Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH INDIVIDU

SURAT CEK DAN CONTOH SURAT CEK

Dosen Pengampu:

Nama: Afrikaldi Gazali Putra

NPM: 191010529

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM RIAU


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang mana pada kesempatan ini masih
diberikan-Nya kenikmatan sehat lahir dan batin sehingga pemakalah dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Alternatif Penyelesaian Sengketa”.
Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada nabi tercinta, rasul yang mulia
yaitu Nabi Muhamad Shollallahu ‘alaihi wasallam beserta para keluarga, sahabat
dan kita semua yang mengikuti sunnah dengan benar hingga hari akhir.
Pemakalah sadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan,kekeliruan ataupun kesalahan. Maka dari itu, kritik dan saran yang
sifatnya membangun sangat kami harapkan sebagai perbaikan makalah ini dimasa
mendatang. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
karena keterbatasan wawasan, serta pengetahuan. Oleh karena itu kritik dan saran
dari berbagai pihak sangat kami harapkan demi kemajuan di masa yang akan
datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pemakalah khususnya, dan
bagi pembaca umumnya.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................................
BAB I.........................................................................................................................................
PENDAHULUAN......................................................................................................................
A. Latar Belakang................................................................................................................
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................
C. Tujuan Makalah..............................................................................................................
BAB II........................................................................................................................................
PEMBAHASAN........................................................................................................................
A. Pengertian surat cek........................................................................................................
B. Dasar hukum dan tenggang waktu dari sebuah cek........................................................
C. Syarat formil dan keterangan dari surat cek....................................................................
D. Pihak-pihak yang terlibat dan alur dalam surat cek......................................................
E. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam sebuah cek......................................................
F. Jenis-jenis cek..............................................................................................................
F. Beberapa istilah yang berkaitan dengan cek................................................................
BAB III.....................................................................................................................................
PENUTUP................................................................................................................................
A. Kesimpulan...................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama dekade terakhir ini


merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan, khususnya
dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan
pancasila dan amandemen UUD 1945. Dalam rangka tercapainya
pembangunan nasional tersebut, pemerintah melakukan pembangunan di
segala bidang salah satunya bidang ekonomi dan keuangan. Kemajuan
teknologi yang demikian pesatnya telah memberikan harapan bagi masa
depan manusia yang lebih baik, artinya usaha untuk meningkatkan kualitas
dalam sektor perdagangan. Hal ini terlihat dan terbukti dimana orang-
orang menghendaki segala sesuatu yang menyangkut urusan perdagangan
dapat bersifat praktis, aman serta dapat dipertanggungjawabkan,
khususnya dalam lalu lintas pembayaran. Dengan demikian pelaku bisnis
tidak mutlak lagi menggunakan uang secara langsung sebagai alat
pembayaran, melainkan cukup dengan menerbitkan surat berharga yang
sudah dikenal dalam dunia perniagaan, seperti wesel, surat sanggup, cek
dan bilyet giro. Peranan lembaga-lembaga perbankan tidak bisa lepas dari
dunia perdagangan modern dewasa ini. Sebagai contoh dunia perbankan
bisa dijadikan sarana penunjang dalam perluasan usaha dan membantu
memperlancar lalu lintas pembayaran.

Peranan perbankan Indonesia semakin besar, terbukti dengan


meningkatkan minat masyarakat terutama para pedagang dan pengusaha
menggunakan jasa-jasa bank. Tentunya terkait persoalan dalam
bertransaksi yang lebih baik, aman dan mudah dalam lalu lintas
pembayaran. Untuk mendapatkan pelayanan jasa-jasa bank biasanya

3
seseorang harus menjadi nasabah dahulu, yang tidak lain harus menyetor
dan menyimpan uang pada Bank. Penyimpanan uang di bank yang
pengeluaran dan pemindahbukuan dana pada pihak lain dalam praktek
dinamakan giro. Dalam rekening giro terdapat alat pembayaran yang dapat
digunakan dalam transaksi yaitu cek dan bilyet giro. Hal tersebut sesuai
dengan pasal 1 sub 6. UU no. 10 tahun 1998 tentang Perbankan. Pada
setiap pengeluaran dan penyetoran serta pemindahbukuan dana antar
rekening, maka pihak bank akan mengadakan pembukuan pada setiap
akhir bulan secara periodik dan akan menyampaikan keadaan keuangan
nasabah tersebut. Seseorang atau suatu badan yang membuka sebuah
rekening giro pada bank, setiap saat bisa menyimpan ke dalam dan
menarik kembali dananya dari rekening koran yang dipeliharanya pada
bank yang bersangkutan. Dalam rangka memenuhi kebutuhan nasabah,
selain menyediakan buku formulir cek maka pihak Bank juga memberikan
buku formulir bilyet giro kepada para pemegang rekening.

Hal tersebut dalam dunia usaha di konstatur kebutuhan akan adanya


alat pembayaran giral melalui pemindahbukuan antar bank yang dapat
berlaku beberapa waktu setelah tanggal penarikan (penerbitan). Betapa
praktisnya penggunaan surat berharga yang dirasakan membawa
keuntungan bagi masyarakat selain wesel dan cek sebagai alat pembayaran
tunai secara giral semakin meluas penggunaannya pada dunia perbankan,
sehingga dapat diterima oleh masyarakat. Cek sebagai alat pembayaran
giral lebih disenangi masyarakat karena memperoleh banyak keuntungan
diantaranya:

1. Dapat secara langsung disetorkan ke bank sebagai setoran simpanan


giro baik melalui kliring / tidak;

2. Mudah dan praktis dalam penggunaan dan penyimpanan;

3. Resiko kehilangan lebih kecil (aman);

4
4. Supel karena dapat digunakan alat pembayaran tunai atau dapat
diuangkan;

5. Bisa diterima siapa saja, baik orang yang telah menjadi nasabah Bank
atau pun orang yang bukan nasabah bank

Definisi mengenai surat berharga secara formal tidak diatur dalam


undang-undang, tetapi itu ada dalam pasal 1 sub 10 Undang-undang no. 10
tahun 1998 tentang Perbankan, yang berbunyi: sekuritas kredit atau setiap
derivatifnya, atau kepentingan lain, atau suatu kewajiban dari penerbit,
dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pa. Surat berharga ini
mempunyai sifat yang sama dengan uang yakni sebagai alat pembayaran
pengganti dan bernilai sama dengan uang yang didapat dialihkan atau
dibayarkan pada pihak lain. Oleh karena itu, pembayaran uang secara
nyata. 5 Namun surat berharga dalam bentuk cek telah diatur dalam pasal
178 KUHD yang memuat tentang syarat yuridis penggunaan cek.
Beberapa jenis cek yang terdapat di dalam KUHD, yang paling banyak
digunakan dalam praktek yaitu cek atas tunjuk atau cek atas bawa (aan
toonder), dan ada beberapa jenis cek lainnya. Berdasarkan hal tersebut di
atas, maka penulis mengetengahkan judul : “Surat cek dan Jenis-jenisnya”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka ditemukan beberapa rumusan


masalah mengenai surat berharga, yaitu diantaranya :

1. Pengertian Surat cek


2. Syarat formil dan keterangan dari sebuah cek
3. Pihak-pihak yang terlibat dan alur dalam sebuah cek
4. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam sebuah cek
5. Jenis-jenis Surat cek
6. Beberapa istilah yang berkaitan dengan cek

5
C. Tujuan Makalah

1. Menambah wawasan penulis dan pembaca tentang materi surat cek cek
2. Untuk membedakan antara surat cek dengan yang memiliki harga
lainnya
3. Memenuhi tugas mandiri makalah surat cek

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Surat cek

Penggunaan cek sebagai salah satu media pembayaran transkasi telah


dikenal sejak zaman sebelum perang dunia ke II. Saat itu Indonesia
sebagai negara tujuan perdagangan utama memandang cek sebagai sebuah
alat pembayaran yang paling mudah digunakan. Menurut Keputusan
Presiden nomor 470 tahun 1961 alat pembayaran bisa berupa uang Kartal,
seperti uang logam dan uang kertas, serta uang giral, seperti cek.

Cek merupakan salah satu sarana yang digunakan untuk menarik atau
mengambil uang direkening giro. Fungsi lain dari cek adalah sebagai alat
untuk melakukan pembayaran. Pengertian cek adalah surat perintah tanpa
syarat dari nasabah kepada bank yang memelihara rekening giro nasabah
tersebut, untuk membayar sejumlah uang kepada pihak yang disebutkan di
dalamnya atau kepada pemegang cek tersebut.

7
Cek adalah surat berharga yang memuat kata cek/cheque dalam mana
penerbitannya memerintahkan kepada bank tertentu untuk membayar
sejumlah uang kepada orang yang namanya disebut dalam cek,
penggantinya, pembawanya pada saat ditunjukkan. Cek juga merupakan
surat perintah dari nasabah, dalam hal ini pemilik dana pada rekening giro
(current account), kepada tertarik, dalam hal ini bank, untuk membayar
tanpa syarat sejumlah dana kepada pemegang pada saat diunjukkan, yang
berfungsi sebagai alat pembayaran tunaiDalam pasal 178 KUHD
ditentukan syarat-syarat yang harus dipenuhi bagi suatu cek dan kalau
salah satu syarat dalam pasal, tersebut tidak dipenuhi, maka kertas itu tidak
dapat diperlakukan sebagai cek.

B. Dasar hukum dan tenggang waktu dari sebuah cek

Untuk cek yang diterbitkan dan dibayarkan di Indonesia, harus


diunjukkan dalam tenggang waktu 70 hari, sejak tanggal penerbitannya
(Pasal 206 KUHD) ditambah 6 bulan tenggang waktu sebelum
kadaluwarsa (Pasal 229 KUHD).

Adapun dasar hukum tentang cek adalah :

1. Pasal 178-229d KUHD;


2. SEBI No.8/7/UPPB tertanggal 16 Mei 1975 tentang Cek/Bilyet Giro
Kosong (“SEBI No.8/7/1975”);

8
3. SEBI No.9/72/UPPB tertanggal 10 Januari 1977 tentang Penulisan
Nilai Nominal Cek/Bilyet Giro dalam Angka dan Huruf (“SEBI
No.9/72/1975”);
4. SEBI No.9/16/UPPB tertanggal 31 Mei 1976 tentang Larangan
Menerbitkan Cek/Bilyet Giro dalam Valuta Asing (“SEBI
No.9/16/1976”);
5. SEBI No.5/85/UPPB/PbB tertanggal 11 September 1972 tentang
Pembuatan/Penerbitan Cek/Bilyet Giro dan Alat-alat Lalu Lintas
Pembayaran Giral Lainnya (“SEBI No.5/85/1972”);

C. Syarat formil dan keterangan dari surat cek


Cek harus memenuhi syarat formal sebagai berikut (berdasarkan
Pasal 178 KUHD) : 
1. Nama dan nomor "Cek" harus termuat dalam teks; 
2. Nama bank terkait
3. Perintah bayaran tanpa syarat sejumlah uang tertentu; 
4. Nama pihak yang harus membayar (tertarik); 
5. Jumlah dana dalam angka dan huruf;
6. Penunjukan tempat dimana pembayaran harus dilakukan; 
7. Pernyataan tanggal dan tempat penarikan Cek; 
8. Tanda tangan orang yang mengeluarkan Cek (penarik).
Syarat lainnya yang dapat ditetapkan oleh bank :
1. Tersedianya dana
2. Adanya materai yang cukup
3. Jika ada coretan atau perubahan harus ditandatangani oleh si
pemberi cek
4. Jumlah uang yang terbilang dan tersebut harus sama
5. Memperlihatkan masa kadaluarsa cek yaitu 70 hari setelah
dikeluarkannya cek tersebut
6. Tanda tangan atau cap perusahaan harus sama dengan
speciment/contoh

9
7. Tidak diblokir pihak berwenang
8. Endorsment cek benar (jika ada)
9. Kondisi cek sempurna
10. Rekening belum ditutup
11. Dan syarat-syarat lainnya

Adapun keterangan-keterangan yang terdapat dalam sebuah cek


adalah:

1. Ada tertulis kata-kata Cek atau Cheque


2. Ada tertulis Bank Penerbit (Bank Matras)
3. Ada nomor cek
4. Ada tanggal penulisan cek (di bawah nomor cek)
5. Ada perintah membayar " bayarlah kepada....... atau pembawa"
6. Ada jumlah uang (nominal angka dan huruf)
7. Ada-tanda tangan dan atau cap perusahaan pemilik cek

D. Pihak-pihak yang terlibat dan alur dalam sebuah cek

1. Penarik (drawee) adalah giran yang menerbitkan cek atau pihak yang
memiliki kewajiban pembayaran;
2. Pemegang (namer, holder), dalam hal ini adalah kreditur atau pemilik
piutang;
3. Tertarik (betrokkene, drawee, payee), adalah pihak lain (biasanya
bank) yang memperoleh perintah dari Penarik untuk membayar kepada
Pemegang atau Pembawa atau Pengganti dari Pemegang;
4. Pembawa (toonder, bearer), adalah siapapun yang memegang cek
dengan klausula kepada pembawa;
5. Pengganti (order), adalah adalah siapapun yang namanya tercantum
dalam cek dengan klausula kepada pengganti;
6. Endosant (Indorser) adalah pemegang cek dengan klausula kepada
pengganti yang mengalihkan hak tagih kepada pihak lain yang
namanya tercantum sebagai pengganti

10
Adapun alur transaksi dari sebuah cek adalah :

1. Penerbit menuliskan jumlah nominal uang yang akan dibayarkannya


pada cek. Penerbit juga menuliskan nomor rekening dari pemegang
cek, disertai nama bank dari pemegang cek. Penerbit menandatangani
cek bilyet tersebut. Cek bilyet itu tentu didapatkan oleh penerbit dari
bank penerbit.

2. Penerbit menyerahkan cek bilyet itu kepada pemegang cek.

3. Pemegang cek menyerahkan cek bilyet tadi kepada bank di tempat


pemegang cek memiliki rekening. Pemegang menginstruksikan kepada
banknya agar memproses cek bilyet itu ke rumah kliring.

4. Bank pemegang cek membawa cek itu ke rumah kliring. Umumnya


yang disebut rumah kliring adalah bank sentral di negara atau daerah
tersebut. Perlu dicatat bahwa data elektronik dari cek tersebut dikirim
secara elektronik terlebih dahulu ke bank sentral, sebelum pengiriman
cek fisik. Oleh bank pemegang, pada cek tersebut juga ditambahkan
informasi di rekening bank mana cek itu ditujukan. Mesin yang
dipergunakan untuk membaca dan mengirim data cek dari bank ke
rumah kliring disebut Magnetic Ink Cheque Reader &
Encoder  (MICRE).

E. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam cek


1. Dalam cek tidak berlaku tanggal efektif, sehingga pembayaran wajib
dilakukan pada saat diunjukkan;
2. Apabila tempat pembayaran tidak ditulis dalam cek, maka nama
tempat di samping nama bank pembayar dianggap sebagai tempat
pembayaran (Pasal 179 KUHD);
3. Bila ada beberapa tempat yang ditulis, maka nama tempat yang ditulis
terdahululah yang dianggap sebagai tempat pembayaran (Pasal 179
KUHD);

11
4. Jika petunjuk-petunjuk dalam butir 1, 2 dan 3 di atas tidak ada, maka
pembayaran dianggap di kantor pusat bank pembayar (Pasal 179
KUHD);
5. Jika tempat dimana cek itu diterbitkan tidak tertulis, maka tempat yang
tertulis di samping nama penerbit dianggap sebagai tempat
diterbitkannya warkat cek (Pasal 179 KUHD);
6. Tiap-tiap cek harus ditarik di bank yang mengelola dana untuk
keperluan penerbit atau giran (Pasal 180 KUHD);
7. Cek tidak boleh diaksep, karena berfungsi sebagai alat pembayaran
tunai, sehingga apabila cek diaksep maka akseptasi tersebut dianggap
tidak ada (Pasal 181 KUHD);
8. Cek dapat diterbitkan untuk keperluan penerbit sendiri

F. Jenis-jenis cek
Berdasarkan Pasal 182 KUHD dan dikaitkan dengan mekanisme
pengalihannya cek dapat dibagi menjadi:
1. Cek Atas Nama
Cek yang nama pemiliknya dituliskan pada cek tersebut dan bank
hanya akan membayar kepada orang atau badang tersebut. Contoh: jika di
dalam cek tertulis perintah bayarlah kepada Tn. Sigit Pramono sejumlah
Rp 1.000.000 atau bayarlah kepada PT APB Indonesia uang sejumlah Rp
1.000.000, cek inilah yang disebut cek atas nama, namun dengan catatan
kata "atau pembawa" di belakang nama yang diperintahkan dicoret.
2. Cek Atas Unjuk
Kebalikan dari cek atas nama. Di dalam cek atas unjuk tidak tertulis
nama seseorang atau badan hukum tertentu, jadi siapa saja dapat
mencairkan cek atau, dengan kata lain, cek dapat diuangkan oleh si
pembawa cek. Contoh: Di dalam cek tersebut tertulis bayarlah tunai,
atau cash, atau tidak ditulis kata-kata apa pun.

12
3. Cek Tunai atau Cash Cheque 
Cek yang dapat dicairkan secara tunai kepada bank, baik cek atas nama
maupun atas unjuk.
4. Cek Silang atau Cross Cheque
Cek yang disilang dengan dua garis pada pojok kiri atas penariknya
(drawer) dengan tujuan sehingga fungsi cek yang semula tunai berubah
menjadi non tunai atau sebagai pemindahbukuan.
5. Cek Mundur atau Postdated Cheque 
Cek yang tanggal jatuh temponya mundur atau diberi tanggal
kemudian.
6. Cek Kosong
Cek yang dananya kurang atau tidak ada dana yang tersedia pada saat
dicairkan atau dipindahbukukan. Contoh: Tn. Sigit Pramono menarik cek
senilai Rp 10.000.000 yang tertulis di dalam cek tersebut, tetapi dana yang
tersedia di rekening giro tersebut hanya Rp 5.000.000. Ini berarti ada
kekurangan dana sebesar Rp 5.000.000 apabila nasabah menariknya. Jadi,
jelas cek tersebut kurang jumlahnya dibandingkan dengan jumlah dana
yang ada.
7. Cek atas bawa

Adalah cek kepada pembawa atau kepada orang yang disebut namanya
dengan tambahan klausula “atau kepada pembawa” atau cek tanpa
penyebutan nama penerimanya, maka pengalihannya cukup dengan
penyerahan fisik cek saja

G. Beberapa istilah yang berkaitan dengan cek:


1. Tanggal penarikan adalah tanggal ditandatanganinya warkat cek;
2. Post dated cheque adalah cek yang tanggal penarikannya setelah
tanggal ditandatanganinya warkat oleh si penarik;
3. Crossed cheque adalah cek yang digunakan sebagai media
pemindahbukuan (tidak dapat dibayarkan tunai);

13
4. Stop payment, merupakan perintah Penarik untuk membatalkan
penarikan yang disebabkan oleh hilangnya cek;
5. Counter cheque adalah media penarikan dana dalam rekening giro
dalam hal pemilik rekening tidak membawa buku cek atau bilyet giro;
6. Inkaso (Pasal 183a KUHD) adalah perintah atau kuasa untuk
menagihkan sejumlah uang yang tertera dalam cek;
7. Cerukan (overdraft) adalah kondisi yang mana bank tertarik
melakukan pembayaran atas instruksi pendebetan atau penarikan yang
dilakukan penarik atau nasabah, walalupun dana pada rekening giro
tersebut tidak mencukupi;
8. Cek kosong (blanked cheque) adalah tolakan terhadap cek yang
ditarik, dikarenakan: (i) saldo rekening tidak cukup, (ii) rekening telah
ditutup, dan (iii) alasan lain;
9. SP adalah surat peringatan yang diberikan oleh bank pengelola
rekening, dengan tembusan ke BI, perihal penarikan cek kosong oleh
penarik, dengan tahap sebagai berikut:

(i)  SP I untuk penarikan cek kosong pertama;

(ii)  SP II untuk penarikan cek kosong kedua;

(iii)  SP III untuk penarikan cek kosong ketiga, sekaligus penutupan


rekening  dan pencantuman penarik dalam Daftar Hitam BI (“DHBI”);

(iv)  SP III langsung, tanpa SP I dan II, apabila menarik cek kosong 3
lembar atau lebih dalam waktu 6 bulan atau 1 lembar cek dengan
nominal minimal Rp.1 miliar.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Cek merupakan salah satu jenis surat berharga yang sering digunakan oleh
pebisnis dalam lalu lintas pembayaran karena cepat, sederhana dan aman.

Beberapa kelebihan dari cek sehingga banyak digunakan oleh pebisnis,


antara lain:

1. Mudah dialihkan/dipindahtangankan;
2. Praktis, tidak perlu membawa uang tunai dalam jumlah banyak;
3. Aman karena terhindar dari hal-hal berbahaya ketika membawa uang tunai
dalam jumlah banyak, spt: pencurian;
4. Tidak memerlukan waktu yang lama bagi pemegang cek untuk
memperoleh uang dalam cek tersebut.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 7 – Hukum


Surat Berharga, Cetakan Ketiga, Djambatan, Jakarta, 1990;
2. Muhammad, Abdulkadir, Hukum Dagang tentang Surat-surat Berharga,
Citra Aditya Bhakti, Bandung, 1993;
3. Subekti, R, Prof, S.H dan Tjitrosudibio, R, 2001, Kitab Undang-undang
Hukum Perdata, Cetakan ke-31, PT Pradnya Paramita, Jakarta.
4. Subekti, R, Prof, S.H dan Tjitrosudibio, R, 1980, Kitab Undang-undang
Hukum Dagang, Cetakan ke-11, PT Pradnya Paramita, Jakarta.
5. Kansil, C.S.T. Christine. C.S.T. Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum
Dagang Indonesia. Cet. Ke-4. Sinar Grafika.2008. Jakarta. Hal. 153

16

Anda mungkin juga menyukai