi, dan sebagainya.

Kerjasama dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara :


1. Warga negara bekerja sama dengan pemerintah dalam pembangunan nasional
dengan membayar pajak
2. Menyelenggarakan peringatan hari besar keagamaan dan hari besar nasional yang
diatur oleh pemerintah
3. Berperan aktif dalam mendukung pelaksanaan program-program dari pemerintah

Bab 6 Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia

Kesepakatan pemuda di Jalan Pegangsaan Timur, Jakarta, membulatkan tuntutan


pemuda ”… bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hak dan soal rakyat itu sendiri,
tak dapat digantungkan kepada orang dan kerajaan lain. Jalan satu-satunya adalah
memproklamasikan kemerdekaan oleh kekuatan bangsa Indonesia sendiri.” Hal ini
mendorong terjadinya peristiwa Rengasdengklok.

Ketika peristiwa Rengasdengklok, golongan pemuda meminta golongan tua agar


memenuhi keinginan rakyat Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaan
dengan kekuatan bangsa Indonesia sendiri. Setelah berdebat panjang, desakan
para pemuda akhirnya disanggupi oleh Ir. Soekarno yang akan segera
memproklamasikan kemerdekaan, tetapi dilakukan di Jakarta.

Tanggal 16 Agustus 1945, rombongan dari Rengasdengklok tiba di Jakarta.


Kemudian Ir. Soekarno dengan para penyusun teks proklamasi lainnya menjadikan
rumah Laksamana Muda Maeda, jl. Imam Bonjol No.1 Jakarta sebagai tempat
menyusun naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
Meskipun tidak mendapat persetujuan dari Jepang, Ir. Soekarno dan Drs. Moh.
Hatta segera merumuskan teks proklamasi dengan tulisan tangan sendiri. Berikut
teks proklamasi Kemerdekaan Negara Republik Indonesia : 

Ir. Soekarno meminta semua yang hadir menandatangani naskah proklamasi selaku
wakil bangsa Indonesia. Namun, Sukarni (pimpinan golongan pemuda)
mengusulkan agar Soekarno-Hatta menandatangani atas nama bangsa Indonesia.
Selanjutnya, Ir. Soekarno meminta Sayuti Melik untuk mengetik naskah proklamasi
dengan beberapa perubahan yang telah disetujui.

Ada tiga perubahan redaksi atas teks proklamasi, yaitu :


1. Kata tempoh diganti dengan kata tempo
2. Wakil bangsa Indonesia diganti dengan atas nama bangsa Indonesia
3. Cara menuliskan tanggal Djakarta, 17-8-05 diganti menjadi Djakarta, hari 17, boelan
08, tahoen 05.

Selanjutnya, setelah diketik oleh Sayuti Melik, teks proklamasi ditandatangani oleh


Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta. Tanggal 17 Agustus 1945, hari Jumat, pukul 10.00
WIB, di depan rumah Ir. Soekarno Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, Ir.
Soekarno dengan didampingi Drs. Moh. Hatta membacakan teks proklamasi dengan
disaksikan lebih kurang 1.000 orang.
Setelah teks proklamasi dibacakan, dikibarkanlah sang Saka Merah Putih oleh
Suhud dan Latief Hendradiningrat dan secara spontan peserta menyanyikan lagu
Indonesia Raya sehingga sampai sekarang setiap pengibaran bendera dalam
upacara bendera selalu diiringi dengan lagu kebangsaan Indonesia, Indonesia Raya.

Proklamasi Kemerdekaan bagi bangsa Indonesia memiliki makna dari berbagai


aspek yaitu :
1. Aspek Hukum, Proklamasi merupakan keputusan politik tertinggi bangsa
Indonesia untuk menghapuskan hukum kolonial dan diganti dengan hukum nasional 
2. Aspek Historis, Proklamasi merupakan akhir sejarah penjajahan di Indonesia
sekaligus menjadi awal Indonesia sebagai negara merdeka yang bebas dari
penjajahan bangsa lain 
3. Aspek Sosiologis, Proklamasi memberikan rasa bebas dan merdeka dari
belenggu penjajahan
4. Aspek Kultural, Proklamasi membangun peradaban baru dari bangsa yang
digolongkan pribumi (masa penjajahan Belanda) menjadi bangsa yang mengakui
persamaan harkat, derajat, dan martabat manusia 
5. Aspek Politis, Proklamasi menyatakan bahwa bangsa Indonesia sebagai bangsa
yang berdaulat dan mempunyai kedudukan sejajar dengan bangsa lain di dunia 
6. Aspek Spiritual, Proklamasi merupakan berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa
yang meridhai perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah. Kemerdekaan
Indonesia tidak lepas dari doa seluruh rakyat Indonesia kepada Yang Maha Kuasa
untuk segera terlepas dari penjajahan

Susunan daerah NKRI pembagiannya terdiri dari daerah besar, daerah-daerah


istimewa, dan daerah-daerah kecil desa atau sebutan lain (nagari, dusun, marga,
huta, kuria, gampong, meunasah). Pembagian susunan daerah itu tidak membuat
negara Indonesia terpecah-pecah, akan tetapi tetap dalam satu ikatan, yaitu negara
Indonesia.

Terdapat lima daerah di Indonesia yang menyandang status otonomi khusus atau
istimewa, yaitu : Pemerintahan Aceh, Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, Daerah
Istimewa (DI) Yogyakarta, Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Pasal 18, 18A, dan 18B UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan
bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara kesatuan dengan sistem
pemerintahan daerah yang berasaskan desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas
pembantuan. 

MPR menyatakan ada 7 prinsip yang menjadi paradigma dan arah politik yang
mendasari pasal-pasal 18, 18A, dan 18B, yaitu :
1. Prinsip daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan
2. Prinsip menjalankan otonomi seluas-luasnya
3. Prinisp kekhususan dan keragaman daerah
4. Prinsip mengakui dan menghormati kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-
hak tradisionalnya
5. Prinisip mengakui dan menghormati pemerintahan daerah yang bersifat khusus dan
istimewa
6. Prinsip badan perwakilan dipilih langsung dalam suatu pemilihan umum
7. Prinsip hubungan pusat dan daerah dilaksanakan secara selaras dan adil
Seluruh daerah di Indonesia memiliki peranan penting dalam perjuangan merebut
dan mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Demikian juga dalam mengisi kemerdekaan untuk mewujudkan cita-cita nasional
dan tujuan negara saat ini.
Kesadaran akan arti penting daerah dalam perjuangan kemerdekaan memiliki
makna bagi pelaksanaan otonomi daerah yang bertanggung jawab dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah yaitu daerah otonom harus berperan
nyata dalam mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarkat melalui pelayanan
publik, pemberdayaan, partisipasi masyarakat, dan peningkatan daya saing daerah
dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, dan kekhasan
suatu dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Peran Daerah dalam Kerangka NKRI :


1. Mempertahankan bentuk dan keutuhan NKRI sebagaimana ketentuan pasal 37 ayat
(5) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi, ”Khusus mengenai
bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan perubahan”
2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam bidang kesehatan, pendidikan, dan
pendapatan masyarakat
3. Memajukan bangsa melalui inovasi dan kreativitas aparatur sipil negara di daerah
4. Melaksanakan pembangunan nasional untuk meningkatkan pemerataan pendapatan
masyarakat, kesempatan kerja, lapangan berusaha, kesempatan dan kualitas
pelayanan publik, dan daya saing daerah
5. Mengembangkan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang
demokratis

Peran daerah dalam perjuangan berdirinya NKRI :


1. Perjuangan melawan penjajah oleh daerah memiliki arah tujuan yang sama, yaitu
kemerdekaan Indonesia
2. Tokoh pejuang daerah merupakan tokoh pejuang bangsa Indonesia
3. Persatuan dan kesatuan telah terbukti menjadi kekuatan bagi bangsa Indonesia
dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan
4. Bangsa Indonesia telah sepakat membentuk negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagai pilihan yang tepat
5. Mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan
golongan
6. Sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara
Sikap etnosentrisme, yaitu sikap yang menganggap budaya daerah lebih tinggi dan
menganggap budaya daerah lain lebih rendah, harus dihindari dalam masyarakat
Indonesia

KLS 8

Bab 1 Memahami Kedudukan dan Fungsi Pancasila

Istilah Pancasila dikenal sejak abad XIV, terdapat dalam buku Nagarakertagama
karangan Prapanca dan buku Sutasoma karangan Tantular. berasal dari bahasa
Sansakerta yaitu panca (lima) dan sila (sendi, asas), berarti batu sendi yang lima,
juga berarti pelaksanaan kesusilaan yang lima (Pancasila krama).
Pancasila memiliki dua pengertian, yaitu berbatu sendi yang lima dan
pelaksanaan kesusilaan yang lima, yaitu:
1. Dilarang melakukan kekerasan
2. Dilarang mencuri
3. Dilarang berjiwa dengki
4. Dilarang berbohong
5. Dilarang mabuk/minuman keras

Pengertian Pancasila sebagai dasar negara dinyatakan secara jelas dalam


Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi ”…maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang
Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Indonesia
yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada…”

Rumusan Pancasila yang terdapat dalam alinea keempat Pembukaan UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 secara yuridis-konstitusional sah, berlaku, dan
mengikat seluruh lembaga negara, lembaga masyarakat, dan setiap warga negara,
tanpa kecuali.

Dasar Negara merupakan landasan dan fondasi negara.  Dasar negara dijadikan
pedoman dan arah dalam gerak langkah penyelenggaraan pemerintahan negara.
Para pendiri negara Indonesia sudah mengatakan bahwa bangsa Indonesia
membutuhkan sebuah dasar bagi penyelenggaraan negara. Sehingga, dasar negara
disebut juga ideologi negara.

Ideologi adalah cita-cita, keyakinan, dan kepercayaan yang dijunjung tinggi oleh
suatu bangsa dan dijadikan pedoman hidup dan pandangan hidup dalam seluruh
gerak aktivitas bangsa tersebut.

Pancasila sebagai pandangan hidup disebut juga way of life, pedoman hidup, atau
petunjuk hidup. Pandangan hidup adalah prinsip/asas yang mendasari jawaban
terhadap pertanyaan “untuk apa seseorang itu hidup?” sehingga, dalam pandangan
hidup bangsa terkandung konsepsi mengenai kehidupan yang dicita–citakan, pikiran
terdalam dan gagasan mengenai kehidupan yang baik.

Fungsi dan peranan Pancasila sebagai:


1. Jiwa Bangsa Indonesia
2. Kepribadian Bangsa Indonesia
3. Sumber dari Segala Sumber Hukum
4. Perjanjian Luhur
5. Cita-Cita dan Tujuan Bangsa Indonesia
6. Satu-Satunya Asas dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
7. Pancasila sebagai Moral Pembangunan

Nilai–Nilai Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup :


 Sila pertama : pengakuan atas keberadaan Tuhan sebagai pencipta alam semesta
beserta isinya
 Sila kedua : mengakui kedudukan manusia yang sederajat dan sama, mempunyai
hak dan kewajiban yang sama
 Sila ketiga : perwujudan dari paham kebangsaan yang mengatasi paham
perseorangan, golongan, suku bangsa, dan mendahulukan persatuan dan kesatuan
bangsa sehingga tidak terpecah-belah
 Sila keempat : sendi utama demokrasi di Indonesia berdasar atas asas musyawarah
dan asas kekeluargaan
 Sila kelima : salah satu tujuan negara yang hendak mewujudkan tata masyarakat
Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

Butir-butir pengamalan sila pertama :


 Menyatakan kepercayaan dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa
 Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab
 Mengembangkan sikap saling menghormati dan bekerja sama antara pemeluk
agama penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa
 Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa
 Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa
 Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing
 Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
kepada orang lain

Butir-butir pengamalan sila kedua :


 Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa
 Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia,
tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin,
kedudukan sosial, warna kulit, dan sebagainya
 Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia
 Mengembangkan sikap saling tenggang rasa
 Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain
 Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan
 Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan
 Berani membela kebenaran dan keadilan
 Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia
 Mengembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain

Butir-butir pengamalan sila  ketiga :


 Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan
negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan
 Rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa
 Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa
 Mengembangkan rasa bangga berbangsa dan bertanah air Indonesia
 Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial
 Mengembangkan persatuan dan kesatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal
Ika
 Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa

Butir-butir pengamalan sila keempat :


 Sebagai warga negara dan masyarakat, setiap manusia mempunyai kedudukan,
hak, dan kewajiban yang sama
 Tidak boleh memaksakan kehendak orang lain
 Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama
 Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan
 Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah
 Iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan
musyawarah
 Dalam musyawarah, diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi
dan golongan
 Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur
 Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai
kebenaran dan keadilan, mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan
bersama
 Percya kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan

Butir-butir pengamalan sila kelima :


 Mengembangkan perbuatan luhur, mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan
dan kegotongroyongan
 Mengembangkan sikap adil terhadap sesama
 Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban
 Menghormati hak orang lain
 Suka menolong orang lain
 Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan orang
lain

Pancasila berfungsi sebagai dasar negara. Hal ini mengandung maksud bahwa
Pancasila digunakan sebagai dasar untuk mengatur penyelenggaraan
ketatanegaraan negara, yang meliputi bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial
budaya, dan pertahanan keamanan.

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dipergunakan sebagai petunjuk


dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia, baik dari segi sikap maupun
perilaku masyarakat Indonesia haruslah selalu dijiwai oleh nilai-nilai luhur Pancasila.
Semua sila dari Pancasila tersebut tidak dapat dilaksanakan secara terpisah-pisah,
karena Pancasila merupakan satu kesatuan yang utuh dan saling berkaitan. Sila-sila
dalam Pancasila merupakan rangkaian kesatuan yang bulat sehingga tidak dapat
dipisah-pisahkan satu sama lain atau tidak dapat dibagi-bagi atau diperas.
Upaya mempertahankan Pancasila dapat dilakukan dengan melaksanakan nilai-nilai
Pancasila oleh setiap warga negara Indonesia dalam kehidupan sehari-hari di
manapun berada.

Bab 2 Menumbuhkan Kesadaran terhadap UUD Negara Republik Indonesia Tahun


1945
Undang-Undang Dasar merupakan hukum dasar yang tertulis, sumber hukum bagi
peraturan perundang-undangan, dan merupakan hukum tertinggi dalam tata urutan
peraturan perundang-undangan di Indonesia.

Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan uraian


terperinci dari Proklamasi Kemerdekaan. Pembukaan merupakan pokok kaidah
negara yang fundamental, memuat prinsip-prinsip negara seperti tujuan negara,
bentuk negara, dan dasar negara.

Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memiliki nilai universal dan
lestari. Universal mengandung arti bahwa diterima oleh bangsa-bangsa beradab di
dunia. Lestari adalah mampu menampung dinamika masyarakat dan akan tetap
menjadi landasan perjuangan bangsa.

Sistematika UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 : 


1. Pembukaan : Terdiri dari atas 4 Alinea
2. Pasal-Pasal : 
 Sebelum diubah 16 bab, berubah menjadi 21 bab
 Sebelum diubah terdiri atas 37 pasal, berubah menjadi 73 pasal
 Sebelum diubah terdiri atas 49 ayat, berubah menjadi 170 ayat
 Sebelum diubah terdiri dari atas 4 pasal Aturan Peralihan, berubah menjadi 3 pasal
Aturan Peralihan
 2 ayat Aturan Tambahan berubah menjadi 2 pasal aturan tambahan
 Berikut teks Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 : 
Makna alinea Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 : 
1. Alinea pertama mengandung makna dalil objektif, yaitu alasan bangsa Indonesia
untuk berjuang memperoleh dan mempertahankan kemerdekaan, agar Penjajah
tidak bertindak sewenang-wenang terhadap bangsa dan manusia lain. 
Dalil subjektif, yaitu aspirasi bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari
penjajahan. Perjuangan ini didorong oleh penderitaan rakyat Indonesia selama
penjajahan dan kesadaran akan hak sebagai bangsa untuk merdeka

2. Alinea kedua menunjukkan kebanggaan dan penghargaan atas perjuangan bangsa


Indonesia selama merebut kemerdekaan, Ini berarti kesadaran bahwa kemerdekaan
dan keadaan sekarang tidak dapat dipisahkan dari keadaan sebelumnya.

3. Alinea ketiga mengandung makna pengukuhan makna dari proklamasi yang luhur,
didorong dari motivasi spiritual yang luhur, merupakan perwujudan sikap dan
keyakinan bangsa Indonesia terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 

4. Alinea keempat mengandung makna : 


 Tujuan negara yang akan diwujudkan oleh pemerintah negara, yaitu melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial.
 Ketentuan diadakannya Undang-Undang Dasar
 Bentuk negara, yaitu bentuk republik yang berkedaulatan rakyat 
 Dasar negara, yaitu Pancasila
Kemerdekaan yang diraih harus mampu mengantarkan rakyat Indonesia menuju cita-
cita nasional, yaitu negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.
Merdeka berarti negara terbebas dari penjajahan bangsa lain. ”Bersatu” berarti
bangsa Indonesia bersatu dalam negara kesatuan bukan bentuk negara lain. 

”Berdaulat” berarti sebagai negara, Indonesia sederajat dengan negara lain, bebas
menentukan arah dan kebijakan bangsa, tanpa campur tangan penjajah. ”Adil”
berarti negara Indonesia menegakkan keadilan bagi warga negaranya. ”Makmur”
berarti negara mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan bagi warga negaranya.  

UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terdiri atas Pembukaan dan pasal-
pasal. Pembukaan berkedudukan lebih tinggi daripada pasal-pasal karena
Pembukaan merupakan pokok kaidah negara yang fundamental (staats-
fundamentalnorm) bagi negara Republik Indonesia. 

Sebagai pokok kaidah negara yang fundamental, syarat Pembukaan :


1. Berdasar sejarah terjadinya, bahwa Pembukaan ditentukan oleh pem bentuk negara.
PPKI yang menetapkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah mewakili
bangsa Indonesia
2. Berdasarkan isinya, bahwa Pembukaan memuat asas falsafah negara (Pancasila),
asas politik negara (kedaulatan rakyat), dan tujuan negara
3. Pembukaan menetapkan adanya suatu UUD Negara Republik Indonesia
Pokok kaidah fundamental yang terdapat dalam Pembukaan UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yaitu : Pokok-pokok pikiran yang diciptakan dan diwujudkan
dalam pasal-pasal, Pengakuan kemerdekaan hak segala bangsa, Cita-cita nasional,
Pernyataan kemerdekaan, Tujuan negara, Kedaulatan rakyat dan Dasar negara
Pancasila.

Makna yang terkandung dalam Pembukaan merupakan amanat dari Proklamasi


Kemerdekaan. Oleh karena itu, alasan berdirinya Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang diproklamasikan 17 Agustus 1945 dapat dipahami dengan cara
mengkaji Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Bangsa Indonesia bertekad untuk tidak mengubah Pembukaan UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Karena mengubah Pembukaan UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 sama seperti membubarkan Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang diproklamasikan 17 Agustus 1945.

Hal-hal yang menjadi alasan sehingga suatu negara memiliki UUD : 


1. Kehendak warga negara yang bersangkutan agar terjamin haknya, bertujuan untuk
mengatasi tindakan-tindakan para penguasa 
2. Kehendak penguasa negara dan atau rakyatnya untuk menjamin agar terdapat
sistem tertentu atas pemerintah negaranya
3. Kehendak pembentuk negara baru agar terdapat kepastian tentang cara
penyelenggaraan ketatanegaraannya
4. Kehendak dari beberapa negara yang mulanya berdiri sendiri, untuk menjalin kerja
sama

Konstitusi dikatakan fleksibel (luwes) dan rigid (kaku) dapat ditinjau dari sudut
pandang : Dilihat dari cara mengubah Undang-Undang Dasar dan Mudah tidaknya
mengikuti perkembangan zaman.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memiliki sifat : 


1. Tertulis, rumusannya jelas, mengikat pemerintah sebagai penyelenggara negara,
mengikat bagi setiap warga negara
2. Singkat dan supel, memuat aturan-aturan yang sesuai dengan perkembangan
zaman, memuat hak-hak asasi manusia
3. Memuat norma-norma, aturan-aturan, dan ketentuan-ketentuan
4. Merupakan peraturan hukum positif yang tertinggi 

UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi sebagai : 


1. Alat Kontrol, untuk mengontrol apakah aturan hukum yang lebih rendah sesuai atau
tidak dengan norma hukum yang lebih tinggi, yaitu UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945
2. Pengatur, untuk mengatur bagaimana kekuasaan negara disusun, dibagi dan
dilaksanakan
3. Penentu, untuk menentukan hak dan kewajiban negara, aparat negara, dan warga
negara

Sistematika UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebelum perubahan


(amandemen) yaitu : 
1. Pembukaan, terdiri atas 4 alinea
2. Batang Tubuh, terdiri atas 16 bab, 37 pasal, 4 pasal aturan peralihan, 2 ayat aturan
tambahan
3. Penjelasan, terdiri atas penjelasan umum dan pasal demi pasal
Sistematika setelah perubahan (amandemen) UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yaitu : 
1. Pembukaan, terdiri atas 4 alinea
2. Pasal-pasal, terdiri atas 21 bab, 73 pasal, 3 pasal aturan peralihan, 2 ayat aturan
tambahan

Dalam melakukan perubahan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, ada 5
kesepakatan dasar yaitu : 
1. Tidak mengubah Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945
2. Tetap mempertahankan NKRI
3. Mempertegas sistem pemerintahan pre sidensial
4. Penjelasan memuat hal-hal normatif akan dimasukkan ke dalam pasal-pasal (batang
tubuh)
5. Melakukan perubahan dengan cara adendum

Memaknai Peraturan Perundang – undangan

Negara Indonesia adalah negara hukum sebagaimana dinyatakan dalam UUD


Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 1 ayat (3). ”Negara Indonesia adalah
negara hukum.” Hukum memiliki 2 bentuk yaitu tertulis dan tidak tertulis. 

Tata urutan peraturan perundang-undangan di Indonesia diatur dalam UU Nomor 12


Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang – undangan.

Peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma


hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga
negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam
peraturan perundang undangan.

Prinsip yang berlaku dalam hukum, yaitu :


1. Dasar peraturan perundang-undangan selalu berkaitan dengan peraturan
perundang-undangan
2. Hanya peraturan  perundang-undangan  tertentu  yang dapat dijadikan landasan
yuridis
3. Peraturan perundang-undangan yang berlaku hanya dapat dihapus, dicabut, atau
diubah oleh peraturan perundang-undangan yang sederajat atau lebih tinggi
4. Peraturan perundang-undangan yang baru mengesampingkan peraturan
perundang-undangan yang lama
5. Peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi mengesampingkan peraturan
perundang-undangan yang lebih rendah
6. Peraturan  perundang-undangan  yang  bersifat  khusus  mengesampingkan
peraturan perundang-undangan yang bersifat umum
7. Setiap jenis peraturan perundang-undangan memiliki materi yang berbeda

Jenis dan tata urutan peraturan perundang-undangan yaitu :


1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
3. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
4. Peraturan Pemerintah
5. Peraturan Presiden
6. Peraturan Daerah Provinsi
7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota

Asas pembentukan peraturan perundang-undangan :


1. Kejelasan tujuan, setiap pembentukan peraturan perundang undangan harus
mempunyai tujuan jelas yang hendak dicapai
2. Kelembagaan/organisasi pembentuk yang tepat, setiap jenis peraturan perundang-
undangan harus dibuat oleh lembaga negara/pejabat pembentuk peraturan
perundang-undangan yang berwenang
3. Kesesuaian jenis, hierarki, dan materi muatan, dalam pembentukan peraturan
perundang-undangan, pembuat harus benar-benar memperhatikan materi muatan
yang tepat sesuai dengan jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan
4. Dapat dilaksanakan, setiap pembentukan peraturan perundang-undangan harus
memperhitungkan efektivitas peraturan perundang-undangan tersebut di dalam
masyarakat, baik secara filosofis, sosiologis, maupun yuridis
5. Kedayagunaan dan kehasilgunaan adalah bahwa setiap peraturan perundang
undangan dibuat karena memang benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam
mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
6. Kejelasan rumusan adalah bahwa setiap peraturan perundang-undangan harus
memenuhi persyaratan teknis penyusunan peraturan perundang-undangan,
sistematika, pilihan kata atau istilah, serta bahasa hukum yang jelas dan mudah
dimengerti sehingga tidak menimbulkan berbagai macam interpretasi dalam
pelaksanaannya
7. Keterbukaan adalah bahwa dalam pembentukan peraturan perundang-undangan
mulai dari perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan/penetapan, dan
pengundangan bersifat transparan dan terbuka. Dengan demikian, seluruh lapisan
masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk memberikan
masukan dalam pembentukan.

Materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan :


 Pengayoman, perlindungan untuk menciptakan ketenteraman masyarakat
 Kemanusiaan, perlindungan dan penghormatan hak asasi manusia serta harkat dan
martabat setiap warga negara dan penduduk Indonesia secara proporsional
 Kebangsaan, sifat dan watak bangsa Indonesia yang majemuk dengan tetap
menjaga prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
 Kekeluargaan, musyawarah untuk mencapai mufakat dalam setiap pengambilan
keputusan
 Kenusantaraan, memperhatikan kepentingan seluruh wilayah Indonesia dan materi
muatan peraturan perundang-undangan yang dibuat di daerah merupakan bagian
dari sistem hukum nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945
 Bhinneka Tunggal Ika, memperhatikan keragaman penduduk, agama, suku, dan
golongan, kondisi khusus daerah serta budaya dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara
 Keadilan, keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara
 Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, tidak boleh memuat hal
yang bersifat membedakan berdasarkan latar belakang, antara lain: agama, suku,
ras, golongan, gender, atau status sosial
 Ketertiban dan kepastian hukum, dapat mewujudkan ketertiban dalam masyarakat
melalui jaminan kepastian hukum
 Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan : keseimbangan, keserasian, dan
keselarasan antara kepentingan individu, masyarakat, serta kepentingan bangsa
dan negara.

Tata cara perubahan UUD ditegaskan dalam pasal 37 UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 :
1. Usul perubahan pasal-pasal diajukan oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah
anggota MPR dan disampaikan secara tertulis yang memuat bagian yang diusulkan
untuk diubah beserta alasannya
2. Sidang MPR untuk mengubah pasal-pasal dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 anggota
MPR
3. Putusan untuk mengubah disetujui oleh sekurang-kurangnya 50% ditambah satu
dari anggota MPR
4. Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat
dilakukan perubahan

Dalam perubahan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ada


kesepakatan dasar, yaitu :
1. Tidak mengubah Pembukaaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2. Tetap mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia
3. Mempertegas sistem pemerintahan presidensial
4. Penjelasan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang memuat hal-hal
bersifat normatif (hukum) akan dimasukkan ke dalam pasal-pasal
5. Melakukan perubahan dengan cara adendum, artinya menambah pasal perubahan
tanpa menghilangkan pasal sebelumnya, bertujuan untuk kepentingan bukti sejarah

Berikut bagan perubahan UUD Negara Republik Indonesia :


Ketetapan MPR adalah putusan majelis yang memiliki kekuatan hukum mengikat ke
dalam dan ke luar majelis. Mengikat ke dalam berarti mengikat kepada seluruh
anggota majelis. Mengikat ke luar berarti setiap warga negara, lembaga masyarakat
dan lembaga negara terikat oleh Ketetapan MPR.

Undang-Undang adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh DPR


dengan persetujuan bersama presiden. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang
Undang adalah peraturan yang ditetapkan oleh presiden dalam hal ihwal
kegentingan yang memaksa. Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti
UndangUndang memiliki kedudukan yang sederajat.
Proses pembuatan undang-undang apabila rancangan diusulkan oleh DPR : 

Proses pembuatan undang-undang apabila diusulkan oleh DPD yaitu :


1. DPD mengajukan usul rancangan undang-undang kepada DPR secara tertulis
2. DPR membahas rancangan undang-undang yang diusulkan oleh DPD melalui alat
kelengkapan DPR
3. DPR mengajukan rancangan undang-undang secara tertulis kepada presiden.
Presiden menugasi menteri terkait untuk membahas rancangan undang-undang
bersama DPR
4. Apabila disetujui bersama oleh DPR dan presiden, selanjutnya rancangan undang-
undang disahkan oleh presiden menjadi undang-undang

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) adalah peraturan


perundang-undangan yang dikeluarkan oleh presiden karena keadaan genting dan
memaksa.

Perppu diatur dalam UUD 1945 pasal 22 ayat (1, 2, dan 3) yang memuat ketentuan :

1. Presiden berhak mengeluarkan Perppu dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa
2. Perppu harus mendapat persetujuan DPR dalam masa persidangan berikutnya
3. Apabila Perppu tidak mendapat persetujuan DPR, maka Perppu harus dicabut
4. Apabila Perppu mendapat persetujuan DPR, Perppu ditetapkan menjadi undang-
undang
Peraturan pemerintah (PP) adalah peraturan perundangan-undangan yang
ditetapkan oleh presiden untuk melaksanakan Undang-Undang. Peraturan Presiden
(Perpres) adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden
untuk menjalankan perintah peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau
dalam menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan.

Peraturan Daerah (Perda) Provinsi adalah peratur an perundang-undangan yang


dibentuk oleh DPRD provinsi dengan persetujuan bersama gubernur.

Kesadaran hukum warga negara dapat diukur dari Pengetahuan hukum,


Pemahaman kaidah-kaidah hukum, Sikap dan norma-norma hukum serta Perilaku
hukum

Bab 4 Semangat Kebangkitan Nasional Tahun 1908


Penjajahan Belanda di Indonesia dimulai sejak didirikannya Vereenigde Oost-Indische
Compagnie (VOC) pada tanggal 20 Maret 1602. Sejak VOC berdiri, penderitaan rakyat
Indonesia terjadi dalam berbagai segi kehidupan.
Di berbagai daerah, VOC melakukan tindakan dengan melaksanakan politik devide et
impera (adu domba), yaitu saling mengadu domba antara kerajan yang satu dan
kerajaan yang lain atau mengadu domba di dalam kerajaan itu sendiri. Politik adu
domba makin melemahkan kerajaan-kerajaan di Indonesia..

Bangsa Indonesia makin menderita ketika Daendels (1808–1811) berkuasa. Upaya


kerja paksa (rodi) guna membangun jalan sepanjang pulau Jawa (Anyer-Panarukan)
untuk kepentingan militer, membuat rakyat makin menderita. Penderitaan berlanjut
karena Belanda kemudian menerapkan Cultuurstelsel (tanam paksa) yang diterapkan
oleh Van Den Bosch. 
Perjuangan melawan penjajah dipimpin ulama atau kaum bangsawan, yaituSultan
Hasanuddin di Sulawesi Selatan, Sultan Ageng Tirtayasa di Banten, Tuanku Imam
Bonjol di Sumatera Barat, Pangeran Diponegoro di Jawa Tengah. Perjuangan rakyat
untuk mengusir penjajah belum berhasil, karena perjuangan bersifat kedaerahan dan
belum terorganisasi secara modern.

Tahun 1908, bangsa Indonesia mulai bangkit. Kebangkitan ini ditandai dengan
berdirinya Boedi Oetomo (Budi Utomo) atas inisiatif dan dorongan Dr. Wahidin
Soedirohoesodo. Berdirinya Budi Utomo mendorong munculannya organisasi –
organisasi pemuda.

Boedi Oetomo (Budi Utomo) didirikan oleh dr. Soetomo pada tanggal 20 Mei 1908.
Pendirian Budi Utomo tidak terlepas dari penggagas atau pendorong lahirnya Boedi
Oetomo yaitu dr. Wahidin Soedirihusodo. Presiden Soekarno pada tanggal 20 Mei
1948 menetapkan hari kelahiran Budi Utomo sebagai Hari Kebangkitan Nasional. 
Program Budi Utomo adalah mengusahakan perbaikan pendidikan dan pengajaran.
Akan tetapi, programnya lebih ber sifat sosial karena saat itu belum di mungkinkan
melaksanakan gerakan yang bersifat politik.

Tahap-tahap pembinaan persatuan bangsa Indonesia yang paling menonjol yaitu : 


1. Perasaan Senasib, muncul karena faktor keterikatan terhadap tempat kelahiran atau
menghadapi suatu masalah tertentu. Dalam kurun sejarah, bangsa Indonesia pernah
menjadi bangsa terjajah. Kondisi ini mendorong perasaan senasib bagi bangsa
Indonesia.
2. Kebangkitan Nasional, adalah pergerakan perjuangan bangsa Indonesia yang mulai
menyadari kondisi dan potensi sebagai suatu bangsa. Kebangkitan nasional
Indonesia dipelopori dengan kelahiran Budi Utomo pada tahun 1908. Ciri dari
kebangkitan nasional adalah perjuangan bangsa Indonesia lebih diwarnai
perjuangan untuk kepentingan nasional bukan hanya kepentingan daerah.
3. Sumpah Pemuda, penegas bagi bangsa Indonesia untuk mewujudkan sebuah negara
yang memiliki identitas dan dicintai rakyatnya.
4. Proklamasi Kemerdekaan, titik puncak perjuangan rakyat Indonesia. 

Ada 10 masalah pada generasi muda/pemuda : 


1. Maraknya tingkat kekerasan di kalangan pemuda
2. Sikap ketidakjujuran semakin membudaya
3. Berkembangnya rasa tidak hormat kepada orang tua, guru, dan pemimpin
4. Sikap rasa curiga dan kebencian satu sama lain
5. Penggunaan bahasa Indonesia semakin memburuk
6. Berkembangnya perilaku menyimpang (narkoba, pornografi, pornoaksi, dsb)
7. Kecenderungan mengadopsi nilai-nilai budaya asing
8. Melemahnya idealisme, patriotisme, dan mengendapnya semangat kebangsaan
9. Meningkatnya sikap pragmatisme dan hedonisme
10. Makin kabur pedoman yang berlaku dan sikap acuh tak acuh terhadap pedoman
ajaran agama
Lemahnya semangat juang dan munculnya berbagai masalah karakter sama seperti
melemahkan cita-cita nasional. Sehingga, Pemerintah mencanangkan Indonesia
Emas 2045. Kalian yang pada saat ini berusia 13–14 tahun pada tahun 2045 berusia
41 atau 42 tahun. Maka, kalianlah yang akan menentukan keberhasilan Indonesia
Emas tersebut.

Nilai-nilai kebangsaan yang terkandung dalam Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945 : 
1. Religius, Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama
dan kepercayaannya masing-masing 
2. Kemanusiaan, Mengakui persamaan derajat, hak, dan kewajiban sesama manusia
3. Produktivitas, Sarana dan prasarana yang mampu mendorong masyarakat untuk
kreatif dan produktif
4. Keseimbangan, Menjalankan hak dan kewajiban sebagai warga negara
yang proporsional, tidak memaksakan kehendak, saling toleransi, tolong-menolong,
rukun, damai, menghormati, perbedaan agama dan kepercayaan, persahabatan,
serta membela dan melindungi yang lemah
5. Demokrasi, Kedaulatan berada di tangan rakyat, berarti setiap warga negara memiliki
kebebasan yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pemerintahan
sehingga dapat terwujud persatuan dan kesatuan Indonesia
6. Kesamaan Derajat, Setiap warga negara memiliki hak, kewajiban, dan kedudukan
yang sama. Hak untuk mendapatkan kehidupan yang layak, mendapatkan
pendidikan dan pelayanan kesehatan, serta aman dari ancaman ketakutan
7. Ketaatan Hukum, Setiap warga negara tanpa pandang bulu wajib menaati setiap
hukum dan peraturan yang berlaku

Pilar utama dalam membangun persatuan dan kesatuan bangsa dalam


bermasyarakat : 
1. Rasa cinta tanah air
2. Jiwa patriot bangsa
3. Tercapainya kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia
4. Pemahaman yang benar atas realitas adanya perbedaan dalam keberagaman
5. Tumbuhnya kebanggaan sebagai bangsa Indonesia
Perjuangan para pemuda dalam mendorong Kebangkitan Nasional 1908 semakin
berarti apabila kita sebagai generasi penerus bangsa mampu menorehkan prestasi
di berbagai bidang. Saat ini, memperingati Kebangkitan Nasional 1908 merupakan
upaya untuk mengingat dan menjadi pendorong agar Indonesia bangkit kembali agar
menjadi lebih maju dan mandiri.

Keunggulan yang dimiliki bangsa Indonesia : 


1. Jumlah dan potensi penduduk cukup besar, menempati urutan keempat di dunia 
2. Semangat Kebangkitan Nasional dan Sumpah Pemuda mendorong bangsa
Indonesia menjadi salah satu negara pertama yang lepas dari penjajahan
3. Memiliki keanekaragaman dalam berbagai aspek kehidupan sosial budaya, seperti
adat istiadat, bahasa, agama, kesenian
4. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika menyatukan bangsa Indonesia sehingga sekalipun
terdapat berbagai keanekaragaman namun prinsipnya kita tetap satu pandangan
5. Memiliki tata krama atau keramahan yang tidak dimiliki oleh bangsa lain sehingga
sangat menarik bangsa-bangsa lain di dunia untuk datang ke Indonesia
6. Letak wilayahnya strategis, yaitu di antara dua benua (Asia dan Australia) dan di
antara dua samudera (Hindia dan Pasifik) menyebabkan Indonesia berada pada
posisi silang dunia sehingga Indonesia menjadi wilayah yang amat ramai dan mudah
disinggahi oleh bangsa lain
7. Keindahan alam Indonesia dengan keanekaragaman flora dan fauna membuat
bangsa Indonesia sering dikunjungi oleh bangsa lain
8. Wilayah darat dan laut Indonesia sangat luas. Hal ini menjadi modal bagi
kesejahteraan bangsa Indonesia
9. Tanahnya subur dan kaya sumber daya alam dengan matahari yang bersinar
sepanjang tahun

Di zaman media sosial sekarang ini, kita seringkali dihadapkan dengan pemberitaan
yang negatif dan menjelekjelekan satu sama lain. Sebagai pelajar, kalian tidak boleh
terpengaruh info yang menyesatkan (hoax). 

Apabila hal negatif terjadi di Indonesia, kita tidak boleh menjelek-jelekan bangsa
sendiri. Apabila prestasi yang diraih, sepatutnya kita bangga dan mensyukurinya
sebagai perwujudan rasa cinta tanah air (nasionalisme). Nasionalisme yang tinggi
membawa kita menjadi bangsa yang lebih baik dengan terus berkarya dan
membangun kebanggaan untuk bangsa dan negeri tercinta Indonesia.

Bab 5 Sumpah Pemuda dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika


Berdirinya Budi Utomo mendorong munculannya organisasi Pemuda, seperti : 
Trikoro Dharmo (TK) : Trikoro Dharmo didirikan oleh R. Satiman Wiryosanjoyo, dkk di
Gedung STOVIA Jakarta tahun 1915; merupakan cikal bakal Jong Java; Trikoro
Dharmo memiliki tiga visi, yaitu : sakti berarti kekuasaan dan kecerdasan, budi berarti
bijaksana, dan bhakti berarti kasih sayang

Jong Sumateranen Bond : Organisasi kepemudaan Persatuan Pemuda-Pelajar


Sumatera; didirikan pada tahun 1917 di Jakarta. Pada Kongres ketiga, Jong
Sumateranen Bond melontarkan pemikiran Moh. Yamin, yaitu anjuran agar penduduk
Nusantara menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar dan bahasa
persatuan

Jong Ambon, Jong Minahasa, Jong Celebes : Jong Ambon didirikan pada tahun
1918. Selanjutnya, antara tahun 1918–1919, berdiri Jong Minahasa dan Jong
Celebes. Salah satu tokoh yang lahir dari persatuan pemuda Minahasa adalah Sam
Ratulangi

Tujuan Trikoro Dharmo : 


1. Mempererat tali persaudaraan antar siswa-siswi Bumi Putra pada sekolah
menengah dan kejuruan
2. Menambah pengetahuan umum bagi anggotanya
3. Membangkitkan dan mempertajam peranan untuk segala bahasa dan budaya
Tahun 1926, Kongres Pemuda I berhasil merumuskan dasar-dasar pemikiran
bersama. Kesepakatan itu meliputi : 
1. Cita-cita Indonesia merdeka menjadi cita-cita semua pemuda 
2. Semua perkumpulan pemuda berdaya upaya menggalang persatuan organisasi
pemuda dalam satu wadah

Kongres Pemuda II, atau dikenal sebagai Kongres Pemuda 28 Oktober 1928,
dilaksanakan dalam tiga sesi di tiga tempat berbeda oleh penggagasnya, organisasi
Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) yang beranggotakan pelajar dari
seluruh wilayah Indonesia.

Kongres Pemuda II dihadiri oleh para wakil organisasi kepemudaan, yaitu Jong Java,
Jong Batak, Jong Celebes, Jong Sumateranen Bond, Jong Islamieten Bond, Jong
Ambon, dan lainnya serta pengamat dari pemuda Tionghoa seperti Kwee Thiam
Hong, John Lauw Tjoan Hok, Oey Kay Siang, dan Tjoi Djien Kwie.

Panitia Kongres Pemuda : 

Sumpah Pemuda adalah suatu pengakuan dari pemuda-pemudi Indonesia yang


mengikrarkan satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa. Sumpah Pemuda
dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928 dalam Kongres Pemuda II di Jakarta.

Sumpah Pemuda merupakan babak baru bagi perjuangan bangsa Indonesia karena
perjuangan yang bersifat lokal kedaerahan berubah menjadi perjuangan yang
bersifat nasional.
Pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting
pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga
puluh) tahun.

Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 bukan hanya menggerakkan para
pemuda untuk meraih kemerdekaan, tetapi juga mempertegas jati diri bangsa
Indonesia sebagai sebuah negara. Sumpah Pemuda telah menjadi jiwa dan
semangat yang terus terpatri dalam hati sanubari para pemuda. 

Kemudian, para pemuda membangun komitmen untuk senasib sepenanggungan


sebagai satu bangsa, satu tanah air yang pertama-tama ditandai dengan
disepakatinya bahasa Indonesia.

Rumusan Sumpah Pemuda ditulis oleh Moehammad Yamin pada selembar kertas
ketika Mr. Sunario, sebagai utusan kepanduan tengah berpidato pada sesi terakhir
kongres. Sumpah tersebut awalnya dibacakan oleh Soegondo dan kemudian
dijelaskan secara panjang lebar oleh Muh. Yamin.

Berikut teks Sumpah Pemuda : 

Terjadinya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 itu sendiri menunjukkan
bahwa pemuda Indonesia memiliki : 
1. Potensi : memiliki potensi untuk melakukan perubahan karena pemuda memiliki
keinginan kuat untuk belajar dan berubah menjadi lebih baik
2. Tanggung Jawab : muncul dari kesadaran, dan pendorong untuk melakukan
perubahan adalah keberanian
3. Hak : Hak itu sendiri diikuti dengan kewajiban. Bahkan tidaklah baik apabila
menuntut hak sedangkan kewajibannya dikesampingkan. Pemuda di tahun 1928
lebih mendahulukan kewajiban berjuang demi bangsa dan negara daripada
menuntut hak pribadinya
4. Karakter : Pemuda yang melakukan perubahan adalah pemuda yang memiliki
karakter berani, menyukai tantangan, kreatif, pekerja keras, dan inovatif
5. Aktualisasi Diri : ketepatan seseorang di dalam menempatkan dirinya sesuai dengan
kemampuan yang ada di dalam dirinya. Pemuda di tahun 1928 telah mampu
mengaktualisasikan dirinya dengan baik
6. Cita-Cita : Cita-citalah yang akan melangkah seseorang meraih masa depan yang
lebih baik. Pemuda akan memiliki cita-cita yang tinggi karena memang pemuda
hidup di dunia gagasan. Jangan takut bermimpi. Takutlah kalau tidak punya mimpi

Nilai-nilai dalam Sumpah Pemuda yaitu : 


1. Cinta Bangsa dan Tanah Air
2. Persatuan
3. Sikap Rela Berkorban
4. Mengutamakan Kepentingan Bangsa
5. Dapat Menerima dan Menghargai Perbedaan
6. Semangat Persaudaraan
7. Meningkatkan Semangat Gotong Royong atau Kerja Sama
Partai Nasional Indonesia (PNI) didirikan pada tahun 1927. Digawangi oleh tokoh
besar seperti Ir. Soekarno, Dr. Cipto Mangunkusumo, Ir. Anwari, Sartono SH, Budiarto
SH, dan Dr. Samsi, PNI tumbuh dan berkembang menjadi salah satu partai politik
berpengaruh saat itu. Ir. Soekarno pada pada waktu itu berusia ±26 tahun.

Tahun 1927 PNI membentuk badan koordinasi untuk menggalang kesatuan aksi
melawan penjajahan. Badan tersebut diberi nama Pemufakatan Perhimpunan Politik
Kebangsaan Indonesia (PPPKI). Tahun 1929, PNI melakukan kongres dan
mencetuskan cita-cita sosialisme dan semangat nonkooperasi. Berita ini pun mulai
memicu reaksi dari pemerintahan kolonial Belanda.

Pemerintah Belanda menangkap para pemimpin PNI, yakni Ir. Soekarno, Gatot
Mangkupraja, Maskun, dan Suriadinata. Kemudian, keempat tokoh tersebut
disidangkan di pengadilan Bandung pada tahun 1930. Dalam persidangan itu, Ir.
Soekarno mengajukan pembelaan dengan menyampaikan pidato yang berjudul
Indonesia Menggugat.

Wage Rudolf Supratman : ketika penutupan Kongres Pemuda II di Gedung


Indonesische Clubhuis, WR. Supratman memperdengarkan lagu ciptaannya berjudul
”Indonesia” melalui gesekan biola. Hingga saat ini, lagu ciptaan Supratman berjudul
”Indonesia Raya” menjadi lagu kebangsaan negara Indonesia.
Chairil Anwar adalah : Angkatan ‘45 yang terkenal dengan puisinya yang berjudul
”Aku”. Berkat puisinya itu, ia memiliki julukan ‘Si Binatang Jalang’. Chairil lahir di
Medan, 26 Juli 1922. Ia adalah putra mantan Bupati Indragiri, Riau, dan masih
memiliki ikatan keluarga dengan Perdana Menteri Pertama Indonesia, Sutan Sjahrir.

Wolter Monginsidi : Banyak perlawanan terhadap penjajah dipimpin olehnya. Tanggal


28 Februari 1947, ia ditangkap oleh bala tentara Belanda di Sekolah SMP Nasional
Makassar, kemudian dipenjara, dan kakinya dirantai. Tanggal 17 Oktober 1948,
bersama Abdullah Hadade, HM Yoseph, dan Lewang Daeng Matari, Wolter berhasil
melarikan diri dari penjara melalui cerobong asap dapur.

I Gusti Ngurah Rai : tertarik dengan militer sejak kecil, bergabung dengan HIS
Denpasar, melanjutkan MULO di Malang, kemudian bergabung dengan sekolah kader
militer, Prayodha Bali, Gianyar. Pada 1940, Ngurah Rai dilantik sebagai Letnan II yang
kemudian melanjutkan pendidikan di Corps Opleiding Voor Reserve Officieren (CORO),
Magelang dan pendidikan Artileri, Malang.

Simbol-simbol negara : 
a. Bendera Negara : Merah Putih

b. Bahasa : Indonesia

c. Lambang Negara : Garuda Pancasila

d. Lagu Kebangsaan : Indonesia Raya

Bab 6 Memperkuat Komitmen Kebangsaan

Sejarah Indonesia meliputi suatu rentang waktu yang sangat panjang dimulai sejak
zaman Prasejarah berdasarkan penemuan ”Manusia Jawa”. Secara geologi, wilayah
Nusantara merupakan pertemuan antara tiga lempeng benua, yaitu Lempeng
Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik.

Para cendekiawan India telah menulis tentang Dwipantara atau kerajaan Hindu
Jawa Dwipa di pulau Jawa dan Sumatera sekitar 200 SM. Bukti fisik awal yang
menyebutkan mengenai adanya dua kerajaan bercorak Hinduisme pada abad ke-5,
yaitu Kerajaan Tarumanagara yang menguasai Jawa Barat dan Kerajaan Kutai di
pesisir Sungai Mahakam, Kalimantan.
Kejayaan Sriwijaya dan Majapahit merupakan sejarah awal pengenalan wilayah
kepulauan Nusantara yang merupakan tanah air bangsa Indonesia. Sebutan
nusantara diberikan oleh seorang pujangga pada masa Kerajaan Majapahit,
kemudian pada masa penjajahan Belanda, sebutan ini diubah oleh pemerintah
Belanda menjadi Hindia Belanda.

Dalam buku Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara (2012) dijelaskan
bahwa Indonesia berasal dari Bahasa Latin indus dan nesos yang berarti India dan
pulau-pulau. Indonesia merupakan sebutan yang diberikan untuk pulau-pulau yang
ada di Samudra India.
Tahun 1900, nama Indonesia menjadi lebih umum di kalangan akademik di luar
Belanda, dan golongan nasionalis Indonesia menggunakan nama Indonesia untuk
ekspresi politiknya. Adolf Bastian dari Universitas Berlin memopulerkan nama
Indonesia melalui bukunya Indonesien oder die inseln des malayischen arcipels
(1884-1894).

Sarjana bahasa Indonesia pertama yang menggunakan nama Indonesia adalah


Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara) ketika ia mendirikan kantor berita di
Belanda dengan nama Indonesisch Pers-Bureau di tahun 1913.

Kerajaan Majapahit merupakan cikal bakal negara Indonesia. Sumpah Palapa yang
dinyatakan Gajah Mada merupakan bukti semangat yang kuat untuk menggapai
cita-cita Kerajaan Majapahit untuk mempersatukan Nusantara. Semangat berarti
tekad dan dorongan hati yang kuat untuk menggapai keinginan atau hasrat tertentu. 

Kerajaan Sriwijaya, Majapahit dan Mataram menunjukkan kejayaan yang dimiliki


wilayah Nusantara. Pada waktu itu, sejarah mencatat bahwa wilayah Nusantara
berhasil dipersatukan dan mengalami kemakmuran yang dirasakan seluruh rakyat.
Berikut Peta Kerajaan Majapahit : 
Komitmen adalah sikap dan perilaku yang ditandai oleh rasa memiliki, memberikan
perhatian, serta melakukan usaha untuk mewujudkan harapan dan cita-cita dengan
sungguh-sungguh. Seseorang yang memiliki komitmen terhadap bangsa adalah
orang yang akan mendahulukan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan pribadi dan golongan.

Para pendiri negara merupakan contoh yang baik dari orang-orang yang memiliki
semangat yang kuat dalam membuat perubahan, yaitu perubahan dari negara
terjajah menjadi negara yang merdeka dan sejajar dengan negaranegara lain di
dunia. Salah satu pendiri negara memiliki semangat untuk memperbaiki kehidupan
yang lebih baik bagi diri, bangsa, dan negara.

Tantangan menjaga keutuhan dan kejayaan bangsa seperti malas, korupsi,


pemberontakan, krisis ekonomi merupakan tantangan dari dalam dan harus dihadapi
oleh semua masyarakat. Penjajahan secara fisik saat ini kemungkinan kecil terjadi,
tetapi ancaman dari luar (nonfisik) seperti gaya hidup, datangnya ajaran yang tidak
sesuai dengan Pancasila sangat mungkin terjadi.

Ir. Soekarno : Perjuangannya didasarkan semangat dan komitmen akan


kemerdekaan Indonesia. Untuk meraih kemerdekaan, pergerakan perjuangan harus
terorganisasi. Ir. Soekarno pernah dipenjara di Banceuy, dipenjara di Sukamiskin
selama 8 bulan, diasingkan di Flores, dibuang ke Bengkulu dan dibebaskan tahun
1942. 

Setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, perjuangannya belum berakhir.


Tahun 1948, setelah Agresi Militer Belanda II, Soekarno kembali diasingkan ke
Parapat, Sumatera Utara, kemudian dipindahkan ke Bukit Manumbing, Bangka. 

Penjara, dibuang, dan hidup dalam penderitaan tidak membuat semangat dan tekad
Soekarno untuk kemerdekaan dan kejayaan bangsa Indonesia surut. Komitmen
untuk hidup berjuang menciptakan perubahan yang lebih baik sudah seharusnya
ada dalam diri semua bangsa Indonesia. Penderitaan anggaplah sebagai sebuah
tantangan untuk menjadi lebih baik.

Drs. Moh. Hatta : Pengetahuan politiknya berkembang dengan cepat saat Hatta
sering menghadiri berbagai ceramah dan pertemuan-pertemuan politik. Secara
berkelanjutan, Hatta melanjutkan kiprahnya terjun di dunia politik. Di Perhimpunan
Indonesia, Hatta mulai meniti karier di jenjang politiknya sebagai bendahara pada
tahun 1922 dan menjadi ketua pada tahun 1925. 

Saat terpilih menjadi Ketua PI, Hatta mengumandangkan pidato inagurasi yang
berjudul ”Struktur Ekonomi Dunia dan Pertentangan Kekuasaan”. Pernah dipenjara
dan diasingkan. Karena perjuangannya bagi Republik Indonesia sangat besar, Hatta
mendapatkan anugerah tanda kehormatan tertinggi ”Bintang Republik Indonesia
Kelas I” yang diberikan oleh Presiden Soeharto.
Gambaran tentang nilai-nilai 45 yang berkembang pada setiap zamannya,
diadakan periodisasi :
1. Periode I (Masa sebelum Pergerakan Nasional)
Nusantara dimiliki oleh kerajaan yang merdeka dan berdaulat. Kehidupan dalam
kerajaan juga diisi oleh kerukunan dan kedamaian antara pemeluk agama, baik
Hindu, Buddha, Islam, Katolik, Kristen, Konghucu dan Penganut Kepercayaan.
Sudah mulai timbul jiwa, semangat, dan nilai-nilai kejuangan. 

2. Periode II (Masa Pergerakan Nasional)


Perlawanan di Nusantara yang bersifat kedaerahan dilakukan Sultan Hasanuddin
(1633-1636), Kapitan Pattimura (1817), Pangeran Diponegoro (1825-1830), dsb.
Namun, perlawanan bersifat lokal dan tidak ada koordinasi sehingga mudah
dipatahkan oleh Belanda. 

Dalam masa pergerakan nasional jiwa merdeka makin menggelora. Timbullah jiwa,
semangat, nilai kejuangan, nilai harkat dan martabat manusia, semangat
kepahlawanan, kesadaran antipenjajah, kesadaran persatuan dan kesatuan
perjuangan. 

3. Periode III (Masa Proklamasi dan Perang Kemerdekaan)


Pada 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya.
Lahirnya NKRI tidak diterima pihak Belanda. Belanda ingin menjajah kembali.
Mulailah bangsa Indonesia melakukan perjuangan dalam segala bidang. 

Bangsa Indonesia mencintai perdamaian tetapi lebih mencintai kemerdekaan. Oleh


karenanya, bangsa Indonesia berjuang dengan mengangkat senjata, berjuang
dalam bidang politik dan melakukan diplomasi. 

4. Periode IV (Masa Perjuangan Mengisi Kemerdekaan)


Perjuangan ditujukan mencapai tujuan akhir nasional seperti yang tercantum dalam
UUD 1945. Jiwa, semangat, dan nilai-nilai kejuangan yang berkembang sebelumnya
tetap lestari, yaitu nilai-nilai dasar yang terdapat dalam Pancasila, Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Jiwa dan Semangat 45 terdiri dari :


1. Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Jiwa dan semangat merdeka
3. Nasionalisme
4. Patriotisme
5. Rasa harga diri sebagai bangsa yang merdeka
6. Pantang mundur dan tidak kenal menyerah
7. Persatuan dan kesatuan
8. Antipenjajah dan penjajahan
9. Percaya kepada diri sendiri dan atau percaya kepada kekuatan dan kemampuan
sendiri
10. Percaya kepada hari depan yang gemilang dari bangsanya
11. Idealisme kejuangan yang tinggi
12. Berani, rela, dan ikhlas berkorban untuk tanah air, bangsa dan negara
13. Kepahlawanan
14. Sepi ing pamrih rame ing gawe
15. Kesetiakawanan, senasib sepenanggungan dan kebersamaan
16. Disiplin yang tinggi
17. Ulet dan tabah menghadapi segala macam ancaman, tantangan, hambatan dan
gangguan
Bentuk negara kesatuan bagi Indonesia sudah dianggap final. Bagaimana bentuk
kesatuan Indonesia, dapat diawali dengan pemahaman bahwa walaupun bangsa
Indonesia terdiri atas berbagai suku, bangsa Indonesia adalah satu kesatuan.
Kesatuan dapat dipandang dari 4 segi, yaitu politik, pertahanan keamanan, ekonomi,
dan sosial budaya.

Untuk menjaga keutuhan NKRI, diperlukan sikap :


1. Cinta Tanah Air
2. Membina Persatuan dan Kesatuan
3. Rela Berkorban
4. Pengetahuan Budaya dalam Mempertahankan NKRI
5. Sikap dan Perilaku Menjaga Kesatuan NKRI

Anda mungkin juga menyukai