Oleh :
AFIF ISMAIL A.H REZA GHULAM ROSUL
Skripsi
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Program Studi Teknik Elektro
Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknik
Oleh :
AFIF ISMAIL A.H REZA GHULAM ROSUL
105821108516 105821109516
i
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan yang harus ditempuh
dalam rangka penyelesaian program studi pada Jurusan Elektro Fakultas Teknik
Berbasiskan PSCAD/EMTDC”
jauh dari kata sempurna, hal ini tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan baik itu
berupa penulisan maupun perhitungan. Oleh sebab itu penulis menerima dengan
ikhlas segala koreksi serta saran guna penyempurnaan tulisan ini agar nantinya
dapat bermanfaat.
Skripsi ini dapat terwujud berkat adanya bantuan, arahan, dan bimbingan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala ketulusan dan kerendahan hati,
Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Ir. Hamzah Al Imran, S.T., M.T., IPM., sebagai Dekan Fakultas Teknik
iv
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Ibu Adriani, S.T., M.T., sebagai Ketua Jurusan Teknik Elektro Fakultas
4. Bapak Ir. Abdul Hafid, M.T., selaku Pembimbing I dan Bapak Andi
Faharuddin, S.T., M.T., selaku Pembimbing II, yang telah banyak meluangkan
5. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf pegawai pada Fakultas Teknik atas segala
waktunya yang telah mendidik dan melayani penulis selama mengikuti proses
kasih yang sebesar-besarnya atas segala limpahan kasih sayang, doa dan
kekurangan, untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan
skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi
Penulis
v
Afif Ismail A.H1. Reza Ghulam Rosul2
¹Prodi Teknik Elektro Fakultas Teknik Unismuh Makassar
E_mail : afifismailalhusaefi@gmail.com
²Prodi Teknik Elektro Fakultas Teknik Unismuh Makassar
E_mail : rezaghulam71@gmail.com
(Pembimbing: Ir. Abdul Hafid, M.T dan Andi Faharuddin, S.T., M.T)
ABSTRAK
Abstrak; Afif Ismail A.H dan Reza Ghulam Rosul (2021), Rel tegangan tinggi
merupakan peralatan yang memiliki peran penting dalam penyaluran daya listrik.
Pada penyaluran daya listrik rel tegangan tinggi merupakan peralatan listrik yang
memiliki peran yang vital, oleh sebab itu rel tegangan tinggi harus diproteksi dari
bentuk-bentuk gangguan yang dapat mengganggu fungsi dari rel tegangan tinggi
secara maksimal. Tipe proteksi yang akan digunakan untuk memproteksi rel
tegangan tinggi yaitu menggunakan relai diferensial. Dalam simulasi penelitian ini
akan memperlihatkan performa relai diferensial dalam memproteksi rel tegangan
tinggi terhadap gangguan internal dan eksternal. Ada dua tipe gangguan yang
disimulasikan di PSCAD/EMTDC yaitu gangguan dua-fase A-B, dua-fase A-C,
dan tiga-fase A-B-C, dengan resistansi gangguan 1 ohm, 10 ohm, dan 20 ohm.
Sistem yang dikaji pada penelitian terdiri dari dua sumber tegangan 6500 MVA,
138 kV, 3 fase 50 Hz, dengan beban reaktif sebesar 209 MW, 68,64 MVAR.
Simulasi gangguan hubung singkat dan relai pada rel tegangan tinggi
menggunakan software PSCAD (Power System Computer Aided Design). Hasil
simulasi menunjukkan bahwa relai diferensial mampu mengirimkan signal trip
untuk semua gangguan internal dan tetap blok untuk semua gangguan eksternal.
vi
Afif Ismail A.H1. Reza Ghulam Rosul2
¹Product of Electrical Engineering, Faculty of Engineering, Unismuh, Makassar
E_mail : afifismailalhusaefi@gmail.com
² Product of Electrical Engineering, Faculty of Engineering, Unismuh, Makassar
E_mail : rezaghulam71@gmail.com
(Advisors: Ir. Abdul Hafid, M.T and Andi Faharuddin, S.T., M.T)
ABSTRACT
Abstract; Afif Ismail AH and Reza Ghulam Rosul (2021), High voltage rail is
equipment that has an important role in the distribution of electric power. In the
distribution of electric power, high-voltage rails are electrical equipment that has a
vital role, therefore, high-voltage rails must be protected from disturbances that
can interfere with the maximum function of the high-voltage rails. The type of
protection that will be used to protect high-voltage rails is using a differential
relay. In this research simulation will show the performance of differential relays
in protecting high voltage rails against internal and external faults. There are two
types of noise simulated in PSCAD/EMTDC, namely two-phase A-B, two-phase
A-C and three-phase A-B-C, with 1 ohm, 10 ohm, and 20 ohm noise resistances.
The system studied in this study consisted of two voltage sources 6500 MVA, 138
kV, 3 phase 50 Hz, with a reactive load of 209 MW, 68.64 MVAR. Simulation of
short circuit and relay faults on high voltage rails using software PSCAD (Power
System Computer Aided Design). The simulation results show that the differential
relay is capable of sending trip signals for all internal faults and remains blocked
for all external faults.
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
KATA PENGANTAR iv
ABSTRAK vi
DAFTAR GAMBAR xi
BAB I PENDAHULUAN 1
viii
A.2. Gangguan Pada Rel ..............................................................................6
E. Relai Diferensial.........................................................................................21
B. Hasil Simulasi 37
tanpa relai. 37
tanpa ganguan. 39
BAB V PENUTUP 74
A. Kesimpulan 74
B. Saran 74
x
DAFTAR GAMBAR
Hal.
Gambar 2.1. Daerah proteksi rel (PT. PLN, 2014) 7
Gambar 3.1. Skema rel tegangan tinggi dalam kondisi normal (tanpa
relai) 29
Gambar 3.2. Skema rel tegangan tinggi dengan relai deferensial (tanpa
gangguan) 30
Gambar 3.3. Diagram segaris rel tegangan tinggi dalam kondisi normal 30
xi
Gambar 3.4. Skema rel tegangan tinggi dengan relai diferensial dalam
Gambar 3.5. Diagram skema rel tegangan tinggi dengan relai diferensial
Gambar 3.7. Diagram segaris rel tegangan tinggi dengan relai diferensial
Gambar 4.5. Model-01, sistem rel tegangan tinggi dalma kondisi normal
(tanpa relai) 38
Tegangan2 .38
Gambar 4.7. Model sistem rel tegangan tinggi dengan relai diferensial
(tanpa gangguan) 40
Gambar 4.8. Gelombang aliran arus dalam keadaan normal (a) Saluran
xii
Tegangan 2, (d) Arus Diferensial, (e) Pick Up Respon
Relai. 40
Gambar 4.9. Model sistem rel tegangan tinggi dengan relai diferensial
xiii
Gambar 4.12.Gelombang Aliran Arus Pada Gangguan Internal Tiga-Fase
Gambar 4.13. Model sisetem rel tegangan tinggi dengan relai diferensial
gangguan 56
gangguan 60
Gambar 4.17. Model sisetem rel tegangan tinggi dengan relai diferensial
gangguan 67
gangguan 70
xvi
DAFTAR TABEL
Hal.
Tabel 4.1 Hasil simulasi dan performa relai terhadap gangguan internal
Dua-Fase A-B 45
Tabel 4.2 Hasil simulasi dan performa relai terhadap ganggaun internal
Dua-Fase A-C 48
Tabel 4.3 Hasil simulasi dan performa relai terhadap ganguan internal Tiga-
Fase A-B-C 51
Tabel 4.4 Hasil simulasi dan performa relai terhadap ganguan eksternal
Dua-Fase A-B 55
Tabel 4.5 Hasil simulasi dan performa relai terhadap ganguan internal Dua-
Fase A-C 59
Tabel 4.6 Hasil simulasi dan performa relai terhadap ganguan internal Dua-
Fase A-B-C 62
Tabel 4.7 Hasil simulasi dan performa relai terhadap ganguan internal Dua-
Fase A-B 66
Tabel 4.8 Hasil simulasi dan performa relai terhadap ganguan internal Dua-
Fase A-C 69
Tabel 4.9 Hasil simulasi dan performa relai terhadap ganguan internal Dua-
Fase A-B-C 73
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
eksternal 85
xviii
DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN
kA : Kilo Amper
CT : Current Transformer
CB : Circuit Breaker
HZ : Frekuensi
Rf : Resistance Fault
IG : Arus Generator
xix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Listrik merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia saat
ini, dimana energi ini dibutuhkan bagi peralatan listrik yang sering digunakan
tentunya harus disertai dengan tingkat keandalan dan kontinuitas yang bagus.
Dalam hal ini, rel merupakan peralatan utama sebagai penyalur daya kekonsumen
melalui jaringan transmisi dan perlatan lainnya pada gardu induk (Yusmartato,m
dkk. 2019).
Rel merupakan bagian utama dalam suatu gardu induk yang berfungsi
Tegangan Tinggi (SUTT) dengan komponen listrik lainnya sebagai penerima dan
menggunakan konfigurasi dua rel (double busbar) yaitu rel tegangan tinggi . Rel
sistem (manuver system) dari rel 1 ke rel 2 dan sebaliknya pada saat pemeliharaan
Rel tegangan tinggi pada gardu induk merupakan bagian instalasi yang
sangat penting, artinya apabila terjadi gangguan atau kerusakan pada rel maka
1
akan berdampak besar bagi sistem operasi gardu induk yang bersangkutan karena
daya menjadi tidak dapat disalurkan. Oleh karena itu, sistem proteksi untuk rel
tegangan tinggi harus bekerja secara efektif dan terus menerus tanpa waktu tunda
Proteksi yang digunakan pada rel tegangan tinggi adalah relai diferensial
yang bekerja berdasarkan perbedaan antara dua atau lebih vector besaran ukur
listrik yang sama, dengan cara membandingkan arus yang masuk dan keluar
digunakan sebagai pengaman utama pada rel bila terjadi suatu gangguan. Relai ini
sangat selektif dan sistem kerjanya sangat cepat (Jiwantoro, dkk. 2012).
Berdasarkan hal tersebut, pada tugas akhir ini peneliti mencoba untuk
B. Rumusan Masalah
lain:
B.1. Bagaimana model sistem transmisi dan proteksi rel tegangan tinggi?
2
B.2. Bagaimana perfomansi relai diferensial dalam sistem proteksi rel
tegangan tinggi terhadap gangguan internal dan eksternal dan pada saat
kondisi normal?
C. Tujuan Penelitian
berikut:
C.1. Untuk memperoleh model dari sistem transmisi dan proteksi rel tegangan
tinggi.
C.2. Untuk mengetahui perfomansi relai diferensial dalam sistem proteksi rel
tegangan tinggi terhadap gangguan internal dan eksternal dan pada saat
kondisi normal.
D. Batasan Masalah
D.1. Sistem yang akan disimulasikan adalah model sistem rel tegangan tinggi
D.2. Model gangguan yang dibahas hanya dua tipe gangguan yaitu dua-fase A-
3
E. Manfaat Penelitian
E.1. Menjadi alat bantu bagi mahasiswa dalam simulasi Sistem Energi Elektrik
(SEE) dan secara khusus dalam pembelajaran mata kuliah sistem proteksi.
E.2. Dapat menjadai referensi tambahan dalam bidang simulasi sistem proteksi.
F. Sistem Penulisan
Penyusunan tugas akhir ini terbagi menjadi beberapa bab yang berisi
uraian penjelasan. Secara garis besar, uraian pada bab-bab dalam sistematika
Bab I Pendahuluan
rumusan masalah, batasan masalah, serta tujuan dan manfaat dari penelitian yang
Pada bab ini berisi teori –teori yang menjadi landasan bagi penelitian, baik
dari buku, jurnal, maupun berbagai sumber literatur lainnya. Bab ini menjealskan
tentang jenis-jenis rel, ganguan yang terjadi pada rel teganagn tinggi, sistem
4
alat dan bahan yang digunakan, diagram balok dan diagram segaris rangkaian
melakukan penelitian.
ada berdasarkan hasil pengumpulan dan pengolaan data yang telah dilakukan
Bab V Penutup
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang didapat dari hasil
penelitian.
Daftar Pustaka
Berisi tentang daftar sumber referensi penulis dalam memilih teori yang
Lampiran
Lamprian merupakan bagian yang berisi tentang segala hal yang terkait
penelitian yakni dokumentasi dari hasil penelitian serta alat dan bahan yang
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Rel (busbar)
Rel (busbar) merupakan bagian utama dalam gardu induk dan menjadi
titik pertemuan atau sebagai pusat konsentrasi daya dan penyaluran daya ke
penghantar arus listrik yang terbuat dari tembaga dan memiliki fungsi sama
dengan kabel. Umumnya gardu induk didesain dengan konfigurasi dua rel (double
busbar), namun juga masih terdapat gardu induk yang memiliki satu rel (single
disebut gangguan. Gangguan pada rel dapat mengakibatkan dampak yang jauh
terutama bila rel tersebut terhubung dengan pembangkit berkapasitas besar yang
menggunakan rel tegangan tinggi. Hal ini dikarenakan gangguan yang terjadi pada
pasokan daya juga dapat mengakibatkan kerusakan pada peralatan instalasi yang
sangat besar baik peralatan pada gardu induk itu sendiri maupun peralatan
6
Maka proteksi rel sangat memiliki peranan penting dalam sistem
kelistrikan, untuk itu proteksi ini harus bekerja secara sensitif, selektif, cepat dan
Secara sederhana daerah kerja proteksi rel diperlihatkan pada Gambar 2.1,
yaitu daerah di antara semua trafo arus (CT) yang tersambung di rel tersebut.
Dimana sistem proteksi rel harus bekerja tanpa waktu tunda atau instan apabila
terjadi gangguan di dalam zona proteksiannya area warna hijau, sedangkan untuk
gangguan yang terjadi di luar zona proteksiannya yang berada di luar area warna
hijau proteksi rel tidak boleh bekerja/relai harus stabil (PT. PLN, 2014)
kebutuhan gardu induk, diantaranya yaitu rel tunggal pada pusat pembangkit, rel
ganda dengan satu PMT, rel ganda dengan dua PMT, rel dengan satu setengah
PMT.
7
Rel tunggal merupakan susunan rel yang sederhana dan paling murah,
tetapi memiliki kelemahan dalam hal keandalan serta fleksibilitas yang sangat
terbatas pada pengoprasiannya. Apabila terjadi kerusakan pada rel, seluruh pusat
listrik harus dipadamkan ketika akan melakukan perbaikan. Oleh sebab itu, rel
tunggal paling baik jika digunakan hanya pada pusat pembangkit listrik yang tidak
Untuk menaikkan keandalan rel tunggal, maka PMS seksi dapat dipasang
dan membagi rel dalam dua kelompok, yaitu kelompok kanan dan kelompok kiri
dari rel. Unit pembangkit dan sebagian beban dihubungkan ke kelompok kanan
dan sebagian lagi dihubungkan ke kelompok kiri dari rel. Apabila ada kerusakan
pada rel yang perbaikannya memerlukan pemadaman, maka seksi rel yang
2008). Gambar 2.2 menunjukkan pusat pembangkit listrik dengan rel tunggal
8
Keterangan :
Tr : transformator
G : generator
Gambar 2.3. Pusat pembangkit listrik dengan rel ganda menggunakan PMT
tunggal (Muslim, 2008).
Rel ganda yang ditinjukan oleh gambar 2.3 adah rel ganda dengan satu
PMT yang berada di pusat pembangkit, dimana Rel 1 dan rel 2 dihubungkan
melalui PMS. Rel ganda pada umumnya dilengkapi dengan PMT beserta PMS-
nya yang berfungsi untuk menghubungkan rel 1 dan rel 2 seperti yang
Sebagian dari unit pembangkit atau beban dapat dihubungkan ke rel 1 dan
lainnya ke rel 2. Apabila salah satu unit pembangkit atau salah satu beban akan
pindah rel, maka terlebih dahulu PMT-nya harus dibuka, kemudian disusul
pemasukan PMS rel yang ingin digantikan dan urutannya tidak boleh dibalik.
9
Apabila pemasangannya terbalik, maka antara rel 1 dan rel 2 akan terjadi
hubungan paralel yang tegangannya belum tentu sama dan hal ini sangat
sinkronisasi (Muslim, 2008). Oleh sebab itu , proses pemindahan beban dari rel
satu ke rel lainnya memerlukan pemadaman, yaitu saat PMT dibuka. Pemindahan
beban atau unit pembangkit dari salah satu rel ke rel lainnya dapat terjadi ketika
Rel ganda dengan dua PMT ini sama seperti rel ganda dengan satu PMT
yang membedakannya adalah semua unsur dapat dihubungkan ke rel 1 atau rel 2
lebih baik. Pemindahan beban dari rel 1 ke rel 2 dapat dilakukan tanpa
pemadaman, tidak seperti pada rel ganda dengan satu PMT yang harus
Penyebab terjadinya hal ini adalah karena dengan adanya 2 buah PMT,
masing-masing satu PMT untuk setiap rel pemindahan beban dilakukan dengan
10
menutup terlebih dahulu PMT rel yang ditujukan, kemudian membuka PMT rel
yang ditinggalkan. Sebelum melakukan hal ini, harus diyakinkan terlebih dahulu
bahwa rel 1 dan rel 2 tegangannya sama, baik besarnya maupun fasanya. Jika
Gambar 2.5. Pusat pembangkit listrik dengan rel ganda menggunakan satu
setengah PMT (Muslim, 2008).
Rel dengan PMT satu setengah adalah rel ganda dengan tiga buah PMT di
antara dua rel tersebut. Jika rel-rel ini diberi identifikasi sebagai PMT A1, PMT
A2, dan PMT seterusnya. Sedangkan yang dekat rel B diberi identifikasi sebagai
PMT B1, PMT B2, dan seterusnya. PMT yang ditengah disebut PMT diameter
dan diberi identifikasi sebagai PMT AB1, PMT AB2, dan seterusnya.
antara PMT A dengan PMT B dan pada titik-titik yang letaknya antara PMT B
dengan PMT AB seperti terlihat pada gambar 2.5. Dibandingkan dengan rel-rel
sebelumnya, rel dengan PMT satu setengah ini memunyai keandalan paling tinggi.
bernomor A beserta PMS-nya, daya tetap bisa disalurkan secara penuh. Apabila
beserta PMS-nya, daya tetap bisa disalurkan secara penuh. Apabila Rel A dan Rel
PMT bernomor B beserta PMS-nya, daya tetap bisa disalurkan walaupun dengan
dengan PMT satu setengah mengharuskan pembukaan dua buah PMT beserta
PMS-nya, yaitu PMT rel dan PMT diameternya. Misalnya untuk unit pembangkit
no. 1 yang terhubung ke rel B melalui PMT B1, maka untuk pembebasan
tegangannya, yang harus dibuka adalah PMT B1 dan PMT AB1 beserta PMS-
Menurut (Gary Shafer & Andi Faharuddin, 2009). Gangguan adalah suatu
terganggunya aliran arus normal yang mengalir pada rangkaian sistem tersebut.
Gangguan ini tidak bisa kita hindari dan umumnya sering terjadi pada saluran
transmisi. Hal ini dikarenakan luas dan panjangnya saluran transmisi yang
12
beberapa sebab diatas, hubung singkat yang paling sering menyebabkan sistem
menjadi abnormal.
dua yaitu gangguan internal dan gangguab eksternal. Ganggguan internal adalah
gangguan yang terjadi di dalam daerah proteksi utama pada saluran transmisi.
Gangguan eksternal adalah gangguan yang terjadi diluar daerah proteksi dan
Menurut Stevenson (1990), gangguan hubung singkat yang terjadi pada rel
terjadi. Gangguan ini merupakan 85% dari total gangguan pada transmisi saluran
udara. Contoh gangguan satu fase ke tanah adalah gangguan akibat adanya pohon
yang menimpah salah satu fase pada saluran transmisi tenaga listrik. Gangguan
13
Gangguan dua fase biasanya disebabkan oleh adanya kawat putus dan
mengenai fasa lain. Pada gangguan ini fase yang terganggu adalah fase b dan fase
c. Tetapi pada gangguan dua fase ini tidak terhubung dengan tanah sehingga arus
urutan nol bernilai nol. Gangguan dua fase dapat dilihat pada gambar di bawah
ini:
Gangguan dua fase ke tanah terjadi ketika dua buah fase dari sitem teanaga
listrik terhubung singkat ke tanah. Gangguan dua fase ke tanah dapat dilihat pada
14
dimana arus maupun tegangan setiap fasenya tetap seimbang setelah gangguan
terjadi. Sehingga pada sistem seperti ini dapat dianaliasa dengan mengguanakan
urutan postif saja. Gangguan hubung singkat tiga fase dapat dilihat seperti gambar
di bawah ini :
Akibat dari gangguan yang berlangsung dalam waktu yang lama pada
B.3.1. Dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan sistem akibat arus yang
tenaga listrik.
C. Sisem Proteksi
Sistem tenaga listrik dalam pengoperasianya tidak akan lepas dari keadaan
abnomar yang dimana berupa gangguan, oleh sebab itulah diperlukan sistem
proteksi yang baik guna mencegah / meminimalkan kerusakan yang akan terjadi.
15
Sistem proteksi adalah suatu bentuk perlindungan terhadap peralatan listrik yang
penyaluran tenaga listrik. Sistem proteksi terbuat dari beberapa bagian yaitu trafo
arus (CT) atau trafo tegangan (VT), pengawatan, dan sumber AC/DC, yang
apabila salah satunya tidak ada maka tidak dapat dikatakan sistem proteksi. Trafo
arus memiliki dua fungsi yaitu sebagai pengukuran dan proteksi (Yuniarto, dkk.
2015).
peralatan sistem tenaga listrik dan secara otomatis memberi perintah untuk
yang terganggu akan memberi isyarat berupa lampu atau bel. Salah satu relai yang
digunakan untuk sistem proteksi adalah relai diferensial (deferential relay) yang
besaran yang diterimanya. Misalnya arus, tegangan, daya, sudut fase, frekuensi,
16
dapat dipisahkan sedemikian rupa sehingga sistem lainnya tetap dapat beroperasi
terganggu dari pelayanan atau saat mulai beroperasi pada kondisi yang tidak
normal. Oleh sebab itu, sistem proteksi harus mampu memisahkan bagian yang
mengalai gangguan dari bagian sistem yang lain, dengan tingkat keandalan yang
tinggi dan waktu pemutusan serta jumlah pemutusan sekecil mungkin. Karena itu,
C.3.1. Kecepatan
impedansi rendah yang memiliki waktu operasi relatif lama, hingga 0,5 detik.
17
yang mampu beroperasi dalam waktu dalam urutan satu siklus. Tentu saja, waktu
pengoperasian relai trip harus ditambahkan ke ini, tetapi waktu trip keseluruhan
kurang dari dua siklus dapat dicapai. Saat ini, dengan diperkenalkannya pemutus
C.3.2. Stabilitas
kesalahan pada rel cukup rendah atau sekitar satu kesalahan per rel dalam dua
puluh tahun. Oleh karena itu, kelemahan pada stabilitas sistem proteksi dapat
yang lebih baik, sistem ini dapat diterapkan dengan pengaturan yang benar. Untuk
mencapai indeks stabilitas yang lebih tinggi, biasanya diperlukan dua pengukuran
antara lain relai, pemutus daya, sumber penyuplai, transformator arus dan
tegangan.
C.4.1. Relai merupakan bagian terpenting dalam sistem proteksi yang berfungsi
18
Komparator berfungsi mendeteksi dan mengukur kondisi abnormal, dan
membuka atau menutup kontak atau trip. Auxiliary Relay sadalah alat yang
berarus kuat.
C.4.3. Transformator arus (CT) memiliki fungsi menurunkan arus listrik yang
arus gangguan, hal ini disebabkan karena arus yang sangat besar dan
bertegangan tinggi.
Trafo ini juga memiliki angka perbandingan lilitan atau tegangan primer
Menurut (Arfianda, 2019). Relai yang beroperasi pada sistem tenaga listrik
19
D.1.1. Relai Temperature (thermal relay)
Relai tempetratur akan bekerja karena pengaruh panas arus listrik yaitu
Jenis rele ini dapat menggunakan sumber arus bolak-balik atau sumber
Rele jenis statis adalah rele yang bekerja dengan menggunakan komponen-
D.2.1. Relai yang akan bekerja bila besaran ukurnya turun sampai harga tertentu.
Relai jenis ini adalah relai tegangan kurang (under voltage relay) dan relai
D.2.2. Relai yang akan bekerja bila besaran ukurnya melebihi suatu harga
tertentu, misalnya : relai arus lebih (over current relay) dan relai tegangan
D.2.3. Relai daya adalah jenis relai besaran (directional relay) yang akan bekerja
bila arah daya mengalir kesuatu arah tertentu yang tidak dikehendaki.
20
D.2.4. Relai diferensial yaitu relai yang akan bekerja berdasarkan perbedaan
D.2.5. Relai jarak yaitu relai yang bekerja berdasarkan pada perbandingan harga
tegangan dan arus. Jadi dapat dikatakan bahwa besaran yang dideteksi
adalah impedansi.
E. Relai Diferensial
utama (main protection) pada rel bila terjadi suatu gangguan. Relai ini sangat
Relai yang digunakan sebagai pengaman utama pada rel adalah relai
gangguan dari dalam rel yang diproteksi itu sendiri (internal), tergantung dimana
relai tersebut dipasangkan pada peralatan. Relai ini dapat disetting sesuai dengan
ketentuan yang sudah ditetapkan, hal ini dilakukan agar rel yang dilindungi dapat
melindungi rel. Penjumlahan fasor dari semua arus terukur yang masuk dan keluar
rel harus nol kecuali jika ada kesalahan dalam zona pelindung. Untuk gangguan
yang tidak berada di zona pelindung, arah sesaat dari setidaknya satu arus
21
berlawanan dengan yang lain, dan jumlah arus yang masuk identik dengan jumlah
Relai differensial yang biasanya digunakan pada rel ada dua jenis yaitu:
type. Dalam keadaan normal, maka gangguan yang terjadi diluar daerah
pengamanan (zone) mengakibatkan tidak ada arus atau bahkan sangat kecil yang
terhubung untuk beroperasi sebagai relai diferensial. Elemen sistem ini bisa
Arus relai diferensial akan sebanding dengan perbedaan fasor antara arus yang
masuk dan meninggalkan elemen yang dilindungi; dan, jika arus diferensial
melebihi nilai pengambilan relai, relai akan beroperasi (Arifin & Firman. 2019).
setting harus dibuat lebih besar dari arus operasi dalam keadaan normal untuk
mengatasi arus inrush dan gangguan yang cukup besar berada diluar daerah
pada bagian tengahnya, sehingga membentuk dua bagian dengan jumlah lilitan
22
yang sama, Nr/2. Restraining coil dihubungkan pada bagian arus yang bersikulasi,
Kedua jenis relai tersebut merupakan bagian elemen diferensial dan sistem
relai proteksi rel. Elemen diferensial tersebut berfungsi sebagai elemen pengukur
yang memberikan perintah trip untuk gangguan dalam (internal) dan tetap stabil
untuk gangguan luar (eksternal), elemen differensial ini terdapat pada semua jenis
proteksi rel.
Menurut (Paithanker & Bhide, 2003), Nilai pick-up dari relai dapat
disetting dengan pertimbangan bahwa nilai pick-up pada relai harus lebih besar
dari arus beban maksimum yang telah dipasok. Pada saat yang sama, relai harus
cukup sensitif untuk merespon kesalahan terkecil. Dengan demikian, nilai pick-up
Relai diferensial pada dasarnya merupakan relai arus lebih yang diberi
input lebih dari satu yaitu dua atau tiga input. Oleh karena itu, nilai pick-up dari
gangguan. Relai diferensial memiliki karakteristik relai arus lebih waktu, dimana
relai beroperasi tanpa penundaan waktu, sehingga disebut unit sesaat yaitu waktu
operasinya = 0.02 detik. Bentuk paling sederhana dari relai ini adalah jenis tarikan
magnet yang di tunjukkan pada Gambar 2.11. Relai arus lebih tersebut digital dan
dimana arus yang masuk pada suatu titik, sama dengan arus yang keluar dari titik
diferensial. Semua arus yang masuk dan keluar dari rel dibandingkan satu sama
24
lain. Pada kondisi sistem normal atau terjadi gangguan di luar zona proteksi rel,
maka tidak ada resultan arus yang mengalir ke relai diferensial rel sehingga relai
tidak bekerja.
sebaliknya apabila terjadi gangguan di dalam zona proteksi rel, maka akan timbul
resultan arus yang besar dan mengalir ke relai diferensial rel sehingga relai akan
F. Software PSCAD/EMTDC
antarmuka pengguna grafis untuk membuat file data masukan. Pendekatan ini
grafis yang kuat dan fleksibel yang terkenal di dunia, EMTDC mesin simulasi
secara terintegrasi, lingkungan grafis. Fungsi plotting online, kontrol dan meter
selama menjalankan simulasi, dan dengan demikian melihat efeknya saat simulasi
Master Library:
25
F.1. Resistor, induktor, kapasitor
F.2. Saluran dan kabel transmisi yang bergantung pada frekuensi, termasuk
F.6. Mesin AC dan DC, eksiter, pengatur, stabilisator dan model inersia
tahun, terinspirasi oleh ide dan saran oleh basis penggunanya yang terus
(Muller, 20010).
26
BAB III
METODE PENELITIAN
sistem tenaga listrik, kemudian menerapkan model sistem transmisi rel tegangan
tinggi, relai dan gangguan terhadap sistem tenaga listrik tersebut. Selanjutnya
menjalankan simulasinya guna menganalisis data dari sistem transmisi rel tegangan
tinggi serta gangguan dan relai dalam model sistem tenaga listrik tersebut.
B.1. Alat
27
B.1.2. Perngkat Lunak yang digunakan yaitu Power System Computer Aided
B.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalm proses penelitian ini adalahl jurnal serta buku
Gambar skema dan data penelitian terbagi empat yakni (i) diagram skema
rel tegangan tinggi dalam kondisi normal tanpa relai, (ii) skema rel tegangan
tinggi dengan relai diferensial tanpa gangguan, (iii) skema rel tegangan tinggi
dengan relai diferensial dalam kondisi abnormal gangguan internal, (iv) skema rel
modifikasi sehingga sesuai dengan model sistem rel tegangan tinggi (Zhou
dkk, 2015).
2. Nilai beban diperoleh dari kebutuhan daya listrik PT. Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk (INTP) pada tahun 2016 yakni 220 MVA yang disuplai oleh
Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV, melalui gardu induk semen
28
baru (Wicaksono, 2016). Sehingga diperoleh daya aktif dan daya reaktif
melalui rumus:
Dengan:
dan tiga-fase A-B-C dengan nilai tahanan gangguan yang diguankan adalah 1, 2,
(i)
Gambar 3.1. Skema rel tegangan tinggi dalam kondisi normal tanpa relai.
29
Lingkungan Software PSCAD/EMTDC
(ii)
Gambar 3.2. Skema rel tegangan tinggi dengan relai diferensial tanpa
gangguan.
Gambar 3.3. Diagram segaris rel tegangan tinggi dalam kondisi normal.
30
Lingkungan Software PSCAD/EMTDC
(iii)
Gambar 3.4. Skema rel tegangan tinggi dengan relai diferensial dalam
kondisi abnormal gangguan internal pada rel 2.
Gambar 3.5. Diagram skema rel tegangan tinggi dengan relai diferensial
dalam kondisi abnormal gangguan internal pada rel 2.
31
Lingkungan Software PSCAD/EMTDC
(iv)
Gambar 3.6. Skema rel tegangan tinggi dengan relai diferensial dalam
kondisi abnormal gangguan eksternal ST 1 dan ST2.
Gambar 3.7. Diagram segaris rel tegangan tinggi dengan relai diferensial
dalam kondisi abnormal gangguan eksternal ST 1 dan ST2.
32
D. Langkah Penelitian
Mulai
Mengidentifikasi Masalah
Studi Pustaka
Mencari dan menganalisis jurnal dan buku terkait dengan
sistem transmisi, rel tegangan tinggi, gangguan pada relai
diferensial dalam sistem tenaga listrik dan aplikasi PSCAD
PSCAD
33
1
Selesai
34
BAB IV
pada saat kondisi normal dan ketika terjadi gangguan (gangguan internal dan
eksternal) pada rel teganggan tinggi secara tepat berdasarkan nilai-nilai yang
Sistem tenaga listrik yang akan disimulasikan adalah sistem tenaga listrik
berbeban terdiri dari dua sumber tegangan 6500 MVA, 138 kV, 3 fase 50 Hz,
dengan beban reaktif sebesar 209 MW, 68,64 MVAR, dan rasio CT (Curent
Relai diferensial pada prinsip dasarnya merupakan relai arus lebih yang
diberi lebih dari dua input tegangan. Relai arus lebih waktu beroperasi dengan
35
Model yang akan disimulasikan terdiri dari empat kondisi yaitu:
1. Model-01 sistem rel tegangan tinggi dalam kondisi normal tanpa relai,
gangguan,
36
Pada Gambar 4.3 diatas merupakan model sistem relai diferensial yang
teridiri dari arus saluran transmisi 1 dan saluran transmisi 2, arus generator 2,
data signal label, On-line Frequency Scanner (FFT), Polar rectanguler cordinate
channel. Setiap simulasi dilakukan selama 0,5 detik. Dengan nilai arus yang akan
dijadikan sebagai dasar setting-an untuk relai, sehingga kinerja dari relai
differensial dapat dengan jelas membedak anantara model sistem dalam kondisi
Diluar zona proteksi internal merupakan batas zona proteksi gangguan eksternal
B. Hasil Simulasi
B.1. Model-01, sistem rel tegangan tinggi dalam kondisi normal (tanpa
relai).
37
Berikut model sistem rel tegangan tinggi dengan relai differensial dalam
Bentuk keluaran gelombang dari hasil simulasi pada saat kondisi normal
dengan menggunakan program PSCAD dapat dilihat dalam Gambar 4.6 dibawah:
0,048 kA
(a)
0,048 kA
(b)
38
0,097 kA
(c)
Gambar 4.6 Gelombang Aliran Arus Dalam Keadaan Normal (a) Saluran
Transmisi 1, (b) Saluran Transmisi 2, (c) Sumber Tegangan 2.
melalui rel dua pada saat kondisi normal dan tanpa relai. Berdasarkan hasil
simulasi tersebut arus yang mengalir pada gambar 4.6 (a) dan (b) yaitu saluran
transmisi 1 dan saluran transmisi 2 sebesar 0,048 kA dimana arus yang mengalir
sama besar. Pada gambar 4.6 (c) arus yang mengalir pada sumber tegangan 2
adalah 0,97 kA. Berdasarkan data diatas, arus yang paling besar akan dijadikan
dasar arus maksimum yang merupakan dasar untuk menentukan stelan arus
B.2. Model-02, sistem rel tegangan tinggi dengan relai diferensial tanpa
ganguan.
Berikut model sistem rel tegangan tinggi dengan relai diferensial dalam
39
Gambar 4.7. Model sisetem rel tegangan tinggi dengan relai diferensial
tanpa gangguan
Bentuk keluaran gelombang dari hasil simulasi rel tegangan tinggi dengan
0,048 kA
(a)
0,048 kA
(b)
40
0,097 kA
(c)
0 kA
(d)
(e)
Gambar 4.8. Gelombang aliran arus dalam keadaan normal (a) Saluran
Transmisi 1, (b) Saluran Transmisi 2, (c) Sumber Tegangan 2, (d) Arus
Diferensial, (e) Pick Up Respon Relai
Frequency Scanner (FFT), yang dimana FFT dapat menampilkan nilai magnitude
dan sudut fase serta input ke Polar rectanguler cordinate converter, dan
arus differensial. Pada gambar 4.8 (d) merupakan gelombang arus diferensial
yakni 0 kV.
41
Relai diferensial longitudinal meggunakan susunan relai arus lebih yang
= 1,25 × 0,097
= 0,121 𝑘𝐴
Dari perhitungan diatas nilai arus setting diferensial dalam kondisi normal yaitu
0,121 kA. Jadi nilai arus setting pada relai adalah 0,121 kA.
B.3. Model-03, sistem rel tegangan tinggi dengan relai diferensial dalam
Berikut model sistem rel tegangan tinggi dengan relai diferensial gangguan
42
B.3.1. Gangguan internal dua-fase A-B pada rel dua
Gangguan yang terjadi divariasikan menjadi tiga jenis reaktif ganguan (Rf)
yaitu 1, 10, dan 20 Ohm. Gangguan pada sistem terjadi pada detik 0,20. Bentuk
gelombang dari hasil simulasi gangguan internal dua-fase A-B dengan nilai
resistansi gangguan (Rf) sebesar 1 Ohm mengguanakan aplikasi PSCAD yang
dapat dilihat pada gambar 4.10 sebagai berikut:
0,048 kA 6,107 kA
(a.1) (a.2)
0,048 kA 6,107 kA
(b.1) (b.2)
0,097 kA 76,203 kA
(c.1) (c.2)
0 kA 56, 705 kA
kA
(d.1) (d.2)
43
A = 81,163 kA Trip 0,2 detik
B = 77,921 kA
(e) (f)
(g.1) (g.2)
Hasil simulasi keluaran gelombang arus yang mengalir melalui rel dua
pada Gambar 4.10 (a.1), (b.1) dan (c.1) dalam kondisi normal dan Gambar 4.10
(a.2), (b.2) dan (c.2) gangguan internal pada rel dua. Berdasarkan hasil simulasi
diatas dapat dilihat bahwa waktu terjadinya gangguan di zona internal yaitu pada
detik 0,20 terjadi peningkatan nilai arus pada saluran transmisi 1 dan saluran
paling besar yaitu 76,203. Besar arus gangguan yang terjadi pada Rf 1 Ohm
ditunjukkan pada Gambar 4.10 (e) yaitu pada fase-A sebesar 81,163 kA dan fase-
44
Gambar 4.10 (d.2) merupakan besar arus diferensial pada saat terjadinya
gangguan internal yakni 80,193 kA. Nilai setting arus pada relai diferensial
adalah 0,121 kA. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa arus diferensial
melebihi batas dari over current limit pada penyetelan relai sehingga relai bekerja
dan memerintahkan CB untuk trip hal ini ditunjukkan pada gambar 4.10 (g.2).
Untuk nilai arus dari hasil simulai dengan tiga variasi resistansi gangguan
Tabel 4.1 menampilkan kerja dari relai diferensial untuk gangguan internal
dua-fase A-B dengan tiga jenis resistansi gangguan (Rf) yaitu 1, 10 dan 20 Ohm.
Respon yang diberikan oleh relai yaitu trip untuk ketiga jenis resistansi gangguan
yang dialami, hal tersebut berarti bahwa relai dapat memberikan respon yang
adalah 80,193 kA, Rf 10 Ohm besar arus diferensialnya adalah 19,757 kA dan Rf
20 Ohm besar arus diferensialnya adalah 10, 749 kA. Sementara nilai setting arus
pada relai diferensial adalah 0,121 kA. Berdasarkan data tersebut arus diferensial
45
yang terjadi pada ganggaun internal dua-fase A-B dengan variasi gangguan 1, 10
dan 20 Ohm telah melewati batas maksimum arus diferensial atau setting pada
(Rf) dari 1, 10, dan 20 Ohm. Gangguan pada sistem terjadi pada detik 0,20.
Bentuk gelombang dari hasil simulasi gangguan internal dua-fase A-C dengan
0,048 kA 5,504 kA
(a.1) (a.2)
0,048 kA 5,504 kA
(b.1) (b.2)
0,097 kA 76,305 kA
(c.1) (c.2)
46
0 kA 79,429 kA
(d.1) (d.2)
A = 80,365 kA Trip 0,2 detik
C = 77,615 kA
(e) (f)
(f.1) (f.2)
Hasil simulasi keluaran gelombang arus yang mengalir melalui rel dua
pada Gambar 4.11 (a.1), (b.1) dan (c.1) dalam kondisi normal dan Gambar 4.11
(a.2), (b.2) dan (c.2) dalam kondisi gangguan internal pada rel dua. Berdasarkan
hasil simulasi diatas dapat dilihat bahwa waktu terjadinya gangguan di zona
internal yaitu pada detik 0,20 terjadi peningkatan nilai arus pada saluran transmisi
47
1 dan saluran transmisi 2 sebesar 5,504 kA dan generator 2 yang mengalami
peningkatan arus paling besar yaitu 76,305. Besar arus gangguan yang terjadi
pada Rf 1 Ohm ditunjukkan pada Gambar 4.11 (e) yaitu pada fase-A 80,635 kA
Gambar 4.11 (d.2) merupakan besar arus diferensial pada saat terjadinya
gangguan internal yakni 79,429 kA. Nilai setting arus pada relai diferensial
adalah 0,121 kA. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa arus diferensial
melebihi batas dari over current limit pada penyetelan relai sehingga relai bekerja
dan memerintahkan CB untuk trip hal ini ditunjukkan pada gambar 4.11 (g.2).
Untuk nilai arus dari hasil simulai dengan tiga variasi resistansi gangguan
Tabel 4.2 menampilkan kerja dari relai diferensial untuk gangguan internal
dua-fase A-C dengan tiga jenis resistansi gangguan (Rf) yaitu 1, 10 dan 20 Ohm.
Respon yang diberikan oleh relai yaitu trip untuk ketiga jenis resistansi gangguan
yang dialami, hal tersebut berarti bahwa relai dapat memberikan respon yang
adalah 77,429 kA, Rf 10 Ohm besar arus diferensialnya adalah 19,679 kA dan Rf
20 Ohm besar arus diferensialnya adalah 10, 718 kA. Sementara nilai setting arus
pada relai diferensial adalah 0,121 kA. Berdasarkan data tersebut arus diferensial
yang terjadi pada ganggaun internal dua-fase A-C dengan variasi gangguan 1, 10
dan 20 Ohm telah melewati batas maksimum arus diferensial atau setting pada
(Rf) dari 1, 10, dan 20 Ohm. Gangguan pada sistem terjadi pada detik 0,20.
Bentuk gelombang dari hasil simulasi gangguan internal tiga-fase A-B-C dengan
0,048 kA 7,889 kA
(a.1) (a.2)
0,048 kA 7,889 kA
(b.1) (b.2)
49
0,097 kA 98,829 kA
(c.1) (c.2)
0 kA 104,215 kA
(d.1) (d.2)
A = 106,820 kA Trip 0,2 detik
B = 101,567 kA
C = 100,562 kA
(e) (f)
(g.1) (g.2)
Gambar 4.12. Gelombang Aliran Arus Pada Gangguan Internal Tiga-Fase
A-B-C dengan Rf = 1 Ohm (a.1) IST 1 kondisi normal, (a.2) IST 1 kondisi
gangguan, (b.1) IST 2 kondisi normal, (b.2) IST 2 kondisi gangguan, (c.1) IG
2 kondisi normal, (c.2) IG 2 kondisi gangguan (d.1) Arus Diferensial kondisi
normal, (d.2) Arus Diferensial kondisi gangguan, (e) Arus Gangguan Tiga-
Fase A-B-C, (f) Waktu trip relai, (g.1) Pick Up Respon Relai kondisi normal,
(g.2) Pick Up Respon Relai kondisi gangguan
Hasil simulasi keluaran gelombang arus yang mengalir melalui rel dua
(a.2), (b.2) dan (c.2) dalam kondisi gangguan internal pada rel dua. Berdasarkan
hasil simulasi diatas dapat dilihat bahwa waktu terjadinya gangguan di zona
internal yaitu pada detik 0,20 terjadi peningkatan nilai arus pada saluran transmisi
peningkatan arus paling besar yaitu 98,829. Besar arus gangguan yang terjadi
pada Rf 1 Ohm ditunjukkan pada Gambar 4.12 (e) yaitu pada fase-A sebesar
106,820 kA, fase-B sebesar 101,567 kA dan fase-C sebesar 100,562 kA.
Gambar 4.12 (d.2) merupakan besar arus diferensial pada saat terjadinya
gangguan internal yakni 104,215 kA. Nilai setting arus pada relai diferensial
adalah 0,121 kA. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa arus diferensial
melebihi batas dari over current limit pada penyetelan relai sehingga relai bekerja
dan memerintahkan CB untuk trip hal ini ditunjukkan pada gambar 4.12 (g.2).
Untuk nilai arus dari hasil simulai dengan tiga variasi resistansi gangguan
51
Tabel 4.3 menampilkan kerja dari relai diferensial untuk gangguan internal
tiga-fase A-B-C dengan tiga jenis resistansi gangguan (Rf) yaitu 1, 10 dan 20
Ohm. Respon yang diberikan oleh relai yaitu trip untuk ketiga jenis resistansi
gangguan yang dialami, hal tersebut berarti bahwa relai dapat memberikan respon
31,581 Ka dan Rf 20 Ohm besar arus diferensialnya adalah 17,797 kA. Sementara
nilai setting arus pada relai diferensial adalah 0,121 kA. Berdasarkan data tersebut
arus diferensial yang terjadi pada gangguan internal tiga-fase A-B-C dengan
diferensial atau setting pada relai sehingga relai mengirimkan signal ke CB untuk
trip.
Berikut model sistem rel tegangan tinggi dengan relai diferensial gangguan
Gambar 4.13. Model sisetem rel tegangan tinggi dengan relai diferensial
dalam kondisi gangguan ekstenal pada saluran transmisi 1
52
B.4.1. Gangguan eksternal dua-fase A-B pada saluran transmisi 1
Gangguan yang terjadi divariasikan menjadi tiga jenis reaktif ganguan (Rf)
yaitu 1, 10, dan 20 Ohm. Gangguan pada sistem terjadi pada detik 0,20. Bentuk
gelombang dari hasil simulasi gangguan eksternal dua-fase A-B dengan nilai
0,048 kA 76,982 kA
(a.1) (a.2)
0,048 kA 6,107 kA
(b.1) (b.2)
0,097 kA 76,203 kA
(c.1) (c.2)
0 kA 0 kA
(d.1) (d.2)
53
A = 81,163 kA
B = 77,921 kA
(e)
(f.1) (f.2)
Hasil simulasi keluaran gelombang arus yang mengalir melalui rel dua
pada Gambar 4.14 (a.1), (b.1) dan (c.1) dalam kondisi normal dan Gambar 4.14
(a.2), (b.2) dan (c.2) dalam kondisi gangguan eksternal pada saluran transmisi 1.
Berdasarkan hasil simulasi diatas dapat dilihat bahwa waktu terjadinya gangguan
di zona eksternal yaitu pada detik 0,20 terjadi peningkatan nilai arus pada saluran
transmisi 1 yang sangat besar yaitu 76,982 kA, saluran transmisi 2 sebesar 6,017
kA dan generator 2 sebesar 76,203 kA. Besar arus gangguan yang terjadi pada Rf
1 Ohm ditunjukkan pada Gambar 4.14 (e) yaitu pada fase-A sebesar 81,163 kA
54
Gambar 4.14 (d.2) merupakan besar arus diferensial pada saat terjadinya
gangguan eksternal pada saluran transmisi 1 yakni 0 kA. Nilai setting arus pada
relai diferensial adalah 0,121 kA. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa
arus diferensial yang merupakan penjumlahan fasor dari semua arus yang
mengalir melalui rel dua hampir sama atau identik sehingga menghasilkan arus
tersebut dapat dilihat bahwa arus diferensial tidak m encapai atau melebihi batas
dari over current limit pada penyetelan relai sehingga relai tidak memerintahkan
trip kepada CB, hal ini ditunjukkan pada gambar 4.14 (f.2).
Untuk nilai arus dari hasil simulai dengan tiga variasi resistansi gangguan
eksternal dua-fase A-B dengan tiga jenis resistansi gangguan (Rf) yaitu 1, 10 dan
20 Ohm. Respon yang diberikan oleh relai yaitu blok untuk ketiga jenis resistansi
ganggaun yang dialami, hal tersebut berarti bahwa relai dapat memberikan respon
dengan sangat baik terhadap gangguan eksternal atau diluar zona pengamanan
55
relai diferensial.
Rf 20 Ohm besar arus diferensialnya adalah 0 kA. Sementara nilai setting arus
pada relai diferensial adalah 0,121 kA. Berdasarkan data tersebut arus diferensial
yang terjadi pada gangguan eksternal dua-fase A-B dengan variasi gangguan 1, 10
dan 20 Ohm tidak mencapai atau melewati batas maksimum arus diferensial atau
(Rf) yaitu 1, 10, dan 20 Ohm. Gangguan pada sistem terjadi pada detik 0,20.
Bentuk gelombang dari hasil simulasi gangguan eksternal dua-fase A-C dengan
0,048 kA 76,903 kA
(a.1) (a.2)
0,048 kA 5,504 kA
(b.1) (b.2)
56
0,097 kA 76,305 kA
(c.1) (c.2)
0 kA 0 kA
(d.1) (d.2)
A = 80,365 kA
C = 77,615kA
(e)
(f.1) (f.2)
Hasil simulasi keluaran gelombang arus yang mengalir melalui rel dua
57
pada saluran transmisi 1, saluran transmisi 2, dan generator 2 yang ditampilkan
pada Gambar 4.15 (a.1), (b.1) dan (c.1) dalam kondisi normal dan Gambar 4.15
(a.2), (b.2) dan (c.2) dalam kondisi gangguan eksternal pada saluran transmisi 1.
Berdasarkan hasil simulasi diatas dapat dilihat bahwa waktu terjadinya gangguan
di zona eksternal yaitu pada detik 0,20 terjadi peningkatan nilai arus pada saluran
transmisi 1 yang sangat besar yaitu 76,903 kA, saluran transmisi 2 sebesar 5,504
dan generator 2 sebesar 76,305. Besar arus gangguan yang terjadi pada Rf 1 Ohm
ditunjukkan pada Gambar 4.15 (e) yaitu pada fase-A sebesar 80,365 kA dan fase-
Gambar 4.15 (d.2) merupakan besar arus diferensial pada saat terjadinya
gangguan eksternal pada saluran transmisi 1 yakni 0 kA. Nilai setting arus pada
relai diferensial adalah 0,121 kA. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa
arus diferensial yang merupakan penjumlahan fasor dari semua arus yang
mengalir melalui rel dua hampir sama atau identik sehingga menghasilkan arus
tersebut dapat dilihat bahwa arus diferensial tidak mencapai atau melebihi batas
dari over current limit pada penyetelan relai sehingga relai tidak memerintahkan
trip kepada CB, hal ini ditunjukkan pada gambar 4.15 (f.2).
Untuk nilai arus dari hasil simulai dengan tiga variasi resistansi gangguan
58
Rf Arus Yang Mengalir Arus Gangguan Arus Respon
(Ohm) (kA) Diff Relai
Melalui Rel 2
(ka)
(Ka)
Fase- Fase- Fase-
IST 1 IST 2 IG2
A B C
1 76,903 5,504 76,305 80,365 0 77,615 0 Blok
10 19,212 1,265 18,931 19,356 0 19,232 0 Blok
20 10,492 0,622 10,329 10,494 0 10,477 0 Blok
Arus setting pada relai = 0,121 kA
eksternal dua-fase A-C dengan tiga jenis resistansi gangguan (Rf) yaitu 1, 10 dan
20 Ohm. Respon yang diberikan oleh relai yaitu blok untuk ketiga jenis resistansi
gangguan yang dialami, hal tersebut berarti bahwa relai dapat memberikan respon
dengan sangat baik terhadap gangguan eksternal atau diluar zona pengamanan
relai diferensial.
besar arus diferensialnya adalah 0 kA. Sementara nilai setting arus pada relai
diferensial adalah 0,121 kA. Berdasarkan data tersebut arus diferensial yang
terjadi pada gangguan eksternal dua-fase A-C dengan variasi gangguan 1, 10 dan
20 Ohm tidak mencapai atau melewati batas maksimum arus diferensial atau
(Rf) yaitu 1, 10, dan 20 Ohm. Gangguan pada sistem terjadi pada detik 0,20.
Bentuk gelombang dari hasil simulasi gangguan eksternal tiga-fase A-B-C dengan
59
nilai resistansi gangguan (Rf) sebesar 1 Ohm mengguanakan aplikasi PSCAD
0,048 kA 100,149 kA
(a.1) (a.2)
0,048 kA 7,889 kA
(b.1) (b.2)
0,097 kA 98,829 kA
(c.1) (c.2)
0 kA 0 kA
(d.1) (d.2)
A = 106,820 kA
B = 101,567 kA
C = 100,562 kA
(e)
60
(f.1) (f.2)
Hasil simulasi keluaran gelombang arus yang mengalir melalui rel dua
pada Gambar 4.16 (a.1), (b.1) dan (c.1) dalam kondisi normal dan Gambar 4.16
(a.2), (b.2) dan (c.2) dalam kondisi gangguan eksternal pada saluran transmisi 1.
Berdasarkan hasil simulasi diatas dapat dilihat bahwa waktu terjadinya gangguan
di zona eksternal yaitu pada detik 0,20 terjadi peningkatan nilai arus pada saluran
transmisi 1 yang sangat besar yaitu 100,149 kA, saluran transmisi 2 sebesar 7,889
kA dan generator 2 sebesar 98,829 kA. Besar arus gangguan yang terjadi pada Rf
1 Ohm ditunjukkan pada Gambar 4.16 (e) yaitu pada fase-A sebesar 100,149 kA,
Gambar 4.16 (d.2) merupakan besar arus diferensial pada saat terjadinya
gangguan eksternal pada saluran transmisi 1 yakni 0 kA. Nilai setting arus pada
relai diferensial adalah 0,121 kA. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa
arus diferensial yang merupakan penjumlahan fasor dari semua arus yang
mengalir melalui rel dua hampir sama atau identik sehingga menghasilkan arus
61
diferensial 0 kA yang ditampilkan pada gambar 4.16 (d.2). Berdasarkan data
tersebut dapat dilihat bahwa arus diferensial tidak mencapai atau melebihi batas
dari over current limit pada penyetelan relai sehingga relai tidak memerintahkan
trip kepada CB, hal ini ditunjukkan pada gambar 4.16 (f.2).
Untuk nilai arus dari hasil simulai dengan tiga variasi resistansi gangguan
eksternal tiga-fase A-B-C dengan tiga jenis resistansi gangguan (Rf) yaitu 1, 10
dan 20 Ohm. Respon yang diberikan oleh relai yaitu blok untuk ketiga jenis
resistansi ganggaun yang dialami, hal tersebut berarti bahwa relai dapat
memberikan respon dengan sangat baik terhadap gangguan eksternal atau diluar
Rf 20 Ohm besar arus diferensialnya adalah 0 kA. Sementara nilai setting arus
62
pada relai diferensial adalah 0,121 kA. Berdasarkan data tersebut arus diferensial
yang terjadi pada gangguan eksternal tiga-fase A-B-C dengan variasi gangguan 1,
10 dan 20 Ohm tidak mencapai atau melewati batas maksimum arus diferensial
atau setting pada relai sehingga relai mengirimkan signal ke CB untuk blok.
Berikut model sistem rel tegangan tinggi dengan relai diferensial gangguan
Gambar 4.17. Model sisetem rel tegangan tinggi dengan relai diferensial
dalam kondisi gangguan ekstenal pada saluran transmisi 2
(Rf) yaitu 1, 10, dan 20 Ohm. Gangguan pada sistem terjadi pada detik 0,20.
Bentuk gelomba ng dari hasil simulasi gangguan eksternal dua-fase A-B dengan
63
yang dapat dilihat pada gambar 4.18 sebagai berikut:
0,048 kA 6,107 kA
(a.1) (a.2)
0,048 kA 76,982 kA
(b.1) (b.2)
0,097 kA 76,203 kA
(c.1) (c.2)
0 kA 0 kA
(d.1) (d.2)
A = 81,163 kA
B = 77,921 kA
(e)
64
(f.1) (f.2)
Hasil simulasi keluaran gelombang arus yang mengalir melalui rel dua
pada Gambar 4.18 (a.1), (b.1) dan (c.1) dalam kondisi normal dan Gambar 4.18
(a.2), (b.2) dan (c.2) dalam kondisi gangguan eksternal pada saluran transmisi 2.
Berdasarkan hasil simulasi diatas dapat dilihat bahwa waktu terjadinya gangguan
di zona eksternal yaitu pada detik 0,20 terjadi peningkatan nilai arus pada saluran
sebesar 76,203. Besar arus gangguan yang terjadi pada Rf 1 Ohm ditunjukkan
pada Gambar 4.18 (e) yaitu pada fase-A sebesar 81,163 kA dan fase-B sebesar
77,921 kA.
Gambar 4.18 (d.2) merupakan besar arus diferensial pada saat terjadinya
gangguan eksternal pada saluran transmisi 2 yakni 0 kA. Nilai setting arus pada
relai diferensial adalah 0,121 kA. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa
arus diferensial yang merupakan penjumlahan fasor dari semua arus yang
mengalir melalui rel dua hampir sama atau identik sehingga menghasilkan arus
65
diferensial 0 kA yang ditampilkan pada gambar 4.18 (d.2). Berdasarkan data
tersebut dapat dilihat bahwa arus diferensial tidak mencapai atau melebihi batas
dari over current limit pada penyetelan relai sehingga relai tidak memerintahkan
trip kepada CB, hal ini ditunjukkan pada gambar 4.18 (f.2).
Untuk nilai arus dari hasil simulai dengan tiga variasi resistansi gangguan
eksternal dua-fase A-B dengan tiga jenis resistansi gangguan (Rf) yaitu 1, 10 dan
20 Ohm. Respon yang diberikan oleh relai yaitu blok untuk ketiga jenis resistansi
gangguan yang dialami, hal tersebut berarti bahwa relai dapat memberikan respon
dengan sangat baik terhadap gangguan eksternal atau diluar zona pengamanan
relai diferensial.
Rf 20 Ohm besar arus diferensialnya adalah 0 kA. Sementara nilai setting arus
pada relai diferensial adalah 0,121 kA. Berdasarkan data tersebut arus diferensial
66
yang terjadi pada gangguan eksternal dua-fase A-B dengan variasi gangguan 1, 10
dan 20 Ohm tidak mencapai atau melewati batas maksimum arus diferensial atau
(Rf) yaitu 1, 10, dan 20 Ohm. Gangguan pada sistem terjadi pada detik 0,20.
Bentuk gelombang dari hasil simulasi gangguan eksternal dua-fase A-C dengan
0,048 kA 5,504 kA
(a.1) (a.2)
0,048 kA 76,903 kA
(b.1) (b.2)
0,097 kA 76,305 kA
(c.1) (c.2)
67
0 kA 0 kA
(d.1) (d.2)
A = 80,365 kA
C = 77,615kA
(e)
(f.1) (f.2)
Hasil simulasi keluaran gelombang arus yang mengalir melalui rel dua
pada Gambar 4.19 (a.1), (b.1) dan (c.1) dalam kondisi normal dan Gambar 4.19
(a.2), (b.2) dan (c.2) dalam kondisi gangguan eksternal pada saluran transmisi 2.
Berdasarkan hasil simulasi diatas dapat dilihat bahwa waktu terjadinya gangguan
68
di zona eksternal yaitu pada detik 0,20 terjadi peningkatan nilai arus pada saluran
transmisi 1 yang sangat besar yaitu 5,504 kA, saluran transmisi 2 sebesar 76,903
kA dan generator 2 sebesar 76,305 kA. Besar arus gangguan yang terjadi pada Rf
1 Ohm ditunjukkan pada Gambar 4.19 (e) yaitu pada fase-A sebesar 80,365 kA
Gambar 4.19 (d.2) merupakan besar arus diferensial pada saat terjadinya
gangguan eksternal pada saluran transmisi 2 yakni 0 kA. Nilai setting arus pada
relai diferensial adalah 0,121 kA. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa
arus diferensial yang merupakan penjumlahan fasor dari semua arus yang
mengalir melalui rel dua hampir sama atau identik sehingga menghasilkan arus
tersebut dapat dilihat bahwa arus diferensial tidak mencapai atau melebihi batas
dari over current limit pada penyetelan relai sehingga relai tidak memerintahkan
trip kepada CB, hal ini ditunjukkan pada gambar 4.19 (f.2).
Untuk nilai arus dari hasil simulai dengan tiga variasi resistansi gangguan
eksternal dua-fase A-C dengan tiga jenis resistansi gangguan (Rf) yaitu 1, 10 dan
20 Ohm. Respon yang diberikan oleh relai yaitu blok untuk ketiga jenis resistansi
ganggaun yang dialami, hal tersebut berarti bahwa relai dapat memberikan respon
dengan sangat baik terhadap gangguan eksternal atau diluar zona pengamanan
relai diferensial.
besar arus diferensialnya adalah 0 kA. Sementara nilai setting arus pada relai
diferensial adalah 0,121 kA. Berdasarkan data tersebut arus diferensial yang
terjadi pada gangguan eksternal dua-fase A-C dengan variasi gangguan 1, 10 dan
20 Ohm tidak mencapai atau melewati batas maksimum arus diferensial atau
(Rf) yaitu 1, 10, dan 20 Ohm. Gangguan pada sistem terjadi pada detik 0,20.
Bentuk gelombang dari hasil simulasi gangguan eksternal tiga-fase A-B-C dengan
0,048 kA 7,889 kA
(a.1) (a.2)
70
0,048 kA 100,149 kA
(b.1) (b.2)
0,097 kA 98,829 kA
(c.1) (c.2)
0 kA 0 kA
(d.1) (d.2)
A = 106,820 kA
B = 101,567 kA
C = 100,562 kA
(e)
(f.1) (f.2)
pada Gambar 4.20 (a.1), (b.1) dan (c.1) dalam kondisi normal dan Gambar 4.20
(a.2), (b.2) dan (c.2) dalam kondisi gangguan eksternal pada saluran transmisi 2.
Berdasarkan hasil simulasi diatas dapat dilihat bahwa waktu terjadinya gangguan
di zona eksternal yaitu pada detik 0,20 terjadi peningkatan nilai arus pada saluran
transmisi 1 yang sangat besar yaitu 7,889 kA, saluran transmisi 2 sebesar 100,149
kA dan generator 2 sebesar 98,829 kA. Besar arus gangguan yang terjadi pada Rf
1 Ohm ditunjukkan pada Gambar 4.20 (e) yaitu pada fase-A sebesar 100,149 kA,
Gambar 4.20 (d.2) merupakan besar arus diferensial pada saat terjadinya
gangguan eksternal pada saluran transmisi 2 yakni 0 kA. Nilai setting arus pada
relai diferensial adalah 0,121 kA. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa
arus diferensial yang merupakan penjumlahan fasor dari semua arus yang
mengalir melalui rel dua hampir sama atau identik sehingga menghasilkan arus
tersebut dapat dilihat bahwa arus diferensial tidak mencapai atau melebihi batas
dari over current limit pada penyetelan relai sehingga relai tidak memerintahkan
trip kepada CB, hal ini ditunjukkan pada gambar 4.20 (f.2).
Untuk nilai arus dari hasil simulai dengan tiga variasi resistansi gangguan
72
Rf Arus Yang Mengalir Arus Gangguan Arus Respon
(Ohm) (kA) Diff Relai
Melalui Rel 2
(ka)
(Ka)
Fase- Fase- Fase-
IST 1 IST 2 IG2
A B C
100,14 106,82 101,56 100,56
1 7,889 98,892 Blok
9 0 7 2
10 2,237 30,595 29,967 31,252 30,851 30,757 Blok
20 1,230 17,283 16,883 17,495 17,386 17,385 Blok
Arus setting pada relai = 0,121 kA
eksternal tiga-fase A-B-C dengan tiga jenis resistansi gangguan (Rf) yaitu 1, 10
dan 20 Ohm. Respon yang diberikan oleh relai yaitu blok untuk ketiga jenis
resistansi gangguan yang dialami, hal tersebut berarti bahwa relai dapat
memberikan respon dengan sangat baik terhadap gangguan eksternal atau diluar
Rf 20 Ohm besar arus diferensialnya adalah 0 kA. Sementara nilai setting arus
pada relai diferensial adalah 0,121 kA. Berdasarkan data tersebut arus diferensial
yang terjadi pada gangguan eksternal tiga-fase A-B-C dengan variasi gangguan 1,
10 dan 20 Ohm tidak mencapai atau melewati batas maksimum arus diferensial
atau setting pada relai sehingga relai mengirimkan signal ke CB untuk blok.
73
BAB V
PENUTUP
C. Kesimpulan
current detection blok, output channel dan dua variasi gangguan yaitu dua-
fase A-B, dua-fase A-C dan tiga-fase A-B-C. Maka dibuatlah empat model
terjadi pada zona proteksi, yaitu zona internal arus diferensial telah
melebihi batas dari penyetelan arus relai, sehingga relai akan mengirimkan
signal untuk trip. Pada saat gangguan terjadi di luar zona proteksi, yaitu
penyetelan pada relai, sehingga relai tidak mengirimkan signal trip. Model
rel tegangan tinggi dengan mengirimkan signal trip untuk semua gangguan
internal dan tetap blok untuk semua gangguan eksternal yang terjadi.
D. Saran
74
Computer Aided Desigen (PSCAD) Student version yang dilakukan dalam
tegangan tinggi yang lebih lengkap seperti sistem proteksi rel tegangan tinggi
pada rel 1 dengan mengguanakan versi PSCAD/EMTDC yang lebih tinggi (full
version).
75
DAFTAR PUSTAKA
76
Sultan, AR., Mustafa, MW., Saini, M. 2012. Ground Fault Cyrrents In Unit
Generator-Transformer at Various NGR and Transformer Configuration.
IEEE Symposium on Industri Electronics and Aplications.
Wicaksono Pebrianto. 2016 Oktober 20. Tambahan Daya, Indocement Jadi
Konsumen Terbesar PLN di Jabar. Liputan 6. Diakses pada 9 September
2020, dari https://www.liputan6.com/bisnis/read/2631054/tambah-daya-
indocement-jadi-konsumen-terbesar-pln-di-jabar
Yusmartato, Ramayulis & Armansyah. 2019. Menentukan Setting Rele
Differensial Pada Bus-Bar Di Gardu Induk Paya Pasir Medan. Jurnal of
Electrical Technologi. Vol 4 (1): ISSN 2598-1099
Yuniarto, Subari, A., & Kusumastuti, DH. 2015. Setting Relay Differensial Pada
Gardu Induk Kaliwunguu Guna Menghindari Kegagalan Proteksi. Jurnal
Transmisi. Vol 17(3): 147-152
Zhou Xiaoyao., Wang, H., Aggarwal, RK., Beamoumont, P. 2006. Performance
Evaluation of a Distance Relay as Applied to a Transmission System With
UPFC. IEEE Transactions On Power Delivery, Vol. 21(3): 1137-1147.
77
LAMPIRAN A
78
LAMPIRAN A
transmisi,yang dapat diatur panjang saluran yang diinginkan dan frekuensi steady
A.3 Multimeter
79
Multimeter adalah komponen yang berfungsi untuk mengukur nilai arus
(kA), tegangan (kV), tegangan RMS (kV) dan sudut phasa (derajat atau radians).
FFT adalah sebuah komponen yang dapat memproses nilai arus atau
tegangan untuk menghasilkan nilai magnitudo dan sudut fase. Nilai magnitude
atau sudut fase berupa nilai domain waktu ( I ˪ ϴ ) dimana nilai I adalah
dari sebuah simulasi,keluaran yang berupa kurva dan grafik, polymeter, meter,
dan lain-lain.
tiga fasa. Tersedia kesalahan line-to-line serta line-to-neutral dan nama variabel
saat ini kesalahan dapat ditentukan dalam setiap fase dan diminimalkan melalui
waktu gangguan. Waktu yang di atur berupa saat mulai gangguan (apply fault),
besarnya tegangan dan frekuensi, di mana beban nyata dan daya reaktif kami
Label data dapat digunakan untuk menetapkan nama sinyal ke kawat yang
membawa sinyal data jika Nama Sinyal Data input cocok dengan nama sinyal data
lain dalam modul halaman yang sama (atau halaman utama), kedua sinyal ini di
Label data terutama digunakan untuk mentrasfer sinyal data dalam suatu
halaman atau untuk menyediakan titik koneksi untuk setiap sinyal output internal
yang dihasilkan dalam komponen. Label data tidak dapat digunakan untuk
array satu dimensi (data vektor). Semua sinyal yang terhubung ke terminal input
dikonversi ke tipe output yang dipilih. Nilai input INTEGER dikonversi ke tipe
REAL dan nilai input REAL dikonversi ke integer terdekat menggunakan fungsi
Fortran NINT. Konversi input LOGICAL ke tipe REAL atau INTEGER tidak
dilakukan secara otomatis. Jika input dari tipe yang berbeda, gunakan komponen
A.13 Datatape
dapat membawa sinyal listrik, dalam hal ini bertindak untuk menghubungkan
node secara elektrik. Kawat juga dapat digunakan sebagai jalur sinyal data, di
mana koneksi antara dua titik data memaksa titik yang terhubung sama satu sama
lain. Kabel dapat ditambahkan secara manual ke kanvas seperti yang dijelaskan
83
dalam Menambahkan Komponen ke Proyek dan Menghubungkan Komponen
dihubungkan bersama dengan memastikan bahwa titik akhir dari salah satu kabel
yang bergabung menyentuh bagian mana pun dari kabel lainnya. Kabel dapat
dilintasi (atau tumpang tindih) tanpa koneksi, selama titik akhir maupun simpul
tidak menyentuh Kawat lainnya. Kabel juga dapat terdiri dari beberapa segmen
sinyal listrik dan data yang dibawa oleh kawat bisa multi-dimensi, yaitu sinyal
dapat dilewatkan sebagai array (vektor). PSCAD akan secara otomatis mendeteksi
jenis sinyal apa yang akan dilewatkan, serta dimensi titik-titik di mana Kawat
terhubung.
melebihi batas yang ditentukan saat ini atau tidak. Ini dapat dikonfigurasikan
untuk memproses sinyal input sebelum cheks diterapkan: jika input yang diproses
melebihi ambang batas untuk waktu tunda yang ditentukan, komponen akan
84
LAMPIRAN B
85
LAMPIRAN B
GRAFIK KELUARAN SIMULASI UNTUK SISTEM
Lampiran B.1 Keluaran gelombang dari hasil simulasi rel tegagan tinggi
gangguan internal pada rel 2
86
Gambar B.1.2. Gelombang arus gangguan internal pada rel 2, kondisi
gangguan dua-fase A-B dengan Rf = 10 Ohm
88
Gambar B.1.5. Gelombang arus gangguan internal pada rel 2, kondisi
gangguan dua-fase A-C dengan Rf = 10 Ohm
89
Gambar B.1.7. Gelombang arus gangguan internal pada rel 2, kondisi
gangguan tiga-fase A-B-C dengan Rf = 1 Ohm
90
Gangguan internal tiga-fase A-B-C dengan resistansi gangguan 20 Ohm
Lampiran B.2 Keluaran gelombang dari hasil simulasi rel tegagan tinggi
gangguan eksternal saluran transmisi 1
91
Gambar B.2.1. Gelombang arus pada gangguan eksternal saluran transmisi
1, kondisi gangguan dua-fase A-B dengan Rf = 1 Ohm
92
Gambar B.2.3. Gelombang arus pada gangguan eksternal saluran transmisi
1, kondisi gangguan dua-fase A- B dengan Rf = 20 Ohm
93
Gambar B.2.5. Gelombang arus pada gangguan eksternal saluran transmisi
1, kondisi gangguan dua-fase A-C dengan Rf = 10 Ohm
94
Gambar B.2.7. Gelombang arus pada gangguan eksternal saluran transmisi
1, kondisi gangguan tiga-fase A-B-C dengan Rf = 1 Ohm
95
Gambar B.2.8. Gelombang arus pada gangguan eksternal saluran transmisi
1, kondisi gangguan tiga-fase A-B-C dengan Rf = 10 Ohm
Lampiran B.5 Keluaran gelombang dari hasil simulasi rel tegagan tinggi
gangguan eksternal saluran transmisi 2
96
Gambar B.2.9. Gelombang arus pada gangguan eksternal saluran transmisi
2, kondisi gangguan dua-fase A-B dengan Rf = 10 Ohm
97
Gambar B.2.11. Gelombang arus pada gangguan eksternal saluran transmisi
2, kondisi gangguan dua-fase A-C dengan Rf = 1 Ohm
98
Gambar B.2.13. Gelombang arus pada gangguan eksternal saluran transmisi
2, kondisi gangguan dua-fase A-C dengan Rf = 20 Ohm
99
Gambar B.2.15. Gelombang arus pada gangguan eksternal saluran transmisi
2, kondisi gangguan tiga-fase A-B-C dengan Rf = 10 Ohm
100