Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM

MASA PEMERINTAHAN KHULAFAUR RASYIDIN


ALI BIN ABI THALIB

Disusun oleh:

KELOMPOK VI
AKBAR
AUFA RAFIQI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


JURUSAN KIMIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Masa Pemerintahan Khulafaur
Rasyidin Ali bin Abi Thalib”.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan saran dan kritik sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran, masukan serta
kritik yang dari beberapa pihak. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi para pendengar sekalian.

Makassar, April 2022

KELOMPOK VI

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………...…..……………………………...i
DAFTAR ISI……...…………….………...………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang……………...……………………………………………..1
Rumusan Masalah…………...…………………………………………….2
Tujuan Makalah……………………………………………………………
2
BAB II PEMBAHASAN
Biografi Ali bin Abi Thalib …………………………………………….
….3
Latar Belakang Terpilinya menjadi Khalifa Keempat……..……………...7
Kontribusi Peradaban Islam Masa Ali bin Abi Thalib……………………..
Faktor Terbunuhnya Ali bin Abi Thalib……………………………………
BAB II PENUTUP
Kesimpulan…………………………………………………………….10
DAFTAR PUSTAKA

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam sebagai agama yang suci dan mulia. Islam mulai berkembang pesat
sejak masa Nabi Muhammad Saw di samping sebagai rasul juga sebagai kepala
pemerintahan dan sekaligus pemimpin masyarakat. pasca meninggalnya Nabi
Muhammad Saw. fungsi sebagai rasulullah jelas tidak dapat digantikan oleh
siapapun, sebab fungsi tersebut mutlak berasal dari Allah SWT. Pasca meninggalnya
Nabi Muhammad Saw secara berturut-turut tampuk pemerintahan kemudian
digantikan oleh empat sahabatnya atau yang lebih sering disebut dengan al-Khulafa’
al-Rasyidun. Masa Khulafaur Rasyidin dimulai sejak tahun 632-661 M. Para khalifah
tersebut yaitu: (1) Abu Bakar tahun 11-13 H/ 632-634 M, (2) Umar bin Khattab tahun
13-23 H/ 634-644 M, (3) Utsman bin Affan tahun 23-35 H/ 644-656 M, dan (4) Ali
bin Abi Thalib tahun 35-40 H/ 656-661 M.1
Ali bin Abi Thalib selaku pengganti Usman Ibn ‘Affan pasca terjadi
pemberontakan yang dilakukan oleh sebagian umat yang tidak puas atas
kepemimpinan Usman Ibn ‘Affan menjadi khalifah keempat. Mekanisme
pengangkatan Ali bin Abi Thalib sama dengan yang lainnya yakni melalui
musyawarah yang dilanjutkan dengan baiat oleh warga negara Madinah.2
Pemilihan Ali bin Abi Thalib dipilih dalam suasana umat Islam sedang dalam
kekacauan dan penuh fitnah sebagai akibat dari terbunuhnya khalifah Usman Bin
Affan. Pemilihanya dilakukan oleh umat Islam Madinah, namun mendapat protes dari
Gubernur Damaskus yaitu Muawiyah bin Abi Sufyan yang kelak mendirikan Klalifah
Bani umayyah. Protes muawiyah tersebut bukan karena tidak setuju dengan diri
pribadi Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah, akan tetapi Muawiyah meminta diusut
terlebih dahulu siapa pembunuh Khalifah Usman bin Affan.
1
Supriyadi, D, Sejarah Peradaban Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2008)
2
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. Bagaimana biografi singkat Ali bin Abi Thalib?
2. Jelaskan latar belakang bagaimana cara Ali bin Abi thalib menjadi Khalifah
keempat?
3. Apa saja kontribusi peradaban Islam pada masa pemerintahan Ali bin Abi
Thalib?
4. Apa faktor penyebab terbunuhnya Ali bin Abi Thalib?
C. Tujuan Makalah
Tujuan pada maklah ini adalah:
1. Untuk mengetahui biografi singkat Ali bin Abi Thalib.
2. Untuk mengetahui latar belakang terpilihnya menjadi khalifah keempat.
3. Untuk mengetahi kontribusi pemerintahan pada masa Ali bin Abi Thalib pada
peradaban islam.
4. Untuk mengetahui faktor penyebab terbunuhnya Ali bin Abi Thalib.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Ali bin Abi Thalib


Ali bin Abi Thalib (Abdul Manaf) bin Abdul Muthalib, di panggil juga
dengan nama Syaibah Al-Hamd bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Kilab bin Luai bin
Ghalib bin Ghalib bin Fahrr bin Malik bin An-Nadr bin Khinanah bin Khuzaimah bin
Mudrika bin Ilyas bin Mudhar bin Nizarbin Maad bin Adnan adalah anak dari pamam
rasulullah SAW.3
Selain nama yang banyak diketahui umat Islam Ali memiliki nama lain yang
patut diketahui. Salah satu gelar itu adalah Abu Turab.Istilah abu dalam bahasa Arab
berarti bapak dan turab berarti tanah. Dengan demikian abu turab berarti bapak
tanah.Karena pemberian Rasulullah Ali merasa senang saja dengan gelar
itu.Pemberian gelar ini mempunyai latar balakang tersendiri. Ketika berkunjung ke
rumah Fathimah, putri beliau, Rasulullah saw bertemu Ali. Karena itu beliau bertanya
kepada putrinya tentang keberadaan Ali.Fathimah pun menjelaskan bahwa telah
terjadi perselisihan antara Fatimah dengan Ali, lalu Ali marah dan pergi
meninggalkan rumah.Oleh sebab itu, Nabi menyuruh seseorang laki-laki yang ada di
rumah itu untuk mencari informasi di mana Ali berada.Setelah informasi diperoleh
orang itu mengabarkan bahwa Ali sedang tidur di mesjid.Kemudian Rasulullah
menjumpai dan benar Ali sedang tidur di mesjid tanpa baju dan tanpa alas sehingga
badannya bertaburan debu.Karena itu Rasulullahmembangunkannya dan memanggil
dengan ucapan “wahai Abu At-Turab”.Semenjak itu Ali mendapat gelar Abu Turab
gelar ini dipakai kemudian dipakai oleh lawan-lawannya dan ini didukung oleh
beberapa Orientalis.Kabarnya orang-orang Syi‟ah disebut orang Turabiyah dan

3
Ali Muhammad Ash-Shalabi, Biografi Ali bin Abi Thalib (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
20212), h.13
pengikut Ali disebut Turabi. Gelar lain yang diperoleh Ali adalah Abu al-Hasan
karena ia memiliki seorang anak yang bernama Hasan.4
B. Latar Belakang Terpilihnya Menjadi Khalifah Keempat
Ali bin Abi Thalib dibai’at di tengah-tengah kondisi kota yang tidak kondusif
dan suasana berkabung atas meninggalnya Utsman bin Affan. Kaum pemberontak
yang telah membunuh Utsman bin Affan dan mendaulat Ali bin Abi Thalib untuk
bersedia dibai’at menjadi khalifah. Atas penolakan yang dilakukan oleh para sahabat
tersebut, para pemberontak dan kaum muslimin justru lebih menginginkan Ali bin
Abi Thalib yang menjadi khalifah, mereka beranggapan bahwa kecuali Ali bin Abi
Thalib tidak ada lagi orang yang patut menduduki kursi kekhalifahan setelah Usman
bin Affan. Sosoknya yang tegas, cerdik, dan sangat bertanggung jawab membuat
kaum muslimin semakin yakin untuk memilih Ali bin Abi Thalib. Atas dasar hal
tersebut mereka memandang wajar jika memilih Ali bin Abi Thalib sebagai
pemimpin mereka. Ali bin Abi Thalib pun berkali-kali didatangi oleh kelompok-
kelompok tersebut untuk bersedia dibai’at menjadi khalifah, namun Ali menolaknya.
Ali bin Abi Thalib menghendaki agar urusan tersebut diselesaikan melalui jalan
musyawarah dan mendapat persetujuan dari sahabat- sahabat senior terkemuka.4
Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi berbagai pergolakan. Tidak
ada masa sedikit pun dalam pemerintahannya yang dapat dikatakan stabil. Setelah
menduduki jabatan khalifah, Ali memecat para gubernur yang diangkat oleh Usman.
Dia yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan terjadi karena keteledoran mereka.
Dia juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan Usman kepada penduduk dengan
menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali sistem
distribusi pajak tahunan di antara orang-orang Islam sebagaimana pernah diterapkan
Umar. Oposisi terhadap Ali secara terang-terangan dimulai dari Aisyah, Thalhah, dan
Zubair. Meskipun mereka mempunyai alasan pribadi sehubungan dengan
penentangan terhadap Ali, mereka menuntut Khalifah menghukum para pembunuh
Usman. Tuntutan yang sama juga diajukan Muawiyah, bahkan ia memanfaatkan
4
Ma’ruf Imam, Biografi Ali bin Abi Thalib (Ponorogo: Sekolah tinggi Agama Islam, 2015)
peristiwa berdarah itu untuk menjatuhkan legalitas kekuasaan Ali, dengan
membangkitkan kemarahan rakyat dan menuduh Ali sebagai orang yang mendalangi
pembunuhan Usman, jika Ali tidak bisa menemukan dan menghukum yang
sesungguhnya.5
Meskipun masa pemerintahan Ali yang selama enam tahun tidak sunyi dari
pergolakan politik, Ali berusaha menciptakan sistem pemerintahan yang bersih,
berwibawa, dan egaliter. Ali mengambil kembali harta yang dibagi-bagikan Usman
kepada pejabat-pejabatnya, Ali juga mengirim surat kepada para gubernur dan pejabat
daerah lainnya untuk bijaksana dan menjalankan tugasnya dan tidak mengecewakan
rakyat. Ali pun menyusun undang-undang perpajakan. Dalam sebuah suratnya, Ali
menegaskan bahwa pajak tidak boleh diambil tanpa memperhatikan pembangunan
rakyat. Begitupun dengan jizyah atau pajak yang di ambil dari kaum non muslim
yang bertempat di pemerintahan islam, khalifah Ali mengambil jizyah dari kaum non
muslim yang bertempat tinggal di kawasan muslim sebagai jaminan keamanan bagi
kaum non muslim, namun jizyah sendiri di ambil dengan bijaksana yakni bagi kaum
non muslim yang tidak memiliki harta yang berlebih, maka jizyah tersebut di ambil
semampunya.6
kaum non muslim membayarnya, namun kebalikan bagi kaum non muslim
yang kaya raya. Kepada pejabat daerah, Ali juga memerintahkan agar aib orang
ditutupi dari pengetahuan orang lain. Untuk keamanan daerah, Ali juga menyebar
mata-mata (intel). Dalam sikap Egalitarian (persamaan derajat pada setiap manusia),
Ali bahkan mencontohkan sosok seorang kepala negara yang berkedudukan sama
dengan rakyat lainnya. Dalam sebuah kasus, Ali berperkara dengan seorang Yahudi
mengenai baju besi. Yahudi tersebut, dengan berbagai argumen dan saksinya,
mengklaim bahwa baju tersebut miliknya. Karena Ali tidak dapat menunjukan bukti-
bukti dalam pembelaannya, maka hakim memutuskan memenangkan dan
mengabulkan tuntutan Yahudi tersebut. Ali ingin mengembalikan citra pemerintahan

5
Munir Samsul, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Amzah, 2009), h. 110
6
Islam sebagaimana pada masa Umar dan Abu Bakar sebelumnya, namun kondisi
masyarakat yang kacau balau dan tidak terkendali lagi menjadikan usaha Ali tidak
banyak berhasil. Umat lebih memperhatikan kelompoknya daripada kesatuan dan
persatuan. Akhirnya peraktis selama pemerintahannya, Ali lebih banyak mengurusi
persoalanpemberontakan di berbagai daerah.
C. Kontribusi Peradaban Islam Pada Masa Ali bin Abi Thalib
a. Memberhentikan Sebagian besar gubernur yang diangkat Utsman bin Affan
Memberhentikan Sebagian besar gubernur yang diangkat pendahulunya
Utsman bin Affan, kemudian menggantinya dengan tokoh-tokoh lain. Pemberhentian
itu bertujuan untuk mengamankan kekhalifahannya.7 Di antara gubernur yang
diberhentikan adalah Ya’la bin Umayyah dan mengangkat sepupunya Ubaidillah bin
Abbas untuk Yaman. Dalam pemberhentian dan pengangkatan ini Ali tidak mendapat
kesulitan karena ketika Ubaidillah tiba di Yaman Ya’la sudah meninggalkan Yaman
dan pergi ke Mekah serta membawa hartanya.8 Kemudian Ali memberhentikan
Abdullah bin Amir al-Hadrami, gubernur Basrah dan menggantinya dengan Utsman
bin Hunaif.
Khalifah Ali bin Abi Thalib mendapat kesulitan Ketika memberhentikan Abu
Musa al-Asy’ari, gubernur Kufah dan menggantinya dengan Umarah bin Syihab.
Ketika mendekati kota itu pendudukk dipimpin oleh Thulaihah bin khuwailid al-
Asadi yang tidak mengarapkan kedatangan Umarah bin Syihab dan memintanya
untuk Kembali ke Madinah. Penduduk Kufah kelihatannya lebih mempertahankan
abu Musa al-Asy’ari. Setelah Umarah Kembali ke Madinah Abu Musa berkirim surat
kepada Ali yang isinya menyatakan sang gubernur bersama rakyatnya membaiat Ali
sebagai khalifah yang baru. Dengan demikian kebijakan Ali mengganti gubernur
Kufah tidak berhasil.
b. Memperbaiki dan membenahi sisitem keuangan Negara

7
Jordac George, Khalifah Terakhir (Jakarta: Zahra Publishing House, 2013)
8
Ali, Audah, Ali bin Abi Thalib, Sampai Kepada Hasan dan Husain, h.203
Khalifah Ali bin Abi Thalib melihat para kerabat Utsman bin Affan
memperoleh berbagai macam sarana dan prasarana pemerintahan. Maka dari itu Ali
bin Abi Thalib bertanggung jawab agar hal tersebut tak terjadi lagi, maka ia menyita
seluruh harta kekayaan para pejabat itu dan disimpan di Baitul Mal. Ali akibat dari
kebijakan tersebut, Ali mendapat pertentangan dan perlawanan dari para mantan
penguasa yang masih kerabat Utsman bin Affan, para mantan pejabat itu berusaha
menghasut rakyat agar menentang dan memberontak terhadap pemerintahan Ali bin
Abi Thalib, dengan adanya Gerakan seperti itu maka terjadilah peperangan sesame
kaum muslimin, peperangan itu dinamakan perang Jamal dan perang Shiffin.
c. Membangun Bidang Infrastruktur Negara
Pada masa Ali bin Abi nThalib menjadi khalifah ia juga memperhatikan
bidang pembangunan, meskipun Sebagian besar pemerinthannya ia fokuskan untuk
membenahi brbagai sistem di dalam pemerintahannya.
Ali bin Abi Thalib membangun kota Kuffa. Pada masa awal didirikanyya kota
Kuffa digunakan sebagai pusat pertahanan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan. Setelah
sekian lama berdiri akhirnya kota Kuffah berkembang sebagai pusat Ilmu Tafsir, Ilmu
Nahwu dan Hadist.
d. Mengembangkan Ilmu Bahasa/ Sastra
Ketika Ali bin Abi Thalib berkuasa, wilayah kekuasannya sudah mencapai
wilayah India. Pada zaman Utsman huruf tulisan Arab seperti hijayyah belum
dilengkapi tanda baca seperti fathah, dhomah, kasroh, siddha atau sukun dll. Akibat
dari kekurang itu banyak terjadi kesalahan dalam membaca teks kitab Al-Quran serta
hadist-hadist. Maka Ali bin Abi Thalib memerintahkan Abu Aswad Ad Duali untuk
mengembangkan pokok-pokok ilmu tentang ilmu Nahwu yang khusus mempelajari
ketatabahasaan bahsa Arab.9
D. Faktor Terbunuhnya Ali bin Abi Thalib

9
Ridhawi Ahmad, Konflik Politik Pada Masa Pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib
(Jakarta, 2014)
Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah setelah terbunuhnya Utsman pada tahun
656 M. Namun, dia menghadapi tentangan dari berbagai faksi termasuk Gubernur
Syam, Muawiyah bin Abu Sufyan. Sebuah perang sipil yang disebut fitnah pertama,
terjadi di Negara Islam awal yang mengakibatkan penggulingan Khalifah Rasyidin
dan berdirinya dinasti Umayyah. Hal ini dimulai ketika Khalifah Utsman bin Affan
dibunuh dan kemudian dilanjutkan melalui pemerintahan Ali bin Abu Thalib selama
empat tahun. Setelah Ali bin Abi Thalib setuju untuk melakukan arbitrase dengan
Muawiyah bin Abu Sufyan pada saat pertempuran Shiffin (657), sebuah
pemberontakan terjadi terhadap Ali yang dilakukan oleh beberapa anggota
tentaranya, yang kemudian dikenal sebagai Khawarij (mereka yang keluar). Mereka
membunuh beberapa pendukung Ali, tetapi mereka dihancurkan oleh pasukan Ali
pada pertempuran Nahrawan pada bulan Juli 658 M.
Abdurrahman bin Muljam bertemu dengan dua orang Khawarij lainnya yaitu
Al-Burak bin Abdillah dan Amru bin Bark at-Tamimi di Mekkah, dan menyimpulkan
bahwa situasi umat Islam pada saat itu disebabkan oleh kesalahan Ali, Muawiyah dan
Amru bin Ash, Gubernur Mesir. Mereka memutuskan untuk membunuh ketiganya
agar menyelesaikan situasi menyedihkan pada masa mereka dan juga membalas
dendam karena teman-temannya yang terbunuh di Nahrawan. Bertujuan membunuh
Ali, Abdurrahman bin Muljam menuju Kufah dimana dia jatuh cinta pada seorang
wanita yang saudara dan ayahnya meninggal di Nahrawan. Wanita tersebut setuju
menikah dengannya jika dia bisa membunuh Ali. Akibatnya, Ali ditikam oleh
Abdurrahman bin Muljam di Masjid Agung Kufah, Ibn Muljam menyabet pedang
beracunnya dan tepat mengenai kepala Ali. Meskipun hanya tergores kecil, tapi
cukup membuat racunnya bekerja dengan cepat. Dua hari kemudian, Ali wafat pada
malam 21 Ramadan 40 Hijriah. Setelah kematian Ali, Abdurrahman bin Muljam
dihukum mati sebagai pembalasan oleh Hasan bin Ali.10

10
Veccia Vaglieri, Laura, Ali bin Abi Thalib (Ensiklopedia Islam: 2016)
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Kesimpulan dari makalah ini adalah Biografi Ali bin Abi Thalib adalah Ali bin
Abi Thalib (Abdul Manaf) bin Abdul Muthalib, di panggil juga dengan nama
Syaibah Al-Hamd bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Kilab bin Luai bin Ghalib bin
Ghalib bin Fahrr bin Malik bin An-Nadr bin Khinanah bin Khuzaimah bin
Mudrika bin Ilyas bin Mudhar bin Nizarbin Maad bin Adnan adalah anak dari
pamam rasulullah SAW.
2. Latar belakang terpilihnya menjadi khalifah keempat adalah Ali bin Abi Thalib
dibai’at di tengah-tengah kondisi kota yang tidak kondusif dan suasana berkabung
atas meninggalnya Utsman bin Affan. Kaum pemberontak yang telah membunuh
Utsman bin Affan dan mendaulat Ali bin Abi Thalib untuk bersedia dibai’at
menjadi khalifah. Atas penolakan yang dilakukan oleh para sahabat tersebut, para
pemberontak dan kaum muslimin justru lebih menginginkan Ali bin Abi Thalib
yang menjadi khalifah, mereka beranggapan bahwa kecuali Ali bin Abi Thalib
tidak ada lagi orang yang patut menduduki kursi kekhalifahan setelah Usman bin
Affan. Sosoknya yang tegas, cerdik, dan sangat bertanggung jawab membuat
kaum muslimin semakin yakin untuk memilih Ali bin Abi Thalib. Atas dasar hal
tersebut mereka memandang wajar jika memilih Ali bin Abi Thalib sebagai
pemimpin mereka. Ali bin Abi Thalib pun berkali-kali didatangi oleh kelompok-
kelompok tersebut untuk bersedia dibai’at menjadi khalifah, namun Ali
menolaknya. Ali bin Abi Thalib menghendaki agar urusan tersebut diselesaikan
melalui jalan musyawarah dan mendapat persetujuan dari sahabat- sahabat senior
terkemuka.4
3. Kontribusi peradaban Islam pada masa Ali bin Abi Thalib adalah
Memberhentikan Sebagian besar gubernur yang diangkat Utsman bin Affan,
Memperbaiki dan membenahi sisitem keuangan Negara, membangun bidang
infrastruktur negara, Mengembangkan Ilmu Bahasa/ Sastra.
4. Faktor terbunuhnya Ali bin Abi Thalib adalah Ali ditikam oleh Abdurrahman bin
Muljam di Masjid Agung Kufah, Ibn Muljam menyabet pedang beracunnya dan
tepat mengenai kepala Ali. Meskipun hanya tergores kecil, tapi cukup membuat
racunnya bekerja dengan cepat. Dua hari kemudian, Ali wafat pada malam 21
Ramadan 40 Hijriah. Setelah kematian Ali, Abdurrahman bin Muljam dihukum
mati sebagai pembalasan oleh Hasan bin Ali.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Audah, Ali bin Abi Thalib, Sampai Kepada Hasan dan Husain, h.203.
Ali Muhammad Ash-Shalabi, Biografi Ali bin Abi Thalib, Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 20212.
Jordac George, Khalifah Terakhir, Jakarta: Zahra Publishing House, 2013.
Ma’ruf Imam, Biografi Ali bin Abi Thalib Ponorogo: Sekolah tinggi Agama
Islam, 2015.
Munir Samsul, Sejarah Peradaban Islam Jakarta: Amzah, 2009.
Ridhawi Ahmad, Konflik Politik Pada Masa Pemerintahan Khalifah Ali bin
Abi Thalib, Jakarta, 2014.
Supriyadi, D, Sejarah Peradaban Islam Bandung: Pustaka Setia, 2008.
Veccia Vaglieri, Laura, Ali bin Abi Thalib, Ensiklopedia Islam: 2016.

Anda mungkin juga menyukai