Anda di halaman 1dari 13

1

JPDSH
Jurnal Pendidikan Dasar Dan Sosial Humaniora
Vol.1, No.1 Nopember 2021

PENGGUNAAN GAYA BAHASA DALAM MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMK


NEGERI 1 PADANG GELUGUR KABUPATEN PASAMAN MENGGUNAKAN
METODE OUTDOOR LEARNING
TAHUN AJARAN 2020/2021

NPenulis
1
Rosnida Sari
2
Olyvia Mustyka
3
Abdul Istiqlal
E-mail: rosnidasari882@gmail.com1

Article History: Abstract: Adapun Tujuan dari Penelitian ini


Received:
adalah untuk mendeskripsikan penggunaan gaya
Revised:
Accepted: bahasa yang di gunakan oleh Siswa Kelas X SMK
Negeri 1 Padang Gelugur Kabupaten Pasaman Dalam
Keywords: The utilization menulis Cerpen menggunakan metode Outdoor
of Language Style, writing Learning. Latar belakang Penulis tertarik untuk
short story, utilizing
Outdoor Learning Method. meneliti penggunaan gaya bahasa dalam menulis
cerpen siswa kelas X SMK Negeri 1 Padang Gelugur
Kabupaten Pasaman menggunakan metode Outdoor
Learning, karena gaya bahasa menjadikan sebuah
cerita menjadi lebih menarik bagi pembacanya, setiap
penulis cerpen mempunyai ciri masing-masing dalam
penggunaan atau pemakaian gaya bahasa sehingga,
cerpen memilki gaya penyampaian yang berbeda-
beda. Begitu juga dengan SMK yang hanya terfokus
pada praktek dan kejuruan masing-masing, jadi
penulis tertarik meneliti gaya bahasa apa saja yang
digunakan siswa kelas X SMK Negeri 1 Padang
Gelugur dalam menulis cerpen. Metode penelitian
yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif
untuk menguji hipotesis yang hanya bersifat pasti,
tetapi semata-mata menggambarkan suatu verba,
gejala atau kondisi, penelitian ini dilakukan untuk

……………………………………………………………………………………………………………………………………..
https://bajangjournal.com/index.php/JPDSH
2
JPDSH
Jurnal Pendidikan Dasar Dan Sosial Humaniora
Vol.1, No.1, Nopember 2021

mengetahui penggunaan gaya bahasa dalam gaya


penulisan cerpen Siswa Kelas X SMK Negeri 1
Padang Gelugur Kabupaten Pasaman. Populasi
penelitian adalah seluruh Siswa Kelas X SMK Negeri
1 Padang Gelugur Tahun ajaran 2020/2021. Sesuai
dengan masalah yang diteliti, maka sampelnya 20%
dibandingkkan anggota populasi. Sehingga
ditentukan secara tingkat akademik dari yang paling
tinggi, menengah, dan yang paling rendah. Sehingga
didapatkan sampel cerita pendek sebanyak 33 buah
dari seluruh Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Padang
Gelugur. Kata Kunci: Penggunaan Gaya Bahasa,
Menulis Cerpen, Menggunakan Metode Outdoor
Learning.
As for the purpose of this study it would be
to describe yhe use of figure of speech used by Xth
grade students at SMK N I Padang Gelugur,
Kabupaten Pasaman by using Outdoor Learning. The
background of this research was the researcher
interested to analyze the utilization of language style
in writing short story of Xth grade students at SMK
N I Padang Gelugur, Kabupaten Pasaman by using
Outdoor Learning . Language style made a story
more interesting for readers. Every writer of short
story had own characteristics of the utilization of
language style so that, short story had different
delivering style. At SMK, It was only focused on
practice and every vacation. Therefore, the
researcher was interested to analyze about what kind
of language style that utilized by students of Xth

……………………………………………………………………………………………………………………………………..
https://bajangjournal.com/index.php/JPDSH
3
JPDSH
Jurnal Pendidikan Dasar Dan Sosial Humaniora
Vol.1, No.1 Nopember 2021

grade at SMK N I Padang Gelugur in writing short


story. The method of this research was qualitative
descriptive research to test hypothesis that it had
inevitable characteristic. However it described a
verb, sign or condition. This research was carried out
to know the utilization of language style in writing
short story of Xth grade students at SMK N I
Padang Gelugur, Kabupaten Pasaman. The
population of this research was all students of SMKN
I Padang Gelugur Xth grade 2020/ 2021 academic
year. Based on the problem that was analyzed, the
sample 20% compared to population member, so that
it was determined academic level from highest,
middle, and lowest. It was obtained the sample of
short story was 33 items from all students of of Xth
grade students at SMK N I Padang Gelugur,
Kabupaten Pasaman. By analyzing the data, it was
obtained the result of Xth grade students SMKN I
Padang Gelugur in utilzing language style.

PENDAHULUAN
Menulis merupakan kemampuan berbahasa tingkat tinggi, sebab penulis yang baik adalah
pembaca yang baik. Di samping itu, orang yang mampu menulis adalah orang yang
mempunyai keterampilan dalam menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat
aspek tersebut saling berkaitan dan wujud dari keterkaitan keterampilan itu dapat dilihat
dari tulisan seseorang. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa secara tidak
langsung, karena menulis merupakan penyampaian informasi tidak secara tatap muka
dengan orang lain, tetapi hanya melalui tulisan.
Menulis merupakan wadah dalam penyampaian gagasan, ide-ide yang ada dalam pikiran
dan perasaan untuk tujuan tertentu. Dan menulis merupakan suatu jenis komunikasi
melalui media tertulis (Written Communiction) setiap yang dapat merekam, meyakinkan,
melaporkan dan memberitahukan sesuatu kepada orang lain serta dapat pula
mempengaruhinya. Menulis menuntut pengalaman, waktu, kesempatan, pelatihan,
keterampilan-keterampilan khusus, dan pengajaran langsung menjadi seorang penulis.
Menuntut gagasan-gagasan yang tersusun secara logis, diekspresikan dengan jelas, dan
ditata secara menarik. Selanjutnya menuntut penelitian yang terperinci, observasi yang

……………………………………………………………………………………………………………………………………..
https://bajangjournal.com/index.php/JPDSH
4
JPDSH
Jurnal Pendidikan Dasar Dan Sosial Humaniora
Vol.1, No.1, Nopember 2021

seksama, pembedaan yang tepat dalam pemilihan judul, bentuk dan gaya.
Salah satu aspek keterampilan menulis yang dikembangkan dikalangan siswa dalam belajar
bahasa Indonesia adalah keterampilan menulis cerpen. Siswa diharapkan mampu menulis
cerpen seperti yang diharapkan Kurikulum Tiga Belas( Kurtilas) bidang studi pendidikan
bahasa dan sastra Indonesia yang diharapkan kurikulum tersebut, dalam SK.3.0)
Keterampilan menulis cerpen. Kompetensi Dasar (KD) Siswa diharapakan untuk ( 3.1)
Membuat cerpen (3.2) Menentukan unsur intrinsik dan ekstrinsik. (3.3) Serta gaya bahasa
yang digunakan dalam membuat cerpen tersebut.
Cerita pendek sebagai salah satu bentuk karya sastra merupakan suatu alat untuk
mengungkapkan kenyataan yang di temukan dalam masyarakat secara ringkas, padat, dan
utuh. Karya sastra khususnya cerpen, lahir oleh keinginan dasar, manusia untuk
mengungkapkan diri, unuk menaruh minat pada dunia realitas tempat hidupnya dan pada
dunia angan-angan yang dihayalkan sebagai dunia nyata. Di dalamya di tampilkan
gambaran kehidupan, sedangkan kehidupan itu sendiri adalah kenyataan sosial yang
mencakup hubungan antar masyarakat dan antar peristiwa yang terjadi dalam batin
seseorang.
Cerpen merupakan tulisan kreatif, bertolak belakang dengan tulisan ilmiah dalam
pemaparannya. Dalam Cerpen, segala sesuatu (informasi) dijelaskan dengan aksi,
sedangkan dalam tulisan ilmiah dijelaskan dengan istilah-istilah argumentasi, dan
kausalitas bedasarkan rujukan. Jadi, pembinaan dan pengembangan keterampilan dalam
menulis cerpen, baik di tingkat pendidikan dasar, menengah, maupun perguruan tinggi,
merupakan salah satu strategi untuk mengembangkan kreatif siswa.
Disamping kemampuan kreatif, kemampuan dan daya estetis pun secara langsung dapat di
kembangkan melalui pengajaran (Pembinaan Dan Pengembangan) keterampilan dalam
menulis cerpen. Sebuah cerpen merupakan kesatuan antar unsur struktur (bentuk)
maupun isi. Unsur bentuk mencakup penokohan, latar, gaya bahasa alur dan sudut
pandang, sedangkan unsur mencakup tema dan amanat. Meskipun kedua unsur utama
dalam cerpen itu dapat di analisis secara terpisah, namun dalam perwujudannya bersifat
padu. Unsur struktur akan mempengaruhi isi, sebaliknya unsur isi pun akan mempengaruhi
struktur.
Gaya bahasa adalah cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan dalam bentuk
tulisan, pemakaian ragam tertentu untuk ragam tertentu untuk memperoleh sesuatu.
Pentingnya gaya bahasa dalam menulis cerpen merupakan cara yang diperoleh penulis
untuk menyatakan individualis, ide, gagasan, dan pikiran dalam menggunakan bahasa
sebagai sarana, sehingga menimbulkan kesan tertentu pada pembaca. Gaya bahasa
merupakan hal yang sangat penting dalam karya sastra (cerpen). Indah atau tidaknya karya
sastra (cerpen) ditentukan oleh gaya bahasa.
Dalam pembelajaran menulis cerpen pada siswa SMK, guru menerapkan pembelajaran
Outdoor Learning yang pendekatannya memanfaatkan lingkungan. Metode outdoor
Learning menurut komaruddin (Husamah 2013) adalah aktivitas luar sekolah yang berisi
kegiatan di luar kelas atau di luar sekolah dan di alam bebas lainnya, seperti bermain di
lingkungan sekolah, taman, perkampungan pertanian atau nelayan, dan berkemah. Bentuk
karya sastra ini tidak hanya di gemari oleh pengarang yang mengutamakan kandungan
pikirannya, tetapi juga di sukai oleh pembaca dari berbagai kalangan, mulai dari anak-anak,
remaja, sampai orang dewasa.
……………………………………………………………………………………………………………………………………..
https://bajangjournal.com/index.php/JPDSH
5
JPDSH
Jurnal Pendidikan Dasar Dan Sosial Humaniora
Vol.1, No.1 Nopember 2021

Permasalahan yang berkaitan dengan aspek kebahasaan pada umumnya berkaitan dengan
permasalahan kekayaan kosa kata, diksi, permasalahan yang paling banyak di keluhkan
siswa adalah permasalahan diksi atau penggunaan kata yang mampu mewadahi ide,
gagasan, maupun ekspresi yang ingin di tuangkan.
Penulis tertarik untuk meneliti penggunaan gaya bahasa dalam menulis cerpen siswa kelas
X SMK Negeri 1 Padang Gelugur Kabupaten Pasaman menggunakan metode Outdoor
Learning, karena gaya bahasa menjadikan sebuah cerita menjadi lebih menarik bagi
pembacanya, setiap penulis cerpen mempunyai ciri masing-masing dalam penggunaan atau
pemakaian gaya bahasa sehingga, cerpen memilki gaya penyampaian yang berbeda-beda.
Begitu juga dengan SMK yang hanya terfokus pada praktek dan kejuruan masing-masing,
jadi penulis tertarik meneliti gaya bahasa apa saja yang digunakan siswa kelas X SMK
Negeri 1 Padang Gelugur dalam menulis cerpen.

LANDASAN TEORI

Hakikat Menulis
Menulis merupakan kemampuan berbahasa tingkat tinggi, sebab penulis yang baik
adalah pembaca yang baik. Disamping itu, orang yang mampu menulis adalah orang yang
mempunyai keterampilan dalam menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat
aspek tersebut saling berkaitan dan keterkaitan keterampilan itu dapat dilihat dari tulisan
seseorang.
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis
pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang produktif dan eksprestif dan menurunkan
atau melukiskan lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan
gambaran grafik itu (Tarigan2008 : 22).
Menurut Dalman (2012:3) menulis merupakan suatu kegiatan komunikasi berupa
penyampaian pesan (informasi) secara tertulis kepada pihak lain dengan menggunakan
bahasa tulis sebagai alat dan medianya. Disamping itu, menulis juga merupakan sebuah
proses kreatif menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis dan tujuan, misalnya
memberitahu, meyakinkan, atau menghibur. Hasil dari proses kreatif ini biasanya disebut
dengan istilah karangan atau tulisan.

Tujuan Menulis
Menurut Guntur Tarigan (2008:23-24) tujuan menulis adalah mendapat respon atau
jawaban yang diharapkan oleh penulis, agar diperoleh dari pembaca. Penulis
mengharapkan pembaca mendapatkan jawaban dan respon, karena tujuan menulis
berguna agar pembaca dapat memahami maksud dan tujuan penulis, baik itu dari segi isi
yang disampaikan penulis sehingga pembaca memperoleh pengetahuan, apakah tujuan
penulis logis atau tidak logis oleh dalam menulis. Oleh sebab itu penulis mengharapkan
respon ataupun kritikan dari pembaca, selagi ada kesalahan dan penyampaian maksud, dan
tujuan penulis, agar berguna bagi penulis untuk menyempurnakan tulisan di masa yang
akan datang.

Hakikat Cerpen

……………………………………………………………………………………………………………………………………..
https://bajangjournal.com/index.php/JPDSH
6
JPDSH
Jurnal Pendidikan Dasar Dan Sosial Humaniora
Vol.1, No.1, Nopember 2021

Cerita pendek merupakan cerita yang memiliki teks cerita yang pendek. Tetapi,
mengandung emosi yang mendalam pada setiap karakter tokoh dalam sebuah cerita yang
mampu membuat para pembacanya tersentuh. Cerita pendek atau yang lebih populer
dengan akronim cerpen, merupakan salah satu jenis fiksi yang paling banyak di tulis orang.
Hampir setiap media massa yang terbit di Indonesia menyajikan cerpen setiap minggu.
Disamping itu, cerpen juga banyak di baca oleh berbagai kalangan pembaca. Cerpen banyak
ditulis, dibaca, bahkan di jadikan perlombaan. Cerpen yang baik akan di muat di media
cetak dan juga penulis cerpen tersebut akan memperoleh kompensasi berupa sejumlah
uang. Oleh sebab itu tidak mengherankan jika banyak penulis cerpen bermunculan.
Menurut Paryati (2008:263) menyatakan cerpen atau singkatan dari cerita pendek,
merupakan cerita yang berisi gagasan, pikiran, pengalaman kepada pembacanya. Cerpen
biasanya ditulis secara bebas (prosa) dan merupakan karya rekaan (fiksi) dari
pengarangnya. Dengan cerita orang masuk ke dalam pengalaman orang lainnya di media
massa. Dengan masuk ke pengalaman orang lain, pembaca dibawa ke seluk beluk perasaan
yang beragam, pemikiran-pemikiran baru yang penting, pengetahuan yang unik serta sikap
hidup yang mungkin bisa menyegarkan.
Menurut Nurgiantoro (2007:89) mengungkapkan cerpen adalah cerita yang selesai dibaca
dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam, suatu hal yang
kiranya yang tak mungkin dilakukan untuk sebuah novel.
Menurut Priyatni (2010:127) Mengungkapkan bahwa cerpen adalah cerita yang
panjangnya 17 halaman kuarto spasi rangkap, isinya padat, lengkap, memiliki kesatuan, dan
mengandung efek kesatuan yang mendalam.

Ciri-ciri Cerpen
Berdasarkan beberapa pengertian cerpen di atas menurut Wicaksono (2017: 55)
dapat mencirikan cerpen adalah sebagai berikut.
1. Jalan ceritanya lebih pendek dari novel.
2. Sebuah cerpen memiliki jumlah kata yang tidak lebih dari 10.000 (10 ribu)
kata.
3. Biasanya isi cerita cerpen berasal dari kehidupan sehari-hari.
4. Tidak menggambarkan semua kisah para tokohnya, hal ini karena dalam
cerpen yang digambarkan hanyalah inti sarinya saja.
5. Tokoh dalam cerpen digambarkan mengalami masalah atau suatu konflik
hingga pada tahap penyelesaiannya.
6. Pemakaian kata yang sederhana serta ekonomis dan mudah dikenal pembaca.
7. Kesan yang ditinggalkan dari cerpen tersebut sangat mendalam sehingga
pembaca dapat ikut merasakan kisah dari cerita tersebut.
8. Biasanya hanya 1 kejadian saja yang diceritakan.
9. Memiliki alur cerita tunggal dan lurus.
10. Penokohan pada cerpen sangatlah sederhana, tidak mendalam serta singkat.

Unsur-unsur Pembangun Cerpen


Cerpen tersusun atas unsur-unsur pembagun cerita yang saling berkaitan erat antara
……………………………………………………………………………………………………………………………………..
https://bajangjournal.com/index.php/JPDSH
7
JPDSH
Jurnal Pendidikan Dasar Dan Sosial Humaniora
Vol.1, No.1 Nopember 2021

satu dengan yang lainnya. Keterkaitan antara unsur-unsur pembangun tersebut


membentuk totalitas amat menetukan keindahan dan keberhasilan cerpen sebagai suatu
bentuk ciptaan sastra. Unsur-unsur dalam cerpen terdiri atas unsur intrinsik dan unsur
ekstrinsik:
1. Unsur Intrinsik Cerpen
Unsur intrinsik merupakan unsur pembangunan karya sastra yang berasal dari
dalam karya itu sendiri, menurut Nurgiantoro (2015:23). Unsur-unsur inilah yang
menyebabkan karya sastra hadir sebagai sastra. Unsur Intrinsik sebuah cerpen
adalah unsur yang secara langsung ikut sera membangun cerita.
Menurut priyanti(2010:108) unsur intrinsik adalah unsur-unsur pembangun karya
sastra yang dapat ditemukan dalam teks karya sastra itu sendiri, untuk memahami,
menginterpretasi, dan menganalisis teks cerpen alangkah memahami kaidah dan
konvensi estetik yang terdapat dalam teks tersebut.
2. Unsur Ekstrinsik Cerpen
Unsur ekstrinsik cerpen merupakan sebuah unsur yang membentuk cerpen dari
luar, berbeda dengan unsur intrinsik cerpen yang membentuk cerpen dari dalam.
Unsur ekstrinsik cerpen tidak terlepas dari keadaan masyarakat saat dimana cerpen
tersebut dibuat oleh pengarang. Unsur ini sangat memiliki banyak sekali pengaruh
terhadap penyajian amanat ataupun latar belakang dari cerpen tersebut.
Nurgiantoro (2015:23).

Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran dan perasaan batin yang hidup
melalui bahasa yang khas dalam bertutur untuk memperoleh efek-efek tertentu sehingga
apa yang dinyatakan menjadi jelas dan mendapat arti yang pas. Gaya bahasa ini bersifat
individu dan dapat juga bersifat kelompok. Gaya bahasa yang bersifat individu disebut
idiolek, sedangkan yang bersifat kelompok (masyarakat) disebut dialek. Gaya bahasa
memungkinkan kita dapat menilai pribadi, watak, dan watak, dan kemampuan seseorang
ataupun masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut.
Menurut Keraf (2010:112-113) Gaya merupakan pemanfaatan kekayaan bahasa,
pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri
sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik
secara lisan maupun tertulis. Gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal dalam retorika
dengan istilah style. Gaya bahasa atau style menjadi masalah atau bagian dari diksi atau
pilihan kata yang mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian kata, frasa atau klausa
tertentu untuk menghadapi situasi tertentu. Persoalan itu, persoalan gaya bahasa meliputi
semua hirarki kebahasaan: pilihan kata secara individual, frasa, klausa dan kalimat, bahkan
meliputi sebuah wacana secara keseluruhan. Jangkauan gaya bahasa sebenarnya sangat
luas, tidak hanya meliputi unsur-unsur kalimat yang mengandung corak-corak tertentu,
seperti yang umum terdapat dalam retorika-retorika klasik.
Menurut Tarigan (2009:4) gaya bahasa merupakan bentuk retorik, yaitu penggunaan kata-
kata dalam berbicara dan menulis untuk meyakinkan atau mempengaruhi penyimak dan
pembaca.
Jenis–jenis Gaya Bahasa
Pembagian jenis-jenis gaya bahasa menurut para ahli memiliki kemiripan antara ahli

……………………………………………………………………………………………………………………………………..
https://bajangjournal.com/index.php/JPDSH
8
JPDSH
Jurnal Pendidikan Dasar Dan Sosial Humaniora
Vol.1, No.1, Nopember 2021

bahasa yang satu dengan yang lainnya. Keraf (2010:115) membedakan antara gaya bahasa
secara nonbahasa dan secara bahasa. Dilihat dari sudut pandang bahasa, gaya bahasa dapat
dibedakan berdasarkan titik tolak unsur bahasa yang digunakan, yaitu gaya bahasa, pilihan
kata, nada yang terkandung dalam wacana, struktur kalimat, dan langsung tidaknya makna.

Metode Outdoor Learning


Pendidik mempunyai tugas utama yaitu mengajar. Mengajar disini dapat dikatakan
secara umum adalah suatu kegiatan mentrasfer ilmu pengetahuan kepada orang lain. Dalam
proses belajar mengajar ini guru dapat menggunakan model, metode atau strategi dalam
pembelajarannya yang disini pendidik sudah sangat paham. Terdapat berbagai macam
metode, model dan srategi yang dapat diterapkan oleh pendidik. Metode pembelajaran itu
sendiri adalah cara yang diterapkan oleh pendidik atau guru untuk menyampaikan materi
pembelajaran dan dapat mencapai tujuan yang di inginkan. Pembelajaran pun tidak harus
berada dalam lingkup ruang kelas semata. Kejenuhan akan di alami peserta didik saat
peserta didik merasa penat dengan materi dan cara megajar guru yang sama di setiap
harinya. Digunakan untuk membantu proses belajar mengajar.
Proses pembelajaran bisa terjadi dimana saja, didalam atau diluar kelas, bahkan diluar
sekolah. Proses pembelajaran yang dilakukan di luar kelas atau di luar sekolah, memiliki
arti yang sangat penting untuk perkembangan siswa, karena proses pembelajaran yang
demikian dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa, dan pengalama langsung
memungkinkan materi pelajaran akan semakin konkret dan nyata yang berarti proses
pembelajaran akan lebih bermakna. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah
Metode Outdoor Learning yang pendekatannya memanfaatkan lingkungan.
Metode Outdoor Learning menurut komarudin dalam (Husamah 2013:19) adalah aktivitas
luar sekolah yang berisi kegiatan di luar kelas atau di luar sekolah dan di alam bebas
lainnya, seperti bermain di lingkungan sekolah, taman, perkampungan pertanian atau
nelayan, berkemah dan kegiatan yang bersifat berpetualangan serta pengembangan aspek
yang pengetahuan yang relevan. Dengan demikian metode pembelajaran di luar kelas atau
di alam bebas dapat dilakukan memanfaatkan keadaan lingkungan sekolah, sumber belajar
lebih kaya sebab lingkungan yang dapat dipelajari beraneka ragam.
Menurut Rustam Dan Santoso (2015), Outdoor Learning adalah metode dimana guru
mengajak peserta didik belajar di luar kelas untuk melihat peristiwa langsung dilapangan
dengan tujuan untuk mengakrabkan peserta didik dengan lingkungannya.
Menurut Bartlet (Husamah 2013:20) mengungkapkan model pembelajaran luar kelas
(Outdoor Learning) adalah suatu proses pembelajaran yang dilakukan diluar ruangan atau
luar kelas.

METODE PENELITIAN

……………………………………………………………………………………………………………………………………..
https://bajangjournal.com/index.php/JPDSH
9
JPDSH
Jurnal Pendidikan Dasar Dan Sosial Humaniora
Vol.1, No.1 Nopember 2021

Penelitian yang dilaksanakan di SMK Negeri 1 padang Gelugur Kabupaten Pasaman Tahun
Ajaran 2020/2021. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Dengan tujuan
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya prilaku,
tindakan, dan lain-lain dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa. Di
dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis dan menginterpretasikan
kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi. Menurut Moleong, (2012:11) “Metode deskriptif,
yaitu metode dimana data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka”.
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X SMK Negeri 1 Padang Gelugur. Tahun ajaran
2020/2021 yang terdiri dari 5 kelas
Tabel. 1 banyak Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Padang Gelugur
No Kelas Jumlah Siswa
1 X.OTKP 1 30
2 X.OTKP 2 30
3 X.TBSM 1 36
4 X.TBSM 2 37
5 X. TKRO 32
Jumlah 165

Sesuai dengan Populasi yang ada siswa Kelas X SMK Negeri 1 Padang Gelugur Kabupaten
Pasaman sebanyak 165 siswa. Maka penulis membatasi sampel, yang menjadi sampel
dalam penelitian ini adalah kira-kira 20% dari jumlah anggota populasi. Menurut Arikunto
(1998:120), apabila subjek penelitian yang kurang dari 100 orang lebih baik diambil
semuanya, apabila subjeknya lebih dari 100, maka ambil 10 - 15, 20 – 25 %, atau lebih.
Karena jumlah populasi yang akan dijadikan sampel lebih dari 100 maka perlu dilakukan
penarikan sampel. Teknik yang digunakan adalah Proportional Random Sampling yaitu
pengambilan sampel berdasarkan jumlah proporsi siswa per kelas dengan Rumus ( Jumlah
Sampel × Jumlah Populasi per kelas). (20 % × 165 ) = 33 Siswa.
Tabel. 2 Populasi Dan Sampel
No Kelas Jumlah Sampel 20
Populasi %
1 X.OTKP 1 30 7
2 X.OTKP 2 30 7
3 X.TBSM 1 36 7
4 X.TBSM 2 37 6
5 X. TKRO 32 6
Jumlah 165 33
Data dalam penelitian ini berupa penelitian Penggunaan Gaya Bahasa Dalam Menulis
Cerpen Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Padang Gelugur Tahun Ajaran
2021/2022Menggunakan Metode Outdoor Learning.
Sumber Data tersebut diperoleh dengan cara memberikan tes menulis teks cerpen kepada
siswa tujuan untuk mengetahui Penggunaaan gaya bahasa siswa dalam menulis teks cerpen
dengan menggunakan Metode Outdoor Learning.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes unjuk kerja. Dengan demikian

……………………………………………………………………………………………………………………………………..
https://bajangjournal.com/index.php/JPDSH
10
JPDSH
Jurnal Pendidikan Dasar Dan Sosial Humaniora
Vol.1, No.1, Nopember 2021

penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada objek alamiah
dimana peneliti adalah instrument inti. Tes yang diberikan adalah tes unjuk kerja, yaitu
menulis cerpen dengan menggunakan metode Outdoor Learning.
Sejalan dengan uraian tentang instrument penelitian, pengumpulan data, tahap-tahap
penelitian mencakup (a) mengajak siswa melihat pemandangan di luar kelas, baik di taman,
lingkungan sekolah dan sebagainya (b) memberi tugas menulis cerpen kepada siswa
melalui apa yang dirasakan di luar kelas (c) mengumpulkan semua cerpen karya siswa (d)
memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam tabel pengumpulan data (e)
melakukan penyajian data berdasarkan teori-teori yang menjadi landasan penelitian ini.
Data penelitian ini adalah data verbal yang berupa gaya bahasa dalam cerpen Siswa Kelas X
SMK Negeri 1 Padang Gelugur menggunakan metode Outdoor Learning. Data selanjutnya di
analisis dengan maksud memperoleh deskripsi tentang gaya bahasa dalam cerpen karya
siswa. Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis dengan menggunakan teknik
analisis data.
Data dikelompokkan berdasarkan Nama, Judul cerpen, dan Kode Cerpen yang ada.
Responden diberi Kode dari 01 sampai dengan 33. Karena responden penelitian ini
berjumlah 33 orang. Bentuk tabel tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel. 3 Tabel Pengidentifikasian Data Penelitian


No Nama Kode Cerpen Judul Cerpen
1.

2.

Pengidentifikasian gaya bahasa responden dalam menulis cerpen menggunakan metode


Outdoor Learning digunakan berdasarkan tabel 2 yaitu kode cerpen, bentuk pernyataan,
dan gaya bahasa yang digunakan adalah sebagai berikut :
Tabel. 4 Pengidentifikasi Gaya Bahasa
No Kode Cerpen Judul Cerpen Gaya Bahasa

Hasil penganalisaan data disimpulkan berdasarkan penggunaan gaya bahasa yang


digunakan siswa dalam menulis cerpen. Sehingga dapat dideskripsikan apa adanya tentang
suatu variable, dalam penggunaan gaya bahasa dalam menulis cerpen Kelas X SMK Negeri 1
Padang Gelugur menggunakan metode Outdoor Learning.

HASIL DAN PEMBAHASAN


……………………………………………………………………………………………………………………………………..
https://bajangjournal.com/index.php/JPDSH
11
JPDSH
Jurnal Pendidikan Dasar Dan Sosial Humaniora
Vol.1, No.1 Nopember 2021

Berdasarkan deskripsi data dalam cerpen yang ditulis siswa kelas X SMK Negeri 1 Padang
Gelugur, terdapat 10 gaya bahasa. Gaya bahasa tersebut adalah Gaya bahasa Paradoks, Gaya
bahasa Antitesis, Gaya bahasa Oksimoron, Gaya bahasa Personifikasi, Gaya bahasa
Metafora, Gaya bahasa Litotes, Gaya bahasa Smile, Gaya bahasa Hiperbola, Gaya bahasa
Metonemia, Gaya bahasa Alusi. Berdasarkan data tersebut secara keseluruhan dapat
disimpulkan sebagai berikut:
Tabel. 5 Pengidentifikasian Jenis Gaya Bahasa Dalam Menulis Cerpen Siswa
Kelas X SMK Negeri 1 Padang Gelugur Kabupaten Pasaman Tahun Ajaran 2020/2021
No Jenis Gaya Bahasa Dalam Cerpen Siswa Jumlah
1 Paradoks 13
2 Antitesis 4
3 Oksimoron 3
4 Personifikasi 2
5 Metafora 1
6 Litotes 2
7 Smile 4
8 Hiperbola 15
9 Metonemia 3
10 Alusi 1

Berdasarkan tabel diatas, diperoleh gambaran bahwa penggunaan gaya bahasa dalam
cerpen yang ditulis Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Padang Gelugur adalah Gaya Bahasa
Paradoks terdapat 13, Gaya Bahasa Antitesis terdapat 4, Gaya Bahasa Osimoron terdapat 3,
Gaya Bahasa Personifikasi terdapat 2, Gaya Bahasa Metafora terdapat 1, Gaya Bahasa
Litotes terdapat 2, Gaya Bahasa Smile terdapat 4, Gaya Bahasa Hiperbola terdapat 15, Gaya
Bahasa Metonemia terdapat 1, Gaya Bahasa Alusi terdapat 1.
Gaya Bahasa Pertentangan adalah gaya bahasa yang cara melukiskan hal apapun dengan
mempertentangkan antara hal yang satu dengan yang lain, menyatakan suatu hal yang
sebenarnya dengan istilah yang berlawanan. Sedangkan Gaya Bahasa Perbandingan adalah
gaya bahasa yang dipakai untuk membandingkan sesuatu dengan yang lain. Gaya Bahasa
Penegasan adalah gaya bahasa yang digunakan untuk menyatakan suatu hal secara tegas
guna meningkatkan pemahaman dan kesan bagi para pembaca dan pendengar. Sedangkan
Gaya Bahasa Sindiran adalah gaya bahasa yang ditujukan untuk menyindir pendengar atau
pembacanya, guna mengubah prilaku seseorang. Sesuai dengan deskripsi data dalam
cerpen Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Padang Gelugur, terdapat 10 gaya bahasa dalam cerpen
karya siswa dalam menulis cerpen.
Bersadarkan hasil analisis data, pengunaan gaya bahasa dalam menulis cerpen siswa kelas
X SMK Negeri 1 Padang Gelugur Menggunakan Metode Outdoor Learning secara
keseluruhan sebanyak 48 Gaya Bahasa. Dari 48 Gaya Bahasa, Gaya Bahasa yang paling
banyak digunakan adalah Gaya Bahasa Hiperbola sebanyak 15 kali, Gaya Bahasa Paradoks
terdapat 13 kali, Gaya Bahasa Antitesis terdapat 4 kali, Gaya Bahasa Osimoron terdapat 3
kali, Gaya Bahasa Personifikasi terdapat 2 kali, Gaya Bahasa Metafora terdapat 1 kali, Gaya
Bahasa Litotes terdapat 2 kali, Gaya Bahasa Smile terdapat 4 kali, Gaya Bahasa Hiperbola
terdapat 15 kali, Gaya Bahasa Metonemia terdapat 1 kali, Gaya Bahasa Alusi terdapat 1

……………………………………………………………………………………………………………………………………..
https://bajangjournal.com/index.php/JPDSH
12
JPDSH
Jurnal Pendidikan Dasar Dan Sosial Humaniora
Vol.1, No.1, Nopember 2021

kali dalam cerpen yang ditulis siswa.


Jika dilihat dari psikologis, hal ini disebabkan karena Siswa kelas X SMK Negeri 1 Padang
Gelugur masih dalam usia remaja. Dimana dalam usia tersebut, tingkat emosionalnya tinggi
dan tidak terkendali akibatnya pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Padang Gelugur
mencurahkan atau mengungkapkan ide, gagasan dan perasaan cendrung melebih-lebihkan
dan membesar-besarkan jumlahnya, ukuran atau sifatnya dengan maksud memberikan
tekanan pada suatu kenyataan atau situasi untuk mempertebal, meningkatkan pesan dan
pengaruhnya. Kecendrungan siswa menggunakan gaya bahasa hiperbola dalam menulis
cerpen juga disebabkan karena makna gaya bahasa hiperbola tersebut dekat dengan
kehidupan siswa.
Dengan demikian, penggunaan gaya bahasa dalam menulis cerpen siswa kelas X SMK
Negeri 1 Padang gelugur cendrung gaya bahasa hiperbola. Hal tersebut, menggambarkan
bahwa siswa suka mengada-ngada atau berbohong, karena gaya bahasa hiperbola itu jauh
dari kenyataan. Sedangkan gaya bahasa yang paling sedikit alusi dan metafora minimalnya
nalar siswa sangat rendah dalam penggunaan gaya tersebut.
Dari keseluruhan gaya bahasa yang terdapat dalam cerpen yang ditulis siswa, penggunaan
gaya bahasa yang paling sedikit ditemukan dalam cerpen yang ditulis Siwa Kelas X SMK
Negeri 1 Padang Gelugur adalah penggunaan gaya bahasa Metafora dan Alusi, yang
digunakan hanya 1 kali dalam cerpen siswa tersebut.

KESIMPULAN
Berdasarkan deskripsi data dan hasil pembahasan penelitian didapatkan 2 kesimpulan. Hal-
hal tersebut adalah:
1. Bersadarkan hasil analisis data, pengunaan gaya bahasa dalam menulis cerpen siswa
kelas X SMK Negeri 1 Padang Gelugur Menggunakan Metode Outdoor Learning secara
keseluruhan sebanyak 48 Gaya Bahasa. Dari 48 Gaya Bahasa, Gaya Bahasa yang paling
banyak digunakan adalah Gaya Bahasa Hiperbola Jika dilihat dari psikologis, hal ini
disebabkan karena Siswa kelas X SMK Negeri 1 Padang Gelugur masih dalam usia
remaja. Dimana dalam usia tersebut, tingkat emosionalnya tinggi dan tidak terkendali
akibatnya pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Padang Gelugur mencurahkan atau
mengungkapkan ide, gagasan dan perasaan cendrung melebih-lebihkan dan membesar-
besarkan jumlahnya, ukuran atau sifatnya dengan maksud memberikan tekanan pada
suatu kenyataan atau situasi untuk mempertebal, meningkatkan pesan dan
pengaruhnya. Kecendrungan siswa menggunakan gaya bahasa hiperbola dalam menulis
cerpen juga disebabkan karena makna gaya bahasa hiperbola tersebut dekat dengan
kehidupan siswa.
2. Sedangkan gaya bahasa yang paling sedikit alusi dan metafora minimalnya nalar siswa
sangat rendah dalam penggunaan gaya tersebut, dengan kata lain, siswa masih
cendrung menggunakan gaya bahasa sederhana, mudah dipahami, kurang pembaca
untuk berfikir.

SARAN

……………………………………………………………………………………………………………………………………..
https://bajangjournal.com/index.php/JPDSH
13
JPDSH
Jurnal Pendidikan Dasar Dan Sosial Humaniora
Vol.1, No.1 Nopember 2021

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan hasil penelitian dan disarankan hal-hal sebagai
berikut:
1. Sesuai dengan penelitian, disarankan pada siswa hendaknya lebih giat menulis cerpen
khususnya penggunaan gaya bahasa yang bermacam-macam.
2. Bagi penulis cerpen hendaknya lebih memperhatikan setiap aspek dalam cerpen
terutama dari segi bahasa yang lebi bermacam-macam sehingga cerpen yang diciptakan
bermutu dan bernilai tinggi.

PENGAKUAN/ACKNOWLEDGEMENTS
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Padang Gelugur
Kabupaten Pasaman yang telah member saya izin dan arahan penelitiannya. Kemudian
kepada Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas X yang membantu penulis dalam
melakukan penelitian ini.

DAFTAR REFERENSI
[1] Dalman. 2012. Keterampilan Menulis. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
[2] Depdikbud. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
[3] Depdikbud. 2001. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan(EYD).
Jakarta: Grasindo.
[4] Hasamah. 2013. Pembelajaran Luar Kelas Outdoor Learning. Jakarta: Prestasi Pustaka.
[5] Keraf, Gorys. 2010. Diksi Dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.
[6] Lalanisa, Anteng Rairiati. 2015. Gaya Bahasa Kiasan Dalam Kumpulan Cerpen Juragan Haji
Dan Kelayakannya Di SMA. Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, Dan Pembelajarannya. Lampung.
Universitas Lampung.
[7] Marahimin Ismail. 2009. Menulis Secara Populer. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.
[8] Mastini, dkk.2016. Peningkatan Keterampilan Cerpen Melalui Metode Pembelajaran Berbasis
Pengalaman Melalui Metode Pembelajaran Berbasis Pengalaman Dan Media Audiovisual
Pada Sekolah Menengah Pertama. Jurnal S2 Pendidikan Bahasa Indonesia.Volume 1, Nomor
1, Agustus 2016. Surakarta. FKIP Universitas Sebelas Maret.
[9] Moleong, Lexy. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja.
[10] Oktavia, Leni. 2016. Penggunaan Gaya Bahasa Dalam Menulis Cerpen Siswa Kelas XI
SMA N 1 Canduang Kecamatan Canduang Kabupaten Agam Provinsi Sumatra Barat. Skripsi.
Bukittinggi : Stkip Ahlusunnah Bukittinggi.
[11] Raco, Josef Richard. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Grasindo.
[12] Suparjo. 2016. Kemampuan Siswa Dalam Menulis Cerpen Menggunakan Metode Role
Playing Kelas VII MTSN Bukit Buniah Bukareh Tahun Pelajaran 2015/2016. Skripsi
Bukittinggi: Stkip Ahlusunnah Bukittinggi.
[13] Tarigan, H, G. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa Bandung.

……………………………………………………………………………………………………………………………………..
https://bajangjournal.com/index.php/JPDSH

Anda mungkin juga menyukai